genetika tumbuhan acara vi

9
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN ACARA VI PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL Semester: Genap 2008/2009 Oleh : Nama : Fachri Sani Haris NIM : A1C008054 Rombongan : F2 LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2009 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.(Anonim,2007) Biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang nampak pada suatu individu itu ditentukan oleh sebuah gen tunggal, misalnya gen R, bunga putih oeh gen r, buah bulat batang pendek oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b,batang tinggi oleh gen T,batang pendek oleh gen t,dll.( Suryo,1998). Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara diwariskanya sifat keturunan tidak mungkin diterangkan dengan pedoman-pedoman diatas, karena sulit sekali disesuaikan dengan hokum-hukum mendel.(Suryo,1998). B. Tujuan Tujuan praktikum ini adalh sebagai berikut : 1. Mengetahui hukum mendel 2 2. Mengetahui kebenaran hipotesis dari pengjian pengambilan kancing 3. Mengetahui dan paham tentang contoh-contoh penyimpangan hukum mendel 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.(Bima,2008) Sifat organisme dikendalikan oleh gen yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Setiap sifat dikendalikan oleh sepasang alel yang terdapat pada satu lokus dari suatu kromosom. Antara dua alel pada satu lokus mungkin mempunyai hubungan dominan-resesif atau kodominan. Pada persilangan antara dua tetua homozigot

Upload: fachri-sani-haris

Post on 05-Jul-2015

1.341 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Uploaded from Google Docs

TRANSCRIPT

Page 1: Genetika Tumbuhan acara VI

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN

ACARA VI

PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL

Semester:

Genap 2008/2009

Oleh :

Nama : Fachri Sani Haris

NIM : A1C008054

Rombongan : F2

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO 2009

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.(Anonim,2007) Biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang nampak pada suatu individu itu ditentukan oleh sebuah gen tunggal, misalnya gen R, bunga putih oeh gen r, buah bulat batang pendek oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b,batang tinggi oleh gen T,batang pendek oleh gen t,dll.( Suryo,1998). Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara diwariskanya sifat keturunan tidak mungkin diterangkan dengan pedoman-pedoman diatas, karena sulit sekali disesuaikan dengan hokum-hukum mendel.(Suryo,1998). B. Tujuan Tujuan praktikum ini adalh sebagai berikut : 1. Mengetahui hukum mendel 2 2. Mengetahui kebenaran hipotesis dari pengjian pengambilan kancing 3. Mengetahui dan paham tentang contoh-contoh penyimpangan hukum mendel 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.(Bima,2008) Sifat organisme dikendalikan oleh gen yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Setiap sifat dikendalikan oleh sepasang alel yang terdapat pada satu lokus dari suatu kromosom. Antara dua alel pada satu lokus mungkin mempunyai hubungan dominan-resesif atau kodominan. Pada persilangan antara dua tetua homozigot

Page 2: Genetika Tumbuhan acara VI

yang berbeda akan diperoleh F1 yang bersifat heterozigot. Dalam kasus alel dominan-resesif, fenotipe F1 akan sama dengan fenotipe tetua dominan, tetapi dalam kasus alel kodominan genotipe F1 yang berbeda dari kedua genotipe tetuanya akan menghasilkan fenotipe yang berbeda pula. Persilangan sendiri antar F1 akan menghasilkan generasi F2. Pada percobaan monohibrid atau persilangan dengan pembeda satu sifat atau satu lokus, akan diperoleh nisbah genotipe AA : Aa : aa sama dengan 1:2:1, bila F1nya bergenotipe Aa atau tetua-tetua awalnya AA dan aa. Dalam kasus alel dominan-resesif dari nisbah genotipe tersebut akan dihasilkan nisbah fenotipe 3:1 untuk dominan (A-) : resesif (aa), sedangkan dalam kasus alel kodominan akan diperoleh tiga fenotipe yang mewakili fenotipe tetua-1 (homozigot), F1 (heterozigot), tetua-2 (homozigot) dengan nisbah sama dengan nisbah genotipe. Dari data F2 monohibrid, Mendel menyusun Hukum Segregasi yang bermakna bahwa pasangan alel yang bergabung melalui perkawinan akan bersegregasi dengan bebas dalam proses pembentukan gamet. Kebebasan ini ditunjukkan oleh nisbah yang sama antara gamet F1 beralel A dengan yang beralel a atau 1/2 A dan 1/2 a sehingga melalui proses penggabungan gamet secara acak dalam pembentukan populasi F2 akan diperoleh genotipe AA, Aa, dan aa dengan perbandingan AA, 1/2Aa, dan 1/4 aa.(Anonim,2008) VI. PEMBAHASAN Gregor Mendel (1822-1884) ialah seorang rahib Austria dengan pengetahuan matematik dan biologi. Beliau telah menjalankan lebih daripada 10,000 eksperimen selama 8 tahun dengan menggunakan pokok kacang pea untuk mengkaji pewarisan. Pada tahun 1845, beliau melaporkan hasil kajiannya tentang pewarisan trait-trait dalam pokok kacang pea. Pada masa itu, hasil kajiannya tidak diiktiraf dan tidak diterima oleh ahli-ahli sains yang lain yang juga sedang menjalankan kajian tentang pewarisan. Pada tahun 1884, Gregor Mendel meninggal dunia. Hanya pada tahun 1900, kajian beliau dikaji semula dan kepentingannya dapat difahami oleh ahli-ahli sains yang lain. Kaedah yang digunakan oleh Mendel untuk mengkaji pewarisan dalam kacang pea berbeza dengan kaedah yang digunakan oleh ahli-ahli sains yang lain.(Anonim,2007) Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varieti kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percubaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri iaitu, (a) Tanaman kapri memiliki bunga yang menarik (b) memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami (c) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara tepat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan (d) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya. .(Anonim,2007) Varieti-varieti yang disilangkan disebut parental (P). Biji-biji hasil persilangan antara parental disebut biji filial-1 (F1).

Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk sendiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mengamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengan salah satu parentalnya (test cross). (Anonim,2008) Hukum mendel II :Pengelompokan gen secara bebas. Dalm bahasa Inggris “independent Assortment of Gens” Dalam eksperimen-eksperimen yang lain, Mendel telah mengkaji pewarisan dua trait yang berlainan dalam tumbuhan yang sama, iaitu trait ketinggian dan trait bentuk biji. Kajian ini melibatkan pewarisan dua trait yang berlainan, maka disebut pewarisan dihibrid. Berdasarkan keputusan eksperimen yang melibatkan pewarisan dihibrid, Mendel taleh mengesyorkan Hukum Mendel II yang juga dikenali sebagai Hukum Pengaturan Bebas. Hukum Mendel II menyatakan bahawa setiap ahli dari sepasang alel boleh bergabung secara acak dengan mana-mana satu alel dari pasangan yang lain.(Anonim,2008) Mendel melakukan percobaan dihibrid sebagai berikut : Dia silangkan 2 macam kacang kapri yang memiliki 2 karakter berbeda pda warna dan bentuk biji.Karakter berbeda 1 : warna kunng hijau, Karakter berbeda II : bentuk bundar (penuh)-keriput.Y=kuning, y=hijau; R= bundar, r=keriput. (Yatim W,2003) Jika disilangnya kacang kuning-bundar (dipakai yang murni,berarti double-homozigot) dengan kacang yang hijau-keriput, ternyata F1 terdiri atas kacang yang bijinya kuning-bundar semua. Ini menunjukan karakter kuning dan bundar sama dominan terhadap hijau dan keriput.Lalu jika F1 melakukan penyerbukan sendiri,terdapat F2 yang bukan terdiri atas kelas saja fenotipnya tetapi 4 kelas yaitu: kuning-bundar,kuning-keriput, hijau-bundar, hijau-keriput.(Yatim W,2003) Ratio fenotipe F2, jika kit jumlah-jumlahkan semua yang memiliki karakter sama dari keekmpat macam itu didapat :9 kuning-bundar:3kuning-keriput:3 hijau-bundar : 1 hijau-keriput.Disingkat: Raio fenotip dihibrid F2 : 9 : 3 : 3 :1. Ratio fenotip dihibrid ini juga sesungguhnya baru ratio teoritis,didapat dari perhitungan duatas kertas, dan melihat pada susunan genotip individu-individunya. Sesungguhnya jika diambil dari data percobaan sendiri, ratio itu tidak akan persis begitu, tetapi mendekati begitu. (Yatim W,2003) Dalam percobaan-percobaan genetika, para ahli sering menemukan ratio fenotip yang ganjil, seakan-akan tidak mengikuti hukum Mendel. Misalnya pada perkawinan antara 2 individu dg 2 sifat beda, ternyata ratio fenotip F2 tidak selalu 9:3:3:1. Tetapi sering dijumpai perbandingan-perbandingan 9:7, 12:3:1, 15:1, 9:3:4 dll. Bila diteliti betul-betul angka-angka perbandingan di atas, ternyata juga merupakan penggabungan angka-angka perbandingan Mendel. 9:7 = 9:(3+3+1), 12:3:1 = (9+3):3:1, 15:1 = (9+3+3):1, 9:3:4 = 9:3:(3+1). Oleh sebab itu disebut penyimpangan semu, karena masih mengikuti hukum Mendel. Penyimpangan semu hukum Mendel : terjadinya suatu

Page 3: Genetika Tumbuhan acara VI

kerjasama berbagai sifat yang memberikan fenotip berlainan namun masih mengikuti hukum-hukum perbandingan genotip dari Mendel. Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling mempengaruhi dalam memberikan fenotip pada suatu individu. Peristiwa pengaruh mempengaruhi antara 2 pasang gen atau lebih disebut Interaksi Gen. Interaksi gen ada 4 macam : 1. Komplementer 2. Kriptomeri 3. Epistasis – Hipostasis 4. Polimeri 1. Komplementer Adalah peristiwa dimana 2 gen dominan saling mempengaruhi atau melengkapi dalam mengekspresikan suatu sifat. Conoth : C = gen penumbuh bahan mentah pigmen c = gen tdk mampu menumbuhkan bahan mentah pigmen R = gen penumbuh enzim pigmentasi kulit r = gen tdk mampu menumbuhkan enzim pigmentasi kulit P CCRR x ccrr (berwarna) (tdk berwarna) F1 CcRr –> berwarna P2 CcRr x CcRr Gamet CR, Cr, cR, cr F2 1CCRR --> berwarna 2CCRr --> berwarna 2CcRR --> berwarna 4CcRr --> berwarna 1CCrr --> tidak berwarna 2Ccrr --> tidak berwarna 1ccRR --> tidak berwarna 2ccRr --> tidak berwarna 1ccrr --> tidak berwarna Fenotip : berwarna dan tidak berwarna Ratio fenotip : 9 : 7 - berwarna = 1+2+2+4 = 9 - tidak berwarna = 1+2+1+2+1 = 7 2. Kriptomeri Adalah peristiwa dimana suatu faktor dominan baru nampak pengaruhnya bila bertemu dg faktor dominan lain yang bukan alelanya. Faktor dominan ini seolah-olah sembunyi (kriptos) Contoh : Misalnya Linaria maroccana biru (AaBb) disilangkan dg Linaria maroccana merah (Aabb), sedangkan gen A adalah untuk antosianin dan gen B untuk sifat basa.

Jika 2 gen dominan A dan B maka berwarna biru 1 gen dominan A maka berwarna merah 1 gen dominan B atau A dan B tidak ada maka berwarna putih 3. Epistasis dan Hipostasis Adalah peristiwa dimana 2 faktor yang bukan pasangan alelanya dapat mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme. Epistasis = sifat yang menutupi Epistasis dominan = bila faktor yang menutupi adalah gen dominan Epistasis resesif = bila faktor yang menutupi adalah gen resesif Hipostasis = sifat yang ditutupi 4. Polimeri Adalah peristiwa dimana beberapa sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri mempengaruhi bagian yang sama dari suatu individu. ( PSK Biologi,2009) Hasil yang diperoleh pada percobaan kali ini menunjukan bahwa ada beberapa yang menunjukan hipotesis tidak diterima (ditolak). Misanya pada kantong A dalam pengambilan 90x dan 160x Ho ditolak (penagambilan tidak sesuai perbandingan) karena X2hitung > X2/tabel.pada pengambilan 90x X2hitung 33,7. Sedangkan X2 pada tabel 5,99. Pada hasil pengambilan kantong B diperoleh X2 hitung 2,76 dan X2tabel 5,99 sehingga Ho diterima karena X2 hitung ,< X2tabel. Untuk pengambilan 160x juga sama, Ho ditrima karena X2hitung yaitu sebesar 2,18 < X2 tabel sbesar5,99. Untuk hasil percobaan yang lain dapat dilihat pada hasil pengamatan. VII. SIMPULAN 1. Hukum mendel 2 menyebutkan bahwa : setiap ahli dari sepasang alel boleh bergabung secara acak dengan mana-mana satu alel dari pasangan yang lain. 2. Contoh penyimpangan hukum mendel 2 antara lain : Komplementer Kriptomeri Epistasis – Hipostasis Polimeri 3. Hasil percobaan menunjukan ada Ho yang ditolak dan dierima. Ditolak karena X2hitung> X2tabel. Diterima karena X2hitung < X2tabel. DAFTAR PUSTAKA Anonim,2008.Hukum Pewarisan menurut mendel.www.pustaka.ut.ac.id.diakses tanggal 15 Mei 2009 Anonim,2007.Sejarah Hukum Mendel.www.medicine_ukm.my.diakses tanggal 15 Mei 2009. Bima,2008.Simulasi Percobaan Mendel. http://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Materi/mendel.html.diakses 16 mei 2008. PSK(Paket Satuan Ketrampilan Khusus untuk SPP)biologi,2009. Penyimpangan Semu Hukum Mendel. http://pskbio.blogspot.com/2009/0.. Diakses 15 Mei 2009.

Page 4: Genetika Tumbuhan acara VI

Suryo. 2004. Genetika. Gadjah Mada University:Yogyakarta Yatim, W. 2003. Genetika. Tarsito. Bandung

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Banyak ahli yang ikut melakukan percobaan persilangan setelah hasil karya Mendel dipublikasikan. Ternyata beberapa percobaan dengan dua sifat beda atau lebih kadang menghasilkan keturunan dengan perbandingan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel. Mendel dalam hasil karyanya telah menjelaskan bahwa persilangan monohibrida menghasilkan F2 dengan perbandingan dominan : resesif = 3 : 1, sedangkan dihibrida akan menghasilkan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Namun pada kasus-kasus tertentu, perbandingannya tidak tepat demikian. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai dengan Hukum Mendel ini disebut penyimpangan semu Hukum Mendel, Misalnya persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan 1 : 2 : 1, sedangkan persilangan dihibrida menghasilkan perbandingan 9 : 6 : 1 atau 15. 1. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi disebut penyimpangan semu karena sebenarnya prinsip segregasi bebas tetap berlaku tetapi karena gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri-ciri tertentu maka perbandingan yang dihasilkan menyimpang dari Hukum Mendel. Penyimpangan semu Hukum Mendel juga disebut Hukum nonMendel. B. Tujuan

1. Memahami apa yang dimaksud dengan penyimpangan semu Hukum Mendel.

2. Mengetahui pengertian dari interaksi gen serta jenis-jenis interaksi gen.

3. Melakukan percobaan dengan menggunakan kantong berisi kancing warna untuk memahami bagaimana penyimpangan semu Hukum Mendel terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Interaksi gen merupakan fantor terjadinya penyimpangan semu Hukum Mendel, untuk mempelajari penyimpangan-penyimpangan itu kita harus memahami pengertian Hukum Mendel. Hukum Mendel I dikenal sebagai Hukum segregasi bebas dimana selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung didalam satu sel gamet. Misal induk Aa akan menghasilkan gamet A dan a. Prinsip ini dikenal dengan prinsip segregasi bebas. Dengan demikian setiap sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya. Pada waktu fertilisasi sperma bersatu secara acak dengan ovum untuk membentuk Individu baru. Hukum Mendel satu merupakan kajian dari persilangan monohibrida yaitu perkawinan dengan satu sifat beda. Dimana persilangan

monohibrida menghasilkan F2 dengan perbandingan dominan : resesif = 3 : 1. Hukum Mendel II dikenal sebagai Hukum asortasi atau Hukum berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen atau sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lainnya. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan alelnya. Hukum Mendal II merupakan kajian dari persilanganan dihibrida, yaitu persilangan menggunakan dua sifat beda. Misalnya pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Dari hasil persilangan tersebut dapat diduga bahwa sifat bulat dan kuning merupakan sifat dominan sedangkan sifat keriput dan hijau merupakan sifat resesif. Oleh karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antar sesama F1 memperoleh hasil tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau, dan keriput hijau. Pada persilangan menghasilkan F2 dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 ( Crowder,1993). Penyimpangan semu Hukum Mendel terjadi saat penurunan sifat tidak mengikuti hukum mendel II dengan rasio klasik 9 : 3 : 3 1, akan tetapi kedua pasang gen ini akan melakukan interaksi (kerjasama) yang menghasilkan fenotip baru atau mungkin juga terjadi karena penutupan ekspresi oleh pasangan gen lain yang disebut epistasis. Setiap gen memiliki peran tersendiri didalam menentukan sifat suatu individu, tetapi ada beberapa gen yang saling melakukan interaksi sehingga menghasilkan fenotip baru, gen-gen itu mungkin terdapat pada kromosom yang sama dan mungkin pula terdapat pada kromosom yang berbeda. Karena terjadi interaksi dan pembentukkan sifat baru maka terjadilah penyimpangan semu hukum mendel. Misalnya persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan 1 : 2 : 1, sedangkan persilangan dihibrida menghasilkan perbandingan 9 : 6 : 1 atau 15. 1 rasio F2 menurut Hukum Mendel, Yaitu monohibrida menghasilkan F2 dominan : resesif = 3 : 2 sedangkan dihibrida 9 : 3 : 3 : 1. Adanya interaksi gen ini ditemukan pertama kali oleh Wiliam Bateson(1861-1949) dan R.C. Punnet tahun 1906. Diikuti oleh H. Nilson-ehle(1873-1949) dan E.M. East tahun 1913. Ahli- ahli lain yang berjasa dalam bidang interaksi gen adalah H.K. Hayes, R.A. Emerson (1873-1947) dengan East bekerja dalam genetika jagung, kemudian G.H. Shull (1874-1954) tentang sifat genetis biji capsela, dan ahli yang mempelajari interaksi gen pada manusia adalahl C.B. Davenport dan T. Dobzhansky ( Yatim 1980 ). Macam-macam Interaksi gen :

1. Epistasi dominan (Epistasis dan Hipostasis). 2. Epistasis resesif (Kriptomeri). 3. Epistasis dominan resesif. 4. Epistasis dominan duplikat (polimeri). 5. Epistasis resesif duplikat (kooplementer). 6. Gen duplikat dengan efek kumulatif.

Page 5: Genetika Tumbuhan acara VI

VI. PEMBAHASAN

A. Hukum Mendel II Hukum Mendel II berbunyi bahwa setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan gen lain membentuk alel. Hukum Mendel II dikenal juga sebagai Hukum asortasi atau Hukum berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen atau sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lainnya. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan alelnya. Hukum Mendal II merupakan kajian dari persilanganan dihibrida, yaitu persilangan menggunakan dua sifat beda ( Crowder,1993). Misalnya pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Dari hasil persilangan tersebut dapat diduga bahwa sifat bulat dan kuning merupakan sifat dominan sedangkan sifat keriput dan hijau merupakan sifat resesif. Oleh karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antar sesama F1 memperoleh hasil tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau, dan keriput hijau. Pada persilangan menghasilkan F2 dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 . B. Epistasis dan Hipostasis Epistasis adalah pasangan gen yang menutupi atau menghalangi ekspresi gen lain. Hipostasis adalah gen yang ekspresinya ditutupi atau dihalangi oleh gen lain. C. Macam-macam persimpangan semu Hukum Mendel 1. Epistasis Dominan Epistasis dominan adalah peristiwa interaksi gen dimana gen yang satu menghalangi atau menutupi gen lain yang bukan sealel. Gen yang menutupi disebut epistasis dan yang gen yang ditutupi disebut hipostatis.( perbandingan 12:3:1 ) Ketika gandum berkulit hitam disilangkan dengan gandum berkulit kuning, muncul F1 gandum berkulit hitam. Dapat diduga bahwa faktor hitam dominan tehadap kuning. Namun pada F2 dihasilkan keturunan dengan perbandingan 12 hitam : 3 kuning : 1 putih. ( Suryo, 1986 ) Persilangan ini dapat kita lihat Induk (p) : ZZgg X zzGG Hitam kuning F1 : ZzGg Hitam F2 :

ZG Zg zG zg

ZG ZZGG ZZGg ZzGG ZzGg Zg ZZGg ZZgg ZzGg Zzgg zG ZzGG ZzGg zzGG zzGg zg ZzGg Zzgg zzGg zzgg

Rasio F2 : a. Genotipe : 9ZG : 3Zg : 3zG : 1 zg b. Fenotipe : 12 hitam : 3 kuning : 1 putih

Page 6: Genetika Tumbuhan acara VI

Sebenarnya perbandingan tersebut berasal dari (9+3) : 3 : 1. Dari perbandingan ini tampak bahwa persilangan tersebut merupakan persilangan dihibrida. Faktor yang dominan tidak hanya faktor hitam melainkan juga faktor kuning yang memiliki angka perbandingan 3. Dengan demikian faktor warna tidak ditentukan oleh satu gen, melainkan oleh dua gen yang lokusnya berbeda. Artinya, gen penentu warna hitam yang dominan berada terpisah dari gen penentu warna kuning yang juga dominan. Tiap-tiap warna memiliki alel tersendiri. Jika kedua gen yang tidak sealel itu hadir bersama dalam satu individu, maka akan menampilkan fenotipe gen yang menghalangi, yang dikenal dengan epistasis dan jika didalam individu hanya ada gen yang ditutupi atau dihalangi maka fenotipe yang muncul adalah fenotipe dari gen yang dihalangi tersebut, gen ini disebut gen hipostasis. Jadi faktor hitam dan kuning hadir bersama, fenotipe yang muncul adalah fenotipe hitam. Dikatakan hitam epistasis terhadap kuning, dan kuning hipostasis terhadap hitam. Tidak adanya gen dominan pada individu akan memunculkan sifat putih. 2. Epistasis resesif Epistasis resesif adalah peristiwa interaksi gen yang dipengaruhi oleh faktor yang tersembunyi(kriptos), oleh karena itu epistasis resesif disebut juga kriptomeri. ( perbandingan 9:3:4 ). Ketika bunga Linaria maroccana merah disilangkan dengan yang putih maka semua keturunan pertamanya (F1) berwarna ungu. Warna ungu merupakan fenotipe baru, dari hasil F1 sulit ditentukan genotipe yang dominan. Jika sesama F1 disilangkan dihasilkan keturunan kedua dengan perbandingan Ungu : merah : putih = 9 : 3: 4. Persilangan ini dapat kita lihat Induk (p) : aaBB X AAbb Putih Merah F1 : AaBb Ungu F2 :

AB Ab aB ab

AB AABB AABb AaBB AaBb Ab AABb Aabb AaBb Aabb aB AaBB AaBb aaBB aaBb ab AaBb Aabb aaBb aabb

Rasio F2 : a. Genotipe : 9AB : 3Ab : 3aB : 1 ab b. Fenotipe : 9 ungu : 3 merah : 4 putih

Hal ini disebabkan karena Warna bunga Linaria

Maroccana diatur oleh dua gen yang berinteraksi secara kriptomeri. A-a dan B-b.

A = memiliki bahan dasar pigmen a = tidak memiliki bahan dasar pigmen

B = reaksi basa (ungu)

b = reaksi asam (merah)

Jika suatu individu memiliki kedua alel A dan B maka warna bunga adalah ungu. Jika alel dominan A saja yang ada sedangkan gen interaksinya hanya alel resesifnya saja yaitu b maka warna bunga adalah merah. Jika pada suatu individu tidak terdapat alel dominan A melainkan terdapat alel resesif a maka yang manapun gen interaksinya baik alel B atau alel b bunga yang dihasilkan akan tetap berwarna putih karena tidak memiliki bahan dasar pigmen. 3. Epistasis dominan resesif Epistasis dominan resesif adalah interaksi antara 2 gen dimana yang epistasis adalah alel-alel yang dominan ( perbandingan 13:3 ). Pada warna bulu ayam kampung ada terjadi peristiwa ini dimana den epistasi ialah alel-alel yang dominan yaitu I-I dan C-c. Persilangan ini dapat kita lihat Induk (p) : IICC X iicc Putih putih F1 : IiCc Putih F2 :

IC Ic iC ic

IC IICC IICc IiCC IiCc Ic IICc Iicc IiCc Iicc iC IiCC IiCc iiCC iiCc Ic IiCc Iicc iiCc iicc

Rasio F2 : a. Genotipe : 9IC : 3Ic : 3iC : 1 ic b. Fenotipe : 13 putih : 3 berwarna Hal ini disebabkan karena C = gen dominan pembentuk warna c = gen yang tidak menghasilkan warna I = gen dominan yang menghambat pembentukan warna I = alel resesif yang tidak menghambat warna Karena faktor diatas jika I dan C hadir bersama,maka bulu putih. Jika I tak hadir dan C hadir maka bulu berwarna ( hitam atau coklat ). I adalah gen dominan penghambat pembentukan warna karena itu IC,Ic dan ic putih dan hanya iC saja yang berwarna. Jadi pada F2 hanya ada 2 kelas dengan perbandingan 13 : 3 ( Ni Luh Putu Seringgani Utami, 2009 ) 4. Epistasis dominan duplikat Epistasis dominan duplikat disebut juga polimeri atau epistasis dominan ganda yaitu interaksi gen yang bersifat kumulatif. Tak ada gen yang epistasis ataupun kliptomeri ( perbandingan 15:1 ).

Page 7: Genetika Tumbuhan acara VI

Dalam polimeri tanpa kehadiran salah satu gen ( alel dominan ) karakter yang disebabkannya tetap muncul tetapi mutu atau intensitas kemunculannya kurang. Pada 2 varietas gandum yang berbiji merah dan putih apabila disilangkan maka F1 berwarna perantaraan (intermediate). F2 terdiri dari 1/16 merah, 4/16 merah gelap, 6/16 sedang (sama dengan F1),4/16 terang dan 1/16 putih. Kalau dibulatkan perbandingan untuk yang berwarna merah dan yang putih ialah 15 : 1. Persilangan ini dapat kita lihat Induk (p) : AABB X aabb Merah Putih F1 : AaBb Merah pertengahan F2 :

AB Ab aB ab

AB AABB AABb AaBB AaBb Ab AABb Aabb AaBb Aabb aB AaBB AaBb aaBB aaBb ab AaBb Aabb aaBb aabb

Rasio F2 : a. Genotipe : 1 AABB : 1AABb-AaBB : 6 AaBb 1Aabb-aaBb :1 aabb b. Fenotipe 1 merah : 4 merah gelap : 6 merah sedang : 4 merah teranh : 1 putih

15 merah : 1 putih Hal ini disebabkan karena sedikitnya ada 2 gen yang berperan utama mengatur warna biji itu yaitu A-a dan B-b. Kedua alel dominan berkerja kumulatif, saling menambah. Warna paling gelap berarti mengandung semua alel dominan AABB dan yang paling terang ( putih ) mengandung semua ale resesif aabb. Gradiasi mutu warna biji gandum itu disebabkan oleh jumlah alel dominan yang hadir. 5. Epistasis resesif duplikat Epistasis resesif duplikat disebut juga peristiwa komplementer adalah interaksi gen dimana antara gen yang satu dengan yang lain saling melengkapi. Jika salah satu gen tidak ada maka pertumbuhan suatu karakter tak sempurna atau terhalang ( perbandingan 9 : 7 ). Tuli pada orang dipengaruhi oleh 2 gen yang komplemente yaitu D-d dan E-e. Pendengaran normal jika kedua alel dominan hadir bersama-sama, dan jika salah satu atau keduanya tidak ada maka tuli( Syifa 2008 ). Persilangan ini dapat kita lihat Induk (p) : DDee X ddEE Tuli Tuli F1 : DdEe Normal F2 :

DE De dE de

DE DDEE DDEe DdEE DdEe De DDEe DDee DdEe Ddee dE DdEE DdEe ddEE ddEe de DdEe Ddee ddEe ddee

Rasio F2 : a. Genotipe : 9DE : 3De : 3dE : 1 de b. Fenotipe : 9normal : 7 Tuli

Telah dijelaskan diatas bahwa Pendengaran normal jika kedua alel dominan hadir bersama-sama, dan jika salah satu atau keduanya tidak ada maka tuli jadi orang normal harus bergenotipe DE dan tuli jika bergenotipe De,dE dan de.

6. Gen duplikat dengan efek kumulatif Gen duplikat dengan efek kumulatif disebut juga semi epestasis yaitu interaksi gen dimana 2 gen yang bukan alelnya berkerjasama saling menambah atau bersifat kumulatif untuk membentuk suatu karakter. Masing-masing gen memiliki dominasi penuh dan bila terdapat bersama akan menghasilkan fenotipe baru. Pada buah labu, bentuk buah labu diatur oleh 2 gen yang komplementer: D = Cakram D = bundar F = gepeng F = bundar Persilangan ini dapat kita lihat Induk (p) : ddFF X DDff Bundar Bundar F1 : DdFf Cakram F2 :

DF Df dF df

DF DDFF DDFf DdFF DdFf Df DDFf DDff DdFf Ddff dF DdFF DdFf ddFF ddFf df DdFf Ddff ddFf ddff

Rasio F2 : a. Genotipe : 9DF : 3Df : 3dF : 1 df b. Fenotipe : 9 cakram : 6 bundar : 1 lonjong Dari hasil persilangan diatas maka dapat dilihat bahwa untuk jadi bentuk cakram harus hadir kedua alel D dan F pada suatu individu. Kalau genotipe Df atau ddF bentuk buah bundar sedangkan genotipe dimana kedua alel D dan F tak hadir, bentuk buah sedikit lonjong. Karena itu fenotipe F2 bukan 2 kelas tetapi 3 kelas dan perbandingannya adalah 9 cakram : 6 bundar : 1 lonjong( Yatim 1980 ).

Page 8: Genetika Tumbuhan acara VI

D. Penjelasan mengapa hasil percobaan diterima atau tidak Pada uji chi square diterima atau tidaknya suatu hipotesis ditentukan dengan cara membandingkan

2x pengambilan dengan 2x tabel dengan ketentuan: 2x pengambilan < 2x table Maka Ho diterima 2x pengambilan > 2x table Maka Ho tidak diterima

Dengan konsep diatas maka dapat dijelaskan hasil dari pengamatan pada masing-masing kantong 1. Pengambilan pada kantong A a.Pengambilan 90 kali: Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 1,258 2x pengambilan < 2x table 1,258 < 5,99

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 12 : 3 : 1 b.Pengambilan 160 kali Pada Percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 3,705

2x pengambilan < 2x table 3,705 < 5,99

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 12 : 3 : 1 2. Pengambilan pada kantong B a. Pengambilan 90 kali Pada Percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 3,456

2x pengambilan < 2x table 3,456 < 5,99

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 9 : 3 : 4 b. Pengambilan 160 kali Pada Percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 2,858

2x pengambilan < 2x table 2,858 < 5,99

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 9 : 3 : 4 3. Pengambilan pada kantong C a. Pengambilan 90 kali Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 0,502

2x pengambilan < 2x table 0,502 < 3,84

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 13 : 3 b. Pengambilan 160 kali Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 0502

2x pengambilan < 2x table

0,502 < 3,84 Ho diterima, pengambilan sesuai dengan

perbandingan 13 : 3 4. Pengambilan pada kantong D a. Pengambilan 90 kali Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 0,002965

2x pengambilan < 2x table 0,002965 < 3,84

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 15 : 1 b. Pengambilan 160 kali Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 1,306

2x pengambilan < 2x table 1,306 < 3,84

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 15 : 1 5. Pengambilan pada kantong E a. Pengambilan 90 kali Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 0,43 2x pengambilan < 2x table 0,43 < 3,84

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 9 : 7 b. Pengambilan 160 kali Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 1,072 2x pengambilan < 2x table 1,072 < 3,84

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 9 : 7 6. Pengambilan pada kantong F a. Pengambilan 90 kali Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 0,597

2x pengambilan < 2x table 0,597 < 5,99

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 9 : 6 : 1

b. Pengambilan 160 kali Pada percobaan ini diperoleh 2x pengambilan = 0,161

2x pengambilan < 2x table 0,161 < 5,99

Page 9: Genetika Tumbuhan acara VI

Ho diterima, pengambilan sesuai dengan perbandingan 9 : 6 : 1

VII. KESIMPULAN 1. Penyimpangan semu Hukum Mendel disebabkan oleh

interaksi gen. 2. Interaksi gen sangat berpengaruh terhadap sifat suatu

individu. 3. Pada penyimpangan semu Hukum Mendel

sebenarnya prinsip segregasi bebas tetap berlaku tetapi karena gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri-ciri tertentu maka perbandingan yang dihasilkan menyimpang dari Hukum Mendel.

4. Ada 6 macam jenis interaksi gen yang dipelajari dalam praktikum kali ini.

DAFTAR PUSTAKA Crowder, L.V. 1993. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Ni Luh Putu. 12 Februari 2009.

http://idonkelor.blogspot.com/2009/02/gen-hukum-mendel.html. diakses pada tanggal 17 Mei 2009

Suryo. 1986. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Syifa. 7 April 2008. Penyimpangan Hukum Mendel.

http://maqdhiatusunindra4.multiply.com/journal/item/3. Diakses pada tanggal 17 mei 2009.

Yatim, Wildan. 1980.Genetika. Bandung: Tarsito.