genetika tumbuhan

190
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN ACARA I PENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM Semester: Ganjil 2014 Oleh: Heppi Nur Djanati A1L013127/ E KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 1

Upload: heppinurjanati

Post on 09-Nov-2015

177 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

ACARA IPENGAMATAN PERILAKU KROMOSOMACARA IITEORI KEMUNGKINANACARA III MONOHIBRIDACARA IV DIHIBRIDACARA VPENYIMPANGAN HUKUM MENDELACARA VIPENGHITUNGAN FREKUENSI ALEL, FREKUENSI GENOTIP, PENGUKURAN SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA TUMBUHANACARA IPENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM

Semester:Ganjil 2014Oleh:Heppi Nur DjanatiA1L013127/ EKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangBagian terkecil dalam tubuh makhluk hidup disebut sel. Gen adalah unit terkecil bahan sifat keturunan. Sel didalamnya terdapat benang-benang halus berbentuk batang atau pendek dan lurus atau bengkok yang dinamakan kromosom. Kromosom berfungsi untuk membawa faltor keturunan. Untuk mengetahui aktifitas didalam kromosom, dapat dilihat dari pembelahan selnya.Pembelahan sel dibagi dua jenis yaitu pembelahan mitosis dan meiosis. Pembelahan mitosis adalah pembelahan yang terjadi didalam sel somatis yang menghasilkan dua sel anakan yang sifatnya sama dengan induknya. Pembelahan meiosis dalah pembelahan sel yang terjadi didalam sel gamet yang menghasilkan empat sel anakan yang sifatnya setengah dari sel induknya. Fase pembelahan yang diamati dalam praktikum adalah fase pembelahan mitosis yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.Pembelahan sel tidak dapat diamati dengan mata telanjang untuk itu dalam praktikum digunakan mikroskop. Praktikum ini menggunakan bawang merah karena bawang merah kromosomnya besar dan tidak banyak, mudah didapat dan mudah dalam pewarnaan. Bagian bawang merah yang digunakan adalah bagian ujung akar karena bagian itu merupakan bagian yang paling aktif membelah. Walaupun telah menggunakan mikroskop pembelahan selnya masih sulit diamati oleh karena itu dalam praktikum digunakan hygroxichinolin. Hal ini dikarenakan hygroxichinolin dapat meningkatkan visibilitas saat pengamatan kromosom.B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kromosom pada pembelahan mitosis.

II. TINJAUAN PUSTAKAPembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (maristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman (Campbell, 1999). Pembelahan sel secara mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase interfase, profase, methafase, anafase dan telofase. Pembelahan ini menghasilkan dua anakan yang sifatnya sama persis dengan induknya (2n). Pembelahan misalnya persiapan unuk replikasi DNA (melipat gandakan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan) (Crowder, 1990).Umumnya sebagian besar hidup sel berada pada fase interfase. Tahap interfase merupakan tahap yang aktif dan penting untuk mempersiapkan. Interfase dibagi lagi kedalam fase (G1), fase sintesis (S) dan fase (G2). Tahap G1 lamanya beragam dan tergantung dari sifat fisiologis sel. Tahap G1 berlangsung dari 3-4 jam bahkan sampai beberapa tahun. Fase G1 merupakan fase pemulaan sintesis (S) lamanya 7-8 jam setelah replikasi DNA terjadi masa kesenjangan kedua (G2). Sel mengandung DNA empat kali lebih banyak dari RNA yang terdapat dalam gamet pada akhir G2 sel mengalami mtosis dan sitokinesis. Selama interfas kromosom tidak terlihat karena benang-benang kromatin tidak beroilin. Interaksi antara DNA, RNA dan protein terjadi selama tahap-tahap interfase (Crowder, 1990).

Tahapan pembelahan mitosis dibagi menjadi empat fase yaitu:a. ProfaseNukleolus mulai menghilang, kromatin berubah menjadi berubah menjadi kromosom, kromosom menggandakan diri menjadi dua yang disebut kromatid (bakal kromosom anak), untaian kromosom yang semula meluas menjadi pilinan maka untaian itu menjadi lebih pendek dan tebal serta tampak lebih nyata.dinding sel inti mulai menghilang (Kimball, 1994).b. MetafaseKromosom-kromosom menempatkan diri dibidang tengah dari sel (Suryo, 1998).c. Anafase Sentomer membelah, kromosm dalam satu kromosom induk berpisah menjadi kromosom anak, lalu pergi kekutub yang berlawanan (Yatim, 2003).d. TelofaseKromosom berubah menjadi kromatin (terbentuk stel kromosom yang identik pada tiap kutub). Serat gelendong hilang. Nukleolus muncul, bintang kutub menjadi sentriol, mengganda menjadi dua, diselimuti sentrosom. Terbentuk dua sel anakan (Yatim, 2003).Tujuan pembelahan mitosis pada makhluk hidup adalah ntuk membantu sel memelihara ukurannya, menyeimbangkan jumlah DNA dan RNA, untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan tubuh organisme, untuk mengganti sel yang rusak atau mati, dan untuk membantu dalam reproduksi aseksual (Karmana, 2006). Penggunaan hydroxichinolin sangat membantu dalam menghitung jumlah kromosom pada saat analisis mitosis. Penggunaan hydroxichinolin dapat meningkatkan visibilitas saat pengamatan kromosom, sedangkan penambahan dengan grub hydroxil akan lebih berpotensi lagi (Tjio dan Levas, 1950).Percobaan pembelahan mitosis umumnya menggunakan bawang merah. Bawang merah memiliki jumlah kromosom 2n = 16. Hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak, memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah untuk dibuat preparat (Firmansyah, dkk., 2007). Bawang merah merupakan komoditas sayuran pada dataran rendah, meskipun bukan kebutuhan pokok, tetapi hamper selalu dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masah sehari-hari (Ambarwati dan Yuwono, 2003).

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan perilaku kromosom adalah akar bawang merah, larutan 0,002 M hydroxichinolin, larutan 45% CH3COOH, larutan HCL dan larutan aceto orcein/ carmin. Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan perilaku kromosom adalah kaca preparat, cover glass, beker glass, penangas air, pembakar bunsen, mikroskop dan jarum.

B. Prosedur Kerja1. Umbi bawang merah dipilih yang bagus dan dikecambahkan di air sampai muncul akar.2. Akar bawang merah dicuci sampai bersih dengan air.3. Akar bawang merah dipotong bagian ujungnya sepanjang 1 cm dan dimasukkan ke dalam larutan 0,002 M hydroxichinolin, kemudian disimpan dalam ruangan gelap pada suhu 20o C selama 1 jam.4. Akar bawang merah bagian ujungnya difiksasi dengan menggunakan larutan 45% CH3COOH selama 10 menit.5. Bahan dimeserasi dengan campuran HCL dan CH3COOH dengan perbandingan 3:1 pada suhu 60 o C selama 3 menit.6. Akar bawang merah diambil bagian ujungnya dan diletakkan di atas gelas preparat.7. Preparat ditetesi larutan aceto cermin sebanyak 2 tetes.8. Gelas preparat ditutup dengan gelas penutup (cover glass) dan dihancurkan ujung akar bawang merah dengan cara ditekan.9. Preparat dilewatkan di atas nyala api bunsen.10. Preparat diamati di bawah mikroskop. a. Fase-fase dalam mitosis dicari dan diamati pada preparat yang dibuat.b. Fase yang paling banyak jumahnya dihitung fasenya.c. Fase-fase yang ada dipreparat yang dibuat digambar.d. Perbesaran yang digunakan dicatat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilTabel 1. Fase pembelahan mitosisNoFaseGambarKeterangan

1.Profase143652Perbesaran=40 xPreparat=Bawang merahJumlah kromosom =161. Sister kromatid2. Kromatid3. Sentromer4. Membran inti5. Sentriol6. Dinding sel

2.Metafase163542Perbesaran=40 xPreparat=Bawang merahJumlah kromosom =161. Sentromer2. Kromatid3. Benang sepindel4. Kutub5. Sentriol6. Dinding sel

3. Anafase356412Perbesaran=40 xPreparat=Bawang merahJumlah kromosom =161. Kromatid2. Benang sepindel3. Sentriol4. Kutub5. Sentromer6. Dinding sel

4.Telofase15432Perbesaran=40 xPreparat=Bawang merahJumlah kromosom =161. Membran inti2. Kromatid3. Sentromer4. Sekat sitokinesis5. Dinding sel

B. PembahasanPembelahan sel adalah perbanyakan sel pada makhluk hidup yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Prawisuda, 2014). Dalam pembelahan sel selalu berkaitan dengan istilah kromosom. Kromosom adalah benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Kromosom dibedakan menjadi dua yaitu kromosom autosom dan kromosom kelamin. Sepasang kromosom disebut kromosom homolog (Suryo, 1998). Kata kromosom berasal dari kata khroma yang artinya adalah warna dan soma yang artinya adalah badan (Suprihati, dkk., 2007). Kromosom berperan penting pada pembelahan sel karena kromosom terletak di dalam sel. Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (maristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman (Campbell, 1999). Pembelahan sel secara mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase interfase, profase, methafase, anafase dan telofase. Pembelahan ini menghasilkan dua anakan yang sifatnya sama persis dengan induknya (2n). Pembelahan misalnya persiapan unuk replikasi DNA (melipat gandakan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan) (Crowder, 1990).Tahapan pembelahan mitosis dibagi menjadi empat fase yaitu:1. ProfaseNukleolus mulai menghilang, kromatin berubah menjadi berubah menjadi kromosom, kromosom menggandakan diri menjadi dua yang disebut kromatid (bakal kromosom anak), untaian kromosom yang semula meluas menjadi pilinan maka untaian itu menjadi lebih pendek dan tebal serta tampak lebih nyata.dinding sel inti mulai menghilang (Kimball, 1994).2. MetafaseKromosom-kromosom menempatkan diri dibidang tengah dari sel (Suryo, 1998).3. Anafase Sentomer membelah, kromosm dalam satu kromosom induk berpisah menjadi kromosom anak, lalu pergi kekutub yang berlawanan (Yatim, 2003).4. TelofaseKromosom berubah menjadi kromatin (terbentuk stel kromosom yang identik pada tiap kutub). Serat gelendong hilang. Nukleolus muncul, bintang kutub menjadi sentriol, mengganda menjadi dua, diselimuti sentrosom. Terbentuk dua sel anakan (Yatim, 2003).Hubungan antara pembelahan mitosis dengan genetika pada tumbuhan adalah tumbuhan membutuhkan pembelahan sel untuk pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan diperankan oleh satu unit hidup terkecil, yaitu sel (Prawisuda, dkk., 2014). Waktu perkembangan tanaman untuk mempertahankan sifatnya dengan menurunkan sifatnya keanakan. Hal-hal yang berhubungan dengan ilmu keturunan disebut genetika. Genetika merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana sifat keturunan diwariskan kepada anakanya (Yatim, 2003). Genetika tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan pada tumbuhan yang diwariskan ke anakanya.Bahan yang digunakan pada praktikum pembelahan mitosis adalah ujung akar bawang merah. Ujung akar bawang merah digunakan sebagai preparat karena ujung akar merupakan organ yang paling aktif membelah daripada bagian yang lainnya. Ujung akar bawang merah yang telah dipotong dan dicuci direndam dalam larutan 0,002 M hydroxichinolin selama 1 jam dengan suhu 20oC. Penggunaan hydroxichinolin dapat meningkatkan viibilitas pada saat pengamatan kromosom (Tjio dan Levas, 1950). Ujung akar difiksasi dengan larutan 45% CH3COOH selama 10 menit. Fiksasi dengan CH3COOH dilakukan untuk menghentikan pembelahan sel sehingga fase pembelahan sel mudah untuk diamati karena telah behenti membelah (Sarasmiyanti, 2008).Kemudian ujung akar bawang merah dimeserasi. Larutan yang digunakan untuk meserasi adalah larutan HCl dan CH3COOH dengan perbandingan 3:1. Fungsi meserasi adalah untuk melunakkan bahan ujung bawan merah sehingga saat penekanan sel tidak rusak karena terlalu keras menekan. Meserasi jangan terlau lama karena sel dapat rusak. Setelah itu ujung akar bawang merah ditaruh diatas kaca preparat dan diberi aceto cermin 2 tetes dan ditutup dengan cover glass dan ditekan. Fungsi aceto cermin yaitu untuk memberi warna pada sel sehingga memudahkan dalam pengamatan dengan mikroskop. Setelah diberi aceto cermin preparat dibiarkan selama 1 menit supaya larutan meresap dan supaya saat penekanan larutan tidak hilang terkena penekanan. Setelah satu menit larutan ditekan dengan dilapisi tissue, dilapisi tissue supaya tidak ada rongga udara yang terbentuk dan memudahkan dalam penekanan.Waktu pemotongan pada pengamatan dilakukan sekitar pukul 08.00 hal ini dilakukan karena pada saat itu sel bawan merah lagi aktif membelah dan selnya masih segar karena masih pagi. Menurut Imaniar (2014), pemotongan akar bawang merah untuk membuat preparat pengamatan kromosom sebaiknya dilakukan pada waktu-waktu tertentu agar dapat ditemukan fase mitosis bawang merah, kromosom dapat terlihat jelas pada pemotongan akar pukul 07.30-09.00.Pembelahan mitosis pada praktikum fase yang diamati profase, metafase, anafase dan telofase. Pengamat ini tidak semua kelompok dapat melihat semua fase pembelahan pada preparat yang diamati masing-masing kelompok. Namun saat pengamatan kelompok saya dapat melihat semua fase pembelahan sel hal ini dikarenakan saat pembuatan preparat ketelitiaan dala pemotongan dan penekanan saat dibutuhkan dan pengamatan saat di mikroskop harus sejeli mungkin. Fase profase pada praktikum hal yang terlihat hanya membran inti mulai menghilang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yatim (2003), nukleolus menghilang, karyotheca hilang, kromatid berubah menjadi kromosom. Kromosom menjadi kromatid. Fase metafase pada praktikum terlihat bahwa kromosom berkumpul di bidang ekuator dan tidak ada membran inti. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yatim (2003), tiap kromosom yang terdiri dari sepasang kromatid yang masih melekat pergi ke bidang ekuator, mengandung serat gelendong lewat sentromer.Fase anafase pada praktikum terlihat kromatid berpisah kearah kutup yang berlawanan. Hal ini sesuai dengan Yatim (2003), sentromer membelah, kromatid dalam satu kromosom induk berpisah menjadi kromosom anak, lalu pergi ke kutub bersebrangan.Fase telofase pada praktikum terlihat sel mengganda menjadi dua, membaran inti mulai terbentuk terlihat sekat antar sel yaitu sekat sitokinesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yatim (2003), nukleolus muncul, serat gelendong hilang, terbentuk karyotheca, bintang kutub jadi sentriol, mengganda menjadi dua, diselimuti sentrosom.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanFase-fase pembelahan mitosis yaitu profase, metaphase, anaphase dan telofase. Fase profase pada praktikum hal yang terlihat hanya membran inti mulai menghilang. Fase metafase pada praktikum terlihat bahwa kromosom berkumpul di bidang ekuator dan tidak ada membran inti. Fase anafase pada praktikum terlihat kromatid berpisah kearah kutup yang berlawanan. Fase telofase pada praktikum terlihat sel mengganda menjadi dua, membaran inti mulai terbentuk terlihat sekat antar sel yaitu sekat sitokinesis.B. SaranSebaiknya alat-alat dan bahan-bahan dalam praktikum lebih dilengkapin lagi.

DAFTAR PUSTAKAAmbarwati, E. dan P. Yuwono. 2003. Keragaman Stabilitas Hasil Bawang Merah. Vol. 10 No. 2.

Cambell. 1999. Biologi Ed. 5 Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Crowder, L. V. 1990. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Firmansyah, R., dkk. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Grafindo. Bandung.

Imaniar, E. F. dan M. Pharmawati. 2014. Kerusakan Kromosom Bawang Merah (Allium cepa L.) Akibat Perendaman dengan Etidium Bromida. Jurnal Simbiosis II (2).

Karmana, O. 2006. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama, Jakarta.

Kimball, J. 1994. Biologi Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Prawisuda, D., dkk. 2014. Pembelahan Mitosis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Sarasmiyanti, A. 2008. Amalisis Sitogenetika Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Jogorogo. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Suprihari, D., dkk. 2007. Identifikasi Kariotip Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.) Kultifar Brastagi Sumatera Utara. Jurnal Biologi Sumatera Utara Vol. 2 No. 1.

Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tjio, J. H. dan A. Levas. 1950. The Use of Oxyquinolin in Chromosom Analysis. Anales Estacion Exper, Aula Dei, Spain.

Yatim, W. 2003. Genetika. Tarsito, Bandung.

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA TUMBUHANACARA IITEORI KEMUNGKINAN

Semester:Ganjil 2014Oleh:Heppi Nur DjanatiA1L013127/ EKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangKemungkinan atau probabilitas sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pengamatan teori kemungkinan menggunakan metode uji chi-square dalam penghitungan analisisnya. Metode chi-square adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut. Teori kemungkinan sering digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan dan untuk menyatakan suatu pernyataan yang tidak diketahui akan kebenarannya. Pengamatan dilakukan dengan melempar mata uang logam karena dengan tujuan supaya dalam percobaan yang sebenarnya dapat menghitung peluang. Jadi pengamatan ini bertujuan untuk melatih mengtahui kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam suatu percobaan. Serta bertujuan supaya melatih menggunakan uji chi-square supaya dalam pengamatan yang sebenarnya telah bisa menggunakannya.Suatu percobaan jarang ditemukan hasil yang selalu benar karena pasti ada penyimpangan. Supaya terbukti perhitungan percobaan sesuai dengan teori kemungkinan atau tidak maka dilakukan uji analisis chi-square. Rumusnya adalah X2hitung = (lOi-Eil-0,5)2/Ei, jika hanya ada satu sifat beda, jika ada dua sifat beda maka X2=(Oi-Ei)2/Ei. Keterangan:X2= Chi QuadratO = Observed (nilai pengamatan)E = Expected (nilai harapan) = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai).B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan berlatih menggunakan uji X2 dan dapat menggunakanya kembali untuk persilangan yang sesungguhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKATeori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori kemungkinan untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut (Crowder, 1990). Kemungkinan peristiwa yang diharapkan, ialah perbandingan antara peristiwa yang mungkin terjadi terhadap obyek (Yatim, 2003). Probabilitas atau istilah lainnya kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagainya umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan. Probabilitas dapat juga digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan yang tidak diketahui akan kebenarannya, diduga berdasarkan prinsip teori peluang yang ada. Sehubungan dengan itu teori kemungkinan sangat penting dalam mempelajari genetika. Kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya (Suryo, 1998).Konsep peluang secara umum merupakan teori yang didasarkan pada himpunan peristiwa yang berkemungkinan sama, atau sebagai frekuensi relative, atau seperti penentuan sebjektif taruhan yang adil. Secara intuisif peluang dihubungkan kepada himpunan peristiwa yang mempunyai kemungkinan sama. Suatu keadaan yang dapat dibandingkan terjadinya, jika digunakan table bilangan acak untuk memilih sesuatu. Peluang juga merupakan suatu frekuensi relative peristiwa tertentu dalam barisan percobaan yang sangat panjang (Dixon, 1991).Dasar-dasar dari teori kemungkinan menurut Suryo (1998) dan Pay (1987) antara lain:a. Kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhanya. Rumusnya adalah K(x)=x/x+y. Misalnya uang logam yang dilempar ke atas kemungkinan mendapatkan gambar garuda adalah 1/1+1 atau kemungkinan muncul gambar garuda adalah garuda/garuda+angka= .b. Kemungkinan terjadi dua peristiwa atau lebih, yang masing-masing berdiri sendiri ialah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa-peristiwa itu. Rumusnya adalah K(x+y)=K(x)K(y). Misalnya dua mata uang logam dilempar bersama-sama kemungkinan muncul garuda pada kedua mata uang logam adalah K (garuda)=, K (garuda+garuda) = =. Dapat diartikan setiap 4 kali melakukan lemparan dengan mata uang logam bersama-sama, kesempatan untuk mendapat garuda pada uang logam itu dalah satu kali saja.c. Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang saling mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa-peristiwa itu. Rumusnya adalah K (x atau y)= K(x)+K(y). Misalnya jika dua ung logam dilempar secara bersama-sama maka kemungkinan munculnya dua garuda dan dua angka pada uang logam adalah K(garuda)= , K(angka)=, K(dua garuda) = =, K (dua angka)= , K(2 kepala atau 2 angka)= + = .Suatu percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat benar, karena pasti ada penyimpanganya. Menurut perhitungan ahli statistik penyimpangan yang masih dapat diterima adalah 5% yang atau disebut batas normal penyimpangan. Untuk perhitungan percobaan dilakukan analisis chi-squrae. Analisis chi-square digunakan untuk membuktikan percobaan sesuai dengan teori atau tidak. Rumusnya adalah X2hitung = (lOi-Eil-0,5)2/Ei, jika hanya ada satu sifat beda, jika ada dua sifat beda maka X2=(Oi-Ei)2/Ei. Keterangan: X2= Chi Quadrat; O = Observed (nilai pengamatan); E = Expected (nilai harapan); = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Suryo, 1998).

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum teori kemungkinan adalah mata uang logam dan lembar pengamatan. Alat yang digunakan dalam praktikum teori kemungkinan adalah uang logam, kalkulator, dan alat tulis.B. Prosedur Kerja1. Satu keping mata uang logam dilemparkan keatas, lalu dicatat hasilnya (angka atau gambar). Pelemparan dilakukan 50x dan 100x. Hasilnya dianalisis dengan uji X2.2. Dua keping uang logam dilemparkan sekaligus, lalu dicatat hasilnya (angka atau gambar). Pelemparan dilakukan 50x dan 100x. Hasilnya dianalisis dengan uji X2.3. Tiga keping uang logam dilemparkan sekaligus, lalu dicatat hasilnya (angka atau gambar). Pelemparan dilakukan 50x dan 100x. Hasilnya dianalisis dengan uji X2.4. Semua data dicatat pada lembar pengamatan yang disediakan.5. Semua hasil analisis ditulis pada lembar yang tersedia dalam diktat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. 1 Koin dengan perbandingan 1:1 (X2tabel=3,84)a. Pengulangan 50xTabel 2. Uji X2 pelemparan 1 koin pengulangan 50x (1:1)Karakteristik yang Diamati

AG

O252550

E x 50 = 25 x 50 = 2550

= 0,25 = 0,250,5

=0,01 =0,010,02

X20,010,010,02

Kesimpulan= X2hitung < X2tabel karena X2hitung=0,02 kurang dari X2tabel=3,84 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.b. Pengulangan 100xTabel 3. Uji X2 pelemparan 1 koin pengulangan 100x (1:1)Karakteristik yang Diamati

AG

O5050100

E x 100 = 50 x 100 = 50100

= 0,25 = 0,250,5

=0,005 =0,0050,01

X20,0050,0050,01

Kesimpulan= X2hitung < X2tabel karena X2hitung=0,01 kurang dari X2tabel= 3,84 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.2. 2 Koin dengan perbandingan 1 : 2 : 1 (X2tabel=5,99)a. Pengulangan 50xTabel 4. Uji X2 pelemparan 2 koin pengulangan 50x (1:2:1)Karakteristik yang Diamati

AAAGGG

O12191950

E x 50 = 12,5 x 50 = 25 x 50 = 12,550

22 = 0,252 = 362 = 42,2566,25

=0,02=1,44=3,384,84

X20,021,443,384,84

Kesimpulan= X2hitung hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.b. Pengulangan 100xTabel 5. Uji X2 pelemparan 2 koin pengulangan 100x (1:2:1)Karakteristik yang Diamati

AAAGGG

O176023100

E x 100 = 25 x 100 = 50 x 100 = 25100

22 = 642 = 1002 = 4168

4,72

X22,5620,164,72

Kesimpulan= X2hitung hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.3. 3 Koin dengan perbandingan 1 : 3 : 3 : 1 (X2tabel=7,83)a. Pengulangan 50xTabel 6. Uji X2 pelemparan 3 koin pengulangan 50x (1:3:3:1)Karakteristik yang Diamati

AAAAAGAGGGGG

O121120750

E x 50 = 6,25 x 50 = 18,75 x 50 = 18,75 x 50 = 6,2550

22=33,062 = 60,062 = 1,562 = 0,5695,12

=5,29=3,20=0,08=0,098,66

X25,293,200,080,098,66

Kesimpulan= X2hitung hasil pengujian tidak signifikan artinya pengujian tidak sesuai dengan perbandingan.b. Pengulangan 100xTabel 7. Uji X2 pelemparan 3 koin pengulangan 100x (1:3:3:1)Karakteristik yang Diamati

AAAAAGAGGGGG

O11413711100

E x 100 = 12,5 x 100 = 37,5 x 100 = 37,5 x 100 = 12,5100

22 = 2,25= 12,252 = 0,252 = 2,2595,12

=0,18=0,327=0,007=0,180,694

X20,180,3270,0070,180,694

Kesimpulan= X2hitung hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.

B. PembahasanGenetika merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan karakter yang diturunkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya secara turun temurun. Individu yang terbentuk dari hasil perkawinan yang dapat dilihat dari fenotipnya dengan kemungkinan-kemungkinan pertemuan gamet jantan dan betina. Keturunannya dapat diduga dengan teori kemungkinan. Oleh karena itu ilmu teori kemungkinan mempunyai hubungan yang erat dalam mempelajari ilmu genetika. Misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk atau tetua gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoa, serta berkumpulnya kembali gen-gen didalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai macam kombinasi. Teori kemngkinan adalah teori untuk menyatakan pernyataan yang belum diketahui akan kebenarannya (Suryo, 1998).Percobaan dalam ilmu genetika, penunjukan percobaanya signifikan atau tidak disebabkan oleh beberapa factor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil percobaan signifikan atau tidak signifikan yaitu disebabkan oleh hasil perhitungan data apakah hasil nilai X2hitungnya lebih besar atau nilai X2hitungnya lebih kecil dibandingkan dengan X2tabel, apabila jumlah nilai pada X2hitungnya lebih kecil dari X2tabel maka percobaan tersebut dikatakan signifikan dan jika nilai X2hitungnya lebih besar dari X2tabel maka percobaan dikataknan tidak signifikan. Sebaran data dan sifat data juga dapat mempengaruhi hasil percobaan yang signifikan atau tidak signifikan. Faktor lainnya yang mempengaruhi hasil perbandingan signifikan dan tidak signifikan yaitu pembandingnya, harapanya dan observasinya. Frekuensi harapan adalah frekuensi yang nilainya dapat dihitung secara teoritis (E). Frekuensi observasi adalah frekuensi yang nilainya didapat dari hasil percobaan (O). Selain itu juga pelemparan koinnya dan juga karena faktor kebetulan, misalnya saat pelemparan koin kebetulan dapat didapat koin tengkurap atau terlentang (Surjadi, 1989).Percobaan dalam ilmu genetika menggunakan X2tabel 5% karena bila menggunakan 1% keakuratannya lebih baik. Keakuratan 5 % adalah 95% dan keakuratan 1% adalah 99%. Ilmu genetika tidak ada kepastiannya karena pasti ada galat sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan 1% karena pasti datanya keakuratannya lebih baik sehingga tidak memungkinkan adanya galat. Namun penggunaannya tergantung penghitungnya. Perhitungan secara matematik oleh ahli setatitik menyatakan apabila X2yang didapat dari perhitungan terletak dibawah nilai kemungkinan 0,05 atau kurang dari 0,01 sampai 0,001 itu berarti bahwa faktor kemungkinan hanya berpengaruh sebanyak 5% atau kurang. Kemungkinan terjadinya suatu percobaan yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya atau biasanya dikatakan sebanding (Suryo, 1998).Selain uji chi-square ada lagi uji yang digunakan dalam ilmu genetika yaitu uji binomium. Binomial hanya dapat digunakan untk menghitung peluang yang masih dalam rencana. Seringkali dalam melakukan percobaan tidak akan memperoleh hasil yang sesuai benar dengan yang diharapkan. Rumus binomial untuk menyatakan kemungkinan adalah (a+b)n. Adan b merupakan kejadian/ peristiwa yang terpisah, sedangkan n menyatakan percobaan. Contoh: Kita melakukan tos dengan 3 uang logam bersama-sama. Berapa kemungkinannya kita akan mendapatkan satu kepala dan dua ekor pada ketiga mata uang logam?Jawaban:Karena digunakan 3 uang logam maka n=3. Diawa telah diketahui bahwa diwaktu melakukan tos dengan mata uang logam, kemungkinan untuk mendapatkan kepala adalah sama besarnya dengan kemungkinan untuk mendapatkan ekor yaitu .Andaikan:a= kemungkinan untuk mendapatkan kepala ().b= kemungkinan untuk mendapatkan ekor ().(a+b)3= a3+ 3a2b+ 3ab2+ b3Sehingga: K (1 kepala, 2 ekor)= 3ab2= 3()()2= 3/8 (Suryo, 1998).Sehingga dapat diketahui dalam genetika menggunakan uji chi-square (X2) karena uji ini dikatakan uji nyata, data yang diperoleh besar menyimpang dari nisbah yang diharapkan, tidak secara kebetulan sedangkan uji binomial hanya uji yang belum nyata atau masih dalam rencana yang belum pasti.Percobaan dalam ilmu genetika menurut Suryo (1998) dikatakan signifikan bila X2hitung< X2tabel dan tidak signifikan bila X2hitung>X2tabel. Dari hasil pengamatan telah didapat data pada pelemparan satu uang logam sebanyak 50x lemparan, didapat data yang signifikan maka hasil pelemparan yang dilakukan sesuai dengan perbandingan. Begitu juga pada pelemparan 100x lemparan, diperoleh data yang signifikan karena didapat: X2hitung hasil pengujian signifikan artinay pengujian sesuai dengan perbandingan atau sesuai dengan hukum Mendel I.

B. PembahasanPersilangan monohibrid adalah persilangan satu sifat beda dengan perbandingan fenotip 3:1. Hubungan hukum Mendel I dengan persamaan monohibrid adalah membuktikan bahwa hukum Mendel tersebut benar dan dapat memberikan keterangan mengenai fakta berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Jadi hukum Mendel I dapat sebagai acuan atau standar dalam persilangan satu sifat beda (monohibrid). Hai ini dikarenakan pada persilangan monohibrid galur induk merupakan galur murni untuk sifat yang jelas pembedanya. Penyilangan jenis-jenis induk yang mempunyai satu sifat beda maka F1 (keturunan pertama) akan sama dengan induknya yang mempunyai faktor dominan. Sedangkan pada F2 mempunyai dua tipe yaitu dominan dan resesif sehingga pembentukan gamet keduanya konstan memisah dalam jumlah yang sama dan hanya satu sifat yang terdapat dalam gamet (Crowder, 1990).Praktikum persilangan monohibrid menggunakan kedelai. Varietas yang digunakan dalam praktikum adalah kedelai varietas grobogan dan varietas muria. Kedelai varietas grobogan merupakan kedelai lokal Kabupaten Grobogan yang dilepas pada tahun 2008. Perkembangan budidaya kedelai ini telah berkembang pesat di Kabupaten Grobogan (Balitkabi, 2012). Varietas kedelai grobogan memiliki potensi hasil 2,77 ton ha-1, bobot biji 18 g/100 biji, umur panen 76 hari (Balitkabi, 2005 dalam Marliah, dkk., 2012). Kedelai varietas lokal grobogan menjadi pilihan masyarakan Jawa Tengan telah sejak lama khususnya masyarakan Kabupaten Grobogan. Varietas lokal ini mempunyai keunggulan umumnya lebih pendek polongnya, besar dan tingkat kematangan polong dan daun bersamaan jadi pada saat dipanen daun kedelai sudah rontok.Deskripsi lengkap kedelai varietas grobogan yaitu variets ini dilepas tahun 2008 dengan Sk Mentan 238/ Kpts/ SR. 120/ 3/ 2008, varietas berasal dari pemurnian populasi lokal malaban grobogan. Tipe pertumbuhannya determinit dengan warna hipokotil ungu, warna epikotil ungu, warna daun hijau agak tua, warna bulu batang coklat, warna bunga ungu, warna kulit biji kuning muda, warna polong tua coklat, warna hilum biji coklat. Bentuk daunnya lanceolate, tidak mempunyai percabangan. Tanaman berbunga pada umur 30-32 hari dan polongnya masak pada umur 76 hari. Tinggi tanaman 50-60 cm dengan bobot biji 18 g/ 100 biji. Rata-rata hasil yang didapatkan 2,77 ton/ ha. Potensi hasilnya 3,40 ton/ ha. Kandungan protein 43,9 % dan kandungan lemak 18,4 %. Daerah sebaran yaitu dapat beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik. Polong masak tidak mudah pecah dan pada saat panen daun luruh 95-100 % saat panen > 95 % daunnya telah luruh. Varies ini di pemuliakan oleh Suhartini, M. Muclish Adie dengan pengusul Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa Tengah (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2010).Deskripsi lengkap kedelai varietas muria yaitu kedelai varietas muria dilepaskan berdasarkan Sk Menteri Pertanian No. 18/ Kpts/ TP. 240/ 1/ 1987 pada tanggal 14 Januari 1987. Asal varietas seleksi pedigree dari varietas orba yang diiradiasi dengan sinar gamma dosis 0,4 kg. Nomor induk Psj/ 69. Nomor galurnya Psj/ 69. Varietas ini mempunyai warna hipokotil hijau, warna epikotil hijau, warna daunnya hijau muda, warna bunga putih, warna hilum biji kuning, warna kulit polong masak coklat dan warna buunya coklat. Tipe pertumbuhan determinit. Tinggi tanamanya dapat mencapai 40-50 cm. Umur tanaman berbunga 33-35 hari dan polongnya masak pada umur 83-88 hari. Bentuk bijinya bulat agak lonjong. Kedelai ini mengandung protein sebanyak 35-36 % dan lemak sebanyak 21,5 %. Hasil rata-rata yaitu 1,8 ton/ ha. Kedelai varietas ini pemulianya Hendartno dan Rivaie Ratma (Wahyudi, dkk., 2012).Manfaat mempelajari persilangan monohibrid dalam bidang pertanian yaitu untuk mengetahui kemungkinan yang dihasilkan dari persilangan tanaman dengan mengetahui sifat dominan dan resesifnya. Persilangan monohibrid dapat digunakan untuk mengetahui persilangan sederhana tanaman dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid dapat pula digunakan untuk mengetahui keturunan kedua persilangan yang dihasilkan dari persilangan keturunan pertama.Hubungan antara gen, kromosom, DNA, lokus, genotip dan fenotip dalam persilangan monohibrid adalah sebagai berikut: Gen adalah unit genetis yang terdapat didalam kromosom. Satu kromosom terdapat ribuan bahkan puluhan ribu gen. Gen-gen tersebut terdapat di dalam DNA dan merupakan segmen dari DNA yang berperan dalam menentukan sifat individu. Dengan mikroskop elektron, gen tidak akan nampak melainkan struktur berupa asam nukleat Deoxyribo Nucleic Acid (DNA). Oleh karena itu. Gen adalah nama fungsional, sedangkan DNA adalah naman strukturalnya. Didalam kromosom gen-gen mempunyai suatu lokasi yang spesifik yang disebut lokus gen. Gen-gen itu terletak berderet sepanjang kromosom. Suatu sifat dikendalikan oleh sepasang gen. Anggota dari sepasang gen disebut sebagai alel dimana satu alel diperoleh dari induk jantan dan yang lain dari induk betina. Pasangan alel tersebut merupakan penentu dari suatu sifat (Rochmah,dkk., 2009).Alel dinyatakan dengan huruf. Sifat dominan ditulis dengan huruf kapital. Misalnya, menulis sifat manis pada mangga yang dominan dengan sifat masam, maka alel penentu manis dinyatakan dengan M dan sifat masam dengan m. Apabila alel M berpasangan dengan alel M membentuk genotip MM (sifat manis). Namun jika alel M berpasangan dengan m membentuk genotip Mm sifatnya manis karena M dominan. Dan apabila m berpasangan dengan m akan menghasilkan genotip mm (sifat masam) (Rochmah, dkk., 2009).Jika gen tersebut terdiri dari dua alel dominan, maka gen disebut gen homozigot dominan. Jika dibentuk dua alel resesif disebut gen homozigot resesif dan apabila terbentuk dari satu alel dominan dan satu alel resesif maka disebut gen heterozigot. Susunan genetis suatu sifat yang dikandung individu disebut genotip. Genotip dinyatakan dengan sepasang huruf untuk setiap sifat. Pasangan huruf dapat disusun oleh dua huruf yang sama, dapat pula disusun oleh dua huruf yang berbeda. Genotip yang dinyatakan dengan dua huruf yang sama menunjukkan sifat homozigot dan genotip yang disusun dari dua huruf yang berbeda menunjukkan sifat heterozigot. Fenotip adalah bentuk luar atau sifat yang dapat ditangkap oleh panca indra. Contoh rambut hitam, warna merah, kulit kasar. Sifat fenotip didasarkan pada genotip yang dominan atau resesif (Rochmah, dkk., 2009).Hasil percobaan yang dilakukan pada persilangan monohibrid dihasilkan perbandingan fenotipe 3:1 (ungu:hijau) dan perbangan genotip 1:2:1 (HH:Hh:hh) dari persilangan antara kedelai varietas grobogan (ungu) dan varietas muria (hijau). Warna ungu yang dominan didapat dari persilangan adalah 11 dan warna hijau resesif yang didapat 4 dari total tanaman yang hidup 15 maka didapat X2hitung 0,0215 sedangkan X2tabel 3,84. Hasil percobaan ini dikatakan signifikan karena X2hitung lebih kecil dari X2tabel berarti hasil percobaan sesuai dengan hukum Mendel I. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryo (1998) yaitu persilangan monohibrid akan dihasilkan keturunan yang semuannya seragam. Jika salah satu dominan maka sifatnya akan sama dengan individu yang dominan pada F1. Saat individu F1 heterozigot membentuk gamet maka akan terjadi pemisahan alel, sehinga gamet hanya mempunyai salah satu alel saja. Domonasi penuh, monoibrid mengasilkan perbandingan genotip 1:2:1 dan perbandingan fenotip 3:1. Percobaan dikatakan signifikan apabila X2hitungX2tabel.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanPersilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe :1 dan genotipe 1:2:1. Hal ini membuktikan kebenaran dari hukum Mendel I yang dinyatakan oleh Mendel. Hukum Mendel I disebut juga Hukum segregasi atau pemisahan gen sealel yang menghasilkan perbandingan genotip F2 = 1 : 2 : 1.

B. SaranSebaiknya praktikan lebih disuruh untuk merawat dengan baik kedelai dan teliti dalam menghitung data supaya tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan.

DAFTAR PUSTAKABALITKABI, 2012, Perdalaman Deskripsi Kedelai Grobogan. (On-line), http:/balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-litbang/902-perdalam-deskripsi-kedelai-grobogan-disertan-tph-kabupaten-grobogan-berkunjung-ke-balitkabi.html diakses tanggal 2 Desember 2014.

Crowder, L. V. 1990. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Irwan, A. E. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Merill). Makalah. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Marliah. A., dkk. 2012. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Kedelai (Glycine max L.) Merill). Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2010. Kedelai Varietas Lokal Grobogan. Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia.

Rochmah, S. N., dkk. 2009. Biologi: SMA dan Ma Kelas XII. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Wahyudi, B. I., dkk. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Hasil Pemuliaan Mutasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta.

Yatim, W. 2003. Genetika. Tarsito, Bandung.

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA TUMBUHANACARA IVPERSILANGAN DIHIBRID

Semester:Ganjil 2014Oleh:Heppi Nur DjanatiA1L013127/ EKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangSetiap tetua mempunyai hasrat untuk mengembangbiakkan sifatnya supaya tidak punah dengan adanya penyilangan dengan tetua yang lainnya. Dari persilangan antara kedua tetua Mendel melakukan penelitian tentang persilangan sifat beda tersebut, persilangan yang pertama dilakukan adalah persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid dapat dikatakan persilangan antara dua individu dengan hanya melihat satu sifat pembedanya. Setelah itu Mendel melakukan persilangan lagi yaitu persilangan dihibrid atau persilangan dengan dua sifat beda.Persilangan dihibrid merupakan perkawinan dua individu dengan dua sifat beda. Persilangan ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1. Hal ini dilakukan karena pada kenyataannya seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya. Namun ternyata penyimpangan ini hanya merupakan penyimpangan semu karena pola dasarnya sebenarnya sama dengan hukum Mendel.Suatu percobaan jarang ditemukan hasil yang selalu benar karena pasti ada penyimpangan. Supaya terbukti perhitungan percobaan sesuai dengan teori hukum Mendel II atau tidak maka dilakukan uji analisis chi-square. Rumusnya adalah X2=(Oi-Ei)2/Ei. Keterangan: X2= chi-square; O = Observed (nilai pengamatan); E = Expected (nilai harapan); = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai).Percobaan tenteng persilangan dihibrid menggunakan lalat Drosophila melanogaster. Drosophila melanogaster merupakan lalat yang banyak digunakan dalam percobaan dalam ilmu genetika. Penggunaan lalat ini pada praktikum karena lalat ini mudah didapat, harganya murah dan pemeliharaan mudah, siklus hidupnya pendek (10 15 hari), mudah dibedakan lalat jantan dan betina, jumlah keturunan yang dihasilkan dalam satu siklus hidup banyak, mempunyai jenis mutan yang banyak, jumlah kromosom sedikit (4 pasang), mempunyai kromosom raksasa dalam kelenjar ludah larva dan lalat drosophila jantan tidak mengalami pindah silang.

B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel II pada persilangan dihibrid.

II. TINJAUAN PUSTAKAPersilangan dihibrid merupakan persilangan yang melibatkan pola pewarisan dua macam sifat seketika dengan hasil akhir didapatkan perbandingan fenotipe 9:3:3:1 (Crowder, 1990). Persilangan dihibrid bertujuan untuk membuktikan hukum Mendel II yang berbicara tentang pengelompokan gen secara bebas atau dalam bahasa Inggrinya Independent assortment of genes. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yakni persilangan ini dari individu yang memiliki dua atau lebih karakter berbeda. Persilangan dihibrid disebut juga hukum asortasi (Yatim, 2003).Suatu percobaan jarang ditemukan hasil yang selalu benar karena pasti ada penyimpangan. Supaya terbukti perhitungan percobaan sesuai dengan teori hukum Mendel II atau tidak maka dilakukan uji analisis chi-square. Rumusnya adalah X2=(Oi-Ei)2/Ei. Keterangan: X2= chi-square; O = Observed (nilai pengamatan); E = Expected (nilai harapan); = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Suryo, 1998).Persilangan dihibrid menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster) yang pertama kali di perkenalkan oleh Morgan dan Castel pada tahun 1900 dan diketahui Drosophila melanogaster dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran genetika pada organisme diploid. Lalat ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan genetika selanjutnya. Alasan penggunaan lalat ini sebagai objek pengamatan dikarenakan ukurannya kecil, mempunyai siklus hidup yang pendek, dapat memproduksi keturunan banyak, generasi yang baru dapat dikembangbiakkan setiap dua minggu, mdah didapat, tidak memakan biaya dalam pengamatan dan mudah perawatannya (Stine, 1991 dalam Chumaisah, 2002).Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah, dimasukkan dalam filum antropoda, kelas insekta, bangsa diptera, anak bangsa Cylophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3), seri acaliptrata (imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa), duku drosophilidae, jenis Drosophila melanogaster. Drosophila melanogaster di Indonesia terdapat 600 jenisnya, di Pulau Jawa sekitar 120 jenis dari suku drosophilidae (Siburian, 2008).Drosophila melanogaster normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: panjang tubuh lalat dewasa 2-3 mm, imago betina umumnya lebih besar dibandingkan dengan yang jantan, tubuh berwarna coklat kekuningan dengan faset mata berwarna merah berbentuk elips. Terdapat pula mata oceli yang mempunyai ukuran lebih kecil dari mata mejemuk, berada pada bagian atas kepala, diantara dua mata majemuk, berbentuk bulat. Selain itu, Drosophila melanogaster normal memiliki antena yang berbentuk tidak runcing dan bercabang-cabang dan kepala bderbentuk elips. Thorax berwarna krem, ditumbuhi banyak bulu, dengan warna dasar putih. Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari garis-garis hitam yang terletak pada abdomen. Sayap Drosophila melanogaster normal memiliki ukuran yang panjang dan lurus, bermula dari thorax hingga memiliki abdomen lalat dengan warna transparan (Wahyuni, 2013).Drosophila melanogaster betina posterior lebih lancip dan bergaris hitam sampai keujungnya (Suryo, 1998). Abdomen jantan berujung tumpul, dan segmen lancip kaarena adanya ovipositor. Drosophila melanogaster betina biasanya berukuran tubuh lebih besar dari jantan. Drosophila melanogaster dewasa dan tidak virgin lagi biasanya warnanya lebih tua dibandingkan imago yang lainnya (Siburian, 2008). Lalat jantan mempunyai sex comb (sisir kelamin) pada kaki depannya, sehingga digunakan sebagai alat identifikasi, sedangkan lalat betina tidak memiliki sisir kelamin. Lalat betina mempunyai tanda berwarna gelap atau hitam pada abdomen bagian dorsal sedangkan pada lalat jantan tidak ada (Wahyuni, 2013).Metamorfosis pada Drosophila melanogaster termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur-larva instar I- larva instar II-larva instar III-pupa-imago. Empat tahap siklus hidup Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:a. TelurTelur berukuran 0,5 mm dan berbentuk lonjong. Telur dilapisi oleh dua lapisan, yang pertama selaput vitelin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan yang kedua selaput tipis kuat (korion) dibagian luar dan di anterior terdapat dua tangkai tipis. Permukaan korion tersusun atas lapisan kitin yang kaku, berwarna putih tarnsparan. Salah satu ujungnya terdapat filamen-filamen yang dapat mencegah telur tidak tergenang di dalam medium (Stickberger, 1962 dalam Wahyuni, 2013). Jumlah telur maksimum mencapai 400-500 butir dalam waktu 10 hari. Panjang telur 5 mm. Telur pada bagian luarnya diselimuti oleh selaput tipis dan kuat (Siburian, 2008).b. LarvaTelur menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Larva berwarna putih, memiliki segmen, berbentuk seperti cacing, mulutnya berwarna hitam berbentuk kait yang berfungsi untuk membuat lubang. Stadium larva aktifitas makannya meningkat dan pergerakanya relatif cepat. Droshophila melanogaster pada tahap larva mengalami dua kali pergantian kulit. Tahap antar pergantian kulit yang satu ke tahap berikutnya disebut tahap instar (Stickberger, 1962 dalam Wahyuni, 2013). Larva Drosophila melanogaster memiliki tiga tahap instar disebut larva instar-1, larva instar-2, dan larva instar-3 dengan waktu peerkembangan berturut-turut selama 24 jam, 24 jam, dan 48 jam diikuti perubahan ukuran tubuh yang makin besar (Ashburner, 1989 dalam Mulyanti, 2005).c. PupaProses perkembangan pupa menjadi dewasa membutuhkan waktu 4-4,5 hari. Pupa muda berwarna kuning muda, bagian kutikula mengeras dan berpigmen. Tahap pupa terjadi perkembangan organ dan bentuk tubuh. Lalat dewasa tubuhnya menjadi bulat dan sayapnya lebih panjang. Warna tubuh Drosophila melanogaster dewasa yang baru muncul lebih mengkilap dibandingakan Drosophila melanogaster yang lebih tua (Stricberger, 1962 dalam Wahyuni, 2013).d. Dewasa Lalat dewasa jantan dan betina mempunyai perbedaan morfologi pada bagian posterior abdomen. Lalat betina dewasa mempunyai garis-garis hitam melintang mulai dari permukaan dorsal sampai bagian tepi. Lalat jantan ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan lalat betina dewasa dan bagian segmen abdomen berwarna hitam Stricberger, 1962 dalam Wahyuni, 2013).Lalal Drosophila melanogaster ujung arteriornya terdapatbdua tangkai kecil seperti sendok yang disebut filament dan berfunfsi sebagai water wings yaitu untuk mencegah agar telur tidak tenggelam terlalu dalam pada suatu medium. Lalat ini pada ujung arteriornya juga dijumpai suatu lubang kecil yang berfungsi sebagai saluran masuk sperma. Perkembangan Drosophila melanogaster dikelompokkan menjadi dua fase yaitu fase embrionik dan pasca embrionik. Siklus hidup Drosophila melanogaster setiap tahapnya dapat diamati dengan jelas, yaitu pada tahap telur, embrio, instar I, instar II, imstar III, instar IV, pupa dan imago. Lama pertumbuhan Drosophila melanogaster berfariasi sesuai temperatur (Siburian, 2008).

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum persilangan dihibrid adalah lalat Drosophila melanogaster, media lalat, plastik kering, chlorofom, kapas dan lembar pengamatan. Alat yang digunakan dalam praktikum persilangan dihibrid adalah botol bening, cawan pertidish dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja1. Lalat Drosophila melanogaster dipilih sebanyak 10-20 pasang dengan dua sifat beda tertentu untuk dikawinkan.2. Setelah Nampak berbentuk pupa (6-7 hari setelah dikawinkan), semua induk persilangan dibuang sebelum pupa menjadi imago.3. Keturunan pertama (F1) diamati. Apabila terdapat lebih dari satu fenotipe, persilangan tidak dapat dilanjutkan hingga F2 karena hasil ini menunjukkan bahwa induk betina yang digunakan tidak virgin.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. Gambar lalat Drosophila melanogastera. NormalTabel 10. Hasil pengamatan lalat buah normalNo.Tipe lalatTerlihat dariGambarKeterangan

1. NormalAtas1. Warna mata: Merah.2. Warna badan: Kelabu.3. Panjang sayap: Lebih panjang dari badan.4. Segmen abdomen: Garis hitamnya tebal.

Normal1. Warna mata: Merah.2. Warna badan: Kelabu.3. Panjang sayap: Lebih panjang dari badan.4. Segmen abdomen: Garis hitamnya tipis.

2. NormalBawah1. Abdomen posterior: Tumpul.2. Segmen abdomen: Tebal.

Normal1. Abdomen posterior: Lancip.2. Segmen abdomen: tipis.

b. EbonyTabel 11. Hasil pengamatan lalat buah ebonyNo.Tipe lalatTerlihat dariGambarKeterangan

1. EbonyAtas1. Warna mata: Merah.2. Warna badan: Putih.3. Panjang sayap: Lebih panjang dari badan.4. Segmen abdomen: Pada bagian ujung terdapat garis hitam pekat.

Ebony1. Warna mata: Merah.2. Warna badan: Putih.3. Panjang sayapLebih pendek dari badan.4. Segmen abdomen: Terdapat garis hitam tipis secara merata di seluruh abdomen.

2. EbonyBawah1. Segmen abdomen : Bagian ujung tumpul.2. Abdomen posterior: Garis hitam di bagian ujung lebih besar dan pekat dibanding garis atasnya.

Ebony1. Segmen abdomen: Bagian ujung lancib.2. Abdomen posterior: Garis hitam tipis dari bagian tengah sampai ujung secara merata.

c. DumpyTabel 12. Hasil pengamatan lalat nuah dumpyNo.Tipe lalatTerlihat dariGambarKeterangan

1. DumpyAtas1. Warna mata: Merah.2. Warna badan: Putih.3. Panjang sayap: Lebih panjang dari badan.4. Segmen abdomen: Pada bagian ujung terdapat garis hitam pekat.

Dumpy41. Warna mata: Merah.2. Warna badan: Putih.3. Panjang sayap: Lebih panjang dari badan.4. Segmen abdomen: Terdapat garis hitam tipis secara merata di seluruh abdomen.

2. DumpyBawah1. Segmen abdomen: Bagian ujung tumpul.2. Abdomen posterior: Garis hitam di bagian ujung lebih besar dan pekat dibanding garis atasnya.

Dumpy1. Segmen abdomen: Bagian ujung lancip.2. Andomen posterior: Garis hitam tipis dari bagian tengah sampai ujung secara merata.

2. Bagan persilangan tetua lalat betina normal dengan tetua lalat jantan dumpyP1: Normalx Dumpy (SSAA) (ssaa)SS : Sayap panjang ss: Sayap 2/3 panjang lalatAA: Warna tubu kelabuaa: Warna tubuh putihF1: SS : LetalSsAa100%aa : LetalSs : Sayap panjangAa : Warna tubu kelabuP2 : SsAaxSsAaF2 : Tabel 13. Hasil persilangan lalat buah normal dan dumpySAsASasa

SASSAASaAASSAaSsAa

sASsAAssAASsAassAa

SaSSAaSsAaSSaaSsaa

SaSsAassAaSsaassaa

9S_A= Sayap panjang, warna tubuh kelabu.3ssA_= Sayap 2/3 panjang lalat, arna tubuh kelabu.3S_aa= Sayap panjang, warna tubuh putih.1ssaa= Sayap 2/3 panjang lalat, warna tubuh putih.3. Uji X2 (Chi-Square)Perbandingan = 9:3:3:1X2tabel= 7,28Tabel 14. Uji X2 persilangan dihibrid (9:3:3:1)Karakteristik yang Diamati

S_A_ssA_S_aassaa

O6618227113

Ex113=63,56 x 113 =21,19 x 113 =21,19 x 113 =7,06113

22=5,952 = 10,182 = 0,652 = 0,003616,7836

=0,09=0,48=0,03=0,00050,6005

X20,090,480,030,00050,6005

Kesimpulan= X2hitung < X2tabel karena X2hitung=0,6005 kurang dari X2tabel= 7,28 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan atau sesuai dengan Hukum Mendel II.

B. PembahasanPersilangan dihibrid merupakan persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda yang menghasilkan empat macam gamet. Persilangan dihibrid menghasilkan perbandingan fenotip 9:3:3:1 karena tiap karakter akan mengalami segregasi dengan nisbah 3:1 pada F2, sehingga kemungkinan peristiwa terjadi bersama-sama dengan perkalian kemungkinan untuk mendapatkan empat macam fenotip (Crowder, 1990). Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel II yang menyatakan bahwa Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung pada segregasi pasangan lainnya, sehingga didalam gamet-gamet yang terbentuk terjadi pemilihan gen-gen secara bebas (Yatim, 2003).Hubungan persilangan dihibrid dengan hukum Mendel II adalah pada persilangan dihibrid atau persilangan dengan dua sifat beda menghasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1 maka jelas bahwa persilangan dihibrid telah membuktikan baha paa persilangan terjadi pemilihan bebas pada keturunan yang kedua. Misalnya pada proses meiosis yang ada dua gen yaitu gen A-a dan gen B-b. Masing-masing den diletakkan pada kromosom yang berlainan sehingga ada 2 pasang kromosom ketika awal meiosis. Anaphase meiosis I terjadi pemisahan dan kromosom homolog berpisah kekutub yang berbeda ada yang keatas dan kebawah missal a keatas dan A ke bawah atau kebalikanya begitu pula dengan gen B-b. Dan menghasilkan 4 macam pengelompokan pasangan gen yaitu kromosom A dan B ke kutub atas, kromosom a dan b ke kutub bawah, kromosom A dan b kekutub atas dan kromosom a dan B kekutub bawah. Sehingga ada empat macam gamet yang terbentuk di akhir meiosis yaitu AB, ab, Ab dan aB. Dihasilakan empat macam gamet karena pada teruanya AABB disilangkan dengan aabb sehingga menghasilkan AaBb yang ada empat macam gamet dan 100% hanya ada 1 fenotipe dan apabila disilangkan lagi akan menghasilkan 4 macam fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Dari contoh ini dapat dibuktikan hubungan hukum Mendel dengan persilangan dihibrid yaitu gen dengan 2 sifat beda akan berpindah secara bebas sehingga dihasilkan empat macam fenotipe (Yatim, 2003).Contohnya pemuliaan tanaman dengan persilangn adalah pare yang dimuliakan oleh AVRDC (Taiwan) warna buah hijau cerah, renyah don rosa buahnya tidak pahit. Lain halnya dengan pare bokal yang rasanya pahit. Sifat buah ini akan menentukan harga di pasar. Kompetisi harga sayuran ditentukan oleh kualitas sayuran tersebut. Untuk perbaikan sifat atau kualitas hasil sayuran hanya dapat ditempuh dengan jalan memuliakan tanaman sayurnya. Hasil-hasil pemuliaan tanaman sayur yang telah dicapai saat ini sangat banyak sekali jumlah dan macamnya. Hasil pemulian tanaman sayur ini tidak lain adalah perbaikan sifat yang menguntungkan. Di bawah ini beberapa contoh tanaman sayur yang telah diperbaiki sifat-sifatnya menurut eLisa UGM (2012) antara lain:

1. Tomat Pemuliaan tanaman tomat yang telah berhasil dilakukan adalah membuat varietas tomat berumur pendek (umur berbunga ataupun umur mulal masaknya buah), jumlah bunga yang berhasil menjadi buah meningkat, habitus tanaman pendek dan menjadi determinate, tahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti Phytophtora dan Alternaria serta tahan terhadap harna utama seperti nematoda, toleran atau tahan terhadap cekaman lingkungan seperti suhu tinggi, kelebihan lengas tanah karena tigginya curah hujan dan masalah tanah seperti tanah berkadar garam tinggi dan tanah masam, perbaikan kualitas buah baik untuk konsumsi segar maupun untuk diolah serta ketahanan buah terhadap pengiriman jarak jauh dan ketahanan disimpan. 2. Kecipir Tujuan pemuliaan tanaman kecipir tergantung pada hasil tanaman yang dimanfaatkan. Sebagai hijauan pemuliaan ditujukan pada perbaikan sifat buah kecipir muda yang dipanen, yaitu dikehendaki tanaman yang cepat berbunga, hasil polong tinggi, warna yang hijau, kandungan serat rendah dan rasa yang lebih enak. Perbaikan sifat kecipir untuk diambil bijinya ditujukan pada tanaman cepat berbunga (umur genjah), polong masak serentak, hasil bijinya tinggi, persentase kulit polong rendah, kandungan protein dan minyak yang tinggi dan warna biji putih.

3. Mentimun Pemuliaan tanaman mentimun yang berhasil dilakukan adalah memperbaiki sifat-sifat tanaman seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit utama, perbaikan kualitas buah seperti kekompakan buah, kandungan bijinya sedikit, warna dan diameter buah, perbaikan ekspresi kelamin bunga (diharapkan bunga betina lebih banyak daripada bunga jantan), dan perbaikan tipe tanaman seperti internodia pendek, buahnya banyak dan masak serentak sehingga dapat dipanen dengan mesin.4. Wortel Pembuatan hibrida F1 lebih ditekankan poda penggunaan sitoplasmik male sterility pada salah satu galur inbred yang dijadikan sebagai tetua betina. Pada wortel ada dua tipe sitoplasmik male sterility, yaitu tipe anther coklat, anther mengalami degenerasi sebelum antesis, sitoplasmik male steriliiy tipe ini termasuk dalam S-sitoplasrna dan paling sedikit terdapat dua gen resesif yang mengendalikan sifat ini. Tipe yang kedua adalah petaloid type, yaitu anther diganti dengan lima buah daun bunga (petal) atau kelopok bunga, sitoplasmik male sterility tipe ini termasuk dalam S-sitoplasma dan paling sedikit terdapat dua gen dominan yang mengendalikan sifat ini. Pemuliaan tanaman wortel yang dilakukan ditujukan untuk perbaikan daya hasih yang tinggi, laju pertumbuhan cepat dan tanaman berumur genjah, keseragaman dalam bentuk umbi yaitu silindris dan ukuran umbinya juga seragam, warna bagian xylem dan phloem umbi seragam yaitu oranye tua, permukaan bagian luar halus, ketahanan terhadap retak dan pecah dan akar selama akar dipanen dan penanganan pascapanen, aroma, kandungan karoten, bentuk akar lurus dan tahan terhadap hama dan penyakit utama. 5. Bawang merah Perbaikan sifat bawang merah ditujukan pada ketahanan terhadap penyakit daun, perbaikan kualitas umbi seperti warna merah ungu, bentuk umbi bulat, ukuran umbi besar dan peningkatan hasil umbi. 6. Kubis Perbaikan sifat tanaman kubis diutamakan dengan menggunakan hibrida F1 berdasarkan pada single cross antara dua galur inbred. Tujuan utama pemullaan kubis adalah memperbaiki bentuk dan ukuran krop, yaitu bentuk gepeng dan bulat padat, kepadatan bagian dalam krop, susunan daun yang membentuk krop dan warna daun penyusun krop seragam, panjang batang di dalam krop, rosa, kandungan vitamin C, berumur genjah, kemampuan daun-daun penyusun krop untuk tetap menyatu atau tidak segera lepas satu per satu setelah kubis masak, produktivitas tinggi dan toleran terhadap suhu tinggi serta ketahanan hama dan penyakit utama serta gangguan fisiologis. 7. Selada Pemuliaan tanaman selada ditujukan untuk perbaikan sifat kegeniahan, tanaman tidak cepat membentuk bunga, krop besar dan kompak yang tidak mudah rusak selama pengangkutan, ketahanan terhadap hama dan penyakit mosaik dan downmildew, kandungan nitrat rendah dan adanya perbaikan kualitas.

8. Cabai Saat ini banyak dihasilkan cabai yang berupa cabai hibrida dengan memanfaatkan adanya male sterility atau dengan emaskulasi serta polinasi dengan bantuan manusia. Perbaikan sifat tanarnan cabal ditujukan pada ketahanan terhadap penyakit utama, peningkatan hasil, umur genjah, masak awal dan kualitas rasa pedas, toleran terhadap cekaman abiotik dan aroma serta warna buah menarik. Menurut pendapat saya contoh persilangan dihibrid pada tanaman semusim di bidang pemuliaan tanaman antara lain:1. Persilangan atara padi gogo yang mempunyai sifat tahan hama dan penyakit namun waktu sampai masa panennya lama dengan padi IR-64 yang tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit namun dapat menghasilkan produk dalam waktu yang tidak terlalu lama.MMyy x mmYY, M dominan dan Y dominan maka akan menghasilkan keturunan F1 MmYy yang tahan hama dan penyakit serta dapat menghasilkan produk dalam waktu yang relative lebih singkat. Dilakukan persilangan ini karena semakin banyak kebutuhan padi dan kegagalan dalam penanaman padi biasanya karena serangan hama. Dengan persilangan ini maka diharapkan dapan memenuhi kebutuhan pangan dan tidak harus impor beras dari Negara lain atau daerah lain.2. Persilangan antara jagung manis yang enak untuk di makan manusia tetapi perlu perawatan yang intensif dengan jagung pakan unggas yang rasanya tidak enak untuk dimakan manusia tapi tidak perlu perawatan yang intensif.Persilangan ini diharapkan dapat terpenuhinya kebutuhan jagung dan jagung tidak perlu perawatan yang intensif sehingga dapat ditinggal melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jagung enak (H) dominan terhadap jagung tidak enak (h), jagung tidak perlu perawatan intensif (V) dominan terhadap jagung perlu perawatan intensif (v). Bentuk persilanganya adalah HHvv dengan hhVV akan menghasilakan keturunan HhVv yang enak dan tidak perlu perawatan yang intensif.3. Persilangan antara kedelai yang produksinya sedikit tapi bobot bijinya berat dengan kedelai produksi banyak tapi bobot bijinya rendah.Persilangan ini bertujuan untuk memenuhi swasembada pangan di Indonesia supaya di Indonesia tidak harus impor kedelai lagi untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Kedelai bobotnya tinggi (Q) dominan terhadap kedelai bobot rendah (q), Kedelai produksi tinggi (S) dominan terhadap produksi rendah (s). persilangan ini menghasilkan kedelai yang bobot polongnya berat dan produksinya banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan kedelai dan menguntungkan petani dan Negara.4. Persilangan antara bawang merah yang dapat ditanam di dataran sedang/rendah namun bawang merah yang dihasilkan kecil-kecil dengan bawang merah yang hanya bias ditanam di dataran tinggi namun bawang merah yang dihasilkan besar. Persilangan ini diharapkan dapat menghasilkan bawang merah yang besar namun tidak harus ditanam didataran tinggi karena dapat kita ketahui bahwa sebenarnya dataran tinggi sebaiknya ditanami tanaman tahunan supaya tidak terjadi erosi. Bawang merah yang dapat ditanam didataran sedang/rendah (Z) dominan terhadap bawang merah yang hanya dapat ditanam didataran tinggi. Bawang merah besar (X) dominan terhadap bawang merah kecil (x). Sehingga dari persilangan ini dihasilakan bawang merah yang dapat ditanam di dataran sedang/rendah yang bawang merahnya besar.5. Persilangan antara cabai keriting yang tidak pedas namun buahnya besar dengan cabai rawit yang pedas namun buahnya kecil.Persilangan ini diharapkan dapat menciptakan buah cabai yang besar dan pedas. Sehingga dengan ini kalau mau masak hanya membutuhkan cabai dalam jumlah yang sedikit dan tidak boros serta cabai yang belum matang dapat digunakan untuk lalapan tanapa harus cabai rawit namun cabai biasa bias untuk lalapan. Cabai buah besar (C) dominan terhadap cabai yang buahnya kecil (c). Cabai pedas (T) dominan terhadap cabai yang tidak pedas (t). Dari persilangan ini dihasilkan cabai yang besar dan pedas (CcTt).Persilangan dihibrid menggunakan lalat Drosophila melanogaster. Lalat Drosophila melanogaster mempunyai banyak jenis mutan. Diantaranya jenis-jenis mutanDrosophila melanogastersebagai berikut (Borror, dkk., 1998; Russell, 1994 dan Pai, 1992):1. DumpySayap lalat lebih pendek hingga dua pertiga panjang normal dengan ujung sayap tampak seperti teropong. Bulu pada dada tampak tidak rata. Sayap pada sudut 90o dari tubuh dalam posisi normal mereka (Borror, dkk., 1998).

Gambar 1. Lalat buah mutan dumpy (Annonim, 2014)2. SepiaWarna matanya coklat sampai hitam yang disebabkan kerusakan gen pada kromosom ketiga dan lokus 26 (Russell, 1994).3. ClotWarna mata lalat maroon yang semakin gelap menjadi coklat seiring dengan pertambahan usianya (Borror, dkk., 1998).4. EbonyLalat berwarna gelap hampir hitam dibadannya diakibatkan adanya mutasi pada gen yang terletak pada kromosm ketiga. Gen secara normal berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal, namun karena kerusakan maka pigmen hitam menumpuk di seluruh tubuh (Borror, dkk., 1998).

Gambar 2. Lalat buah mutan ebony (Annonim, 2014)5. CurlySayap lalat keriting disebabkan adanya mutasi gen pada kromosom kedua (Borror, dkk., 1998).

Gambar 3. Lalat buah mutan curly (Annonim, 2014)6. WhiteWarna matanya putih disebabkan kerusakan gen white pada kromosm pertama lokus 1.5 sehingga tidak dapat menghasilkan pigmen berwarna merah (Pai, 1992).

Gambar 4. Lalat buah mutan white (Annonim, 2014)7. EyemissingMata berupa titik akibat nutasi pada kromosom ketiga didalam tubuhnya sehingga yang seharusnya diinstruksi sel didalam larva untuk menjadi mata menjadi tidak terbentuk karena adanya mutasi (Russell, 1994).

8. ClasetClaset merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau merah delima. Mutasi terjadi pada kromosom ketiga lokus 100,7 (Russell, 1994).9. MiniatureSayapnya vestigial sehingga tidak mampu terbang. Lalat ini mengalami kecacatan pada gen vestigial yaitu pada kromosom kedua. Mutasi lalat ini mutasi resesif (Borror, dkk., 1998).10. TakiTaki merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika terbang maupun hinggap. Mutasi yang menyebabkanya terjadi pada kromosom nomor 3 lokus 91 (Russell, 1994).11. BlackTubuhnya berwarna hitam akibat kerusakan pada gen hitam pada komosom kedua lokus 48,5 (Borror, dkk., 1998).Hasil pengamatan persilangan dihibrid memberikan keterangan bahwa lalat betina badanya lebih besar dari pada sayap jantan, abdomen posterior betina lebih lancip daripada abdomen posterior jantan yang tumpul, segmen abdomen pada bagian ujungnya lebih tipis daripada segmen abdomen ujung lalat jantan yang pekat. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1998) dan Siburian (2008), bahwa Drosophila melanogaster betina posterior lebih lancip dan bergaris hitam sampai keujungnya. Abdomen jantan berujung tumpul, dan segmen terakhirnya berwarna hitam. Ujung posterior abdomen lalat betina lebih lancip karena adanya ovipositor. Drosophila melanogaster betina biasanya berukuran tubuh lebih besar daripada jantan. Perbedaan lalat norml dengan lalat dumpy yaitu warna tubuhnya dan sayapnya. Lalat normal berwarna kelabu denagn sayap panjang. Sedangkan lalat dumpy berwarna putih dengan sayap 2/3 panjang normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Borror, dkk (1998) bahwa lalat dumpy sayap lalat lebih pendek hingga dua pertiga panjang normal dan warna tubuhnya putih. Serta pendapat Yatim (2003) bahwa lalat normal sayapnya panjang dan warna tubuhnya kelabu atau abu-abu.Pengamatan memberikan hasil persilangan dihibrid antara lalat normal dengan lalat dumpy diperoleh keturunan F2 dengan perbandingan fenotipe 9:3:3:1, dengan X2 tabel= 7.82 dan X2 hitung= 0,6005. Sehingga X2 hitung < X2 tabel, maka hasil pengujian signifikan atau hasil pengujian sesuai dengan hukum Mendel II. Hal ini sesuai pendapat Suryo (1998) bahwa pernyataan dikatakan signifikan bila X2hitung< X2tabel dan tidak signifikan bila X2hitung>X2tabel.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanPersilangan dihibrid merupakan persilangan dengan dua sifat beda yang masing masing pasang gennya berpindah secara bebas sehingga menghasilkan keturunan yang utuh dari dua gen missal AaBb. Hal ini membuktikan kebenaran dari hukum Mendel II yang dinyatakan oleh Mendel. Hukum Mendel II berbunyi bahwa Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung pada segregasi pasangan lainnya, sehingga didalam gamet-gamet yang terbentuk terjadi pemilihan gen-gen secara bebas. Hukum Mendel II disebut juga Hukum Asortasi atau pengelompokan gen secara bebas yang menghasilkan perbandingan F2 = 9:3:3:1.B. SaranSebaiknya praktikan lebih disuruh untuk mencermati ketelitianya dalam mengamati lalat dan menghitung data supaya tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan.

DAFTAR PUSTAKAAnnonim. 2014. Mutan Droshophila melanogaster. (On-line), http://www.exploratorium.edu/imagingstation/gallery.php?Category=Drosophila&Section diakses tanggal 21 November 2014.Borror, dkk. 1998. Pengenalan Pelajaran Serangga. 8th Ed. Terjemahan dari An Introduction to Study of Insect oleh Soetiyono Partosoedjono. UGM Press, Yogyakarta.

Chumaisiah, N. 2002. Pengaruh Inbreeding Terhadap Viabilitas dan Fenotip Lalat Buah (Drosophila melanogaster M.) Tipe Liar dan Mutan Sepia. Skripsi. Jurusan Biologi, FKIP UNEJ, Jember.

Crowder, L. V. 1990. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Elisa. 2012. Pemuliaan tanaman sayur. (On-line), http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/51202/9a6bc16d9a73d29fe2a1493829e650f2 diakses tanggal 24 November 2014.

Mulyanti, F. 2005. Mutagenesis Perakuat dengan Uji Letal Resesif Terpaut Seks pada Drosophila melanogaster M. Skripsi. Jurusan Biologi, FMIPA UNPAD, Bandung.

Pai, C. A. 1987. Dasar-Dasar Genetika, Terjemahan M. Affandi. Erlangga, Jakarta.

Russell, P. J. 1994. Fundamental of Genetics. Harper Collins Collage, USA.

Siburian, J. 2008. Studi Keanekaragaman Drosophila sp. di Kota Jambi. Jurnal Biospecies Volume 1 No 2.

Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahyuni, S. 2013. Pengaruh Maternal Terhada Visibilitas lalat Buah (Drosophila melanogaster Meigen) Strain Vestigial (Vg). Skripsi. Jurusan Biologi, FKIP UNEJ, Jember.

Yatim, W. 2003. Genetika. Tarsito, Bandung.

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA TUMBUHANACARA VPENYIMPANGAN HUKUM MENDEL

Semester:Ganjil 2014Oleh:Heppi Nur DjanatiA1L013127/ EKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPersilangan antar individu akan memunculkan individu baru dengan sifat antara kedua tetua atau salah satu tetua. Persilangan diatur oleh hukum Mendel namun adapula penyimpangan terhadap hukum Mendel. Persilangan dengan satu sifat beda dinyatakan dengan hukum Mendel I yang mempunyai perbandingan fenotip 3:1 dan persilangan dengan dua sifat beda dinyatakan dengan hukum Mendel II yang mempunyai perbandingan 9:3:3:1. Namun dalam kenyataanya terkadang terdapat penyimpangan yang mungkin disebabkan oleh adanya interaksi gen, gen letal dn sebagainya. Namun ternyata penyimpangan ini hanya merupakan penyimpangan semu karena pola dasarnya tetap sama dengan hukum Mendel.Penyimpangan hukum mendel adalah peristiwa munculnya perbandingan yang sesuai dengan hukum Mendel. Penyimpangan semu hukum Mendel disebut juga penyimpangan hukum non-Mendel. penyimpangan terjadi karena ada beberapa gen saling mempengaruhi dalam penunjukan fenotip. Perbandingan fenotip dapat berubah, tetapi prinsip dasar dari cara pewarisan tetap sesuai dengan prinsip Mendel.Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan dari hukum Mendel. Suatu percobaan jarang ditemukan hasil yang selalu benar karena pasti ada penyimpangan. Supaya terbukti perhitungan percobaan sesuai dengan teori kemungkinan atau tidak maka dilakukan uji analisis chi-square. Rumusnya adalah X2hitung = (lOi-Eil-0,5)2/Ei, jika hanya ada satu sifat beda, jika ada dua sifat beda maka X2=(Oi-Ei)2/Ei. Keterangan:X2= Chi QuadratO = Observed (nilai pengamatan)E = Expected (nilai harapan) = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai).B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui penyimpangn dari hukum Mendel.

II. TINJAUAN PUSTAKAMendel awalnya melakukan percobaan dengan menyilangkan kacang ercis yang ada dikebun gereja di Kota Burnn pada tahun 1859-1966). Mendel menanam kacang ercis dn mengamati keturunannya. Mendel menggunakan kacang ercis dengan alasan yaitu:a. Mudah melakukan penyerbukan sendiri.b. Mudah didapat.c. Cara pemeliharaanya mudah.d. Umurnya pendek sehingga pengamatan tidak terlalu lama.e. Memiliki banyak sifat pembeda dan masing-masing sifat pembeda perbedaanya mencolok antar, misalnya bunga ungu dan bunga, bentuk biji bulat dan keriput, dan lain-lain (Pratiwi, 2006).Hasil persilangan dari Mendel diantaranya setelah kering ada yang berbiji keriput dan bulat ada yang berpolong hijau dan kuning (Kimball, 1994). Persilangan satu sifat beda karakter yang diperhatikan adalah warna bunga, dimana pada perkecambahan biji menghasilkan varietas generasi pertama bunganya ungu. Mendel menelusuri katakter yang dapat diturunkan untuk tiga generasi. Ketika hasil perkawinan pada F1 menyerbuk sendiri dengan hasil perkawinan F1 yang lain, terdapat rasio 3:1 antara kedua varietas dalam generasi F2 (Campbell, 1999).Mendel membuat asumsi berdasarkan penelitiannya tersebut yang biasanya dinamakan hipotesis, dan jika benar akan menghasilkan keterangan pada hasil-hasil percobaan itu yang meliputi antara lain (Kimball, 1994):a. Setiap organisme mempunyai faktor yang mengendalikan sifat tertentu yaitu genb. Pengendalian faktor-faktor tersebut diwariskan dari induknya.c. Faktor tersebut diteruskan sebagai unit tersendiri dan tidak berubahd. Muncul hukum Mendel I yaitu jika sel-sel reproduktif dari betina dan jantan sudah siap, maka berpisah dan disebarkan sebagai unit-unit pada setiap gamet atau sering disebut hukum segregasi.e. Jika organisme mempunyai dua faktor beda untuk ciri tertentu, dimungkinkan satu dinyatakan untuk peniadaan sama sekali yang lainnya.Hukum Mendel I tentang hukum pemisahan gen sealel pada monohibrid. Hukum Mendel II tentang perpasangan alel secara bebas pada persilangan dihibrid atau disebut hukum kebebasan Mendel. Persilangan tidak selau sesuai dengan yang direncanakan karena ada interaksi maka perbandingan fenotip keturunan hibrid menyimpang dari penemuan Mendel, disebut juga penyimpangan hukum Mendel. Contoh penyimpangan yaitu pada monohibrid yang seharusnya perbandingan fenotip 3:1 menjadi 1:2:1 dan pada dihibrid yang seharusnya perbandingan fenotip 9:3:3:1 menjadi 15:1 (polimeri atau epistasis dominan duplikat) (Yatim, 2003).Analisis chi-square digunakan untuk membuktikan percobaan sesuai dengan teori atau tidak. Rumusnya adalah X2hitung = (lOi-Eil-0,5)2/Ei. Jika hanya ada satu sifat beda, Jiak ada dua sifat beda maka X2=(Oi-Ei)2/Ei. Keterangan: X2= Chi Quadrat; O = Observed (nilai pengamatan); E = Expected (nilai harapan); = Sigma (Jumlah dari nilai-nilai) (Suryo, 1998).Penyimpangan dari hukum Mendel antara lain epistasis, kriptomeri, hipostasis yang merupakan lawan dari epistasis, gen komplementer. Epistasis adalah interaksi dimana yang satu mangalahkan atau menutupi gen yang lain yang bukan sealel. Polimeri adalah interaksi saling menambah.kriptomeri adalah interaksi yang menyembunyikan karakter yang terdapat pada leluhurnya. Komplementer adalah interaksi yang saling melengkapi, jika satu gen tak hadir maka pertumbuhan suatu karakter tak sempurna akan terhalang (Yatim, 2003).Epistasis terbagi menjadi beberapa macam antara lain Suryo (1998):a. Epistasis dominan (perbandingan 12:3:1)Epistasis dominan merupakan peristiwa dimana gen dominan menutupi gen dominan lain yang bukan alelnya. Faktor pembawa sifat yang menutup disebut epistasis, sedangkan yang tertutup disebut hipostasis.b. Epistasis resesif (perbandingan 9:3:4)Epistasis resesif lebih dikenal dengan istilah kriptomeri yaitu peristiwa pembastaran. Peristiwa pembastaran yaitu adanya suatu faktor dominan yang tersembunyi oleh suatu faktor dominan lainnya dan sifat tersebut baru tampak bila tidak bersama-sama dengan faktor penutui itu.

c. Epistasis dominan resesif (perbandingan 13:3)Epistasis dominan adalah penyimpangan bila terdapat dua gen dominan yang jika bersama-sama pengaruhnya akan menghambat pengaruh salah satu gen dominan tersebut. d. Epistasis dominan duplikat (perbandingan 15:1)Epistasis dominan duplikat lebih dikenal dengan istilah polimeri. Epistasis dominan duplikat terjadi karena adanya gen dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri tetapi mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme.e. Epistasis resesif duplikat (perbandingan 9:7)Epistasis resesif duplikat adalah interaksi antara dua gen dominan, jika terdapat bersama-sama akan saling melengkapi sehingga muncul fenotip alelnya. Bila salah satu gen tidak ada maka pemunculan sifat terhalang. f. Gen duplikat dengan efek kumulatif (perbandingan 9:6:1)Penyimpangan terjadi karena terdapat dua gen dominan yang mempengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang sama. Jika berada bersama-sama, fenotipnya merupakan gabungan dari kedua sifat gen-gen dominan tersebut. Faktor yang dapat mempengaruhi penyimpangan hukum Mendel menurut Crowder (1990) diantaranya:a. Pengaruh dari luar1. Suhu2. Sinar matahari3. Gizib. Pengaruh dari dalam1. Umur2. Jenis kelamin3. Hormonc.

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum penyimpangan hukum Mendel adalah kantong plastik dan kancing warna. Alat yang digunakan dalam praktikum penyimpangan hukum Mendel adalah lembar pengamatan dan alat tulis.B. Prosedur Kerja1. Katong plastik diambil dan diberi kancing warna, lalu dikocok hingga homogen.2. Satu butir kancing diambil, hasilnya dicatat.3. Pengambilan kancing dilakukan 90x dan 160x, kemudian dicatat pada lembar pengamatan yang disediakan.4. Data dianalisis dengan uji X2.5. Kode kantong dicantumkan di bagian atas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. Gen duplikat dengan efek kumulatif dengan perbandingan 9:6:1 (X2tabel=5,99)a. Warna kancing hitam, putih dan kuningPengulangan 90xTabel 15. Uji X2 Gen duplikat dengan efek kumulatif (9:6:1) dengan pengulangan 90xKarakteristik yang Diamati

HitamPutihKuning

O4537890

E x 90= 50,625 x 90= 33,75 x 90 = 5,62590

22 = 31,642 = 10,562 = 5,6447,84

=0,625=0,31=1,442,375

X20,6250.311,442,375

Kesimpulan= X2hitung < X2tabelkarena X2hitung=2,375 kurang dari X2tabel= 5,99 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.b. Warna kancing kuning, merah dan hitamPengulangan 160x

Tabel 16. Uji X2 Gen duplikat dengan efek kumulatif (9:6:1) dengan pengulangan 160xKarakteristik yang Diamati

KuningMerahHitam

O1014316160

E x 160= 90 x 160=60 x 160 = 10160

22 = 1212 = 2892 = 36446

=1,34=4,816=3,69,576

X21,344,8163,69,576

Kesimpulan= X2hitung > X2tabelkarena X2hitung=9,576 lebih dari X2tabel= 5,99 => hasil pengujian tidak signifikan artinya pengujian tidak sesuai dengan perbandingan.2. Epistasis dominan duplikat dengan perbandingan 15:1 (X2tabel=3,84)a. Warna kancing hitam dan pinkPengulangan 90x

Tabel 17. Uji X2 Epistasis dominan duplikat (15:1) dengan pengulangan 90xKarateristik yang Diamati

HitamPink

O81990

E x 90= 84,375 x 90= 5,62590

22 = 11,0562 = 8,2619,316

=0,131=1,4681,599

X20,1311,4681,599

Kesimpulan= X2hitung < X2tabelkarena X2hitung=1,599 kurang dari X2tabel= 3,84 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.b. Warna kancing hitam dan pinkPengulangan 160x

Tabel 18. Uji X2 Epistasis dominan duplikat (15:1) dengan pengulangan 160xKarateristik yang Diamati

HitamPink

O14911160

E x 160= 150 x 160= 10160

22 = 0,252 = 0,250,5

=0,002=0,0250,027

X20,0020,0250,027

Kesimpulan= X2hitung > X2tabelkarena X2hitung=0,027 kurang dari X2tabel= 3,84 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.3. Epistasis resesif duplikat dengan perbandingan 9:7 (X2tabel=3,84)a. Warna kancing kuning dan hijauPengulangan 90x

Tabel 19. Uji X2 Epistasis resesif duplikat (9:7) dengan pengulangan 90xKarateristik yang Diamati

KuningHijau

O543690

E x 90= 50,625 x 90= 39,37590

22 = 8,2652 = 8,62516,53

=0,16=0,210,37

X20,160,210,37

Kesimpulan= X2hitung < X2tabelkarena X2hitung=0,37 kurang dari X2tabel= 3,84 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.b. Warna kancing hijau dan hitamPengulangan 160xTabel 20. Uji X2 Epistasis resesif duplikat (9:7) dengan pengulangan 160xKarateristik yang Diamati

HijauHitam

O8575160

E x 160=90 x 160= 70160

22 =20,252 =20,2540,5

=0,22=0,290,51

X20,220,290,61

Kesimpulan= X2hitung > X2tabelkarena X2hitung=0,61 kurang dari X2tabel= 3,84 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.4. Epistasis dominan resesif dengan perbandingan 13:3 (X2tabel=3,84)a. Warna kancing kuning dan hijauPengulangan 90xTabel 21. Uji X2 Epistasis dominan (13:3) dengan pengulangan 90xKarateristik yang Diamati

KuningHijau

O751590

E x 90= 73,125 x 90= 16,87590

22 = 1,892 = 1,893,78

=0,025=0,1120,137

X20,0250,1120,137

Kesimpulan= X2hitung < X2tabelkarena X2hitung=0,137 kurang dari X2tabel= 3,84 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.b. Warna kancing putih dan coklatPengulangan 160x

Tabel 22. Uji X2 Epistasis dominan (13:3) dengan pengulangan 160xKarateristik yang Diamati

PutihCoklat

O13525160

E x 160=130 x 160= 30160

22 =20,252 =20,2541

=0,155=0,6750,83

X20,1550,6750,83

Kesimpulan= X2hitung > X2tabelkarena X2hitung=0,83 kurang dari X2tabel= 3,84 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.5. Epistasis resesif dengan perbandingan 9:3:4 (X2tabel=7,83)a. Warna kancing kuning, hijau dan merahPengulangan 90xTabel 23. Uji X2 Epistasis resesif (9:3:4) dengan pengulangan 90xKarakteristik yang Diamati

KuningHijauMerah

O6092190

E x 90= 50,625 x 90= 16,875 x 90 = 22,590

22 = 87,892 = 62,012 = 2,25152,15

=1,736=3,675=0,15,511

X21,7363,6750,15,511

Kesimpulan= X2hitung < X2tabelkarena X2hitung=5,511 kurang dari X2tabel= 7,83 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.b. Warna kancing hitam, kuning dan pinkPengulangan 160xTabel 24. Uji X2 Epistasis resesif (9:3:4) dengan pengulangan 160xKarakteristik yang Diamati

HitamKuningPink

O873043160

E x 160= 90 x 160=30 x 160 = 40160

22 = 92 = 02 = 918

=0,1=0=0,2250,325

X20,100,2250,325

Kesimpulan= X2hitung > X2tabelkarena X2hitung=0,325 kurang dari X2tabel= 7,83 => hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.6. Epistasis dominan dengan perbandingan 12:3:1 (X2tabel=5,99)a. Warna kancing coklat, kuning dan hijauPengulangan 90x

Tabel 25. Uji X2 Epistasis dominan (12:3:1) dengan pengulangan 90xKarakteristik yang Diamati

CoklatKuningHijau

O6716790

E x 90= 67,5 x 90= 16,88 x 90 = 5,62590

22 = 0,252 = 0,772 = 1,892,91

=0,0037=0,0456=0,3360,3853

X20,00370,04560,3360,3853

Kesimpulan= X2hitung hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan.b. Warna kancing kuning, merah dan hijauPengulangan 160xTabel 26. Uji X2 Epistasis dominan (12:3:1) dengan pengulangan 160xKarakteristik yang Diamati

KuningMerahHijau

O1131829160

E x 160= 120 x 160=10 x 160 = 30160

22 = 492 = 642 = 1114

=0,408=6,4=0,0336,841

X20,40800,0336,841

Kesimpulan= X2hitung > X2tabelkarena X2hitung=6,841 lebih dari X2tabel= 5,99=> hasil pengujian tidak signifikan artinya pengujian tidak sesuai dengan perbandingan.

B. PembahasanPenyimpangan hukum Mendel terjadi karena ada interaksi maka perbandingan fenotip keturunan hibrid menyimpang dari penemuan Mendel dan disebut juga penyimpangan hukum Mendel. Hukum Mendel I tentang hukum pemisahan gen sealel pada monohibrid. Hukum Mendel II tentang perpasangan alel secara bebas pada persilangan dihibrid atau disebut hukum kebebasan Mendel. Persilangan tidak selau sesuai dengan yang direncanakan karena ada interaksi maka perbandingan fenotip keturunan hibrid menyimpang dari penemuan Mendel, disebut juga penyimpangan hukum Mendel. Contoh penyimpangan yaitu pada monohibrid yang seharusnya perbandingan fenotip 3:1 menjadi 1:2:1 dan pada dihibrid yang seharusnya perbandingan fenotip 9:3:3:1 menjadi 15:1 (polimeri atau epistasis dominan duplikat) (Yatim, 2003).Penyimpangan dari hukum Mendel antara lain epistasis, kriptomeri, hipostasis yang merupakan lawan dari epistasis, gen komplementer. Epistasis adalah interaksi dimana yang satu mangalahkan atau menutupi gen yang lain yang bukan sealel. Polimeri adalah interaksi saling menambah.kriptomeri adalah interaksi yang menyembunyikan karakter yang terdapat pada leluhurnya. Komplementer adalah interaksi yang saling melengkapi, jika satu gen tak hadir maka pertumbuhan suatu karakter tak sempurna akan terhalang (Yatim, 2003).Epistasis terbagi menjadi beberapa macam antara lain Suryo (1998):1. Epistasis dominan (perbandingan 12:3:1)Epistasis dominan merupakan peristiwa dimana gen dominan menutupi gen dominan lain yang bukan alelnya. Faktor pembawa sifat yang menutup disebut epistasis, sedangkan yang tertutup disebut hipostasis. Misalnya: warna umbi lapis bawang merah A berumbi merah dan B berumbi kuning. Gen A epistsis terhadap gen B genotipe aabb menghasilkan umbi lapis putih, perkawinan antara tanaman berumbi kuning homozigot dengan merah homozigot menghasilkan F1 berumbi merah. F2 dengan perbandingan 12/16 merah: 3/16 kuning:1/16 putih atau 12:3:1.2. Epistasis resesif (perbandingan 9:3:4)Epistasis resesif lebih dikenal dengan istilah kriptomeri yaitu peristiwa pembastaran. Peristiwa pembastaran yaitu adanya suatu faktor dominan yang tersembunyi oleh suatu faktor dominan lainnya dan sifat tersebut baru tampak bila tidak bersama-sama dengan faktor penutui itu. Seperti yang terjadi pada pewarisan warna bulu tikus. Warna bulu tikus ditenrukan oleh gen-gen sebagai berikut:Gen A menetukan warna hitam.Gen a menentukan warna abu-abu.Gen C menentukan enzim yang menyebabkan timbulnya warna.Gen c menentukan enzim penghambat munculnya warna dan sifatnya epistasis.Jika disilangkan tikus hitam CCAA dengan tikus putih ccaa maka F1 yang dihasilkan CcAa, dihasilkan perbandingan fenotip 9:3:4 pada F2.3. Epistasis dominan resesif (perbandingan 13:3)Epistasis dominan adalah penyimpangan bila terdapat dua gen dominan yang jika bersama-sama pengaruhnya akan menghambat pengaruh salah satu gen dominan tersebut. Pola penyimpangan dapat dilihat pada pewarisan sifat ayam negeri.C merupakan gen yang menghasilkan warna.c merupakan gen yang tidak menghasilkan warna (ayam putih).I merupakan gen yang menghalang-halangi keluarnya warna.i merupakan gen yang tidak menghalangi keluarnya warnaAyam leghom (IICC) disilangkan dengan ayam iicc. Persilangan menghasilkan keturunan F1 IiCc. Yang selanjutnya F2 menghasilkan keturunan dengan perbandingan (13:3) antara ayam putih dengan ayam berwarna.4. Epistasis dominan duplikat (perbandingan 15:1)Epistasis dominan duplikat lebih dikenal dengan istilah polimeri. Epistasis dominan duplikat terjadi karena adanya gen dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri tetapi mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme. Contohnya pada tanaman Bursa sp. Gen dominan A maupun B, dalam genotype yang sama atau sendiri-sendiri akan menyebabkan buah berbentuk segitiga. Akan tetapi jika dalam genotype tidak ada satupun gen dominan maka buah akan oval. Perkawinan antara buah oval dengan buah segitiga homozigot akan menghasilkan tanaman F1 segitiga. F2 dengan perbandingan 15/16 berbuah segitiga : 1/16 berbuah oval atau 15:1.5. Epistasis resesif duplikat (perbandingan 9:7)Epistasis resesif duplikat adalah interaksi antara dua gen dominan, jika terdapat bersama-sama akan saling melengkapi sehingga muncul fenotip alelnya. Bila salah satu gen tidak ada maka pemunculan sifat terhalang. Misalnya:Gen C mengakibatkan munculnya bahan mentah pigmen.Gen c tidal memunculkan bahan mentah pigmen.Gen P menumbuhkan enzim pengaktif pigmen.Gen p tidak mampu menumbuhkan pigmen.Jika P1 yaitu CCpp putih dan ccPP putih, maka akan mendapatkan keturunan F1 yautu ungu CcPp. Didapat F2 sebagai berikut:9 C_P_= Ungu3 ccP_= Putih3 C_pp= Putih1 ccpp= putihJadi, epistasis resesif duplikat menghasilkan perbandingan fenotip 9:7 antara warna ungu dan putih.6. Gen duplikat dengan efek kumulatif (perbandingan 9:6:1)Penyimpangan terjadi karena terdapat dua gen dominan yang mempengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang sama. Jika berada bersama-sama, fenotipnya merupakan gabungan dari kedua sifat gen-gen dominan tersebut. Contohnya pada tanaman gandum (Hordeum vulgure) terdapat biji yang kulitnya berwarna ungu tua, ungu, dan putih. Gen dominan A dan B terdapat bersama-sama dalam genotip, kulit buahnya berwarna ungu tua dan bila terdapat salah satu gen dominan saja A atau B kulit buahnya berwarna ungu. Absennya gen dominan menyebabkan kulit buah berwarna putih. Jika P1 ungu tua AABB disilangkan dengan putih aabb maka F1-nya ungu tua AaBb dan akan mengahsilkan F2 sebagai berikut:9 A_B_= Ungu tua3 aaB_= Ungu3 A_bb= Ungu1 aabb= PutihJadi, gen dominan dengan efek kumulatif akan menghasilkan perbandingan antar rasio fenotip F2 ungu tua:ungu:putih= 9:6:1.Manfaat mempelajari penyimpanga hukum mendel adalah supaya diketahui penyimpangan yang terjadi saat persilangan suatu individu. Hal ini karena tidak semua individu mengikuti Hukum Mendel namun sebenarnya semua pesilangan sebenarnya polanya sama seperti yang dinaytakan dalam Hulum Mendel hanya ada penyimpangan semu saja. Penyimpangan hukum Mendel bertujuan supaya dapat merakit fenotip khususnya pada usaha pemuliaan tanaman (Klibenstein, 2009).Menurut Yatim (2003) bahwa apabila F hitung yang didapatkan lebih kecil dari F tabel maka hasil pengujian signifikan dan sesuai dengan Hukum Mendel, sedangkan apabila F hitung yang didapatkan lebih besar dari F tabel maka hasil pengujian tidak signifikan dan tidak sesuai dengan Hukum Mendel. Penyimpangan hukum mendel dengan perbandingan 13:3 dari hasil pengamatan pengambilan 90x adalah X2hitung < X2tabel, artinya hasil pengujian signifikan atau pengujian sesuai dengan perbandingan. Penyimpangan hukum mendel dengan perbandingan 160x adalah X2hitung < X2tabel, artinya hasil pengujian signifikan atau sesuai dengan perbandingan. Penyimpangan hukum mendel dengan perbandingan 9:6:1 pengulangan 90 kali disimpulkan bahwa hasil pengujian tidak sesuai dengan perbandingan Mendel karena X2hitung lebih besa