gen dominan asli

12
Acara VI DOMINAN TAK PENUH Hendra Pangaribuan NPM : E1J012075 Shift: 1. Senin(12.00-14.00) Kelompok : B2

Upload: hendra-setiawan-pangaribuan

Post on 25-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gen Dominan Asli

Acara VIDOMINAN TAK PENUH

Hendra PangaribuanNPM : E1J012075

Shift: 1. Senin(12.00-14.00)Kelompok : B2

Laboratorium AgronomiFakultas Pertanian

Universitas Bengkulu

Page 2: Gen Dominan Asli

BAB I.Pendahuluan

1.11.1   Dasar Teori

Dominan suatu alel terhadap alel yang lain tidak selalu terjadi. Penampakan suatu gen dapat

dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, umur, jenis kelamin, spesies, fisiologi, genetika

dan faktor – faktor lainnya. Tidak adanya dominasi telah diketahui pada awal sejarah

penelitian den. Perubahan dominasi in itimbul karena interaksi alel, baik antar alel pada lokus

yang sama maupun pada lokus yang berbeda.Dominan DUA Aalele menghasilkan hasil yang

sama, kecuali dalam keadaan tertentu, allele resesip tidak manghasilkan sesuatu. Heterosigot

menghasilkan jumlah yang lebih sedikit darupada homosigot dominan, tetapi lebih banyak

dari pada homosigot resesif.

            Dominan tak penuh disebut juga sebagai pastial dominan atau incomplete dominance.

Pada acara 1 dan 2 (Mendel I dan Mendel II), prinsip Mendel dipraktekkan secara simulasi

menggunakan kancing genetika dengan ekspresi gen dominan penuh (complete dominance).

Incompolete atau partial dominan tak penuh yaitu ekspresi gen pada turunan berdasarkan

pengamatan fenotip yang intermediat (antara) dari hasil silangan tetua dengan karakter yang

berbeda dan kontras (seperti panjang ; pendek, besar ; kecil, merah ; putih, dsb).

            Sebagai contoh bunga kembang pukul empat dan anyelir warna merah disilangkan

dengan bunga warna putih, maka F1-nya akan berwarna merh muda (pink). Disini terlihat

bahwa baik merah atau putih (tidak dominan). Oleh karena warna merah diekspresikan

sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka dominan muncul sebagai partial atau tak

penuh. Fenotip ini dikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak dominan, maka F2

mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya ( 1 merah : 2 pink : 1 putih).

1.2  Tujuan Pratikum

Mengetahui ekspresi gen partial dominance atau dominan tak penuh.

Melihat langsung ( melalui foto – foto ) hasil persilangan yang partial dominance

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: Gen Dominan Asli

Seorang biarawan dari Austria, bernama Gregor Johann Mendel, menjelang akhir

abad ke-19 melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis (Pisum

sativum). Mendel menyilangkan tanaman kacang Ercis yang tinggi dengan yang pendek,

sehingga mendapatkan tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya tanaman tinggi hasil

persilangan dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata keturunannya memperlihatkan nisbah

(perbandingan) tanaman tinggi terhadap tanaman pendek sebesar 3:1 (Susanto, 2011).

Keuntungan dari penggunaan ercis adalah waktu generasinya yang pendek dan jumlah

keturunan yang banyak dari setiap perkawinan. Selain itu, Mendel juga dapat mengontrol

perkawinan antar tanaman dengan ketat. Organ-organ reproduksi tanaman ercis terletak pada

bunganya, dan setiap bunga ercis memiliki organ penghasil polen (Stamen atau benang sari)

sekaligus organ pengandung sel telur (Karpel atau putik) (Campbell, dkk., 2010).

Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu

sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga merah yang disilangkan dengan

yang berbunga putih, maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita

sebut monohibrida ini bukan homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot. Jika tanaman F1

ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri, kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita

tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga

jambon dan tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1. Maka biji-biji

F2 yang berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah.

Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita peroleh F3

yang berbunga putih. Senaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang terdiri

atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih dalam

perbandingan 1:2:1 lagi. Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna

Page 4: Gen Dominan Asli

intermediet antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida

yang intermediet (Djidjosepoetro,1974).

Suatu penjelasan yang mungkin diberikan mengenai hereditas adalah hipotesis

“pencampuran” suatu gagasan bahwa materi genetik yang disumbangkan kedua orang tua

bercampur dengan cara didapatkannya warna hijau dari pencampuran warna biru dan kuning.

Hipotesis ini memprediksi bahwa dari generasi ke generasi, populasi dengan perkawinan

bebas akan memunculkan populasi individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan

kita setiap hari, dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan , ternyata

bertoak belakang dengan prediksi tersebut. Hipotesis pencampuran juga gagal untuk

menjelaskan fenomena lain dari penurunan sifat , misalnya sifat – sifat yang malompati

sebuah generasi (Elvita, dkk., 2008).

Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar tentang pewarisan sifat dengan cara

membiakkan ercis kebun dalam percobaan-percobaan yang dirancang secara hati-hati, dengan

meneliti ercis yang tersedia dalam banyak varietas, misalnya satu varietas memiliki bunga

ungu, sedangkan varietas yang lain memiliki bunga putih. Sifat terwariskan yang berbeda-

beda diantra individu, misalnya warna bunga, disebut karakter. Setiap Varian untuk satu

karakter, misalnya warna ungu atau putih untuk buanga, disebut sifat (trait) (Cambell, dkk.,

2010 ).

Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada

penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa

kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang

masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya

dilakukan analisis Chi-squrae (Nio, 1990).

Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.

Page 5: Gen Dominan Asli

BAB III. Bahan dan Metode Praktikum

2.1  Bahan dan alat 

o   Over head projektor (OHP)

o   Transparansi

2.2   Cara kerja:Mengamati dan mendiskusikan foto – foto hasil persilangan yang ditunjukkan melalui transparansi.

Page 6: Gen Dominan Asli

BAB IV. Hasil Pembahasan

HASIL PENGAMATAN

3.3 Persilangan antara cabe berbuah besar-panjang (TTBB) dengan cabe berbuah kecil-pendek (ttbb).P TTBB X ttbb(besar-panjang) (kecil-pendek) F1 TtBbF2 ¼ B 1/16 TTBB besar-panjang2/16 TTBb¼ T 2/4 Bb besar-sedang¼ b 1/16 TTbb besar-pendek

Page 7: Gen Dominan Asli

¼ B 2/16 TtBB sedang-panjang2/4 Tt 2/4 Bb 4/16 TtBb sedang-sedang¼ b 2/16 Ttbb sedang-pendek

¼ B 1/16 ttBB kecil-panjang¼ t 2/4 Bb 2/16 ttBb kecil-sedang¼ b 1/16 ttbb kecil-pendek

PEMBAHASAN

. Dari hasil pengamatan antara persilangan antara bunga Anyelir merah dan bunga anyelir putih, ditemukan bahwa hasil persilangan F1 semua bunga akan berwarna merah muda (pink). Disini terlihat bahwa baik merah maupun putih tidak ada yang dominan dan tidak ada yang resesif. Warna kedua parentalnya saling mempengaruhi. Oleh karena warna merah diekspresikan sebagai merah muda (pink) pada F1, maka dominan muncul sebagai partial atau tak penuh. Oleh sebab itu pada F2 rasio fenotipenya dan genotipenya sama yaitu 1 merah : 2 pink : 1 putih Dari persilangan cabe berbuah besar dan pendek (G4) dengan cabe berbuah kecil dan panjang (G5) , diperoleh hasil tidak dominan terhadap besar maupun kecil dan buah panjang maupun pendek. Tapi hasil yang diperoleh lewat persilangan pada F1 didapat buah yang sedang (S45). Hal ini dapat membuktikan bahwa hasil yang diperoleh tidak identik dengan induknya tetapi membawa sifat kedua induknya yang saling mempengaruhi. Pada F2 nya sifat dari kedua induk akan muncul yaitu cabe yang berbuah besar-panjang dan cabe yang berbuah kecil-pendekDari hasil pengamatan antara bunga mawar merah dengan bunga mawar putih, didapat bahwa hasil persilangan F1 bunga akan berwarna merah muda (pink) semua. Disini terlihat bahwa baik merah atau putih (tidak dominan). Oleh karena warna merah diekspresikan sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka dominan muncul sebagai partial atau tak penuh. Fenotip ini dikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak dominan, maka F2 mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya (1 merah : 2 pink : 1 putih)..

BAB IV.PENUTUP

Page 8: Gen Dominan Asli

KESIMPULAN

o   Keadan lingkungan dapat sangat mempengaruhi penanpakan gen. Dalam kenyataan penampakan 

fenotife adalah akibat interaksi antara genotife dan lingkungan.

o   Dominan tak penuh atau partial dominan adalah eksperesi gen pada turunan berdasarkan 

pengamatan fenotip yang intermediet dari hasil persilangan tetua dengan karakter yang berbeda 

dan kontras.

o   Ekspresi dari gen partial dominan adalah gabungan antara sifat kedua induknya yang saling 

mempengaruhi (tidak ada dominan dan tidak ada resesif).

o   Hasil persilangan F1 bunga anyelir dan bunga pukul empat berwarna merah dan putih hasilnya akan 

berwarna merah muda (pink) semua.

Page 9: Gen Dominan Asli

DAFTAR PUSTAKA

Suryati, Dotti. 2012. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.

Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga

LINK :

http://laporanpraktikumpertanian.blogspot.com/2010/12/laporan-praktikum-genetika-

dasar_07.html, 05 mei 2012

http://muhammadalialfi.blogspot.com/2011/12/ laporan-praktikum-genetika-dasar-Dominan-Tak-

Penuh.html.05 mei 2012

Sumber : http://andryunib.blogspot.com/2012/05/laporan-praktikum-genetika-dominan-tak.html#ixzz2RqIhcYsC