gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

Upload: nurul-khairiyah-ii

Post on 14-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    1/13

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Gigi Tiruan Tetap

    Gigi Tiruan Tetap (GTT) adalah setiap protesa gigi yang direkatkan,

    dipasang atau dilekatkan secara mekanis atau dengan aman ditahan oleh gigi asli,

    akar gigi, dan atau abutmen implan gigi yang memberikan dukungan utama untuk

    protesa gigi (The Glossary of Prosthodontics Term, 2005). Gigi tiruan tetap

    konvensional adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan satu atau

    lebih gigi yang tidak dapat dilepas oleh pasien. Preparasi gigi diperlukan untuk

    gigi tiruan tetap konvensional (Smith dan Howe, 2007). Dalam melakukan

    preparasi harus memperhatikan kesejajaran dari gigi penyangga (Barclay dan

    Walmsley, 2001). GTT dilekatkan pada gigi abutment dengan menggunakan

    bantuan semen kedokteran gigi (luting cement). Semen bertujuan untuk mengisi

    celah mikroskopik tersebut agar tertutup (Annusavice, 2003).

    Beberapa istilah yang digunakan untuk GTT yang juga digunakan pada

    gigi tiruan sebagian (partial denture) antara lain : (Smith dan Howe, 2007)

    a. Abutment

    adalah gigi yang digunakan untuk melekatkan gigi tiruan jembatan.

    b.

    Retainer

    adalah mahkota atau restorasi lain yang disemen pada abutment.

    c.

    Pontic

    adalah gigi tiruan/buatan yang merupakan bagian dari gigi tiruan

    jembatan.

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    2/13

    d. Connector

    menghubungkan pontic dan retainer atau menghungkan antara retainer

    satu dengan yang lain. Connector dapat menyatu dengan pontic dan

    retainer atau dapat sedikit digerakkan antara komponen dan

    penghubungnya.

    2.1.1 Prinsip preparasi gigi

    Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam

    perawatan gigi tiruan tetap. Gigi penyangga diharapkan dapat bertahan lama

    dalam fungsi kunyah. Kekuatan dari suatu GTT tersebut tergantung dari kekuatan

    tiga komponen penyusunnya. Kekuatan ini bergantung pada material yang

    digunakan, dimensi dan metode yang digunakan untuk menghubungan tiap

    komponen, dan jaringan pendukung (Walmsley et al, 2007).

    Prinsip dari preparasi gigi meliputi tiga aspek, yaitu : aspek biologi,

    mekanik, dan estetik. Aspek biologi terdiri dari konservasi gigi, supragingival

    margins, kontur yang tepat, dan perlindungan gigi dari fraktur. Aspek mekanik

    terdiri dari retensi, dan resistensi terhadap deformasi. Aspek estetik terdiri dari

    ketebalan porselen yang cukup di daerah bukal atau oklusal dan pemakaian logam

    hanya sedikit atau bahkan logam tidak tampak sama sekali saat dipakai pasien.

    Preparasi gigi penyangga harus sesuai dengan desain retainer yang akan dibuat.

    Preparasi dengan pengambilam jaringan yang berlebihan pada gigi penyangga

    dapat menyebabkan bentuk gigi menjadi kerucut sehingga dapat menurunkan

    resistensinya, gigi juga menjadi lebih sensitif terhadap suhu karena dentin terbuka

    bahkan dapat mengakibatkan kematian pulpa. Retensi yang baik memenuhi

    kriteria derajat kemiringan dari dinding aksial tidak lebih dari 6, pemulasan tidak

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    3/13

    perlu terlalu halus dan perlu dibuatkan axial groove, box, dan pin holepada gigi

    penyangga (Walmsley et al, 2007).

    Beberapa kerusakan pada prosesus odontoblas akan memberikan efek

    yang merugikan pada inti sel pada dentin-pulp interface. Oleh karena itu,

    banyaknya dentin yang dihilangkan perlu diperhatikan untuk memperkirakan

    respon terhadap pulpa; ketelitian diperlukan saat preparasi gigi vital untuk semua

    restorasi (Rosenstiel et al, 2001).

    2.1.2 Kekuatan geser

    Kekuatan geser adalah kekuatan maksimum yang dapat diterima suatu

    material sebelum terpisah (Craig dkk, 2004). Kekuatan perlekatan geser perlu

    diperhatikan dalam membuat suatu GTT karena gaya geser merupakan salah satu

    unsur tekanan yang menunjang terwujudnya tekanan kunyah yang diterima GTT

    di dalam rongga mulut (Leonita & Iskandar, 2005).

    Kekuatan geser dapat dihitung dengan rumus : (Craigh et al, 2004)

    =

    Keterangan :

    = kekuatan geser (shear strength), satuan : N/m2

    F = gaya yang diterima (force), satuan : N

    A = luas permukaan yang menerima gaya (area), satuan m2

    2.2 Dentin

    Dentin terdiri dari 70% bahan inorganik (hidroksi apatit), 20% bahan

    organik, dan 10% air serta bahan-bahan lainnya. Bahan organik dari dentin 90%

    terdiri dari serat kolagen, yang paling dominan adalah kolagen tipe I sedangkan

    tipe V dalam jumlah sedikit. Bahan organik lain selain kolagen adalah

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    4/13

    phosphoprotein, g-carboxyglutamate-n-containing protein, acidic glycoprotein,

    growth factor, dan lipid (Suardita, 2008).

    Dentin memiliki kanal mikroskopik yang disebut dengan tubulus dentin

    (Robinson & Bird, 2001). Tubulus dentin berisi serat dentin yang dapat

    menyalurkan rasa nyeri ke pulpa. Bila dentin tidak terlindungi oleh enamel,

    tubulus-tubulus ini dapat menjadi saluran masuk untuk bakteri ke dalam pulpa.

    Masing-masing tubulus mengandung serat dentin yang memindahkan nyeri ke

    dalam pulpa (Cohen & Burns, 2002).

    Permeabilitas dentin dapat menyebabkan masuknya produk bakteri atau

    kimia ke dalam pulpa dan menyebabkan keluarnya cairan pulpa (Bouillaguet,

    2004). Preparasi dengan bur hingga lapisan enamel atau sementum terlepas dapat

    mengakibatkan tubulus dentin terpapar dan melalui aksi kapiler, terjadi perubahan

    ekspansi termal dan difusi cairan yang mengandung asam dapat menembus gap

    antara gigi dan restorasi yang mengawali terjadinya demineralisasi dari dinding

    dalam. Tubulus dentin yang terbuka dapat menciptakan paparan mikropulpa yang

    dapat mengakibatkan gigi berada pada resiko pulpa terinflamasi dan sensitif

    (Summit & Robbins, 2001). Hal tersebut dapat terjadi karena rangsangan

    diteruskan ke jaringan pulpa melalui tubulus dentin yang berjumlah kurang lebih

    30.000 tiap mm

    2

    dan berisi lanjutan sitoplasma odontoblas dan cairan jaringan

    yang akan mengikuti hukum kapiler. Rangsang yang dikenakan pada dentin yang

    terbuka menyebabkan pergerakan cairan dalam tubulus dentin. Selanjutnya karena

    pergerakan cairan tersebut, odontoblas akan ikut bergerak dan gerakan ini

    merangsang serabut-serabut saraf yang ada di lapisan odontoblas (Edi, 2007).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    5/13

    2.2.1 Teori hidrodinamik dentin

    Sensitivitas dentin dapat meningkat saat dentin dirangsang selama

    prosedur operatif. Rangsangan fisik, termal, kimiawi, bakteri, dan traumatik

    dikirim melalui tubulus dentin. Teori transmisi nyeri yang paling dapat diterima

    saat ini adalah teori hidrodinamik. Teori tersebut menyatakan bahwa transmisi

    rasa nyeri terjadi melalui perpindahan cairan yang cepat pada tubulus dentin.

    Tubulus dentin yang mengandung banyak mechanoreceptor nerve endings di

    dekat pulpa dapat mengakibatkan perpindahan cairan pada tubulus meningkat saat

    terjadi perubahan tekanan, perubahan temperatur, atau preparasi dengan bur

    (Sturdevant, 2006).

    Teori hidrodinamik berkaitan dengan pergerakan cairan yang cepat di

    dalam tubulus dentin yang mengakibatkan distorsi ujung saraf di daerah pleksus

    saraf subodontoblas yang akan menimbulkan impuls saraf dan sensasi nyeri.

    Ketika dentin dipreparasi, atau ketika larutan hipertonik diletakkan di atas

    permukaan dentin yang terpotong, cairan akan bergerak ke luar dan mengawali

    nyeri. Prosedur yang menyumbat tubulus akan menginterupsi aliran cairan dan

    mengurangi sensitivitas (Walton & Torabinejab, 2003).

    Pengeringan dentin setelah dipreparasi secara teori menyebabkan

    pergerakan cairan dentin bergerak keluar sebanyak 2-3 mm per detik (Cohen &

    Burns, 2002). Pergerakan cairan pada tubuli dentin yang telah terbuka ini mampu

    mempengaruhi ujung saraf pada odontoblas maupun ujung saraf pada pulpa. Efek

    ini yang menjadi dasar dari teori hidrodinamik penyebab hiperalgesia atau

    hipersensitivitas pulpa (Craig & Ward, 2002).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    6/13

    2.3 Prinsip adesi

    Adesi adalah perlekatan antara perlekatan dua bahan melalui kekuatan

    masing-masing permukaan yang mengandung suatu tekanan atau kekuatan

    interlocking atau kombinasi. Secara terminologi, adesi adalah perlekatan antara

    dua bahan. Hingga saat ini terdapat empat teori yang dapat menjelaskan proses

    terjadinya adesi, yaitu : (Sturdevant, 2006)

    a. Teori mekanik

    Teori ini menyatakan bahwa bahan adesi tersebut berikatan secara

    mekanik dengan permukaan aderen yang kasar dan iregular.

    b. Teori adsorpsi

    Teori ini menyatakan bahwa adesi berasal dari ikatan kimia aderen baik

    primer (ionik dan kovalen) maupun ikatan sekunder (hidrogen, interaksi

    bipolar, dispersi).

    c.

    Teori difusi

    Teori ini menyatakan bahwa adesi merupakan hasil dari ikatan molekul

    yang bergerak bebas. Polimer dari tiap aderen dapat berpindah ke

    permukaan aderen lainnya dan saling bereaksi.

    d. Teori elektrostatik

    Teori ini menyatakan bahwa adesi dapat berasal dari ikatan elektrik yang

    kemudian membentuk lapisan. Biasanya terdapat pada permukaan metal

    dan polimer.

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    7/13

    Pada bidang kedokteran gigi, mekanisme perlekatan resin pada struktur gigi, yaitu

    : (Sturdevant, 2006)

    a.

    Mekanik melalui penetrasi resin dan formasi resin tags pada permukaan

    gigi.

    b. Adsorpsi melalui ikatan kimia pada komponen inorganik (hidroksiapatit)

    atau komponen organik (tipe I kolagen) pada struktur gigi.

    c. Difusi melalui presipitasi substansi yang terdapat pada permukaan gigi

    sehingga monomer resin dapat berikatan secara mekanik atau kimia.

    d. Kombinasi dari ketiga mekanisme yang tersebut di atas.

    2.4 Semen luting

    Semen lutingadalah suatu bahan yang digunakan untuk mengisi celah atau

    menyemen dua komponen menjadi satu. Komponen tersebut diantaranya restorasi

    logam, resin, logam-resin, logam-keramik, restorasi sementara, dan peralatan

    ortodontik. Celah antara dua komponen dapat terjadi jika dua permukaan yang

    relatif datar dipertemukan, misalnya suatu protesa cekat yang ditempatkan di atas

    gigi yang sudah dipreparasi. Celah tersebut dapat menjadi jalan masuk untuk

    saliva dan bakteri. Sehingga, semen digunakan untuk mengisi celah tersebut

    sampai tertutup. Semen akan membentuk ikatan adesi dengan gigi dan protesa

    (Anusavice, 2003).

    Semen luting berdasarkan bahan dasar yang digunakan dibedakan menjadi

    tiga kelompok yaitu semen luting yang berbehan dasar air (water-based cement)

    terdiri dari glass ionomer cement, resin-modified glass ionomer cementdan zinc

    phosphate cement; semen lutingyang berbahan dasar minyak (oil-based cement)

    terdiri darizinc oxide-eugenoldanzinc oxide-non eugenoldan semen lutingyang

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    8/13

    berbahan dasar resin (resin-based cement) terdiri dari esthetic resin cement,

    adhesive resin cement,self-adhesive resin cement, compomer dan temporary resin

    (Powers & Wataha, 2008).

    2.4.1 Semen Resin

    Klasifikasi semen resin terdiri dari esthetic resin cement, adhesive resin

    cement, self-adhesive resin cement, compomer dan temporary resin (Powers &

    Wataha, 2008). Klasifikasi lain menyatakan semen resin terdiri dari resin modified

    zinc oxide eugenol, resin modified GIC, dan semen resin akrilik (Bhat, 2007).

    2.4.1.1 Esthetic Resin Cement(Semen resin estetik)

    Semen resin estetik adalah resin yang tersedia dalam warna serupa gigi

    dan translusen serta untuk melekatkan restorasi all ceramic dan komposit tidak

    langsung. Semen ini membutuhkan bahan bonding untuk melekat pada gigi dan

    bahan primer untuk melekat pada substrat keramik. Komposisinya terdiri dari

    resin dimetakrilatdanglass fillerseperti material komposit. Tersedia dalam light

    atau dual cured, tergantung aplikasi. Semen ini memiliki kekuatan dari medium

    hingga tinggi dan film thickness rendah. Penelitian terbaru menunjukkan semen

    resin microfilled lebih resisten daripada semen resin microhybrid. Kekuatan

    perlekatan semen ini pada gigi dan substrat kemarik cukup tinggi ketika

    permukaannya diaplikasikan bahan bonding atau primer yang tepat.

    Manipulasinya, gigi dietsa terlebih dahulu lalu bahan bonding diaplikasikan.

    Restorasi keramik dietsa dengan hydrofluoric acid gel atau disandblast dengan

    50-mm alumina kemudian aplikasikan silane. Nonsetting try-in paste untuk

    mencocokkan warna pada restorasi veneer. Tipe light cured sudah dikemas

    beserta bahan bondingnya (Powers & Wataha, 2008).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    9/13

    2.4.1.2 Adhesive Resin Cement(Semen resin adesif)

    Semen ini digunakan untuk melekatkan alloy dan restorasi keramik,

    kecualai veneers dan implant yang menyangga mahkota, GTT dan indirek

    komposit. Semen ini membutuhkan bahan primer untuk melekat pada gigi, alloy

    atau substrat keramik. Semen resin adesif terdiri dari resin dimethacrylate dan

    glass filler. Tersedia dalam resin dualatau self cured. Semen ini diformulasikan

    dengan monomer adesif untuk melekat pada substrat alloy. Semen resin adesif

    memiliki ketebalan film rendah dan radiopaque. Waktu kerja singkat dengan

    kekuatan medium hingga tinggi. Kekuatan perlekatan dengan gigi dan substrat

    alloy tinggi (>20Mpa) saat permukaan gigi diaplikasi bahan primer. Restorasi

    keramik perlu disandblast sebelumnya. Manipulasinya, gigi dietsa lalu bahan

    bonding diaplikasikan. Restorasi keramik dietsa dengan hydrofluoric acid gelatau

    disandblastdengan 50-mm alumina kemudian diaplikasikansilane. Kadang diberi

    pelindung keramik (ceramic coating) untuk meningkatkan kekuatan. Semen resin

    adesif tersedia dalam warna translucent, sewarna gigi dan opaque. Beberapa

    semen resin adesif membutuhkan gel barrieruntuk mengeluarkan oksigen untuk

    menyempurnakan setting. Pasta-pasta dual curedada yang dikemas beserta bahan

    primer,gel barrierdan aksesorisnya (Powers & Wataha, 2008).

    2.4.1.3 Self-Adhesive Resin Cements(Semen resin self-adhesive)

    Semen ini menghilangkan kebutuhan bahan primer. Komposisinya terdiri

    dari resin diacrylate dengan asam, grup adesif dan glass filler. Tersedia dalam

    dual atau self-cured resin. Semen ini melekat pada gigi dan restorasi dengan

    kekuatan rendah hingga medium. Umumnya tidak sekuat semen resin estetik dan

    adesif. Tipe ini tidak bisa demineralisasi atau melarutkan smear layer secara

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    10/13

    sempurna, tidak terjadi dekalsifikasi dan infiltrasi pada dentin, tidak terbentuk

    hybridlayer atau resin tags (Tonial et al, 2010).

    2.4.1.4 Temporar y Resin Cements

    Semen ini digunakan untuk penyemenan sementara dari mahkota dan

    GTT. Komposisinya terdiri dari resin dimethacrylatedan radiopaque glass filler.

    Compressive strength dari rendah sampai medium. Tersedia dalam bentuk self-

    cureddan pasta-pasta, aplikasinya tanpa menggunakan bahan bonding (Powers &

    Wataha, 2008).

    2.4.1.5 Compomer

    Compomer diindikasikan untuk penyemenan mahkota tuang logam dan

    restorasi metal-keramik. Kontraindikasi untuk penyemenan mahkota keramik

    secara tradisional, inlays, onlays dan veneers. Semen ini sebaiknya tidak

    digunakan untuk tumpatan atau core. Komposisi bubuknya strontium aluminium

    fluorosilicate glass, sodium fluoride dan inisiator self dan light-cured. Cairan

    mengandung polimerisasi monomer methacrylate-carboxylic acid, monomer

    multifungsi acrylate-phosphate, monomer diacrylate dan air. Grup carboxylic

    acid berperan sebagai bahan adesif. Semen ini memiliki kelarutan yang rendah,

    mengeluarkan fluoride dan dapat diisi fluoride kembali dengan berbagai macam

    treatment fluoride. Tersedia dalam bentuk pasta serta bubuk dan cairan. Pasta

    dicampur dan dibagi dalam alat automixing. Gigi yang disemen harus kering.

    Bubuk harus diaduk dulu sebelum dibagi. Perbandingan bubuk:cairan yaitu 2:2.

    Pencampuran memerlukan waktu 30 detik dan harus cepat. Campuran semen

    diaplikasikan hanya pada mahkota lalu mahkota dipasang (Powers & Wataha,

    2008).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    11/13

    Berikut ini tabel ringkasan penggunaan semen dalam kedokteran gigi.

    Tabel 1: Penggunaan semen dalam kedokteran gigi (Powers & Wataha, 2008).

    Fungsi Semen

    Penyemenan mahkota tuang

    alloy dan GTT

    Semen resin adesif (dual-cured),

    compomer, GIC, hybrid ionomer,

    reinforced zinc-oxide eugenol, semen

    resin self-adhesive, zinc phosphate,

    zinc phosphate, zinc polycarboxylate

    Penyemenan all ceramic dan

    komposit tidak langsung (inlay

    dan onlay)

    Semen resin adesif (dual-cured)

    Penyemenan basis zirconia,

    mahkota all ceramicdan GTT

    Semen resin adesif (dual-cured),

    compomer, GIC, hybrid ionomer,

    semen resin self-adhesive, zinc

    phosphate, zinc polycarboxylate

    Penyemenan veneer keramik Semen resin estetik (dual atau light

    cured)

    Penyemenan resin-bonded

    bridge

    Semen resin adesif (dual-cured)

    Penyemenan mahkota tuang dan

    GTT, penyemenan restorasi

    sementara

    Zinc-oxide noneugenol, temporary

    resin, zinc-oxide eugenol

    Basis high strength Compomer, GIC, hybrid ionomer,

    reinforced zinc-oxide eugenol, zinc

    polycarboxylate

    Tumpatan sementara Hybrid ionomer, reinforced zinc-oxide

    eugenol, zinc-oxide eugenol, zinc

    polycarboxylate

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    12/13

    2.5 Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate(CPP-ACP)

    ACP pertama kali ditemukan oleh Aaron S. Posner pada pertengahan

    tahun 1960-an. ACP yang memiliki rumus kimia Ca9(PO4)6

    menunjukkan

    bioaktivitas yang baik dan tidak mengandung bahan yang dapat menyebabkan

    sitotoksisitas. ACP telah banyak digunakan dalam bidang biomedis karena

    bioaktivitas yang sangat baik, adhesi sel tinggi, dan osteoconductionbaik. Sejak

    saat itu, diberikan perhatian lebih dalam pengembangan dan penggunaan produk

    yang mengandung ACP, terutama di bidang ortopedi dan gigi. ACP juga

    digunakan sebagai pengisi dalam semen ionomer untuk mengisi lesi karies atau

    sebagai suspensi koloid dalam pasta gigi, permen karet atau obat kumur untuk

    mencegah demineralisasi gigi. ACP juga telah dievaluasi sebagai fase filler dalam

    komposit polimer bioaktif. Telah dikembangkan bahan restoratif biologis aktif

    yang mengandung ACP sebagai filler dikemas dalam ikatan polimer, yang dapat

    merangsang perbaikan struktur gigi karena melepaskan sejumlah besar ion

    kalsium dan fosfat (Zhao et al, 2011).

    Casein phosphopeptides (CPP) adalah suatu bahan yang berasal dari

    protein susu yang telah dilaporkan dapat mengikat amorphous calcium phosphate

    (ACP) membentuk nanokompleks casein phosphopeptide amorphous calcium

    phosphate (CPP-ACP), sehingga dapat menstabilkan calcium phosphate dalam

    larutan. Beberapa studi terbaru telah melaporkan bahwa aplikasi bahan yang

    mengandung CPP-ACP dapat mengurangi proses demineralisasi dan

    meningkatkan remineralisasi pada gigi sapi dan dentin manusia. (Adebayo et al,

    2008). Bahan dengan kandungan CPP-ACP dapat membentuk ikatan dengan

    hydroxyapatite gigi, dan jaringan lunak, sehingga dapat membantu melokalisasi

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN ... FEPTA DEA ANGGINI

  • 7/23/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-angginifep-26847-11.bab-2

    13/13

    ketersediaan kalsium dan ion fosfat yang dapat menutup tubuli dentin sehingga

    dapat mengurangi sensitivitas gigi (Gugnani et al, 2008).

    Tindakan pencegahan atau menghilangkan nyeri dari dentin yang sensitif

    dapat dilakukan dengan cara menutup ujung luar dari tubulus dentin,

    membekukan protoplasma tubular dengan pengobatan kimia, memberikan ion

    kimia yang mengendapkan cairan protoplasma di tubulus dan menciptakan sebuah

    plug berbentuk tabung, menutup tubulus pada ujung pulpa, biasanya dengan

    merangsang pembentukan dentin sekunder, dan anastesi ujung saraf di

    persimpangan pulpa-dentin oleh bahan yang dapat menembus tubulus dan

    menyediakan bahan yang dapat menembus tubulus dentin dan menekan saraf

    pulpa (Aruna, 2010).

    Penelitian tentang bahan desensitisasi alami dengan efek jangka panjang

    telah mengawali pengamatan tentang mineral kalsium fosfat yang dapat menutup

    tubulus dentin seperti proses alami sclerosis. Hal ini dapat terjadi pada permukaan

    gigi dengan aplikasi sekuensial kalsium klorida dan larutan kalium fosfat yang

    membentuk amorphous calcium phosphate (ACP) dan blok tubulus dentin.

    Kombinasi ACP-CPP terlokalisir dalam plak dalam bentuk Nanocluster dan

    mengakibatkan remineralisasi enamel pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada

    bila menggunakan ACP saja (Aruna, 2010).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KEKUATAN GESER SEMEN FEPTA DEA ANGGINI