gaya kepemimpinan kepala pondok pesantren ...repository.uinjambi.ac.id/770/1/mmp 1622580...

159
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL USTADZ DAN USTADZAH PADA PONDOK PESANTREN MODERN ARAFAH KOTA SUNGAI PENUH TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam Pada Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana UIN STS Jambi OLEH : REZA HARDIANTI RUKMANA Nim : MMP.1622580 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440H/2018M

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PONDOK PESANTREN DALAM

    MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL USTADZ DAN USTADZAH PADA PONDOK PESANTREN MODERN

    ARAFAH KOTA SUNGAI PENUH

    TESIS

    Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam Pada Konsentrasi Manajemen

    Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana UIN STS Jambi

    OLEH :

    REZA HARDIANTI RUKMANA Nim : MMP.1622580

    PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440H/2018M

  • 2

  • 3

    x

  • 4

  • 5

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI PASCASARJANA

    Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731 Fax. (0741) 60548 e-mail : [email protected]

    MOTTO

    Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Qs. Faathir ayat : 5)2

    2 Depertemen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahnya, Hal.

  • 6

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulllahirabbil’alamin….

    Akhirnya aku sampai ke titik ini,

    sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Allah

    Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Allah

    Serta shalawat dan salam kepadanya Baginda Rasulullah SAW dan para

    sahabat yang mulia

    Semoga sebuah karya sederhana ini menjadi amal shaleh bagiku dan

    menjadi kebanggaan

    bagi keluargaku tercinta

    Tesis ini kupersembahkan kepada:

    Ibundaku tersayang Repalinda ,

    Ayahandaku terhormat Zainuddin,

    Adik-adikkku tercinta:

    Al-taufiqqurahman

    Muamar Rahim

    Seluruh keluarga tercinta

    Yang Selalu Menginspirasi Penulis Untuk Selalu Berjuang Dan Berkarya Meraih Yang Terbaik.

  • 7

    ABSTRAK Reza Hardianti :Gaya Kepemimpinan Kepala Pondok Pesantren

    Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Ustadz Dan Ustadzah Pada Pondok Pesantren Modern Arafah Kota Sungai Penuh

    Gaya kepemimpinan menjadi sangat penting artinya dalam menciptakan organisasi yang berkesan. Dengan gaya kepemimpinan yang berkesan pula, seorang pemimpin dapat mempertahankan bawahan untuk bekerja dengan prestrasi kerja yang tinggi yang di tandai dengan produktivitas kerja, kuaitas kerja, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan berkualitas. Namun yang terjadi balum efektifnya peran pemimpin dalam lingkungan Pondok Pesantren. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui,gaya kepemimpinan kepala sekolah, upaya kepala Pondok Pesantren, dan faktor penghambat dalam meningkatkan kecerdasan emosional ustadz dan ustadzah pada Pondok Pesantren Modern Arafah Kota Sungai Penuh Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu : (1)selama proses perjalanan kepemimpinannya, beliau menunjukkan gaya kepemimpinan situasional dalam pelaksanaan dan implementasi kepemimpinan di Pondok Pesantren yang bersangkutan , (2) upaya yang dilakukan adalah:melakukan koordinasi dengan guru dan karyawan,melakukan rapat bulanan, melakukan pelatihan, pemberian reward, melalui pengawasan pekerjaan .(3) kendala yang dihadapi adalah lemahnya pelaksanaan program kerja,Kurangnya Komunikasi antara kepala dan bawahan dan lingkungan kerja Kata kunci , gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional,ustadz&ustadzah

  • 8

    ABSTRACT Reza Hardianti: Leadership Style of Islamic Boarding Schools in

    Improving Emotional Intelligence of Ustadz And Ustadzah At Arafah Modern Islamic Boarding Schools in Sungai Penuh City.

    Leadership style is very important in creating memorable organizations. With an impressive leadership style also, a leader can maintain subordinates to work with high work prestige that is characterized by work productivity, quality of work, and the ability to solve problems with quality. But what happened was the effective role of leaders in Islamic boarding schools.

    The purpose of this study was to find out, the principal's leadership style, the efforts of Islamic boarding school heads, and the inhibiting factors in improving the emotional intelligence of Uztadz and Ustadzah at the Arafah Modern Islamic Boarding School in Sungai Penuh City. Broadly to the object of research at the time the research was conducted.

    This study produced several conclusions, namely: (1) during the course of his leadership journey, he showed situational leadership style in the implementation and implementation of leadership in the boarding school in question, (2) efforts made were: coordinating with teachers and employees, conducting monthly meetings , conducting training, giving rewards, through supervision of work. (3) the obstacles faced are the weak implementation of work programs, lack of communication between head and subordinates and work environment. Keywords, leadership style, emotional intelligence, Uztadz & Ustadzah.

  • 9

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami hanturkan kepada Allah Swt yang telah

    melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis mampu

    menyelesaikan peneltian ini kedalam sebuah bentuk laporan berbentuk

    tesis yang ber judul “Gaya Pemimpinan Kepala Pondok Dalam

    Meningkatkan Kecerdasan Emosional Ustadz dan Ustadzah pada Pondok

    Pesantren Modern Arafah Kota Sungai Penuh .” Sholawat beriring salam

    semoga selalu terlimpahan curahkan kepada junjungan kita Nabi

    Muhammad SAW.

    Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi bagian

    persyaratan guna memperoleh gelar Magister dalam Prodi Manajemen

    Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi. Penulis menyadari

    bahawa selama ini perjalanan studi maupun penyelesaian tesis ini banyak

    mendapat pengalaman baru karena mendapatkan motivasi dan bimbingan

    dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

    menyampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada :

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, Ma Selaku Rektor Uin Sultan Thaha

    Saifuddin Jambi Dan Seluruh Pembantu Rektor Atas Segala Motivasi

    Dan Layanan Fasilitas Yang Telah Diberikan Selama Peneliti

    Menjalani Proses Penelitian Hingga Selesai.

  • 10

    2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husein Ritonga, MA Selaku Direktur

    Pascasarjana Uin Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Seluruh Ketua

    Kosentrasi Dan Seluruh Staf Atas Bantuan Fasilitas Dan Kemudahan

    Yang Diberikan Selama Peneliti Berurusan Dengannya.

    3. Bapak Dr.H.Hilmi, M.Pd.I Dan Bapak Samsu, M.Pd.I, Ph.D Selaku

    Pembimbing Yang Dengan Penuh Kesabaran Telah Memberikan

    Bimbingan Yang Berharga, Petunjuk Dan Motivasi Yang Berkelanjutan

    Hingga Selesainya Tesis.

    4. Para dosen dan segenap civitas akademik Pascasarjana UIN STS

    Jambi yang telah menjadi pembimbing dan pengampu mata kuliah

    dan membantu dalam birokrasi pengurus selama penulis studi di

    Pascasarjana UIN STS Jambi.

    5. Ibu kepala perpustakan dan segenap karyawannya yang telah banyak

    membantu penulis dalam menemukan rujukan yang berkenaan

    dengan karya tulis ini.

    6. Seluruh Teman-Teman Mahasiswa Pascasarjana Khusus Konsentrasi

    Manajemen Pendidikan Islam, Atas Perhatian Dan Kritiknya Selama

    Ini penulis Merasa Terbantu Dalam Membangun Kepercayaan

    7. Seluruh Pihak Yang Telah Membantu Selama Perencanaan,

    Pelaksanaan Dan Penulisan Hasil Penelitian Ini Penulis Tidak Dapat

    Memberi Bantuan Dalam Bentuk Materi, Kecuali Hanya Memanjatkan

    Doa Semoga Allah Swt Memberikan Pahala Yang Setimpal Dan Amal

    Yang Sangat Berguna, Dimurahkan Rezeki Dan Diangkat Derajat

    Hidupnya Olehnya.

    Dalam penulisan tesis ini masih banyak sekali kekeliruan dan

    kelemahan yang terdapat di dalam isi, metode penelitian dan sistematika

    penulisan sehingga kepada pembaca yang berminat kíranya dapat

    memberikan kritikan dan masukan yang berharga untuk kesempurnaan

    kemudian Semoga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, Negara dan

    Agama.

  • 11

    Jarnbi,November 2018

    Penulis

    Reza Hardianti Rukama MMP. 1622580

    DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................ i LEMBAR LOGO ................................................................................... ii NOTA DINAS ........................................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ............................ iv HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. v HALAMAN MOTTO .............................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vii ABSTRAK ............................................................................................ viii ABSTRACK .......................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................ 11

    C. Fokus Penelitian ........................................................... 12

    D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan ................................. 12

    BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELAVAN

    A. LandasanTeori .............................................................. 14

    1. Pengertian Kepemimpinan ....................................... 14

    2. Pengertian Gaya Kepemimpinan ............................. 25

    3. Pengertian kecerdasan emosional ........................... 34

    4. Pengertian Pondok Pesantren ............................. .... 41

    B. Penelitian yang Relevan .............................................. 44

  • 12

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian .................................................. 48

    B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ............................. 50

    C. Jenis Data dan Sumber Data ....................................... 52

    D. Teknik Pengumpulan Data ...........................................

    55

    E. Tindakan Analisis Data ................................................. 56

    F. Uji Keterpercayaan Data ......................................... ..... 59

    G. Rencana dan Jadwal Penelitian ............................... .... 61

    BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA

    HASIL

    A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................. 62

    B. Hasil Penelitian ............................................................... 78

    C. Analisis Hasil Penelitian ................................................. 100

    BAB V PENUTUP

    A. KESIMPULAN ................................................................... 118

    B. IMPLIKASI.......................................................................... 119

    C. REKOMENDASI................................................................. 123

    D. SARAN.............................................................................. 124

    E. PENUTUP ........................................................................ 125

    DAFTAR PUSTAKA INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

  • 13

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kepemimpinan merupakan masalah yang penting bagi suatu

    kelompok atau organisasi kelembagaan.Hal ini karena kepemimpinan

    merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi bagi

    keberhasilan kelompok tersebut untuk mencapai tujuan.“Pemimpin

    adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai

    kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau

    sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya”,3 untuk

    mencapai satu atau beberapa tujuan dengan menggunakan

    kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan

    mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas yang harus

    dilaksanakan.

    Kepemimpinan adalah suatu perilaku dengan tujuan tertentu

    untuk mempengaruhi aktivitas anggota kelompok guna mencapai

    tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu

    dan organisasi. Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting

    3 Veithzal Rivai, dkk, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 1.

  • 14

    dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh

    organisasi.4

    Kepemimpinan yang baik harus mampu membangun kehidupan

    oganisasi dengan mengembangkan budaya yang disebut nilai-nilai

    ekselensi atau keunggulan atau value of exellence. Kepemimpinan

    berkaitan dengan pengikutsertaan seluruh anggota atau pengikutnya

    beradaptasi dengan perubahan dalam mencapai tujuan-tujuan individu

    maupun organisasi, serta mengkordinasikan secara aktif tugas-tugas

    yang perlu dalam mencapai keberhasilan.

    Sekolah sebagai suatu organisasi, tidak hanya memerlukan

    kepala sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, yang lebih

    banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan

    administratif lainnya.Sekolah memerlukan pimpinan yang memiliki visi

    yang mampu mengilhami staf pengajar dan semua komunitas

    sekolah.5

    Menurut U. Husna Asmara bahwa: Kepemimpinan pendidikan

    adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personal di

    lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui

    usaha kerja sama, mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan

    ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.6

    Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan

    manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan sangat strategis

    untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan diperlukan guna untuk

    meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Brubacher (1969)

    mendefinisikan pendidikan sebagai “suatu proses pengembangan

    potensi dasar manusia yang berkaitan dengan moral, intelektual dan

    4Ibid.,h. 3.

    5 Sudarwan Danin dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional

    Kepala Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 7. 6 Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip

    Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 292.

    1

  • 15

    jasmaninya untuk mencapai tujuan hidup dalam kerangka sistem

    sosial.7

    Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang

    tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3

    dikatakan bahwa:

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

    dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

    dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta

    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

    mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

    negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8

    Pendidikan dapat membawa kemajuan bagi setiap individu

    menjadi manusia yang sempurna. Melalui pendidikan itu juga akan

    dapat membawa kemajuan individu dalam berbagai bidang, bahkan

    akan mengangkat derajat manusia di sisi Allah SWT. Hal ini

    sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an:

    :١١)المجادلة)

    Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

    "berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

    7 Sudarwan Danin, Pengantar Kependidikan: Landasan, Teori dan 234 Metafora

    Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. ke-3, h. 4. 8E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

    2007), h. 4.

  • 16

    beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.9 (QS. Al-Mujaadilah/58 : 11)

    Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT akan mengangkat

    derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat, yaitu orang-orang

    yang memiliki pendidikan yang bermutu. Peningkatan kualitas

    pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai agen

    perubahan melalui kegiatan pembenahan dengan wadah pembinaan

    kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana dan prasarana serta

    perubahan sistem lainya.

    Sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah bertanggung

    jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan

    dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh

    substansinya. Disamping itu, kepala sekolah bertanggung jawab

    terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka

    mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karna itu, “sebagai

    pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan

    kinerja para personel (terutama para guru) ke arah profesionalisme

    yang diharapkan”,10 dan kepala sekolah dituntut mempunyai

    kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar

    mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan

    kecerdasan emosional seorang guru. Hal ini sebagaimana yang

    ditegaskan dalam al-Qur’an:

    :٠٣)البقرة)

    9 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra,

    1989),h.8. 10

    Didin Kurniadin dan Imam Machali, Op.Cit.,h. 295.

  • 17

    Artinya:Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".11 (QS. Al-Baqarah : 30)

    Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah

    menciptakan seorang pemimpin di muka bumi, yaitu seorang

    pemimpin yang adil dan bertenggung jawab.Begitu juga dalam

    pelaksanaan kepemimpinan di lembaga pendidikan seperti di

    Pondok Pesantren, seorang pemimpin mempunyai berfungsi

    menentukan kualitas suatu Pondok Pesantren. Dalam pelaksanaan

    kepemimpinan yang adil hal ini sebagaimana hadits Rasullah SAW

    yang di riwayatkan Bukhari :

    ِ ْبِن َعْمٍرو قَاَل اْبُن نَُمْيٍر َوأَبُو بَْكٍر يَْبلُُغ ُ َعلَْيِه َوَسلهَم َعْن َعْبِد اَّلله بِِه النهبِيه َصلهى اَّلله

    ِ ُ َعلَْيِه َوَسلهَم إِنه اْلُمْقِسِطيَن ِعْندَ اَّلله ِ َصلهى اَّلله َوفِي َحِديِث ُزَهْيٍر قَاَل قَاَل َرُسوُل اَّلله

    ْحَمِن َعزه َوَجله َوِكْلتَا يَدَْيِه يَِميٌن الهِذيَن يَْعِدلُوَن فِي َعلَى َمنَابَِر ِمْن نُوٍر َعْن يَِميِن الره

    )رواه البخارى(اُحْكِمِهْم َوأَْهِليِهْم َوَما َولُو

    Artinya : Abdullah bin „amru bin al „ash r.a berkata: rasulullah saw bersabda: sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. ( HR. Bukhari )12

    Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam

    tradisional yang aktivitasnya adalah mempelajari, memahami,

    mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan

    11

    Departemen Agama RI, Op.Cit.,h.8. 12

    Imam An-Nawawi, RyaDhus holihin,(Jakarta : Darul Haq, 2014) , Hal . 503

  • 18

    menekankan pada pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman

    perilaku sehari-hari, sehingga para ustadz dan ustadzah harus

    memiliki kecerdasan emosional yang mampu mempengaruhi

    semangat para santrinya.13

    Berkaitan dengan hal ini, Goleman menyatakan bahwa:

    Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri

    sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan

    mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri, dan hubungannya

    dengan orang lain. Kecerdasan emosional merupakan serangkaian

    kemampuan guru untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,

    memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan

    kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang

    lain.14

    Orang yang memeliki kecerdasan emosional dapat

    mengendalikan diri, memiliki kontrol moral, memiliki kemauan yang

    baik, dapat berempati (mampu membaca perassaan orang lain), serta

    peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain sehingga memiliki

    karakter (watak) terpuji dalam membangun hubungan antar pribadi

    yang lebih baik15. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah SWT

    memerintahkan kita untuk senantiasa bersabar supaya kita

    mendapatkan pertolongan dari-Nya. Sifat sabar berkaitan dengan

    kecerdasan emosional. Maka perintah sabar yang tertera dalam kitab

    suci Al-Qur’an merupakan pembelajaran bagi manusia agar mereka

    dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Allah SWT

    berfirman dalam Surat AL-Baqarah ayat 45 :

    13Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Hal.212 14

    Goleman, Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 56. 12

    Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hlm. 112

  • 19

    : ۵۴ ) البقرة )

    Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. 16( Q.S. Al-Baqarah ayat 45 )

    Mintak pertolongan kepada Allah, untu menghilangkan sifat-

    sifat pemalsuan, takabbur dan kerasa hati kamu17. Dari ayat di atas

    menjelaskan bagaimana cara mengembangkan kecerdasan

    emosional yang dimiliki seseorang pemimpin, seperti yang dijelasakan

    diatas, bahwa dengan sabar dan shalat akan menghilangkan sifat-sifat

    pemalsuan, takabbur dan kerasa hati.

    Namun kondisi yang terjadi di lapangan tidak sepenuhnya

    menunjukan hal itu karena masih dijumpai oknum guru yang dalam

    pembelajaran masih mengunakan emosi dan kekerasan, tidak mampu

    mengelola emosi diri dan siswa. Terdapat pula guru yang tidak

    mampu membina hubungan yang baik dengan sesama guru maupun

    dengan siswa dan masih banyak yang mengabaikan kesadaran diri,

    pengaturan diri, empati serta keterampilan sosial. Padahal semua itu

    akan melatih para guru untuk dapat mengendalikan emosinya

    sehingga akan mendukung terhadap kemampuan intelektual yang

    dimilikinya. Kondisi inilah yang menyebabkan proses pembelajaran

    tidak maksimal sehingga menyebabkan profesionalisme guru rendah.

    “Peran guru dalam melakukan tugasnya sebagai pendidik

    disampaikan melalui proses komunikasi lisan, tertulis maupun melalui

    bahasa isyarat”.18Oleh karena itu, guru harus memiliki kecerdasan

    16

    Depertemen Agama RI, Op, Cit , Hal. 15 17

    Al-Hassan, Tafsir Al-Furqan (Jakarta : Dewan Da’wah 1987) Cet.1. Hlm 13 18

    Puluhulawa dan Citro W., Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spritual Meningkatkan Kompetensi Sosial Guru, (t.tp: Makura Sari Humaniora, 2013) Vol. 17, h. 2.

  • 20

    emosional agar mampu berhubungan dan berinteraksi dengan baik,

    secara umum kecerdasan emosi dapat meningkatkan profesionalisme

    seorang guru. Kecerdasan emosional sebagai kemampuan

    merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan

    kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan

    pengaruh manusiawi.

    Ini berarti, guru dengan kecerdasan emosional yang tinggi

    dapat memahami dan berempati terhadap kebutuhan dan perasaan

    orang lain, menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah

    kepuasaan dan mengatur suasana hatinya. Guru yang mempunyai

    nilai kinerja baik tentu akan berdampak dengan hasil kegiatannya

    terutama berkaitan dengan proses belajar mengajar, dimana out put

    akan meningkat, baik secara mutu maupun kuantitas. Inilah

    pentingnya kinerja guru yang berkualitas di suatu lembaga pendidikan.

    Setelah penulis melakukan studi pendahuluan di lapangan,

    penulis melihat bahwa kecerdasan emosional yang dimiliki oleh guru

    di Pondok Pesantren Modern Arafah tergolong rendah, hal ini ditandai

    dengan:

    1. Masih ada guru yang kurang bisa mengontrol emosinya dengan

    baik.

    2. Masih ada guru yang kurang memahami karakter siswa dalam

    pembelajaran.

    3. Masih ada guru yang tidak menjalin hubungan yang baik dengan

    siswa dan sesama guru.

    4. Masih ada guru yang kurang memiliki semangat yang tinggi dalam

    menjalankan tugasnya.

    5. Guru kurang mencari informasi untuk memperdalam pengetahuan

    yang ia miliki.

    6. Masih ada guru yang terlambat datang ke sekolah.

  • 21

    Penulis juga melihat upaya yang dilakukan oleh pimpinan

    Pondok Pesantren Modern Arafah sebagai berikut:

    1. Membantu guru agar dapat mengatur pekerjaannya sendiri.

    2. Menganjurkan kepada guru untuk belajar memisahkan dan

    menganalisa masalahnya sendiri.

    3. Memberikan rasa aman dan mengembangkan kepercayaan akan

    kemampuan memecahkan masalah.

    4. Memperkenalkan sumber alat memecahkan masalah mereka.

    5. Membantu menafsirkan program Pondok Pesantren ke

    masyarakat.

    6. Berusaha bersama guru mengembangkan filsafat pendidikan

    Islam yang mantap di Pondok Pesantren.

    Dalam pelaksanaannya, kinerja pimpinan Pondok Pesantren

    Modern Arafah bukan hanya mengawasi para guru/pegawai

    menjalankan tugas dengan baik sesuai instruksi atau ketentuan-

    ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru

    mencari solusi cara memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi, dalam

    implementasinya, kegiatan pimpinan itu tidak menganggap para guru

    sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai mitra

    bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat dan pengalaman-

    pengalaman yang perlu di dengar dan dihargai serta diikutsertakan di

    dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.

    Sehubungan dengan itu, pimpinan Pondok Pesantren Modern

    Arafah merupakan figur yang sangat menentukan dan memegang

    peranan penting, dimana pimpinan Pondok Pesantren Modern Arafah

    menduduki dua peranan penting untuk bisa menjamin kelangsungan

    proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan

    perundang-undangan, yakni pimpinan Pondok Pesantren Modern

    Arafah sebagai pengelola pendidikan secara keseluruhan, dan sebagai

    pemimpin formal pendidikan di Pondok Pesantren.

  • 22

    Sebagai pengelola pendidikan, berarti pimpinan Pondok

    Pesantren Modern Arafah bertanggung jawab terhadap keberhasilan

    penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan

    administrasi pendidikan dengan seluruh substansinya. Disamping itu,

    pimpinan Pondok Pesantren Modern Arafah bertanggung jawab

    terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka

    mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan.

    Dalam melaksanakan fungsi tersebut, pimpinan Pondok

    Pesantren Modern Arafah memiliki tanggung jawab ganda, yaitu

    melaksanakan administrasi pendidikan sehingga tercipta situasi

    belajar-mengajar yang baik dan bermutu dan melaksanakan supervisi

    sehingga guru-guru bertambah kreatif dan semangat dalam

    menjalankan tugas-tugas pengajaran dan tugas-tugas membimbing

    pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

    Pimpinan Pondok Pesantren Modern Arafah mempunyai beban

    tanggung jawab untuk menentukan kondisi-kondisi atau syarat-syarat

    yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan

    pendidikan pada Pondok Pesantren tersebut. Namun dalam suasana

    lingkungan Pondok Pesantren sekarang ini, belum tampak adanya

    hasil yang optimal dari kinerja seorang pimpinan Pondok Pesantren

    Modern Arafah terhadap tanggung jawabnya untuk meningkatkan

    kualitas kecerdasan emosional yang berkualitas, padahal Pondok

    Pesantren Modern Arafah adalah Pondok Pesantren yang

    dikembangkan agar out put pendidikan yang diharapkan berhasil

    mencapai tujuan dari pendidikan secara umum. Agar berhasilnya

    tujuan tersebut, maka tenaga kependidikan, manajemen, layanan

    pendidikan dan sarana penunjang serta kegiatan belajar mengajar

    perlu ada arahan dan pengawasan serta supervisi yang baik, terutama

    dari seorang pimpinan Pondok Pesantren Modern Arafah.

    Melihat lemahnya kualitas kecerdasan emosional itu di Pondok

    Pesantren Modern Arafah, membuat adanya keraguan, yaitu apakah

  • 23

    pimpinan Pondok Pesantren Modern Arafah telah benar-benar

    menerapkan upaya mencerdaskan guru, pegawai dan siswa secara

    emosional dalam manajemen pendidikan berupa proses belajar

    mengajar yang baik, kegiatan Bimbingan Konseling yang terarah,

    kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ketatausahaan pemanfaatan dan

    pengembangan sarana dan prasarana kegiatan kesiswaan, kegiatan

    keuangan dan pengembangan hubungan dengan masyarakat? Kalau

    memang hal tersebut telah dilakukan, namun kenapa kinerja pimpinan

    Pondok Pesantren Modern Arafah belum menunjukkan berkualitasnya

    kecerdasan emosional di lingkungan Pondok Pesantren, dimana

    kualitas tersebut dapat terlihat dari peran Pondok Pesantren yang

    mempengaruhi kondisi kegiatan keagamaan di Kota Sungai Penuh.

    Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas kinerja

    pimpinan Pondok Pesantren Modern Arafah dalam meningkatkan

    kualitas kecerdasan emosional di Pondok Pesantren Modern Arafah,

    dengan menuangkannya dalam sebuah Tesis yang berjudul: Gaya

    Kepemimpinan Kepala Pondok dalam Meningkatkan Kecerdasan

    Emosional Ustadz/Ustadzah pada Pondok Pesantren Modern Arafah

    Kota Sungai Penuh.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana gaya kepemimpinan kepala pondok dalam

    meningkatkan kecerdasan emosional ustadz/ustadzah di Pondok

    Pesantren Modern Arafah Kota Sungai Penuh?

    2. Apa upaya kepemimpinan kepala pondok dalam meningkatkan

    kecerdasan emosional ustadz/ustadzah di Pondok Pesantren

    Modern Arafah Kota Sungai Penuh?

    3. Apa faktor penghambat yang mempengaruhi kepemimpinan

    kepala pondok dalam meningkatkan kecerdasan emosional

  • 24

    ustadz/ustadzah di Pondok Pesantren Modern Arafah Kota Sungai

    Penuh ?

    C. Fokus Penelitian

    Untuk memperjelas bahasan dalam penulisan Tesis ini,

    maka penulis perlu menfokuskan penelitian ini. Fokus penelitian ini

    adalah mengenai Gaya kepemimpinan situasional kepala pondok

    pesantren dalam meningkatkan kecerdasan emosional

    ustadz/ustadzah di Pondok Pesantren Modern Arafah Kota Sungai

    Penuh. Di luar fokus tersebut adalah bukan pembahasan utama

    dalam Tesis ini.

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah:

    a. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala pondok dalam

    meningkatkan kecerdasan emosional ustadz/ustadzah di Pondok

    Pesantren Modern Arafah Kota Sungai Penuh.

    b. Untuk mengetahui upaya kepemimpinan kepala pondok dalam

    meningkatkan kecerdasan emosional ustadz/ustadzah di Pondok

    Pesantren Modern Arafah Kota Sungai Penuh.

    c. Untuk mengetahui factor penghambat yang mempengaruhi

    kepemimpinan kepala pondok dalam meningkatkan kecerdasan

    emosional ustadz/ustadzah di Pondok Pesantren Modern Arafah

    Kota Sungai Penuh.

    2. Kegunaan Penelitian

    Bagi Peneliti

    a. Untuk menambah wawasan tentang kyai, guru dan dunia

    pesantren.

  • 25

    b. Sebagai bahan pengetahuan tentang peran seorang kepala pondok

    dalam meningkatkan kecerdasan emosional ustadz/ustadzah.

    c. Sebagai kontribusi terkait pengembangan pendidikan Islam di

    pesantren pada masa yang akan datang

    Bagi Pondok Pesantren

    a. Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kecerdasan

    emosional ustadz/ustadzah.

    b. Sebagai bahan acuan untuk mengembangkan pendidikan Islam

    pada khususnya, dan pendidikan pada umumnya.

    Bagi Para Guru

    a. Untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang

    kepemimpinan kepala pondok dalam meningkatkan kecerdasan

    emosional ustadz/ustadzah pada Pondok Pesantren Modern Arafah

    Kota Sungai Penuh.

    b. Sebagai bahan evaluasi tentang kelebihan dan kekurangan kepala

    pondok dalam meningkatkan kecerdasan emosional

    ustadz/ustadzah.

    Bagi Pemerintah

    a. Sebagai bahan kebijakan tentang pengembangan pendidikan Islam

    dalam dunia pesantren di tanah air.

    b. Sebagai bahan pertimbangan tentang urgensinya pendidikan Islam

    di pesantren yang jumlahnya banyak tersebar di penjuru negeri ini.

    c. Untuk menentukan langkah-langkah dalam upaya peningkatan

    kualitas pendidikan Islam guna memperbaiki moral umat yang

    merosot akhir-akhir ini, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

    Bagi Masyarakat

    a. Menjadi bahan pengetahuan mengenai kepemimpinan, kedudukan

    dan figur seorang kepala pondok dalam meningkatkan kecerdasan

    emosional ustadz/ustadzah.

  • 26

    b. Menjadi bahan pertimbangan bagi para orang tua dalam memilih

    pesantren bagi anaknya.

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

    A. LANDASAN TEORI

    1. Pengertian Gaya Kepemimpinan

    1). Pengertian Kepemimpinan

    Kepemimpinan di ambil dari dari kata “pimpin” yang bearti

    cara memimpin.19 yang dalam bahasa inggris disebut learder dari

    akar kata to lead yang terkandung arti yang saling erat

    berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan didepan, mengalami

    langkah pertama, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan

    fikiran dan pendapat - tindakan orang lain, membimbing, menuntun,

    menggerakan, orang lain melalui pengaruhnya.20

    Pemimpin yang dalam bahasa Inggris di sebut dengan

    leader adalah orang yang membawahi para pekerja dalam suatu

    organisasi. Pemimpin memiliki orang-orang yang dipimpin.

    19

    Jaja Dkk, Manajemen Madrasah Teori, Strategi, dan Implementasi, (Bandung : Alfabeta, 2013), hal. 100 20

    Wahjosumidja, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.17

  • 27

    Pemimpin diartikan pula sebagai orang yang mempunyai

    wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi.

    pemimpin juga dapat sebagai orang yang memiliki kemampuan

    memengaruhi orang lain untuk melaksankan tugas-tugas tertentu

    yang menjadi harapan dan tujuan sang pemimpin. Pemimpin

    adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam

    kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan dan,

    pemegang tanggungjawab utama bagi seluruh kegiatan yang di

    lakukan oleh bawahanya21.

    Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah “sifat-sifat,

    perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,

    hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dan satu jabatan

    administratif, dan persepsi dari lain-lain ntang legitimasi

    pengaruh”.22

    Tannenbaum, Weschler, dan Messarik, sebagaimana dikutip

    Yulk, mengemukakan bahwa leardership as interpersonal influence

    exercised in situasion and directed, through the communication

    process, toward the attainment of a specialized goal or goals”.23

    (kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang dilakukan

    dalam suatu situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi,

    pada pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu). Dengan

    demikian, kepemimpinan itu identik dengan mempengaruhi orang

    lain.

    Tertadapat banyak ragam pandangan tentang pengertian

    kepemimpinan. Antara lain Robbins memberikan defenisi

    kepemimpinan adalah tindakan mempengaruhi perilaku seseorang

    21

    Hikmat, Manajemen Pendidikan, ( Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 247. 22

    Nur Efendi, Islamic Educational Leadership,(Yogyakarta: Parama Publishing,2005),h2. 23

    Ibid.,h. 5.

    14

  • 28

    atau sekelompok orang ke arah pencapaian tujuan.24 Sedangkan

    Greenberg dan Baron memberikan defenisi kempempinan sebagai

    proses di mana satu individu memengaruhi anggota kelompok lain

    menuju pencapaian tujuan kelompok atau organisasional yang

    didefenisikan. Sedangkan pemimpin adalah individu dalam

    kelompok atau organisasi yang paling berpengaruhi terhadap orang

    lain.25

    Gary A Yukl menyatakan kepemimpinan :”... leadership is

    defined broadly as influence processes affeting the interpretation of

    event for followers, the choice of objectives for the gruop or

    organization, the organization of work activities to accomplish the

    objectives, the motivation of followers to achieve the objectives, the

    maintenance of cooperation from peopel ouside the group or

    organization”.26

    kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dan

    menterjemahkan keinginan-keinginan para anggota atau pengikut

    yang menekankan pada tujuan dan sasaran organisasi melalui

    kegiatan memberi motivasi, memelihara hubungan kerjasama yang

    baik dengan anggota, dan memberi dukungan pada kelompok-

    kelompok tertentu diluar organisasi dan didalam organisasi.

    Robbins dan Judge menyatakan kepemimpinan adalah

    kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian

    sebuah visi atau serangkaian tujuan27. Sementara itu, Kreitner dan

    Kinicki mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses di mana

    seorang individu memengaruhi orang lain untuk memcapai tujuan

    24

    Stephen P. Robins, Organizational Behavior, ( New Jersey : Pearson Education, Ins, 2003) Hal.312

    25Getol, G. Pemimpin Seri Miracle Manajemen Diterima.(Jakarta : Elex Media Komputindo,

    2012) Hal. 98 26

    Gary A Yukl, Leadership in Organizations (New Jersey : Printice Hall, 1994), Hal. 5 27

    Stephen P.Robbins And Timothy A. Judge, Organizational Behavior, (New Jersey : PearsonEducation, Inc, 2011) Hal. 410

  • 29

    bersama.28 Sedangkan McShane dan Von Glinow Menyatakan

    kepemimpinan adalah tentang memengaruhi, memotivasi dan

    memungkinkan orang lain memberikan kontribusi ke arah

    efektivatas dan keberhasilan organisasi di mana mereka menjadi

    anggotanya 29

    Sementara itu Newstrom menyatakan kepemimpinan adalah

    proses memengaruhi dan mendukung orang lain untuk bekerja

    secara antusias menuju pada pemcapaian sasaran. Kepemimpinan

    merupakan faktor penting yang membantu individu atau kelompok

    mengidentifikasi tujuannya, dan kemudian memotivasi dalam

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan.30

    Colquitt, LePine, dan Wesson mendefinisikan kepemimpinan

    sebagai penggunaan keuasaan dan pengaruh untuk mengarahkan

    aktivitas pengikut ke arah pencapaian tujuan31. Sementara itu

    menurut Northouse dalam bukunya Leadership : Theory and

    Practice memberikan pengeertian Leadership as the process of

    influencing others to facilitate the attainment of organizationally

    relevant goals.32

    Menurut pandangan Schermerhorn, Hunt, Osborn, dan Uhl-

    Bien, kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang lain dan

    proses memfasilitasi usaha individu dan kolektif untuk

    menyelesaikan sasaran bersama33. Hal senada dikemukakan oleh

    Gibson dkk, yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu

    28

    Robert Kreitner, and Angelo Kinicki, organizational Behavior, (New York : McGraw-Hill, 2010), Hal. 467

    29Steven L McShane, And Mary Ann Von Glinow, Organization Behavior, (New York :

    McGraw Hill, 2010), Hal. 360 30

    Newstrom, John W. Organizational Behavior, Human Behavior at Work, (New York : MCGraw Hill Companies, 2011) Hal. 171

    31Colquitt, Jason A. Jeffery A. LePine and Michael J. Wesson., Organization Behavior

    Improving Performance and Comimitment in the Workplace (New York: McGraw-Hill, 2009) Hal.483

    32Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, Organizational Behavior and Management,

    (New York, McGraw Hill, 2008) Hal. 413. 33

    Schermerhom, Jr. John R. James G. Hunt, Richard N. Osbom , And Mary Uhl-Bien, Organisasi Behavior, (New Jersey: Joh Wily & Sons, Inc 2011), Hal. 306

  • 30

    usaha menggunakan pengaruh untuk memotivasi individu

    menyelesaikan beberapa tujuan. Pengertian ini mengandung

    makna bahwa hubungan interpersonal, pentingnya menjadi agen

    perubahan, dan memfokus pada menyelesaikan tujuan34.

    Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi,

    menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri

    seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan tertentu

    pada situsi tertentu. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek

    manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi

    kunci.35

    Berdasarkan beberapa definisi kepemimpinan di atas dapat di

    fahami bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan

    dalam proses mempengaruhi, mengkordinir orang-orang yang ada

    hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan

    dan pengajaran, agar kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung

    lebih efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan dan

    pengajaran.

    Dari definisi umum tentang kepemimpinan yang berbeda-

    beda tersebut mengandung kesamaan asumsi yang sifatnya umum,

    yaitu :

    a) Kepemimpinan merupakan kemapuan memengaruhi orang lain

    dengan menggunakan kekuasaaan

    b) Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi antara pemimpin

    dan pengikut

    c) Kepemimpinan terjadi pada berbagai tingkat dalam suatu

    organisasi, dan

    d) pemimpinan memfokuskan pada penyelesaian tujuan bersama.

    Adapun beberapa indikator kepemimpinan, meliput:

    34

    Gibson Dkk, Organizations, (New York : McGraw-Hill, 2012), Hal. 314 35

    Tetty Asnawi, Kepemimpinan, (t.tp: Hamada Prima, 2011), Hal . 1.

  • 31

    a. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut.

    b. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang

    tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok.

    c. Selain dapat menggerakan dan memberikan pengarahan

    kepada para bawahan, pemimpin dapat juga menggunakan

    pengaruh.

    d. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

    seorang pemimpin untuk mengarahkan dan mempengaruhi

    pegawai bawahan atau anggota kelompok agar bekerja

    mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah

    ditetapkan.36

    a. Fungsi pemimpin

    Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan adalah

    bagian atau serangkai dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

    Fungsi pokok guru sebagai seorang pemimpin yang dapat

    menciptakan sekolah yang efektif adalah:

    a. Taks related atau problem solving function.

    Dalam fungsi ini, pemimpin memberikan saran dalam

    pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi

    dan pendapat37

    b. Group maintenance function atau social function,

    meliputi pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar,

    pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi anggota

    kelompok lain, misalnya menjembatani kelompok yang sedang

    berselisih pendapat. Pemimpin yang efektif adalah seorang

    pemimpin yang mampu menampilkan kedua fungsi tersebut

    dengan jelas.38

    36

    Ibid. 37

    Donni Juni Priansa, Menjadi Kepala Sekolah dan Guru Profesional, (Bandung: CV. Pustka Setia, 2017), h. 212.

    38 Ibid.

  • 32

    c. Strategi kepemimpinan efektif

    Kusnadi menyatakan bahwa:

    Dalam mengembangkan profil kepemimpinan, sangat

    penting untuk memperhatikan posisi pemimpin dalam organisasi.

    Asumsi apa yang akan dipegang oleh pemimpin dalam

    mengelola bawahannya dalam organisasi agar mau berkerja

    secara efektif dan efisien. Dalam kedudukan sebagai pemimpin

    dan kelompok sosial termasuk masyarakat, seorang pemimpin

    akan dituntut oleh beberapa hal, yang meliputi kumpulan peran

    yang kompleks, demikian pula fungsinya. Dalam keluasan fungsi

    dan peran seorang pemimpin dapat mendelegasikan wewenang

    dan tanggung jawab kepada para pengikutnya sesuai dengan

    kedudukan yang ada dan berlaku.39

    Ada tiga dimensi mengukur efektivitas kepemimpinan, yaitu:

    a. Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin atau jumlah

    kepercayaan yang diberikan oleh bawahan kepada atasannya.

    b. Tingkatan tugas-tugas bawahan, apakah berupa struktur tugas

    atau sekedar rutin.

    c. Kekuasaan yang melekat pada fungsi kepemimpinan tersebut.40

    Subtansi kepemimpinan ini meliputi karakteristik individu,

    tugas, dan organisasi yang cenderung menyangkal kemampuan

    pemimpin untuk mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahannya.

    Oleh karena itu, jika faktor-faktor tertentu terhindar, maka pekerja

    akan mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuannya tanpa

    adanya arahan dari pemimpin.

    Karakteristik individu yang dapat menetralisir pemimpin

    adalah kemampuan, pengalaman, latihan, pengetahuan,

    kebebasan, orientasi profesional dan persamaan upah dalam

    39

    Hamdan Dimyati, Model Kepemimpinan dan Sistem Pengambilan Keputusan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 76.

    40 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 155.

  • 33

    organisasi. Karakteristik biasnya rutinitas, tingkatan struktur tinggi,

    frekuensi timbal-balik, kepuasan intrinstik yang mungkin mengubah

    prilaku pemimpin yang tidak sesuai. Karakteristik organisasi meliputi

    “perencanaan dan tujuan yang eksplisit, aturan dan prosedur,

    kelompok kerja yang terpadu, struktur imbalan yang kaku dan jarak

    fisik antara supervisor dan bawahan”.41 “Suatu organisasi tercipta

    ketika ada beberapa orang yang mampu berkomunikasi satu sama

    lainnya yang mau menyumbangkan tindakan untuk mengerjakan

    suatu maksud bersama”.42

    Adapun strategi kepemimpinan yang efektif adalah:

    a. Mempercayai staf pengajar

    b. Mendelegasikan tugas dan wewenang

    c. Adil

    d. Membagi dan menanfaatkan waktu

    e. Tanpa toleransi atas ketidakmampuan

    f. Peduli dengan staf mengajar

    g. Membangun visi yang baik

    h. Mengembangkan tujuan instansi

    i. Cekatan dan tegas, sekaligus sabar

    j. Memiliki konsistensi

    k. Bersikap terbuka.43

    Keterbukaan (transparan) sesungguhnya merupakan suatu

    sikap yang dalam manajemen sangat dianjurkan keberadaanya

    dalam suatu lembaga/organisasi. Masyarakat dewasa ini terutama

    mereka yang pendidikannya relatif baik, terkadang hanya percaya

    pada organisasi yang terbuka melaporkan seluruh kegiatan secara

    berkala kepada masyarakat (stakeholder) sebagai mitra kerjanya.

    41

    Samsu, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Yogyakarta: Diandra Creative, 2015), h. 54.

    42 Michael M, Harmon dan Richard T. Mayer, Teori Organisasi untuk Administrasi Publik,

    (Bantul: Kreasi Wacana, 2014), h. 138-139. 43

    Surdarwan Dahim, Manajemen Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, (Jakarta: Rineka Cifta, 2009 ), h. 94.

  • 34

    Organisasi akan berkinerja dan berkembang dengan baik manakala

    stakeholder merespons semua kegiatan organisasi secara baik pula.

    Karena itu, agar suatu organisasi eksis di masyarakat dan bisa

    berkompetensi secara sehat., maka seluruh pihak yang terlibat

    didalamnya, khususnya pada “level kepemimpinan (manajemen)

    harus dapat bersikap transparan dalam mengelola organisasi,

    sehingga kredibilitas lembaga tetap terjaga”.44

    Dalam Islam, sikap transparan atau membuka (membeberkan

    dan memberitahu) apa yang diketahui tentang organisasi yang

    dipimpinnya kepada masyarakat merupakan suatu sikap yang

    terpuji. Hal ini sebagaimana hadist Rasulullah saw yang

    diriwayatkan Bukhari:

    ُ َعْنهُ قَاَل قَاَل َرُسو ُ َعلَْيِه َوَسلهَم َعْن أَنَِس ْبِن َماِلٍك َرِضَي اَّلله ِ َصلهى اَّلله ُل اَّلله

    .اْسَمعُوا َوأَِطيعُوا َوإِْن اْستُْعِمَل َعلَْيُكْم َعْبدٌ َحبَِشيٌّ َكأَنه َرأَْسهُ َزبِيبَةٌ

    )رواه البخارى(

    Artinya:

    Anas RA beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda: “dengarlah dan taatlah meskipun yang memimpin kalian adalah budak yang berkulit Hitam, yang kepala seperti kismis.” (HR. Bukhari)45

    Islam adalah agama rahmatan lil „alamin. Begitu pula Nabi

    Muhammad saw diutus sebagai nabi, bukan hanya untuk orang

    Arab saja, melainkan untuk semua umat manusia. Karena itu, para

    pengikut nabi bukan saja dari kalangan suku Quraisy yang menjadi

    suku bergengsi saat itu, melainkan juga dari suku-suku lainnya yang

    sebelum datang Islam termasuk suku “hina”. Bahkan salah seorang

    sahabat nabi yang bernama Bilal bin Rabah yang warna kulitnya

    44

    Veithzal Rivai,Op.Cit.,h. 196. 45

    Imam An-Nawawi, RyaDhus holihin,(Jakarta : Darul Haq, 2014) , Hal . 498

  • 35

    cukup hitam legam. Padahal, sebelum datangnya ajaran Islam di

    Arab dulu, orang kulit hitam adalah termasuk kelompok suku yang

    sebagian besar berprofesi sebagai budak. Mereka sama sekali tidak

    dihargai dan tidak diperlakukan sebagaimana manusia yang lain.

    Akan tetapi setelah turun ajaran Islam, semua batasan-batasan ras,

    warna kulit dan golongan itu dihapus, dan semua manusia adalah

    sama statusnya di muka Allah, hanya keimanan dan ketaqwaanlah

    yang membedakan mereka.

    Selain itu, Rasulullah saw sebagai pemimpin umat disuruh

    untuk menyampaikan apa yang telah diperoleh agar diberikan

    kepada orang lain (masyarakat). Hal ini sebagaimana firman Allah:

    :٧٦)الماءدة)

    Artinya:

    Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.46 (QS. Al-Maaidah/5 : 67)

    Ayat di atas menginformasikan secara transparan mengenai

    sikap pertanggungjawaban rasul sebagai pemimpin. Kata tabligh

    dalam ayat berarti menyampaikan atau menginformasikan adalah

    satu dari empat sifat bagi seorang rasul (pemimpin), yakni siddiq

    (benar), amanah (dipercaya), fathanah (mampu) dan tabligh

    (menyampaikan). Bila seorang pemimpin/manajer mampu

    46

    Departemen Agama RI, Op.Cit.,h. 120.

  • 36

    mengaplikasikan keempat sifat rasul ini, maka sesungguhnya ia

    telah mengadopsi prinsip-prinsip manajemen modern.

    Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu

    melakukan tugas-tugasnya secara efektif.Pemimpin yang setiap

    saat me-review misinya harus relevan dengan semua situasi

    kepemimpinannya. Pemimpin yang mampu menyelesaikan

    kebutuhan organisasi dengan keinginan masyarakatnya

    (stakeholder). Pemimpin yang berbakat mendayagunakan seluruh

    sumber daya dan mengembangkan talenta orang-orang yang ada

    dalam organisasi untuk mencapai tujuan berkelanjutan.47

    Konsep POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling)

    merupakan konsep manajemen yang sudah kompleks seiring

    dengan perkembangan bisnis organisasi. Di dalam teori manajemen

    industri, misalnya, dikenal dua spek utama dalam organisasi, yakni:

    a. Aspek yang berkaitan dengan garis kepemimpinan, garis

    komando, atau garis pertanggungjawaban, yang dalam struktur

    organisasi dikenal dengan jajaran eksekutif, yang biasanya dari

    Presiden Direktur hingga pemimpin eksekutif dibawahnya.

    b. Aspek yang berkaitan dengan staf pada masing-masing

    kualifikasi eksekutifnya.48

    b. Keterampilan kepemimpinan

    Benton mengartikan bahwa “keterampilan konseptual

    sebagai kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan gagasan

    dan menjabarkanya untuk mendapatkan pendekatan baru dalam

    menjalankan depertemen atau perusahaan”.49 Pendapat yang

    hampir sama dengan Kadarman dan Yusuf Udaya bahwa

    keterampilan konseptual adalah “kemampuan mental untuk

    47

    Veithzal Rivai, Op.Cit., h. 196-197. 48

    Pawit M. Yusuf, Prespektif Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi, Pendidikan dan Perpustakaan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 386.

    49 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 69.

  • 37

    mengkordinasikan, memecahkan masalah, membuat keputusan dan

    pembuatan rencana”.50

    Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa

    keterampilan konseptual merupakan kemampuan Mengembangkan

    gagasan untuk merencanakan, mengkoordinasikan, melakukan

    pengawasan dan memecahkan masalah Proses dalam manajemen

    atau pengaturan mencakup perencanaan, penyusunan,

    kepemimpinan dan pengontrolan penggunaan sumber daya untuk

    mencapai hasil yang maksimal. Bagaimanapun, kenyataannya

    fungsi-fungsi inilah yang secara terus menerus yang mengikat

    seseorang meneger untuk berpindah dari tugas satu ke tugas

    lainnya. Dan dari kesempatan satu ke kesempatan lainnya di dalam

    pekerjaannya.51

    2 ). Pengertian Gaya Kepemimpinan Situasional

    Gaya kepemimpinan mencakup tentang bagaimana

    seseorang bertindak dalam konteks suatu organisasi, maka cara

    yang paling mudah untuk menjelaskan atau mendefenisikan

    berbagai jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis organisasi

    atau situasi yang cocok bagi satu gaya tertentu. Perhatian utama

    adalah bagi mereka yang sudah menduduki atau berada dalam

    posisi kepemimpinan.“School‟s principals have very important role in

    realizing the schools‟ innovations. One important factor that can

    influence innovation in schools is the principal' s leadership style.

    Principal‟s leadership styl ewhich is liked by teachers and other

    subordinates willcreate an atmosphere thatwillbe conducive to

    realize the school innovation”.52

    50

    Ibid. 51

    John R. Schermerhorn, Introduction to Management: International Student Version,

    Tenth Edition, (USA: John Wiley & Sons, 2010), hal. 17 52

    Samsu, “The Influence of Principals‟ Leardership Styles on School Innovation in Jambi (Case Study in Serveral Senior High School in Jambi), Al-Talim Journal, hal.53

  • 38

    Samsu (2014) membagikan tiga belas gaya kepemimpinan,

    yaitu : Gaya kepemimpinan Rasulullah SAW, Autokratik, Semi-

    autokratik, laissez-faire, kharismatik, demokratis, partisipatif,

    amanah, transformasional, Situasional, tiga dimensi, birokratis dan

    kontinum. 53

    Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang

    digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

    mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Dalam hal ini

    usaha menyelaraskan persepsi di antara orang yang akan

    mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan

    dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.54

    Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola

    tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan

    organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan

    tertentu.55

    The leadership style of a leader must be adapted to the

    situation,the nature and behavior of the people being led.

    Therefore,be an effective leader ,one must not only embrace a

    leadership style only ,but the leade rmust be flexible to choose a

    style of leadership that is otherwise deemed appropriate for the

    purposes of the organization.56

    Sementara itu, Menurut Hersey dan Blanchard,

    kepemimpinan situasional pada dasarnya merupakan perwujudan

    dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta

    53

    Samsu, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, ( Yogyakarta, Diandra Creative,PUSAKA, 2015), hal. 83 54

    Kadim Masaong, Arfan A. Tilomi, Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence, (Bandung,ALFABETA, 2011), hal. 150 55

    Ibid, hal. 151 56

    Samsu, Op, Cit, hal. 54

  • 39

    situasi dimana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.57 Dalam

    mengembangkan model kepemimpinan situasional efektif dengan

    memadukan tingkat kematangan bawahan dengan pola perilaku

    yang dimiliki pimpinannya. Ada empat tingkat kematangan

    bawahan dan empat gaya yang efektif diterapkan sebagaimana

    yang terlihat dalam tabel berikut:58

    Tabel. 3.1 Tingkat kematangan bawahan dan gaya yang efektif diterapkan

    No. 4 tingkat kematangan

    bawahan

    4 gaya yang efektif untuk

    diterapkan

    1. Bawahan tidak mampu

    dan tidak mau ada

    keyakinan

    Pemimpin memberi instruksi

    dan mengawasi pelaksanaan

    tugas dan kinerja bawahannya

    2. Bawahan tidak mampu

    tetapi memiliki kemauan

    dan keyakinan bahwa ia

    bias

    Pemimpin menjelaskan

    keputusannya dan membuka

    kesempatan untuk bertanya jika

    kurang jelas

    3. Bawahan mampu tetapi

    tidak mempunyai

    kemauan dan tidak yakin

    Pemimpin memberikan

    kesempatan untuk

    menyampaikan ide-ide sebagai

    dasar pengambilan keputusan

    4. Bawahan mampu dan

    memiliki kemauan dan

    keyakinan untuk

    menyelsaikan tugas

    Pemimpin melimpahkan

    keputusan dan pelaksanaan

    tugas kepada bawahannya

    Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini

    adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas

    kepemimpinannya dan hubungan antara atasan dan bawahan,

    yakni : Perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung.59

    57

    Eko Maulana Ali, Kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good Governance, (Cet. I; Jakarta: Multicerdas Publishing, 2013), h. 66. 58

    Sobry Sutikno. Pemimpin & Kepemimpinan: Tips Praktis untuk Menjadi Pemimpin yang Diidolakan. (Cet. I; Lombok: Holistika, 2014), h.15. 59

    Kadim Masaong, Arfan A. Tilomi, Op, Cit, hal. 151

  • 40

    Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan sebagai sejauh

    mana seorang pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah.

    Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin

    melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar,

    menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan

    melibatkan para pengikut dalam pengambilan keputusan.60

    M1: Tingkat kematangan anggota rendah

    Ciri-cirinya : adalah anggota tidak mampu dan tidak mau

    melaksanakan tugas, maksudnya: Kemampuan anggota dalam

    melaksanakan tugas rendah dan anggota tersebut juga tidak mau

    bertanggung jawab.

    Penyebabnya: tugas dan jabatan yang dijabat memang jauh

    dari kemampuan , kurang mengerti apa kaitan antara tugas dan

    tujuan organisasi, mempunyai sesuatu yang diharapkan tetapi tidak

    sesuai dengan ketersediaan dalam organisasi.

    M2: Tingkat kematangan anggota rendah ke Sedang atau

    Moderat Rendah

    Ciri- cirinya: anggota tidak mampu melaksanakan tapi mau

    bertanggung jawab, yaitu walaupun kemampuan dalam

    melaksanakan tugasnya rendah tetapi memiliki rasa tanggung

    jawab sehingga ada upaya untuk berprestasi. Mereka yakin akan

    pentingnya tugas dan tahu pasti tujuan yang ingin dicapai.

    Penyebabnya : anggota belum berpengalaman atau belum

    mengikuti pelatihan dan pendidikan tetapi memiliki motivasi tinggi,

    menduduki jabatan baru dimana semangat tinggi tetapi bidangnya

    baru dan selalu berupaya mencapai prestasi, punya harapan yang

    sesuai dengan ketersediaan yang ada dalam organisasi.61

    60

    Ibid, 152 61

    Syafaruddin, Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Ciputat Press, 2010), hal. 87

  • 41

    M3: Tingkat kematangan anggota sedang ke tinggi atau

    moderat tinggi.

    Ciri- cirinya: anggota mampu melaksanakan tetapi tidak

    mau. Yaitu mereka yang mempunyai kemampuan untuk

    melaksanakan tugas tetapi karena suatu hal tidak yakin akan

    keberhasilan sehingga tugas tersebut tidak dilaksanakan.

    Penyebabnya : anggota merasa kecewa atau prustasi

    misalnya: baru saja mengalami alih tugas dan tidak puas dengan

    penempatan yang baru.62

    M4: Tingkat Kematangan Anggota Tinggi

    Ciri- cirinya: anggota mau dan mampu, yaitu : mempunyai

    kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas ataupun

    memecahkan masalah dan punya motivasi tinggi serta besar

    tanggungjawabnya. Mereka adalah yang berpengalaman dan

    punya kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas.

    Mereka mendapat kepuasan atas prestasinya dan yakin akan

    selalu berhasil.

    Perilaku kepemimpinan seseorang menghadapi kelompok

    secara keseluruhan harus berbeda - beda dengan menghadapi

    individu anggota kelompok, demikian pula perilaku kepemimpinan

    manajer dalam menghadapi tiap- tiap individu harus berbeda- beda

    tergantung kematangannya. Masing - masing punya perbedaan

    tingkat kematangan.63

    Menurut teori ini pemimpin haruslah situasional, setiap

    keputusan yang dibuat didasarkan pada tingkat kematangan anak

    buah, ini berarti keberhasilan seorang pemimpin adalah apabila

    mereka menyesuaiakan gaya kepemimpinanya dengan tingkat

    62

    Ibid, hal. 90 63

    Ibid, hal. 95

  • 42

    kedewasaan atau kematangan anak buah.Tingkat kedewasaan

    atau kematangan anak buah dapat dibagi menjadi empat tingkat

    yaitu:

    Pertama intruksi adalah untuk pengikut yang rendah

    kematangannya, orang yang tidak mampu dan mau memiliki

    tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak

    kompeten atau tidak memiliki keyakinan.bawahan seperti ini masih

    sangat memerlukan pengarahan dan dukungan, masih perlu

    bimbingan dari atasan tentang bagaimana, kapan dan dimana

    mereka dapat melaksakanya tanggung jawab/tugasnya.64

    Kedua konsultasi adalah untuk tingkat kematangan rendah

    ke sedang, orang yang tidak mampu tetapi berkeinginan untuk

    memikul tanggung jawab memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki

    keterampilan.pimpinan/pemimpin perlu membuka komunikasi dua

    arah (two way communications), yaitu untuk membantu bawahan

    dalam meningkatkan motivasi kerjanya.

    Ketiga partisipasi adalah bagi tingkat kematangan dari

    sedang kerendah, orang-orang pada tingkat perkembangan ini

    memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan untuk melakukan

    sesuatu tugas yang diberikan. Untuk meningkatkan produktivitas

    kerjanya, dalam hal ini pemimpin harus aktif membuka komunikasi

    dua arah dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh bawahan.

    Keempat delegasi adalah bagi tingkat kematangan yang

    tinggi, orang-orang pada tingkat kematangan seperti ini adalah

    mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk memikul

    tanggung jawab.Dalam hal ini pemimpin tidak perlu banyak

    memberikan dukungan maupun pengarahan, karena dianggap

    64

    Thomas S.Bateman & Scott A. Snell. Manajemen : Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia Kompetitif,(Jakarta : Salemba Empat), hal. 234

  • 43

    bawahan sudah mengetahui bagaimana, kapan dan dimana

    mereka barus melaksanakan tugas/tangung jawabnya.65

    Delegasi merupakan elemen penting dalam meningkatkan

    prestasi kerja. Delegasi memberikan peluang kepada staf untuk

    bekerja secara lebih terarah, berkeyakinan serta akuntabel dalam

    pelaksanan tugas yang diberikan oleh kepala sekolah. karena itu,

    setiap kepala sekolahsedapat mungkin berusaha melakukan

    delegasi kepada stafnya untuk meningkatkan prestasi kerjanya

    sesuai dengan bahagian yang mereka harus kerjakan.

    Kegagalan kepala sekolah dalam memberikan delegasi yang

    baik kepada staf akan memperburukkualitas dan prestasi kerja staf

    yang ada. Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa delegasi yang

    diberikan kepadakepala sekolah akan menjayakan staf dalam

    pelaksanan tugas yang dilakukan. Dikatakan demikian, karenastaf

    tidak boleh melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tugas

    yang diberikan.

    Delegasi sebagai pelimpahan tugas dapat dilihat dari dua

    arah, yaitu kepala sekolah sebagai pimpinan dan guru sebagai staf.

    Delegasi yang diberikan oleh pemimpin pada hakekatnya dilakukan

    untuk memberikan arah, tujuan serta fokus pada pekerjaan yang

    ditekuni. Karena itu, kepala sekolah sebagai pemimpin sedapat

    mungkin melakukan perencanaan, perhatian serta audit mengenai

    bantuk delegasi yang diberikan.66

    Implementasi Teori Situasional dalam Kepemimpinan

    Pendidikan Islam

    Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional

    ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang

    65

    Ibidi, hal. 157-159 66

    Samsu, Pengaruh Delegasi, Reward dan Motivasi Kepala Sekolah Terhadap Prestasi Kerja

    Guru (Studi pada SD/Mi, SLTP, dan SLTA Kota Jambi), (Al-Fikrah : Jurnal Kependidikan

    Islam IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 2015), hal. 26

  • 44

    disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi

    organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor

    ruang dan waktu. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap

    gaya kepemimpinan tertentu adalah sebagai berikut:

    1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas

    2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan

    3. Norma yang dianut kelompok

    4. Ancaman dari luar organisasi

    5. Tingkat stres

    6. Iklim yang terdapat dalam organisasi.67

    Untuk mencapai suatu keberhasilan kepemimpinan dalam

    organisasi termasuk dunia pendidikan, pemimpin memerlukan gaya

    kepemimpinan untuk mempengaruhi bawahannya. Gaya

    kepemimpinan dapat dikaji dalam beberapa pendekatan, salah

    satunya adalah pendekatan situasional. Pendekatan ini

    menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling

    efektif diterapkan dalam situasi tertentu.68

    Menurut Fread Fielder, kepemimpinan yang berhasil

    bergantung kepada penerapan gaya kepemimpinan terhadap

    situasi tertentu.69 Hal ini berarti keberhasilan suatu kepemimpinan

    dalam organisasi apapun termasuk pendidikan tergantung dari

    pemimpinnya dalam memahami keadaan atau situasi yang

    berbeda-beda yang dihadapinya.

    Model kepemimpinan situasi ini muncul karena model-model

    kepemimpinan sebelumnya tidak bisa memberikan jawaban

    terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam kepemimpinan.

    Dari hasil penelaahann para pakar, bahwa model kepemimpinan

    situasional mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

    67

    Sobry Sutikno Lot cit, h. 15 68

    Abdul Majir, Perkembangan Manajemen Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: Cipta Restu Fellynda, 2012), h. 44. 69

    Ibid,

  • 45

    1. Di mana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya

    dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu jenis pekerjaan,

    lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlibat dalam

    organisasi.

    2. Perilaku kepemimpinan yang paling efektif ialah perilaku

    kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kematangan

    bawahan.

    3. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang selalu membantu

    bawahan dalam pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi

    matang.

    4. Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu situasi

    ke situasi lain. Oleh sebab itu, dalam kepemimpinan situasi penting

    bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnosis dengan baik

    terhadap situasi.

    5. Pola perilaku kepemimpinan berbeda-beda sesuai dengan situasi

    yang ada.70

    Kepemimpinan situasi merupakan perkembangan terakhir

    daripada kepemimpinan model kontingensi atau Fieler yang

    dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blannchard yang

    semula disebut Life Cicle Monday.71

    Dalam organisasi kepemimpinan pendidikan Islam,

    pemimpin mempunyai tanggung jawab menurut Al-Qur'an

    sebagaimana yang dijelaskan dalam QS.An-Nisaa’/4:58.

    ۴۵: )النساء )

    70

    Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Ed. I, Cet. VII; Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 30. 71

    Ibid, H. 33

  • 46

    Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

    amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.72 (An- Nisaa’/4:58)

    Amanat adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain

    untuk dipelihara dan dikembalikan bila tiba saatnya dan diminta

    oleh pemikirnya.73Pengertian amanat dalam ayat ini ialah sesuatu

    yang dipercayakan kepada sesuatu yang dipercayakan kepada

    seseorang untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.Ayat ini

    ketika memerintahkan menunaikan amanat, ditekankannya bahwa

    amanat tersebut harus ditunaikan kepada (أهلها) ahliha yakni

    pemiliknya, dan ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan

    adil, dinyatakannya apabila kamu menetapkan hukum di antara

    manusia. Hal ini berarti dalam memilih pemimpin terutama dalam

    kepemimpinan pendidikan harus diberikan kepada orang yang

    betul-betul bisa menjalankan amanatnya dan bisa melihat situasi

    dan kondisi serta bisa berbuat adil bagi bawahannya sesuai dengan

    pendekatan teori dan gaya kepemimpinan situasional.

    2. Pengertian kecerdasan emosional

    Secara sederhana kecerdasan emosional diartikan sebagai

    penggunaan emosi secara cerdas. Kecerdasan emosional

    diartikan sebagai suatu instrumen untuk menyelesaikan masalah

    dengan rekan kerja, membuat kesepakatan dengan pelanggan

    yang rewel, mengkritik atasan, menyelesaikan tugas sampai

    72

    Departeman Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1971, h. 128.

    73 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an), (Cet.I

    Vol.2; Ciputat: Lentera hati, 2000), h. 457.

  • 47

    selesai, dan dalam berbagai tantangan lain yang dapat merusak

    kesuksesan.74

    Menurut Daniel Goleman bahwa:Kecerdasan emosional

    adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan

    menghadapi frustasi, mengadakan dorongan hati dan tidak

    berlebih-lebih terhadap kesenangan, mengatur suasana hati dan

    menjaga agar bebas stress, tidak melumpuhkan kemampuan

    berfikir, berempati dan berdo’a.75 Ginanjar Agustian bahwa:

    Kecerdasan emosi adalah hal-hal yang berhubungan dengan

    kecakapan emosi dan spiritual seperti konsistensi (istiqamah),

    kerendahan diri (tawadhu‟), bersabar dan berserah diri (tawakkal),

    ketulusan (sincerety), (keikhlasan), totalitas (kaffah),

    keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan),

    yang dinamakan akhlakul karimah. Kecerdasan emosi sebenarnya

    adalah akhlak di dalam agama Islam dimana hal ini telah diajarkan

    oleh Rasulullah saw.76

    Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    kecerdasan emosional adalah kemampuan qalbu yang mencakup

    pengenalan emosi diri sendiri, pengelolaan emosi diri sendiri,

    memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan

    menangani berbagai hubungan antar manusia. Kecerdasan

    emosional adalah sebagai himpunan bagian dari kecerdasan

    sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial

    yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah

    semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing

    pikiran dan tindakan.

    74

    Abd, Kadim Masaong, Arfan A. Tilomi, Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence,

    (Bandung, Alfabeta, 2010), Hal. 69 75

    Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 56.

    76 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan

    Spritual, (Jakarta: PT. Arga, 2001), h. 199.

  • 48

    Di dalam Al – Quran dijelaskan ada tiga macam emosi yang

    dikenal dengan nafsu, yaitu emosi (nafsu) ammarah, emosi

    (nafsu) lawwamah dan emosi (nafsu) Mutmainnah. Emosi

    ammarah merupakan emosi yang paling rendah dan egois,

    cendrung untuk menguasai logika dan spiritulitas seseorang.

    Emosional yang lepas kendali dapat mmebuat orang pandai

    menjadi bodoh. Emosi ini berkoalisi dengan syeitan sehingga

    amat sulit untuk dapat menerima kebenaran.

    Menurut Goleman bahwa:Kecerdasan emosional adalah

    kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan

    intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya

    melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, empati dan

    keterampilan sosial. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi

    oleh lingkungan, tidak bersifat menetap dan berubah-rubah setiap

    saat.Untuk itu, peran lingkungan terutama orang tua pada masa

    kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan

    kecerdasan emosional.77

    “Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau

    keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara

    dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun pada dunia

    nyata serta tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan”.78Kordinasi

    suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila

    seseorang pandai menyesuaikan dengan suasana hati individu

    yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki

    tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah

    menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.

    Dalam hal ini, Daniel Goleman mengemukakan bahwa

    “kecerdasan emosional adalah seseorang mengatur kehidupan

    77

    Shapiro L. E., Mengajar Emosional Intelligence pada Anak, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 8.

    78Ibid.,h. 10.

  • 49

    emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan

    pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,

    pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial”.79

    Tanpa kecerdasan emosional, orang tidak akan bisa

    menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka sesuai

    dengan potensi yang maksimal. Faktor kecerdasan emosional

    dikelompokan menjadi lima kemampuan utama, yaitu “mengenali

    emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali

    emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan”.80

    a. Mengenal emosi diri

    Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan

    untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu

    terjadi.Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan

    emosional. Para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri

    sebagai metmood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya

    sendiri. Menurut Mayer dalam Goleman, “kesadaran diri adalah

    waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana

    hati”,81bila kurang waspada, maka individu menjadi mudah larut

    dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.

    Kepala sekolah yang memiliki kompetensi kedasaran diri

    tinggi memiliki ciri kepemimpinan yang berorientasi pada

    pemahaman kecerdasan diri emosional, mampu menilai diri

    sendiri secara akurat, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

    Selain itu, dengan memilii kecerdasan diri emosional yang tinggi

    akan bisa mendengarkan tanda-tanda dalam diri mereka sendiri,

    mengenali bagaimana perasaan mereka mempengaruhi diri dan

    79

    Daniel Goleman, Op.Cit.,h. 180. 80

    Ibid., h. 57-58. 81

    Daniel Goleman, Loc.Cit.

  • 50

    kinerja mereka.82“Kesadaran diri memang belum menjamin

    penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat

    penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah

    menguasai emosinya”.83Dengan demikian, mengenal emosi

    merupakan langkah awal dalam mengendalikan diri.

    b. Mengelola Emosi

    Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam

    menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau

    selaras sehingga tercapai keseimbangan dalam diri

    individu.Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali

    merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi.“Emosi berlebihan,

    yang meningkat dengan itensitas terlampau lama akan mengoyak

    kesetabilan”.84Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk

    menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau

    ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta

    kemampuan untuk bangkit dari perasaan yang menekan.

    Seorang kepala sekolah yang mimiliki kompetensi

    pengelolaan emosi yang baik, sudah pasti prestasi sekolahnya

    akan tinggi yang mendorong mereka untuk terus mencari

    perbaikan kenerja bersama gurun-guruny. Mereka berpikiran

    pragmatis, menetapkan tujuan yang terukur tetapi menantang, dan

    mampu mempertimbangkan resiko sehingga tujuan-tujuan mereka

    layak untuk dicapai.

    b. Memotivasi diri (pengelolaan diri)

    Memotivasi diri sendiri, prestasi harus dilalui dengan

    dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki

    ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan

    mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai motivasi yang

    positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

    82

    Abd. Kadim Masaong, Arfan A. Tilomi, Op, Cit . Hal. 72 83

    Ibid.,Hal. 64. 84

    Ibid.,Hal. 77-78.

  • 51

    Kepala sekolah yang memiliki kompetensi pengelolaan diri

    secara efektif akan menampilkan gaya kepemimpinan yang

    berorientasi pada pengendalian diri, memiliki transparansi, mampu

    menyusuaikan diri, berprestasi dan penuh inisiatif.

    Kepala sekolah yang memiliki kendali diri emosional yang

    cerdas akan mampu menemukan cara-cara untuk mengelola

    emosi mereka yang sedang terganggu, dan menyalurkannya

    melalui cara-cara yang bermanfaat. Memiliki ciri seperti ini akan

    tampak tetap tenang dan berpikiran jernih di bawah tekanan tinggi

    atau selama menghadapai krisis dan situasi yang menguji

    ketahannya. Kepala sekolah yang memiliki kemampuan

    menyesuaikan diri akan bisa menghadapi berbagai tuntutan tanpa

    kehilangan fokus dan energi mereka, dan tetap nyaman dengan

    situasi-situasi yang tidak terhindarkan dalam kehidupan sekolah.

    Mereka akan fleksibel dalam menyesuikan diri dengan tantangan

    baru, cekatan dalam meyesuaikan diri dengan perubahan yang

    cepat dan berpikir gesit ketika menghadapi realita baru.85

    c. Mengenali emosi orang lain86

    Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga

    empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau

    peduli dengan orang lain menunjukan kemampuan empati

    seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

    mampu mengungkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang

    mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain, sehingga

    iamampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap

    perasaan orang lain dan mampu untuk mendengarkan orang lain.

    Rosenthal dalam penelitiannya menunjukan bahwa “orang-

    orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal

    lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih popular,

    85

    Lot, Cit, 73 86

    Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Hal. 103

  • 52

    lebih mudah bergaul, dan lebih peka”.87Seseorang yang mampu

    membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang

    tinggi. Semakin mampu terbuka terhadap emosinya sendiri,

    mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang

    tersebut mempunyai kemampuan membaca perasaan orang lain.

    Kepala sekolah yang memiliki empati akan mampu

    mendengarkan berbagai tanda emosi, membiarkan dirinya

    merasakan emosi yang dirasakan oleh guru dan staf, tetapi tidak

    diutarakan pada guru lain. Selain itu mereka mampu

    mendengarkan dengan cermat dan bisa menangkap sudut

    pandang guru dan staf. Dengan sifat empati akan membuat

    kepala sekolah bisa menjalin relasi dengan seluruh stakeholder

    sekolah dan masyarakat pada umumnya.88

    d. Kemampuan membina hubungan

    Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu

    keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan

    keberhasilan antar pribadi.Keterampilan dalam berkomunikasi

    merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina

    hubungan. Individu sulit mendapatkan apa yang diinginkannya

    dan sulit juga memahami kegiatan serta kemauan orang lain.

    Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina

    hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang yang

    berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan

    lancar pada orang lain. Orang-orang yang popular dalam

    lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena

    kemampuannya berkomunikasi.

    Ramah-tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat

    dijadikan petunjuk positif bagaimana seorang guru mampu

    membina hubungan dengan orang lain. Kepala sekolah yang

    87

    Ibid.,h. 136. 88

    Abd. Kadim Masaong, Arfsn A.Tilomi, Op, Cit . Hal. 74

  • 53

    memiliki penilaian diri yang akurat akan memiliki kesadaran diri

    yang tinggi, baik kelemahan maupun kelebihannya, dan

    menunjukan cita rasa humor tentang diri mereka sendiri. Selain

    itu, menunjukan pembelajaran yang cerdas tentang apa yang

    mereka perlu perbaiki serta menerima kritik dan umpan balik yang

    membangun. Dengan penilaian diri yang akurat membuat mereka

    mengetahui kapan harus meminta bantuan dan dimana ia harus

    memusatkan diri untuk menumbuhkan kekuatan kepemimpinan

    yang baru.

    Berdasarkan kajian, maka yang dimaksud dengan

    kecerdasan emosional adalah kemampuan guru untuk mengenali

    emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri,

    mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk

    membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

    3. Pengertian Pondok Pesantren

    Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya

    ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok

    memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para

    pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya. Pesantren

    merupakan bagian dari pedidikan nasional yang memiliki

    kekhasan, keaslian (indegeneous) Indonesia. Dengan

    kemandirian yang dimiliki, pesantren akan menjadi lembaga

    pedidikan yang otonom, baik dari sistem pembelajaran maupun

    pendanaan.89

    Pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajarnya

    cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dalam

    meninggalkan sistem belajar tradisional.Penerapan sistem belajar

    modern ini terutama nampak pada