gangguan pendengaran akibat bising gpab

Upload: sem-palalangan

Post on 07-Mar-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hearing loss

TRANSCRIPT

Gangguan Pendengaran Akibat Bising /GPAB ( Noise Induced Hearing Loss / NIHL)

31 Januari 2011 pukul 19:20

Gangguan pendengaran akibat bising adalah Penurunan pendengaran tipe sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Sifat gangguannya adalah tuli sensorineural tipe koklea dan umumnya terjadi pada ke dua telinga. Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekuensi, lama pajanan perhari, lama masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang dapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat.Bising berpengaruh terhadap masyarakat terutama masyarakat pekerja yang terpajan bising, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan secara umum, antara lain gangguan pendengaran, gangguan fisiologi lain serta gangguan psikologi. Gangguan fisiologi dapat berupa peningkatan tekanan darah, percepatan denyut nadi, peningkatan metabolisme basal, vasokonstriksi pembuluh darah, penurunan peristaltik usus serta peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi tersebut disebabkan oleh peningkatan rangsang sistem saraf otonom. Keadaan ini sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap keadaan bahaya yang terjadi secara spontan. Gangguan psikologi dapat berupa stres tambahan apabila bunyi tersebut tidak diinginkan dan mengganggu, sehingga menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan melelahkan. Hal tersebut diatas dapat menimbulkan gangguan sulit tidur, emosional, gangguan komunikasi dan gangguan konsentrasi yang secara tidak langsung dapat membahayakan keselamatan .Upaya peningkatan kualitas hidup penderita diterapkan tidak hanya mencoba meningkatkan fungsi pendengaran dengan berbagai cara dan alat serta evaluasinya tetapi juga mencakup peningkatan kemampuan berkomunikasi dengan cara-cara yang lain seperti latihan membaca bibir dan lainnya. Dalam hal ini perlu dilakukan suatu upaya penilaian kemampuan berkomunikasi yang komprehensip. Kemudian penetapan bentuk pelatihan berkomunikasi untuk mengatasi pandangan buruk umum yang dialami oleh penderita gangguan pendengaran serta orientasi penggunaan alat Bantu dengar, pelatihan fungsi pendengaran, latihan membaca bibir dan berkomunikasi melalui alat telekomunikasi seperti telepon.Untuk mengurangi angka terjadinya gangguan pendengaran akibat bising (GPAB / NIHL) diperlukan usaha-usaha penanggulangan NIHL baik secara promotif, preventif, dan rehabilitatif. Dalam mengupayakan usaha tersebut diperlukan kerjasama yang terpadu dari baik masyarakat itu sendiri, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pemerintah dalam hal ini institusi kesehatan.Masyarakat melalui para kader perlu dilibatkan secara aktif dan inovatif terutama pada tingkat promotif. Lini kesehatan terdepan misalnya Puskesmas, Balai Kesehatan, dll memiliki peran yang besar baik di tingkat promotif, serta deteksi dini terjadinya NIHL.Di lain pihak jumlah spesialis THT di Indonesia berjumlah 700 orang. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih kurang 214,1 juta jiwa, tentu jumlah tersebut masih sangat kurang. Untuk meningkatkan penanggulangan NIHL maka diperlukan pengetahuan, pengenalan, dan pencegahan NIHL oleh masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan. Selain itu diperlukan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga kesehatan di lini terdepan untuk mendiagnosis NIHLANALISIS SITUASI Epidemiologi Bising lingkungan kerja merupakan masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara. Sedikitnya 7 juta orang ( 35 % dari total populasi industri di Amerika dan Eropa ) terpajan bising 85 dB atau lebih. Ketulian yang terjadi dalam industri menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa.Di Amerika lebih dari 5,1 juta pekerja terpajan bising dengan intensitas lebih dari 85 dB. Barrs melaporkan pada 246 orang tenaga kerja yang memeriksakan telinga untuk keperluan ganti rugi asuransi, ditemukan 85 % menderita tuli saraf, dan dari jumlah tersebut 37 % didapatkan gambaran takik pada frekuensi 4000 Hz dan 6000 Hz.Di Polandia diperkirakan 600.000 dari 5 juta pekerja industri mempunyai risiko terpajan bising , dengan perkiraan 25 % dari jumlah yang terpajan terjadi gangguan pendengaran akibat bising. Dari seluruh penyakit akibat kerja dapat diidentifikasi penderita tuli akibat bising lebih dari 36 kasus baru dari 100.000 pekerja setiap tahun.Di Indonesia penelitian tentang gangguan pendengaran akibat bising telah banyak dilakukan sejak lama. Survai yang dilakukan oleh Hendarmin dalam tahun yang sama pada Manufacturing Plant Pertamina dan dua pabrik es di Jakarta mendapatkan hasil terdapat gangguan pendengaran pada 50% jumlah karyawan disertai peningkatan ambang dengar sementara sebesar 5-10 dB pada karyawan yang telah bekerja terus-menerus selama 5-10 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Hendarmin dan Hadjar tahun 1971, mendapatkan hasil bising jalan raya (Jl.MH.Thamrin, Jakarta) sebesar 95 dB lebih pada jam sibuk.Sundari pada penelitiannya di pabrik peleburan besi baja di Jakarta, mendapatkan 31,55 % pekerja menderita tuli akibat bising, dengan intensitas bising antara 85 105 dB, dengan masa kerja rata-rata 8,99 tahun.Lusianawaty mendapatkan 7 dari 22 pekerja ( 31,8%) di perusahaan kayu lapis Jawa Barat mengalami tuli akibat bising, dengan intensitas bising lingkungan antara 84,9 108,2 dB.Purnama pada penelitian dampak pajanan bising bajaj pada pengemudinya mendapatkan 26 dari 32 pengemudi mengalami tuli akibat bising, 14 pengemudi mengalami tuli akibat bising tahap awal dan 12 pengemudi mengalami tuli akibat bising tahap lanjut. Rerata intensitas bising bajaj pada kelompok kasus tersebut adalah 101,42 dB dengan lama pajanan kerja 12,37 tahun dan 98,5 dB pada kelompok kontrol dengan lama pajanan kerja 8 tahun.Bashiruddin pada penelitian pengaruh bising dan getaran pada fungsi keseimbangan dan pendengaran mendapatkan rerata intensitas bising bajaj pada beberapa frekuensi adalah 90 dB dengan intensitas maksimum 98 dB dan serata akselerasi getar adalah 4,2 m/dt. Hal ini melebihi nilai ambang batas bising dan getaran yang diperkanankan. Kombinasi antara bising alat transportasi dengan sistem suspensi dan gas buang yang buruk seperti bajaj dan bising jalan raya menyebabkan risiko gangguan pendengaran pengemudi kendaraan tersebut menjadi lebih tinggi. Demografi Gambaran populasi berdasarkan kelompok umur, kelompok pekerjaan, status sosial, dan status pendidikan.Agar dapat secara efektif mengatasi NIHL, ada beberapa pertanyaan yang harus terlebih dahulu dicari jawabannya, antara lain :1. Seberapa besar jumlah penderita NIHL di suatu daerah ? 2. Bagaimana proporsi penduduk didaerah tersebut ? 3. Bagaimana dengan tingkat pengetahuan penduduk didaerah tersebut ? 4. Untuk menurunkan prevalensi NIHL, perlu diketahui sarana dan SDM yang tersedia. Infrastuktur Sumber Daya: Jumlah Dokter Spesialis THT Jumlah Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi Jumlah Dokter Perusahaan (Dokter Kesehatah Kerja) Jumlah Dokter Umum dan tenaga paramedis terlatih Jumlah Tenaga Swadaya Masyarakat (kader terlatih) Sarana dan Fasilitas Rumah Sakit yang memiliki fasilitas diagnostik fungsi pendengaran (Audiometer) Puskesmas yang memiliki alat diagnostik fungsi pendengaran (Audiometer), corong telinga, otoskop/ senter, garputala). Target Menurunkan 50% angka gangguan pendengaran akibat bising pada tahun 2010 Indikator Jumlah Dokter Umum yang dilatih Jumlah paramedis yang dilatih Jumlah kader/ guru yang dilatih Frekuensi kegiatan promosi yang dilakukan dalam periode tertentu Jumlah pekerja terpajan bising yang diperiksa setiap tahun Frekuensi pemeriksaan pekerja terpajan bising Jumlah pekerja terpajan bising yang dideteksi menderita NIHL Jumlah kasus NIHL yang dilaporkan ALTERNATIF PENANGGULANGANProgram akan berhasil apabila tersosialisasi dengan baik, sehingga setiap orang yang terkait dengan upaya penanggulangan NIHL (masyarakat, pemerintah setempat, tenaga medis) dapat menjalankan perannya masing-masing setelah mengetahui masalah yang dihadapi serta tujuan yang hendak dicapai. Melakukan penyuluhan kepada kader, tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri tentang NIHL mengenai pengertian, gejala, penyebab, dampak dan penatalaksanaan. Advokasi pada pemerintah setempat (PEMDA) untuk memfasilitasi serta menyediakan anggaran untuk memperbaiki maupun melengkapi infrastruktur. Melakukan pendekatan kepada pengusaha serta organisasi swadaya masyarakat untuk saling bekerja sama dalam menanggulangi masalah yang dihadapi pekerja / masyarakat yang terpajan bising. Melakukan analisis situasi, menetapkan tujuan serta evaluasi berkala. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader untuk melakukan deteksi dini dan rujukan Pelatihan dokter kesehatan kerja untuk meningkatkan upaya deteksi dan intervensi dini. Daftar Pustaka Tedjo Oedono R M. Penatalaksanaan Penyakit Akibat Lingkungan Kerja Di bidang THT. KONAS PERHATI VII, .Malang 1996 : 91 111. Alberty PW. Occupational hearing Loss. In : Balenger JJ ed.Disease of The Ear Nose and Throat. Head Neck Surgery, 14 th Ed. Philadelphia. WB Saunders. 1991 : 1053 66. Hutchinson KM, Alessio HM, Spadafore M. Effect of Low Intensity Exercise and Noise Exposure on Temporary Threshold Shift. Scandinavia Audiology 1991 ; 20 : 121 7. Borg E, Canlon B, Engstrom B. Noise Induced Hearing Loss. Literature review and experiments in rabbits. Scandinavian Audiology Supplement 40. 1995; 24 : 9-46 Dobie RA. Noise Induced Hearing Loss In : Bailey BJ, ed. Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 2. Philadelphia, JB Lippin Cot Co. 1993 : 1782 91. Pickles JO. Physiology of The Ear. In : Kerr AG, ed. Basic Sciences. Scott Browns Otolaryngology 5 th ed. London. Butter worths. 1991 : 47 77. Alberty PW. Noise & The Ear. In :Kerr AG ed. Adult Audiology, Scott Browns Otolaryngology 5th ed. London Butterworths 1991 : 594 641. Sutirto I, Bashiruddin J. Tuli akibat bising dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok . Edisi ke 5. Jakarta Balai Penerbit FKUI 2001 : 37 39. Niland J,Zenz C. Occupational hearing loss. Noise and Hearing Conservation. In Occupational Medicine 3 rd; ed. St Louis Mosby.1994: 258-96. Rampal KG, Noorhassim I. Auditory Disorders. In : Jeyaratman J, Koh D eds. Textbook of Occupational Medicine Practice. Singapore.World Scientific. 1996 : 272 298. Suma'mur PK. Kebisingan dalam Higne Perusahan dan Kesehatan Kerja ed 9. Jakarta 1993: 57-68 Hendarmin H. Noise Induced Hearing Loss. Konas PERHATI II Jakarta ; 1971.p. 224 9. Hendarmin H, Hadjar E. Noise and Noise Polutions in Jakarta. Konas PERHATI II Jakarta ; 1971.p. 230 43. Sundari. Hubungan pemajanan bising dengan ambang pendengaran tenaga kerja di Bagian Peleburan dan Pengontrolan Besi Baja PT B.D. Jakarta ;1994. Lusianawaty T. Gangguan pendengaran akibat bising pada tenaga kerja di Perusahaan Plywood PT X, jawa Barat. Thesis, Jakarta ; 1998. Purnama H. Dampak pajanan bising bajaj pada pengemudinya. Skripsi. Jakarta ; 1997. Bashiruddin J, Pengaruh Bising dan Getaran pada Fungsi Keseimbangan dan Pedengaran, Disertasi, Jakarta 2002.