gangguan obstruksi dan faktorfaktoryang …

8
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 AgustusDesember 2018 1 23376686 23383321 ISSN ISSNL GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN AKIBAT PAJANAN GAS BUANG KENDARAAN PADA PEKERJA PARKIR DI PUSAT PERBELANJAAN DI JAKARTA Vidi Posdo Simarmata Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Email: [email protected] PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), jumlah kendaraan yang beroperasi di seluruh Indonesia pada rentang 2013 mencapai 104,211 juta unit, naik sebesar 12 % dari 2012; yakni sebanyak 94,299 juta unit, dan juga naik sebesar 12 % dari 2011; yakni sebanyak 84,193 juta unit. Selanjutnya, dari beberapa penyebab polusi udara yang ada, terbukti, emisi transportasi adalah sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi, yakni sekitar 70%. Hal tersebut tampak dengan jelas, mengingat sebagian besar kendaraan bermotor menghasilkan gas emisi yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai, atau dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas yang kurang baik. Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan uap air, tetapi di dalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx), sulfur (SOx). Banyaknya pembangunan mall dan pusat perbelanjaan yang memiliki ruang parkir baik di dalam maupun diluar gedung, dimana dalam rangka menjaga produktifitas pekerja parkir, maka perlu mendapat perhatian khusus baik pengetahuan, keselamatan maupun kesehatan kerjanya. Risiko bahaya yang dihadapi pekerja parkir adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada masalah ABSTRAK: Penelitian di Toronto Kanada menyebutkan hubungan antara gas buang kendaraan dengan penyakit respirasi seperti asma, bronkitis, PPOK, pneumonia dan saluran pernafasan atas. Tujuan penelitian ini melihat gangguan obstruksi paru serta faktor faktor lainnya akibat pajanan gas buang kendaraan. Desain Penelitian adalah Cross Sectional menggunakan data primer melibatkan 66 orang. Penilaian Obstruksi paru menggunakan spirometri serta pengukuran gas buang kendaraan mengambil pajanaan zat kimia SO 2 , NO 2 , dan CO. Analisis Univariat data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis Bivariat dipakai uji Chi Square dengan p < 0,05. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Gangguan obstruksi paru sebesar 22,7% (15 orang), Hasil analisis Chi Square terdapat hubungan bermakna antara usia dengan gangguan obstruksi paru (p=0,012; OR=4,875) dan kebiasaan merokok (p = 0,027; OR = 8,313). Faktorfaktor yang tidak memiliki hubungan bermakna dengan gangguan obstruksi paru yaitu faktor tingkat pendidikan, masa kerja, penggunaan APD, suhu, Ventilasi, merokok berat dan sedang dan merokok sedang dan ringan, dengan nilai p > 0,05. Hasil analisis regresi logistik, faktor kebiasaan merokok merupakan faktor resiko yang dominan dengan nilai p = 0,026; OR adj = 16,046 dan R 2 = 0,208. Gangguan obstruksi paru sebesar 22,7%, Faktor yang bermakna adalah faktor usia dan kebiasaan merokok, dan faktor resiko yang dominan adalah faktor kebiasaan merokok. Kata kunci: gangguan obstruksi paru, gas buang kendaraan ABSTRACT: Research in Toronto Canada mentions the relationship between vehicle exhaust with respiratory diseases such as asthma, bronchitis, COPD, pneumonia and upper respiratory tract. In this study looked at pulmonary obstruction disorders as well as other factors due to vehicle exhaust exposure. This study design was Cross Sectional using primary data involving 66 people. Assessment Pulmonary obstruction using spirometry as well as measurement of vehicle exhaust gas took exposure to SO2, NO2, and CO chemicals. Univariate analysis of data is presented in the form of frequency distribution. Bivariate analysis used Chi Square test with p < 0,05. Multivariate analysis used logistic regression test Pulmonary obstruction disorder was 22.7% (15 people). The result of Chi Square analysis showed significant relationship between age with pulmonary obstruction disorder (p = 0,012, OR = 4,875) and smoking habit (p = 0,027; OR = 8,313). Factors that have no significant association with pulmonary obstruction are education, occupational, PPE, Temperature, Ventilation, moderate and mild smoking, and p > 0,05. The result of logistic regression analysis shows that smoking habit factor is dominant risk factor with p=0,026; OR adj=16,046 and R 2 =0,208. Pulmonary obstruction disorder was 22.7%, the significant factors are age and smoking. and the dominant risk factor is smoking habit. Keywords: impaired pulmonary obstruction, vehicle exhaust gas

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTORYANG …

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20181

2337­66862338­3321

ISSNISSN­L

GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTOR­FAKTOR YANGBERHUBUNGAN AKIBAT PAJANAN GAS BUANG KENDARAAN

PADA PEKERJA PARKIR DI PUSAT PERBELANJAAN DIJAKARTA

Vidi Posdo SimarmataFakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta

E­mail: [email protected]

PENDAHULUANLatar belakang penelitian ini adalah menurut data

terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian RepublikIndonesia (Korlantas Polri), jumlah kendaraan yangberoperasi di seluruh Indonesia pada rentang 2013mencapai 104,211 juta unit, naik sebesar 12 % dari2012; yakni sebanyak 94,299 juta unit, dan juga naiksebesar 12 % dari 2011; yakni sebanyak 84,193 jutaunit. Selanjutnya, dari beberapa penyebab polusiudara yang ada, terbukti, emisi transportasi adalahsebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi,yakni sekitar 70%.

Hal tersebut tampak dengan jelas, mengingatsebagian besar kendaraan bermotor menghasilkan gasemisi yang buruk, baik akibat perawatan yang kurangmemadai, atau dari penggunaan bahan bakar dengankualitas yang kurang baik. Walaupun gas buang

kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawayang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbondioksida dan uap air, tetapi di dalamnya terkandungjuga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besaryang dapat membahayakan kesehatan maupunlingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapatdidalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbonmonoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon,berbagai oksida nitrogen (NOx), sulfur (SOx).

Banyaknya pembangunan mall dan pusatperbelanjaan yang memiliki ruang parkir baik didalam maupun diluar gedung, dimana dalam rangkamenjaga produktifitas pekerja parkir, maka perlumendapat perhatian khusus baik pengetahuan,keselamatan maupun kesehatan kerjanya. Risikobahaya yang dihadapi pekerja parkir adalah bahayakecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada masalah

ABSTRAK: Penelitian di Toronto Kanada menyebutkan hubungan antara gas buang kendaraan dengan penyakit respirasi sepertiasma, bronkitis, PPOK, pneumonia dan saluran pernafasan atas. Tujuan penelitian ini melihat gangguan obstruksi paru serta faktor­faktor lainnya akibat pajanan gas buang kendaraan. Desain Penelitian adalah Cross Sectional menggunakan data primer melibatkan66 orang. Penilaian Obstruksi paru menggunakan spirometri serta pengukuran gas buang kendaraan mengambil pajanaan zat kimiaSO2, NO2, dan CO. Analisis Univariat data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis Bivariat dipakai uji Chi Squaredengan p < 0,05. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Gangguan obstruksi paru sebesar 22,7% (15 orang), Hasilanalisis Chi Square terdapat hubungan bermakna antara usia dengan gangguan obstruksi paru (p=0,012; OR=4,875) dan kebiasaanmerokok (p = 0,027; OR = 8,313). Faktor­faktor yang tidak memiliki hubungan bermakna dengan gangguan obstruksi paru yaitufaktor tingkat pendidikan, masa kerja, penggunaan APD, suhu, Ventilasi, merokok berat dan sedang dan merokok sedang dan ringan,dengan nilai p > 0,05. Hasil analisis regresi logistik, faktor kebiasaan merokok merupakan faktor resiko yang dominan dengan nilai p= 0,026; OR adj = 16,046 dan R2 = 0,208. Gangguan obstruksi paru sebesar 22,7%, Faktor yang bermakna adalah faktor usia dankebiasaan merokok, dan faktor resiko yang dominan adalah faktor kebiasaan merokok.

Kata kunci: gangguan obstruksi paru, gas buang kendaraan

ABSTRACT: Research in Toronto Canada mentions the relationship between vehicle exhaust with respiratory diseases such asasthma, bronchitis, COPD, pneumonia and upper respiratory tract. In this study looked at pulmonary obstruction disorders as wellas other factors due to vehicle exhaust exposure. This study design was Cross Sectional using primary data involving 66 people.Assessment Pulmonary obstruction using spirometry as well as measurement of vehicle exhaust gas took exposure to SO2, NO2, andCO chemicals. Univariate analysis of data is presented in the form of frequency distribution. Bivariate analysis used Chi Square testwith p < 0,05. Multivariate analysis used logistic regression test Pulmonary obstruction disorder was 22.7% (15 people). The resultof Chi Square analysis showed significant relationship between age with pulmonary obstruction disorder (p = 0,012, OR = 4,875)and smoking habit (p = 0,027; OR = 8,313). Factors that have no significant association with pulmonary obstruction are education,occupational, PPE, Temperature, Ventilation, moderate and mild smoking, and p > 0,05. The result of logistic regression analysisshows that smoking habit factor is dominant risk factor with p=0,026; OR adj=16,046 and R2=0,208. Pulmonary obstructiondisorder was 22.7%, the significant factors are age and smoking. and the dominant risk factor is smoking habit.

Keywords: impaired pulmonary obstruction, vehicle exhaust gas

Page 2: GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTORYANG …

Vidi Posdo Simarmata,1­8

Gangguan Obstruksi dan Faktor­Faktor yang BerhubunganAkibat Pajanan Gas Buang Kendaraan pada Pekerja Parkir di

Pusat Perbelanjaan di Jakarta

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20182

penurunan fungsi paru, perlu penelitian yangmempelajari faktor­faktor yang mempengaruhiterjadinya obstruksi paru pada pekerja parkir di pusatperbelanjaan. Tujuan penelitian ini melihat gangguanobstruksi paru serta faktor­faktor lainnya akibatpajanan gas buang kendaraan.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini menggunakan cross sectional.

Waktu dan tempat penelitian dilakukan di Pusatperbelanjaan X, dengan jumlah sampel berjumlah 66orang dengan memiliki kriteria inklusi: Pekerja parkirdi pusat perbelanjaan X, minimal pekerjaberkemampuan baca dan tulis, bersedia mengikutiprosedur penelitian setelah mendapatkan maksud,tujuan dan prosedur penelitian, dan kriteria ekslusiberupa: pekerja yang memiliki riwayat atau sekarangmenderita tuberkulosis paru, asma bronkiale sertapekerja yang menolak melakukan prosedurpemeriksaan yang berhubungan dengan penelitian

Pengambilan sampel dilakukan terhadap pekerjapusat perbelanjaaan X dan memenuhi kriteria inklusidan eksklusi (simple random sampling), sertabersedia ikut serta dalam penelitian yang dimintapersetujuan secara tertulis, setelah mendapatkanpenjelasan tentang rencana penelitian.

PEMBAHASAN

Kadar GasPemeriksaan kadar gas buang kendaraan di area

parkir dengan menentukan lokasi dan titikpengambilan sampel emisi, dan pemeriksaan fungsiparu mengggunakan spirometri. Pengambilan sampeldilakukan menggunakan teknik simple randomsampling. Pekerja parkir yang diambil berjumlah 66orang, dengan responden yang di drop out tidak ada.Pengujian kualitas tempat kerja di Pusat PerbelanjaanX bekerjasama dengan Laboratorium Penguji PusatHiperkes Dan KK berjumlah dua orang yang padatanggal 13 Mei 2017 pukul 08.00. Hasilnya dapat kitalihat dalam Tabel 1 berikut di bawah.

Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa semuahasil paparan SO2, NO2, CO baik didalam gedungmaupun di luar gedung masih berada di bawah batasbaku mutu yang telah ditentukan.

Tabel 1. Pengukuran Kualitas Udara TempatKerja

Karakteristik Pekerja Parkir Pusat PerbelanjaanX

Karakteristik pekerja parkir pusat perbelanjaan Xdibagi berdasarkan faktor sosio demografi yaitu usiadan pendidikan, faktor kebiasaan merokok, dan faktorokupasi yaitu masa kerja dan penggunaan APD(Damri, 2016;56). Hasil analisis univariatkarakteristik pekerja parkir di Mall X dapat dilihatpada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Distribusi Responden BerdasarkanKarakteristik Pekerja Parkir di PusatPerbelanjaan X

Dari Tabel 2 diatas, terlihat bahwa sebagian besarpekerja parkir sebesar 68,2% atau 45 pekerja berusiadibawah 32 tahun. Tingkat pendidikan, sebagianbesar pekerja parkir sebesar 97% atau 64 pekerjaparkir berpendidikan SMA / SMK. KebiasaanMerokok, sebanyak 13,6% pekerja parkir merupakanperokok berat, sebanyak 22,7% pekerja parkirmerupakan perokok sedang, sebanyak 33,3% pekerjaparkir merupakan perokok ringan. Dapat disimpulkanpekerja parkir yang merokok baik ringan, sedang danberat sebanyak 69,7% atau 46 pekerja parkir merokokdalam setahun. Masa kerja, mayoritas pekerja parkirsebesar 51,5% atau 34 pekerja parkir bekerja dibawahdari 10 tahun di Pusat Perbelanjaan X. Penggunaan

Page 3: GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTORYANG …

Vidi Posdo Simarmata,1­8

Gangguan Obstruksi dan Faktor­Faktor yang BerhubunganAkibat Pajanan Gas Buang Kendaraan pada Pekerja Parkir di

Pusat Perbelanjaan di Jakarta

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20183

APD, mayoritas pekerja parkir sebesar 97% atau 64pekerja parkir tidak memakai APD dalam bekerja.

Tabel 3. Mean, Median, Modus, Minimal danMaximal variabel Usia dan MasaKerja

Dari Tabel 3 diatas didapatkan dari variabel Usia,dengan nilai rata­rata 30,89 tahun, nilai tengah 28tahun, nilai paling sering muncul 27 tahun serta nilaiterendah 20 tahun dan tertinggi 55 tahun. Sedangkanpada variabel Masa kerja didapatkan nilai rata­rata7,83, nilai tengah 6,50 tahun, niali paling seringmuncul 5 tahun, nilai paling terendah 1 tahun dannilai tertinggi 20 tahun. Seperti pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 4. Lingkungan Kerja Pekerja Parkir PusatPerbelanjaan X

Dari Tabel 4 diatas terlihat bahwa sebanyak 50%atau 33 pekerja parkir tidak nyaman di tempat kerja

Gangguan Obstruksi Paru Pekerja Parkir PusatPerbelanjaan X

Untuk mendapatkan hasil ada atau tidaknyagangguan obstruksi paru pada pekerja parkir PusatPerbelanjaan X, dilakukan pemeriksaan berupapemeriksaan spirometri. Pemeriksaan spirometridilakukan dengan dibantu dua orang operatorspirometri yang bersertifikasi dalam hal spirometri.Adapun alat spirometri menggunakan SpirometriChes Grap HI 101 Made in Japan. Hasil ada atautidaknya gangguan obstruksi paru pekerja parkirPusat Perbelanjaan X dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Gangguan Obstruksi Paru PekerjaParkir Pusat Perbelanjaan X

Dari Tabel 5 diatas terlihat bahwa sebanyak22,7% atau 15 pekerja terdapat gangguan obstruksiparu ringan dari hasil pemeriksaan spirometri.

Analisis BivariatAnalisis bivariat digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel dependen denganindependen yang dianalisis menggunakan uji chisquare. Berdasarkan perhitungan odds ratio diperolehnilai 4,875 (95% CI = 1,411 – 16,494), artinyapekerja dengan usia ≥ 32 tahun memiliki risiko 4,875kali untuk mengalami gangguan obstruksi parudibandingkan pekerja dengan usia < 32 tahun.Sedangkan berdasarkan uji statistik didapatkan p =0,012 maka terdapat hubungan bermakna antara usiadengan gangguan obstruksi paru.

Hubungan faktor tingkat pendidikan dengangangguan obstruksi paru pada pekerja parkirpusat perbelanjaan X

Berdasarkan perhitungan odds ratio diperolehnilai 0,280 (95% CI = 0,016–4,766), Menurut RiskaWulandari (2105;17) pekerja dengan tingkatpendidikan SMA / SMK memiliki risiko 0,280 kalilebih besar mengalami gangguan obstruksi parudibandingkan pekerja dengan tingkat pendidikan D3.Sedangkan berdasarkan uji statistik didapatkan p =0,406 maka tidak terdapat hubungan bermakna antaratingkat pendidikan dengan gangguan obstruksi paru.

Hubungan faktor Kebiasaan merokok dengangangguan obstruksi paru pada pekerja parkirpusat perbelanjaan X

Berdasarkan perhitungan odds ratio diperolehnilai 8,313 (95% CI = 1.011–68,336), artinya pekerjadengan kebiasaan merokok memiliki risiko 8,313 kalilebih besar untuk mengalami gangguan obstruksiparu dibandingkan pekerja dengan kebiasaan tidakmerokok. Sedangkan berdasarkan uji statistikdidapatkan p = 0,027 maka terdapat hubunganbermakna antara kebiasaan merokok dengangangguan obstruksi paru.

Hubungan faktor Masa kerja dengan gangguanobstruksi paru pada pekerja parkir pusatperbelanjaan X

Berdasarkan perhitungan odds ratio diperolehnilai 1,826 (95% CI = 0,566–5,890), artinya pekerjadengan masa kerja ≥ 7 tahun memiliki risiko 1,826kali lebih besar untuk mengalami gangguan obstruksiparu dibandingkan pekerja dengan masa kerja < 7tahun. Sedangkan berdasarkan uji statistik didapatkanp = 0,384 maka tidak terdapat hubungan antara masakerja dengan gangguan obstruksi paru.

Page 4: GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTORYANG …

Vidi Posdo Simarmata,1­8

Gangguan Obstruksi dan Faktor­Faktor yang BerhubunganAkibat Pajanan Gas Buang Kendaraan pada Pekerja Parkir di

Pusat Perbelanjaan di Jakarta

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20184

Hubungan faktor Penggunaan APD dengangangguan obstruksi paru pada pekerja parkir dipusat perbelanjaan X

Berdasarkan perhitungan odds ratio diperolehnilai 0,280 (95% CI = 0,016–4,766), artinya pekerjadengan tidak menggunakan APD memiliki risiko0,280 kali lebih besar untuk mengalami gangguanobstruksi paru dibandingkan pekerja denganmenggunakan APD. Sedangkan berdasarkan ujistatistik didapatkan p = 0,406 maka tidak terdapathubungan bermakna antara penggunaan APD dengangangguan obstruksi paru. (Yuma, 2013:18)

Hubungan faktor Suhu dengan gangguanobstruksi paru pada pekerja parkir di pusatperbelanjaan X

Berdasarkan perhitungan odds ratio diperolehnilai 1,189 (95% CI = 0,375–3,767), artinya pekerjadengan suhu tidak nyaman memiliki risiko 1,189 kalilebih besar untuk mengalami gangguan obstruksiparu dibandingkan pekerja dengan suhu nyaman.Sedangkan berdasarkan uji statistik didapatkanp=1,000 maka tidak terdapat hubungan bermaknaantara suhu dengan gangguan obstruksi paru. Sepertiterlihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Hubungan faktor kebiasaan merokokberat dan sedang dengan gangguanobstruksi paru pada pekerja parkirdi pusat perbelanjaan X

Hubungan faktor kebiasaan merokok Berat dansedang dengan gangguan obstruksi paru padapekerja parkir di pusat perbelanjaan X

Berdasarkan perhitungan odds ratio diperolehnilai 1,310 artinya pekerja dengan Kebiasaanmerokok berat, memiliki risiko 1,310 kali lebih besaruntuk mengalami gangguan obstruksi parudibandingkan pekerja dengan kebiasaan merokoksedang. Sedangkan berdasarkan uji statistikdidapatkan p = 0,877 maka tidak terdapat hubunganbermakna antara kebiasaan merokok berat dansedang dengan gangguan obstruksi paru (Yuma A.,2013:20).

Tabel 7. Hubungan faktor kebiasaan merokoksedang dan ringan dengan gangguanobstruksi paru pada pekerja parkirdi pusat perbelanjaan X

Hubungan faktor kebiasaan merokok sedang danringan dengan gangguan obstruksi paru padapekerja parkir di pusat perbelanjaan X

Berdasarkan perhitungan odds ratio diperolehnilai 0,560 artinya pekerja dengan Kebiasaanmerokok sedang, memiliki risiko 0,560 kali lebihbesar untuk mengalami gangguan obstruksi parudibandingkan pekerja dengan kebiasaan merokokringan. Sedangkan berdasarkan uji statistikdidapatkan p = 0,649 maka tidak terdapat hubunganbermakna antara kebiasaan merokok sedang danringan dengan gangguan obstruksi paru. Sepertiterlihat pada Tabel 8 dibawah.

Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Logistik Gang­guan Obstruksi Paru Pekerja ParkirPusat Perbelanjaan X

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa kebiasaanmerokok merupakan faktor risiko yang dominan. Halini berdasarkan variabel kebiasaan merokok yangmemiliki nilai p paling kecil dengan variabel yanglain (0,026) dengan nilai OR sesuaian 16,046, denganR2 = 0,208.

Penelitian ini merupakan menggunakan desaincross sectional. Penelitian cross sectional ini bahwasetiap subyek penelitian hanya diobservasi hanyasekali saja, yang dapat menimbulkan faktor resikoserta dampak diukur menurut keadaan pada saatpenelitian.

Keterbatasan yang dialami peneliti adalah masihsedikitnya penelitian sejenis yang dapat dijadikanpembanding dan pendukung penelitian ini, sehinggadalam melakukan analisis tidak semua variabel dapatdibandingkan dengan referensi yang ada ataupenelitian sebelumnya.

Page 5: GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTORYANG …

Vidi Posdo Simarmata,1­8

Gangguan Obstruksi dan Faktor­Faktor yang BerhubunganAkibat Pajanan Gas Buang Kendaraan pada Pekerja Parkir di

Pusat Perbelanjaan di Jakarta

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20185

Hasil Pengukuran gas buang kendaraan hanyamenggambarkan kondisi di pagi hari sebelum jambuka pusat perbelanjaan, ini dikarenakan terkaitdengan ijin dari manajemen untuk pengukuran.

Pengalaman berorganisasi dengan banyak pihak­pihak terkait dalam penulisan ini sehingga dapatterlaksana dengan tidak adanya pihak­pihak yangdirugikan, merupakan kelebihan dari penelitian ini.

Kualitas Udara Tempat KerjaDari hasil pengukuran didapatkan bahwa semua

hasil paparan SO2, NO2, CO baik di dalam gedungmaupun di luar gedung masih berada di bawah batasbaku mutu yang telah ditentukan. Pengukurandiambil pada pagi hari pukul 8.00 WIB, dibantu duaorang dari Laboratorium Penguji Pusat Hiperkes DanKK. Pengambilan di pagi hari dikarenakan ijin darimanagemen agar tidak terlihat oleh pengunjung pusatperbelanjaan, dan sebelum jam buka pusatperbelanjaan. Hasil hanya dapat menggambarkankondisi di pagi hari dan belum banyak kendaraanbermotor lalu­lalang. (Hidayat S., 2012;112)

Karakteristik Pekerja Parkir di PusatPerbelanjaan X Usia

Pekerja parkir di Pusat Perbelanjaan X sebagianbesar berusia kurang dari 32 tahun yaitu 68,2%.Menurut Wulandari Catur (2009;39) didapatkanpekerja parkir lebih banyak yang berusia kurang dari35 tahun (65%). Hal ini karena pekerja parkir padausia tersebut kurang dari 35 tahun masih tergolongkategori usia produktif untuk tetap bekerja yangmasih memiliki semangat, karya, kerja keras danenergik dalam bekerja yang tinggi untuk membantuperekonomian keluarga agar lebih baik. Karakteristikusia pekerja parkir pusat perbelanjaan X memilikinilai rata­rata usia pekerja parkir 30,89 tahun, usiapaling banyak pada pekerja parkir 27 tahun, usiatermuda 20 tahun dan tertinggi berusia 55 tahun.

Tingkat PendidikanTingkat Pendidikan pekerja parkir di Pusat

Perbelanjaan X sebagian besar berpendidikan SMA /SMK yaitu sebesar 97%. Hal ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan oleh Anisa Ajeng tahun2013 didapatkan tingkat pendidikan pekerja parkirberpendidikan SMA / SMK (96,8%) Dilihat daritingkat pendidikan berdasarkan usia didapatkan usia≥ 32 tahun, satu pekerja memiliki tingkat pendidikan

D3 dan usia < 32 tahun satu pekerja parkir memilikitingkat pendidikan D3. Perusahaan tempat pekerjaparkir bekerja membutuhkan kemampuan fisikdibandingkan kemampuan menganalisa masalah.Pengetahuan mengenai masalah kesehatan parupekerja parkir dinilai masih rendah, dilihat darikesadaran / perilaku pemakaian APD yang sangatrendah dan pengetahuan bahaya merokok yangkurang.

Kebiasaan MerokokPekerja parkir di Pusat Perbelanjaan X sebagian

besar memiliki kebiasaan merokok baik perokokringan, sedang maupun berat yaitu sebesar 71,2%.Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukanPratama Dian tahun 2012 didapatkan kebiasaanmerokok pekerja parkir baik perokok ringan, sedangdan berat (85,7%). Tembakau sebagai bahan bakurokok mengandung bahan toksik dan dapatmempengaruhi kondisi kesehatan karena lebih dari2000 zat kimia, 1200 diantaranya sebagai bahanberacun bagi kesehatan manusia. Banyak respondenpekerja parkir berpendapat bahwa kebiasaan merokokini sudah berlangsung sejak sebelum masuk bekerjadi tempat sekarang, dan minimnya pengetahuantentang bahaya merokok.

Masa KerjaMasa kerja pekerja parkir di Pusat Perbelanjaan

X sebagian besar sudah bekerja selama kurang dari 7tahun yaitu sebesar 51,5%. Hal ini sama denganpenelitian yang dilakukan Fitri Indah tahun 2015didapatkan masa kerja pekerja parkir kurang dari 10tahun (81,7%). Masa kerja yang lama memberikanpengaruh positif kepada tenaga kerja bila denganlamanya seseorang bekerja maka dia akan semakinberpengalaman dalam melakukan tugasnya.Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatifapabila semakin lamanya seseorang bekerja makaakan menimbulkan kebosanan. Menurut Yuma A.(2013:134) semakin lama seseorang dalam bekerjamaka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yangditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut dan dapatmempengaruhi kesehatan terutama saluranpernafasan.

Penggunaan APDPekerja parkir di Pusat Perbelanjaan X sebagian

besar tidak menggunakan APD pada saat bekerja

Page 6: GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTORYANG …

Vidi Posdo Simarmata,1­8

Gangguan Obstruksi dan Faktor­Faktor yang BerhubunganAkibat Pajanan Gas Buang Kendaraan pada Pekerja Parkir di

Pusat Perbelanjaan di Jakarta

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20186

yaitu sebesar 97%. Hal ini sama dengan penelitianyang dilakukan oleh Pratama Dian (2012:28)didapatkan pekerja parkir tidak menggunakan APDsaat bekerja (100%). Banyak responden berpendapatbahwa dengan memakai masker saat bekerja akanmengganggu pekerjaan karena akan menyusahkanpara pekerja parkir saat meniup peluit. Karakteristikpekerja parkir yang menggunakan APD dari tigapekerja, dua pekerja memiliki riwayat kebiasaanmerokok serta dua pekerja memiliki masa kerja <10tahun bekerja. Satu diantara tiga orang penggunaAPD mengalami gangguan obstruksi paru.

Lingkungan Kerja Pekerja Parkir PusatPerbelanjaan X

SuhuPekerja parkir di Pusat Perbelanjaan X 50%

menyatakan tidak nyaman bekerja di tempat kerja.50% pekerja parkir menyatakan nyaman bekerja ditempat kerja. Hasil yang berbeda ditemukan padapenelitian yang dilakukan Anisa Ajeng (2013;30)didapatkan pekerja parkir nyaman bekerja di tempatkerja (56,4%). Peningkatan suhu dapat menghasilkankenaikan prestasi kerja, namun disisi lain dapat pulamenurunkan prestasi kerja. Kenaikan suhu pada batastertentu dapat menimbulkan semangat yang akanmerangsang prestasi kerja, tetapi setelah melewatiambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulaimengganggu suhu tubuh yang dapat mengakibatkanterganggunya prestasi kerja

Gangguan Obstruksi Paru Pekerja Parkir PusatPerbelanjaan X

Dari hasil pemeriksaan spirometri yangdilakukan peneliti dibantu dua orang operator yangbersertifikasi dalam hal spirometri, terdapat 15pekerja parkir terdapat gangguan obstruksi paru dari66 pekerja parkir di Pusat Perbelanjaan X. Hal inikarena masih banyaknya pekerja tidak menggunakanAPD dan faktor kebiasaan merokok yang tinggi padapekerja parkir. Selain itu terdapat faktor lain yangmeningkatkan risiko terjadinya gangguan obstruksiseperti meningkatnya usia, jenis kelamin pada wanita,kebiasaan olahraga yang kurang dari 3x seminggu,gizi pekerja yang kurang dari empat sehat limasempurna .Penelitian yang sama juga ditemukan olehpenelitian Budiono Irwan (2007;48) di Semarangdidapatkan hasil gangguan obstruksi paru sebanyak(22,2%)

Hubungan faktor usia dengan gangguanobstruksi paru pada pekerja parkir di pusatperbelanjaan X

Usia pekerja merupakan waktu yang dihitungberdasarkan tahun kelahiran. Hasil uji bivariatmenunjukan terdapat hubungan bermakna antarafaktor usia dengan gangguan obstruksi paru (OR =4,875, p = 0,012 dan 95%CI = 1,441­16,494). Setelahdilakukan analisis multivariat didapatkan hasil (ORadj = 0,154, p = 0,063 dan 95%CI = 0,021­1,109).Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnyausia seseorang pekerja maka kerentanan terhadappenyakit akan bertambah, khususnya gangguansaluran pernapasan pada tenaga kerja. Pernyataantersebut sesuai dengan Budiono Irwan (2007:102)didapatkan ada hubungan antara usia dengangangguan obstruksi paru (p = 0,0025). Faal parutenaga kerja dipengaruhi oleh usia. Meningkatnyausia seseorang maka kerentanan terhadap penyakitakan bertambah, khususnya gangguan saluranpernapasan pada tenaga kerja. Faktor usiamempengaruhi kekenyalan paru sebagaimanajaringan lain dalam tubuh. Walaupun tidak dapatdideteksi hubungan usia dengan pemenuhan volumeparu tetapi rata­rata telah memberikan suatuperubahan yang besar terhadap volume paru. Hal inisesuai dengan konsep paru yang elastisitas.

Hubungan faktor tingkat pendidikan dengangangguan obstruksi paru pada pekerja parkir dipusat perbelanjaan X

Tingkat pendidikan merupakan waktu yangdihitung berdasarkan terakhir pekerja menyelesaikanstudi pendidikan. Hasil uji bivariat menunjukkantidak terdapatnya hubungan bermakna antara tingkatpendidikan dengan gangguan obstruksi paru (OR =0,280, p = 0,406 dan 95% CI = 0,016­4,766) Belumada penelitian sebelumnya yang meneliti hubungantingkat pendidikan dengan gangguan obstruksi paru

Hubungan faktor Kebiasaan merokok dengangangguan obstruksi paru pada pekerja parkir dipusat perbelanjaan X

Kebiasaan merokok pekerja dihitung darikebiasaan merokok pekerja selama kurun waktu satutahun. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapathubungan bermakna antara faktor kebiasaan merokokdengan gangguan obstruksi paru (OR = 8,313, p =0,027, dan 95% CI = 1,011­68,336). Setelahdilakukan analisis multivariat didapatkan hasil (OR

Page 7: GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTORYANG …

Vidi Posdo Simarmata,1­8

Gangguan Obstruksi dan Faktor­Faktor yang BerhubunganAkibat Pajanan Gas Buang Kendaraan pada Pekerja Parkir di

Pusat Perbelanjaan di Jakarta

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20187

adj = 16,046, p = 0,026 dan 95% CI = 1,403­183,466)Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitianPratama Dian (2012:118), didapatkan tidak adahubungan antara kebiasaan merokok dengangangguan obstruksi paru p = 0,259. Tembakausebagai bahan baku rokok mengandung bahan toksikdan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan karenalebih dari 2000 zat kimia, 1200 diantarannya sebagaibahan beracun bagi kesehatan manusia. Dengandemikian tenaga kerja yang mempunyai kebiasaanmerokok dapat mempunyai risiko atau pemicutimbulnya keluhan subjektif saluran pernapasan dangangguan ventilasi paru pada tenaga kerja. Dan jugakebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguanventilasi paru karena dapat menyebabkan iritasi dansekresi mukus yang berlebihan pada bronkus.Keadaan seperti ini dapat mengurangi efektifitasmukosilier.

Hubungan faktor masa kerja dengan gangguanobstruksi paru pada pekerja parkir di pusatperbelanjaan X

Masa kerja pekerja dihitung mulai dari kurunwaktu pekerja mulai bekerja sampai pada saat ini.Hasil uji bivariat menunjukkan tidk terdapathubungan bermakna antara masa kerja dengangangguan obstruksi paru (OR = 1,826, p = 0,384 dan95% CI = 0,566­5,890). Setelah dilakukan analisismultivariat didapatkan hasil (OR adj = 0,477, p =0,351 dan 95% CI = 0,101­2,259). Hal ini tidaksejalan dengan penelitian Budiono Irwan (2007:122)menunjukkan ada hubungan signifikan antara masakerja dengan gangguan obstruksi paru (p = 0,005).Masa kerja berhubungan dengan terjadinyapenurunan kapasitas fungsi paru sehingga dapatmenimbulkan gangguan fungsi paru. Semakin lamamasa kerja seseorang yang bekerja pada tempat yangmengandung pajanan berlebih maka semakin besarpula resiko mendapatkan pajanan di lingkungankerjanya yang akan berdampak terhadap kesehatan,terutama gangguan saluran pernapasan

Hubungan faktor Penggunaan APD dengangangguan obstruksi paru pada pekerja parkir dipusat perbelanjaan X

Penggunaan APD pada pekerja dilihat darikebiasaan menggunakan masker setiap kali pekerjabekerja, hasil uji bivariat menunjukkan tidak adahubungan bermakna antara penggunaan APD dengangangguan obstruksi paru (OR = 0,280, p = 0,406 dan

95% CI = 0,016­4,766). Hal ini sejalan denganpenelitian Bintang (2016;13) menyatakan tidak adahubungan antara penggunaan APD dengan gangguanobstruksi paru p = 0,250. Perlindungan tenaga kerjamelalui usaha­usaha teknis pengamanan tempat,peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang­ kadang keadaan bahayamasih belum dapat di kendalikan sepenuhnya,sehingga di gunakan alat­alat pelindung diri.(Prasetyo, 2014:34). Sedangkan yang terjadidilapangan hampir mayoritas pekerja tidakmenggunakan APD saat bekerja.

Hubungan faktor suhu dengan gangguanobstruksi paru pada pekerja parkir di pusatperbelanjaan X

Faktor suhu pada pekerja dilihat dari tingkatkenyamanan yang dirasakan para pekerja selamabekerja. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak adahubungan bermakna antara faktor suhu dengangangguan obstruksi paru (OR = 1,189, p = 1,000 dan95% CI = 0,375­3,767). Hal ini sejalan denganpenelitian Annisa (2013:9) menyatakan tidak adahubungan antara faktor suhu dengan gangguanobstruksi paru p = 0,963.

Penelitian di Itali oleh Atkinson et al (2001),selama musim panas 2003, penduduk yang berusia >65 tahun mempunyai risiko 34% mengalamikematian akibat penyakit respirasi. Polusi udaraseperti debu, partikel, NO2, SO2 dapat meningkatsebagai adaptasi terhadap suhu yang memanas. Polusiudara menyebabkan kasus respirasi dan menurunnyafungsi paru.

PENUTUP

KesimpulanGangguan Obstruksi paru pada pekerja parkir di

pusat perbelanjaan X sebesar 22,7%. Terdapathubungan bermakna antara usia dengan gangguanobstruksi paru pada pekerja parkir di pusatperbelanjaan X (OR = 4,875, p = 0,012 dan 95% CI =1,441­16,494). Variabel lain yang secara analisisbivariat memiliki hubungan bermakna dengangangguan obstruksi paru yaitu kebiasaan merokok(OR = 8,313, p = 0,027 dan 95% CI = 1,011­68,336),sedangkan faktor­faktor yang tidak memilikihubungan bermakna dengan gangguan obstruksi paruyaitu faktor tingkat pendidikan (OR = 0,280, p =

Page 8: GANGGUAN OBSTRUKSI DAN FAKTORFAKTORYANG …

Vidi Posdo Simarmata,1­8

Gangguan Obstruksi dan Faktor­Faktor yang BerhubunganAkibat Pajanan Gas Buang Kendaraan pada Pekerja Parkir di

Pusat Perbelanjaan di Jakarta

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20188

0,406 dan 95% CI = 0,016­4,766), masa kerja (OR =1,826, p = 0,384 dan 95% CI = 0,566­5,890),penggunaan APD (OR = 0,280, p = 0,406 dan 95%CI = 0,016­4,766), suhu (OR = 1,189, p = 1,000, dan95% CI = 0,375­3,767), merokok berat dan sedang(OR = 1,31, p = 0,872) dan merokok sedang danringan (OR = 0,56, p = 0,649). Dari analisismultivariat diketahui bahwa kebiasaan merokokmerupakan faktor risiko yang dominan. Hal iniberdasarkan variabel kebiasaan merokok yangmemiliki nilai p paling kecil dengan variabel yanglain (0,026) dengan nilai OR sesuaian 16,046, denganR2 = 0,208.

Saran­SaranUntuk pekerja disarankan untuk: berhenti

merokok saat bekerja dan menggunakan APD padasaat bekerja. Sedangkan untuk Perusahaan agar:melakukan kawasan dilarang merokok di tempatbekerja, memberikan sanksi kepada para pekerja yangketahuan merokok di tempat kerja dan melakukanpengawasan dalam menggunakan APD setiap hari

DAFTAR PUSTAKAAjeng Ayu Sami Anisa, Analisis kualitasa TSP dan PB Dalam

Ruang Pada Perparkiran Basement Dan Upper Ground.DIPA IPTEKS 2013

Annisa F, Faktor­faktor Yang Berhubungan Dengan GangguanFungsi Paru Pada Pekerja Pengolahan Batu Kapur Di DesaTamansari, Fakultas Kesehatan Lingkungan, UIN, 2013

Badan Pusat Statistik. Perkembangan jumlah kendaraan bermototmenurut jenis tahun 1987­2013. Access 10 November 2017

Bintang S, Hubungan Usia, Lama Paparan, Penggunaan APD,Kebiasaaan Merokok Dengan Gangguan Fungsi ParuTenaga Kerja Mebel di Kec. Kalijambe Sragen, FakultasIlmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,2016.

Buckeridge DL. Effect of motor vehicle emissions on respiratoryhealthin an urban area. Environ Health journal. 2002

Catur Wulantary, Perbedaan Paparan Gas CO Dalam Darah PadaTukang Parkir di Area Parkir Terbuka & Tertutup di KotaSemarang. J Visikes. Semarang. 2009.

Damri, Mirna, dedi. Analisis Paparan CO dan SO2 pada pekerjaparkir di basement mall Ska di kota pekanbaru. DinamikaLingkungan Indonesia, Januari 2016

Dian Pratama. Hubungan Usia, Lama Kerja, dan kebiasaaanMerokok dengan Fungsi Paru pada Juru Parkir PandanaranSemarang . Universitas Muhammadiyah. Semarang. 2012

Hidayat, S. Pengaruh polusi udara dalam ruangan terhadap Paru.Continuing Medical Education. Universitas Indonesia.Jakarta. 2012

Hengky Prabowo. Pengaruh Pajanan Kronis Karbon Monoksida(CO) Terhadap Gangguan Fungsi Kognitif Pada Pekerja DiLokasi Parkir Dalam Gedung. Tesis Universitas Indonesia.2015

Irwan Budiono, Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru PadaPekerja Pengecatan Mobil, Tesis Pascasarjana UniversitasDiponegoro. Semarang. 2007

Kementerian Kesehatan RI. Data dan informasi kesehatanPenyakit tidak menular,2012.

National Geographic Indonesia, Sektor transportasi berkontribusibesar terhadap pencemaran, 2014 Access November 8 2017

Nanny kusminingrum, G. Gunawan. Polusi udara akibat aktivitaskendaraan bermotor di perkotaan pulau Jawa dan Bali. PusatLitbang jalan dan jembatan.

Ismiyati. Pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraanbermotor. J Managemen transportasi dan logistic. 2014

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota JakartaNomor 54 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Kualitas UdaraDalam Ruang. Available from :http://www.bplhd.jakarta.go.id/peraturan/pergub/PERGUB/%20NO%2054%20TAHUN5202008.pdf Access !5November 2017

Prasetyo,James A Timboeleng, Analisis Kebutuhan Ruang Parkirpada Kasawan Pusat Perdagangan Kota Tomohon.Universitas Sam Ratulangi. Tomohon. 2014.

Raveri F, Tingkat Kapasitas Vital Paru siswa yang MengikutiEkstrakulikuler Olahraga di SMP Negeri 1 Prambanantahun 2012, Fakultas ilmu Keolahragaan, UNY. Yogyakarta.2014

Riska Wulandari, Hubungan Masa Kerja Terhadap GangguanFungsi Paru Pada Petugas Penyapu Jalan Di Protocol 3,4,dan 6 kota Semarang, J Kes Mas, 2015

Yuma A, Faktor­Faktor Yang Berhubungan Dengan KapasitasVital Paru Pada Pekerja Penggilingan Divisi Batu Putih diPT. Sinar Utama Karya,Fakultas Kesehatan Masyarakat,2013