gambaran presisi dan akurasi penimbangan...

121
GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN BALITA OLEH KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2017 SKRIPSI Disusun Oleh AJENG SAKINA GANDAASRI 1112101000071 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: duongdat

Post on 31-Aug-2018

256 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN BALITA OLEH

KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN

PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun Oleh

AJENG SAKINA GANDAASRI

1112101000071

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2017

Ajeng Sakina Gandaasri

Page 3: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Juni 2017

AJENG SAKINA GANDAASRI, NIM: 1112101000071

Gambaran Presisi dan Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017 xiv + 90 halaman, 7 tabel, 3 bagan, 2 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK Penimbangan balita di posyandu dengan melihat parameter berat badan menjadi

kegiatan yang penting dilakukan, karena berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Uji presisi dan akurasi dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas data penimbangan. Dengan begitu, jika data yang diperoleh sudah baik, dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan keputusan penanganan masalah gizi dapat lebih tepat sasaran. Namun, di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dengan persentase gizi kurang paling sedikit pada tahun 2015 di Jakarta Selatan, belum pernah dilakukan uji presisi dan akurasi sehingga kualitas data hasil penimbangan oleh kader posyandu masih diragukan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran presisi dan akurasi penimbangan balita oleh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2017. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah kader posyandu yang biasa bertugas menimbang di posyandu sebanyak 27 kader secara proportional random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51.9% kader memiliki presisi baik dan tidak ada (0%) kader posyandu menimbang dengan akurasi baik. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa 77.8% kader berumur >40 tahun dan memiliki tingkat pendidikan menengah (SMA) dan telah menjadi kader selama >5 tahun (74.1%). Hanya 25.1% kader pernah mendapatkan pelatihan dan 51.9% kader berpengetahuan kurang. Presisi baik dalam menimbang balita banyak dimiliki kader yang berumur >40 tahun (50.0%), kader dengan pendidikan menengah (55.6%) dan telah bekerja >5 tahun (50.0%). Presisi baik juga dimiliki kader yang pernah mendapatkan pelatihan (57.1%) dan mempunyai pengetahuan baik (53.8%). Meskipun akurasi semua kader tidak baik, kader yang pernah mendapatkan pelatihan memiliki nilai rata-rata selisih ∑d2 dengan supervisor lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak pernah mendapatkan pelatihan.

Saran untuk puskesmas agar mengadakan pelatihan atau penyegaran kader mengenai pengukuran antropometri dan membahas presisi akurasi serta melakukan uji presisi dan akurasi secara berkala terhadap hasil penimbangan yang dilakukan kader posyandu. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan melihat faktor lainnya dengan analisis bivariat sehingga dapat diketahui variabel yang berhubungan dengan presisi dan akurasi penimbangan balita. Kata Kunci: presisi, akurasi, penimbangan balita, kader posyandu, puskesmas Daftar Bacaan: 50 (1983-2016)

Page 4: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION Undergraduate Thesis, June 2017

AJENG SAKINA GANDAASRI, NIM: 1112101000071

Overview of Precision and Accuracy Toddler Weighing by Posyandu Cadres in Work Area of Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan South Jakarta Year 2017 xiv + 90 pages, 7 tables, 2 charts, 2 images, 5 attachments

ABSTRACT Toddler weighing in posyandu by looking at the parameters of weight becomes an

important activity, because weight can be used to see physical growth rate and nutritional status. Precision and accuracy tests can be performed to determine the quality of weighing data as a way to prevent misinterpretation of nutritional status so that decision-making in handling nutritional problems can be more targeted. However, in the work area of Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan with the lowest percentage of malnutrition by 2015 in South Jakarta, precision and accuracy test has never been established, so that the data quality of weighing results by posyandu cadres are still in doubt.

This study aims to determine the description of the precision and accuracy of underfive weighing by posyandu cadres in the work area of Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, South Jakarta in 2017. This research used a cross-sectional study design. The sample of this research is posyandu cadre which is used to weigh in posyandu work area of Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, total of 27 cadres were selected by proportional random sampling.

Result analysis of the data showed that 51.9% of cadres have good precision and no (0%) posyandu cadres weigh with good accuracy. 77.8% of the cadres are over 40 years old, 77.8% of cadres have secondary education and have worked as cadre for more than five years (74.1%). Only 25.1% of posyandu cadres have received training and 51.9 % cadres have less knowledge. The good precision in weighing toddler is mostly owned by cadres who are> 40 years old (50.0%), cadres with secondary education (55.6%) and have worked> 5 years (50.0%). Good precision is also owned by cadres who have received training (57.1%) and have good knowledge (53.8%). Although the accuracy of all cadres are not good, cadres who have received training have an average value of the difference Σd2 with supervisors smaller than those who have never received training.

Suggestion for puskesmas to conduct training or refreshing for cadre about anthropometry measurement and discuss precision and accuracy, to conduct precision and accuracy tests on weighing results by posyandu cadres periodically. Further research is needed by looking at other factors with bivariate analysis so it can be known what variables associated with the precision and accuracy of toddler weighing.

Keywords: precision, accuracy, toddler weighing, cadre, posyandu, puskesmas Bibliography: 50 (1983-2016)

Page 5: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul

GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN BALITA OLEH

KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN

PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2017

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juni 2017

Oleh:

Ajeng Sakina Gandaasri

1112101000071

Mengetahui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Febrianti, M.Si

NIP.19710221 200501 2 004

Dudung Angkasa, M.Gz

NIP. -

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 6: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

vi

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Juni 2017

Penguji I

Ratri Ciptaningtyas, MHS NIP. 19840404 200912 2 007

Penguji II

Dr. Ela Laelasari, M.Kes NIP. 19721002 200604 2 001

Penguji III

Fitrianna Cahyaningrum, M.Gz NIP. 19830310 200604 2 007

Page 7: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Ajeng Sakina Gandaasri

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 November 1994

Alamat : Jalan Camar IV H7 No.9 RT 005 RW 014, Villa

Ciomas Indah, Ciomas Rahayu, Bogor

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : [email protected]

Pendidikan Formal

2012-Sekarang : Gizi Masyarakat, Kesehatan Masyarakat Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2009-2012 : SMA Negeri 5 Kota Bogor

2006-2009 : SMP Negeri 4 Kota Bogor

2000-2006 : SD Rimba Putra Bogor

1999-2000 : TK Kartika Bogor

Page 8: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Gambaran Presisi dan Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017” dengan

baik.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orangtua yang senantiasa memberikan doa serta dukungan kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Arianti, S.KM, M.Kes, PhD selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Febrianti, M.Si dan Bapak Dudung Angkasa, M.Gz selaku dosen

pembimbing skripsi yang sudah memberikan waktu, ilmu dan arahan untuk

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini

5. Pihak Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan yang sudah membantu penulis

dalam menyediakan data yang diperlukan dan persiapan pengambilan data

untuk skripsi ini

6. Pihak Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dan Puskesmas Kelurahan

Petukangan Utara, Petukangan Selatan, Ulujami, dan Bintaro Jakarta selatan

yang telah membantu dan memberikan pengarahan dalam proses pengambilan

data skripsi ini

7. Ibu Ita Puspitasari dan Tirza Dewi Sinaga selaku supervisor dan para kader

posyandu, serta ibu dan balita yang sudah yang banyak membantu penulis

selama proses penelitian

Page 9: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

ix

8. Teman-teman Kesmas 2012, Peminatan Gizi 2012 terimakasih untuk segala

ilmu, saran, dan pengalaman yang telah diberikan serta senantiasa

memberikan doa, dukungan dan semangatnya hingga laporan skripsi ini

selesai

9. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal

perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

agar skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap, semoga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juni 2017

Penulis

Page 10: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN. ........................................................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN. ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang. ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah. ........................................................................................ 6

1.3 Pertanyaan Penelitian. ................................................................................... 7

1.4 Tujuan .......................................................................................................... 7

1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 7

1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 8

1.5 Manfaat ........................................................................................................ 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian. ............................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10

2.1 Presisi dan Akurasi ....................................................................................... 10

2.2 Kualitas Data dalam Sistem Informasi Kesehatan ......................................... 15

2.3 Penimbangan Balita ...................................................................................... 20

2.4 Kader Posyandu ............................................................................................ 36

Page 11: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

xi

2.5 Kerangka Teori ............................................................................................. 46

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..................... 48

3.1 Kerangka Konsep ......................................................................................... 48

3.2 Definisi Operasional ..................................................................................... 50

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................... 54

4.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 54

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................................... 54

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................... 54

4.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................................... 57

4.5 Pengolahan Data ........................................................................................... 59

4.6 Analisis Data ................................................................................................ 63

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................... 64

5.1 Gambaran Faktor Kader dalam Menimbang Balita di Posyandu .................... 64 5.2 Gambaran Presisi dan Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu .... 66 5.3 Gambaran Presisi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu Berdasarkan

Faktor Kader ................................................................................................. 67 5.4 Gambaran Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu Berdasarkan

Faktor Kader ................................................................................................. 69

BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 71

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 84

7.1 Simpulan ...................................................................................................... 84

7.2 Saran ............................................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 86

LAMPIRAN .......................................................................................................... 91

Page 12: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Presisi dan Akurasi Pengukuran .............................................................. 12

Tabel 3.1Definisi Operasional ................................................................................ 50

Tabel 4.1Penarikan Sampel Posyandu dari Tiap Kelurahan .................................... 55

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Faktor Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017 ........................... 64

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Kader yang Mengetahui Tahap Penimbangan

Berdasarkan Pertanyaan tentang Pengetahuan Menimbang dengan Dacin di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun

2017 ....................................................................................................... 65

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Kader Posyandu Berdasarkan Presisi dan Akurasi

Penimbangan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017 ............................................. 66

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Kader Berdasarkan Presisi Penimbangan Balita pada

Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan Tahun 2017 .................................................................... 67

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Presisi Kader Posyandu dalam Menimbang Balita

Berdasarkan Faktor Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017 ............................................. 68

Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Akurasi Kader Posyandu dalam Menimbang Balita

Berdasarkan Faktor Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017 ............................................. 69

Page 13: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 47

Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 48

Bagan 4.1 Alur Pemilihan Sampel.......................................................................... 56

Page 14: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Contoh entry data pada microsoft excel hasil pengukuran I dan II berat

badan balita oleh supervisor dan kader di Petukangan Selatan ........... 60

Gambar 4.2 Contoh perhitungan tes standarisasi pengukuran berat badan balita oleh

salah satu kader posyandu di Petukangan Selatan .............................. 60

Page 15: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selain data yang tepat waktu dan relevan, data yang akurat merupakan salah

satu faktor yang menentukan keberhasilan pengambilan keputusun dalam kebijakan

kesehatan. Data yang akurat akan menjadi informasi, dasar bukti dan pengetahuan

untuk membentuk tindakan kesehatan (WHO, 2008). Menurut Depkes (1997) data

yang akurat adalah data yang sama dengan keadaan sebenarnya dan sesuai dengan

definisi operasional dari masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam batasan

operasional laporan sistem pencatatan dan pelaporan. Menurut Jogiyanto (2010),

akurat berarti informasi dari data yang diperoleh harus bebas dari kesalahan-

kesalahan dan tidak menyesatkan bagi orang yang menerima informasi tersebut.

Keakuratan data dalam sistem informasi puskesmas akan berdampak pada

keakuratan data dalam sistem informasi kesehatan yang ada di tingkat atasnya yaitu

di daerah dan nasional. Secara tidak langsung, hal ini juga berpengaruh pada

pengambilan kebijakan kesehatan di tingkat nasional (Kemenkes RI, 2011).Oleh

karena itu, sistem informasi di tingkat puskesmas dibuat kementerian kesehatan untuk

membantu pelaporan aliran data dari tingkat bawah sampai ke pusat, dimana sumber

utamanya adalah sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas. Menurut

Kemenkes RI (2011), sistem informasi di puskesmas ini juga mampu mengelola

informasi dari kegiatan di luar gedung seperti kegiatan posyandu dan pengelolaan

informasi gizi masyarakat. Dari sistem informasi ini dapat diperoleh informasi

mengenai status gizi pada balita.

Berdasarkan laporan pemantauan status gizi yang dilakukan Kemenkes RI pada

tahun 2015, status gizi balita di Jakarta Selatan dapat dikatakan cukup baik karena

dilihat dari persentase gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan sebesar 9.1% pada

tahun 2015 dan belum mencapai cut off yang ditentukan oleh WHO yaitu 10%. Gizi

Page 16: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

2

kurang dapat diketahui dari salah satu parameter berat badan. Berat badan merupakan

pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain berat badan merupakan

parameter yang paling baik sehingga mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan, memberikan

gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan

gambaran yang baik tentang pertumbuhan. Pada masa bayi dan balita, berat badan

dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi

(Supariasa, dkk, 2001).

Adapun Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan menjadi wilayah

dengan persentase gizi kurang paling sedikit yaitu sebesar 0.11% pada tahun 2015.

Selain itu, sistem informasi kesehatan sudah diterapkan oleh Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Selatan.Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan belum pernah mengevaluasi

terkait sistem informasi di puskesmas.Tetapi, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan

melihat dari segi ketepatan dan kelengkapan data. Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan di Jakarta Selatan sudah dapat dikatakan baik. Hal ini dapat diketahui

dari jarangnya keterlambatan pelaporan data dari puskesmas ke suku dinas kesehatan,

yaitu paling lambat tanggal 10 setiap bulannya dan data yang dilaporkan sudah

lengkap sesuai dengan format yang disediakan (KMK Nomor

873/Menkes/SK/VII/2007). Namun, data ini belum dapat dipastikan semuanya bebas

dari kesalahan, karena pihak suku dinas kesehatan jarang melakukan pemeriksaan

data langsung ke sumber data.

Jika hal ini dibiarkan, sistem informasi kesehatan kemungkinan tidak

menghasilkan output yang baik sehingga pengambilan keputusan tidak dapat diambil

sesuai dengan kenyataan di lapangan. Selain itu, perencanaan program menjadi

kurang tepat dalam mengatasi masalah yang ada. Masyarakat juga tidak dapat

mengetahui permasalahan kesehatan yang sebenarnya terjadi di wilayahnya sehingga

upaya pembangunan kesehatan menjadi kurang efektif dan efisien (WHO, 2008).

Page 17: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

3

Maka dari itu, pemeriksaan data penting untuk dilakukan salah satunya dengan

melihat keakuratan data status gizi.

Hal ini dapat bermula dari pengumpulan data pada tingkat paling bawah yaitu

di posyandu melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan. Menurut Riskesdas (2013)

pemantauan pertumbuhan balita merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan

untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan secara dini. Kegiatan ini juga

berperan dalam menunjang upaya perbaikan gizi. Penimbangan menjadi salah satu

cara untuk mengetahui pertumbuhan balita yang perlu dilakukan setiap bulan. Hasil

penimbangan yang dicatat di kartu menuju sehat balita ini menjadi salah satu sumber

data yang digunakan dalam sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas dari

posyandu.

Apabila terjadi kesalahan pengukuran, informasi yang dihasilkan juga salah.

Berdasarkan wawancara dengan bagian gizi di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan,

data dari posyandu akan langsung diperiksa lagi oleh puskesmas hanya untuk bayi

dan balita yang diduga gizi buruk. Akan tetapi jika laporan dari posyandu

menyatakan bahwa bayi dan balita sehat, puskesmas tidak akan memeriksa kembali,

walaupun ada kemungkinan ternyata bayi dan balita yang dilaporkan sehat tersebut

mengalami gizi buruk atau gizi kurang. Petugas puskesmas jarang melakukan

pengecekan ulang karena keterbatasan waktu dan belum pernah melakukan uji presisi

dan akurasi penimbangan pada kader posyandu.

Kualitas data hasil penimbangan balita dapat diketahui dari presisi dan akurasi

hasil penimbangan. Presisi adalah suatu derajat yang memberikan informasi sejauh

mana pengukuran ulang dari variabel yang sama memberikan nilai yang sama.

Akurasi adalah suatu derajat memberikan informasi sejauh mana pengukuran dekat

dengan nilai sebenarnya. Presisi dan akurasi dalam pengukuran antropometri dapat

dipengaruhi oleh orang yang melakukan pengukuran, instrument yang digunakan dan

subjek atau responden (Gibson, 2005).

Page 18: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

4

Menurut Gibson (2005) presisi dan akurasi perlu diketahui sebagai upaya

meningkatkan kekuatan untuk mendeteksi efek, meningkatkan keandalan sistem

penilaian gizi dan meningkatkan validitas kesimpulan. Dengan diketahuinya presisi

dan akurasi dari sebuah data yang dikumpulkan seperti pada penilaian status gizi saat

mengukur berat badan, ini dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi. Apabila

presisi dan akurasi pengukuran berat badan buruk, dapat menyebabkan kesalahan

pengukuran dari nilai yang sebenarnya sehingga tidak bisa dilihat perbandingan berat

badan tiap bulan apakah memang benar hasil pengukuran berat badannya atau malah

cenderung menurun dan bahkan cenderung menimbang lebih berat. Data yang akurat

akan menjadi informasi, dasar bukti dan pengetahuan untuk membentuk tindakan

kesehatan (WHO, 2008). Jika interpretasi sudah salah, balita gizi kurang yang terlalu

lama dalam kondisi tersebut pun dapat menjadi lebih parah. Ini dapat mengakibatkan

kondisi yang lebih buruk jika intervensi terlambat diberikan.

Namun, presisi dan akurasi penimbangan balita di posyandu masih rendah.

Berdasarkan penelitian Indriaty (2003) di posyandu di Kabupaten Sukabumi, Bogor,

Demak dan Semarang, sebanyak 59.7% kader memiliki presisi yang kurang baik dan

hampir semua kader (97.2%) memiliki akurasi yang kurang baik. Dengan demikian

kualitas data hasil penimbangan oleh kader masih sangat rendah. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Fadjri (2016), diketahui bahwa tingkat presisi dan

akurasi para kader posyandu masih rendah sehingga kualitas data hasil penimbangan

kader masih kurang (55.9%). Hasil survey pendahuluan yang dilakukan Sukiarko

pada September 2006 pada tujuh Posyandu di Kecamatan Tempuran, menunjukkan

62.5% kader gizi tidak melakukan penimbangan balita sesuai prosedur. Mahmudiono

(2007) menyebutkan bahwa 61% kader posyandu di beberapa wilayah kurang teliti

dan 97% tidak akurat dalam melakukan penimbangan. Selain itu, berdasarkan

UNICEF dalam Fadjri (2016), bahwa presisi kader yang baik dalam menimbang

sebanyak 39% dan akurasi kader yang baik dalam melakukan penimbangan hanya

3%.

Page 19: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

5

Presisi dan akurasi dari hasil penimbangan pada balita berhubungan dengan

faktor keterampilan kader yang menjadi faktor penting pada kualitas data, sebagian

besar kader kurang terampil, terutama dalam hal mengatur posisi bandul timbangan.

Faktor keterampilan kader ini lebih lanjut dipengaruhi oleh pengetahuan kader yang

kurang mengenai cara menimbang balita (Indriaty, 2003). Kader memiliki peran

penting dalam pelaksanaan posyandu. Pelaksanaan dan peningkatan pemantauan

status gizi menjadi kewajiban kader diantaranya melalui kegiatan penimbangan

sehingga pengetahuan dan keterampilan kader yang baik dalam penimbangan dan

pengukuran antropometri lainnya sangat penting untuk diperhatikan agar

mendapatkan data yang akurat dan presisi (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan penelitian Munfarida (2012), sebanyak 67.5% kader masih kurang

terampil. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan kader tersebut

diantaranya adalah pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader, tugas di posyandu.

Selain itu, berdasarkan penelitian Irma di Puskesmas Hamparan Perak tahun 2013,

diketahui bahwa 54.1% kader tidak terampil. Menurut Irma (2013) faktor yang paling

mempengaruhi keterampilan kader dalam melaksanakan tugas adalah

pengetahuannya. Berdasarkan penelitian Fadjri (2016) pengetahuan kader posyandu

tentang penimbangan berat badan balita mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kualitas hasil penimbangan berat badan.

Peran kader yang begitu penting di posyandu dapat membantu peningkatan

kualitas data. Informasi yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang baik agar dapat

digunakan sebagai indikator kesejahteraan di masyarakat, terutama yang berkaitan

dengan hasil penimbangan balita. Menurut Indriaty (2003), selama ini masalah

kualitas data penimbangan posyandu sering dipertanyakan karena data yang sangat

terbatas. Data pemantauan pertumbuhan yang tidak tepat menyebabkan interpretasi

status gizi yang salah pula dan berakibat pada kesalahan pengambilan keputusan

penanganan masalah gizi. Oleh karena itu, presisi dan akurasi dari hasil penimbangan

oleh kader perlu diperhatikan.

Page 20: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

6

Berdasarkan informasi dan uraian yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai gambaran presisi dan akurasi penimbangan

balita oleh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Jika dilihat dari segi ketepatan dan kelengkapan data, Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan yang berada di bawah Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dapat

dikatakan baik. Hal ini dapat diketahui dari jarangnya keterlambatan pelaporan data

dari puskesmas ke suku dinas kesehatan, yaitu paling lambat tanggal 10 setiap

bulannya dan data yang dilaporkan sudah lengkap sesuai dengan format yang

disediakan. Selain itu, Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan menjadi

wilayah dengan persentase gizi kurang paling sedikit yaitu sebesar 0.11% pada tahun

2015.

Namun data ini belum dapat dipastikan, karena belum diketahui presisi dan

akurasi data yang tersedia. Hal ini terjadi karena pihak suku dinas kesehatan dan

puskesmas jarang melakukan pemeriksaan data langsung ke sumber data seperti di

tingkat bawah yaitu posyandu melalui kegiatan penimbangan.Untuk mencegah

kesalahan interpretasi status gizi balita, pihak Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

hanya akan memeriksa kembali data dari posyandu pada balita yang diduga gizi

buruk. Petugas puskesmas jarang melakukan pengecekan ulang karena keterbatasan

waktu dan belum pernah melakukan uji presisi dan akurasi penimbangan pada kader

posyandu sehingga kualitas data hasil penimbangan oleh kader di posyandu masih

diragukan. Data pemantauan pertumbuhan yang tidak tepat menyebabkan interpretasi

status gizi yang salah pula dan berakibat pada kesalahan pengambilan keputusan

penanganan masalah gizi. Hal ini diduga karena kurangnya pengetahuan dan

kurangnya keterampilan kader yang dilihat dari tingkat presisi dan akurasi saat

Page 21: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

7

menimbang balita. Oleh karena itu, gambaran presisi dan akurasi penimbangan balita

oleh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta

Selatan perlu diteliti.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun beberapa pertanyaan penelitian selanjutnya yang hendak diteliti dalam

penelitian ini adalah

1. Bagaimana gambaran faktor kader yang meliputi umur, pendidikan, lama

menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan kader posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran presisi penimbangan balita oleh kader posyandu

berdasarkan umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun

2017?

3. Bagaimana gambaran akurasi penimbangan balita oleh kader posyandu

berdasarkan umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun

2017?

1.4 Tujuan

A. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran presisi dan akurasi penimbangan balita oleh

kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta

Selatan tahun 2017.

Page 22: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

8

B. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran faktor kader yang meliputi umur, pendidikan,

lama menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan kader posyandu di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun

2017.

2. Diketahuinya gambaran presisi penimbangan balita oleh kader posyandu

berdasarkan umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatihan dan

pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan tahun 2017.

3. Diketahuinya gambaran akurasi penimbangan balita oleh kader posyandu

berdasarkan umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatihan dan

pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan tahun 2017.

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

A. Bagi Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam

membuat program pelatihan dan pembinaan kader tentang pengukuran status

gizi balita dan pemantauan pertumbuhan balita. Pihak puskesmas dapat

melakukan upaya promotif berupa pengaktifan dan peningkatan posyandu,

pemberian informasi dan edukasi bagi para kader. Selain itu, hasil penelitian

ini diharapakan dapat dijadikan bahan evaluasi pihak puskesmas bersama

suku dinas kesehatan untuk promosi dan edukasi pentingnya kualitas data

pada penyelenggaraan sistem informasi kesehatan sehingga dapat

berkontribusi dalam upaya pembangunan kesehatan.

Page 23: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

9

B. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat

khususnya mengenai presisi dan akurasi penimbangan balita oleh kader di

posyandu. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain

untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan penelitian yang sejenis.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran presisi dan akurasi penimbangan

balita oleh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan

Jakarta Selatan pada tahun 2017. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan desain

cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Penelitian dimulai sejak bulan Februari-

Maret 2017. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yang diperoleh peneliti dari wawancara mengunakan kuesioner dan formulir

pencatatan hasil penimbangan kepada responden yaitu 27 kader posyandu.

Page 24: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Presisi dan Akurasi

A. Presisi dan Akurasi

Menurut Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990) dalam Supariasa, dkk

(2001), presisi adalah kemampuan mengukur subjek yang sama secara berulang-

ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk

mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh penyelia atau

supervisor. Presisi adalah suatu derajat yang memberikan informasi sejauh mana

pengukuran ulang dari variabel yang sama memberikan nilai yang sama. Akurasi

adalah suatu derajat memberikan informasi sejauh mana pengukuran dekat dengan

nilai sebenarnya (Gibson, 2005). Menurut WHO (1983) kualitas data pengukuran

antropometri dapat dinilai dari tingkat presisi dan akurasi. Presisi merupakan

konsistensi kedekatan antara beberapa hasil penimbangan terhadap objek yang sama

pada diri individu kader, sedangkan akurasi adalah kedekatan hasil penimbangan

terhadap objek yang sama antar kader dengan supervisor.

Presisi adalah sejauh mana pengukuran ulang dari variabel yang sama

memberikan nilai yang sama adalah ukuran dari reproduktivitas juga dapat dikatakan

sebagai keandalan dalam penilaian biokimia.Berbagai strategi dapat digunakan untuk

meningkatkan keandalan sistem penilaian gizi. Ini dibahas secara rinci oleh Hulley

dan Cummings (1988) dalam Gibson (2005) dan meliputi:

a) Menyusun sebuah panduan operasi yang berisi pedoman tertulis khusus untuk

mengambil setiap pengukuran, untuk memastikan semua teknik telah

terstandarisasi

b) Melatih semua penguji untuk menggunakan teknik standar secara konsisten;

yang terakhir ini sangat penting dalam survei besar yang melibatkan beberapa

penguji

Page 25: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

11

c) Hati-hati memilih dan standarisasi instrumen yang digunakan untuk

pengumpulan data; dalam beberapa kasus, variabilitas dapat dikurangi dengan

penggunaan protokol wawancara melalui komputer

d) Mengurangi efek dari kesalahan acak dari sumber manapun dengan mengulangi

semua pengukuran, jika memungkinkan, atau setidaknya pada subsampel acak.

Akurasi adalah sejauh mana nilai yang benar dari pengukuran dicapai (Mueller

dan Martorell, 1988 dalam Ulijaszek dan Deborah, 1999). Istilah akurasi secara

konseptual dekat dengan istilah validitas, yakni sejauh mana pengukuran benar-benar

mengukur karakteristik. Menurut Norton dan Olds, (1996) dalam Ulijaszek dan

Deborah (1999), nilai yang benar dari pengukuran tidak mungkin dan sulit untuk

ditentukan.

Menurut Gibson (2005), istilah akurasi paling baik digunakan dalam arti

statistik dibatasi untuk menggambarkan sejauh mana pengukuran dekat dengan nilai-

nilai yang benar. Oleh karena itu pengukuran dapat presisi, tapi, pada saat yang sama,

tidak akurat, ini merupakan situasi yang terjadi ketika ada bias dan kesalahan

sistematis dalam pengukuran. Semakin besar kesalahan sistematis, semakin

berkurang juga akurasi pengukuran. Pengukuran yang akurat, bagaimanapun,

memerlukan reproduktivitas atau presisi tinggi.

Mengontrol keakuratan pengukuran biokimia relatif mudah dan dapat dicapai

dengan menggunakan bahan referensi. Kontrol akurasi dalam metode penilaian

lainnya lebih sulit. Misalnya, nilai yang benar dari setiap pengukuran antropometri

tidak pernah diketahui dengan kepastian yang mutlak. Dengan tidak adanya standar

referensi absolut, keakuratan pengukuran antropometri diperkirakan dengan

membandingkan mereka dengan yang dibuat oleh kriteria antropometris atau ahli

antropometri yang ditunjuk. Strategi tambahan yang juga dapat digunakan untuk

meningkatkan akurasi mencakup a) melakukan pengukuran dengan mengurangi

gangguan yang ada, dan b) kalibrasi instrumen. Strategi ini, harus selalu digunakan

Page 26: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

12

untuk membantu menghindari bias (Gibson, 2005).Perbandingan presisi dan akurasi

dari sebuah pengukuran dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Presisi dan Akurasi Pengukuran

Presisi Akurasi

Definisi Suatu derajat yang

memberikan informasi

sejauh mana pengukuran

ulang dari variabel yang

sama memberikan nilai yang

sama

Suatu derajat memberikan

informasi sejauh mana

pengukuran dekat dengan nilai

sebenarnya

Dinilai oleh Perbandingan antara

pengukuran berulangkali

Perbandingan dengan bahan

referensi yang bersertifikasi,

metode kriteria, atau kriteria

antropometris

Manfaat

untuk studi

Meningkatkan kekuatan

untuk mendeteksi efek

Meningkatkan validitas

kesimpulan

Dipengaruhi

oleh

Kesalahan acak dikontribusi

oleh:

- Pengukur

- Responden, atau

- Instrumen

Kesalahan sistematik

dikontribusi oleh:

- Pengukur

- Responden, atau

- Instrumen

Sumber: Gibson (2005) dalam Principles of Nutritional Assessment, Oxford University Press

Page 27: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

13

B. Teknik Melakukan Uji Presisi dan Akurasi

Pengendalian kualias data antropometri perlu diperhatikan untuk mendapatkan

data yang baik melalui prosedur standarisasi.Tujuan dari prosedur standarisasi adalah

memberikan informasi yang cepat dan menunjukkan kesalahan secara tepat sehingga

perubahan dapat dilakukan sebelum sumber kesalahan dapat dipastikan. Penyelia

mempelajari hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk menjamin presisi dan akurasi

pengukuran dan keterampilan apa yang perlu diberikan. Uji presisi dan akurasi

menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk pengendalian kualitas data

antropometri (Supariasa, dkk., 2001). Teknik melakukan uji presisi dan akurasi

menurut Supariasa, dkk (2001) adalah sebagai berikut.

a. Pengumpulan data

Dalam pelaksanaan prosedur standarisasi berikut ini digunakan 10 orang

yang diukur secara berulang oleh 6 petugas pengukur. Setiap petugas

mengukur dua kali setiap subjek. Pengukuran dan pencatatan dilakukan

sedemikian rupa sehingga hasil pengukuran ulang tidak terpengaruh oleh

hasil pengukuran sebelumnya.

b. Langkah-langkah perhitungan data

1. Hasil dua kali pengukuran disajikan pada kolom a dan b

2. Pada kolom d disajikan hasil pengukuran (a-b), berikut tanda masing-

masing (+/-)

3. Pada kolom d2 diisikan hasil kuadrat (a-b)

4. Tanda plus dan minus pada kolom dihitung. Jumlah tanda yang muncul

terbanyak menjadi pembilang dari pecahan dengan subjek sebagai

penyebut. Tanda nol tidak dihitung

5. Pada kolom s diisikan jumalah (a+b). Kelima langkah ini dilakukan

secara serentak oleh semua petugas pengukur dan penyelia

6. Kolom s lembar penyelia dipindahkan ke lembar tiap petugas di bawah

kolom S

Page 28: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

14

7. Perbedaan s petugas dan S penyelia diisikan ke kolom D (s-S) dengan

tanda yang tepat, dan kuadratnya pada kolom D2

8. Tanda plus dan minus (s-S) dihitung. Jumlah tanda muncul terbanyak

menjadi pembilang dari pecahan dengan jumlah subjek sebagai

penyebut. Tanda nol tidak dihitung

9. Hasil penjumlahan d2 dan D2, serta hasil perhitungan tanda dipindahkan

ke lembar lain.

c. Penilaian hasil

Ketentuan umum berikut ini digunakan dalam menganalisis hasil:

1. Jumlah d2 penyelia biasanya paling kecil; presisinya paling besar karena

kompetensinya lebih besar

2. Jumlah d2 petugas (berkaitan dengan presisi) tidak lebih besar dari dua

kali jumlah d2 penyelia

3. Jumlah D2 petugas (berkaitan dengan akurasi) tidak lebih besar dari tiga

kali jumlah d2 penyelia (supervisor)

4. Jumlah D2 petugas harus lebih besar dari jumlah d2 nya. Jika tidak, data

tersebut harus diperiksa dan dihitung kembali.

Menurut WHO (1983) pengukuran antropometri dikatakan presisi bila

∑do2< 2 ∑ds2 dan akurat bila ∑D2< 3∑ds2 dengan kriteria sebagai berikut.

a. Kuadrat dari selisih pengukuran pertama dan kedua oleh petugas

terhadap anak yang sama = ds2

b. Kuadrat dari selisih pengukuran pertama dan kedua oleh kader terhadap

anak yang sama = do2

c. Kuadrat selisih dari penjumlahan pengukuran pertama dan kedua oleh

kader dengan penjumlahan pengukuran pertama dan kedua oleh petugas

= D2

Page 29: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

15

2.2 Kualitas Data dalam Sistem Informasi Kesehatan

A. Data dan Informasi

Data adalah fakta dan angka yang tidak sedang digunakan pada proses

keputusan. Sedangkan informasi terdiri dari data yang telah diambil kembali diolah

atau sebaliknya digunakan untuk tujuan informatif atau kesimpulan, argumentasi atau

sebagai dasar pengambilan keputusan (Murdick et al, 1997). Maka dari itu, kualitas

data perlu diperhatikan agar dapat menghasilkan informasi yang baik. Adapun syarat

data yang baik menurut Supranto (2000) antara lain data harus sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya (objektif), representatif, kesalahan minimal yang mempunyai tingkat

ketelitian yang tinggi, tepat waktu dan relevan.

Data yang akurat akanmenjadi informasi, dasar bukti dan pengetahuan untuk

membentuk tindakan kesehatan (WHO, 2008). Menurut Depkes (1997) data yang

akurat adalah data yang sama dengan keadaan sebenarnya dan sesuai dengan definisi

operasional dari masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam batasan

operasional laporan sistem pencatatan dan pelaporan. Sistem informasi kesehatan

yang kuat memastikan bahwa data memenuhi standar keandalan, transparansi dan

kelengkapan. Hal ini penting untuk menilai sumber data dan teknik statistik dan

metode estimasiyang digunakan untuk menghasilkan indikator (WHO, 2008).

Dalam pengolahan data menjadi informasi dapat terjadi kesalahan-kesalahan

yang disebabkan oleh metode pengukuran dan pengumpulan data yang salah, tidak

mengikuti prosedur pengolahan yang benar, data hilang atau tidak terolah, kesalahan

dalam prosedur pengolahan atau akibat kesalahan yang disengaja ini akan berdampak

pada kualitas data. Berbagai kebijakan dan proses diperlukan untuk memastikan agar

kualitas data baik (Davis, 1993).

Kualitas data yang kurang baik dapat disebabkan karena organisasi yang kurang

optimal dan kemampuan sumber daya manusia yang belum baik. Sumber data,

manajemen data hingga diseminasi menjadi bagian dari komponen dan standar sistem

Page 30: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

16

informasi kesehatan untuk memastikan kualitas data. Kriteria berikut dapat digunakan

untuk menilai kualitas data yang berhubungan dengan kesehatan dan indikator

(WHO, 2008):

1. Ketepatan waktu-periode antara pengumpulan data dan ketersediaannya ke

tingkat yang lebih tinggi, atau publikasi;

2. Periodisitas-frekuensi diukurnya indikator;

3. Konsistensi-konsistensi internal data dalam dataset serta konsistensi antara

dataset dan dari waktu ke waktu; dan sejauh mana perbaikan mengikuti

jadwal dan proses, transparan;

4. Keterwakilan-sejauh mana data yang cukup mewakili populasi dan sub-

populasi yang relevan;

5. Pemilahan-ketersediaan statistik dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin,

usia, status sosial ekonomi, wilayah geografis atau administratif utama dan

etnis yang sesuai;

6. Kerahasiaan, keamanan data dan aksesibilitas data-sejauh mana praktik

sesuai dengan standar yang ditetapkan dan lainnya untuk penyimpanan,

backup, transportasi informasi (terutama melalui internet) dan pengambilan.

B. Sistem Informasi Kesehatan

Selain melihat kualitas data, untuk dapat menghasilkan informasi yang baik

dibutuhkan sebuah sistem informasi yang baik sehingga dapat mengolah data menjadi

informasi dengan benar. Sistem informasi kesehatan adalah seperangkat tatanan yang

meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi juga sumber daya

manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan

tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan

(Kemenkes, 2011).

Sistem informasi kesehatan yang efektif dapat memberikan dukungan berupa

informasi untuk proses pengambilan keputusan di semua tingkat. Oleh karena itu,

Page 31: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

17

sistem informasi di tingkat puskesmas dibuat kementerian kesehatan untuk membantu

pelaporan aliran data dari tingkat bawah sampai ke pusat, dimana sumber utamanya

adalah sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas. Menurut Kemenkes RI

(2011), sistem informasi manajemen di puskesmas ini juga mampu mengelola

informasi dari kegiatan di luar gedung seperti kegiatan posyandu dan pengelolaan

informasi gizi masyarakat.

Sistem informasi manajemen adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu

untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan

pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 1993). Sistem informasi

manajemen menyajikan informasi untuk pengambilan keputusan perihal integrasi

organisasi melalui proses manajemen (Murdick et al, 1997). Menurut Kemenkes

(2011) sistem informasi manajemen yang baik akan sangat membantu setiap

tingkatan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan terbaik yang berdasar

kepada data dan informasi yang dibangun secara tepat, akurat, benar, dan lengkap.

Secara tidak langsung, hal ini juga berpengaruh pada pengambilan kebijakan

kesehatan di tingkat nasional (Kemenkes RI, 2011).Sistem informasi manajemen

puskesmas adalah suatu tatanan manusia/peralatan yang menyediakan informasi

untuk membantu proses manajemen puskesmas mencapai sasaran kegiatannya.

Sumber informasi utamanya berupa sistem pencatatan dan pelaporan terpadu

puskesmas (Depkes, 1997).

Suatu sistem informasi yang berkualitas dapat dilihat dari kualitas

informasinya. Menurut Amsyah (2007), informasi yang berkualitas dapat dilihat dari

indikator berikut, yaitu:

1. Relevan

Informasi harus memberikan manfaat bagi pemakainya. Relevansi

informasi untuk tiap-tiap individu satu dengan yang lainnya berbeda. Informasi

hendaknya sesuai dengan keperluan pemakai, pekerjaan atau manajemen.

Page 32: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

18

2. Akurasi

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau

menyesatkan, dan harus jelas mencerminkan maksudnya. Akurasi sebagai

perbandingan dari informasi yang benar dengan jumlah seluruh informasi yang

dihasilkan pada proses pengolahan data tertentu. Ketidakakuratan dapat terjadi

karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau kesengajaan

sehingga merusak atau atau merubah data-data asli tersebut.

3. Ketepatan waktu

Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan tidak boleh terlambat (usang).

Informasi yang usang tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga kalau

digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan berakibat fatal

atau kesalahan dalam keputusan dan tindakan. Informasi harus bisa tepat waktu

atau setidaknya ada saat informasi diperlukan.

4. Kelengkapan

Bagian informasi yang esensial bagi pemakai tidak boleh ada yang hilang

atau kurang. Misalnya: sebuah laporan harus menyajikan semua perhitungan

dan menyajikannya dengan jelas sehingga tidak menimbulkan laporan yang

ambigu.

Menurut Jogiyanto (2010), data yang diolah saja tidak cukup dapat dikatakan

sebagai suatu informasi. Dari segi kualitas, informasi harus didukung oleh tiga pilar

yaitu 1) tepat orangnya, 2) tepat waktu, 3) tepat nilainya atau akurat, berarti informasi

dari data yang diperoleh harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan

bagi orang yang menerima informasi tersebut.

Dalam penguatan sistem informasi kesehatan, terdapat beberapa pendekatan

yang harus dilakukandengan memperhatikan komponen dan standar seperti sumber

data, manajemen data dan diseminasi (WHO, 2008).

Page 33: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

19

1. Pengumpulan dan pengolahan data

Sebelum mengumpulkan data, para pemangku kepentingan sebaiknya

mengidentifikasi data yang diperlukan, untuk manajemen yang tepat,

pengambilan keputusan strategis dan pengembangan kebijakan. Data tersebut

kemudian harus tersedia secara tepat waktu dan dapat diandalkan.

Pengumpulan data diperoleh dari sumber data antara lain 1) pendekatan

berbasis populasi (sensus, pencatatan sipil dan survei populasi) dan 2) data

berbasis institusi (catatan individu, catatan layanan dan catatan sumber daya).

Sumber data yang telah dimiliki lalu diolah melalui serangkaian manajemen

data, ini mencakup semua aspek penanganan data dari pengumpulan,

penyimpanan, jaminan kualitas dan aliran, pengolahan, kompilasi dan analisis.

Tindakan manajemen dilakukan untuk meningkatkan kontrol kualitas data

dan penggunaan pemeriksaan data rutin lokal, penggunaan definisi yang jelas

dari elemen data, pelatihan, dan sering umpan balik kepada pengumpul data dan

penggunaan. Inti dari pengolahan data dan penyusunan adalah ekstraksi dan

mengintegrasikan data. Ini melibatkan penggalian data dari sumber data,

memastikan konsistensi dan kualitas data, dan mencapai kesesuaian melalui

transformasi data sehingga data dari sumber yang terpisah dapat digunakan

bersama-sama. Pengolahan data dan penyusunan juga memiliki sejumlah

persyaratan luas lainnya, di antaranya adalah memastikan bahwa informasi

yang relevan dan tepat dibuat mudah diakses dan dipahami isinya.

2. Analisis, penyajian dan pelaporan

Data semata tidak mengungkapkan situasi penuh, artinya hanya diperoleh

ketika data dianalisis dan diinterpretasikan. Data juga perlu dianalisis dan

disajikan. Dengan cara ini data ditransformasikan menjadi informasi, bukti dan

pengetahuan untuk membentuk tindakan kesehatan. Dampak akhir dari

pengolahan data dan penyusunan diukur dengan sejauh mana data dapat

Page 34: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

20

memberikan informasi yang ditargetkan untuk tindakan. Penyajian data

dilakukan untuk menyajikan informasi dalam format yang relevan dan

dipahami para pembuat kebijakan, masyarakat atau mereka yang bekerja di

sektor-sektor lain selain kesehatan agar informasi kesehatan jelas dan tidak

bertentangan.

3. Diseminasi dan penggunaan informasi

Data yang telah diolah, dianalisis, dibaca, untuk kemudian digunakan atau

ditindaklanjuti oleh pemakai. Para pengambil keputusan di semua tingkat

sistem kesehatan memerlukan informasi yang relevan, dapat diandalkan dan

tepat waktu. Keluaran dari sistem informasi kesehatan melalui penyebaran dan

penggunaan dimana nilai informasi kesehatan dapat ditingkatkan dengan

membuatnya mudah diakses bagi para pengambil keputusan (memberikan

perhatian karena kendala perilaku dan organisasi). Langkah lain yang penting

dalam memperkuat sistem informasi kesehatan adalah untuk menghubungkan

produksi data dengan penggunaan data. Sistem informasi kesehatan perlu

menunjukkan dan menyebarkan informasi dalam format yang tepat untuk

berbagai pemakai.

Serangkaian pendekatan yang dilakukan untuk penguatan sistem informasi

kesehatan ini dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, kualitas, dan

penggunaan informasi kesehatan dalam pengambilan keputusan (WHO, 2008).

2.3 Penimbangan Balita

A. Penimbangan Balita sebagai Pengukuran Antropometri

Penimbangan merupakan bagian dari pengukuran antropometri untuk

melihat massa tubuh dengan mengukur berat badan seseorang. Antropometri

adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian

Page 35: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

21

status gizi secara langsung untuk menilai masalah gizi utama seperti gizi kurang

pada balita dan ibu hamil (Supariasa, dkk., 2001).

Balita termasuk salah satu kelompok rentan gizi dengan rentang umur 1-5

tahun, karena pada kelompok umur ini menunjukkan pertumbuhan pesat dan

memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. Penimbangan balita

berguna untuk memantau pertumbuhan sehingga dapat diketahui jika ada

gangguan pertumbuhan secara dini. Penimbangan berat badan anak balita

berguna untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi melalui pertumbuhan atas

dasar kenaikan berat badan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,

2010).

Salah satu pengukuran yang paling penting dalam penilaian gizi adalah

berat badan. Berat merupakan variabel penting dalam persamaan atau rumus

memprediksi pengeluaran kalori dan indeks dari komposisi tubuh (Lee dan

David, 2010). Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan untuk

mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat

dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali

terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Berat

badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010). Menurut Arisman (2009),

berat badan bayi dan balita harus ditimbang secara berkala, agar diperoleh

gambaran pertumbuhan mereka.

Berat badan menjadi ukuran suatu massa jaringan. Pertumbuhan massa

jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau

saat pengukuran. Berat badan adalah pengukuran antropometri yang paling

sering digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran

(Supariasa, dkk., 2001). Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air

dan massa mineral tulang. Berat badan sewaktu lahir dapat digunakan sebagai

Page 36: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

22

indikator bayi dengan BBLR. Untuk menilai status gizi biasanya berat badan

dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010).

Dalam penilaian status gizi diperlukan berbagai jenis parameter.

Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat

badan, tinggi badan. Penggunaan dan pemilihan parameter sangat tergantung

dari tujuan pengukuran status gizi, apakah mengukur status gizi sekarang atau

mengukur status gizi yang dihubungkan dengan masa lampau (Supariasa, dkk.,

2001).

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan,

antara lain:

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan

2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara

periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan

3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di

Indonesia

4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur

5. KMS yang digunakan sebagai alat yang baik unutk pendidikan dan

memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar

pengisiannya

6. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang

tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat

Akan tetapi, setiap pengukuran antropometri memiliki kelebihan dan

keterbatasan. Menurut Jelliffe DB dan Jelliffe EFP (1989) dalam buku

Communitry Nutritional Assessment, kelebihan dan keterbatasan antropometri

adalah sebagai berikut.

Page 37: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

23

a. Kelebihan : relatif murah; cepat sehingga dapat dilakukan pada populasi

yang besar; objektif; gradable yaitu dapat dirangking apakah ringan, sedang

atau berat; tidak menimbulkan rasa sakit pada responden

b. Keterbatasan: membutuhkan data referensi yang relevan; kesalahan yang

muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan

pada observer (kesalahan pengukuran, pembacaan, dan pencatatan); hanya

mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi

dan protein, tidak dapat memperoleh informasi mengenai defisiensi zat gizi

mikro.

Menurut Supariasa, dkk (2001) ada beberapa syarat yang mendasari

penggunaan antropometri yaitu

a. Alatnya mudah didapat dan digunakan seperti dacin,pita lengkar lengan

atas

b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif

c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional,

juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu

d. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas dan baku

rujukan yang sudah pasti

e. Secara ilmiah diakui kebenarannya.

Oleh karena itu, keunggulan antropometri gizi adalah sebagai berikut.

a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel

yang besar

b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga

yang sudah dilatih dalam waktu singkat

c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama

d. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan

e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau

Page 38: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

24

f. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada

periode tertentu

g. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi

Adapun kelemahan antropometri menurut Supariasa, dkk (2001) adalah sebagai

berikut.

a. Tidak sensitif

b. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,

akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi

c. Kesalahan ini terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik

fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru

d. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang

tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran

Dalam menentukan status gizi dapat dilihat dari indeks berat badan

menurut umur ataupun berat badan menurut tinggi badan. Pengukuran dari

beberapa parameter ini disebut indeks antropometri. Indeks antropometri bisa

merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau

yang dihubungkan dengan umur. Berikut penjelasan mengenai indeks

antropometri menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2010).

a. BB/U (Berat badan terhadap umur):

1. Indikator status gizi kurang saat sekarang

2. Sensitif terhadap perubahan kecil

3. Perhitungan umur secara akurat sulit didapat

4. Memantau pertumbuhan

5. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena

infeksi atau KEP

b. BB/TB (berat badan menurut tinggi badan):

1. Mengetahui proporsi badan (gemuk, normal, kurus)

2. Indikator status gizi saat ini

Page 39: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

25

3. Umur tidak perlu diketahui

B. Alat-Alat Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan balita pada kondisi normal dapat menggunakan

beberapa alat-alat sebagai berikut.

a. Suspended scale/Weighing sling

Menurut Jellife (1966) dalam Gibson (2005), dalam survey lapangan,

suspended scale dan weighing sling mungkin dapat digunakan untuk

penimbangan bayi dan anak-anak dengan umur kurang dari dua tahun. Mereka

harus ditimbang dalam keadaan tanpa pakaian atau dengan pakaian yang

seminimal mungki. Setelah meletakkan subjek ke dalam sling, berat badan

dicatat segera setelah indikator pada timbangan telah stabil. Pengukuran berat

badan pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa harus dilakukan setelah

pengosongan saluran kandung kemih dan sebelum makan. Penggunaan

timbangan, keseimbangan harus ditempatkan pada permukaan yang datar keras,

dan keseimbangan diperiksa untuk berada pada angka nol sebelum setiap

pengukuran. Subjek harus berdiri tanpa bantuan, di tengah platform, dan

diminta untuk melihat lurus ke depan, berdiri santai sebaiknya tanpa pakaian.

Jika ini tidak memungkinkan, subjek dapat menggunakan pakaian yang ringan.

Berat badan harus dicatat mendekati 0.1 kg (Gibson, 2005).

b. Timbangan bayi (pediatric scale)

Pediatric scale juga dapat digunakan. Petugas harus memastikan

bahwa bayi telah ditempatkan pada bagian pan sehingga berat badan

terdistribusi seimbang di sekitar bagian tengah dari pan. Setelah bayi

berbaring dengan tenang, berat dicatat yang paling dekat 10g (Gibson,

2005). Jika tidak ada alternatif lain, ibu dan bayinya dapat ditimbang

bersamaan, lalu ibu dari bayi ditimbang lagi menggunakan timbangan

Page 40: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

26

balance beam. Berat badan subjek lalu dapat dihitung dengan melakukan

pengurangan dari berat badan ibu (Gibson, 2005).

Timbangan bayi digunakan untuk bayi 0-1 tahun dengan kapasitas

berat hingga 20 kg.Timbangan ini memiliki penunjuk jarum merah 0-10 kg

dan jarum biru untuk 10-20 kg. Jarum merah memiliki kepekaan 0.05 kg dan

jarum biru memiliki kepekaan 0.1 kg. Pengukuran berat badan dilakukan

dengan meletakkan timbangan pada bidang yang datar. Bayi ditempatkan

pada timbangan kemudian perhatikan jarum penunjuk. Jika setelah bayi

diletakkan dan jarum berhenti berwarna merah, angka yang dibaca adalah

angka yang berwarna merah, namun jika jarum bergerak hingga batas akhir

kemudian kembali lagi dan jarum warna biru, maka yang dibaca adalah

angka yang biru. Setelah muncul angka, hasil penimbangan langsung dicatat.

Pengukuran dengan alat ini biasanya cukup sulit jika bayi tidak bisa diam

atau sedang rewel sehingga kesulitan untuk membaca hasilnya, tetapi bayi

bisa ditidurkan pada alat timbangan.

c. UNICEF Electronic Scale 890 atau Uniscale

Menurut de Onis, et al. (2004), untuk mengukur berat badan, mereka

menggunakan timbangan elektronik portabel yang memiliki kemampuan

menunjukkan angka dan dikalibrasi hingga 0.1 kg. Alat ini mudah digunakan

dan mudah dibawa kemana-mana.Peralatan itu dikalibrasi secara teratur,

biasanya setiap hari sebelum kunjungan rumah atau rumah sakit. Timbangan

dikalibrasi dengan bobot standar. Perbedaan maksimum yang diijinkan untuk

berat badan ditetapkan pada 100 g untuk memungkinkan pembulatan dalam

unit kalibrasi terkecil dari skala.

Penimbangan dapat dilakukan untuk bayi bersama ibunya sehingga

bayi lebih tenang dan santai. Skala atau hasil pengukuran yang ditunjukkan

dalam timbangan eletronik ini dapat menurunkan kesalahan pengukuran oleh

Page 41: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

27

pengamat. Selain itu, timbangan ini memungkinkan berat badan ibu dicatat

pada setiap kunjungan. Peralatan itu dikalibrasi secara teratur, biasanya

setiap hari sebelum kunjungan rumah atau rumah sakit.

Saat pengukuran akan dilakukan, antropometris menjelaskan kepada

ibu semua prosedur yang akan dilakukan dan menekankan bahwa ini tidak

berbahaya. Bayi dan anak-anak dipegang oleh ibu mereka untuk

menumbuhkan rasa aman bagi bayi. Kepercayaan diri antropometris dan

ketenangan sangat penting untuk meyakinkan ibu dan anak, dan termasuk

menjaga kontak mata dan berbicara dengan anak dalam tenang dan

menenangkan suara (de Onis, et al, 2004).

Menurut de Onis, et al (2004) untuk pengukuran berat badan, ibu

melepas semua pakaian anak, tetapi bila dalam cuaca dingin, bayi ditutupi

badannya menggunakan selimut. Orang tua melepas sepatu mereka, pakaian

tebal, dan benda-benda berat lainnya sebelum ditimbang. Orang tua

mengenakan pakaian ringan untuk ditimbang kemudian dikurangi dari berat

badan subjek. Dalam studi longitudinal, ibu ditimbang dahulu, setelah berat

badannya tercatat, ibu ditimbang lagi bersama bayinya. Ibu diminta untuk

berdiri diam sampai berat badan bayi telah ditampilkan dan direkam. Ketika

anak tidak bisa melepaskan semua pakaian, mereka juga dapat mengenakan

pakaian ringan yang beratnya sudah diketahui kemudian dicatat dan

dikurangi untuk mendapatkan berat badan anak. Dalam studi potong lintang,

anak-anak berusia dua tahun atau lebih ditimbang dan berdiri dengan kaki

mereka sendiri.

d. Detecto scale

Detecto scale dapat menimbang berat badan dan mengukur tinggi

badan anak-anak, dewasa dan lansia.Terdapat dua macam detecto scale,

Page 42: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

28

yaitu detecto scale yang dilengkapi dengan alat ukur tinggi badan dan tidak

dilengkapi alat ukur tinggi badan (detecto geser).

Detecto scale dengan alat ukur tinggi badan menggunakan jarum

penunjuk dengan beban maksimal 120 kg dan tinggi meteran mencapai 200

cm. Pengukuran berat bedan menggunakan alat ini yaitu dengan cara

menaruh timbangan pada lantai atau tanah yang datar atau rata, subjek

berdiri tegap pada timbangan, lalu pengukur melihat dan membaca angka

pada jarum penunjuk. Alat ini mampu mengukur berat badan sekaligus

tinggi badan, tetapi alat ini kurang praktis karena ukuran yang besar dan

berat (Aritonang, 2010).

Pada detecto scale yang tidak dilengkapi alat ukur tinggi badan

menggunakan bandul geser dengan beban maksinal 120 kg dan kepekaan 0.1

kg. Alat ini hanya dapat mengukur berat badan pada anak-anak, dewasa, dan

lansia.Penggunaan alat ini dengancara meletakkan timbangan pada lantai

yang datar, subjek berdiri dengan badan tegap dan pandangan lurus ke

depan, lalu bandul dengan berat puluhan kilogram digeser sampai mencapai

keseimbangan. Hasil ukur diketahui dengan membaca angka pada ujung

bandul. Alat ini dapat digunakan seorang diri namun cukup sulit dalam

penggunaannya karena harus menyeimbangkan dengan cara menggeser

bandul yang berat, susah untuk dipindahkan atau pun dibawa kemana-mana

karena ukurannya yang besar dan berat (Aritonang, 2010).

e. Dacin

Menurut Supariasa, dkk (2001) alat yang digunakan di lapangan dalam

penentuan berat badan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan.

1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain

2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya

3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0.1 kg

Page 43: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

29

4. Skalanya mudah dibaca

5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan

dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.

Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain dacin sudah

dikenal umum sampai pelosok pedesaan, dibuat di Indonesia dan mudah

didapat serta ketelitian dan ketepatan cukup baik.

Dacin dapat digunakan untuk menimbang berat badan balita usia 1-5

tahun. Dacin terbuat dari kuningan dengan berat ± 5 kg, panjang 90 cm dan

mempunyai gelang gantung. Alat lain yang diperlukan adalah kantong

celana timbang atau kain sarung, kotak atau keranjang yang tidak

membahayakan anak terjatuh pada waktu ditimbang. Diperlukan pula tali

atau sejenisnya yang cukup kuat untuk menggantungkan dacin.Berat badan

yang dapat diukur untuk anak adalah maksimal 25 kg.Dacin memiliki

kepekaan 0.1 kg. Namun, penggunaan dacin kurang praktis, karena ukuran

yang relatif besar dan berat sehingga mempunyai risiko jika terjadi

kesalahan dalam pemasangan alat, sehingga sulit melihat skala dan anak

biasanya menangis dan terlalu aktif (Supariasa, dkk., 2001).

C. Prosedur Penimbangan Balita dengan Dacin

Cara menimbang/mengukur berat badan menurut Supariasa, dkk (2001)

adalah dengan memeriksa dacin dengan seksama, apakah masih dalam kondisi

baik atau tidak.Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi

skala 0.0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Setelah alat timbang

lainnya (celana atau sarung timbang) dipasang pada dacin, lakukan peneraan

yaitu dengan cara menambah beban pada ujung tangkai dacin, misalnya plastik

berisi pasir.

Page 44: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

30

Petunjuk menimbang balita menggunakan dacin menurut buku kader

dalam Supariasa, dkk (2001) dikenal dengan 9 langkah penimbangan, yaitu:

1. Gantungkan dacin pada: dahan pohon, palang rumah atau penyangga kaki

tiga

2. Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke

bawah kuat-kuat

3. Sebelum dipakai letakkan badul geser pada angka 0. Batang dacin dikaitkan

dengan tali pengaman

4. Pasanglah celana timbang, kotak tibang atau sarung timbang yang kosong

pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0

5. Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang

atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong

plastik

6. Anak ditimbang dan seimbangkan dacin

7. Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser

8. Catat hasil penimbangan di atas dengan secarik kertas

9. Geserlah bandul ke angka 0, letakkan batang dacin dalam tali pengaman,

setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan

Berdasarkan buku panduan kader (2011), menimbang balita di posyandu

termasuk salah satu dari lima langkah kegiatan di meja posyandu. Kegiatan

penimbangan balita dimulai dari mempersiapkan dacin.

a. Mempersiapkan dacin

1. Gantung dacin pada tempat yang kokoh seperti pelana rumah atau

kusen pintu atau dahan pohon atau penyangga kaki tiga yang kuat

2. Letakkan bandul geser pada angka nol, jika ujung kedua paku timbang

tidak dalam posisi lurus, maka timbangan perlu ditera atau diganti

dengan yang baru.

Page 45: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

31

3. Atur posisi angka pada batang dacin sejajar dengan mata penimbang.

Letakkan bandul geser pada angka nol

4. Pastikan bandul geser berada pada angka nol

5. Pasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang yang kosong

pada dacin

6. Seimbangkan dacin yang telah dibebani dengan sarung timbang/celana

timbang/kotak timbang dengan memberi kantung plastik berisikan

pasir/batu diujung batang dacin, sampai kedua jarum di atas tegak

lurus

b. Menimbang balita

1. Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal

mungkin tanpa alas kaki dan popok dan geser bandul sampai jarum

tegak lurus.

2. Baca berat badan balita secara cermat dengan melihat angka di ujung

bandul geser.

3. Catat hasil penimbangan dengan benar di kartu bantu atau secarik

kertas yang diselipkan dalam KMS/buku KIA dalam kg dan ons.

4. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari

sarung/celana/kotak timbang.

Menurut Supariasa, dkk (2001), dalam menimbang bayi harus

memperhatikan hal-hal seperti pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu,

baju/pakaian yang cukup tebal harus ditanggalkan, kantong celana timbang

tidak dapat digunakan, bayi ditidurkan didalam kain sarung, menggeser anak

timbang sampai tercapai keadaan seimbang, kedua ujung jarum terdapat pada

satu titik lalu melihat angka pada skala batang dacin yang menunjukkan berat

badan bayi. Kegiatan terakhir yaitu mencatat berat badan dengan teliti sampai

satu angka desimal, misalnya 7.5 kg. Dengan cara yang sama, menimbang anak

juga harus memperhatikan hal-hal seperti kantong celana timbang, kain sarung

Page 46: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

32

atau keranjang dapat digunakan. Sebelum anak ditimbang, jarum harus

menunjukkan skala 0 (nol) setelah ditambahkan kain sarung atau keranjang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak

menurut Supariasa, dkk (2001) adalah sebagai berikut.

a. Pemeriksaan alat timbang

Sebelum digunakan, dacin harus diperiksa secara seksama, apakah masih

dalam kondisi baik dan tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser

berada pada posisi skala 0.0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang.

Disamping itu keadaan bandul geser tidak longgar terhadap tangkai dacin.

Untuk penelitian, peneraan alat timbang ini sangat penting untuk mendapatkan

data dengan validitas yang tinggi.

b. Anak balita yang ditimbang

Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian seminim

mungkin dan seringan mungkin. Sepatu, baju dan topi sebaiknya dilepaskan.

Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka hasil penimbangan harus dikoreksi

dengan kain balita yang ikut tertimbang. Bila keadaan ini memaksa dimana

anak balita tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang

menyertainya, maka timbangan dapat dilakukan dengan menggunakan

timbangan injak dengan cara pertama, timbang balita beserta ibunya. Kedua,

timbang ibunya saja. Ketiga, hasil timbangan dihitung dengan mengurangi berat

badan ibu dan anak, dengan berat badan ibu sendiri.

c. Keamanan

Faktor keamanan penimbangan sangat perlu diperhatikan.Tidak jarang

petugas di lapangan kurang memperhatikan keamanan itu. Misalnya langkah

ke-2 dari 9 langkah penimbangan tidak dilakukan, maka kemungkinan dacin

dan anak yang ditimbang bisa jatuh, karena dacin tidak tergantung kuat.Oleh

Page 47: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

33

karena itu, segala sesuatu menyangkut keamanan harus diperhatikan termasuk

lantai dimana di lakukan penimbangan. Lantai tidak boleh terlalu licin,

berkerikil atau bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi keamanan, baik yang

ditimbang, maupun petugas.

d. Pengetahuan dasar petugas

Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan untk

mengetahui berat badan secara umum pada umur-umur tertentu. Hal ini sangat

penting diketahui untuk dapat memperkirakan posisi bandul geser yang

mendekati skala berat pada dacin sesuai dengan umur anak yang ditimbang.

Cara ini dapat menghemat waktu, jika penimbangan dilakukan dengan

memindah-mindahkan bandul geser secara tidak menentu.

D. Kesalahan yang Terjadi pada Pengukuran Berat Badan

Kesalahan dapat terjadi di antropometri gizi yang dapat mempengaruhi

presisi dan akurasi pengukuran. Tiga sumber utama dari kesalahan yang

signifikan antara lain kesalahan pengukuran, perubahan dalam komposisi dan

sifat fisik jaringan tubuh tertentu, dan penggunaan asumsi yang tidak valid

dalam derivasi dari komposisi tubuh dari pengukuran antropometri (Heymsfield

dan Casper, 1987 dalam Gibson, 2005).

Kesalahan pengukuran secara acak dan sistematis dapat terjadi dalam

antropometri. Kesalahan acak membatasi presisi atau sejauh mana pengukuran

ulang memberikan nilai yang sama. Kesalahan pengukuran sistematis

mempengaruhi akurasi atau sejauh mana pengukuran berangkat dari nilai

sebenarnya. Kesalahan pengukuran timbul dari kesalahan pemeriksa yang

dihasilkan dari pelatihan yang tidak memadai, kesalahan instrumen, dan

kesulitan dalam membuat pengukuran (misalnya, ketebalan lipatan kulit)

(Gibson, 2005)

Page 48: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

34

Kesalahan pengukuran secara acak adalah sebagian besar karena adanya

variabilitas pengukuran ulang dari pengamat, dan karena adanya perbedaan

pengukuran intra dan inter-observer. Semakin besar variabilitas antara

pengukuran ulang dari subjek yang sama dengan satu (perbedaan intra-

observer) atau dua atau lebih (perbedaan interobserver) pengamat, presisi juga

semakin rendah (Norton dan Olds, 1996 dalam Ulijaszek dan Deborah,1999).

Ketidaktepatan yang semakin meluas kemungkinan akan meningkat jika

antropometri dilakukan oleh individu yang kurang terlatih. Sejak antropometri

sering dianggap sebagai pengukuran status gizi yang lebih mudah untuk

dilaksanakan diibandingkan metode lain sehingga pengukuran sering

didelegasikan kepada staf yang memiliki kualitas lebih rendah. Hal ini dapat

diterima asalkan calon antropometris potensial menerima pelatihan yang

memadai dari seorang ahli atau kriteria antropometris untuk mencapai tingkat

keahlian yang memadai sebelum survei, dan mempertahankannya saat bekerja

di lapangan (Ulijaszek & Deborah, 1999).

Tidak akurat adalah kesalahan sistematis, dan dapat terjadi karena

kesalahan instrumen atau kesalahan teknik pengukuran. Kedua faktor ini relatif

dapat memberikan bias sistematis untuk semua pengukuran terhadap peralatan

yang dikalibrasi dan digunakan oleh antropometris berpengalaman (de Onis, et

al., 2004).

Variabilitas dalam pengukuran bayi dan anak dapat dihasilkan dari

sejumlah pengaruh seperti pengaturan di mana pengukuran dilakukan; perut dan

volume kandung kemih (dalam kasus berat); variasi diurnal (panjang/tinggi);

perilaku dan kerjasama dari ibu dan anak dan yang diukur; akurasi dan presisi

instrumen; kapasitas teknis antropometris (pelatihan, pengalaman); dan metode

perekaman data (membaca, menulis hasil pengukuran). Pelatihan yang

memadai dan standarisasi yang terus berlanjut, kepatuhan terhadap metode dan

prosedur yang ditetapkan, dan memantau kualitas data sangat penting untuk

Page 49: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

35

mengurangi kesalahan pengukuran dan meminimalkan bias dalam studi (de

Onis, et al., 2004).

Kesalahan yang umum terjadi pada semua pengukuran adalah instrumen

yang tidak memadai, anak gelisah, kesalahan saat membaca hasil pengukuran

dan kesalahan saat mencatat atau merekam hasil pengukuran. Solusi yang dapat

diajukan untuk mengatasi kesalahan tersebut antara lain memilih metode yang

tepat terhadap sumber daya yang ada, menunda pengukuran atau melibatkan

orang tua dalam prosedur pengukuran atau menggunakan prosedur sesuai

dengan budaya setempat, melaksanakan pelatihan dan penyegaran latihan

terutama mengenai akurasi dan tindakan perbaikan oleh penyelia atau atasan,

dan harus segera mencatat hasil pengukuran setelah selesai dilakukan saat itu

juga dan telah diperiksa oleh pihak atau orang kedua (Zerfas 1979, dalam

Gibson, 2005).

Kesalahan umum yang terjadi pada pengukuran berat badan adalah

ruangan dingin, tidak ada privasi, timbangan tidak dikalibrasi ke nol, subjek

mengenakan pakaian tebal, dan subjek yang bergerak atau cemas sebagai akibat

dari insiden yang pernah dialami sebelumnya. Solusi yang dapat ditawarkan

dalam mengatasi kesalahan tersebut yaitu menggunakan fasilitas klinik yang

tepat, mengkalibrasi ulang alat setiap subjek telah selesai diukur, melepas

pakaian atau menggunakan pakaian seminimal mungkin, dan tunggu sampai

subjek tenang atau menghapus penyebab kecemasan (misalnya, timbangan

terlalu tinggi) (Zerfas 1979, dalam Gibson, 2005).

Kesalahan-kesalahan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti

kesalahan pengukuran, kesalahan alat, dan kesalahan oleh tenaga yang

mengukur. Untuk mengatasi kesalahan tersebut dapat dilakukan usaha seperti

memilih alat ukur yang sesuai dengan yang diukur, membuat aturan

pelaksanaan pengukuran, pelatihan petugas, peneraan alat ukur secara berkala,

Page 50: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

36

pengukuran silang antarobserver dan pengawasan (uji petik) (Supariasa, dkk.,

2001).

Menurut Supariasa, dkk (2001), kesalahan pengukuran dapat terjadi

karena petugas kurang berhati-hati dan prosedur pengukuran yang salah.

Penyebab kesalahan dalam pengukuran antara lain

a) Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, dacin

belum dalam keadaan seimbang dan dacin tidak berdiri tegak lurus

b) Kesalahan pada peralatan.

Peralatan yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah dacin

dengan kapasitas 20-25 kg dan ketelitiannya 0.1 kg

c) Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur

Kesalahan ini dapat terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati

atau belum mendapat pelatihan yang memadai.

Kesalahan pengukuran antropometri tidak dapat dihindari, dan harus

diminimalkan dengan memperhatikan secara dekat dengan setiap aspek dari

proses pengumpulan data. Ini termasuk memastikan bahwa ada pencahayaan

yang baik saat melakukan pengukuran, rutin mengkalibrasi peralatan, dan

pencegahan kelelahan di antara petugas pengukur untuk mengurangi

kemungkinan kesalahan (Ulijaszek & Deborah, 1999).

2.4 Kader Posyandu

Menurut WHO (1993), kader adalah laki-laki atau perempuan yang

dipilih masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan

baik perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan

yang amat dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan dasar.

Page 51: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

37

Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan

memilik waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela.

Kader posyandu diharapkan berasal dari anggota masyarakat setempat, dapat

membaca dan menulis huruf latin, berminat dan bersedia menjadi kader,

bersedia bekerja secara sukarela, dan memiliki kemampuan dan waktu luang

(Kemenkes, 2011).

Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu dari anggota masyarakat.

Pemilihan pengurus dan kader posyandu dilakukan melalui pertemuan khusus

dengan mengundang para tokoh dan anggota masyarakat terpilih. Sebelum

melaksanakan tugasnya, kader posyandu perlu diberikan pelatihan oleh

puskesmas (Depkes, 2006).

A. Tugas dan Tanggung Jawab Kader Mengenai Penimbangan Balita

Pada hari buka posyandu, tugas dan tanggung jawab kader menurut buku

pedoman umum pengelolaan posyandu dari Depkes RI (2006) adalah sebagai

berikut.

a. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana posyandu

b. Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu

c. Melaksanakan penimbangan balita yang berkunjung ke posyandu

d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku

register posyandu

e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil

penimbangan

f. Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama petugas puskesmas

melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut

Adapun tugas dan tanggung jawab kader di luar hari buka posyandu

menurut Depkes RI (2006), adalah sebagai berikut.

Page 52: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

38

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu: bayi, anak balita, ibu

hamil dan ibu menyusui

b. Membuat grafik SKDN, yaitu jumlah semua balita yang bertempat tinggal

di wilayah kerja posyandu (S), jumlah balita yang mempunyai kartu

menuju sehat atau buku KIA (K), jumlah balita yang datang pada hari buka

posyandu (D) dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik (N)

c. Melakukan tindak lanjut terhadap: sasaran yang tidak datang dan sasaran

yang memerlukan penyuluhan lanjutan.

d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke posyandu

saat hari buka

B. Kegiatan Utama Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber

Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk

dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Kemenkes RI, 2011).

Posyandu menjadi sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau

oleh masyarakat. Posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit

pemantau tumbuh kembang anak, serta menyampaikan peran kepada ibu

sebagai agen pembaharuan dan anggota keluarga yang memiliki bayi dan balita

dengan mengupayakan bagaimana memelihara anak secara baik, yang

mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya (Depkes, 2006).

Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2007, sebanyak 78.3% penimbangan

balita terjadi di posyandu ini menunjukkan betapa vitalnya peran posyandu

dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar.

Page 53: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

39

Berdasarkan buku pedoman umum pengelolaan posyandu dari Depkes RI

(2006), kegiatan posyandu terdiri atas:

1. Kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita :

a. Penimbangan balita setiap bulan

b. Pemantauan perkembangan balita

2. Pelayanan kesehatan ibu

3. Pelayanan KB

4. Pelayanan kesehatan anak

5. Penyuluhan dan rujukan konseling bagi ibu dan anak

Menurut Kemenkes RI (2011) pelaksanaan kegiatan posyandu terdiri atas

dua tahap yaitu persiapan pelaksanaan posyandu (H-1) dan pelaksanaan

posyandu

a. Persiapan pelaksanaan posyandu

Sebelum pelaksanaan posyandu, kader memastikan sasaran seperti jumlah

bayi baru lahir, bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, PUS.

a) Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan warga

setempat

b) Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu

c) Mempersiapkan sarana posyandu

Kebutuhan sarana berupa KMS/buku KIA, alat timbang (dacin dan

sarung, pita LILA), obat gizi (kapsul Vitamin A, tablet tambah darah,

oralit), alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan, dan

lainnya.

d) Melakukan pembagian tugas antar kader

Pembagian tugas dilakukan sesuai dengan langkah kegiatan yang

dilakukan di posyandu seperti pendaftaran, penimbangan, pencatatan,

penyuluhan, dan pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.

Page 54: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

40

e) Kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.

Sebelum pelaksanaan kegiatan di posyandu, kader berkoordinasi

dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait dengan sasaran,

tindak lanjut dari kegiatan posyandu sebelumnya, dan rencana kegiatan

berikutnya.

f) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan

Kader membuat PMT penyuluhan dengan bahan makanan yang

diperoleh dari daerah setempat, beraneka ragam dan bergizi.

b. Pelaksanaan posyandu (hari H)

Kegiatan posyandu terdiri dari 5 langkah atau yang lebih dikenal dengan

sistem lima meja, yaitu:

1) Pendaftaran

Pendaftaran berada pada meja pertama. Kegiatan ini melayani

pendaftaran bagi para pengunjung posyandu yang dikelompokkan

menjadi tiga bagian yaitu balita, ibu hamil dan menyusui, dan

pasangan usia subur. Pelayanan meja pertama dilakukan oleh kader.

2) Penimbangan dan pengukuran lingkar lengan atas

Penimbangan dan pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada meja

2. Kegiatan terdiri atas mempersiapkan dacin, menimbang balita, dan

pengukuran lingkar lengan atas pada ibu hamil dan wanita usia subur

yang dilayani oleh kader.

3) Pencatatan

Pada langkah ketiga atau meja 3, kader melayani kegiatan pencatatan

hasil dari penimbangan di meja 2 ke dalam Kartu Menuju Sehat

(KMS), baik KMS bayi/balita maupun KMS ibu hamil.

4) Penyuluhan dan konseling

Penyuluhan dilakukan pada langkah ke empat atau meja 4 oleh petugas

kesehatan atau kader untuk ibu balita misalnya dengan memberikan

Page 55: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

41

saran kepada ibu untuk memerhatikan umur dan hasil penimbangan

anak bulan ini, memberi penyuluhan pada ibu balita sesuai hasil

penimbangan dankondisi anak.

5) Pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan

Pelayanan kesehatan di posyandu oleh petugas kesehatan antara lain

pemberian vitamin A pada ibu nifas, bayi dan balita, pemberian tablet

tambah darah pada ibu hamil, pemberian penyuluhan PMT, pelayanan

KB, imunisasi pemberian oralit dan zink.

C. Faktor Kader dalam Melakukan Penimbangan Balita

Kader berperan penting dalam pelaksanaan penimbangan balita. Penimbangan

balita merupakan salah sata cara pemantauan pertumbuhan balita yang dapat

dilakukan di posyandu (Riskesdas, 2013).

a. Umur kader

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dengan

batas akhir masa hidupnya. Menurut Hurlock (2003) semakin cukup umur

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang semakin matang dalam

berpikir dan bekerja ini terjadi pada masa dewasa. Pembagian masa dewasa

menurut Hurlock diantaranya masa dewasa dini dimulai pada umur 18

tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan

psikologis yang menyertai dan berkurangnya kemampuan reproduktif. 2)

Masa dewasa madya dimulai pada umur 41 tahun sampai pada umur 60

tahun, yaitu saat menurunnya kemampuan fisik maupun psikologis yang

jelas nampak pada setiap orang. 3) Masa dewasa lanjut (usia lanjut) atau

usia lanjut dimulai umur 61 tahun sampai kematian, kemampuan fisik

maupun psikologis menurun. Menurut Robins (2003), ada suatu keyakinan

Page 56: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

42

bahwa produktivitas menurun seiring dengan menuanya usia seseorang,

keterampilan seseorang berkaitan dengan kecekatan, kekuatan koordinasi

dan hal ini diduga akan menurunkan produktivitas bersama bertambahnya

usia seseorang. Semakin lanjut usia pekerja semakin mampu menunjukkan

kematangan pikiran, mampu mengendalikan emosi, dan semakin terampil

menjalankan tugasnya. Lebih lanjut ia menjelaskan pekerja yang lebih tua

kecil kemungkinan akan berhenti, karena masa kerja mereka yang lebih

tinggi dan tunjangan yang lebih menarik.

Pada penelitian mengenai karakteristik kader posyandu sebagian

besar kader berada pada masa dewasa. Seperti pada hasil penelitian Wati,

dkk (2013) sebagian besar kader berada pada kelompok umur 30-40 tahun.

Sucipto (2009) menunjukkan ada hubungan antara umur dengan praktik

kader posyandu dalam penimbangan balita di posyandu. Dalam penelitian

yang dilakukan Lubis dan Isyatun (2015), kader umumnya berumur 20

sampai 49 tahun sebanyak 78.5 %.

b. Pendidikan kader

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmojo,

2003). Menurut Azwar (2007) bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang

sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap seseorang.

Menurut Notoatmodjo (1995), pendidikan kader sangat berpengaruh

terhadap pengetahuannya, sehingga kader perlu tambahan pengetahuan

melalui kursus ulang kader, bimbingan dan penyuluhan di lapangan. Latar

belakang pendidikan penting karena akan mempengaruhi dalam

pelaksanaan tugas kader di posyandu seperti memberikan penyuluhan

kepada masyarakat, penerimaan materi yang diberikan petugas kesehatan

Page 57: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

43

saat mengikuti pelatihan (Harisman dan Dina, 2012). Menurut kajian

pelaksanaan revitalisasi posyandu pada masyarakat nelayan dan petani di

Proponsi Jawa Barat, bahwa kader yang diikutsertakan dalam kegiatan

posyandu minimal seharusnya berpendidikan SMA, agar dapat lebih

mudah memahami dan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan

posyandu (Irawati, 2002).

Pendidikan mempengaruhi pemahaman atau pengetahuan seseorang

terhadap berbagai hal, pendidikan adalah sebagai landasan untuk

membentuk, mempersiapkan, membina dan mengembangkan sumberdaya.

Pendidikan yang baik akan berbanding lurus dengan pengetahuan yang

baik, yaitu dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi maka pengetahuan

yang dimiliki juga akan cenderung tinggi dan pemberian informasi akan

lebih mudah dipahami. Bila dilihat pendidikan kader dalam penelitian ini

umumnya termasuk tinggi yaitu 60,6 % SMA dan bahkan ada yang

perguruan tinggi (diploma) sebanyak 17,9 %, sehingga pelatihan yang

diberikan dapat dengan mudah dipahami oleh kader (Lubis dan Isyatun,

2015). Berdasarkan penelitian Fadjri (2016) menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan kader mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualitas

hasil penimbangan berat badan balita.

c. Lama menjadi kader

Menurut Sukiarko (2007) kegiatan kader dalam melaksanakan tugas-

tugasnya dipengaruhi oleh lamanya menjadi kader. Lama masa tugas

sebagai kader dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak

positifnya adalah kader mendapatkan pengalaman yang lebih baik, banyak

dan lebih dikenal oleh pengunjung posyandu, sehingga memudahkan

komunikasi pada waktu melaksanakan kunjungan rumah dan kegiatan

posyandu berjalan baik. Sedangkan dampak negatifnya adalah dapat

menimbulkan rasa bosan atau kejenuhan pada kader dalam melakukan

tugas yang monoton setiap bulannya. Kinerja masa lalu cenderung

Page 58: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

44

dihubungkan pada hasil seseorang, semakin lama ia bekerja maka semakin

terampil dalam melaksanakan tugasnya sehingga senioritas dalam bekerja

akan lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang yang baru bekerja

(Robbins, 2003). Berdasarkan penelitian Munfarida (2012), lama menjadi

kader kader berhubungan dengan keterampilan kader dalam menjalankan

tugasnya. Menurut Razak (2000), kader posyandu sebaiknya mempunyai

pengalaman menjadi kader sekurang-kurangnya 60 bulan.jumlah kader

sedikitnya lima orang, tidak ada pergantian kader sedikitnya dalam

setahun.

d. Pelatihan kader

Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap

pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin

terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin

baik, sesuai dengan standar. Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di

dalam Notoatmodjo (1995) berarti mengubah pola perilaku, karena dengan

pelatihan maka akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan

adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna

untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem

pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya

mengutamakan praktek daripada teori.

Dalam menjalankan program posyandu, kader harus diikutsertakan

pada pelatihan ulang secara berkala sebagai upaya untuk menambah

pengetahuan dan meningkatkan keterampilan. Pelatihan kader posyandu

perlu diadakan guna meningkatkan kapasitas kader posyandu dalam

pelatihan kader dititikberatkan pada keterampilan teknis menyusun rencana

kerja kegiatan di posyandu seperti cara menimbang kelompok sasaran yang

menjadi tanggung jawab posyandu, cara menilai pertumbuhan anak, cara

menyiapkan kegiatan pelayanan sesuai kebutuhan anak dan ibu, cara

menyiapkan peragaan, cara pemberian makanan pendamping ASI, cara

Page 59: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

45

pemberian makanan tambahan dan cara memantau perkembangan ibu

hamil dan ibu menyusui (Kemenkes, 2011).

Berdasarkan penelitian Lubis dan Isyatun (2015) terdapat pengaruh

pelatihan terhadap pengetahuan kader dalam menilai pertumbuhan balita

begitu juga dengan hasil penelitian Fitri dan Mardiana (2011) dan Laraeni

dan Afni (2014). Pada penelitian Fadjri (2016) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pelatihan kader dengan kualitas hasil penimbangan berat

badan balita. Berdasarkan Ekowati (2015) menunjukkan ada perbedaan

yang signifikan antara pengetahuan kader tentang antropometri sebelum

dan setelah pelatihan. Ketidaktepatan yang semakin meluas kemungkinan

akan meningkat jika antropometri dilakukan oleh individu yang kurang

terlatih (Ulijaszek & Deborah, 1999). Pelatihan yang memadai sangat

penting untuk mengurangi kesalahan pengukuran dan meminimalkan bias

dalam studi (de Onis, et al., 2004).

e. Pengetahuan kader

Pengetahuan merupakan kumpulan hasil belajar kognitif dari pajanan

objek, pengalaman, kesadaran, yang sehingga secara bertahap seseorang

menjadi tahu (Green, 2005). Menurut Bloom (1908) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2010), pengetahuan termasuk dalam domain perilaku yakni

domain kognitif. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya).

Berdasarkan penelitian Fadjri (2016) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan kader posyandu tentang penimbangan berat

badan balita dengan kualitas hasil penimbangan berat badan balita. Pada

penelitian Irma (2013) diketahui bahwa pengetahuan kader berhubungan

dengan keterampilan kader dalam melaksanakan tugas. Pengetahuan kader

berhubungan dengan praktik penimbangan balita di posyandu karena

Page 60: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

46

dengan pengetahuan yang baik akan memotivasi kader dalam melakukan

penimbangan dengan baik (Sucipto, 2009).

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan pemaparan tinjauan pustaka, dapat diketahui bahwa kader

berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan posyandu khususnya pada

penimbangan balita sehingga kegiatan ini perlu diperhatikan agar dapat mengurangi

kesalahan yang terjadi saat pengukuran berat badan balita dilakukan dan dapat

membantu peningkatan kualitas data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teori yang disusun oleh Gibson (2005) dan de Onis et al (2004) mengenai pengukuran

antropometri dan teori WHO (2008) mengenai komponen dan standar sistem

informasi kesehatan dan penguatan sistem informasi kesehatan yang bermula dari

kualitas data yang baik. Adapun kerangka teori yang dibuat untuk penelitian ini dapat

dilihat pada bagan 2.1.

Page 61: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

47

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor Kader:

Umur Pendidikan Lama menjadi

kader Pelatihan Pengetahuan

Presisi dan Akurasi Penimbangan Balita

Faktor Instrumen:

Alat timbangan yang digunakan

Faktor Responden:

Kerja sama saat penimbangan

Random error/ Kesalahan acak

Systematic error/ Kesalahan sistematik

Meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, kualitas, dan penggunaan informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan

Sumber data, manajemen data, diseminasi

Penguatan sistem informasi kesehatan

Sumber: Disusun dari teori Gibson (2005), WHO (2008), de Onis, et al (2004)

Page 62: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

48

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti

menyimpulkan variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, antara lain

umur, pendidikan, lama menjadi kader kader, pelatihan dan pengetahuan kader.

Adapun kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel pada kerangka teori yang tidak

diteliti. Hal tersebut dilakukan karena peneliti hanya membatasi penelitian pada

presisi dan akurasi sehingga tidak melihat variabel di atasnya yaitu mengenai

komponen dan standar sistem informasi kesehatan dan penguatan sistem informasi

kesehatan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Penyusunan teori

tersebut dibuat untuk menyatakan bahwa presisi dan akurasi penimbangan sebagai

sumber data harus bisa menghasilkan informasi yang baik karena dapat berdampak

pada penguatan sistem informasi kesehatan dan memiliki outcome pada ketersediaan,

aksesibilitas, kualitas, dan penggunaan informasi kesehatan untuk pengambilan

keputusan.

Faktor Kader:

Umur Pendidikan Lama menjadi

kader Pelatihan Pengetahuan Pengetahuan

Presisi dan Akurasi

Penimbangan Balita oleh

Kader Posyandu di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan

Page 63: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

49

Selain itu, faktor instrument tidak diteliti karena peneliti menggunakan alat

timbangan dacin yang telah dikalibrasi pada semua posyandu terpilih saat penelitian

dilakukan. Data presisi dan akurasi penimbangan oleh kader diperoleh dengan

membandingkan hasil pengukuran yang dilakukan supervisor dengan menggunakan

timbangan dacin yang sama. Variabel kerja sama saat penimbangan tidak diteliti

karena responden yang dipilih adalah ibu dengan balita dalam kondisi yang

memungkinkan untuk ditimbang, telah bersedia dan mau bekerjasama saat penelitian

dilakukan.

Page 64: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

50

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Pengukuran

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Presisi Perbandingan hasil

pengukuran pertama dan

pengukuran ulang berat

badan balita oleh kader yang

sama dengan hasil

pengukuran berat badan

yang dilakukan supervisor

terhadap 20 balita

Notulensi (mencatat

hasil wawancara ke

dalam formulir hasil

penimbangan lalu

menghitung nilai

presisi berdasarkan

WHO (1983)

Formulir pencatatan

hasil penimbangan

0. Presisi tidak

baik, jika ∑do2>

2 ∑ds2

1. Presisi baik,

jika ∑do2 ≤ 2

∑ds2

Ordinal

Akurasi

Perbandingan hasil

pengukuran berat badan

oleh kader dengan

supervisor yang dilakukan

terhadap 20 balita

Notulensi (mencatat

hasil wawancara ke

dalam formulir hasil

penimbangan lalu

menghitung nilai

akurasi berdasarkan

Formulir pencatatan

hasil penimbangan

0. Akurasi tidak

baik, jika ∑D2>

3∑ds2

1. Akurasi baik,

jika ∑D2 ≤

3∑ds2

Ordinal

Page 65: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

51

Variabel Definisi Operasional Pengukuran

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

WHO (1983)

Umur Lamanya waktu hidup

responden dihitung mulai

dari tangga lahir sampai

ulang tahun terakhir saat

penelitian dilakukan

Wawancara

Kuesioner

0. > 40 tahun

1. ≤ 40 tahun

Ordinal

Tingkat

pendidikan

Jenjang pendidikan formal

terakhir yang telah

diselesaikan kader posyandu

Wawancara

Kuesioner

0. Pendidikan

dasar: SD, SMP

1. Pendidikan

menengah:

SMA

2. Pendidikan

tinggi: Diploma,

Sarjana

Ordinal

Page 66: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

52

Variabel Definisi Operasional Pengukuran

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Lama menjadi

kader

Lamanya atau periode

waktu yang dijalani kader

posyandu dalam

menjalankan tugasnya

sampai saat ini dihitung

dalam tahun

Wawancara

Kuesioner

0. ≤ 5 tahun

1. > 5 tahun

(Razak, 2000)

Ordinal

Pelatihan Kesempatan yang diberikan

untuk meningkatkan

pengetahuan dan

keterampilan kader dalam

melaksanakan tugas

penimbangan

Wawancara

Kuesioner

0. Tidak

1. Ya

Nominal

Page 67: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

53

Variabel Definisi Operasional Pengukuran

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan Kemampuan kader

memahami tugas kader dan

proses pelaksanaan kegiatan

di posyandu mengenai

penimbangan balita

Wawancara Kuesioner 0. Kurang, jika

mendapat skor

4-7

1. Baik, jika

mendapat skor 8

(Indriaty, 2003)

Ordinal

Page 68: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

54

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross

sectional dan pendekatan kuantitatif, yaitu untuk mengetahui gambaran presisi dan

akurasi penimbangan balita oleh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2017.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017. Pemilihan lokasi

penelitian yaitu di lima posyandu dari empat kelurahan yang ada di Kecamatan

Pesanggrahan. Sebelumnya, dari 13 posyandu yang menjadi perwakilan di

Kecamatan Pesanggrahan, peneliti memusatkan di salah satu posyandu secara acak

yang ada di setiap kelurahan tempat penelitian sehingga penelitian dilakukan di lima

posyandu. Seperti pada Kelurahan Petukangan Selatan, terdapat dua sampel

posyandu, lalu peneliti mengumpulkan responden di salah satu posyandu yang

terpilih di kelurahan tersebut, begitu juga untuk kelurahan yang lain.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kader yang bertugas melakukan

penimbangan pada saat penelitian dilakukan di semua posyandu terpilih. Posyandu

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

adalah sebanyak 120 posyandu. Pemilihan sampel dapat dilihat pada bagan alur 4.1.

Pengambilan sampel dilakukan dengan proportional random sampling menurut

jumlah posyandu. Metode ini digunakan karena jumlah posyandu di setiap kelurahan

tidak sama, yaitu di Kecamatan Pesanggrahan terdapat lima kelurahan dengan jumlah

masing-masing posyandu sebanyak 25 posyandu di Kelurahan Petukangan Utara, 20

posyandu di Petukangan Selatan, 25 poyandu di Ulujami, 19 posyandu di

Page 69: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

55

Pesanggrahan, dan 31 posyandu di Bintaro. Pengambilan sampel dimulai dengan

menentukan jumlah posyandu yang diteliti yaitu 10% dari 120 posyandu, yaitu 12

dipilih secara acak dari tiap kelurahan yang ada di Kecamatan Pesanggrahan. Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan memudahkan dalam pengambilan data penelitian

karena ingin mendeskripsikan fakta yang ditemukan. Selanjutnya, agar posyandu

setiap kelurahan dapat terpilih secara proposional, maka jumlah sampel masing–

masing posyandu diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. Perhitungan

penarikan sampel posyandu dari tiap kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Jumlah sampel posyandu tiap kelurahan =

×12

Tabel 4.1 Penarikan Sampel Posyandu dari Tiap Kelurahan

Kelurahan Jumlah sampel

Petukangan Utara × 12 = 2.5 ≈ 3 posyandu

Petukangan Selatan × 12 = 2 posyandu

Ulujami × 12 = 2.5≈ 3 posyandu

Pesanggrahan × 12 = 1.9≈ 2 posyandu

Bintaro × 12 = 3.1 ≈ 3 posyandu

Terdapat 13 posyandu dengan pemilihan posyandu dari setiap kelurahan,yaitu 3

posyandu di Petukangan Utara, 2 posyandu di Petukangan Selatan, 3 posyandu di

Ulujami dan 3 posyandu di Bintaro sebagai lokasi penelitian, dilakukan secara acak

sederhana. Namun, dari lima kelurahan yang menjadi sampel penelitian, peneliti tidak

mengambil dari Kelurahan Pesanggrahan karena peneliti lama mendapatkan

konfirmasi kesediaan dari kader sehingga sulit menentukan jadwal yang sesuai dan

perlu menjadwal ulang antara pihak supervisor dengan kader lainnya. Supervisor

yang membantu dalam penelitian ini berjumlah dua orang, satu petugas gizi

Page 70: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

56

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan sebagai supervisor di Kelurahan Petukangan

Utara, Petukangan Selatan dan Ulujami, dan petugas gizi Puskesmas Petukangan

Utara sebagai supervisor di Bintaro dan Pesanggrahan. Berdasarkan informasi dari

petugas gizi di Puskesmas Pesanggrahan, sebagian besar kader di Bintaro dan

Pesanggrahan memiliki tingkat pendidikan menengah atau SMA. Oleh karena itu,

untuk mengganti sampel sebanyak dua posyandu dari Kelurahan Pesanggrahan,

peneliti mengambil dari kelurahan yang sama yaitu Bintaro I dan Bintaro II.

Persentase gizi kurang pada balita 0-59

bulan sudah mendekati cut-off sebesar

9.1% pada tahun 2015

Persentase gizi kurang paling sedikit

yaitu sebesar 0.11% pada tahun 2015.

Proportional random sampling

Peneliti memusatkan di salah satu

posyandu dari 13 posyandu di lima

kelurahan secara acak

Total sebanyak 2-3 kader yang biasa

menimbang dari 13 posyandu dipilih

Bagan 4.1 Alur pemilihan sampel

Dari masing-masing posyandu diwakili oleh dua sampai tiga kader yang biasa

bertugas melakukan penimbangan. Hal ini karena kader jarang bergiliran dalam

melaksanakan tugas posyandu dan jumlah kader yang biasa menimbang tidak

diketahui. Oleh karena itu, sebanyak 27 kader posyandu menjadi sampel penelitian.

Adapun jumlah kader posyandu di Petukangan Utara dan Ulujami, masing-masing

ada enam kader yang mewakili, di Petukangan Selatan ada lima kader, di Bintaro I

dan Bintaro II masing-masing ada lima kader.

Kota Jakarta Selatan

Kecamatan Pesanggrahan

13 Posyandu

5 posyandu

27 kader posyandu

Page 71: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

57

4.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil

penimbangan oleh kader, variabel umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatihan

dan pengetahuan kader posyandu. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

primer tentang faktor kader yang meliputi umur, pendidikan, lama menjadi kader,

pelatihan dan pengetahuan kader posyandu dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner. Sedangkan, data mengenai presisi dan akurasi dalam

penelitian ini dikumpulkan dengan mencatatat hasil timbangan dari kader dan

supervisor ke dalam formulir hasil penimbangan balita.

Sebelum dicatat, data presisi dan akurasi diperoleh dengan penimbangan yang

dilakukan oleh kader posyandu dan supervisor, yaitu petugas gizi puskesmas yang

sebelumnya telah mendapatkan pengarahan dari pihak Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Selatan. Petugas puskesmas ini diharapkan dapat menjadi gold standard untuk

pembanding hasil presisi akurasi penimbangan dari kader saat penelitian dilakukan,

sehingga total supervisor dalam penelitian berjumlah dua orang, satu dari petugas gizi

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dan satu lagi dari petugas gizi Puskesmas

Kelurahan Petukangan Utara.

Penimbangan dilakukan kepada 20 balita di lima kelurahan terpilih sehingga

total balita dalam penelitian ini adalah 100 balita. Alur pengumpulan data penelitian

ini adalah sebagai berikut.

a. Tahap pertama adalah peneliti membuat jadwal penimbangan di luar hari buka

posyandu lalu menyesuaikannya dengan jadwal petugas gizi puskesmas dan

kader. Lalu peneliti mengumpulkan 20 ibu dan balitanya dengan bantuan kader

setempat yang telah dipilih menjadi sampel setelah menentukan posyandu di

setiap kelurahan untuk datang pada saat penimbangan dilakukan.

b. Tahap kedua adalah peneliti menyiapkan satu timbangan dacin yang sudah

tersedia dan telah dikalibrasi di posyandu kelurahan terpilih. Lalu peneliti

mewawancarai kader menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data

Page 72: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

58

variabel umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan

kader posyandu sebelum penimbangan dimulai.

c. Tahap ketiga adalah dari 20 balita yang bersedia ditimbang, dibagi dua sesi,

dengan 10 balita pertama diukur dua kali oleh kader dan dua kali oleh petugas

gizi puskesmas, lalu 10 balita lagi diukur setelahnya. Pengukuran I dan II

dilakukan secara berurutan oleh kader, dengan jumlah kader di setiap posyandu

5-6 orang. Kader pertama sampai kader ke enam secara berurutan dipanggil

oleh peneliti untuk menimbang balita. Setelah kader menimbang, kemudian

petugas gizi puskesmas menimbang balita. Kader yang sudah menimbang

kembali ke tempat menunggu yang sudah disediakan dan diinstruksikan untuk

tidak memberitahukan hasil penimbangannya ke kader yang lain. Setiap balita

yang ditimbang, kader mengukur lalu petugas gizi mengukur masing-masing

dua kali pengukuran terhadap balita yang sama, hingga semua balita ditimbang.

Total menimbang pada satu balita yaitu 14 kali ditimbang jika ada enam kader

dan supervisor. Jadi tiap kader dan supervisor menimbang 20 balita yang

ditimbang sebanyak dua kali dengan menggunakan dacin yang sama di

posyandu terpilih di satu kelurahan.

d. Tahap keempat adalah selama penimbangan oleh kader dan supervisor, peneliti

langsung mencatat hasil pengukuran I dan pengukuran II di formulir hasil

penimbangan.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar

pertanyaan dalam bentuk kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data

mengenai faktor kader. Adapun alat timbangan digunakan untuk memperoleh data

berat badan balita hasil pengukuran kader dan supervisor, kemudian nilai presisi dan

akurasi dihitung dengan merujuk pada rumus dari WHO dengan bantuan Ms.Excel.

Selanjutnya, hasil penimbangan dicatat di formulir yang telah disediakan lalu

dihitung nilai presisi dan akurasinya. Alat timbangan yang digunakan adalah lima

dacin yang sudah dikalibrasi dan telah tersedia di posyandu tempat penelitian. Cara

Page 73: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

59

mengkalibrasi dacin yang sudah dibebani kain karung atau sarung timbang, dilakukan

dengan menambah beban pada ujung tangkai dacin, yaitu memasukkan beras ke

dalam kantong plastik, lalu dilihat keseimbangan dacin, bandul geser berada pada

posisi skala 0.0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Dacin yang

digunakan pada penelitian ini terbuat dari kuningan dengan berat ± 5 kg, panjang 90

cm dan dilengkapi dengan kain sarung. Dacin yang digunakan dapat mengukur berat

badan maksimal 25 kg dengan kepekaan 0.1 kg. Hampir semua dacin yang digunakan

saat penelitian sudah lebih dari satu tahun pemakaian untuk kegiatan posyandu.

4.5 Pengolahan Data

Semua data yang telah dikumpulkan, akan diolah melalui beberapa tahap atau

rangkaian pengolahan data sebagai berikut.

1. Pemberian kode (Coding)

Data yang terkumpul diberi kode angka atau huruf, untuk mempermudah

memasukkan data. Data pada masing-masing variabel dilakukan

pengelompokkan. Pada variabel identitas responden diberi kode A1-A2. Umur,

diberi kode A3, pendidikan diberi kode A4, lama menjadi kader dan pelatihan

masing-masing diberi kode A5, A6-A8. Variabel pengetahuan kader diberi

kode B1.

Berikut adalah penjelasan mengenai variabel, skoring, dan hasil ukur

pada penelitian ini

a. Presisi dan akurasi penimbangan balita oleh kader posyandu

Pada variabel ini, data dari formulir pencatatan hasil penimbangan

dimasukkan ke dalam tabel perhitungan uji presisi dan akurasi

menggunakan Microsoft Excel kemudian dihitung nilai presisi dan

akurasinya, lalu dikelompokkan menjadi (0) presisi tidak baik dan (1)

presisi baik; (0) akurasi tidak baik dan (1) akurasi baik lalu dilihat

distribusi frekuensi responden berdasarkan presisi dan akurasi

Page 74: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

60

penimbangan balita. Contoh entry data untuk pengolahan hasil

penimbangan oleh kader dan supervisor dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Contoh entry data pada microsoft excel hasil pengukuran I dan II berat badan balita oleh supervisor dan kader di Petukangan Selatan

Gambar 4.2 Contoh perhitungan tes standarisasi pengukuran berat badan balita oleh salah satu kader posyandu di Petukangan Selatan

Pada gambar 4.2 dapat dilhat nilai ∑d2 adalah 0.09 dan nilai 2∑ds2

supervisor adalah 0.16. Maka, nilai ∑d2kader<2∑ds2 (0.09<0.16), berarti

presisi pengukuran kader sudah baik dan diberi kode 1. Begitu juga untuk

kader lain di Petukangan Selatan, jika nilai ∑d2 kader<0.16, berarti

Page 75: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

61

pengukuran kader sudah presisi. Apabila nilai ∑d2 kader>0.16, berarti

presisi pengukuran kader di Petukangan Selatan tidak baik dan diberi kode

0. Berikut nilai 2∑ds2 supervisor pada setiap kelurahan:

1) Petukangan Selatan = 0.16

2) Petukangan Utara = 0.28

3) Ulujami = 0.16

4) Bintaro I = 0.14

5) Bintaro II = 0.12

Penilaian akurasi dapat dilihat dari nilai ∑D2 ≤ 3∑ds2. Pada gambar 4.2

diketahui bahwa nilai ∑D2 adalah 0.35 dan nilai 3∑ds2 adalah 0.24. Maka,

nilai ∑D2>3∑ds2 (0.35>0.24), berarti akurasi pengukuran kader di

Petukangan Selatan tidak baik dan diberi kode 0, sedangkan jika ∑D2<

3∑ds2 berarti pengukuran kader sudah akurat atau akurasinya sudah baik

dan diberi kode 1. Untuk melihat nilai akurasi, nilai ∑D2 dibandingkan

dengan nilai 3∑ds2. Berikut nilai 3∑ds2 pada setiap kelurahan:

1) Petukangan Selatan = 0.24

2) Petukangan Utara = 0.42

3) Ulujami = 0.24

4) Bintaro I = 0.21

5) Bintaro II = 0.18

b. Umur

Pada variabel ini, hasil ukurnya yaitu (0) > 40 tahun dan (1) ≤ 40 tahun.

c. Pendidikan

Pada variabel ini, hasil ukurnya yaitu (0) pendidikan dasar: SD, SMP (1)

pendidikan menengah: SMA, (2) pendidikan tinggi: diploma, sarjana

d. Lama menjadi kader

Pada variabel ini, hasil ukurnya yaitu (0) ≤ 5 tahun dan (1) > 5 tahun.

Page 76: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

62

e. Pelatihan

Pada variabel ini, hasil ukurnya yaitu (0) tidak dan (1) ya.

f. Pengetahuan tentang penimbangan balita

Variabel ini merupakan total skor dari variabel pengetahuan kader dalam

menjawab kondisi timbangan yang layak dipakai, cara memasang

timbangan yang benar, menentukan posisi bandul timbangan dan cara

menangani anak yang ditimbang. Masing-masing variabel memiliki skor

dari 1 sampai 2, sehingga dari ke empat variabel pertanyaan tersebut

diperoleh skor paling rendah 4 dan paling tinggi 8. Apabila kader

menjawab dan mendapat skor 4-7 diberi kode 0 dan apabila mendapat skor

8 diberi kode 1. Kode 0 adalah pengetahuan kurang, kode 1 adalah

pengetahuan baik.

2. Pemasukan data (Entry)

Pada tahap ini, data-data dimasukkan dalam program perangkat lunak

komputer, setelah semua isian kuesioner terisi dan juga sudah melewati proses

pengkodean. Data dari formulir hasil penimbangan dimasukkan dengan bantuan

Ms.Excel dan SPSS. Data dari kuesioner dimasukkan dengan bantuan software

SPSS.

3. Pengoreksian data (Cleaning)

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kembali data yang sudah

dimasukkan ke dalam software dan dilihat kelengkapan jawaban serta

kesalahan dalam pemberian kode. Tahap ini dilakukan agar selanjutnya data

siap untuk dianalisis.

Page 77: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

63

4.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat.

Data dianalisis menggunakan SPSS. Data yang telah dianalisis disajikan dalam

bentuk tabel. Analisis univariat bertujuan menggambarkan variabel yang diteliti,

berupa distribusi frekuensi pada setiap variabel yaitu, umur, tingkat pendidikan, lama

menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan serta presisi dan akurasi hasil penimbangan

balita oleh kader di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan.

Pada data hasil penimbangan oleh kader, sebelumnya diolah dengan bantuan

Ms.Excel lalu dihitung nilai presisi dan akurasi kader berdasarkan WHO (1983).

Pengukuran antropometri dikatakan

a. presisi jika ∑d2 kader < 2 ∑ds2 supervisor

b. akurat jika ∑D2< 3∑ds2 supervisor.

Keterangan:

ds2 = kuadrat dari selisih pengukuran pertama dan kedua oleh petugas gizi

terhadap anak yang sama

d2 = kuadrat dari selisih pengukuran pertama dan kedua oleh kader terhadap

anak yang sama

D2 = kuadrat selisih dari penjumlahan pengukuran pertama dan kedua oleh

kader dengan penjumlahan pengukuran pertama dan kedua oleh petugas

gizi

Page 78: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

64

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Faktor Kader dalam Menimbang Balita di Posyandu

Gambaran distribusi faktor kader meliputi umur, pendidikan, lama menjadi

kader, pelatihan dan pengetahuan kader dalam menimbang balita dapat dilihat

pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Faktor Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017

Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Umur

> 40 tahun ≤ 40 tahun

21 6

77.8 22.2

Pendidikan Dasar (SD, SMP) Menengah (SMA) Tinggi (Diploma)

8

18 1

29.6 66.7 3.7

Lama menjadi kader ≤ 5 tahun > 5 tahun

7

20

25.9 74.1

Pelatihan Tidak pernah Pernah

20 7

74.1 25.9

Pengetahuan

Kurang Baik

14 13

51.9 48.1

Page 79: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

65

Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 27 kader posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan, 21 (77.8%) kader

diantaranya berumur lebih dari 40 tahun, sebagian besar kader posyandu (77.8%)

memiliki tingkat pendidikan menengah (SMA) dan telah menjadi kader selama

lebih dari lima tahun (74.1%). Hanya 25.9% kader posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan yang pernah mendapatkan

pelatihan tentang penimbangan balita menggunakan dacin dan 14 (51.9%) kader

memiliki pengetahuan yang kurang tentang penimbangan balita menggunakan

dacin.

Bagian tahap penimbangan yang diketahui oleh kader dapat dilihat pada

tabel 5.2.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kader yang Mengetahui Tahap Penimbangan

Berdasarkan Pertanyaan tentang Pengetahuan Menimbang dengan Dacin di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

Tahun 2017

Bagian Pertanyaan Jumlah (n) Persentase (%)

Menentukan kondisi timbangan 19 70.37

Memasang timbangan 19 70.37

Mengatur posisi bandul

timbangan

21 77.77

Menangani anak yang ditimbang

dan yang perlu diperhatikan saat

menimbang anak

13 48.14

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian bear kader telah

mengetahui tahap penimbangan menggunakan dacin, namun hanya 13 (48.14%)

Page 80: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

66

kader yang mengetahui pada bagian menangani anak yang ditimbang dan yang

perlu diperhatikan saat menimbang anak.

5.2 Gambaran Presisi dan Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu

Gambaran distribusi presisi dan akurasi kader dalam menimbang balita

dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Kader Posyandu Berdasarkan Presisi dan Akurasi

Penimbangan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan Tahun 2017

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

Presisi

Baik Tidak baik

14

13

51.9

48.1

Akurasi

Baik Tidak baik

0

27

0.0 100.0

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 27 kader posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, presisi kader dalam menimbang

balita yang baik yaitu sebanyak 14 (51.9%). Jika dilihat dari akurasi kader,

diketahui bahwa tidak ada (0%) kader posyandu yang menimbang dengan baik di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.

Pada tabel 5.4 dapat dilihat gambaran presisi oleh kader dalam menimbang

balita berdasarkan kelurahan yang ada di Kecamatan Pesanggrahan.

Page 81: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

67

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Kader Posyandu Berdasarkan Presisi Penimbangan Balita

pada Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan Tahun 2017

Kelurahan

Presisi

Tidak baik Baik

n % n %

Petukangan Utara 2 33.3 4 66.7

Petukangan Selatan 0 0 5 100

Ulujami 3 50 3 50

Bintaro I 4 80 1 20

Bintaro II 4 80 1 20

Total 13 48.1 14 51.9

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa semua kader posyandu di wilayah

Kelurahan Petukangan Selatan menimbang balita dengan presisi baik.

5.3 Gambaran Presisi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu Berdasarkan

Faktor Kader

Gambaran distribusi presisi kader dalam menimbang balita berdasarkan

faktor kader yang meliputi umur, pedidikan, lama menjadi kader, pelatihan, dan

pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5.

Page 82: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

68

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Presisi Kader Posyandu dalam Menimbang Balita

Berdasarkan Faktor Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017

Variabel

Presisi Total

Tidak baik Baik

n % N % n %

Umur > 40 tahun ≤ 40 tahun

10 3

47.6 50.0

11 3

52.4 50.0

21 6

100.0

Pendidikan Dasar (SD, SMP) Menengah (SMA) Tinggi (Diploma)

4 8 1

50.0 44.4 100.0

4 10 0

50.0 55.6 0.0

8 18 1

100.0

Lama menjadi kader ≤ 5 tahun > 5 tahun

3 10

42.9 50.0

4 10

57.1 50.0

7 20

100.0

Pelatihan Tidak pernah Pernah

10 3

50.0 42.9

10 4

50.0 57.1

20 7

100.0

Pengetahuan Kurang Baik

7 6

50.0 46.2

7 7

50.0 53.8

14 13

100.0

Jumlah 13 48.1 14 51.9 27 100.0

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa kader yang berumur >40 tahun dan

memiliki presisi baik lebih banyak (52.4%) dibandingkan pada kader umur ≤ 40

tahun dengan presisi baik (50.0%). Kader yang memiliki presisi baik banyak

termasuk pendidikan menengah (55.6%). Kader yang telah bekerja >5 tahun

dengan presisi yang baik ada 50.0%, sedangkan kader yang baru bekerja ≤ 5 tahun

Page 83: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

69

dengan presisi baik ada 57.1%. Presisi baik lebih banyak pada kader yang pernah

mendapatkan pelatihan (57.1%) dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan

pelatihan dengan presisi baik (50.0%). Pengetahuan kader yang baik dengan

presisi baik lebih bannyak (53.8%) dibandingkan dengan pengetahuan kader yang

kurang dengan presisi baik (50.0%).

5.4 Gambaran Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu Berdasarkan Faktor Kader

Gambaran distribusi akurasi kader dalam menimbang balita berdasarkan

faktor kader yang meliputi umur, pedidikan, lama menjadi kader, pelatihan, dan

pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Akurasi Kader Posyandu dalam Menimbang

Balita Berdasarkan Faktor Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017

Variabel Akurasi tidak baik Nilai rata-rata selisih ∑d2 dengan supervisor n (%)

Umur > 40 tahun ≤ 40 tahun

21 (77.8) 6 (22.2)

4.47 2.06

Pendidikan Dasar (SD, SMP) Menengah (SMA) Tinggi (Diploma)

8 (29.6)

18 (66.7) 1 (3.7)

0.74 3.68 0.21

Lama menjadi kader ≤ 5 tahun > 5 tahun

7 (25.9)

20 (74.1)

2.09 2.99

Page 84: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

70

Variabel Akurasi tidak baik Nilai rata-rata selisih ∑d2 dengan supervisor n (%)

Pelatihan

Tidak pernah Pernah

20 (74.1) 7 (25.9)

3.01 1.51

Pengetahuan Kurang Baik

14 (51.9) 13 (48.1)

2.86 2.04

N=27

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa kader berumur >40 tahun dengan

akurasi tidak baik sebanyak 77.8%. Nilai rata-rata selisih ∑d2 kader dengan

supervisor pada kader yang berumur >40 tahun lebih besar (4.47) dibandingkan

dengan kader berumur ≤ 40 tahun (2.06). Akurasi tidak baik pada kader dengan

pendidikan dasar ada 29.6%. Nilai rata-rata selisih∑d2 kader dengan supervisor

pada kader yang termasuk pendidikan menengah paling besar (3.68)

dibandingkan dengan pendidikan dasar dan tinggi.

Kader yang baru menjadi kader ≤ 5 tahun dengan akurasi tidak baik ada

sebanyak 25.9%. Nilai rata-rata selisih ∑d2 kader dengan supervisor pada kader

yang kader yang bekerja ≤ 5 tahun (2.09) lebih kecil dibandingkan dengan kader

yang bekerja >5 tahun (2.99)

Sebanyak 74.1% kader yang tidak pernah mendapatkan pelatihan memiliki

akurasi tidak baik dengan nilai rata-rata selisih ∑d2 dengan supervisor lebih

tinggi (3.01) dibandingkan dengan yang pernah mendapatkan pelatihan (1.51).

Pengetahuan kader yang kurang dengan akurasi tidak baik sebanyak 51.9%

dengan nilai nilai rata-rata selisih ∑d2 dengan supervisor lebih tinggi (2.86)

dibandingkan dengan kader berpengetahuan baik (2.04).

Page 85: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

71

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya hanya

menggambarkan setiap variabel yang diteliti dan berfokus pada presisi dan akurasi

penimbangan balita dengan melihat faktor kader yang terdiri atas umur, tingkat

pendidikan, pelatihan dan pengetahuan. Alat timbangan dan kerjasama pada

responden tidak diteliti. Dari lima kelurahan yang menjadi sampel penelitian, peneliti

tidak mengambil salah satu kelurahan karena peneliti tidak bisa mendapatkan kader

yang bersedia dijadikan sampel, dikarenakan sulitnya menentukan jadwal yang sesuai

sehingga perlu menjadwal ulang antara pihak supervisor dengan kader lainnya. Oleh

karena itu, untuk mengganti sampel dari kelurahan tersebut, peneliti mengambil dari

kelurahan yang sama yaitu Bintaro I dan Bintaro II.

6.2 Gambaran Faktor Kader dalam Menimbang Balita

Pada penelitian ini, terdapat beberapa faktor kader yang diteliti. Menurut

Gibson (2005) presisi dan akurasi dapat dipengaruhi oleh kesalahan acak dan

kesalahan sistematis masing-masing dikontribusi salah satunya oleh orang yang

mengukur. Kapasitas teknik pengukur dapat dilihat dari pelatihan, pengalaman, dan

produktivitas (de Onis et al, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian, banyak kader yang berumur lebih dari 40 tahun

(77.8%). Hal ini juga ditemukan pada penelitian Hardiyanti, dkk (2016) yang

menunjukkan sebagian besar kader (59%) berumur ≥45 tahun. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Indriaty (2003) 44.4% kader berada pada rentang umur 31-40 tahun.

Umur kader posyandu dalam penelitian ini sebagian besar sudah termasuk dewasa

madya hingga dewasa lanjut. Menurut Hurlock (2003) masa dewasa madya dimulai

pada umur 41 tahun sampai pada umur 60 tahun, sedangkan masa dewasa lanjut (usia

Page 86: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

72

lanjut) atau usia lanjut dimulai umur 61 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Indriaty (2003) menunjukkan bahwa dari 56 kader yang berumur ≤ 40 tahun ada

sebanyak 96,4% kader yang tidak akurat hasil penimbangannya, sedangkan 16 kader

diantaranya yang berumur lebih dari 40 tahun semuanya tidak ada yang akurat dalam

melakukan penimbangan.

Jika dilihat dari pendidikan kader dalam penelitian ini, umumnya kader

termasuk tingkat pendidikan menengah yaitu 77.8% SMA dan ada yang termasuk

perguruan tinggi (diploma) yaitu 3.7%, dan sebanyak 29.6% kader termasuk

pendidikan dasar (SD dan SMP). Seperti pada penelitian lain menunjukkan bahwa

sebagian besar kader memiliki tingkat pendidikan menengah (Indriaty, 2003;

Hardiyanti, 2016). Menurut de Onis et al (2004) orang yang melakukan pengukuran

antropometri setidaknya sudah harus menempuh pendidikan sekolah menengah. Latar

belakang pendidikan penting karena akan mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas

kader di posyandu sepertipenerimaan materi yang diberikan petugas kesehatan saat

mengikuti pelatihan (Harisman dan Dina, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Fadjri (2016) diketahui bahwa pendidikan kader

berhubungan dengan kualitas hasil penimbangan berat badan balita. Sedangkan pada

penelitian Hardiyanti, dkk (2016), pendidikan tidak berhubungan dengan presisi dan

akurasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriaty (2003) yang

menyatakan bahwa pendidikan kader tidak berhubungan dengan tingkat presisi dan

akurasi hasil penimbangannya karena kader yang berpendidikan menengah juga dapat

melakukan penimbangan dengan selisih penimbangan pertama dan kedua besar yang

berarti tingkat presisi dan akurasinya rendah.

Selain pendidikan, dari hasil penelitian ini ditemukan sebagian besar telah

menjadi kader di posyandu selama lebih dari lima tahun (74.1%) dengan lama masa

kerja sebagai kader paling lama yaitu sudah 40 tahun menjadi kader posyandu,

sedangkan hanya 25.1% kader yang baru menjadi kader selama ≤ 5 tahun. Seperti

Page 87: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

73

pada penelitian Indriaty (2003) dan Hardiyanti, dkk (2016) masing-masing sebanyak

61.1% kader bekerja lebih dari lima tahun dan sebanyak 82.6% kader sudah bekerja

lebih dari tiga tahun.

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa semua kader di Kelurahan Petukangan

Selatan memiliki presisi baik dan sudah menjadi kader selama lebih dari lima tahun.

Lamanya menjadi kader dapat menggambarkan pengalaman seorang pengukur

antropometri, pengalaman yang sudah lebih banyak biasanya memiliki kapasitas

teknik pengukuran antropometri yang lebih baik (de Onis et al, 2004). Kegiatan kader

dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapat dipengaruhi oleh lamanya menjadi kader

(Sukiarko, 2007). Lama masa tugas sebagai kader dapat memberikan dampak positif

maupun negatif. Dampak positifnya adalah kader mendapatkan pengalaman yang

lebih baik, banyak dan lebih dikenal oleh pengunjung posyandu, sehingga

memudahkan komunikasi pada waktu melaksanakan kunjungan rumah dan kegiatan

posyandu berjalan baik. Sedangkan dampak negatifnya adalah dapat menimbulkan

rasa bosan atau kejenuhan pada kader dalam melakukan tugas yang monoton setiap

bulannya.

Meskipun banyak yang telah lama menjadi kader posyandu, berdasarkan hasil

penelitian ini, hanya 25.1% kader posyandu yang pernah mendapatkan pelatihan

tentang penimbangan balita menggunakan dacin. Sedangkan sebanyak 74.1% kader

belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai penimbangan balita menggunakan

dacin. Dari 25.1% kader yang pernah mendapatkan pelatihan ini, frekuensi

mendapatkan pelatihan pada setiap kader bervariasi. Ada kader yang baru

mendapatkan pelatihan sekali, ada yang empat kali, lima kali, delapan kali, dan

sampai 10 kali mengikuti pelatihan tentang penimbangan balita menggunakan dacin.

Terakhir kali mengikuti pelatihannya pun juga berbeda-beda, ada kader yang baru

mendapatkan pelatihan setahun yang lalu dihitung sejak pengambilan data penelitian

ini dilakukan, ada juga tiga tahun yang lalu, delapan tahun yang lalu sampai 17 dan

18 tahun yang lalu. Seperti pada penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa

Page 88: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

74

sebagian besar kader mendapatkan satu sampai dua kali pelatihan (Indriaty, 2003;

Hardiyanti, dkk, 2016).

Pelatihan yang tidak memadai dapat mengurangi kemampuan orang yang

melakukan pengukuran antropometri sehingga berkontribusi juga menurunkan presisi

dan akurasi yang diperoleh (Gibson, 2005). Menurut de Onis et al (2004) pelatihan

dan standarisasi dilakukan setiap dua bulan sekali untuk menilai presisi dan akurasi

atau setahun sekali dimana orang yang dilatih atau kader dibandingkan dengan

pengukur antropometri yang ahli dari tingkat yang lebih tinggi. Menurut Ulijaszek

dan Deborah (1999) pengukuran banyak yang tidak presisi dan akurat akan

meningkat jika pengukuran antropometri dilakukan oleh individu yang kurang

terlatih.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan juga bahwa 51.9% kader memiliki

pengetahuan yang kurang tentang penimbangan balita menggunakan dacin (Tabel

5.1). Hal ini seperti pada penelitian Indriaty (2003) bahwa sebagian besar kader

memiliki pengetahuan kurang namun pengetahuannya tidak berhubungan dengan

presisi dan akurasi. Sedangkan pada penelitian Fadjri (2016) menunjukkan bahwa ada

hubungan pengetahuan kader posyandu tentang penimbangan berat badan balita

dengan kualitas hasil penimbangan berat badan balita. Seperti pada penelitian

Hardiyanti, dkk (2016), diketahui bahwa 43.5% kader memiliki pengetahuan kurang

tentang penimbangan dan pengetahuan penimbangan secara signifikan berhubungan

dengan presisi dan akurasi kader.

Pelatihan yang tidak memadai membuat seorang pengukur tidak memiliki

pengetahuan yang cukup untuk melakukan pengukuran antropometri sesuai prosedur,

ini dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran antropometri yang mempengaruhi

nilai presisi dan akurasi hasil pengukuran (Gibson, 2005). Maka, seorang pengukur

yang melakukan penimbangan sesuai prosedur karena memiliki pengetahuan cukup

dapat mengurangi kesalahan pengukuran berat badan sehingga ada pengukur yang

nila presisi dan akurasinya cenderung lebih baik. Seperti pada penelitian Fadjri

Page 89: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

75

(2016) dan Hardiyanti, dkk (2016), masing-masing sebanyak 51.5% dan 67.4%

kader memiliki presisi baik, 44.1% dan 34.8% memiliki akurasi baik. Pada penelitian

Sucipto (2009) pengetahuan kader berhubungan dengan praktik penimbangan balita

di posyandu, menurutnya dengan pengetahuan yang baik akan memotivasi kader

mengubah praktik atau perilaku sehingga mereka dapat melakukan penimbangan

dengan baik. Pelatihan kader posyandu perlu diadakan guna meningkatkan kapasitas

kader posyandu (Kemenkes, 2011). Berdasarkan penelitian Lubis dan Isyatun (2015)

terdapat pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan kader dalam menilai pertumbuhan

balita begitu juga dengan hasil penelitian Fitri dan Mardiana (2011) menyatakan

bahwa ada perbedaan keterampilan kader posyandu dalam pengukuran antropometri

sebelum dan sesudah pelatihan. Penelitian Laraeni dan Afni (2014) juga menyatakan

bahwa ada pengaruh penyegaran kader terhadap tingkat pengetahuan dan

keterampilan kader Posyandu.

Pada penelitian Ekowati (2015) diketahui pemberian pelatihan dengan metode

demonstrasi dan praktik memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan

karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

pengetahuan dan keterampilan kader sebelum dan setelah pelatihan antropometri

termasuk menimbang balita dengan dacin. Maka dari itu, kader perlu meningkatkan

pengetahuannya tentang presisi dan akurasi penimbangan balita. Pihak puskesmas

sebaiknya tetap memberikan pelatihan pada kader posyandu seperti mengadakan

simulasi penimbangan balita termasuk prosedurnya serta membahas presisi akurasi.

Dengan begitu, kader dapat mengetahui penyebab kesalahan pengukuran berat badan

dan melakukan perbaikan sehingga hasil penimbangan oleh kader dapat lebih baik.

Maka, diharapkan selanjutnya semakin banyak kader yang menimbang balita dengan

presisi dan akurasi yang baik.

Walaupun pengukuran berat badan menggunakan dacin relatif mudah

digunakan, skalanya mudah dibaca dan cukup aman untuk menimbang anak balita.

Namun, penggunaan dacin kurang praktis, karena ukuran yang relatif besar dan berat

Page 90: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

76

sehingga mempunyai risiko jika terjadi kesalahan dalam pemasangan alat, sehingga

sulit melihat skala dan anak biasanya menangis dan terlalu aktif. Maka, untuk

mengatasi kesalahan pengukuran perlu dilakukan usaha seperti membuat aturan

pelaksanaan pengukuran, pelatihan petugas, peneraan alat ukur secara berkala,

pengukuran silang antarobserver dan pengawasan. Beberapa solusi tersebut

seharusnya sudah diketahui oleh semua kader yang bertugas sehingga saat hari

penimbangan dilakukan, kader sudah mempersiapkan diri untuk meminimalkan

kemungkinan kesalahan yang terjadi dan bisa segera mengetahui apabila telah terjadi

kesalahan dan segera memperbaikinya (Supariasa, dkk., 2001).

6.3 Gambaran Presisi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu

Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa 48.1% kader posyandu

menimbang balita dengan presisi yang tidak baik meskipun kader yang menimbang

secara presisi lebih banyak (51.9%). Hal ini juga ditemukan pada penelitian lain,

meskipun masih ada sebagian kader yang menimbang secara presisi tetapi lebih

banyak kader yang tidak akurat (Indriaty, 2003; Fadjri, 2016, Hardiyanti, dkk, 2016).

Pada Indriaty (2003), Fadjri (2016) dan Hardiyanti, dkk (2016) diketahui bahwa

masing-masing 59.7%, 48.5%, dan 32.6% kader menimbang tidak presisi.

Menurut Gibson (2005) presisi adalah suatu derajat yang memberikan informasi

sejauh mana pengukuran ulang dari variabel yang sama memberikan nilai yang sama.

Presisi merupakan konsistensi kedekatan antara beberapa hasil penimbangan terhadap

objek yang sama pada diri individu kader. Pengukuran dapat presisi, tapi, pada saat

yang sama, tidak akurat. Kesalahan acak dapat mempengaruhi presisi. Hal ini

dikontribusi oleh pengukur, subjek yang diukur, atau instrumen. Pengukur atau

petugas antropometris perlu mengurangi kesalahan acak yang terjadi untuk

mendapatkan nilai presisi yang baik. Presisi perlu diketahui sebagai upaya

meningkatkan kekuatan untuk mendeteksi efek. Dengan diketahuinya presisi dari

sebuah data yang dikumpulkan seperti pada penilaian status gizi saat mengukur berat

badan, ini dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi.

Page 91: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

77

Dari penelitian ini ditemukan bahwa presisi baik dalam menimbang balita

banyak dimiliki kader yang berumur >40 tahun (52.4%) dan telah bekerja menjadi

kader >5 tahun (50.0%). Jika dilihat dari pendidikan kader dalam penelitian ini,

ditemukan bahwa kader yang temasuk pendidikan menengah dengan presisi baik

lebih banyak (55.6%) dibandingkan dengan kader yang pendidikan dasar dan

memiliki presisi baik. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari 20 kader yang sudah

menjadi kader lebih dari lima tahun, sebanyak 10 (50.0%) kader yang memiliki

presisi baik, sedangkan kader yang bekerja ≤ 5 tahun dengan presisi tidak baik

sebanyak 42.9%. Lamanya menjadi kader dapat menggambarkan pengalaman

seorang pengukur antropometri, pengalaman yang sudah lebih banyak biasanya

memiliki kapasitas teknik pengukuran antropometri yang lebih baik (de Onis et al,

2004). Lama masa tugas yang lebih banyak sebagai kader dapat memberikan

pengalaman yang lebih baik dalam menjalankan tugasnya sebagai kader posyandu

(Sukiarko, 2007). Menurut de Onis et al (2004) orang yang melakukan pengukuran

antropometri setidaknya sudah harus menempuh pendidikan sekolah menengah.

Berdasarkan hasil penelitian Fadjri (2016) diketahui bahwa pendidikan kader

berhubungan dengan kualitas hasil penimbangan berat badan balita. Sedangkan pada

penelitian Hardiyanti, dkk (2016), pendidikan tidak berhubungan dengan presisi,

namun, kader yang memiliki pendidikan dasar (SD) berisiko 3.62 kali tidak presisi

dibandingkan dengan kader yang berpendidikan menengah sampai tinggi.

Berdasarkan penelitian Indriaty (2003) dan Hardiyanti, dkk (2016) diketahui bahwa

lama menjadi kader tidak berhubungan dengan presisi.

Presisi baik juga dimiliki kader yang pernah mendapatkan pelatihan.Dari tujuh

kader yang pernah mendapatkan pelatihan, sebanyak 57.1% memiliki presisi baik

dibandingkan kader yang tidak pernah mendapatkan pelatihan dengan presisi baik ada

50.0%. Pada penelitian Fadjri (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

pelatihan kader dengan kualitas hasil penimbangan berat badan balita. Berdasarkan

penelitian Indriaty (2003) dan Hardiyanti, dkk (2016) menunjukkan bahwa pelatihan

Page 92: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

78

kader tidak berhubungan dengan presisi hasil penimbangan balita. Tetapi pada

penelitian Hardiyanti, dkk (2016) diketahui bahwa kader yang tidak pernah mengikuti

pelatihan berisiko 1.43 kali tidak presisi dibandingkan dengan kader yang pernah

mengikuti pelatihan.

Selain itu, pengetahuan kader yang baik dengan presisi baik sebanyak 53.8%

dibandingkan pengetahuan kader yang kurang dan memiliki presisi baik ada 50.0%,

Berdasarkan penelitian Fadjri (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan

kader posyandu tentang penimbangan berat badan balita dengan kualitas hasil

penimbangan berat badan balita. Seperti pada penelitian Hardiyanti, dkk (2016),

diketahui bahwa pengetahuan penimbangan secara signifikan berhubungan dengan

presisi kader. Kader yang memiliki pengetahuan kurang cenderung 22.3 untuk

mendapatkan presisi tidak baik. Menurut Gibson (2005) seorang pengukur yang tidak

memiliki pengetahuan cukup untuk melakukan pengukuran antropometri sesuai

prosedur dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran antropometri. Hal ini dapat

mempengaruhi nilai presisi dan akurasi hasil pengukuran. Maka, seorang pengukur

perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat melakukan penimbangan sesuai

prosedur sehingga kesalahan pengukuran berat badan dapat diminimalkan.

Pada saat penelitian dilakukan terjadi kondisi yang tidak terduga seperti anak

yang gelisah atau rewel terutama setelah pengukuran kedua oleh banyak kader dan

supervisor juga bisa menyebabkan kesalahan pengukuran berat badan, dan anak

ditimbang lupa diingatkan oleh kader untuk tidak mengenakan pakaian tebal seperti

jaket, topi dan melepas sandal atau sepatu. Balita juga masih menggunakan pampers

saat ditimbang. Pada penelitian Indriaty (2003) menyatakan bahwa dari hasil

pengamatan banyak ditemukan bahwa posisi timbangan pada saat akan menimbang

dalam keadaan tidak seimbang, miring ke kiri. Selain itu, menurut Indriaty (2003)

dari hasil pengamatannya ternyata anak ditimbang menggunakan pakaian lengkap

bahkan ada yang memakai sepatu. Pengukuran antropometri yang tidak sesuai

Page 93: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

79

prosedur dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak presisi dan tidak akurat

(de Onis, et al., 2004).

Berdasarkan pengamatan, ada beberapa kader kesulitan membaca hasil

penimbangan. Hal ini karena tinggi badan kader tidak sejajar dengan jarum penunjuk

angka skala ukur dan beberapa kader menyatakan memiliki keluhan kondisi mata

yang tidak bisa melihat dengan jelas skala angka hasil ukurnya. Seperti pada

penelitian Hardiyanti (2016) banyak kader yang umurnya sudah tua, sehingga

kemungkinan penglihatan kader sudah menurun semakin besar, selain itu kader

jarang untuk bergantian dalam bertugas. Pada penelitian ini, kader mengaku

kelelahan karena mengukur sebanyak dua kali terhadap 20 balita. Dari penelitian ini

ditemukan bahwa lima kader dari lima kelurahan berbeda yang mendapat giliran

menimbang balita pertama kali, sebanyak 60% memiliki presisi baik dibandingkan

kader yang menimbang terakhir kali. Pada kader yang mendapatkan giliran

menimbang urutan terakhir, hanya 20% yang mempunyai presisi baik.ini dapat dilihat

pada lampiran 4.

Zerfas (1979) dalam Gibson (2005) memang menyatakan bahwa kesalahan

yang umum terjadi pada semua pengukuran antropometri terutama berat badan

diantaranya adalah anak gelisah, kesalahan saat membaca hasil pengukuran,

timbangan tidak dikalibrasi ke nol, subjek mengenakan pakaian tebal, dan subjek

yang bergerak atau cemas sebagai akibat dari insiden yang pernah dialami

sebelumnya. Supariasa, dkk (2001) juga menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan

yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalahan pengukuran,

kesalahan alat, dan kesalahan oleh tenaga yang mengukur. Kesalahan pengukuran

dapat terjadi karena petugas kurang berhati-hati dan prosedur pengukuran yang salah.

Penyebab kesalahan dalam pengukuran antara lain pada waktu penimbangan berat

badan, timbangan belum di titik nol, dacin belum dalam keadaan seimbang dan dacin

tidak berdiri tegak lurus, kesalahan pada peralatan dan kesalahan yang disebabkan

oleh tenaga pengukur. Kesalahan ini dapat terjadi karena petugas pengumpul data

kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang memadai.

Page 94: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

80

Menurut Gibson (2005) solusi yang dapat diajukan untuk mengatasi kesalahan

pengukuran antropometri sehingga menghasilkan presisi yang baik antara lain

memilih metode yang tepat terhadap sumber daya yang ada, menunda pengukuran

atau melibatkan orang tua dalam prosedur pengukuran atau menggunakan prosedur

sesuai dengan budaya setempat. Selain itu, memerhatikan kondisi anak yang akan

ditimbang dengan melepas pakaian atau menggunakan pakaian seminimal mungkin,

dan tunggu sampai subjek tenang atau menghapus penyebab kecemasan perlu

diperhatikan untuk mengurangi kesalahan yang terjadi.

6.4 Gambaran Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa 100% kader posyandu memiliki

akurasi yang tidak baik dalam melakukan penimbangan balita. Temuan ini, seperti

pada penelitian Indriaty (2003) diketahui bahwa 97.2% kader tidak akurat, penelitian

Fadjri (2016) 55.9% kader memiliki akurasi yang kurang dan penelitian Hardiyanti,

dkk (2016) akurasi yang tidak baik pada kader yaitu sebesar 65.2%.

Menurut Gibson (2005) akurasi adalah suatu derajat memberikan informasi

sejauh mana pengukuran dekat dengan nilai sebenarnya. Akurasi dapat dilihat dari

kedekatan hasil penimbangan terhadap objek yang sama antar kader dengan

supervisor. Akurasi dapat dipengaruhi oleh kesalahan sistematis dalam pengukuran.

Semakin besar kesalahan sistematis, semakin berkurang juga akurasi. Kesalahan

sistematis ini dikontribusi oleh pengukur, subjek yang diukur, atau instrumen.

Apabila nilai akurasi diabaikan akan memberikan dampak pada kualitas data yang

dihasilkan. Menurut Gibson (2005) akurasi perlu diketahui sebagai upaya

meningkatkan keandalan sistem penilaian gizi dan meningkatkan validitas

kesimpulan.

Dalam mencapai nilai akurasi yang baik, pengukur atau petugas antropometris

perlu mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi. Kesalahan pengukuran timbul

dari kesalahan pengukur yang dihasilkan dari pelatihan yang tidak memadai,

kesalahan instrumen dan kesulitan dalam membuat pengukuran. Pelaksanaan

Page 95: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

81

pelatihan dan penyegaran latihan terutama mengenai akurasi dan tindakan perbaikan

oleh penyelia atau atasan perlu dilakukan dan saat mengukur (Gibson, 2005).

Menurut de Onis, et al. (2004), tidak akurat adalah kesalahan sistematis, dan dapat

terjadi karena kesalahan instrumen atau kesalahan teknik pengukuran. Kedua faktor

ini relatif dapat memberikan kesalahan sistematis untuk semua pengukuran terhadap

peralatan yang dikalibrasi dan digunakan oleh antropometris berpengalaman. Alat

ukur juga harus dikalibrasi ulang setiap subjek telah selesai diukur.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa akurasi tidak baik banyak ditemukan pada

kader yang berumur >40 tahun (77.8%). Akurasi tidak baik pada kader dengan

pendidikan dasar ada 29.6%. Berdasarkan hasil penelitian Fadjri (2016) diketahui

bahwa pendidikan kader berhubungan dengan kualitas hasil penimbangan berat badan

balita. Sedangkan pada penelitian Hardiyanti, dkk (2016), pendidikan tidak

berhubungan dengan akurasi, namun, kader yang memiliki pendidikan dasar (SD)

berisiko 2.30 kali tidak akurat dibandingkan dengan yang berpendidikan menengah

sampai tinggi.

Dari penelitian ini ditemukan juga kader yang baru menjadi kader ≤ 5 tahun

dengan akurasi tidak baik sebanyak 25.9%, dibandingkan dengan kader yang telah

bekerja >5 tahun dengan akurasi tidak baik sebanyak 74.1%. Berdasarkan penelitian

Hardiyanti, dkk (2016) diketahui bahwa tidak ada hubungan antara lama bekerja

sebagai kader dengan akurasi hasil penimbangan. Dari segi akurasi hasil

penimbangan kader, kader yang bekerja kurang dari tiga tahun berisiko 1.75 kali

tidak akurasi dibandingkan dengan kader yang bekerja lebih dari tiga tahun.

Selain itu, sebanyak 74.1% kader yang tidak pernah mendapatkan pelatihan

memiliki akurasi tidak baik.Berdasarkan penelitian Indriaty (2003) dan Hardiyanti,

dkk (2016) menunjukkan bahwa pelatihan kader tidak berhubungan dengan akurasi

hasil penimbangan balita. Tetapi pada penelitian Hardiyanti, dkk (2016) diketahui

bahwa kader yang tidak pernah mengikuti pelatihan berisiko 2.30 kali tidak akurat

dibandingkan dengan kader yang pernah mengikuti pelatihan.

Page 96: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

82

Akurasi tidak baik juga dimiliki oleh kader dengan pengetahuan yang kurang

sebanyak 51.9%. Berdasarkan penelitian Fadjri (2016) menunjukkan bahwa ada

hubungan pengetahuan kader posyandu tentang penimbangan berat badan balita

dengan kualitas hasil penimbangan berat badan balita. Seperti pada penelitian

Hardiyanti, dkk (2016), diketahui bahwa pengetahuan penimbangan secara signifikan

berhubungan dengan akurasi kader. Kader yang memiliki pengetahuan kurang

cenderung 5.6 kali untuk mendapatkan akurasi yang tidak baik.

Berdasarkan pengamatan saat penelitian dilakukan, jika dilihat dari instrument

atau alat timbang yang digunakan, setelah pengukuran berat badan oleh kader

dilakukan berulang kali, kadang kondisi timbangan dacin yang sudah lama digunakan

ikut berubah juga menjadi kurang seimbang dan kader lupa menyeimbangkannya

kembali, ada beberapa timbangan yang baru digunakan dan kader kesulitan mengeser

bandulnya. Kader yang lupa mengkalibrasi ulang dapat menjadi penyebab kesalahan

sistematis. Pada penelitian Hardiyanti (2016) yang menyatakan bahwa dacin yang

digunakan sudah lama tidak dikalibrasi sehingga menyulitkan kader dalam menggeser

bandul. Pada penelitian Indriaty (2003) menyatakan bahwa dari hasil pengamatan

banyak ditemukan bahwa posisi timbangan pada saat akan menimbang dalam

keadaan tidak seimbang, miring ke kiri. Maka dari itu, peneliti selanjutnya sebaiknya

memerhatikan kondisi saat penimbangan dilakukan seperti menyertakan variabel

instrument yang tidak diteliti pada penelitian ini. Menurut Gibson (2005) strategi

yang dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi antara lain melakukan pengukuran

dengan mengurangi gangguan yang ada dan kalibrasi instrument. Akurasi yang baik

dapat bermanfaat untuk meningkatkan validitas kesimpulan sehingga hasil dari suatu

temuan dapat lebih dipercaya.

Kesalahan pengukuran, baik itu secara acak maupun sistematis dalam

antropometri, tidak dapat dihindari, dan harus diminimalkan dengan memperhatikan

secara dekat dengan setiap aspek dari proses pengumpulan data. Ini termasuk

memastikan bahwa ada pencahayaan yang baik saat melakukan pengukuran, rutin

Page 97: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

83

mengkalibrasi peralatan, dan pencegahan kelelahan di antara petugas pengukur untuk

mengurangi kemungkinan kesalahan (Ulijaszek dan Deborah, 1999). Menurut de

Onis, et al. (2004) pelatihan yang memadai dan standarisasi yang terus berlanjut,

kepatuhan terhadap metode dan prosedur yang ditetapkan, dan memantau kualitas

data sangat penting untuk mengurangi kesalahan pengukuran dan meminimalkan bias

dalam studi. Menurut WHO (2008) data yang akurat akan menjadi informasi, dasar

bukti dan pengetahuan untuk membentuk tindakan kesehatan. Sumber data yang

digunakan inilah yang selanjutnya akan diolah dan didiseminasikan melalui sistem

informasi kesehatan. Dengan adanya sistem informasi kesehatan yang kuat dapat

memastikan bahwa data memenuhi standar keandalan, transparansi dan kelengkapan.

Oleh karena itu, penting untuk menilai sumber data dan teknik pengolahan yang

digunakan untuk menghasilkan indikator atau kesimpulan.

Data penimbangan yang baik dapat menjadi salah satu sumber informasi

penting dalam penguatan sistem informasi kesehatan di puskesmas. Melalui data ini,

pihak puskesmas dapat mengetahui perkembangan dan pertumbuhan balita di wilayah

kerjanya karena dapat diolah menjadi informasi mengenai status gizi balita. Ini dapat

memudahkan pemegang kebijakan dalam mengambil keputusan sesuai dengan

kondisi yang ada yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Menurut

WHO (2008) serangkaian pendekatan yang dilakukan untuk penguatan sistem

informasi kesehatan ini dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas,

kualitas, dan penggunaan informasi kesehatan dalam pengambilan keputusan.

Page 98: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

84

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang presisi dan akurasi

penimbangan balita oleh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2017 didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

1. Gambaran faktor kader penimbang berdasarkan umur adalah lebih banyak

kader yang berumur lebih dari 40 tahun, hampir semua kader telah menjadi

kader posyandu selama lebih dari lima tahun. Selain itu, lebih banyak kader

posyandu yang belum pernah mengikuti pelatihan mengenai penimbangan

menggunakan dacin dan pengetahuan kader tentang penimbangan

menggunakan dacin juga masih kurang

2. Presisi kader posyandu dalam menimbang balita sebagian besar sudah baik,

tetapi akurasi semua kader tidak baik

3. Presisi baik dalam menimbang balita banyak dimiliki kader yang berumur >40

tahun, kader dengan pendidikan menengah dan telah bekerja >5 tahun. Presisi

baik juga dimiliki kader yang pernah mendapatkan pelatihan dan mempunyai

pengetahuan baik

4. Meskipun akurasi semua kader tidak baik, kader yang pernah mendapatkan

pelatihan memiliki nilai rata-rata selisih ∑d2 dengan supervisor lebih kecil

dibandingkan dengan yang tidak pernah mendapatkan pelatihan.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut.

1. Bagi Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Page 99: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

85

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan

perbaikan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan penimbangan balita

khususnya di posyandu seperti melaksanakan pelatihan ataupun

penyegaran kader secara preriodik serta melakukan uji presisi dan akurasi

secara berkala terhadap hasil penimbangan yang dilakukan kader

posyandu, dan mengevaluasi penggunaan dacin sebagai alat penimbangan

balita

b. Petugas kesehatan diharapkan lebih optimal dalam memberikan pelatihan

pada kader posyandu, baik pemberian materi dan praktik seperti

mengadakan simulasi penimbangan balita termasuk prosedurnya serta

membahas presisi akurasi kepada kader posyandu pada pertemuan khusus

ataupun saat penyelenggaraan kegiatan posyandu

2. Bagi Peneliti Lain

a. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menyertakan variabel instrument

atau alat timbangan lain sebagai pembanding dan kerja sama responden,

dan faktor lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini

b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan analisis bivariat

sehingga dapat diketahui hubungan dari setiap variabel yang diteliti.

Page 100: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

86

Daftar Pustaka

Amsyah, Zulkifli. 2007. Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Aritonang, Irianton. 2010. Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat Optimal.

Yogyakarta: Leutika Books

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka

Cipta

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Azwar, Azrul. 2007. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa

Davis, B.Gordon. 1993. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1

Pengantar. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo

de Onis, et al. 2004. Measurement and Standardization Protocols for Anthropometry

Used in the Construction of a New International Growth Reference. Food and

Nutrition Bulletin, 25(1)

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Rajawali Pers

Depkes RI. 1997. Buku Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI

Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI

Ekowati, Diah. 2015. Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader

tentang Antropometri Melalui Pelatihan Pengukuran Antropometri [Skripsi].

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Page 101: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

87

Fadjri, T.Khairul. 2016. Kualitas Hasil Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu.

Aceh Nutrition Journal 1(2)

Fitri M., Hida dan Mardiana. 2011. Pelatihan terhadap Keterampilan Kader

Posyandu. Kemas 7 (1)

Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritional Assessment Second Edition. New York:

Oxford University Press Inc

Green, Lawrence W & Marshall W. Kreuter. 2005. Health Program Planning: an

Educational and Ecological Approach 4th Edition. New York: McGraw-Hill

Hardiyanti, Rosliana. 2016. Hubungan Lama Kerja Menjadi Kader, Pengetahuan,

Pendidikan, Pelatihan dan Presisi, Akurasi Hasil Penimbangan Berat Badan

Balita oleh Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskemas Duri Kepa [Skripsi].

Jakarta: Universitas Esa Unggul

Hardiyanti, Rosliana, dkk. 2016. Knowledge on Weighing was Associated with

Cadre’s Precision and Accuracy. 7th International Symposium on Wellness,

Healthy Lifestyle and Nutrition

Harisman dan Dina, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Kader di

Desa Mulang Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun

2012. Jurnal Dunia Kesmas Vol 1 No.4

Hurlock, E.B. 2003. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Indriaty, Cahaya. 2002. Hubungan Karakteristik Kader Penimbang dengan Presisi

dan Akurasi Hasil Penimbangannya di Kabupaten Sukabumi, Bogor, Demak

dan Semarang Tahun 2002 [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia

Irawati, A., 2002. Kajian Revitalisasi Posyandu pada Masyarakat Nelayanan dan

Petani di Provinsi Jawa Barat. Center of Research and Development of

Nutrition and Food. Jakarta

Page 102: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

88

Irma, Julianti. 2013. Pengaruh Karakteristik dan Pembinaan Kader dalam

Pelaksanaan Kegiatan Posyandu terhadap Keterampilan Kader di Wilayah

Kerja Puskesmas Hamparan Perak Tahun 2013 [Tesis]. Medan: Universitas

Sumatera Utara

Jelliffe DB dan Jelliffe EFP. 1989. Communitry Nutritional Assessment. New York:

Oxford University Press

Jogiyanto. 2010. Analisis dan Desain Sistem Informasi Edisi IV. Yogyakarta: Andi

Offset

Kemenkes RI. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu: Menuju Keluarga Sadar Gizi.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: SIKDA

Generik. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RI. 2016. Buku Saku Pemantauan Status Gizi dan Indikator Kinerja Gizi

Tahun 2015. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI

Laraeni, Yuli dan Afni. 2014. Pengaruh Penyegaran Kader terhadap Pengetahuan

dan Keterampilan Kader Posyandu Menggunakan Dacin di Wilayah Kerja

Puskesmas Dasan Cermen Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Media BIna

Ilmiah, Volume 8, No. 4

Lee, Robert D. dan David C.Nielman. 2010. Nutritional Assessment Fifth Edition.

New York: McGraw Hill

Lubis, Zulhaida dan Isyatun. 2015. Pengetahuan dan Tindakan Kader Posyandu

dalam Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita. Kemas 11 (1)

Mahmudiono, T. 2007. Understanding the Increased of Child Height for Age Index

during the Decline Coverage of Posyandu Using Intrinsic, Extrinsic and

Page 103: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

89

Macro-Environmental Factors Approach. The Indonesian Journal of Public

Health 2007; 4(1)

Munfarida, S. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan dan

Keterampilan Kader Posyandu [Skripsi]. Surabaya: Universitas Airlangga

Murdick et al. 1997. Sistem Informasi Manajemen untuk Manajemen Modern.

Jakarta: Erlangga

Notoatmodjo, S. 1995. Studi Sistem Penghargaan Kader Sebagai Upaya

Melestarikan Posyandu di Jawa Barat dan Jawa Timur. Majalah Kesehatan

Masyarakat Indonesia, Tahun XXIII, Nomor 10, 647-650

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Profil Kesehatan Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Selatan Tahun 2015. Jakarta

Razak. 2000. Permintaan Pelayanan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir.

Makassar: Kalammedia Pustaka

Riskesdas. 2013. Laporan Hasil Riskesdas 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Robins, S. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo

Sucipto, E. 2009. Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kader

Posyandu dalam Menimbang Balita dan Cakupan D/S di Posyandu Wilayah

Puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan [Tesis]. Semarang: Universitas

Diponegoro

Sukiarko, Edy. 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan

Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan

Posyandu Studi di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang [Tesis].

Semarang: Universitas Diponegoro

Page 104: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

90

Suranadi, Luh. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kader

Posyandu dengan Capaian Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas

Gerung Lombok Barat. Jurnal Kesehatan Prima, 5(2)

Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Supranto, J. 2000. Statistik: Teori & Aplikasi, Edisi 6, Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Ulijaszek & Deborah. 1999. Anthropometric Measurement Error and the Assessment

of Nutritional Status. British Journal of Nutrition, 82

Wati, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Keterampilan Deteksi

Dini Pertumbuhan Anak pada Kader Posyandu di Wilayah Puskesmas Sewon II

Bantul Yogyakarta. BIMIKI Vol 1 No.2

WHO. 1983. Measuring Changes in Nutritional Status

WHO. 1993. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

WHO. 2008. HMN, Framework and Standards for Country Health Information

Systems 2nd Edition

Page 105: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

91

LAMPIRAN

Page 106: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

92

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Saya Ajeng Sakina Gandaasri mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai presisi dan akurasi penimbangan balita oleh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2017.

Peneliti menjamin penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif terhadap para ibu kader maupun lingkungannya. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi Ibu dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan dengan lengkap dan jujur.

Lembar Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Alamat :

Telp/ HP : Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Presisi dan Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2017” maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian tersebut. Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa jawaban yang saya berikan diisi secara jujur dan tanpa paksaan.

Jakarta, 2017

( )

Page 107: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

93

Lampiran 2 KUESIONER

Gambaran Presisi dan Akurasi Penimbangan Balita oleh Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Pesanggarahan Jakarta Selatan Tahun 2017

1. Identitas Responden (diisi oleh

peneliti)

1. No.responden ( ) A1

2. Nama responden ( ) A2

2. Umur ………..tahun ( ) A3

3. Pendidikan terakhir …………………… ( ) A4

4. Lama menjadi kader ………..tahun ( ) A5

5. Pelatihan

Apakah Ibu pernah mengikuti pelatihan kader tentang penimbangan balita?

(1) Ya (0) Tidak

(Lanjut ke

B)

( ) A6

Jika pernah, berapa kali Ibu mendapatkan pelatihan/penyegaran kader?

………………kali ( ) A7

Kapan terakhir kali Ibu mengikuti pelatihan kader tentang penimbangan balita?

…….bulan / tahun yang

lalu

*coret yang tidak perlu

( ) A8

Page 108: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

94

2. Pengetahuan

B1. Bila ibu hendak menimbang apa yang perlu ibu perhatikan dari:

a. Kondisi timbangan ……………………………………………………..

( )

b. Memasang timbangan ……………………………………………………..

( )

c. Posisi bandul timbangan

……………………………………………………..

( )

d. Kondisi balita yang akan ditimbang ……………………………………………………..

( )

Lampiran 3 Formulir Pencatatan Hasil Penimbangan

Kelurahan :

Posyandu :

Nama Pengukur :

Tanggal Pengukuran :

No. Nama Anak Jenis Kelamin

Tanggal Lahir

BB (kg) Pengukuran 1 Pengukuran 2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Page 109: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

95

Lampiran 4 Bintaro I

Pengukuran ∑d2 Selisih Supervisor 0.07 Kader I 0.14 0.07 Kader II 0.31 0.24 Kader III 0.15 0.08 Kader IV 0.34 0.27 Kader V 0.32 0.25 2ds2 supervisor = 0.14 3ds2 supervisor = 0.21

Bintaro II

Pengukuran ∑d2 Selisih Supervisor 0.06 Kader I 0.16 0.10 Kader II 0.18 0.12 Kader III 0.09 0.03 Kader IV 0.16 0.10 Kader V 0.16 0.10 2ds2 supervisor = 0.12 3ds2 supervisor = 0.18

Petukangan Selatan

Pengukuran ∑d2 Selisih Supervisor 0.08 Kader I 0.09 0.01 Kader II 0.10 0.02 Kader III 0.15 0.07 Kader IV 0.12 0.04 Kader V 0.16 0.08 2ds2 supervisor = 0.16 3ds2 supervisor = 0.24

Page 110: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

96

Petukangan Utara

Pengukuran ∑d2 Selisih Supervisor 0.14 Kader I 0.09 -0.05 Kader II 0.10 -0.04 Kader III 0.21 0.07 Kader IV 0.29 0.15 Kader V 0.21 0.07 Kader VI 0.33 0.19 2ds2 supervisor = 0.28 3ds2 supervisor = 0.42

Ulujami

Pengukuran ∑d2 Selisih Supervisor 0.08 Kader I 0.29 0.21 Kader II 0.10 0.02 Kader III 0.15 0.07 Kader IV 0.07 -0.01 Kader V 1.17 1.09 Kader VI 1.63 1.55

2∑d2 Supervisor = 0.16 3∑d2 Supervisor = 0.24

Kelurahan Kader urutan pertama menimbang yang berpresisi baik

Ya Tidak Bintaro I √ Bintaro II √ Peetukangan Selatan √ Petukangan Utara √ Ulujami √ Total 3 2

Page 111: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

97

Kelurahan Kader urutan terakhir menimbang yang berpresisi baik

Ya Tidak Bintaro I √ Bintaro II √ Peetukangan Selatan √ Petukangan Utara √ Ulujami √ Total 1 4

Analisis deskriptif univariat

kategorik_umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid > 40 tahun 21 77.8 77.8 77.8

<=40 tahun 6 22.2 22.2 100.0

Total 27 100.0 100.0

kategori_pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 14 51.9 51.9 51.9

Baik 13 48.1 48.1 100.0

Total 27 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dasar 8 29.6 29.6 29.6

menengah 18 66.7 66.7 96.3

Page 112: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

98

tinggi 1 3.7 3.7 100.0

Total 27 100.0 100.0

lama_kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baru (≤5thn) 7 25.9 25.9 25.9

Lama

(>5thn) 20 74.1 74.1 100.0

Total 27 100.0 100.0

pelatihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 20 74.1 74.1 74.1

ya 7 25.9 25.9 100.0

Total 27 100.0 100.0

kategori_akurasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak akurat 27 100.0 100.0 100.0

kategori_presisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak baik 13 48.1 48.1 48.1

baik 14 51.9 51.9 100.0

Page 113: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

99

kategori_presisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak baik 13 48.1 48.1 48.1

baik 14 51.9 51.9 100.0

Total 27 100.0 100.0

Analisis crosstab

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategorik_umur *

kategori_presisi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

kategorik_umur * kategori_presisi Crosstabulation

kategori_presisi

Total tidak baik baik

kategorik_umur > 40 tahun Count 10 11 21

% within kategorik_umur 47.6% 52.4% 100.0%

<=40 tahun Count 3 3 6

% within kategorik_umur 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 13 14 27

% within kategorik_umur 48.1% 51.9% 100.0%

Page 114: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

100

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan * kategori_presisi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

pendidikan * kategori_presisi Crosstabulation

kategori_presisi

Total tidak baik baik

pendidikan dasar Count 4 4 8

% within pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%

% within kategori_presisi 30.8% 28.6% 29.6%

menengah Count 8 10 18

% within pendidikan 44.4% 55.6% 100.0%

% within kategori_presisi 61.5% 71.4% 66.7%

tinggi Count 1 0 1

% within pendidikan 100.0% .0% 100.0%

% within kategori_presisi 7.7% .0% 3.7%

Total Count 13 14 27

% within pendidikan 48.1% 51.9% 100.0%

% within kategori_presisi 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama_kerja * kategori_presisi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

Page 115: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

101

lama_kerja * kategori_presisi Crosstabulation

kategori_presisi

Total tidak baik baik

lama_kerja baru(≤5

thn)

Count 3 4 7

% within lama_kerja 42.9% 57.1% 100.0%

% within kategori_presisi 23.1% 28.6% 25.9%

Lama

(>5thn)

Count 10 10 20

% within lama_kerja 50.0% 50.0% 100.0%

% within kategori_presisi 76.9% 71.4% 74.1%

Total Count 13 14 27

% within lama_kerja 48.1% 51.9% 100.0%

% within kategori_presisi 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pelatihan * kategori_presisi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

pelatihan * kategori_presisi Crosstabulation

kategori_presisi

Total tidak baik baik

pelatihan tidak Count 10 10 20

% within pelatihan 50.0% 50.0% 100.0%

% within kategori_presisi 76.9% 71.4% 74.1%

ya Count 3 4 7

% within pelatihan 42.9% 57.1% 100.0%

Page 116: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

102

% within kategori_presisi 23.1% 28.6% 25.9%

Total Count 13 14 27

% within pelatihan 48.1% 51.9% 100.0%

% within kategori_presisi 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori_pengetahuan *

kategori_presisi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

kategori_pengetahuan * kategori_presisi Crosstabulation

kategori_presisi

Total tidak baik baik

kategori_penget

ahuan

kurang Count 7 7 14

% within

kategori_pengetahuan 50.0% 50.0% 100.0%

% within kategori_presisi 53.8% 50.0% 51.9%

baik Count 6 7 13

% within

kategori_pengetahuan 46.2% 53.8% 100.0%

% within kategori_presisi 46.2% 50.0% 48.1%

Total Count 13 14 27

% within

kategori_pengetahuan 48.1% 51.9% 100.0%

% within kategori_presisi 100.0% 100.0% 100.0%

Page 117: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

103

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategorik_umur *

kategori_akurasi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

kategorik_umur * kategori_akurasi Crosstabulation

kategori_akurasi

Total tidak akurat

kategorik_umur > 40 tahun Count 21 21

% within kategorik_umur 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 77.8% 77.8%

<=40 tahun Count 6 6

% within kategorik_umur 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 22.2% 22.2%

Total Count 27 27

% within kategorik_umur 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan *

kategori_akurasi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

Page 118: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

104

pendidikan * kategori_akurasi Crosstabulation

kategori_akurasi

Total tidak akurat

pendidikan dasar Count 8 8

% within pendidikan 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 29.6% 29.6%

menengah Count 18 18

% within pendidikan 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 66.7% 66.7%

tinggi Count 1 1

% within pendidikan 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 3.7% 3.7%

Total Count 27 27

% within pendidikan 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama_kerja *

kategori_akurasi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

lama_kerja * kategori_akurasi Crosstabulation

kategori_akurasi

Total tidak akurat

lama_kerja baru Count 7 7

Page 119: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

105

% within lama_kerja 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 25.9% 25.9%

lama Count 20 20

% within lama_kerja 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 74.1% 74.1%

Total Count 27 27

% within lama_kerja 100.0% 100.0%

% within kategori_akurasi 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pelatihan * kategori_akurasi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

pelatihan * kategori_akurasi Crosstabulation

kategori_akurasi

Total tidak akurat

pelatihan tidak Count 20 20

% within kategori_akurasi 74.1% 74.1%

ya Count 7 7

% within kategori_akurasi 25.9% 25.9%

Total Count 27 27

% within kategori_akurasi 100.0% 100.0%

Page 120: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

106

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori_pengetahuan *

kategori_akurasi 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%

kategori_pengetahuan * kategori_akurasi Crosstabulation

kategori_akurasi

Total tidak akurat

kategori_pengetahuan kurang Count 14 14

% within kategori_akurasi 51.9% 51.9%

baik Count 13 13

% within kategori_akurasi 48.1% 48.1%

Total Count 27 27

% within kategori_akurasi 100.0% 100.0%

Page 121: GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36653/1/Ajeng... · dapat mencegah kesalahan interpretasi status gizi sehingga pengambilan

107

Lampiran 5