gambaran manajemen dan sistem proteksi kebakaran …

169
GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA TAHUN 2014 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : ARIF KURNIAWAN NIM : 107101001772 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI

GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

TAHUN 2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH

ARIF KURNIAWAN

NIM 107101001772

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H2014 M

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi 14 Juli 2014

Arif Kurniawan NIM 107101001772

Gambaran Manajemen dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2014

(xvi+ 129 halaman 22 tabel 3 bagan 9 gambar)

ABSTRAK Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember 2012

mencapai angka 1008 kejadian Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK) Universitas Islam Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di

dalamnya mempunyai resiko terjadinya kebakaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manejemen dan sistem

proteksi kebakaran di gedung FKIK Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu membandingkan dengan

Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar

Nasional Indonesia) serta standart international yaitu NFPA (1995) Penelitian ini

menggunakan data primer dengan instrumen observasi lapangan dan dokumentasi

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan manajemen proteksi kebakaran

yang belum semua terpenuhi adalah prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran dan sumber daya manusia Rata-rata proteksi aktif di gedung FKIK cukup

baik artinya terpasang tapi ada beberapa sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan

ada yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan (744) Dan rata-rata sarana

penyelamat jiwa di gedung FKIK adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan (7625)

Untuk itu diperlukan pengadaan dan perbaikan bagi manajemen dan sistem

proteksi kebakaran yang belum memenuhi persyaratan serta dilakukannya pemeliharaan

terhadap sistem yang telah tersedia

Kata kunci Manajemen Proteksi Kebakaran FKIK

Daftar Bacaan 32 (1987 - 2012)

iii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY

Paper 14 Juli 2014

Arif Kurniawan NIM 107101001772

Preview of Management and Fire Protection Systems at The Faculty of Medicine

and Health Sciences UIN Jakarta 2014

(xvi + 129 pages 22 tables 3 charts 9 pictures)

ABSTRACT

Fires in Jakarta from January to December 27 2012 reached 1008 occurrences

Faculty of Medicine and Health Sciences State IslamicUniversity Jakarta is an education

institute which has a risk of fire

This study aims to describe management and fire protection systems in Faculty

of Medicine and Health Sciences building The research used descriptive quantitative

method with case study design which compares with regulation of minister PU

No26PRTM2008 regulation of minister PU No10PRTM2009 and SNI

(Indonesian National Standard) and international standards NFPA (1995) This study

uses primary data with field observations and documentation instruments

The results of the study is the management of fire protection which not fulfilled

are emergency procedures fire protection organizations and human resources Active

protection in the building overall is good but there are some active protection that has

not been installed and are not in accordance with the laws and regulations (744) And

the average of life-saving tool in the building had been good but there are some life-

saving tool that has not been installed and are not in accordance with the laws and

reglations (7625)

It required the procurement and improvementof management and fire protection

system which has not fulfilled the regulations and maintain the available systems

Keyword Fire Protection Management FKIK

References 32 (1987-2012)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Arif Kurniawan

TempatTanggal Lahir Sukosari 04 Juli 1989

Jenis Kelamin Laki-laki

Agama Islam

Alamat Jl Kramat IV No24 Kwitang Jakarta Pusat

No Telepon 085664617244 081314712299

Email kurniawanarif_47yahoocom

Facebook kurniawan arif

PENDIDIKAN FORMAL

1 SDN 2 Sukosari Way Kanan Lampung Lulus Tahun 2001

2 MTs Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2004

3 MA Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2007

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014

PENDIDIKAN NON FORMAL

Madrasah Diniyah Salafiyah Darul Arsquomal Kota Metro

PENGALAMAN ORGANISASI

1 2007-2008 Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

2 2008-2009 Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

3 2008-2009 Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK

4 2009-2010 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT

5 2009-2010 Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia

6 2010-2011 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT

7 2011-2013 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional

8 2011-2013 Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU

9 2013-2015 Direktur Student Crisis Centre PP IPNU

Jakarta Juli 2014

Arif Kurniawan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan

kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu

Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya

Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan

dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini

diantaranya

1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat

Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah

diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan

demi kesuksesan penulis

2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat

viii

4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima

kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan

serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini

5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II

terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan

inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan

skripsi

6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan

meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat

menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat

berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin

8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu

Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan

dalam laporan ini

Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari

Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat

Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan

datang

Jakarta Juli 2014

Penulis

ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang hellip 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Pertanyaan Penelitian 5

14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Tujuan Umum 6

142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

15 Manfaat Penelitian 6

151 Bagi mahasiswa 6

152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

16 Ruang Lingkup 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8

211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23

232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29

235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38

32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

x

42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52

BAB V HASIL

51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53

52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59

53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62

54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung

FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70

553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74

554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76

555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80

56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87

573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92

58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94

BAB VI PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101

64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114

653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116

654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117

655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 2: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi 14 Juli 2014

Arif Kurniawan NIM 107101001772

Gambaran Manajemen dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2014

(xvi+ 129 halaman 22 tabel 3 bagan 9 gambar)

ABSTRAK Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember 2012

mencapai angka 1008 kejadian Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK) Universitas Islam Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di

dalamnya mempunyai resiko terjadinya kebakaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manejemen dan sistem

proteksi kebakaran di gedung FKIK Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu membandingkan dengan

Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar

Nasional Indonesia) serta standart international yaitu NFPA (1995) Penelitian ini

menggunakan data primer dengan instrumen observasi lapangan dan dokumentasi

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan manajemen proteksi kebakaran

yang belum semua terpenuhi adalah prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran dan sumber daya manusia Rata-rata proteksi aktif di gedung FKIK cukup

baik artinya terpasang tapi ada beberapa sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan

ada yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan (744) Dan rata-rata sarana

penyelamat jiwa di gedung FKIK adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan (7625)

Untuk itu diperlukan pengadaan dan perbaikan bagi manajemen dan sistem

proteksi kebakaran yang belum memenuhi persyaratan serta dilakukannya pemeliharaan

terhadap sistem yang telah tersedia

Kata kunci Manajemen Proteksi Kebakaran FKIK

Daftar Bacaan 32 (1987 - 2012)

iii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY

Paper 14 Juli 2014

Arif Kurniawan NIM 107101001772

Preview of Management and Fire Protection Systems at The Faculty of Medicine

and Health Sciences UIN Jakarta 2014

(xvi + 129 pages 22 tables 3 charts 9 pictures)

ABSTRACT

Fires in Jakarta from January to December 27 2012 reached 1008 occurrences

Faculty of Medicine and Health Sciences State IslamicUniversity Jakarta is an education

institute which has a risk of fire

This study aims to describe management and fire protection systems in Faculty

of Medicine and Health Sciences building The research used descriptive quantitative

method with case study design which compares with regulation of minister PU

No26PRTM2008 regulation of minister PU No10PRTM2009 and SNI

(Indonesian National Standard) and international standards NFPA (1995) This study

uses primary data with field observations and documentation instruments

The results of the study is the management of fire protection which not fulfilled

are emergency procedures fire protection organizations and human resources Active

protection in the building overall is good but there are some active protection that has

not been installed and are not in accordance with the laws and regulations (744) And

the average of life-saving tool in the building had been good but there are some life-

saving tool that has not been installed and are not in accordance with the laws and

reglations (7625)

It required the procurement and improvementof management and fire protection

system which has not fulfilled the regulations and maintain the available systems

Keyword Fire Protection Management FKIK

References 32 (1987-2012)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Arif Kurniawan

TempatTanggal Lahir Sukosari 04 Juli 1989

Jenis Kelamin Laki-laki

Agama Islam

Alamat Jl Kramat IV No24 Kwitang Jakarta Pusat

No Telepon 085664617244 081314712299

Email kurniawanarif_47yahoocom

Facebook kurniawan arif

PENDIDIKAN FORMAL

1 SDN 2 Sukosari Way Kanan Lampung Lulus Tahun 2001

2 MTs Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2004

3 MA Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2007

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014

PENDIDIKAN NON FORMAL

Madrasah Diniyah Salafiyah Darul Arsquomal Kota Metro

PENGALAMAN ORGANISASI

1 2007-2008 Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

2 2008-2009 Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

3 2008-2009 Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK

4 2009-2010 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT

5 2009-2010 Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia

6 2010-2011 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT

7 2011-2013 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional

8 2011-2013 Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU

9 2013-2015 Direktur Student Crisis Centre PP IPNU

Jakarta Juli 2014

Arif Kurniawan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan

kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu

Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya

Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan

dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini

diantaranya

1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat

Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah

diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan

demi kesuksesan penulis

2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat

viii

4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima

kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan

serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini

5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II

terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan

inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan

skripsi

6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan

meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat

menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat

berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin

8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu

Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan

dalam laporan ini

Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari

Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat

Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan

datang

Jakarta Juli 2014

Penulis

ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang hellip 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Pertanyaan Penelitian 5

14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Tujuan Umum 6

142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

15 Manfaat Penelitian 6

151 Bagi mahasiswa 6

152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

16 Ruang Lingkup 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8

211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23

232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29

235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38

32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

x

42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52

BAB V HASIL

51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53

52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59

53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62

54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung

FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70

553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74

554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76

555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80

56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87

573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92

58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94

BAB VI PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101

64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114

653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116

654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117

655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 3: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

iii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY

Paper 14 Juli 2014

Arif Kurniawan NIM 107101001772

Preview of Management and Fire Protection Systems at The Faculty of Medicine

and Health Sciences UIN Jakarta 2014

(xvi + 129 pages 22 tables 3 charts 9 pictures)

ABSTRACT

Fires in Jakarta from January to December 27 2012 reached 1008 occurrences

Faculty of Medicine and Health Sciences State IslamicUniversity Jakarta is an education

institute which has a risk of fire

This study aims to describe management and fire protection systems in Faculty

of Medicine and Health Sciences building The research used descriptive quantitative

method with case study design which compares with regulation of minister PU

No26PRTM2008 regulation of minister PU No10PRTM2009 and SNI

(Indonesian National Standard) and international standards NFPA (1995) This study

uses primary data with field observations and documentation instruments

The results of the study is the management of fire protection which not fulfilled

are emergency procedures fire protection organizations and human resources Active

protection in the building overall is good but there are some active protection that has

not been installed and are not in accordance with the laws and regulations (744) And

the average of life-saving tool in the building had been good but there are some life-

saving tool that has not been installed and are not in accordance with the laws and

reglations (7625)

It required the procurement and improvementof management and fire protection

system which has not fulfilled the regulations and maintain the available systems

Keyword Fire Protection Management FKIK

References 32 (1987-2012)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Arif Kurniawan

TempatTanggal Lahir Sukosari 04 Juli 1989

Jenis Kelamin Laki-laki

Agama Islam

Alamat Jl Kramat IV No24 Kwitang Jakarta Pusat

No Telepon 085664617244 081314712299

Email kurniawanarif_47yahoocom

Facebook kurniawan arif

PENDIDIKAN FORMAL

1 SDN 2 Sukosari Way Kanan Lampung Lulus Tahun 2001

2 MTs Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2004

3 MA Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2007

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014

PENDIDIKAN NON FORMAL

Madrasah Diniyah Salafiyah Darul Arsquomal Kota Metro

PENGALAMAN ORGANISASI

1 2007-2008 Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

2 2008-2009 Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

3 2008-2009 Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK

4 2009-2010 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT

5 2009-2010 Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia

6 2010-2011 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT

7 2011-2013 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional

8 2011-2013 Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU

9 2013-2015 Direktur Student Crisis Centre PP IPNU

Jakarta Juli 2014

Arif Kurniawan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan

kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu

Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya

Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan

dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini

diantaranya

1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat

Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah

diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan

demi kesuksesan penulis

2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat

viii

4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima

kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan

serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini

5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II

terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan

inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan

skripsi

6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan

meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat

menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat

berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin

8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu

Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan

dalam laporan ini

Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari

Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat

Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan

datang

Jakarta Juli 2014

Penulis

ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang hellip 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Pertanyaan Penelitian 5

14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Tujuan Umum 6

142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

15 Manfaat Penelitian 6

151 Bagi mahasiswa 6

152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

16 Ruang Lingkup 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8

211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23

232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29

235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38

32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

x

42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52

BAB V HASIL

51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53

52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59

53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62

54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung

FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70

553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74

554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76

555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80

56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87

573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92

58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94

BAB VI PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101

64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114

653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116

654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117

655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 4: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Arif Kurniawan

TempatTanggal Lahir Sukosari 04 Juli 1989

Jenis Kelamin Laki-laki

Agama Islam

Alamat Jl Kramat IV No24 Kwitang Jakarta Pusat

No Telepon 085664617244 081314712299

Email kurniawanarif_47yahoocom

Facebook kurniawan arif

PENDIDIKAN FORMAL

1 SDN 2 Sukosari Way Kanan Lampung Lulus Tahun 2001

2 MTs Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2004

3 MA Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2007

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014

PENDIDIKAN NON FORMAL

Madrasah Diniyah Salafiyah Darul Arsquomal Kota Metro

PENGALAMAN ORGANISASI

1 2007-2008 Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

2 2008-2009 Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

3 2008-2009 Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK

4 2009-2010 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT

5 2009-2010 Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia

6 2010-2011 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT

7 2011-2013 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional

8 2011-2013 Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU

9 2013-2015 Direktur Student Crisis Centre PP IPNU

Jakarta Juli 2014

Arif Kurniawan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan

kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu

Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya

Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan

dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini

diantaranya

1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat

Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah

diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan

demi kesuksesan penulis

2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat

viii

4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima

kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan

serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini

5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II

terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan

inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan

skripsi

6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan

meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat

menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat

berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin

8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu

Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan

dalam laporan ini

Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari

Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat

Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan

datang

Jakarta Juli 2014

Penulis

ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang hellip 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Pertanyaan Penelitian 5

14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Tujuan Umum 6

142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

15 Manfaat Penelitian 6

151 Bagi mahasiswa 6

152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

16 Ruang Lingkup 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8

211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23

232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29

235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38

32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

x

42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52

BAB V HASIL

51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53

52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59

53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62

54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung

FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70

553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74

554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76

555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80

56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87

573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92

58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94

BAB VI PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101

64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114

653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116

654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117

655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 5: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan

kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu

Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya

Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan

dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini

diantaranya

1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat

Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah

diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan

demi kesuksesan penulis

2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat

viii

4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima

kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan

serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini

5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II

terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan

inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan

skripsi

6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan

meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat

menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat

berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin

8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu

Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan

dalam laporan ini

Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari

Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat

Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan

datang

Jakarta Juli 2014

Penulis

ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang hellip 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Pertanyaan Penelitian 5

14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Tujuan Umum 6

142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

15 Manfaat Penelitian 6

151 Bagi mahasiswa 6

152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

16 Ruang Lingkup 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8

211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23

232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29

235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38

32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

x

42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52

BAB V HASIL

51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53

52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59

53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62

54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung

FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70

553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74

554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76

555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80

56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87

573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92

58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94

BAB VI PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101

64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114

653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116

654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117

655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 6: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

viii

4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima

kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan

serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini

5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II

terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan

inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan

skripsi

6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan

meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat

menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat

berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin

8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu

Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan

dalam laporan ini

Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari

Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat

Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan

datang

Jakarta Juli 2014

Penulis

ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang hellip 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Pertanyaan Penelitian 5

14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Tujuan Umum 6

142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

15 Manfaat Penelitian 6

151 Bagi mahasiswa 6

152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

16 Ruang Lingkup 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8

211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23

232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29

235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38

32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

x

42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52

BAB V HASIL

51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53

52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59

53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62

54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung

FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70

553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74

554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76

555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80

56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87

573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92

58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94

BAB VI PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101

64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114

653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116

654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117

655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 7: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang hellip 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Pertanyaan Penelitian 5

14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Tujuan Umum 6

142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

15 Manfaat Penelitian 6

151 Bagi mahasiswa 6

152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

16 Ruang Lingkup 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8

211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23

232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29

235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38

32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

x

42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52

BAB V HASIL

51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53

52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59

53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62

54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung

FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70

553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74

554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76

555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80

56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87

573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92

58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94

BAB VI PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101

64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114

653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116

654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117

655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 8: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

x

42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52

BAB V HASIL

51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53

52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59

53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62

54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung

FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65

552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70

553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74

554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76

555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80

56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84

572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87

573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92

58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94

BAB VI PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101

64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113

652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114

653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116

654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117

655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121

662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 9: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

xi

664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128

72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 10: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan

27

23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip

28

24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30

25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

31

26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

33

41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

50

51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip

54

52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

59

xiii

53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No20PRTM2009

63

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip

64

55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No

26PRTM2009

66

56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000helliphelliphelliphelliphellip

72

57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

75

58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000

77

59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000

81

510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK

83

511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008

85

xiv

512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

No26PRTM2008helliphelliphelliphellip

88

513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No26PRTM2008

91

514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101

93

515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK

94

xv

DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

31 Bagan Kerangka Konsep 40

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66

52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71

53 Hidran Halaman 72

54 Sprinkler Otomatis 77

55 Detektor Asap 81

56 Pintu Darurat 84

57 Tangga Darurat 87

58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90

59 Tempat Berhimpun 93

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey

1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman

maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)

Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2

juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

2

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for

communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New

Zealand Fire Service 2010)

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya

prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho2010)

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa

kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial

(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu

Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi

penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

3

sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main

petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa

atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran

dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain

kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)

4

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-

buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium

instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo

12 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

5

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013

beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem

proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta

2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR

5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan

petunjuk arah jalan keluar

6

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran

Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta

5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat

tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung

2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan

7

152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku

2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

16 Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi

proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler

APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar

pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009

dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kebakaran

211 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia

Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api

cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan

efek lainya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan

Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan

9

Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan

penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran

212 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur

1 Adanya bahan yang mudah terbakar

2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)

Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat

pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah

10

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar

dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang

menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan

gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)

Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika

a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup

b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

jumlah yang cukup

c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran

213 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah

11

1 Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air

2 Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk

bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah

bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2

3 Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

12

aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas

halon gas CO2 dry powder

4 Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium

latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose

214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut

a) Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran

b) Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)

13

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia

faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )

1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain

a Faktor pekerja

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang

telah ditentukan

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

5) Adanya unsur kesengajaan

b Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

14

2 Faktor teknis

a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka

b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan

penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada

c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain

215 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta

benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada

peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling

15

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut

a) Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05

mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

bahan yang mengandung unsur karbon

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek

pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan

b) Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan

tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja

jantung

c) Nyala

Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan

16

d) Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari

pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu

tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut

216 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi

pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)

Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan

pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran

17

1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2 Pembuatan bangunan yang tahan api

3 Pengawasan yang teratur dan berkala

4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

baik agar mendapatkan hasil yang maksimal

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu

a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point dibawah 100degF (37degC)

18

b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali

c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation)

Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu

berhasil dalam prakteknya karena sulit

d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction)

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen

proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon

19

dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)

221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)

(Kementerian PU 2009)

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire

emergency plan) (Kementerian PU 2009)

222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran

20

penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan

keamanan

a Kewajiban pemilikpengguna gedung

Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20PRTM2009

21

Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber Kementerian PU 2009

b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari

1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi

a) Operator ruang monitor dan komunikasi

b) Operator lif

c) Operator listrik dan genset

d) Operator AC dan ventilasi

e) Operator pompa

3) Kepala bagian keamanan membawahi

a) Tim Pemadam Api (TPA)

b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c) Tim Pengamanan

PEMILIKPENGELOLA

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

22

223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran

meliputi

a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)

b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi

bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)

23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR

23

231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan

dioperasikan oleh satu orang

Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi

a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan

b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai

c Tabung tidak boleh berkarat

d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat

e Belum lewat masa berlakunya

f Warna tabung mudah terlihat

g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut

1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai

24

Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut

1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya

4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu

Tabel 21

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas Bahan yang terbakar APAR

A Kayu kertas teks plastic busa

Styrofoam file

Tepung kimia serba

guna air CO2

B Bahan bakar minyak oil aspal

cat alcohol elpiji

Tepung kimia biasa CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logammagnesiumtitanium

alumunium

Tepung kimia khusus

logam

Sumber Santoso2004

232 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling

25

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh

Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang

oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan

minimum 10 cm

Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu

1 Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut

2 Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu

a Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

pemakaian selama 30 menit

26

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat

3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang

harus 30 meter

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran

b Pemasangan hidran kebakaran

1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci

(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung

harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250

galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran

halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau

dan tidak terhalang oleh benda lain

27

Tabel 22

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2

B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E gt8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000

233 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu

a Titik panggil manual (manual call box)

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa

1) Titik panggil manual secara manual (full down)

2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)

28

b Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator

c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut

a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2)

b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2)

Tabel 23

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Pertokoan amp

pasar

1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

gt4

185

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit amp

perawatan

1

2-4

lab

lab

Manual

Otomatis

29

gt4 lab Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4

gt4

lab

lab

lab

Manual

Otomatis

Otomatis

B Perumahan

bertingkat

1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

gt4

id

lab

lab

Id

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

gt4

id

375

lab

id

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

gt4

id

375

lab

Id

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992

Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas

234 Sprinkler Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat

pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler

otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

30

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu

Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu

a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air

dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum

reservoir dapat dilihat pada tabel 24

Tabel 24

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber SNI 03-3989 tahun 2000

b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada

sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik pompa diesel dan pompa jockey

c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen

31

pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25

Tabel 25

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 litermenit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 litermenit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut

a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter

b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci

c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber

e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit

g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler

32

235 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari

a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan

untuk detector asap yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 meter

2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector

3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38degC

b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector

panas yaitu

1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

pada jarak kurang dari 15 m

2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector

33

3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m

Tabel 26

Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu

ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi

aula perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber SNI 03-6574 tahun 2000

24 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum 2008)

34

241 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 25 menit

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker1987)

242 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai

35

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)

Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan

bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi

36

berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk

tangga spiral

243 Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

244 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

03 m2

per orang

37

25 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 22 dibawah ini

Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-

3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1 Prosedur

tanggap darurat

2 Organisasi

proteksi

kebakaran

3 Sumber daya

manusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1 Alarm

2 Hidran

3 Detektor

4 Sprinkler

5 APAR

Sarana penyelamat

jiwa

1 Pintu darurat

2 Tangga darurat

3 Petunjuk arah

4 Tempat

berhimpun

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik

pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan

akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem

proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana

proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan

APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat

39

Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya

manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku

40

Bagan 31 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

41

32 Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan

pembentukan

tim

perencanaan

penyusunan

analisis risiko

bangunan

gedung

terhadap

bahaya

kebakaran

pembuatan dan

pelaksanaan

rencana

pengaman

keakaran (fire

safety plan)

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

42

2

Organisasi

proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

bagian-bagian

dan memeiliki

tugas

wewenang dan

tanggung

jawab yang

dibentuk dalam

upaya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

bertugas dalam

manajemen

penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

pengetahuan

pengalamanda

n keahlian

dalam bidang

proteksi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman tahun

2005

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut

diangkat dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara gt80-100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60-80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

pemadam air

bertekanan

yang dialirkan

melalui pipa-

pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang

pemukiman tahun 2005

Ordinal

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

untuk memberi

peringatan dini

kepada

penghuni

gedung atau

petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadian

kebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

berbentuk

deflector pada

ujung mulut

pancarnya

sehingga air

dapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

berfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

penyelamatan

bila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

46

10 Tempat

berhimpun

Daerah pada

bangunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankan

dijaga untuk

jangka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

untuk dihuni

pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1) Baik apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara gt80-

100

2) Cukup apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60-

80

3) Kurang apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian lt60

Sumber puslitbang pemukiman

tahun 2005

Ordinal

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

41 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri

49

Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

42 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta

43 Pengumpulan Data

431 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam

penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat

sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

432 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan

pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan

lembar checklist

50

44 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan

1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut

a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41

Tabel 41

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

51

45 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito

1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen

PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai

berikut

Nilai Kesesuaian Keandalan

gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005

52

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

peraturan pembanding

46 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi

kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran

prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009

54

Tabel 51

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

55

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

7 Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai

56

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

57

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

58

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan

59

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang

pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan

Tabel 52

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai

60

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

61

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

62

53 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009

63

Tabel 53

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

No20PRTM2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

64

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 54

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring

1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0

3 Sumber Daya Manusia 0

Rata-rata 0

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan

65

55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran

551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah

disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat

pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1 Jenis APAR Dry chemical

2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya

3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4 Jarak antar APAR 15 m

5 Jarak dengan lantai 12 m

6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014

66

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009

Tabel 55

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

67

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau

manufaktur atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ge 10 cm

Sesuai

7 Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

68

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

bahan berbahaya label

pemeliharaan enam tahun

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

69

No Kondisi Aktual Permen PU

No26PRTM2009

Sesuai

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan

Sesuai

13 Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

70

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No

26PRTM2009

552 Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

71

Gambar 52 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para

pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar

gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK

72

Gambar 53 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000

Tabel 56

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Lemari hidran

berisi slang

kebakaran nozel

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

73

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

74

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

pemadam

kebakaran le 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

bertekanan 379

bar

Hidran halaman bertekanan

35 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

553 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya

75

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK

menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 57

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

76

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia

554 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor

Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya

penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

77

pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran

sprinkler ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 54 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 58

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

78

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament

cat atau diberi

pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau diberi

pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis bertekanan dan

berkapasitas cukup serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

79

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

6 Sistem

penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai

80

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia

555 Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang

81

lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai

penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 55 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

82

Tabel 59

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

83

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia

56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 510

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93

2 Hidran 100

3 Alarm kebakaran 50

4 Sprinkler 69

5 Detektor kebakaran 60

Rata-rata 744

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

84

57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat

tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK

85

Gambar 56 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No26PRTM2008

Tabel 511

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai

86

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai

87

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

No26PRTM2008

572 Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan

apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam

88

Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK

Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen

PU No26PRTM2008

Tabel 512

Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tanda

arah evakuasi

menuju tangga

darurat

Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai

2 Tidak terdapat

penanda tingkat

lantai

Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai

89

No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

90

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK

Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar

91

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK

dengan permen PU No26PRTM2008

Tabel 513

Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU

No26PRTM2008

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat

petunjuk arah

jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Sesuai

2 Warna petunjuk

jalan keluar hijau

dan merah

Warna petunjuk arah nyata dan

kontras berwarna hijau dan putih

Tidak Sesuai

3 Terdapat

indicator menuju

tangga darurat

Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai

4 Tanda arah dapat

dibaca pada

kedua mode

Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai

5 Tanda petunjuk

arah terbaca

EXIT

Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai

92

No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ge 5cm

Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5

cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai

7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada

kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut

penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU

No26PRTM2008

574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

93

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK

Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

NFPA 101 (1995)

Tabel 514

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak

sesuai

1 Terdapat tempat

berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point

Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas

Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai

94

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66

Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995)

58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 515

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71

2 Tangga Darurat 83

3 Tempat Berhimpun 66

4 Petunjuk Arah 85

Rata-rata 7625

Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan

95

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU

No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu

NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan

biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK

mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

96

dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko

bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana

pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur

tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain

a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

97

1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip

harap tim pemadam bertindak segera

4) Berikan informasi sekali lagi

5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7) Apabila api semakin besar dan tidak padam

a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi

b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK

98

b Prosedur evakuasi

1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

pemadam lapangan

3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

berikut

a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point)

b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya

c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu

pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran

1) Pompa hidran

99

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam

kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain

a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

b) Kondisi peralatan diesel harus baik

c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2) Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain

a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka

b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d) Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah

a) Segel

b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d) Cartridge

e Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari

100

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran

3) Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna

bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu

setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan

pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung

101

terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran

63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli

teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan

Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

No20PRTM2009

102

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam

menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material

social dan kehilangan jiwa

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka

penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK

1 Penanggung jawab

a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan

103

b Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2 Ketua OPK

a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

stand by di gedung FKIK

b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain

g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

104

i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

penanggulangan keadaan darurat

j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan

penyelamatan

3 Wakil

a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK

b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

berhalangan

c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat

4 Komandan Gedung

a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ

b Berkoordinasi dengan Tim OPK

105

c Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan

daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen

penting daftar barang berharga

5 Komandan Lantai

a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan

tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas

b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

j

106

6 Bantuan eksternal

a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat

bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR

PEMDA dan Dinas Kebakaran

b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7 Bantuan internal

a Tim Security

a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

pemerintah

e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

penanggulangan Keadaan Darurat

b Tim Bantuan Medis

a) Pertolongan ditempat

b) Pengangkutan korban

107

c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke

PoliklinikRumah Sakit

d) Pencatatan Identitas korban

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c Tim Bantuan Operasi Teknis

a) Penyediaan air pemadam kebakaran

b) Penyediaan Emergengy Power Supply

c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi

SIAP PAKAI

d Tim TI (Teknologi Informasi)

a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon

sound system dan lain lain )

c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e Tim Humas

108

a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai

Kejadian

Usaha penanggulangan

Pemanfaatan sumber daya

Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat

b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

pers

c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

perlu

d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f) Koordinasi dengan unsur media masa

g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f Tim Logistik

a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

penanggulangan Keadaan Darurat meliputi

b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

109

e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8 Komandan Regu Evakuasi

a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9 Anggota Regu Evakuasi

a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan

11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

110

b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan

Regu

12 Komandan Regu Penyelamat

a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran

13 Anggota Regu Penyelamat

a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen

penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

111

c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja

d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka

pingsan meninggal)

e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal

f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua

g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta

OPK

15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh

komandan Gedung

16 Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi

regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

112

64 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung

FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan

mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran

113

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No

26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam

pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso2002)

114

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No 26PRTM2009

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran

652 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh

115

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah

dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna

putih tinggi tulisan minimum 10 cm

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

pemadam kebakaran

116

653 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa

a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm)

b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama

dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli 2010)

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya

117

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia

654 Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu

a) Terpasang sprinkler otomatis

b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

118

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat

f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m

i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah

a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan

119

b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

jumlah yang banyak

c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi

d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler

655 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor

yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari

lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap

120

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

persyaratan dengan standar nasional Indonesia

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan

pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena

121

bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi

pengujian serta pemeliharaan

66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar

661 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap

pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun

pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua

pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

122

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis

pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang

berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

123

bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)

pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat

menghalangi masuknya asap

662 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai

pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat

dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8

124

Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran

tidak boleh berbentuk tangga spiral

Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil

penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya

penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

125

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran

663 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain

dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat

petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar

huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

ge 1 cm

126

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

persyaratan Permen PU No26PRTM2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta

No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih

664 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat

berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada

dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat

127

berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03

morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian

berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

persyaratan NFPA 101 (1995)

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009

3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

No20PRTM2009

4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm

kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran

a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

persyaratan

b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai

d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga

darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun

129

a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan

c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan

d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan

72 Saran

1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran

2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran

3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan

penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa

baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran

4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain

130

b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah

c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan

d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya

sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus

e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari

5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis

b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai

c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat

d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta

Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available

wwwhttpciptakaryapugoid20060119

Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari

httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed

23022013)

Department for communities and local government London 2010 Fire statistic

monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di

httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed

23022013)

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available

httpwwwjakartafirecom200483

Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

Besar Geneva International Labour

Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari

httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)

Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional

Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari

httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)

Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan

Jakarta2000

National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA

National Fire Protection Association

New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari

httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf

(accesed 02032013)

Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari

httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-

20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf

(accesed 5032013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatik Jakarta 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992

Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman

Santosa 1989

Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989

Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)

Jakarta Dian Rakyat

Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta

httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar

andijakarta

Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra

International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta

Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996

Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta

Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug

Agung Jakarta Hal 51-106

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

penanggulangan kebakaran setiap unit

bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

penanggulangan kebakaran unit

bangunan yang membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan dan kepala

bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi

8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

penyelamat kebakaran

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

perencanaan

pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

proteksi kebakaran dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dalam rencana

pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur inspeksi uji

coba dan

pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi uji coba dan

pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan

pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat

prosedur tatagraha dan

pemberian izin

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi

a) Alarm kebakaran dan titik

panggil manual

b) Jalan keluar

c) Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur pemberitahuaan peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur evakuasi penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

prosedur penghentian darurat

peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas audit awal dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operatorteknisi yang berpengalamaan

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No20PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

pentingnya proteksi

kebakaran

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009

No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

bahaya kebakaran

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

pengetahuan pengalaman dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

peningkatan kemampuan secara

berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009

No Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

beroda dipasang kokoh pada

penggantung atau manufaktur

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ge

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Sesuai Instruksi

pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

8 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya label pemeliharaan

enam tahun label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu le 1 tahun

Sesuai Dilakukan

pemeliharaan pada

jangka waktu 1 tahun

No

Permen PU

No26PRTM2009

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

petugas

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran

nozel dan kran

penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran le 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

pemadam kebakaran le

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 35

bar

Sesuai Hidran halaman

bertekanan 379 bar

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament

cat atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament cat atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

bekerja secara otomatis

bertekanan dan berkapasitas

cukup serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler le 2 m

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan le 38degC

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ge36

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi pengujian dan

pemeliharaan harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi sehingga

tidak ada rekaman

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai

posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008

No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

berbentuk spiral

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

No26PRTM2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 26M2008

Sesuaitidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat

berukuran ge 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge

5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ge 5cm

8 Spasi minimum antara huruf

pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm

Sesuai Spasi ge 1 cm

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai

minimal 03 morang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas

Page 11: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 12: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 13: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 14: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 15: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 16: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 17: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 18: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 19: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 20: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 21: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 22: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 23: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 24: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 25: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 26: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 27: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 28: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 29: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 30: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 31: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 32: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 33: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 34: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 35: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 36: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 37: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 38: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 39: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 40: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 41: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 42: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 43: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 44: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 45: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 46: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 47: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 48: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 49: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 50: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 51: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 52: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 53: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 54: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 55: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 56: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 57: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 58: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 59: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 60: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 61: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 62: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 63: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 64: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 65: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 66: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 67: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 68: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 69: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 70: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 71: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 72: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 73: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 74: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 75: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 76: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 77: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 78: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 79: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 80: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 81: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 82: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 83: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 84: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 85: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 86: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 87: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 88: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 89: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 90: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 91: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 92: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 93: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 94: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 95: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 96: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 97: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 98: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 99: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 100: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 101: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 102: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 103: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 104: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 105: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 106: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 107: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 108: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 109: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 110: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 111: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 112: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 113: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 114: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 115: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 116: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 117: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 118: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 119: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 120: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 121: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 122: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 123: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 124: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 125: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 126: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 127: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 128: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 129: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 130: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 131: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 132: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 133: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 134: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 135: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 136: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 137: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 138: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 139: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 140: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 141: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 142: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 143: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 144: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 145: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 146: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 147: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 148: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 149: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 150: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 151: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 152: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 153: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 154: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 155: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 156: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 157: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 158: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 159: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 160: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 161: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 162: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 163: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 164: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 165: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Page 166: GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …