gambaran lingkungan rumah pada pasienrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/skripsi siti fatimah.pdf ·...

129
GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU YANG RAWAT INAP DI RSUD SOEDARSO TAHUN 2017 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NPM.121510244 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Upload: ngotu

Post on 21-Aug-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIEN

TUBERKULOSIS PARU YANG RAWAT INAP

DI RSUD SOEDARSO

TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh :

SITI FATIMAH

NPM.121510244

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Page 2: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2017

GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIEN

TUBERKULOSIS PARU YANG RAWAT INAP

DI RSUD SOEDARSO

TAHUN 2017

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.)

Oleh :

SITI FATIMAH

NPM.121510244

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2018

Page 3: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan
Page 4: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan
Page 5: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan

judul“GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIEN TUBERKULOSIS

PARU YANG RAWAT INAPDI RSUD SOEDARSOTAHUN 2017”.Dibuat untuk

melengkapi sebagian persyaratan program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Ilmu Kesehatan Jenjang Pendidikan Strata 1 bukan merupakan tiruan atau duplikasi

dari Skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan

gelar kesarjanaan dilingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pontianak maupun di Perguruan Tinggi atau instansi manapun,

kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Jika dikemudian hari ditemukan kecurangan, maka saya bersedia untuk

menerima sanksi berupa pencabutan hak terhadap ijazah dan gelar yang saya

terima.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pontianak, 10 Januari 2018

Penulis

SITI FATIMAH

NPM.121510244

Page 6: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

BIODATA PENULIS

Nama : Siti Fatimah

TempatTanggalLahir : Pontianak, 14 Februari 1974

JenisKelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Orang Tua : Ayah H. Abdul Hamid Semongdan

IbuHj. SitiSa’adah

Nama Suami : H. Z.A. Marwan Fidia, SH, Msi

Alamat : Jl. Tabrani Ahmad Komp. GrahaBumiKhatulistiwa

2 No. A6

JENJANG PENDIDIKAN

1. SD : SD 6 Pontianak Tahun1981 - 1986

2. SMP : SMPN5 Pontianak Tahun1986 - 1989

3. SMA : SMF Yarsi Pontianak Tahun1989 - 1993

4. S1 : Program StudiKesehatanMasyarakatFakultasIlmuKesehatan,

PeminatanKesehatanLingkungan

Tahun 2012 – 2017

PENGALAMAN PEKERJAAN

1. PNS Tahun 1995 s.dSekarang

Page 7: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

ABSTRAK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

SKRIPSI, JANUARI 2018

SITI FATIMAH

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI RUANG

RAWAT INAP PARU RSUD SOEDARSO PONTIANAK

VI Bab + 80 Hal + 1 Gambar + 17 Tabel + 18 Lampiran

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

mycobacterium Tuberculosis (TBC), sebagian besar kuman TBC menyerang paru.

Berdasarkan data yang di peroleh dari RSUD Soedarso Pontianak prevalensi kasus

TB paru dirawat inap RSUD Soedarso pada tahun 2015 sebanyak 243 kasus

(71,89%) dengan 65 kasus TB paru meninggal (19,23%). Pada tahun 2016 sebanyak

283 kasus (73,89%) dengan 61 kasus TB paru meninggal (21,55%). Pada bulan

Januari hingga Februari tahun 2017 terdapat 60 pasien TB paru yang dirawat inap di

RSUD Soedarso.Keterangan yang diberikan oleh perawat ruang rawat inap Paru

RSUD Soedarso sebagian besar pasien rawat inap merupakan pasien ulangan dengan

komplikasi.

Tujuan penelitian Untuk mengetahui faktor lingkungan dengan kejadian TB

Paru di Ruang Rawat Inap Paru RSUD Soedarso Pontianak.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan analisa data

penelitian cross sectional dengan total sampel 42.

Hasil penelitian menunjukkan Penderita TB paru yang rawat inap di RSUD

Soedarso didominasi jenis kelamin laki-laki (80%), dengan pendidikan dan

pendapatan yang tergolong rendah rendah (54,8%; 83,3%). Dari sisi kualitas

lingkungan rumah diketahui kepadatan hunian, luas ventilasi, pencahayaan dan suhu

cenderung tidak memenuhi syarat (95,2%; 54,8%; 92,2%; 69%), sedangkan

merokok dan kelembaban udara cenderung rendah dan memenuhi syarat (31%;

59,5%)

Saran bagi Puskesmas untuk berkoordinasi dengan pemda setempat mengatur

regulasi mengenai rumah sehat dengan menciptakan inovasi perilaku dan kebiasaan

hidup sehat serta kepatuhan konsumsi obat TB paru.

Kata kunci : kebiasaan merokok, lingkungan,penderita TB paru yang

rawat inap.

Daftar Pustaka : 29 (1999-2017)

Page 8: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan
Page 9: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin, segalapujisyukurkehadirat Allah SWT yang

telahmemberikankekuatandanpetunjuksehinggaskripsidenganjudul

“GambaranLingkunganRumahPadaPasienTuberkulosisParu Yang

RawatInapDiRsudSoedarsoTahun 2017” bisaselesaidengansebagaimanamestinya.

Skripsiinitidakakanterselesaikandengan optimal

jikatidakmendapatkanbantuandanmotivasidariberbagaipihak yang

ikhlasmemberikanmasukan, kritikdan saran

gunakelancarandankemudahandalampenulisanini. Makauntukitu,

dengansegalaketulusandankeikhlasanhatipenulisucapkan rasa terimakasih yang

sedalam-dalamnyakepada :

1. BapakHelmanFachri, SE, MM selakuRektorUniversitasMuhammadiyah

Pontianak.

2. IbuDr. Linda Suwarni, SKM,

M.KesselakuDekanFakultasIlmuKesehatanUniversitasMuhammadiyah

Pontianak.

3. Bapak Ismael Saleh, SKM, M.Scselakupembimbingutama yang

penuhkesabaranhatitelahbersediameluangkanwaktudalammemberikanbimb

ingandanpengarahandalampenyusunanskripsiini.

4. BapakDediAlamsyah, SKM, M.Kes (Epid) selakupembimbingkedua yang

telahmemberikan saran-saran berkaitandenganpenyusunanskripsi.

Page 10: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

5. SeluruhstafdandosenFakultasIlmuKesehatan yang

telahmembantukelancaranpenyelesaianpendidikan di

FakultasIlmuKesehatan UMP.

6. Direktur RSUD Soedarso yang

telahbersediamemberikanijinuntukmelakukanpenelitiansertamemberikan

data-data yang berhubungandenganpenulisanskripsiini.

7. Kedua orang tuaku, suamidananak-anakku yang

dengantulusmemberikanmotivasisertado’a.

8. Rekan-rekan yang namanyatidakmungkindisebutkansatupersatudisini yang

telahbanyakmembantubaikmorilmaupun spiritual

sehinggapenyusunanskripsiinidapatdiselesaikan.

Penulisanskripsiini, penulissangatmenyadarimasihjauhdarisempurna,

karenakesempurnaanituhanyamilik Allah SWT semata,

sedangkankekurangandankesalahanitudatangnyadaripenulissendiri.

Untukitumasukan, kritikdan saran dariberbagaipihaksangatdiperlukan.

Akhir kata penulisberharapsemogaskripsiini,

dapatmemberikanmanfaatbagikitasemua, Amin.

Pontianak, Januari 2018

Peneliti

SITI FATIMAH

NPM.121510244

Page 11: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………….. iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ……………………….. iv

BIODATA ……………………………………………………………... v

KATA PENGANTAR ………………………………………………… vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LatarBelakang………………………………………… 1

I.2 RumusanMasalah ……………………………………... 7

I.3 TujuanPenelitian ………………………………………. 7

I.4 ManfaatPenelitian ……………………………………... 8

I.5 KeaslianPenelitian …………………………………….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tuberculosis (TB)…………….………………………… 13

II.2 SanitasiLingkunganRumah …………………………… 17

II.3 Faktor-Faktoryang MempengaruhiRawatInapPasien

TB Paru ………………………………………………… 21

II.4 KerangkaTeori ………………………………………… 37

Page 12: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

III.1 KerangkaKonsep ……………………………………… 38

III.2 VariabelPenelitian …………………………………….. 38

III.3 DefinisiOperasional …………………………………… 39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

IV.1 DesainPenelitian ……………………………………… 41

IV.2 WaktudanTempatPenelitian ………………………… 41

IV.3 PopulasidanSampel ………………………………….. 42

IV.4 TeknikdanInstrumenPengumpulan Data ……………. 44

IV.5 TeknikPengolahandanPenyampaian Data …………… 46

IV.6 TeknikAnalisa Data …………………………………… 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Lokasi dan Gambaran Peneliti ………………………… 49

V.2 Hasil Penelitian …………………………………………50

V.3 Pembahasan ……………………………………………. 58

V.4 Keterbatasan Peneliti …………………………………... 79

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan …………………………………………… 81

VI.2 Saran ………………………………………………… 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

DAFTAR TABEL

Halaman

I.1 KeaslianPenelitian ……………………………………………….. 10

Page 14: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

II.1 KerangkaTeori ….……………………………………………. 37

III.1 KerangkaKonsep ……………………………………………... 38

Page 15: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : PermohonanIjinPenelitian

Lampiran 2 : LembarPersetujuanResponden

Lampiran 3 : IdentitasResponden

Lampiran 4 : Output SPSS

Lampiran 5 : Master Rekap

Lampiran 6 : Dokumentasi

Lampiran 7 : JadwalKegiatanPenelitian

Page 16: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman mycobacterium Tuberculosis (TBC), sebagian besar kuman TBC

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Kemenkes,

2012). Penularan terjadi ketika pasien TB batuk atau bersin, kuman tersebar

ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Infeksi terjadi apabila

orang lain menghirup udara yang mengandung percikan dahak infeksius

tersebut (Kemenkes, 2014).

Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) masih menjadi permasalahan

kesehatan masyarakat secara global. TB paru menduduki peringkat ke 2

sebagai penyebab utama kematian akibat penyakit menular setelah Human

Immuno deficiency Virus (HIV). Pada tahun 2014 TB membunuh 1,5 juta

orang (1,1 juta HIV negatif dan sisanya HIV positif) terdiri dari laki-laki

890.000 jiwa, perempuan 480.000 jiwa dan 140.000 jiwa pada anak-anak. Di

Indonesia bertambah seperempat juta kasus baru dan sekitar 140.000

kematian terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 2013 angka insidensi TB sebesar

183 per 100.000 penduduk dengan angka kematian TB sebesar 25 per

100.000 penduduk dan pada tahun 2014 angka insidensi meningkat menjadi

399 per 100.000 penduduk dengan angka kematian yang juga meningkat

menjadi 41 per 100.000 penduduk (World Health Organization, 2014).

Page 17: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Diperkirakan bahwa sepertiga dari populasi dunia terinfeksi dengan

mycobacterium tuberculosis, bakteri udara yang menyebabkan tuberculosis.

Sementara prevalensi mycobacterium tuberculosis terendah adalah Amerika

Serikat, jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Tuberkulosis masih

menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan: pada tahun 2006,

prevalensi di AS diperkirakan 3,2 orang per 100.000 populasi. Meskipun

upaya pengobatan TB sudah dilakukan terutama pada pasien rawat jalan,

memeriksa rawat inap untuk pasien TB, namun hal ini masih menjai masalah

kesehatan public (Holmquist, dkk., 2008).

Pada pengobatan TB paru perlu diperhatikan keadaan klinisnya karena

setiap pasien TB paru memiliki keadaan klinis yang berbeda-beda. Bila

keadaan klinisnya buruk dan terdapat indikasi untuk rawat, maka pasien

tersebut harus rawat inap di rumah sakit. Pasien perlu pengobatan tambahan

atau suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau

mengatasi gejala/keluhan yang akan memperburuk keadaan klinisnya. Pada

pasien TB paru dengan keadaan klinis tertentu diharuskan untuk menjalani

rawat inap. Akan tetapi, di sisi lain rawat inap yang lama (> 7 hari) justru

akan menimbulkan masalah baru. Pada beberapa penelitian diperoleh fakta

bahwa pasien yang menjalani rawat inap yang lama meningkatkan risiko

reinfeksi TB paru oleh bakteri yang resisten atau akan menjadi TB paru yang

MDR (Multi Drug Resistance), meningkatkan resiko depresi dan kecemasan

baik pada pasien maupun orang tua pasien, serta kerugian ekonomis (Mulluzi,

A.S., 2010).

Page 18: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Menurut penelitian Nodieva A et al (2008), Rawat inap dalam jangka

panjang untuk mengobati orang dengan tuberkulosis (TB), baik TB yang

rentan terhadap obat atau yang resistan terhadap obat menempatkan mereka

lebih berisiko terhadap infeksi ulang dengan jenis TB yang resistan terhadap

berbagai jenis obat (TB-MDR) dan TB yang resistan terhadap berbagai jenis

obat secara luas (TB-XDR). Hal ini berdasarkan sebuah penelitian di Latvia

yang dipresentasikan dalam World Lung Health Conference di Paris, Prancis.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberkulosis serupa dengan

pencegahan dan pemberantasan pada penyakit menular lainnya yaitu selain

menanggulangi penderitanya juga perlu memperhatikan faktor resikonya

yaitu faktor lingkungan, karena kondisi lingkungan mempunyai peran cukup

besar dalam mempengaruhi derajat kesehatan, di samping perilaku

masyarakat itu sendiri. Upaya untuk meningkatkan kesehatan termasuk

higiene dan sanitasi sangat dipengaruhi oleh kebiasan, status gizi dan cara

hidup masyarakat. Sebagian besar penderita TB adalah golongan miskin dan

penduduk yang tinggal di pemukiman padat. Hal ini serupa dengan data WHO

yang menyatakan bahwa 95% dari angka kematian akibat TB setiap tahun

berada di Negara berkembang yang relatif miskin. 75% penderita TB adalah

mereka yang berusia produktif secara ekonomi (15-50 tahun) (Supriyo, dkk.,

2013).

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit yang komplek. Masalah

yang ditimbulkan meluas sampai aspek sosial, ekonomi dan budaya. Hingga

tahun 2010 situasi TB di Indonesia tidak mengalami perbaikan sesuai target.

Page 19: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Keadaan klinis pasien TB paru bisa bermacam-macam, jika terdapat

komplikasi maka pasien tersebut diharuskan menjalani rawat inap (Setiawan,

2010). Tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Tuberkulosis lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan,

dan hampir 85% terjadi pada usia produktif (Sitorus, 2014).

Karakteristik demografi pasien dirawat di rumah sakit terutama untuk

TB dan orang-orang dengan sekunder diagnosis bervariasi berdasarkan usia

dan jenis kelamin. Usia rata-rata pasien rawat inap terutama untuk TB adalah

47,9 tahun-lebih dari 10 tahun lebih muda dari usia rata-rata untuk rawat inap

rata-rata (58,1 tahun). Itu Rata-rata usia pasien dengan diagnosis sekunder,

bagaimanapun, adalah 62,8 tahun, atau empat tahun lebih tua dari rata-rata

rawat inap. Pria lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk dirawat di

rumah sakit dengan TB. Sebagai kepala sekolah diagnosis, 64,6 persen pasien

adalah laki-laki; sebagai diagnosis sekunder, lebih dari setengah (52,3 persen)

dari pasien dengan TB adalah laki-laki. Sebaliknya, laki-laki terdiri 46,4

persen tetap untuk rawat inap untuk semua kondisi (Holmquist, dkk., 2008).

Menurut penelitian Setiawan (2010), distribusi determinan internal

pasien rawat inap di RS paru Jember adalah usia >44 tahun, pendidikan

rendah, jenis kelamin pria, pekerjaan petani/ buruh, penghasilan rendah,

seorang perokok, status gizi underweight, status bakteriologis BTA (-),

riwayat terimunisasi BCG. Sedangkan untuk distribusi determinan eksternal

didominasi oleh kondisi tempat tinggal yang buruk.

Page 20: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Pendidikan akan berpengaruh pada pengetahuan dan informasi yang

dimiliki responden. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

kemampuan penderita untuk menerima informasi tentang penyakit, terutama

TB paru. Kurangnya informasi tentang penyakit TB paru menyebabkan

kurangnya pengertian penderita terhadap penyakit dan bahayanya sehingga

menyebabkan berkurangnya kepatuhan penderita terhadap pengobatan atau

berhenti berobat bila gejala penyakit tidak dirasakan lagi (Yolanda, 2009).

Selain itu, tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

jenis pekerjaannya. Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan

keterpaparan khusus dan tingkat/derajat keterpaparan tersebut serta besarnya

risiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan kerja, dan sifat sosial-ekonomi

karyawan pada pekerjaan tertentu. Pekerjaan juga mempunyai hubungan

yang erat dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit

yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang

mempengaruhi pendapatan keluarga (Nur Nasry, 2008).

Menurut John Gordon, setiap penyakit memiliki analisis yang berbeda

berdasarkan agen, pejamu, atau lingkungannya. Agen pada penyakit TB paru

adalah kuman Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang dan

mempunyai sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Pejamu

penyakit ini adalah manusia dimana perilaku hidup seperti kebiasaan

merokok dan kepatuhan meminum obat TB, sedangkan faktor lingkungan

yang mempengaruhi antara lain kepadatan penduduk, pencahayaan dan

kelembaban (Tosepu R., 2016).

Page 21: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafri, dkk (2015)

menyebutkan bahwa rumah yang memiliki kondisi pencahayaan yang kurang

berisiko 8,125 kali lebih besar tertular TB paru dibandingkan rumah

responden yang memiliki pencahayaan yang baik . Selain itu kepadatan

penduduk, luas ventilasi, kelembapan dan suhu juga menjadi salah satu faktor

lingkungan yang mempengaruhi TB. Dimana kepandatan penduduk yang

tidak baik memiliki resiko sebesar 13,5 kali dibandingkan rumah yang

mempunyai kepadatan hunian yang baik, luas ventilasi yang kurang baik

memiliki resiko sebesar 30,5 kali dibandingkan rumah yang mempunyai luas

ventilasi yang baik, suhu ruangan yang tidak baik memiliki resiko sebesar

27,5 kali dibandingkan rumah yang mempunyai suhu ruangan yang baik dan

kelembapan yang kurang baik memiliki resiko 84,3 kali dibandingkan rumah

yang mempunyai kelembapan yang baik (Siregar dkk, 2012).

Data Riskesdas tahun 2013 diketahui prevalensi penduduk Indonesia

yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 tidak berbeda

dengan 2007, yakni berjumlah 0.4%. Prevalensi penduduk dengan gejala TB

paru batuk ≥ 2 minggu sebesar 3,9% dan batuk darah 2,8%. Berdasarkan

karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung meningkat dengan

bertambahnya umur, pada pendidikan rendah, tidak bekerja. Prevalensi TB

paru terendah pada kuintil teratas.

Berdasarkan data yang di peroleh dari RSUD Soedarso Pontianak

diketahui prevalensi kasus TB paru dirawat inap RSUD Soedarso pada tahun

2015 sebanyak 243 kasus (71,89%) dengan 65 kasus TB paru meninggal

Page 22: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

(19,23%). Sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 283 kasus (73,89%) dengan

61 kasus TB paru meninggal (21,55%). Pada bulan Januari hingga Februari

tahun 2017 terdapat 60 pasien TB paru yang dirawat inap di RSUD Soedarso.

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh perawat ruang rawat inap Paru

RSUD Soedarso mengatakan bahwa sebagian besar pasien rawat inap dengan

penyakit TB Paru merupakan pasien ulangan yang memiliki masalah

komplikasi kesehatan akibat menurunnya kemampuan kerja organ baik paru-

paru, ginjal maupun liver akibat paparan obat TB yang dikonsumsi, perilaku

lainnya yang mempengaruhi adalah kebiasaan merokok.

Berdasarkan data tersebut diketahui adanya peningkatan pasien TB

paru tahun 2016, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai

Gambaran Lingkungan rumah dengan kejadian TB paru di ruang rawat inap

paru RSUD Soedarso Pontianak.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah “Bagaimana Gambaran Lingkungan Rumah Penderita TB Paru

yang Rawat Inap di RSUD Soedarso Pontianak?”.

I.3 Tujuan Penelitian

Page 23: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor lingkungan dengan kejadian TB Paru di

Ruang Rawat Inap Paru RSUD Soedarso Pontianak.

I.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB Paru yang Rawat Inap di

RSUD Soedarso Pontianak.

b. Untuk mengetahui kebiasaan merokok pada pasien TB Paru yang

Rawat Inap di RSUD Soedarso Pontianak.

c. Untuk mengetahui kepadatan hunian pada pasien TB Paru yang Rawat

Inap di RSUD Soedarso Pontianak.

d. Untuk mengetahui luas ventilasi pada pasien TB Paru yang Rawat Inap

di RSUD Soedarso Pontianak.

e. Untuk mengetahui kondisi pencahayaan pada pasien TB Paru yang

Rawat Inap di RSUD Soedarso Pontianak.

f. Untuk mengetahui kelembaban pada pasien TB Paru yang Rawat Inap

di RSUD Soedarso Pontianak.

g. Untuk mengetahui suhu pada pasien TB Paru yang Rawat Inap di

RSUD Soedarso Pontianak.

I.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Page 24: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengaruh

lingkungan terhadap kejadian TB paru.

1.4.2 Bagi Institusi Terkait

Bermanfaat bagi RSUD dr. Soedarso Pontianak dalam

mengambil kebijakan dan strategi dalam pelaksanaan program

pencegahan TB Paru.

1.4.3 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan

Diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan bisa sebagai

data untuk peneliti selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai acuan

bagi akademik dalam menerapkan ilmu yang digunakan sesuai

dengan penerapan yang ada di lapanan selama proses belajar

mengajar.

1.4.4 Bagi Peneliti

Bermanfaat menambah pengetahuan dan kemampuan

penulis dalam penelitian ilmiah di bidang kesehatan, khususnya

mengenai kajian tentang faktor lingkungan yang mempengaruhi TB

Paru.

I.5 Keaslian Penelitian

Tabel I.I

Keaslian Penelitian

No Judul/

Nama Peneliti/

Tahun

Desain

Penelitian

Variabel yang

diteliti

Hasil

Penelitian

1 Karateristik

Penderita

Tuberkulosis Paru

Case

Control V. Independen:

Umur, jenis

kelamin,

Proporsi berdasarkan

sosiodemografi

tertinggi pada

Page 25: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

dengan Komplikasi

yang Rawat Inap Di

RSUD

Rantauprapat

Tahun 2012/ Surya

Honesty Sitorus/

2012

Pendidikan,

pekerjaan, status

perawatan,

V. Dependen:

TB Paru

kelompok umur

produktif 15-55

tahun (81,3%), Laki-

laki (90,7%), SD/

Sederajat (52,3%),

Petani (41,1%), Luar

wilayah

Rantauprapat

(52,3%), proporsi

komplikasi TB paru

terbesar Efusi pleura

(57,9%). Proporsi

berdasarkan status

rawatan tertinggi

adalah keluhan

utama batuk 40,2%,

tipe penderita

kambuh 71,0%,

kategori pengobatan

kategori 2 88,8%,

lama rawatan rata-

rata 5 hari, keadaan

sewaktu pulang

pulang berobat jalan

49,5%, sumber biaya

bukan biaya sendiri

86,0%. Tidak ada

perbedaan proporsi

yang bermakna

antara tipe penderita

berdasarkan

komplikasi, Lama

rawatan rata-rata

berdasarkan

komplikasi.

2 Determinan Lama

Pasien TB Paru

Menjalani Rawat

Inap Di Rumah

Sakit Paru Jember/

Ali Sibra Mulluzi/

2010

Cross-

Sectional V. Independen:

Jenis kelamin,

kebiasaan

merokok

V. Dependen:

Lama rawat inap

pasien TB Paru

Berdasarkan uji

statistik bivariat

didapatkan bahwa

jenis kelamin dan

kebiasaan merokok

mempengaruhi lama

rawat inap secara

signifikan (p<0,05).

Sedangkan setelah

dilakukan analisis

Page 26: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

multivariat tidak ada

variabel yang

mempengaruhi

lama rawat inap

pasien TB Paru

secara

signifikan(p>0,05)

3 Determinan

Indikasi Rawat Inap

Pada Pasien TB

Paru Di Rs Paru

Jember/ Bambang

Eko Setiawan/ 2010

Cross-

Sectional V. Independen:

determinan

internal yaitu :

usia, jenis

kelamin,

pendidikan,

pekerjaan,

penghasilan,

kebiasaan

merokok, status

gizi, status

bakteriologis,

dan riwayat

imunisasi BCG;

serta determinan

eksternal yaitu:

PMO dan

kondisi tempat

tinggal

V. Dependen:

indikasi rawat

inap pada pasien

TB paru

Berdasarkan hasil

penelitian

menggunakan

analisis bivariat,

determinan internal

yang berpotensi

berpengaruh adalah

usia, pendidikan dan

status gizi;

sedangkan

determinan eksternal

yang berpotensi

berpengaruh adalah

kondisi tempat

tinggal. Selanjutnya

dari analisis

multivariat

menggunakan

regresi Cox

didapatkan hasil

bahwa variabel yang

dominan

berpengaruh adalah

usia dan status gizi.

4 Tuberculosis Stays

in U.S. Hospitals,

2006/ Laurel

Holmquist, M.A.,

C. Allison Russo,

M.P.H., and Anne

Elixhauser, Ph.D./

2008

Kohort V. Independen:

the

characteristics

of stays

principally for

tuberculosis and

hospitalizations

with a secondary

diagnosis

V. Dependen:

Demographic

characteristics of

patients hospitalized

principally for TB

and those with a

secondary

diagnosis varied by

age and gender. The

mean age of patients

hospitalized

Page 27: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Tuberculosis

Stays in U.S.

Hospitals

principally for TB

was 47.9

years—more than 10

years younger than

the mean age for the

average

hospitalization (58.1

years). The

average age of

patients with a

secondary diagnosis,

however, was 62.8

years, or four years

older than

the average

hospitalization. Men

were more likely

than women to be

hospitalized with TB.

As a principal

diagnosis, 64.6

percent of patients

were male; as a

secondary diagnosis,

just over half (52.3

percent) of

patients with TB

were male.

Conversely, men

comprised 46.4

percent of stays for

hospitalizations for

all

conditions.

5 Faktor-Faktor

Terjadinya

Tuberkulosis/

Ardhitya Sejati Dan

Liena Sofiana/

2015

Case-

Control V. Independen:

Kepadatan

hunian rumah,

kebiasaan

merokok dan

status ekonomi

V. Dependen:

TB

Hasil menunjukkan

tidak ada hubungan

kepadatan hunian

rumah (p

value 0,422, OR

2,250), kebiasaan

merokok (p value

1,000, OR 1,000)

dan status ekonomi

(p value 1,000, OR

Page 28: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

1,123) dengan

tuberculosis

Berdasarkan orisinalitas penelitian, persamaan dan perbedaan penelitian ini

dengan penilitian terdahulu dapat dilihat dari subjek penelitian, variabel penelitian,

metodelogi penelitian, serta tempat dan waktu penelitian.

1. Variabel penelitian, memiliki persamaan yakni mengenai karakteristik pasien,

kepadatan hunian, luas ventilasi, pencahayaan, kelembaban, dan suhu.

2. Metode penelitian, memiliki perbedaan, yakni observasional deskriptif dengan

pendekan cross sectional.

3. Subjek penelitian, memiliki perbedaan karena meneliti pada pasien TB paru

yang rawat inap di RSUD Soedarso Kota Pontianak.

4. Tempat dan waktu : memiliki perbedaan karena penelitian ini dilakukan di

wilayah Kota Pontianak tahun 2017.

Page 29: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tuberculosis (TB)

II.1.1 Etiologi Tuberculosis (TB)

Tuberkulosis (TB) bukan merupakan penyakit yang baru, penyakit ini

sudah ada sejak jaman kuno, diperkirakan organisme ini ada sekitar 15.000–

20.000 tahun yang lalu. Diketahui penyebab penyakit tuberkulosis

disebabkan oleh suatu bakteri yaitu Mycobacterium tuberculosis maka dapat

diupayakan berbagai tindakan baik pencegahan maupun pengobatan yang

terkait dengan penyakit ini. Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri yang dapat

menyebar dari seseorang penderita ke orang laian melalui udara. Pada

umumnya menginfeksi paru-paru, namun dapat juga menginfeksi bagian lain

seperti otak, tulang, ginjal dan bagian tubuh lainnya. Penyakit ini dapat

diobati, namun dapat menyebabkan kematian jika tidak mendapatkan

pengobatan yang tepat (WHO, 2009).

Cara penularan penyakit ini adalah melalui sumber penularan yaitu

pasien TB BTA positif. Ditularkan melaui media udara dari percikan dahak

(droplet nuclei), dimana sekali batuk/bersih dapat menghasilkan 3000

percikan dahak, percikan ini dapat bertahan lama, namun dengan sinar

matarahari langsung kuman dapat dimatikan. Makin tinggi derajat

keposistifan dari hasil pemeriksaan dahaknya maka makin banyak pula

kuman yang dapat dikeluarkan (Depkes RI, 2006).

Page 30: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Pada tahun 1944, antibiotik pertama diberikan pada pasien TB kritis

dengan menggunakan Streptomysin, dan memberikan efek yang sangat

mengesankan dan menunjukan pemulihan yang cepat dari penderita, namun

memiliki efek samping pada pendengarannya (terdapat gangguan pada telinga

bagian dalam). Ternyata dalam perkembangannya, penggunaan satu macam

obat antibiotik memunculkan mutan resistensi obat dalam beberapa bulan.

Maka pengobatan TB pada saat ini mengunakan 2 -4 paduan regimen

antibiotik untuk menghindari timbulnya resistensi. Saat ini pengobatan TB

diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1. Tahap intensif, pasien mendapat obat setiap hari dan diawasi seara

langsung mencegah terjadinya resistensi obat, jika diberikan secara

tepat maka dalam 2 minggu pasien menjadi tidak menular. Dan

sebagian besar pasien TB BTA + menjadi BTA - (konversi) dalam

2 bulan.

2. Tahap lanjutan, pasien akan mendapatkan jenis obat lebih sedikit

namun dengan jangka waktu yang lebih lama, hal ini dilakukan

untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

kekambuhan.

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian

Tuberkulosis di indonesia menggunakan 2 kategori/kriteria ditambah dengan

paduan obat sisipan (HRZE) (Depkes RI, 2006).

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH,

rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4

Page 31: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu

(tahap lanjutan). Diberikan kepada Penderita baru TBC paru BTA positif dan

Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada Penderita kambuh,

Penderita gagal terapi atau Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum

obat.

Kategori 3: 2HRZ/4H3R3 DiberikankepadaPenderita BTA (-) dan

rontgen paru mendukung aktif. Obat yang digunakan untuk TB digolongkan

atas dua kelompok yaitu :

1. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,

Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan

toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat

disembuhkan dengan obat-obat ini.

2. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,

Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

II.1.2 Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis paru yang menyerang jaringan

paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan

dahak, tuberkulosis paru dibagi dalam:

1. Tuberkulosis paru BTA positif. Sekurang-kurangnya dua dari tiga

spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif atau satu spesimen dahak SPS

hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran

tuberkulosis paru aktif.

Page 32: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

2. Tuberkulosis patu BTA negatif. Pemeriksaan tiga spesimen dahak SPS

hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukan tuberkulosis paru

aktif. Tuberkulosis paru negatif tetapi rontgen positif dibagi berdasarkan

tingkat keparahan penyakitnya, yaitu berat atau ringan.

Tipe penderita di tentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya. Menurut Tjoktonegoro dan Utama dalam retno (2007), tipe

penderita di bagi dalam:

1. Kasus baru adalah penderita yang tidak mendapat obat anti tuberkulosis

paru (OAT) lebih dari satu bulan.

2. Kasus kambuh (relaps) adalah penderita yang pernah di nyatakan sembuh

dari tuberkulosis paru tetapi kemudian timbul lagi tuberkulosis paru

aktifnya.

3. Gagal adalah penderita BTA positif yang masih positif atau kembali

menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir

pengobatan) atau lebih. Gagal adalah penderita dengan hasil BTA negatif

rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.

4. Kasus kronik adalah penderita yang BTA-nya tetap positif setelah

mendapat pengobatan ulang lengkap yang di superfisi dengan baik.

Menurut Depkes RI (2002), tipe penderita dibagi kedalam beberapa tipe,

yaitu kasus baru, kambuh (relaps), pindahan (transfer in), setelah lalai

(drop-out), gagal dan kasus kronik.

Page 33: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

II.2 Sanitasi Lingkungan Rumah

Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah.

Lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisik serta lingkungan sosial.

Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang

menggunakannya untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut

juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang

berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik

untuk keluarga dan individu. Lingkungan rumah yang sehat dapat diartikan

sebagai lingkungan yang dapat memberikan tempat untuk berlindung atau

bernaung dan tempat untuk beristirahat serta dapat menumbuhkan kehidupan

yang sempurna baik fisik, psikologis maupun sosial. Lingkungan rumah

merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status

kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

Rumah disamping merupakan lingkungan fisik manusia sebagai tempat

tinggal, juga dapat merupakan tempat yang menyebabkan penyakit, hal ini

akan terjadi bila kriteria rumah sehat belum terpenuhi. Menurut Winslow dan

APHA, rumah yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain

(Suyono,2010):

1. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis

a. Pencahayaan yang cukup, baik cahaya alam (sinar matahari) maupun

cahaya buatan (lampu). Pencahayaan yang memenuhi syarat sebesar 60

– 120 lux. Luas jendela yang baik minimal 10 % - 20 % dari luas lantai.

Page 34: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

b. Perhawaan (ventilasi) yang cukup untuk proses pergantian udara dalam

ruangan. Kualitas udara dalam rumah yang memenuhi syarat adalah

bertemperatur ruangan sebesar 18ᵒ – 30ᵒ C dengan kelembaban udara

sebesar 40 % - 70 %. Ukuran ventilasi memenuhi syarat 10% luas

lantai.

c. Tidak terganggu oleh suara-suara yang berasal dari luar maupun dari

dalam rumah (termasuk radiasi).

d. Cukup tempat bermain bagi anak-anak dan untuk belajar.

2. Memenuhi Kebutuhan Psikologis

a. Setiap anggota keluarga terjamin ketenangannya dan kebebasannya.

b. Mempunyai ruang untuk berkumpulnya anggota keluarga.

c. Lingkungan yang sesuai, homogen, tidak telalu ada perbedaan tingkat

yang ekstrem di lingkungannya. Misalnya tingkat ekonomi.

d. Mempunyai fasilitas kamar mandi dan WC sendiri.

e. Jumlah kamar tidur dan pengaturannya harus disesuaikan dengan umur

dan jenis kelaminnya. Orang tua dan anak dibawah 2 tahun boleh satu

kamar. Anak diatas 10 tahun dipisahkan antara laki-laki dan

perempuan. Anak umur 17 tahun ke atas diberi kamar sendiri.

f. Jarak antara tempat tidur minimal 90 cm untuk terjaminnya keleluasaan

bergerak, bernapas dan untuk memudahkan membersihkan lantai.

g. Ukuran ruang tidur anak yang berumur 5 tahun sebesar 4,5 m3, dan

umurnya 5 tahun adalah 9 m3. Artinya dalam satu ruangan anak yang

berumur 5 tahun ke bawah diberi kebebasan menggunakan volume

Page 35: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

ruangan 1,5 x 1 x 3 m3, dan 5 tahun menggunakan ruangan 3 x 1 x 3

m3.

h. Mempunyai halaman yang dapat ditanami pepohonan.

i. Hewan/ternak yang akan mengotori ruangan dan ribut/ bising

hendaknya dipindahkan dari rumah dan dibuat kandang tersendiri dan

mudah dibersihkan.

3. Pencegahan Penularan Penyakit

a. Tersedia air bersih untuk minum yang memenuhi syarat kesehatan.

b. Tidak memberi kesempatan serangga (nyamuk, lalat), tikus dan

binatang lainnya bersarang di dalam dan di sekitar rumah.

c. Pembuangan kotoran/tinja dan air limbah memenuhi syarat kesehatan.

d. Pembuangan sampah pada tempat yang baik, kuat dan higienis.

e. Luas kamar tidur maksimal 3,5 m2 perorang dan tinggi langit-langit

maksimal 2,75 m. Ruangan yang terlalu luas akan menyebabkan mudah

masuk angin, tidak nyaman secara psikologis, sedangkan apabila terlalu

sempit akan menyebabkan sesak napas dan memudahkan penularan

penyakit karena terlalu dekat kontak.

f. Tempat masak dan menyimpan makanan harus bersih dan bebas dari

pencemaran atau gangguan serangga, tikus dan debu.

4. Pencegahan terjadinya Kecelakaan

a. Cukup ventilasi untuk mengeluarkan gas atau racun dari dalam ruangan

dan menggantinya dengan udara segar.

Page 36: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

b. Cukup cahaya dalam ruangan untuk mencegah bersarangnya serangga

atau tikus,mencegah terjadinya kecelakaan dalam rumah karena gelap.

c. Bahan bangunan atau konstruksi rumah harus memenuhi syarat

bangunan sipil, terdiri dari bahan yang baik dan kuat.

d. Jarak ujung atap dengan ujung atap tetangga minimal 3 m, lebar

halaman antara atap tersebut minimal sama dengan tinggi atap tersebut.

Hal ini tidak berlaku bagi perumahan yang bergandengan (couple).

e. Rumah agar jauh dari rindangan pohon- pohon besar yang rapuh/

mudah patah.

f. Hindari menaruh benda-benda tajam dam obat-obatan atau racun

serangga sembarangan apabila didalam rumah terdapat anak kecil.

g. Pemasangan instalasi listrik (kabel-kabel, stop kontak, fitting dll) harus

memenuhi standar PLN.

h. Apabila terdapat tangga naik/ turun, lebar anak tangga minimal 25cm,

tinggi anak tangga maksimal 18 cm, kemiringan tangga antara 30-36.

Tangga harus diberi pegangan yang kuat dan aman.

II.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rawat Inap Pasien TB Paru

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit yang komplek. Masalah

yang ditimbulkan meluas sampai aspek sosial, ekonomi dan budaya. Keadaan

klinis pasien TB paru bisa bermacam-macam, jika terdapat komplikasi maka

Page 37: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

pasien tersebut diharuskan menjalani rawat inap. Menurut John Gordon,

setiap penyakit memiliki analisis yang berbeda berdasarkan agen, pejamu,

atau lingkungannya.

Berdasarkan penelitian Setiawan tahun 2010, adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi rawat inap pasien TB Paru, antara lain:

II.3.1 Karakteristik

II.3.1. Umur

Menurut Notoatmodjo (2011), umur adalah variabel yang selalu

diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-

angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan

menunjukkan hubungan dengan umur. Untuk keperluan perbandingan

maka WHO menganjurkan pembagian umur sebagai berikut :

1. Menurut tingkat kedewasaan, yaitu :

0-14 tahun : bayi dan anak-anak

15-49 tahun : orang muda dan dewasa

50 tahun keatas : orang tua

2. Interval 5 tahun :

kurang dari 1 tahun,

1-4 tahun,

5-9 tahun,

10-14, dan seterusnya

3. Untuk mempelajari penyakit anak

0-4 bulan

Page 38: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

5-10 bulan

11-23 bulan

2-4 tahun

5-9 tahun

9-14 tahun

Hasil penelitian Sitorus (2014) menyebutkan, proporsi berdasarkan

sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur produktif 15-55 tahun

(81,3%). Umur mempengaruhi perjalanan penyakit TB paru dikarenakan

semakin bertambahnya usia semakin menurunnya sistem imun tubuh

seseorang begitu juga status gizi seseorang. Status gizi yang buruk

menyebabkan tubuh menjadi lemah dan memperburuk keadaan klinis

pasien tersebut. Determinan pasien dirawat inap berumur diatas 44 tahun

(Setiawan, 2010).

II.3.2. Jenis Kelamin

Tuberkulosis lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan

perempuan (Sitorus, 2014). Angka-angka dari luar negeri menunjukkan

bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka

kematian lebih tinggi pada pria pada semua golongan umur. Yang pertama

diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin, atau

perbedaan hormonal, sedangkan yang kedua diduga karena berperannya

faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria merokok, minum-minuman

keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan berbahaya, dan

seterusnya (Notoatmodjo, 2011).

Page 39: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

II.3.3. Pendidikan

Pendidikan akan menggambarkan perilaku seseorang dalam

kesehatan. Semakin rendah pendidikan mengakibatkan pengetahuan di

bidang kesehatan rendah, maka secara langsung maupun tidak langsung

dapat mempengaruhi lingkungan fisik, lingkungan biologis dan

lingkungan sosial yang merugikan kesehatan dan dapat mempengaruhi

penyakit TB sehingga pada akhirnya mempengaruhi tingginya kasus TB

yang ada (Muaz, 2014).

Menurut Sadiman tahun 2007 dalam Syafri (2015), tingkat

pendidikan responden pada penderita TB Paru BTA + 21,1% tidak

sekolah, 52,6% memiliki pendidikan yang rendah (SD-SMP). sedangkan

pada kontrol 15,8% tidak sekolah dan 57,9% pendidikan rendah (SD-

SMP). Pendidikan yang rendah akan akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang, karena biasanya mereka yang mempunyai pendidikan yang

lebih tinggi lebih mudah menyerap dan menerima informasi masalah

kesehatan.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa, Pemerintah dan Pemerintah

Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya

pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan

lima belas tahun. Hal ini berarti masyarakat harus menempuh pendidikan

minimal tingkan SMP (Sekolah Menengah Pertama).

Page 40: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

II.3.4. Pekerjaan

Belilovsky et al. (2010), menyebutkan status pasien TB rawat inap

yang tidak bekerja berhubungan signifikan terhadap ketidakteraturan

minum obat (ors=1,1-2,8) (Farmani, 2015).

Menurut penelitian Syafri (2015), proporsi jenis pekerjaan

responden menunjukkan bahwa dari 38 responden, 28,9% tidak bekerja

dan 71,1% memiliki pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. Pada

responden kasus penderita TB Paru BTA + 31,6% tidak bekerja dan

proporsi jenis pekerjaan paling banyak 36,8% adalah buruh (buruh tani,

buruh kayu pembuat kusen, pintu, jendela rumah dan buruh pabrik). Jenis

pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap

individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel

debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada

saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat

meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran

pernafasan dan umumnya TB Paru.

II.3.5. Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat

kesejahteraan masyarakat sebagai hasil pembangunan. Perubahan

pendapatan akan mempengaruhi pengeluaran. Di negara berkembang

tingkat pendapatan penduduk masih rendah dan pengeluaran untuk makan

merupakan bagian terbesar dari seluruh pengeluaran Rumah tangga. Akan

tetapi untuk negara yang sudah maju pengeluaran terbesar bukan untuk

Page 41: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

makan, melainkan untuk biaya kesehatan, pendidikan, olah raga, pajak dan

jasa-jasa atau pengeluaran non makan lainnya (Putra, 2011).

Menurut Elvina Karyadi (2002) dari SEAMEO-TROPMEND pusat

kajian gizi regional Universitas Indonesia dari hasil penelitiannya

menyatakan bahwa ekonomi lemah atau miskin mempengaruhi seseorang

mendapatkan penyakit TB Paru. Hal ini disebabkan daya tahan tubuh yang

rendah, begitu juga kebutuhan akan rumah yang layak huni tidak di

dapatkan, ditambah dengan penghuni yang ramai dan sesak. Keadaan ini

akan mempermudah penularan penyakit terutama penyakit saluran

pernafasan seperti penyakit TB Paru.

Menteri Tenaga Kerja RI 1999 melalui Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Nomor: PER-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum Regional

(UMR), telah menetapkan besaran upah minimum yang bias diperoleh

pekerja berdasarkan wilayah. Pendapatan yang dihasilkan oleh keluarga

selama 1 bulan yang berada di kawasan tingkat kabupaten menggunakan

Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebagai standar pendapatan minimum

keluarga. UMK Kalimantan Barat tahun 2017 sebesar Rp.1.882.900,- dan

UMK Kota Pontianak tahun 2017 sebesar Rp.1.972.000,-.

II.3.2 Faktor Perilaku Merokok

Ada berbagai perilaku manusia yang mempengaruhi pasien TB Paru

harus dirawat inap atau mengalami kekambuhan, salah satunya adalah

Kebiasaan Merokok. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian

dihisap isinya. Definisi perokok menurut Depkes tahun 2004 dalam Muaz

Page 42: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

(2014) adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal

6 bulan selama hidupnya.

Penelitian Triman (2002), menyatakan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan merokok dengan kekambuhan TB paru (p=0,015, OR= 5,445). Ini

berarti seseorang yang memiliki kebiasaan merokok mempunyai 5,4 kali

untuk mengalami kekambuhan dibanding yang tidak memiliki kebiasaan

merokok. Hal ini karena merokok dapat merusak saluran pernafasan yang

dapat memudahkan invasi kuman TB. Hasil ini sesuai dengan fakta yang ada,

dalam jangka panjang yaitu 10-20 tahun pengaruh risiko merokok terhadap

TB paru adalah bila merokok 1-10 batang per hari meningkatkan risiko 15

kali, bila merokok 20-30 batang per hari meningkatkan risiko 40-50 kali dan

bila merokok 40-50 batang per hari meningkatkan risiko 70-80 kali.

Penghentian kebiasaan merokok, baru akan menunjukkan penurunan risiko

setelah 3 tahun dan akan menunjukkan risiko yang sama dengan bukan

perokok setelah 10-13 tahun.

II.3.3 Pengawas Menelan Obat

Secara program TB ketidakteraturan minum obat didefinisikan sebagai

ketidaksesuaian seorang pasien dalam mengikuti jadwal pengobatan yang

telah ditentukan. Pasien TB seharusnya mengikuti ketentuan tersebut agar

mendapat hasil pengobatan yang optimal. Ketidakteraturan minum obat pada

pasien TB seharusnya tidak terjadi apabila keberadaan pengawas menelan

obat (PMO) dan pemegang program TB membimbing secara penuh. Perilaku

Page 43: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

minum obat yang 14 tidak teratur akan mempersulit kesembuhan terhadap

suatu penyakit (Hapsari, 2010).

Zubaidah (2013), menyebutkan bahwa rendahnya angka keberhasilan

pengobatan menandakan bahwa masih banyak penderita Tuberkulosis Paru

yang belum sembuh, hal ini tidak hanya berpengaruh pada penularan yang

akan semakin banyak terjadi pada keluarga penderita maupun orang-orang di

lingkungan penderita tetapi ditakutkan akan terjadi kekebalan ganda terhadap

Obat Anti Tuberkulosis sehingga proses kesembuhan akan semakin sulit.

Salah satu indikator dalam menentukan Keberhasilan Pengobatan (Success

Rate) Tuberkulosis Paru adalah keberadaan atau peran dari Pengawas

Menelan Obat (PMO). Pasien yang kurang mendapatkan pengawasan dari

Pengawas Menelan Obat (PMO) 1,83 kali berisiko untuk tidak sembuh

dibanding dengan pasien yang diawasi dengan baik oleh Pengawas Menelan

Obat (PMO) (Saharieng, dkk., 2014).

II.3.4 Faktor Lingkungan Rumah

Adapun faktor lingkungan rumah yang dimaksud sebagai variabel

penelitian yaitu :

1. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah presentase jumlah kandungan air dalam

udara. Kelembaban terdiri dari 2 jenis yaitu Kelembaban Absolut dan

Kelembaban Nisbi (Relatif). Kelembaban absolut adalah berat uap air per

unit volume udara, sedangkan kelembaban nisbi adalah banyaknya uap air

dalam udara pada suatu temperatur terhadap banyaknya uap air pada saat

Page 44: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

udara jenuh denga uap air pada temperatur tersebut. Secara umum

penilaian kelembaban dalam rumah dengan menggunakan hygrometer.

Dalam SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) yang menjelaskan

tentang indikator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang

memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-70 % dan kelembaban

udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 40 % atau > 70 %

(Depkes RI, 2001).Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang

memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya.

Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan

mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus.

Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara.

Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa

hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang

mikroorganisme. Bakteri Mycobacterium tuberculosa seperti halnya

bakteri lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan

kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80 % volume sel

bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup sel bakteri (Gould dan Brooker, 2003). Selain itu

menurut Notoatmodjo (2003), kelembaban udara yang meningkat

merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk

bakteri tuberkulosis.

2. Ventilasi Rumah

Page 45: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang

menyenangkan dan menyehatkan manusia. Berdasarkan kejadiannya,

maka ventilasi dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:

a. Ventilasi Alam Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu:

daya difusi dari gas-gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara

karena perubahan temperatur. Ventilasi alam ini mengandalkan

pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara dan

kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang angin, maka

ventilasi pun dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat

poros dinding ruangan, atap dan lantai.

b. Ventilasi Buatan Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan

dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik. Alat-alat

tersebut diantaranya adalah kipas angin dan AC (air conditioner).

Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut :

1) Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan,

sedangkan luas lubang ventilasi insidentil ( dapat dibuka dan

ditutup) minimal 5% dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi

10% dari luas lantai rumah.

2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah

atau pabrik, knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.

3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan

lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini

jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar, misalnya

Page 46: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

lemari, dinding, sekat dan lain-lain. Secara umum, penilaian

ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas ventilasi

dan luas lantai rumah dengan menggunakan Role meter. Menurut

indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi

syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi

yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai

rumah (Depkes RI, 2001).

Rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan

akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Menurut Azwar (1990) dan

Notoatmodjo (2003), salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga aliran

udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Luas ventilasi rumah yang < 10

% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan mengakibatkan

berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi

karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu,

tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban

ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan

penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang

baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen

termasuk kuman tuberkulosis. Selain itu, fungsi kedua ventilasi adalah

untuk membebaskan udara ruangan dari bakteribakteri, terutama bakteri

patogen seperti tuberkulosis, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang

terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir

(Notoatmodjo, 2003).

Page 47: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

3. Suhu Rumah

Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan dengan

satuan derajat tertentu. Suhu udara dibedakan menjadi suhu kering dan

suhu basah. Suhu kering yaitu suhu yang ditunjukan oleh termometer suhu

ruangan setelah di adaptasi selama kurang lebih sepuluh menit, umumnya

suhu kering antara 24 – 34 ºC. Suhu basah yaitu suhu yang menunjukkan

bahwa udara telah jenuh oleh uap air, umumnya lebih rendah daripada

suhu kering yaitu antara 22-30 ºC. Secara umum, penilaian suhu rumah

dengan menggunakan termometer ruangan. Berdasarkan indikator

pengawasan perumahan, suhu rumah terutama suhu kamar yang

memenuhi syarat kesehatan adalah antara 22-30 ºC dan yang tidak

memenuhi syarat adalah < 22 ºC atau > 30 ºC. Suhu dalam rumah akan

membawa pengaruh bagi penghuninya. Menurut Walton, suhu berperan

penting dalam metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan tekanan darah.

Sedangkan Lennihan dan Fletter, mengemukakan bahwa suhu rumah yang

tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatkan kehilangan panas

tubuh dan tubuh akan berusaha menyeimbangkan dengan suhu lingkungan

melalui proses evaporasi. Kehilangan panas tubuh ini akan menurunkan

vitalitas tubuh dan merupakan predisposisi untuk terkena infeksi terutama

infeksi saluran nafas oleh agen yang menular. Sedangkan menurut Gould

dan Brooker (2003), bakteri Mycobacterium tuberculosa memiliki rentan

suhu yang disukai, tetapi di dalam rentan ini terdapat suatu suhu optimum

saat mereka tumbuh pesat. Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri

Page 48: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25-40 º C, akan tetapi akan

tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 º C (Gould & Brooker, 2003).

4. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang

bersumber dari sinar matahari (alami), yaitu semua jalan yang

memungkinkan untuk masuknya cahaya alamiah. Misalnya melalui

jendela atau genting kaca (Notoatmodjo, 2003). Cahaya berdasarkan

sumbernya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu cahaya alamiah dan cahaya

buatan. Cahaya matahari sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-

bakteri patogen di dalam rumah, misalnya bakteri penyebab penyakit TBC.

Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya

yang cukup. Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya

15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah.

Perlu diperhatikan dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari

dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan

lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan

masuk cahaya (Notoatmodjo,2007). Lokasi penempatan jendela pun harus

diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lebih lama menyinari

lantai (bukan menyinari dinding), maka sebaiknya jendela itu harus di

tengah-tengah tinggi dinding (tembok). Jalan masuknya cahaya alamiah

juga diusahakan dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat

secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa pada waktu

Page 49: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

pembuatannya, kemudian menutupnya dengan pecahan kaca

(Notoatmodjo,2007).

5. Kepadatan Penghuni Rumah

Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah

dengan jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tinggal. Persyaratan

kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m² per

orang. Luas minimum per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas

bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana,

minimum 9 m²/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 3 m²/orang.

Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri

dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi

penderita penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota

keluarga lainnya.Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan

menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni

yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas

lantai dengan jumlah penghuni 9 m²/orang dan kepadatan penghuni tidak

memenuhi syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai

dengan jumlah penghuni < 9 m²/orang (Lubis dalam penelitian Evi Naria,

2008). Kepadatan penghuni dalam suatu rumah tinggal akan memberikan

pengaruh bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan

jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal

ini tidak sehat karena disamping menyebabkan kurangnya konsumsi

oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi,

Page 50: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota keluarga yang

lain (Notoatmodjo, 2003). Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang

Kesehatan (2000), didapatkan data bahwa : a. Rumah tangga yang

penderita mempunyai kebiasaan tidur dengan balita mempunyai resiko

terkena TB 2,8 kali dibanding dengan yang tidur terpisah. b. Tingkat

penularan TB di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana

seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam

rumahnya. c. Besar risiko terjadinya penularan untuk tangga dengan

penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan

hanya 1 orang penderita TB.

II.3.5 Komplikasi Obat TB

Pada pengobatan TB paru perlu diperhatikan keadaan klinisnya karena

setiap pasien TB paru memiliki keadaan klinis yang berbeda-beda. Bila

keadaan klinisnya buruk dan terdapat indikasi untuk rawat, maka pasien

tersebut harus rawat inap di rumah sakit. Pasien perlu pengobatan tambahan

atau suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau

mengatasi gejala/keluhan yang akan memperburuk keadaan klinisnya. Pada

pasien TB paru dengan keadaan klinis tertentu diharuskan untuk menjalani

rawat inap. Akan tetapi, di sisi lain rawat inap yang lama justru akan

menimbulkan masalah baru (Mulluzi, 2010).

Komplikasi Obat TB pada penderita Tuberkulosis Paru:

1. Pneumutoraks spontan terjadi bila udara memasuki rongga pleura sesudah

terjadi robekan pada kavitas tuberkulosis paru.

Page 51: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

2. Cor pulmonale adalah gagal jantung kongestif karena tekanan balik akibat

kerusakan paru, dapat terjadi bila terdapat destruksi paru yang amat luas.

Aspergilomata dimana kavitas tuberkulosis paru yang sudah di obati

dengan baik dan sudah sembuh kadang-kadang tinggal terbuka dan dapat

terinfeksi dengan jamur aspergillus fumigtus.

3. Hemoptis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

nafas.

4. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

5. Bronkhiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan) pada paru.

6. Insufisiensi cardio pulmoner.

7. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal

dan sebagainya (Depkes RI,2002).

II.3.6 Status Gizi

Status gizi yang buruk menyebabkan tubuh menjadi lemah dan

memperburuk keadaan klinis pasien tersebut. Secara umum kekurangan gizi,

atau gizi buruk akan berpengaruh terhadap kekuatan, daya tahan dan respon

imun terhadap serangan penyakit. Menurut penelitian Toyalis (2010) dalam

Muaz (2014) menyebutkan bahwa faktor kurang gizi atau gizi buruk akan

meningkatkan angka kesakitan/ kejadian TB paru, terutama TB paru pertama

sakit. Sedangkan penelitian Setiawan (2010) menyebutkan bahwa status gizi

underweight memiliki hubungan terhadap indikasi rawat inap pasien TB paru.

Page 52: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

II.3.7 Riwayat Imunisasi

Hubungan kekebalan (status imunisasi) dengan kejadian tuberkulosis,

bahwa anak yang divaksinasi BCG memiliki risiko 0,6 kali untuk terinfeksi

tuberculosis dibandingkan anak-anak yang belum divaksinasi. Walaupun

imunisasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis namun dapat

mengurangi risiko tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan

tuberkulosis milier (Muaz, 2014).

II.4 Kerangka Teori

Penderita TB

Paru

Pejamu(Manusia) :

1. Kebiasaan merokok

2. Karakteristik Pasien TB

Paru:

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan Keluarga

Status Gizi

PMO

Penderita

TB paru

Rawat Inap

di RSUD

Soedarso

Lingkungan:

Kepadatan Hunian

Luas ventilasi

Pencahayaan

Kelembaban

Suhu

Komplikasi

obat TB

Riwayat

imunisasi

BCG

Page 53: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Keterangan

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Page 54: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

III.1 Kerangka Konsep

1. Pejamu (Manusia)

a. Karakteristik

b. Perilaku

2. Lingkungan Rumah

Gambar III.1

Kerangka Konsep

III.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kebiasaan merokok, kepadatan hunian,

luas ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan suhu.

Penderita TB

Paru yang

Rawat Inap di

RSUD Soedarso

a. Kepadatan hunian

b. Luas ventilasi

c. Pencahayaan

d. Kelembaban

e. Suhu

Kebiasaan merokok

a. Umur

b. Jenis Kelamin

c. Pendidikan

d. Pekerjaan

e. Pendapatan

Page 55: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

III.3 Definisi Operational

Tabel 3.3

No. Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1 Umur Umur responden

saat dirawat inap

Wawancara Kuesioner 0. ≤ 44 tahun

1. > 44 tahun

Ordinal

2 Jenis

Kelamin

Jenis kelamin

responden yang

dirawat inap

Wawancara Kuesioner 0. Perempuan

1. Laki-laki

Nominal

3 Pendidikan Pendidikan

formal tertinggi

yang pernah

diselesaikan oleh

responden pada

institusi atau

lembaga

pendidikan yang

diakui oleh

pemerintah.

Wawancara Kuesioner 0. Tinggi

(SMA s/d

perguruan

tinggi)

1. Rendah

(Tidak

sekolah s/d

SMP)

Ordinal

4 Pekerjaan Jenis kegiatan

yang dilakukan

oleh ibu yang

menghasilkan

uang

Wawancara Kuesioner 0. Tidak

Berkerja

1. Berkerja

Nominal

5 Pendapatan Pendapatan yang

dihasilkan oleh

keluarga selama 1

bulan berdasarkan

UMK Kota

Pontianak tahun

2017

Wawancara Kuesioner 0. Tinggi (≥

Rp.1.972.0

00)

1. Rendah

(<Rp.1.97

2.000)

Ordinal

6 Kebiasaan

merokok

Kebiasaan

responden

merokok setiap

hari untuk

jangka waktu

minimal 6 bulan

selama

hidupnya

Wawancara Kuesioner 0. Tidak

merokok

1. Merokok

(minimal 6

bulan)

Ordinal

Page 56: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

7 Kepadatan

hunian

perbandingan

antara luas

lantai rumah

dengan jumlah

anggota

keluarga dalam

suatu rumah

tinggal

Observasi Kuesioner 0. memenuhi

syarat (9

m²/orang)

1. tidak

memenuhi

syarat (<9

m²/orang)

Ordinal

8 Luas

ventilasi

penilaian ventilasi

rumah dengan

cara

membandingkan

antara luas

ventilasi dan luas

lantai rumah

Observasi Role

meter

0. memenuhi

syarat

(≥10%)

1. tidak

memenuhi

syarat

(<10%)

Ordinal

9 Pencahayaan

penerangan yang

bersumber dari

sinar matahari

(alami), yang

memungkinkan

untuk masuknya

cahaya alamiah

seperti jendela

Observasi Role

meter

0. memenuhi

syarat (15-

20% dari

luas lantai)

1. tidak

memenuhi

syarat

(<15% dari

luas lantai)

Ordinal

10 Kelembaban Frekuensi

beraktivitas fisik

dalam seminggu

terakhir (minimal

5 kali dalam 1

minggu)

Observasi Hygrome-

ter

0. memenuhi

syarat

(40-70%)

1. tidak

memenuhi

syarat

(<40% atau

>70%)

Ordinal

11 Suhu

panas atau

dinginnya udara

yang dinyatakan

dengan satuan

derajat tertentu

Observasi Termome-

ter suhu

ruangan

0. memenuhi

syarat (22-

30ᵒC)

1. tidak

memenuhi

syarat (<22

atau >30ᵒC)

Ordinal

Page 57: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan deskriptif.

Desain penelitian yang akan digunakan adalah cross sectional dimana

tujuanutama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif(Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini yaitu memberi gambaran

mengenai Lingkungan rumah dengan kejadian TB paru di ruang rawat inap

paru RSUD Soedarso Pontianak.

IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan 22 September 2017

sampai dengan tanggal 13 Desember 2017 di Kota Pontianak dan wilayah

Kubu Raya.

Alasan pemilihan lokasi adalahkarena jumlah kasus TB paru yang

rawat inap di RSUD Soedarso Kota Pontianakselalu meningkat yakni dari

71,89% pada tahun 2015 menjadi 73,89% pada tahun 2016.

IV.3 Populasi dan Sampel

IV.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah sejumlah subyek besar yang

mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik subyek ditentukan

Page 58: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian (Notoatmojo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru yang

rawat inap di RSUD dr Soedarso. Jumlah populasi pada saat

penelitian adalah sebanyak196 orang, berdasarkan jumlah

kunjungan, bulan Januari sampai bulan Juli tahun 2017.

IV.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah pasien TB

paru yang rawat inap di RSUD Soedarso Kota Pontianak, yang

berjumlah 42 orang.

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus estimasi proporsi Lemeshow (1997), sebagai

berikut:

Z21-α/2p(1-p)N

n =

d2(N-1) + Z1-α/2p(1-p)

Keterangan:

P = Estimasi Proporsi 73,89% = 0,7389

q = 1-p→(1-0,7389)= 0,2611

d = Tingkat presisi yang sebesar 5% = 0,05

Z = Tingkat kepercayaan yang sebesar 90 % = 1,645

n = Besar sampel

N = Populasi (jumlah pasien rawat inap di RSUD Soedarso Kota Pontianak)

Dengan Z1-α/2=1,96, p=73,89%, d=0,1, q= 0,2611 dan N= 196

Page 59: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampelnya adalah:

1,6452x 0,2611 (1-0,2611)196

n =

0,12(196-1) + 1,6452(0, 2611)(1-0, 2611)

2,706 x 0,2611x 0,7389 x 196

n =

0.01 x 195+ 2,706 x 0,2611 x 0,7389

0,5220598937 x 196

n =

1,95 + 0,5220598937

102,32373917

n =

2,4720598937

n = 41,392095487

n = 42 Sampel

Untuk memudahkan peneliti, peneliti menentukan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi. Adapun kriteria inklusi pada penelitian

ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien yang dirawat di ruang rawatinap paru (RI)RSUD Dr

Soedarso Pontianak

b. Berdomisili di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya

c. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Tidak memiliki rumah atau berpindah-pindah

Page 60: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

b. Pasien yang dirawat lebih dari 1 bulan.

IV.3.3 Teknik Sampling

Teknik penggunaan sampling dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik non-probability sampling lebih

khususnya sampling accidental, yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan. Siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Teknik ini

digunakan karena topik yang diteliti adalah faktor lingkungan

terhadap TB paru pada pasien yang sedang melakukan rawat inap di

RSUD Dr. Soedarso yang dimana semua anggota keluarga dari

pasien dapat memberikan keterangan mengenai kondisi fisik

lingkungan rumah penderita TB Paru(Sugiyono, 2007).

IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah :

IV.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan

mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung

pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2010).

Data primer dalam penelitian ini didapat dari wawancara dan

observasi langsung dengan subjek penelitian dengan menggunakan

kuesioner terstruktur.

Berikut ini adalah data primer yang akan diteliti, antara lain :

Page 61: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

a. Umur

b. Jenis Kelamin

c. Pendidikan

d. Pekerjaan

e. Pendapatan

f. Kebiasaan merokok

g. Kepadatan hunian

h. Luas ventilasi

i. Pencahayaan

j. Kelembaban

k. Suhu

IV.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.

(Saryono,2010).Data sekunder yang di gunakan dalam penelitian

ini seperti catatan rekam medik yang didapat dari RSUD dr

Soedarso.

IV.5 Teknik Pengolahan dan Penyampaian Data

Data yang telah didapat,dikumpulkan dan diolah dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

IV.5.1 Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Page 62: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data, keseragaman

data secara keseluruhan dari variabel-variabel penelitian, baik

kuisioner maupun hasil pengamatan secara langsung semua termuat

dalam formulir secara survei dan pemeriksaan kesesuian jawaban.

2. Coding

Mengklasifikasikan data-data dari masing-masing variabel dengan

kode-kode tertentu dari ukuran penelitian yang digunakan.

3. Scoring

Memberikan skor terhadap item-item jawaban dari variabel untuk

memudahkan dalam melakukan entri data.

4. Entry

Proses memasukan data yang sudah diberi kode ke program statistic

komputer.

5. Tabulating

Setelah dilakukan pengolahan data selanjutnya data disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik untuk melihat kecenderungan dari suatu

faktor determinan masalah kesehatan.

IV.5.2 Teknik Penyajian Data

Cara penyajian data dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada

umunya dikelompokkan menjadi 3 yaitu penyajian dalam bentuk teks,

dalam bentuk tabel dan dalam bentuk grafik.

Page 63: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

IV.6 Teknik Analisa Data

Data penelitian ini adalah kuantitatif, adapun teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis deskriptif dengan

persentase. Untuk menghitung data persentase yang masuk pada kategori

tertentu di setiap aspek adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P : persentase jawaban

Fo : jumlah skor yang muncul

N : jumlah skor total/skor ideal

f o

P = x 100%

N

Page 64: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Lokasi Dan Gambaran Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Rumah Sakit

Daerah DR. Soedarso dengan gambaran umum sebagai berikut :

RSUD Dr Soedarso Lingkup Administrasi sebagai Rumah

Sakit Umum Daerah berkedudukan di Wilayah Kota Pontianak

dengan Lingkup Wilayah Bina seluruh Provinsi Kalimantan Barat

dengan pemilik/pengelolanya adalah pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat. Melalui visi yang diusung yaitu “Menjadi Rumah

Sakit Terbaik, Mandiri dan Profesional” sehingga keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor: HK 03.05/111/3920/09 sejak tanggal

8 Oktober 2009 Rumah sakit umum daerah (RSUD) Dr. Soedarso

menjadi salah satu RSUD rujukan Nasional. RSUD Dr. Soedarso

memiliki luas lahan sebesar 26,6318 Ha (254,420 m2) dan luas

bangunan 21.735,54 m2. Sarana tempat tidur yang dimiliki oleh

RSUD Dr. Soedarso sebanyak 433 unit dengan jumlah tenaga

mencapai 961 orang. RSUD Dr. Soedarso merupakan kelas Rumah

Sakit sebagai berikut:

a. Rumah sakit dengan klasifikasi B

b. Rumah sakit pendidikan (teaching hospital)

c. Rumah sakit rujukan tertinggi di Kalimantan Barat (top

referal)

d. Rumah sakit badan layanan umum daerah (BLUD)

Page 65: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

V.2 Hasil Penelitian

Gambar V.1. Gambaran Proses Penelitian

Perencanaan

proposal penelitian Tahap persiapan

penelitian

Tahap pengolahan data

Proses penelitian

Dari data 283 kasus TB Paru tersebut

diperoleh 196 kasus yang menjadi populasi

penelitian, pasien-pasien tersebut berasal dari

daerah Kota Pontianak dan Kubu Raya.

Kemudian diperoleh 42 responden yang dapat

dijadikan sampel penelitian dengan teknik

accidental sampling. Sebagian besar pasien yang

bersedia menjadi responden berasal dari Kota

Pontianak, khususnya di Kecamatan Pontianak

Barat. Permasalahannya bukan hanya pada jarak

yang jauh atau pasien yang menolak untuk

dijadikan responden, namun juga dikarenakan

banyaknya alamat pasien yang tidak jelas.

Sehingga menyulitkan peneliti menemukan

alamat rumah yang sebenarnya.

Interpretasi data Hasil penelitian

Wawancara pengisian kuesioner, Pengukuran

Kelembaban, Pencahayaan, Suhu

pada42responden sebagai sampel dari 196

populasi yang berdomisili di wilayah

Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak 22

september 2017 – 13 Oktober 2017 dan 13

Desember 2017-22 Desember 2017.

Peneitian ini dilakukan pada waktu yang

bersamaan, setiap hari penelitian dipilih waktu

pada jam 15.00-17.00 WIB.

Tahap pengumpulan data

Page 66: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

V.2.1 Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 42

orang. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebagai

berikut :

1. Alamat Responden

Dari 42 rumah responden, terdiri dari 35 rumah yang

berdomisi di Kota Pontianak, hanya 7 rumah yang

berdomisi di Kabupaten Kubu Raya dikarenakan

keterbatasan peneliti maka jarak rumah yang diteliti untuk

wilayah Kabupaten Kubu Raya hanya jaraknya kurang

lebih 2KM dari batas Kota Pontianak.

2. Lama Menderita TB paru

Tabel V.2

Distribusi Lama Menderita Tb Paru Rawat Inap

di Rumah Sakit Umum Daerah DR Soedarso

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.2 dapat disimpulkan bahwa, dari

jumlah 42 responden rata-rata memiliki Lama Menderita TB

paruselama 3,17 bulan, dengan Riwayat Penderita TB paru

VARIABEL MEAN MEDIAN MINIMUM MAKSIMUM JUMLAH

RESPODNDEN

Riwayat

Penderita

TB paru

3,17 3 1 12 42

Page 67: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

terendah yakni 1 bulan dan Riwayat Penderita TB paru terlama

12 bulan.

3. Luas Jendela Rumah

Tabel V.3

Distribusi Luas Jendela Pasien Tb Paru Rawat

Inap di Rumah Sakit Umum Daerah DR Soedarso

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.3 dapat disimpulkan bahwa, dari

jumlah 42 responden rata-rata memiliki luas jendela 5,388

meter², dengan luas jendela yang paling kecilyaitu 2meter²dan

luas jendela yang paling luas yaitu 13 meter² di daerah

Pontianak dan Kubu Raya.

Analisis Univariat

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 42

orang. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebagai

berikut :

1. Status responden yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Daerah DR Soedarso

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi

status responden Tb Paru yang menjalani rawat inap di

VARIABEL MEAN MEDIAN MINIMUM MAKSIMUM JUMLAH

RESPODNDEN

Luas

Jendela

Rumah

5,388 4,200 2 13 42

Page 68: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Rumah Sakit Umum Daerah DR Soedarso dapat dilihat dari

tabel di bawah ini:

Tabel V.4

DistribusiFrekuensi Kategori Usia Pasien Tb

Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah

DR Soedarso

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.4 diketahui dari 42 responden rata-

rata berusia 49,33 tahun, dengan usia responden yang paling

muda yaitu 13 tahun dan usia responden yang paling tua yaitu

73 tahun di daerah Kota Pontianak dan Kubu Raya.

Tabel V.5

DistribusiFrekuensi Jenis Kelamin Pasien Tb

Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah DR Soedarso

Jenis Kelamin Responden Frekuensi Presentase

(%)

Laki-laki 34 81

Perempuan 8 19

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.5 diketahui dari 42 responden,

hampir seluruhnya yaitu 34 responden (81%) berjenis kelamin

VARIABEL MEAN MEDIAN MINIMUM MAKSIMUM JUMLAH

RESPODNDEN

Usia

Penderita

TB paru

49,33 53,50 13 73 42

Page 69: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

laki-laki, sedangkan sebagian kecilnya yaitu 8 responden

(19%) berjenis kelamin perempuan.

Tabel V.6

DistribusiFrekuensi Kategori Pendidikan Pasien

Tb Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah DR Soedarso

Kategori Pendidikan Frekuensi Presentase

(%)

Tinggi (SMA, Diploma) 19 45,2

Rendah (Tidak Bersekolah,

SD, SMP)

23 54,8

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.6 diketahui dari 42 responden,

hampir separuhnya yaitu 19 responden (45,2%) memiliki latar

belakang pendidikan tinggi, sedangkan sebagian besarnya

yaitu 23 responden (54,8%) memiliki latar belakang

pendidikan rendah.

Tabel V.7

DistribusiFrekuensi Kategori Pekerjaan Pasien Tb

Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah

DR Soedarso

Kategori Pekerjaan Frekuensi Presentase

(%)

Bekerja (PNS/TNI/POLRI,

Swasta, Wiraswasta, Buruh)

26 61,9

Tidak Bekerja 16 38,1

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Page 70: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Berdasarkan tabel V.7 diketahui dari 42 responden,

sebagian besarnya yaitu 26 responden (61,9%) bekerja dan

hampir separuhnya yaitu 16 responden (38,1%) tidak bekerja.

Tabel V.8

Distribusi Frekuensi Kategori Pendapatan Pasien

Tb Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah DR Soedarso tahun 2017

Kategori Pendapatan Frekuensi Presentase

(%)

Tinggi (≥ Rp 1.972.000) 7 16,7

Rendah (< Rp 1.972.000) 35 83,3

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.8 diketahui dari 42 responden,

sebagian kecilnya yaitu 7 responden (16,7%) memiliki tingkat

pendapatan tergolong tinggi, sedangkan hampir seluruhnya

yaitu 35 responden (83,3%) memiliki tingkat pendapatan

tergolong rendah.

Tabel V.9

DistribusiFrekuensi Status Perokok Pasien Tb

Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah DR

Soedarso

Status MerokokResponden Frekuensi Presentase

(%)

Tidak Merokok 29 79,1

Merokok 13 31

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.9 diketahui dari 42 responden,

sebagian besarnya yaitu 29 responden (79,1%) tidak merokok,

Page 71: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

sedangkan sebagian darinya yaitu 13 responden (31%)

merokok.

Tabel V.10

Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian Rumah

Pasien Tb Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah DR Soedarso

Kategori Kepadatan Hunian Frekuensi Presentase

(%)

Memenuhi Syarat (≥ 9 m2/orang) 39 92,9

Tidak Memenuhi Syarat (< 9

m2/orang)

3 7,1

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.10 diketahui dari 42 responden, lebih

besar rumah yang memenuhi syarat kepadatan hunian yaitu 39

rumah responden (92,2%) dan hanya sebagian kecil yang tidak

memenuhi syarat kepadatan hunian yaitu 3 rumah responden

(7,1%)

Tabel V.11

Distribusi Frekuensi Kategori Luas Ventilasi

Rumah Pasien Tb Paru Rawat Inap di Rumah Sakit

Umum Daerah DR Soedarso

Kategori Luas Ventilasi Frekuensi Presentase

(%)

Memenuhi Syarat (≥ 10% luas

lantai)

3 7,1

Tidak Memenuhi Syarat (< 10%

luas lantai)

39 92,9

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.11 diketahui dari 42 responden,

hanya sebagian kecilnya yaitu 3 rumah responden (7,1%)

memiliki luas ventilasi yang memenuhi syarat, sedangkan

Page 72: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

sebagian besarnya yaitu 39 rumah responden (92,9%)

memiliki luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata

luas ventilasi 4 m2.

Tabel V.12

Distribusi Frekuensi Kategori Pencahayaan dalam

Rumah Pasien Tb Paru Rawat Inap di Rumah Sakit

Umum Daerah DR Soedarso

Pencahayaan Frekuensi Presentase

(%)

Tidak Memenuhi Syarat (< 60 lux) 39 92,2

Memenuhi Syarat (≥ 60 lux) 3 7,1

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.12 diketahui dari 42 responden,

hampir seluruhnya yaitu 39 rumah responden (92,2%)

memiliki intensitas pencahayaan yang memenuhi syarat ≥ 60

lux, sedangkan sebagian kecilnya yaitu 3 rumah responden

(7,1%) memiliki intensitas pencahayaan yang tidak memenuhi

syarat< 60 lux.

Tabel V.13

DistribusiFrekuensi Kategori Kelembaban Rumah

Pasien Tb Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah DR Soedarso

Tingkat Kelembaban Frekuensi Presentase

(%)

Memenuhi Syarat (40%-70%) 25 59,5

Tidak Memenuhi Syarat (<40%

atau >70%)

17 40,5

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Page 73: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Berdasarkan tabel V.13 diketahui dari 42 responden, lebih

dari separuhnya yaitu 25 rumah responden (59,5%) memiliki

kelembaban yang memenuhi syarat, sedangkan hampir

separuhnya yaitu 17 rumah responden (40,5%) memiliki

kelembaban yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata

kelembaban kamar tidur responden sebesar 59%.

Tabel V.14

DistribusiFrekuensi Kategori Suhu dalam Kamar

Pasien Tb Paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah DR Soedarso

Suhu dalam kamar Frekuensi Presentase

(%)

Memenuhi Syarat (22oC-30oC) 13 31

Tidak Memenuhi Syarat (<22oC

atau >30oC)

29 69

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel V.14 diketahui dari 42 responden,

hampir separuhnya yaitu 13 rumah responden (31%) memiliki

kategori suhu yang memenuhi syarat, sedangkan lebih dari

separuhnya yaitu 29 rumah responden (69%) memiliki

kategori suhu yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata suhu

dalam kamar tidur responden adalah 31oC.

V.3 Pembahasan

V.3.1 Prevalensi Pasien TB Paru Rawat Inap di RS Dr. Soedarso

Prevalensi pasien TB Paru yang melakukan rawat inap di

RS Dr. Soedarso sejak tahun 2015 cenderung mengalami

Page 74: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

peningkatan, pada tahun tersebut ditemukan sebanyak 243

kasus. Selanjutnya ditahun 2016 diketahui sebanyak 283

kasus, demikian pula pada awal tahun 2017 yaitu antara bulan

Januari-Februari telah ditemukan kasus sebanyak 60 pasien

TB paru yang dirawat inap di RS Dr. Soedarso. Dari data 283

kasus TB Paru tersebut diperoleh 196 kasus yang menjadi

populasi penelitian, pasien-pasien tersebut berasal dari daerah

Kota Pontianak dan Kubu Raya.

Berdasarkan hasil lapangan diketahui bahwa pesien yang

dirawat inap di RS Dr. Soedarso sebagian besarnya merupakan

pasien ulangan yang memiliki masalah komplikasi kesahatan

akibat menurunnya kemampuan kerja organ baik paru-paru,

ginjal maupun liver akibat paparan obat TB yang dikonsumsi,

perilaku lainnya yang mempengaruhi adalah kebiasaan

merokok, hal ini dibuktikan dari hasil temuan berupa alasan

pasien dilakukan perawatan inap di RS Dr. Soedarso.

Dengan merujuk pada jumlah kasus TB paru tersebut,

menjadikan TB paru sebagai salah satu penyebab utama

kematian dan masalah kesehatan yang paling penting, dimana

tercatat pula prevalensi TB paru 647 per 100.000 pada tahun

2014 sehingga Indonesia berada di peringkat kedua terbesar

dunia (WHO, 2015). Selain itu data Prevalensi Tb Paru BTA

Page 75: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

(+) di Indonesia tahun 2016 sebesar 156.723 kasus (Kemenkes

RI, 2016).

Berdasarkan permasalahan tersebut, adanya upaya yang

haru dilakukan, mulai dari upaya berupa perbaikan kualitas

lingkungan tempat tinggal utamanya. Kemudian upaya kuratif

dapat dilakukan pula untuk meningkatkan kepatuhan

pengobatan yang didukung oleh keluarga atau kerabat

terdekat, sehingga adanya kecenderungan untuk sembuh lebih

cepat dan tepat.

V.3.2 Karakteristik responden menurut usia pada pasien TB

Rawat Inap

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien TB paru

masih didominasi usia produktif terlihat dari hampir

separuhnya berusia yaitu 16 responden (38,1%) berusia ≤44

tahun dan sebagian besarnya yaitu 21 responden (44%) berusia

>44 tahun dengan rata-rata umur 49,33 tahun, usia terendah

yaitu berumur 13 tahun dan usia tertinggi yaituberumur 73

tahun.

Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai

pada usia dewasa. Penyakit TB paru sebagian besar terjadi

pada orang dewasa yang telah mendapatkan infeksi primer

sejak masih kecil dan tidak ditangani dengan baik. Usia

dewasa dan diikuti usia tua merupakan kelompok yang paling

Page 76: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

tertinggi di Amerika Serikat pada tahun 2008. Jumlah kasus

TB paling tertinggi mengenai usia 25 samoai 44 tahun (33%

dari semua kasus), diikuti usia 45 sampai dengan 64 tahun

(30% dari semua kasus). Pada usia diatas 65 tahun berkisar

19%. Sedangkan sisanya berada pada usia antara 15% samapi

dengan 24 tahun (11%) dan usia 14 tahun kebawah (6%)

(CDC, 2008).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan semakin

bertambahnya umur seseorang cenderung terjadinya

peningkatan risiko terhadap penularan TB paru seiring dengan

berkurangnya pada aspek psikologis dan aspek fisik, sehingga

pentingnya menjaga kondisi tubuh dengan peningkatan pola

hidup sehat seperti konsumsi makanan yang bergizi seimbang

serta berolahraga rutin minimal 30 menit sehari untuk menjaga

menjaga dan memperkuat sistem imun tubuh. Selain itu risiko

penularan TB Paru pada pasien umur/usia produktif sangat

berbahaya karena pasien sering berinteraksi dengan orang lain.

Sehingga jika pasien TB Paru dirawat inap mobilitasnya

rendah dan mengurangi penularan ke orang lainn di sekitar

lingkungan tempat tinggal.

V.3.3 Jenis kelamin Pasien TB Rawat Inap

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir

seluruhnya yaitu 34 responden (81%) berjenis kelamin laki-

Page 77: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

laki, sedangkan sebagian kecilnya yaitu 8 responden (19%)

berjenis kelamin perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Setiadi (2013),

menyatakan jenis kelamin pada TB paru lebih banyak pada

responden laki-laki dibanding responden perempuan.

Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lalombo (2015) menyatakan frekuensi tertinggi TB paru

dialami oleh responden dengan jenis kelamin laki-laki.

Di setiap negara-negara di dunia lebih banyak laki-laki

dibandingkan perempuan yang TB paru tiap tahunnya, dan

secara global lebih dari 70% laki-laki dengan BTA positif

dibandingkan perempuan (Begum et al, 2001).

Laki-laki cenderung lebih banyak beraktivitas diluar

rumah dengan tujuan mencari nafkah dan lebih banyak

berinteraksi dengan orang lain yang mungkin salah satunya

terinfeksi kuman TB paru (Gordon, 1950 dalam Noor, 2008).

Hal ini seperti yang dilaporkan di dunia pada tahun 2015,

diperkirakan kasus TB paru berjenis kelamin laki-laki dan

38% kasus TB paru berjenis kelamin perempuan. Diperkirakan

kecenderungan faktor gaya hidup pada laki-laki yang merokok

memicu peningkatan risiko terjadinya TB paru. (WHO, 2015)

Beberapa alasan perbandingan kejadian TB paru menurut

jenis kelamin antara lain, adanya perbedaan biologi pada laki-

Page 78: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

laki perempuan seperti perbedaan imunitas; laki-laki

dilaporkan lebih sering mengkonsumsi alkohol dan rokok;

perbedaan terhadap pajanan (exposure) kepada M.

tuberculosis yang dihubungkan dengan perbedaan pola

kehidupan/aktivitas interaksi sosial. Adanya perbedaan status

(interaksi) sosial dan ekonomi antara laki-laki dan perempuan,

serta perbedaan aktivitas sehari-hari menyebabkan

kemungkinan pajanan infeksi tuberkulosis lebih banyak

terhadap laki-laki (Bothamley, G. 1998; Lonnroth et al, 2008;

WHO, 2001).

Berdasarkan keterangan diatas pasien TB paru yang rawat

inap tidak hanya terjadi pada jenis kelamin tertentu, tetapi dari

penelitian yang ada menunjukkan bahwa laki-laki lebih

banyak dibandingkan dengan perempuan yang dirawat inap

karena Tb paru. Sebagaimana dari hasil penelitian

menunjukkan penderita TB paru yang dirawat inap dengan

jenis kelamin laki-laki lebih besar penderitanya dibandingkan

dengan jenis kelamin perempuan.

Sehingga penting kiranya dapat menjaga kesehatan dan

lebih sering untuk mengunjungi pusat pelayanan kesehatan

guna melakukan tindakan pendeteksian dini dari TB paru.

Page 79: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

V.3.4 Gambaran tingkat pendidikan Pasien TB Rawat Inap

Hasil penelitian ini menunjukkan penderita TB paru yang

dirawat inap hampir separuhnya yaitu 19 responden (45,2%)

memiliki latar belakang pendidikan tinggi, sedangkan

sebagian besarnya yaitu 23 responden (54,8%) memiliki latar

belakang pendidikan rendah.

Penelitian yang dilakukan Rini (2013), bahwa mayoritas

responden memiliki pendidikan tingkat pendidikan yang tinggi

diharapkan telah mampu menciptakan kondisi fisik rumah

yang sehat. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi

terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai

kondisi fisik rumah yang sehat.

Tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor risiko

penularan penyakit tuberkulosis. Rendahnya tingkat

pendidikan ini, akan berpengaruh pada pemahaman tentang

penyakit tuberkulosis. Masyarakat yang tingkat pendidikannya

tinggi, tuju kali lebih waspada terhadap Tb paru (gejala, cara

penularan, pengobatan) bila dibandingkan dengan masyarakat

yang hanya menempuh pendidikan dasar atau lebih rendah.

Kemudian juga mempengaruhi terhadap pengetahuan

seseorang diatanranya mengenai rumah dan lingkungan yang

memenuhi syarat kesehatan, shingga dengan pengetahuan

Page 80: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

yang cukup maka seseorang ajan mencoba untuk mempunyai

perilaku hidup bersih dan sehat. (Misnadiarly, 2009).

Tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan yang rendah

sangat mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap faktor risiko

yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit tuberkulosis

yang rawat inap, terutama pengetahuan mengenai risiko

penularan Tb di sekitar lingkungan tempat tinggal .

Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kesehatan

individu dan kelompok adalah pendidikan. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain membentuk tindakan seseorang

(overt behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa,

pendidikan mempengaruhi kejadian TB paru. Semakin

meningkat pendidikan seseorang, semakin meningkat pula

pengetahuan terhadap informasi kesehatan dimana orang

dengan pengetahuan formal yang lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat

pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih

mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan

serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Page 81: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Oleh karena itu, perlu kiranya instansi kesehatan

utamanya RS Dr Soedarso melakukan upaya promotif dan

preventif melalui media ataupun secara langsung dengan

tujuan memproteksi masyarakat dalam hal ini penderita Tb

paru yang dirawat inap dan keluarganya agar tahu mengenai

bahaya dan faktor risiko dari TB paru sehingga mau

memberdayakan diri untuk mengaplikasikannya didalam

kehidupan sehari-hari serta secara mandiri menanggulangi

permasalahan TB paru.

V.3.5 Gambaran Pekerjaan Pasien TB Rawat Inap

Responden pada penelitian ini menunjukkan sebagian

besarnya yaitu 26 responden (61,9%) bekerja dan hampir

separuhnya yaitu 16 responden (38,1%) tidak bekerja.

Hubungan pekerjaan dengan kejadian masalah kesehatan

disebabkan adanya risiko pekerjaan, orang yang bekerja

disuatu tempat akan terkena penyakit berdasarkan paparan

yang dialaminya.

Penderita TB paru yang dirawat inap sebagian besar

bekerja sebagai wiraswata dan buruh yang notabenenya lebih

cenderung mendapatkan paparan polusi tinggi dan tingkat

kelelahan yang besar. Tingkat kelelahan yang diterima dengan

jumlah yang besar memungkinkan seseorang mengalami

penurunan imun tubuh ditambah lagi dengan asupan energi

Page 82: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

yang kurang akan meningkatkan risiko untuk terjangkitnya

atau bahkan kembali kambuhnya TB paru hinga dirawat inap.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan

bahwa jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya

penyakit melalui beberapa faktor (Notoatmodjo,2011).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan seseorang

yang bekerja cenderung lebih berisiko untuk kembuhnya TB

paru hingga memungkinkan untuk dirawat inap, dikarenakan

seseorang yang bekerja akan mudah terpapar dengan orang

disekitarnya dan status pekerjaan juga berkaitan dengan sosial

ekonomi seseorang dimana dapat memberikan kontribusi

terhadap kemudahan kekambumbuhan TB paru.

Mengingat TB paru erat sekali kaitannya dengan sosial

ekonomi, sehingga perlunya pemerintah melakukan perbaikan

lapangan pekerjaan yang memadai dan sesuai dengan

keterampilan yang dimiliki masyarakat. Selain itu hendaknya

pekerja memperhatikan alat pelindung diri seperti masker dan

sarung tangan ketika bekerja diluar ruang yang terpapar

langsung dengan sumber-sumber penyebab TB paru seperti

polusi dan sampah.

V.3.6 Gambaran Pendapatan Pasien TB Rawat Inap

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendapatan

responden sebagian kecilnya yaitu 7 responden (16,7%)

Page 83: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

memiliki tingkat pendapatan tergolong tinggi, sedangkan

hampir seluruhnya yaitu 35 responden (83,3%) memiliki

tingkat pendapatan tergolong rendah.

Upah minimum Kota Pontianak sesuai dengan keputusan

yang dipublikasikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat adalah sebesar Rp

1.972.000 sedangkan rata-rata pendapatan responden adalah

sebesar RP 1.000.000.

Tingkat sosial ekonomi yang rendah dikarenakan

penghasilan yang minim atau kurang untuk mencukupi

kehidupan sehari-hari terutama pemenuhan kebutuhan

gizinya, lingkungan rumah yang sehat dan kemampuan

pembiayaan dalam bidang kesehatan karena masih terfokus

atas kebutuhan pokoknya. Keadaan status gizi dan penyakit

infeksi merupakan pasangan yang terkait. Penderita infeksi

sering mengalami anoreksia, penggunaan waktu yang

berlebih, penurunan gizi atau gizi kurang akan memiliki daya

tahan tubuh yang rendah dan sangat peka terhadap penularan

penyakit. Pada keadaan gizi yang buruk, maka reaksi

kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan dalam

mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi seperti TB

paru menjadi menurun. Demikian juga sebaliknya seseorang

Page 84: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

yang menderita penyakit kronis, seperti TB paru umumnya

status gizinya mengalami penurunan.

Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan tingkat

pendapatan yang rendah erat kaitannya dengan kemampuan

seseorang untuk peningkatan gizi baik, pemanfaatan kesehatan

yang berkualitas, dan pememnuhan syarat rumah sehat

sehingga risiko penularan dan menularkan TB paru semakin

besar.

Oleh karena itu, perlunya peningkatan pemahaman untuk

pemenuhan gizi seimbang juga tidak selalu dengan harga yang

mahal, sehingga peran tenaga kesehatan dan pemerintah untuk

menyebarluaskan informasi mengenai fortifikasi makanan

dengan yang lebih sederhana dan terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat dalam pemenuhan kalori dan protein serta

kekurangan zat besi karena dapat meningkatkan risiko terkena

TB paru. Kemudian peningkatan kualitas kesehatan bagi

masyarakat tidak mampu serta bantuan perumahan dari

pemerintah agar terpenuhinya syarat rumah sehat.

V.3.7 Gambaran Kebiasaan Merokok Pasien Paru Rawat Inap

Hasil penelitian sebagian besarnya yaitu 29 responden

(79,1%) tidak merokok, sedangkan hampir separuhnya yaitu

13 responden (31%) merokok.

Page 85: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Beberapa penelitian membuktikan, adanya kaitan antara

status perokok dengan kembali kambuhnya TB paru

sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sayuti (2013)

menyatakan antara merokok dengan TB paru BTA positif.

Senada dengan penelitian Lalombo (2015) yang menyatakan

bahwa kebiasaan merokok adalah faktor yang berhubungan

dengan TB paru.

Polusi udara dalam ruangan dari asap rokok dapat

meningkatkan risiko terinfeksi kuman Mycobacterium

tuberculosis. Asap rokok mengandung lebih dari 4.500 bahan

kimia yang memiliki berbagai efek racun mutagenik dan

karsinogenik. Zat-zat ini memiliki risiko infeksi

Mycobacterium tuberculosis.Dampak buruk bagi kesehatan

khususnya paru karena rokok tidak hanya berdampak bagi

perokok namun juga bagi orang lain yang berada dilingkungan

perokok yaitu perokok pasif yaitu mereka yang tidak merokok

tapi sering berkumpul dengan perokok sehingga terpaksa harus

menghirup asap rokok (Aliman, 2011).

Kandungan tar dari asap rokok dapat mengganggu

kejernihan mukosa silia yang digunakan sebagai mekanisme

menempelnya bakteri pada sel epitel pernapasan yang hasilnya

adalah kolonisasi bakteri dan infeksi. Pada saluran napas

besar, sel mukosa membesar dan kelenjar mukus bertambah

Page 86: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

banyak (hiperplasia). Kemudian terjadi penurunan fungsi T sel

yang dimanifestasikan oleh penurunan perkembangbiakan

mitogen T sel. Polarisasi fungsi T sel dari respon TH-1 ke TH-

2 mungkin juga mengganggu pertahanan pejamu dalam

melawan infeksi akut. Secara ringkas tar dapat menyebabkan

struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru serta

respon imunologis pejamu terhadap infeksi (Eisner, 2008).

Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan

oksigen sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar

oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah

merah akan semakin kekurangan oksigen karena yang

diangkut adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang

kekurangan oksigen akan melakukan spasme yaitu menciutkan

pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung terus-menerus

maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya

proses ateroskerosis (penyempitan). Penyempitan dengan CO

dalam jumlah besar dapat menghilangkan kesadaran hingga

meninggal. Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan

hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan

penumpukan lendir. Pada jaringan paru, terjadi peningkatan

jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (cabang dari paru)

(Kemenkes, 2012).

Page 87: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Berdasarkan uraian diatas erat sekali kaitannya antara

status perokok dengan TB paru. Status perokok meningkatkan

kemungkinan kambuhnya TB paru hingga cencerung dirawat

inapdikarenakan sel tubuh mengalami kerusakan khususnya

pada sel epitel mukosa yang terdapat pada saluran nafas yang

digunakan sebagai mekanisme menempelnya bakteri pada sel

epitel pernapasan yang hasilnya adalah kolonisasi bakteri dan

infeksi.

Oleh karenanya, masyarakat harus sudah mengurangi

kebiasaan merokok dan bahkan berhenti sama sekali dari

perilaku merokok. Perlunya kebijakan dari pemerntah untuk

melakukan penekanan terhadap perilaku merokok bagi

masyarakat, sehingga baik perokok aktif dan perokok pasif

dapat terhindar dari bahaya rokok sebagai faktor risiko

terjadinya penyakit infeksi TB paru.

V. 3.8 Gambaran Kepadatan Hunian di Rumah Pasien TB Rawat

Inap

Hasil penelitian ini menunjukkan hampir separuhnya

yaitu 39 rumah responden (92,9%) memiliki kepadatan hunian

yang memenuhi syarat, sedangkan sebagian kecilnya yaitu 3

rumah responden (7,1%) memiliki kepadatan hunian yang

tidak memenuhi syarat.

Page 88: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Berbagai penelitian membuktikan adanya kaitan antara

kepadatan hunian dengan TB paru, sebagaimana penelitian

yang dilakukan oleh Nurwitasari (2015) yang

menyatakanbahwa kedekatan merupakan faktor risiko TB

paru. Dimana Akamal (2013) juga menyatakan hal yang sama

dalam penelitiannya bahwa penularan tuberkulosis sangat

dipengaruhi kepadatan suatu hunian dikarenakan penularan

tuberkulosis melalui droplet, dehingga jika ada salah satu

penghuni positif tuberkulosis maka penyakit akan cepat

menyebar ke penghuni lainnya.

Berdasarkan Kepmenkes RI No.

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan

rumah tinggal menunjukkan luas ruang tinggal menunjukkan

luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari

2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak yang berusia

kurang dari 5 tahun. Jumlah penghuni rumah yang banyak

akan semakin menambah bibit penyakit dan mempercepat

penularan penyakit proses pertukaran udara bersih akan

terpenuhi.

Menurut Prabu dalam Soemirat (2000), luas lantai

bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus

disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak

Page 89: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

menyebabkan overload. Persyaratan kepadatan hunian untuk

seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas

minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas

bangunan dan fasilitas yang tersedia .

Semakin banyaknya penghuni rumah, semakin meningkat

pula kadar CO2 di udara dalam rumah, maka akan memberi

kesempatan tumbuh dan berkembang biak lebih bagi

mycobacterium tubrculosis. Degan demikian akan semakin

banyak kuman yang terhisap oleh penghuni rumah melalui

saluran pernapasan (Depkes RI, 2002).

Dari segi kesehatan, kepadatan hunian mempunyai

pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat, karena

kepadatan mempengaruhi timbulnya suatu penyakit maupun

kematian akibat penyakit menular. Kepadatan juga dianggap

sebagai faktor risiko terjadinya penyakit tuberkulosis paru

karena kedekatan membuat penghuni melakukan kontak

dengan udara yang terkontaminasi bakteri yang menyebabkan

infeksi.

V.3.9 Gambaran Luas Ventilasi di Rumah Pasien TB Rawat Inap

Hasil penelitian menunjukkan hanya sebagian kecilnya

yaitu 3 rumah responden (7,1%) memiliki luas ventilasi yang

memenuhi syarat, sedangkan sebagian besarnya yaitu 39

Page 90: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

rumah responden (92,9%) memiliki luas ventilasi yang tidak

memenuhi syarat. Rata-rata luas ventilasi 4 m2.

Penelitian yang dilakukan Murtiningsih (2014) ada

hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah terhadap

TB paru. Begitu pula dengan penelitian Widiyarsih (2014),

menyatakan ada hubungan antara ventilasi dengan

tuberkulosis paru.

Hasil observasi pada saat melakukan penelitian

ditemukan kamar tidur penderita dengan luas ventilasi yang

tidak memenuhi syarat kesehatan dikarenakan terdapat lubang

angin yang kecil, sebagian penderita menutup ventilasi dengan

plastik bening dan sebagiannya dengan triplek. Menurut

Notoatmodjo (2011) ventilasi mempunyai fungsi, fungsi

utama adalah untuk menjaga aliran udara dalam rumah

tersebut tetap sejuk.

Ventilasi merupakan salah satu faktor pendukung rumah

sehat sebagai tempat pergantian udara dalam ruang. Ventilasi

dalam rumah membantu kualitas udara dalam ruangan,

temperatur ruang yang memenuhi syarat.Ventilasi juga

mempengaruhi proses dilusi udara serta mengencerkan

konsentrasi kuman TBC dan kuman lain, dimana kuman

tersebut akan terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet

(Whardana, 2006).

Page 91: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Ventilasi yang tidak memenuhi syarat akan

mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran udara dan

sinar matahari ke dalam rumah akibatnya kuman tuberkulosis

yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap

bersama udara pernafasan. Selain itu ventilasi yang tidak

memenuhi syarat kesehatan akan memberikan dampak pada

proses pergantian udara dalam rumah serta mengurangi

kelembaban didalam ruangan (Budiman, 2011).

Ventilasi yang memenuhi syarat memungkinkan adanya

pergantian udara dalam kamar, sehingga dapat mengurangi

kemungkinan penularan pada orang lain seiring dengan

menurunnya konsentrasi kuman. Kamar dengan luas ventilasi

yang tidak memenuhi syarat menyebabkan kuman selalu

dalam konsentrasi tingi sehingga memperbesar penularan

kepada orang lain. Ventilasi rumah yang tidak cukup

menyebabkan aliran udara tidak terjaga sehingga kelembaban

udara didalam ruangan naik dan kondisi ini menjadi media

yang baik bagi perkembangan kuman petogen. Untuk

memungkinkan pergantian udara secara lancar, diperlukan

minimum luas lubang ventilasi tetap 10% dari luas lantai

(Simbolon, 2007).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, ventilasi merupakan

salah satu faktor pendukung rumah sehat sebagai tempat

Page 92: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

pergantian udara dalam ruang. Ventilasi dalam rumah

membantu kualitas udara dalam ruangan, temperatur ruang

yang memenuhi syarat. Ventilasi juga mempengaruhi proses

dilusi udara serta mengencerkan konsentrasi kuman TBC.

Ventilasi yang memenuhi syarat memungkinkan adanya

pergantian udara dalam kamar, sehingga dapat mengurangi

kemungkinan penularan pada orang lain seiring dengan

menurunnya konsentrasi kuman.

Melihat permasalahan yang ada, sebaiknya masyarakat

untuk memaksimalkan fungsi dari ventilasi dengan tidak

menghalangi ventilasi sebagai jalur pergantian udara. Ada

baiknya juga masyarakat untuk menanam pepohonan disekitar

rumah agar udara menjadi sejuk, namun jangan sampai

menutupi ventilasi di rumah.

V.3.10 Gambaran Pencahayaan di Rumah Pasien TB Rawat Inap

Hampir seluruhnya yaitu 39 rumah responden (92,2%)

memiliki intensitas pencahayaan yang memenuhi syarat ≥ 60

lux, sedangkan sebagian kecilnya yaitu 3 rumah responden

(7,1%) memiliki intensitas pencahayaan yang tidak memenuhi

syarat < 60 lux.

Pengukuran cahaya dilakukan dengan menggunakan alat

ukur Lux meter. Secara teknis pencahayaan tergantung pada

luas ruangan. Pencahayaan yang diukur adalah pencahayaan

Page 93: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

alamiah, berasal dari sinar matahari secara langsung yang

masuk melalui ventilasi, jendela dan pintu. Hasil pengukuran

kemudian dibandingkan dengan Permenkes No. 1077 tahun

2011 yang menyatakan persyaratan pencahayaan di dalam

rumah minimal 60 lux dengan syarat tidak menyilaukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamidah., dkk (2015)

menyatakan bahwa ada hubungan antara pencahayaan dengan

TB paru di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Siko

Kecamatan Ternate Utara Kota Ternate Provinsi Maluku

Utara. Ditegaskan kembali dengan penelitian yang dilakukan

Azyyati, dkk (2016) pencahayaan merupakan faktor risiko TB

paru di RW 09 Kelurahan Jembatan Bedi Kecamatan Tambora

Jakarta Barat.

Pencahayaan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan

membawa dampak bagi penghuninya, hal ini dikarenakan

rumah yang tidak mendapatkan cahaya matahari yang cukup

akan membuat rumah tersebut menjadi gelap. Cahaya matahari

yang masuk kedalam rumah berguna untuk menerangi ruangan

serta mempunyai daya untuk membunuh bakteri (Depkes RI,

2009).

Pencahayaan alami yang langsung ke dalam ruangan

rumah dapat mengurangi terjadinya penularan penyakit

tuberkulosis paru, karena cahaya ultraviolet dari sinar matahari

Page 94: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

yang masuk ke dalam ruangan dapat membunuh kuman.

Pencahayaan tersebut dapat masuk melalui lubang ventilasi,

jendela, maupun pintu yang sering dibuka atau dapat melalui

genteng kaca, banyak jenis bakteri dapat dimatikan jika bakteri

tersebut mendapatkan sinar matahari secara langsung,

demikian juga kuman M. tuberculosis dapat mati karena

cahaya sinar ultraviolet dari sinar matahari yang masuk ke

dalam ruangan (Kemenkes RI Ditjen P2PL, 2014).

Selain dikarenakan luas jendela yang masih sangat

kurang, rendahnya tingkat pencahayaan dikarenakan letak

posisi rumah yang saling berhimpitan sehingga posisi jendela

kerap terhalang bangunan lain yang berada disamping rumah,

kemudian adanya kebiasaan responden menutup jendela

dengan gorden yang menyebabkan intensitas pencahayaan

berkurang.

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pencahayaan alamiah adalah luas ventilasi,

luas lantai dan keberadaan jendela.

Rata-rata luas jendela yang terdapat dirumah responden

adalah 1,7m dari luas lantai (<15% luas lantai). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Halim (2016) bahwa pencahayaan memiliki hubungan yang

signifikan dengan kejadian TB paru. kuman Mycobacterium

Page 95: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

tuberculosis sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan

sinar ultraviolet. Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet

akan membunuh kuman dalam masa beberapa menit (Ditjen

PP dan PL, 2014). Rumah yang tidak masuk sinar matahari

mempunyai resiko menderita tuberkulosis 3-7 kali

dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari

(Depkes RI, 2011).

Melihat permasalahan yang ada di lapangan, sebaiknya

masyarakat agar dapat melakukan modifikasi terhadap luas

jendela sesuai dengan ketentuan yaitu ≥ 15% luas lantai rumah,

letak jendela agar tidak terlindung dengan gorden atau

bangunan lainnya sehingga intensitas cahaya matahari yang

masuk dapat optimal. Apabila letak jendela sudah ditutupi oleh

bangunan lain dan tidak bisa dimodifikasi, ada baiknya untuk

menggunakan genting transparan untuk memudahkan sinar

matahari menembus ruangan.

V.3.11 Gambaran Kelembaban Udara di RumahPasien TB Rawat

Inap

Kondisi lingkungan yang lembab merupakan media yang

baik untuk perkembangan bakteri patogen. Pengukuran

kelembaban pada penelitian ini menggunakan alat sling

psychrometer. Kelembaban ini dipengaruhi oleh luas ventilasi

rumah responden sebagaimana dari hasil analisis sebagian

Page 96: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

besar memenuhi syarat sesuai ketentuan 40%-70% yaitu 25

rumah (59,5%) sedangkan responden yang tingkat

kelembabannya tidak memenuhi syarat yaitu 17 rumah

(40,5%). Hal ini terjadi pada saat penelitian kondisi cuaca

sedang dalam keadaan mendung dan cenderung kurang

memancarkan sinar matahari, sehingga asumsi peneliti

meningkatkan tingkat kelembaban yang tidak memenuhi

syarat (tinggi).

Penelitian yang dilakukan Andhalia, dkk. (2016) bahwa

kelembaban memiliki hubungan yang sangat signifikan

terhadap kejadian TB. Sejurus pula dengan penelitian yang

dilakukan Agustian (2014) bahwakelembaban memiliki

hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja

Puskesmas Perumnas I dan II Kecamatan Pontianak Barat.

Menurut Notoatmodjo (2007), kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik karena

terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.

Kelembaban dalam di dalam kamar cenderung normal

yaitu berada pada rentang 40%-70%, ini dikarenakan

penggunaan pendingin udara seperti kipas angin yang dapat

mempengaruhi kelembaban pada ambang batas normal.

Kelembaban akan menjadi media yang baik bagi bakteri

patogen tidak terkecuali mycobacterium tuberculosa. Semakin

Page 97: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

tinggi tingkat kelembaban di dalam rumah, akan

mempermudah berkembangbiaknya mikroorganisme antara

lain bakteri spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme

tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara, selain itu

kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran

mukosa hidung menjadi kering shingga kurang efektif dalam

menghadang mikroorganisme. Kelembaban udara yang

meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri

termasuk bakteri tuberkulosis (WHO, 2013).

Kuman tuberkulosis mampu bertahan hidup di tempat

yang gelap dan lembab dan akan dormant di tempat kering dan

dingin, bakteri tuberkulosis paru akan mati pada pemanasan

100oC selama 5-10 menit, atau pada suhu 60oC selama 30

menit. Bakteri tuberkulosis paru akan hidup subur pada

lingkungan dengan kelembaban tinggi, karena air membentuk

lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan media yang

paling baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup

bakteri (Gould, 2003).

Melihat permasalahan yang ada, untuk menjaga tingkat

kelembaban agar berada pada rentang 40%-70% perlu kiranya

masyarakat untuk membiasakan perilaku membuka jendela

pada pagi hingga sore hari, dengan harapan sirkulasi udara

berjalan lancar.

Page 98: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

V.3.12 Gambaran Suhu dalam Rumah Pasien TB Rawat Inap

Suhu merupakan salah satu faktor risiko yang dapat

menyebabkan TB paru. Pengukuran suhu ruangan

menggunakan alat sling psychometer. Hasil yang telah

didapatkan kemudian dibandingkan dengan Permenkes No.

1077 tahun 2011 yang menyatakan persyaratan suhu ruangan

di dalam rumah yaitu 18-30oC. Hasil penelitian ini

menunjukkan hampir seluruhnya suhu dalam rumah tidak

memenuhi syarat (88%). Hal ini terjadi meskipun pada saat

penelitian kondisi cuaca sedang dalam keadaan mendung dan

cenderung kurang memancarkan sinar matahari, keadaan

sekitar ruang tidak terlalu baik sirkulasi udaranya sehingga

asumsi peneliti meningkatkan suhu yang tidak memenuhi

syarat (tinggi).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Heriyani, dkk (2013)

yang menyatakan suhu udara merupaka faktor risiko terhadap

kerjadian TB paru di Kota Banjarmasin, Kalimantan

Indonesia. Begitupun Mudyono,dkk (2015) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa suhu merupakan faktor

risiko terhadap kejadian tuberkulosis paru di Kota Pekalongan.

Suhu ruangan tergantung dari suhu udara luar, pergerakan

udara, kelembaban udara dan suhu benda disekitarnya (Irianto,

2014). Dari hasil observasi lapangan ditemukan suhu kamar

Page 99: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

lebih dominan bersuhu diatas 30oC. ini berkaitan dengan

sirkulasi udara yang terdapat di dalam rumah responden.

Cenderung tingginya suhu ruangan diakibatkan vantilasi dan

jendela lebih sering tertutup. Bahkan beberapa rumah

ditemukan jendela yang berhimpitan dan tertutup dengan

bangunan disebelah rumah responden. Ini memungkinkan

lingkungan menjadi gerah dan pertumbuhan kuman semakin

maksimal. Keadaan seperti ini membuat kuman di dalam

dahak pada suhu antara 30-37oC akan mati dalam masa lebih

kurang satu minggu (Ditjen PP dan PL, 2014). Berdasarkan

pernyataan tersebut berarti kuman mycobacterium dapat

bertahan hidup secara optimal pada kisaran suhu tersebut.

Melihat dari permasalahan yang ada, menjaga suhu tetap

berada pada batas normal perlu kiranya masyarakat

memodifikasi luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai dan

jendela minimal berukuran 15% dari luas lantai. Kemudian

jika udara didalam rumah terlalu panas dengan asumsi suhu

meningkat, disarankan untuk menggunakan kipas angin atau

pendingin udara dengan mengatur kelembaban udara melalui

ventilasi atau jalur sirkulasi udara lainnya.

Page 100: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

V.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya,

yaitu:

1. Penelitian dilakukan pada saat kondisi cuaca sedang dalam keadaan

mendung dan cenderung kurang memancarkan sinar matahari,

sehingga mempengaruhi penelitian terutama pada variabel

pengukuran kelembaban, suhu dan pencahayaan.

Page 101: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Lingkungan Rumah

Penderita TB Paru yang Rawat Inap di RSUD Dr. Soedarso Pontianak maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan jenis kelamin, dari 42 responden hampir seluruhnya yaitu

34 responden (81%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan sebagian

kecilnya yaitu 8 responden (19%) berjenis kelamin perempuan. Dari

uraian tersebut dapat disimpulkan semakin bertambahnya umur

seseorang cenderung terjadinya peningkatan risiko terhadap penularan

TB paru seiring dengan berkurangnya pada aspek psikologis dan aspek

fisik.

2. Menurut tingkat pendidikan dari 42 responden hampir separuhnya yaitu

19 responden (45,2%) memiliki latar belakang pendidikan tinggi,

sedangkan sebagian besarnya yaitu 23 responden (54,8%) memiliki latar

belakang pendidikan rendah. Rata-rata pendidikan responden

SMP/Sederajat, dengan latar pendidikan terendahnya SD/Sederajat dan

latar belakang pendidikan tertinggi Diploma pendidikan mempengaruhi

kejadian TB paru.

3. Dari status pekerjaan dari 42 responden, sebagian besarnya yaitu 26

responden (64%) bekerja dan hampir separuhnya yaitu 16 responden

Page 102: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

(38%) tidak bekerja.seseorang yang bekerja cenderung lebih berisiko

untuk kembuhnya TB paru hingga memungkinkan untuk dirawat inap,

Mengingat TB paru erat sekali kaitannya dengan sosial ekonomi,

sehingga perlunya pemerintah melakukan perbaikan lapangan pekerjaan

yang memadai dan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki

masyarakat. Selain itu hendaknya pekerja memperhatikan alat pelindung

diri seperti masker dan sarung tangan ketika bekerja diluar ruang yang

terpapar langsung dengan sumber-sumber penyebab TB paru seperti

polusi dan sampah.

4. Menurut tingkat pendapatan diketahui dari 42 responden, sebagian

kecilnya yaitu 7 responden (16,7%) memiliki tingkat pendapatan

tergolong tinggi, sedangkan hampir seluruhnya yaitu 35 responden

(83,3%) memiliki tingkat pendapatan tergolong rendah. Rata-rata

pendapatan responden sebesar Rp 1.307.142 dengan pendapatan

terendah sebesar Rp 500.000 dan pendapatan tertinggi 3.000.000.tingkat

pendapatan yang rendah erat kaitannya dengan kemampuan seseorang

untuk peningkatan gizi baik, pemanfaatan kesehatan yang berkualitas,

dan pememnuhan syarat rumah sehat sehingga risiko penularan dan

menularkan TB paru semakin besar.Oleh karena itu, perlunya

peningkatan pemahaman untuk pemenuhan gizi seimbang juga tidak

selalu dengan harga yang mahal, sehingga peran tenaga kesehatan dan

pemerintah untuk menyebarluaskan informasi mengenai fortifikasi

makanan dengan yang lebih sederhana dan terjangkau oleh seluruh

Page 103: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

lapisan masyarakat dalam pemenuhan kalori dan protein serta

kekurangan zat besi karena dapat meningkatkan risiko terkena TB paru.

Kemudian peningkatan kualitas kesehatan bagi masyarakat tidak mampu

serta bantuan perumahan dari pemerintah agar terpenuhinya syarat rumah

sehat.

5. Dari 42 responden sebagian besarnya yaitu 29 responden (79,1%) tidak

merokok, sedangkan hampir separuhnya yaitu 13 responden (31%)

merokok.erat sekali kaitannya antara status perokok dengan TB paru.

Status perokok meningkatkan kemungkinan kambuhnya TB paru hingga

cencerung dirawat inap dikarenakan sel tubuh mengalami kerusakan

khususnya pada sel epitel mukosa yang terdapat pada saluran nafas yang

digunakan sebagai mekanisme menempelnya bakteri pada sel epitel

pernapasan yang hasilnya adalah kolonisasi bakteri dan infeksi.Oleh

karenanya, masyarakat harus sudah mengurangi kebiasaan merokok dan

bahkan berhenti sama sekali dari perilaku merokok. Perlunya kebijakan

dari pemerntah untuk melakukan penekanan terhadap perilaku merokok

bagi masyarakat, sehingga baik perokok aktif dan perokok pasif dapat

terhindar dari bahaya rokok sebagai faktor risiko terjadinya penyakit

infeksi TB paru.

6. Diketahui tingkat kepadatan penguni rumah dari 42 responden, , hampir

separuhnya yaitu 39 rumah responden (92,9%) memiliki kepadatan

hunian yang memenuhi syarat, sedangkan sebagian kecilnya yaitu 3

rumah responden (7,1%) memiliki kepadatan hunian yang tidak

Page 104: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

memenuhi syarat. Rata-rata jumlah anggota dalam rumah responden

sebanyak 3 orang, paling sedikit 1 orang dan paling banyak 10 orang

yang tinggal bersama responden.

7. Diketahui dari 42 responden, hanya sebagian kecilnya yaitu 3 rumah

responden (7,1%) memiliki luas ventilasi yang memenuhi syarat,

sedangkan sebagian besarnya yaitu 39 rumah responden (92,9%)

memiliki luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata luas

ventilasi 4 m2.Melihat permasalahan yang ada, sebaiknya masyarakat

untuk memaksimalkan fungsi dari ventilasi dengan tidak menghalangi

ventilasi sebagai jalur pergantian udara. Ada baiknya juga masyarakat

untuk menanam pepohonan disekitar rumah agar udara menjadi sejuk,

namun jangan sampai menutupi ventilasi di rumah.

8. Diketahui dari 42 responden, hampir sebagian kecilnya yaitu 3 rumah

responden (7,1%) memiliki pencahayaan yang memenuhi syarat ((≥ 60

lux), sedangkan hampir seluruhnya yaitu 39 rumah responden (92,2%)

memiliki luas pencahayaan yang tidak memenuhi syarat (< 60

lux).Sebaiknya masyarakat agar dapat melakukan modifikasi terhadap

luas jendela sesuai dengan ketentuan yaitu ≥ 15% luas lantai rumah, letak

jendela agar tidak terlindung dengan gorden atau bangunan lainnya

sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk dapat optimal. Apabila

letak jendela sudah ditutupi oleh bangunan lain dan tidak bisa

dimodifikasi, ada baiknya untuk menggunakan genting transparan untuk

memudahkan sinar matahari menembus ruangan.

Page 105: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

9. Diketahui dari 42 responden, lebih dari separuhnya yaitu 25 rumah

responden (59,5%) memiliki kelembaban yang memenuhi syarat,

sedangkan hampir separuhnya yaitu 17 rumah responden (40,5%)

memiliki kelembaban yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata

kelembaban kamar tidur responden sebesar 59%.Untuk menjaga tingkat

kelembaban agar berada pada rentang 40%-70% perlu kiranya

masyarakat untuk membiasakan perilaku membuka jendela pada pagi

hingga sore hari, dengan harapan sirkulasi udara berjalan lancar.

10. Diketahui dari 42 responden, hampir separuhnya yaitu 13 rumah

responden (31%) memiliki kategori suhu yang memenuhi syarat,

sedangkan lebih dari separuhnya yaitu 29 rumah responden (69%)

memiliki kategori suhu yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata suhu

dalam kamar tidur responden adalah 31oC. Suhu terendah 27,9oC dan

suhu tertinggi 34,7oC. Menjaga suhu tetap berada pada batas normal

perlu kiranya masyarakat memodifikasi luas ventilasi minimal 10% dari

luas lantai dan jendela minimal berukuran 15% dari luas lantai.

Kemudian jika udara didalam rumah terlalu panas dengan asumsi suhu

meningkat, disarankan untuk menggunakan kipas angin atau pendingin

udara dengan mengatur kelembaban udara melalui ventilasi atau jalur

sirkulasi udara lainnya.

Page 106: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

VI.2 Saran

VI.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Pontianak

1. Perlunya penyebarluasan informasi berupa manfaat rumah sehat

melalui media massa cetak maupun media elektronik.

2. Melakukan surveilans rumah sehat untuk mendeteksi adanya

kemungkinan rumah yang tidak sehat, sehingga dapat dilakukan

mapping dan intervensi program rumah sehat.

3. Perlunya membentuk dan melibatkan kader kesehatan dalam

mengawasi serta mengintervensi perilaku sadar rumah sehat dari

lingkungan keluarga dan masyarakat.

4. Bersinergi membangun desa percontohan sadar hunian sehat sebagai

upaya membangun perilaku sehat dan menjadi role model bagi desa-

desa disekitarnya.

VI.2.2 Bagi Masyarakat di wilayah kerja RSUD Dr. Soedarso

1. Kondisi fisik rumah yang belum memenuhi syarat sebagaimana suhu

yang seharusnya pada rentan 18-30 ºC belumlah tercermin sesuai

dengan fakta di lapangan:

a) Perlu kiranya masyarakat meningkatkan melakukan inovasi berupa

penambahan penggunaan plafon didalam ruang, guna mengurangi

tingkat suhu yang diterima atap tanpa penghalang dari plafon.

2. Tingkat pencahayaan dalam rumah erat kaitanya rasa nyaman pada

mata.

Page 107: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

a) Semakin rendah intensitas cahaya, maka akan semakin cenderung

bakteri atau virus yang dapat menyebabkan penyakit khususnya

pneumonia pada balita. Namun jika terlalu tinggi akan berdampak

pada ketidaknyamanan mata dalam melihat (silau) dan dapat

mempengaruhi faktor lain yaitu peningkatan suhu dalam ruangan.

b) Perlu kiranya masyarakat melakukan inovasi perubahan bentuk

struktur ventilasi dan jendela sesuai dengan ukuran yang

disarankan.

c) Menitikberatkan pada penanaman kebiasaan membuka jendela

ketika disiang hari agar intensitas cahaya matahari yang masuk ke

dalam kamar atau ruangan maksimal membunuh bakteri patogen.

VI.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis desain penelitian

yang berbeda mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan TB

paru.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variabel mikrobiologi

dalam rumah merupakan variabel yang dapat mempengaruhi kejadian TB

paru.

Page 108: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

3.

Adnani, Hariza. 2011. Buku Ajar: Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2013. Riset

Kesehatan Dasar, Jakarta.

Darwel. 2012. Faktor-Faktor yang Berkorelasi terhadap Hubungan Kondisi

Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Sumatera

(Analisis Data Riskesdas 2010). Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Depok.

Dawile, G., dkk. 2013. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan

Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tobelo

Kabupaten Halmahera Utara. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sam Ratulangi.

Depkes RI. 2001. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

. 2006. Penanggulangan TB. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Edberg, Mark. 2007. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat : Teori Sosial dan

Perilaku. Jakarta : EGC.

Elvina Karyadi. 2002. Pusat Kajian Gizi Regional. Universitas Indonesia.

Farmani. 2015. Prediktor Ketidakteraturan Minum Obat Tuberkulosis (TB)

Pada Pasien dengan Pengobatan Kategori 1 Di Puskesmas Kota Denpasar

Pada Tahun 2011-2012. Tesis. Universitas Udayana Denpasar.

Gould & Brooker. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Jakarta :

EGC.

Hapsari. 2010. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan

Keteraturan Berobat pasien TB Paru Strategi DOTS di RSUD dr.

Moewardi

Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Page 109: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Holmquist, L., dkk. 2008. Tuberculosis Stays in U.S. Hospitals,

2006. Statistical Brief: 60. H-CUP.

Menteri Tenaga Kerja RI. 1999. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:

PER-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum Regional (UMR). Jakarta :

Kementerian Republik Indonesia.

Muaz, Faris. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian

Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Di Puskesmas Wilayah

Kecamatan Serang Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UI Syarif Hiayatullah Jakarta.

Mulluzi, A.Sibra. 2010. Determinan Lama Pasien TB Paru Menjalani

Rawat

Inap Di Rumah Sakit Paru Jember. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Universitas Jember.

Nadhiroh, D. Alfiatun. 2013. Studi Tentang Praktik Higiene, Sanitasi

Lingkungan

dan Dukungan Keluarga Penderita TB BTA Positif dan TB BTA Negatif

Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali. Skripsi.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Nodieva A et al. 2008. Risk of infection with different M.tuberculosis

strains for retreatment cases in Latvia. 39th IUATLD World Conference

on Lung Health, abstract PC-81701-19, Paris.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

___________, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.

Jakarta : Rineka Cipta.

___________, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

___________, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Putra, NR. 2011. Hubungan Perilaku Dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan

Kejadian TB Paru Di Kota Solok Tahun 2011. Skripsi. Universitas

Andalas.

Page 110: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Presiden RI. 2003. UU RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta. Depdiknas. [serial online] [disitasi pada 3 Maret 2017]. Diakses

dari URL: http://www.hukumonline.com.

Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta :

Nuha Medika.

Proverawati, Atikah dan Siti Assfuah. 2009. Buku Ajar Gizi untuk

Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Saharieng, dkk., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Status

Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas

Tamako, Puskesmas Manganitu Dan Puskesmas Tahuna Timur Di

Kabupaten Kepulauan Sangihe. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sam Ratulangi.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra

Cendikia.

Siregar, Melisah Pitri. 2012. Hubungan Karakteristik Rumah Dengan

Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru DI Puskesmas Simpang Kiri Kota

Subulassalam Tahun 2012. Jurnal USU. Diakses dari

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/viewFile/1219/619

Setiawan, B.Eko. 2010. Determinan Indikasi Rawat Inap Pada Pasien TB

Paru Di Rs Paru Jember.

Sitorus. 2012. Karateristik Penderita Tuberkulosis Paru dengan

Komplikasi

yang Rawat Inap Di RSUD Rantauprapat. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Suharyo. 2013. Determinasi Penyakit Tuberkulosis Di Daerah Pedesaan.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol.9 Edisi1: 85-91 Tahun 2013.

Diakses pada 5 Februari 2017.

Supriyo, dkk. 2013. Pengaruh Perilaku dan Status Gizi Terhadap Kejadian

TB Paru Di Kota Pekalongan. Skripsi. Prodi Keperawatan Pekalongan,

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Suryabrata, Sumadi. 2015. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Susila dan Suyanto. 2014. Metode Penelitian Epidemiologi Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Yogyakarta : Bursa Ilmu.

Page 111: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Suyono. 2010. Pokok Bahan Modul Perumahan dan pemukiman Sehat.

Pusdiknakes.

Syafri. 2015. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Triman. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan

Tuberkulosis Paru Strategi DOTS di Puskesmas dan BP4 di Surakarta dan

Wilayah Sekitarnya. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.

Wawan, A. dan Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap

dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

WHO. 2009. A history of Tuberculosis Control in Indonesia. [serial online]

[disitasi pada 1 Maret 2017]. Diakses dari URL http:whq.doc.WHO.int.

. 2014. Global Tuberculosis Report. Prancis: World Health

Organization. [serial online] [disitasi pada 5 Maret 2017]. Diakses dari

URL http:www.whoint/tb.

Yolanda. 2009. Karakteristik Penderita TB Paru Relaps yang Berobat di

Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Medan Tahun 2006-2007. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara Medan.

Zubaidah. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Angka

Kesembuhan TB di Kabupaten Banjar tahun 2013. Jurnal Buski, Jurnal

Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang Vol 4 No 4 Desember

2013 Hal 192-199. Diakses pada 27 Februari 2017.

Page 112: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

OUTPUT

Usia responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 13 1 2.4 2.4 2.4

16 2 4.8 4.8 7.1

17 1 2.4 2.4 9.5

22 1 2.4 2.4 11.9

26 1 2.4 2.4 14.3

31 1 2.4 2.4 16.7

32 1 2.4 2.4 19.0

35 1 2.4 2.4 21.4

36 1 2.4 2.4 23.8

37 1 2.4 2.4 26.2

40 1 2.4 2.4 28.6

43 3 7.1 7.1 35.7

44 1 2.4 2.4 38.1

46 1 2.4 2.4 40.5

49 1 2.4 2.4 42.9

51 2 4.8 4.8 47.6

52 1 2.4 2.4 50.0

55 1 2.4 2.4 52.4

56 1 2.4 2.4 54.8

58 2 4.8 4.8 59.5

59 3 7.1 7.1 66.7

60 2 4.8 4.8 71.4

61 1 2.4 2.4 73.8

62 2 4.8 4.8 78.6

63 1 2.4 2.4 81.0

65 1 2.4 2.4 83.3

66 1 2.4 2.4 85.7

69 1 2.4 2.4 88.1

70 2 4.8 4.8 92.9

72 2 4.8 4.8 97.6

73 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 113: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Kategori usia responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <44 Tahun 16 38.1 38.1 38.1

>44 Tahun 26 61.9 61.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 34 81.0 81.0 81.0

Perempuan 8 19.0 19.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Bersekolah 12 28.6 28.6 28.6

SD/Sederajat 6 14.3 14.3 42.9

SMP/Sederajat 5 11.9 11.9 54.8

SMA/Sederajat 16 38.1 38.1 92.9

Diploma 3 7.1 7.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tinggi 19 45.2 45.2 45.2

Rendah 23 54.8 54.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 114: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Bekerja 16 38.1 38.1 38.1

PNS/TNI/POLRI 2 4.8 4.8 42.9

Swasta 9 21.4 21.4 64.3

Wiraswasta 10 23.8 23.8 88.1

Buruh 5 11.9 11.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Bekerja 26 61.9 61.9 61.9

Tidak Bekerja 16 38.1 38.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Jumlah pendapatan responden dari seluruh sumber dalam sebulan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 500000 1 2.4 2.4 2.4

800000 2 4.8 4.8 7.1

1000000 24 57.1 57.1 64.3

1200000 2 4.8 4.8 69.0

1500000 5 11.9 11.9 81.0

1800000 1 2.4 2.4 83.3

2000000 3 7.1 7.1 90.5

2500000 1 2.4 2.4 92.9

2600000 1 2.4 2.4 95.2

3000000 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 115: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Kategori pendapatan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tinggi 7 16.7 16.7 16.7

Rendah 35 83.3 83.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

Status pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak TB Paru 17 40.5 40.5 40.5

TB Paru 25 59.5 59.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

Status perokok pada responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 17 40.5 40.5 40.5

Tidak, Sebelumnya Iya 12 28.6 28.6 69.0

Iya 13 31.0 31.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Luas lantai rumah responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 6.0 3 7.1 7.1 7.1

9.0 4 9.5 9.5 16.7

12.0 17 40.5 40.5 57.1

16.0 13 31.0 31.0 88.1

20.0 5 11.9 11.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 116: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Jumlah anggota keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 1 2.4 2.4 2.4

2 24 57.1 57.1 59.5

3 6 14.3 14.3 73.8

4 5 11.9 11.9 85.7

5 4 9.5 9.5 95.2

6 1 2.4 2.4 97.6

10 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori kepadatan hunian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Memenuhi Syarat 2 4.8 4.8 4.8

Tidak Memenuhi Syarat 40 95.2 95.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

Luas ventilasi kamar tidur responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid .3 2 4.8 4.8 4.8

.6 1 2.4 2.4 7.1

1.0 3 7.1 7.1 14.3

1.2 24 57.1 57.1 71.4

1.4 2 4.8 4.8 76.2

1.5 5 11.9 11.9 88.1

2.2 1 2.4 2.4 90.5

2.6 2 4.8 4.8 95.2

7.2 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 117: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Kategori ventilasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 23 54.8 54.8 54.8

Memenuhi Syarat 19 45.2 45.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

Paparan asap rokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 7 16.7 16.7 16.7

Jarang 33 78.6 78.6 95.2

Sering 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Luas jendela kamar tidur responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.0 2 4.8 4.8 4.8

1.2 10 23.8 23.8 28.6

1.4 2 4.8 4.8 33.3

1.5 2 4.8 4.8 38.1

1.6 5 11.9 11.9 50.0

1.7 2 4.8 4.8 54.8

1.8 2 4.8 4.8 59.5

2.0 11 26.2 26.2 85.7

2.2 3 7.1 7.1 92.9

2.3 2 4.8 4.8 97.6

2.5 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 118: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Kategori luas jendela sebagai sumber pencahayaan alami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 38 90.5 90.5 90.5

Memenuhi Syarat 4 9.5 9.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 119: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Pencahayaan dalam ruang (LUX)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2.0 1 2.4 2.4 2.4

7.0 1 2.4 2.4 4.8

10.0 6 14.3 14.3 19.0

11.0 1 2.4 2.4 21.4

13.0 1 2.4 2.4 23.8

14.0 1 2.4 2.4 26.2

15.0 1 2.4 2.4 28.6

20.0 2 4.8 4.8 33.3

23.0 1 2.4 2.4 35.7

30.0 1 2.4 2.4 38.1

35.0 1 2.4 2.4 40.5

38.0 2 4.8 4.8 45.2

39.0 1 2.4 2.4 47.6

40.0 4 9.5 9.5 57.1

41.0 3 7.1 7.1 64.3

43.0 1 2.4 2.4 66.7

44.0 1 2.4 2.4 69.0

45.0 1 2.4 2.4 71.4

47.0 2 4.8 4.8 76.2

49.0 1 2.4 2.4 78.6

50.0 1 2.4 2.4 81.0

53.0 1 2.4 2.4 83.3

61.0 1 2.4 2.4 85.7

74.0 1 2.4 2.4 88.1

80.0 2 4.8 4.8 92.9

81.0 1 2.4 2.4 95.2

100.0 1 2.4 2.4 97.6

169.0 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 120: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Kategori pencahayaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 39 92.9 92.9 92.9

Memenuhi Syarat 3 7.1 7.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori status ventilasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 16 38.1 38.1 38.1

Memenuhi Syarat 26 61.9 61.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 121: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Kelembaban kamar tidur responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 22.3 2 4.8 4.8 4.8

36.3 1 2.4 2.4 7.1

37.6 2 4.8 4.8 11.9

38.5 2 4.8 4.8 16.7

38.9 1 2.4 2.4 19.0

40.4 1 2.4 2.4 21.4

40.9 2 4.8 4.8 26.2

41.6 2 4.8 4.8 31.0

55.5 2 4.8 4.8 35.7

60.5 2 4.8 4.8 40.5

60.6 3 7.1 7.1 47.6

61.6 3 7.1 7.1 54.8

61.7 2 4.8 4.8 59.5

62.2 2 4.8 4.8 64.3

63.5 2 4.8 4.8 69.0

68.9 2 4.8 4.8 73.8

69.4 1 2.4 2.4 76.2

69.8 1 2.4 2.4 78.6

70.3 1 2.4 2.4 81.0

70.7 1 2.4 2.4 83.3

72.6 1 2.4 2.4 85.7

73.0 1 2.4 2.4 88.1

74.8 1 2.4 2.4 90.5

75.5 1 2.4 2.4 92.9

76.2 1 2.4 2.4 95.2

78.5 1 2.4 2.4 97.6

78.6 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 122: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Kategori kelembaban

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Memenuhi Syarat 25 59.5 59.5 59.5

Tidak Memenuhi Syarat 17 40.5 40.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

Suhu kamar tidur responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 27.9 2 4.8 4.8 4.8

28.0 1 2.4 2.4 7.1

28.7 1 2.4 2.4 9.5

28.8 1 2.4 2.4 11.9

29.0 1 2.4 2.4 14.3

29.1 1 2.4 2.4 16.7

29.5 1 2.4 2.4 19.0

29.6 1 2.4 2.4 21.4

29.7 1 2.4 2.4 23.8

29.8 3 7.1 7.1 31.0

30.9 2 4.8 4.8 35.7

31.3 2 4.8 4.8 40.5

31.5 1 2.4 2.4 42.9

32.1 2 4.8 4.8 47.6

32.3 2 4.8 4.8 52.4

32.4 2 4.8 4.8 57.1

32.5 2 4.8 4.8 61.9

32.6 2 4.8 4.8 66.7

32.7 4 9.5 9.5 76.2

32.9 1 2.4 2.4 78.6

33.0 2 4.8 4.8 83.3

33.1 2 4.8 4.8 88.1

33.2 3 7.1 7.1 95.2

34.1 1 2.4 2.4 97.6

34.7 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 123: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Kategori suhu dalam kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Memenuhi Syarat 13 31.0 31.0 31.0

Tidak Memenuhi Syarat 29 69.0 69.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Status terpapar polusi diluar rumah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Jarang 19 45.2 45.2 45.2

Sering 23 54.8 54.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

NAMA USIA

KATEGORI USIA

JENIS KELAMIN

PENDIDIKAN

KAT_PENDIDIKA

N

PEKERJAAN

STATUS BEKERJA

PENDAPATAN SUAMI

PENDAPATAN ISTRI

PENDAPATAN

LAIN

JUMLAH

PENDAPATAN

KATEGORI

PENDAPATAN

LAMA TB

KEPATUH

A OAT

PENDERITA LAIN

DURASI

KONSUMSI OAT

JENIS OAT

ALASAN INA

P

STATUS

PEROKOK

DURASI

MEROKO

K

FREKUENS

I MEROKO

K

KJENIS ROKOK

LUAS LANTAI

JUMLAH

ANGGOT

A KELUARG

A

SYARAT

KEPADATA

N

KATEGORI KEPADATA

N

LUAS VENTILA

SI

SYARAT

VENTILA

SI

KATEGORI VENTILASI

APSN

PAPARA

N ROKOK

LUAS

JENDEL

A

SYARAT JENDEL

A

KATEGORI JENDELA

PENCAHAYAA

N

KATEGORI

PENCAHAYAA

N

PROPOR

SI VENTILA

SI

STATUS

VENTILASI

KELEMBABAN

KATEGORI

KELEMBABAN

SUHU

KATEGORI SUH

U

PENAMPUN

G DAHA

K

PENGGUNAAN

ONB

POLUSI

INTERNA

L

PENDINGI

N UDAR

A

MEMBERSIHKA

N KAMAR

POLUSI

EKSTERNA

L

EMA 16

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Teratur

Tidak Ada

1 Iya <6

Bulan

<10 Bulan

Kretek

50 2 25 Memenuhi Syarat

3.6 5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

4 7.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

10

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

40.4 Memenuhi

Syarat

34.7

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Jarang

SANIDIN

61

>44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Teratur

Tidak Ada

1 Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

51 4 12.75 Memenuhi Syarat

4 5.1

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

4 7.65

Tidak Memenuh

i Syara

t

10

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

73

Tidak Memenuhi

Syarat

29.8

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

TRISNAWAT

I

35

<44 Tahu

n

Perempua

n

Diploma

Tinggi Tidak

Bekerja

Tidak

Bekerja

1,500,000

0 0 15000

00 Renda

h 6

Teratur

Tidak Ada

6 Tidak 72.5

10 7.25

Tidak Memenuhi Syarat

5 7.25

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

6 10.8

8

Tidak Memenuh

i Syara

t

10

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Tidak Memenuh

i Syara

t

72.6

Tidak Memenuhi

Syarat

29.6

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

Page 124: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

TITIN TAMA

LA

43

<44 Tahu

n

Perempua

n

Tidak Bersek

olah Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Tidak Terat

ur

Tidak Ada

1 Tidak 24 2 12 Memenuhi Syarat

3.2 2.4

Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

2 3.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

20

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Tidak Memenuh

i Syara

t

70.3

Tidak Memenuhi

Syarat

29.1

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

BAHARI A

NAJIB

65

>44 Tahu

n

Laki-laki

SMP/Sederaja

t Rendah Swasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 12

Teratur

Tidak Ada

1 Tidak 105 1 87.5 Memenuhi Syarat

6 10.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

8 15.7

5

Tidak Memenuh

i Syara

t

30

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

69.8 Memenuhi

Syarat

28.7

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

HERIYANTO

37

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMP/Sederaja

t Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Teratur

Ada 1 Rifampisin

Batuk

Berdarah

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Filter

154 4 38.5 Memenuhi Syarat

4 15.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

9 23.1

Memenuh

i Syara

t

100

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

38.9

Tidak Memenuhi

Syarat

31.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

RUKIAH

63

>44 Tahu

n

Perempua

n

Tidak Bersek

olah Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 6

Teratur

Tidak Ada

6 Tidak 34.4

5 6.88

Tidak Memenuhi Syarat

4 3.44

Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

4 5.16

Tidak Memenuh

i Syara

t

40

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

36.3

Tidak Memenuhi

Syarat

34.1

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

IBRAHIM

66

>44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi Swasta

Bekerja

1,500,000

0 0 15000

00 Renda

h 3

Teratur

Tidak Ada

3

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Kretek

60 5 12 Memenuhi Syarat

2.6 6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

6.5 9

Tidak Memenuh

i Syara

t

44

Tidak Memen

uhi Syarat

2

Memenuh

i Syara

t

37.6

Tidak Memenuhi

Syarat

32.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

SUGIONO

51

>44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

77 3 25.67 Memenuhi Syarat

4 7.7

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

7.5 11.5

5

Tidak Memenuh

i Syara

t

39

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

38.5

Tidak Memenuhi

Syarat

33

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

OJAK JONI

49

>44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Teratur

Tidak Ada

1 Ethambut

ol

Batuk

Berdarah

Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

145 2 72.5 Memenuhi Syarat

4 14.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

13 21.7

5

Tidak Memenuh

i Syara

t

169

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

40.9 Memenuhi

Syarat

32.3

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Sering

AMAT AMAN

43

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Teratur

Ada 1 Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

27 2 13.5 Memenuhi Syarat

2.5 2.7

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

3.4 4.05

Tidak Memenuh

i Syara

t

14

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

41.6 Memenuhi

Syarat

32.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

SUKARDI

60

>44 Tahu

n

Laki-laki

Tidak Bersek

olah Rendah

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Tidak Terat

ur Ada

Batuk

Berdarah

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Filter

120 3 40 Memenuhi Syarat

7 12

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Sering

6 18

Tidak Memenuh

i Syara

t

13

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

60.5 Memenuhi

Syarat

30.9

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

HAMDAN

72

>44 Tahu

n

Laki-laki

Tidak Bersek

olah Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Rifampisin

Batuk

Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

140 4 35 Memenuhi Syarat

8 14

Tidak Memenuh

i

Tidak

Jarang

9.5 21

Tidak Memenuh

i

80

Tidak Memen

uhi Syarat

0.9 Memenuh

i 55.5

Memenuhi

Syarat

31.3

Tidak Memenuh

i

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

Page 125: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Syarat

Syarat

Syarat

Syarat

ACHMAD

TAHA

59

>44 Tahu

n

Laki-laki

SD/Sederajat

Rendah Buruh Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 2

Teratur

Tidak Ada

2 Rifampisin

Batuk

Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

60 2 30 Memenuhi Syarat

5.5 6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

5 9

Tidak Memenuh

i Syara

t

80

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

60.6 Memenuhi

Syarat

33.2

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Jarang

M. NUR

59

>44 Tahu

n

Laki-laki

Tidak Bersek

olah Rendah Swasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 6

Teratur

Ada 6 Rifampisin

Batuk

Berdarah

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Kretek

45 2 22.5 Memenuhi Syarat

3.4 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

4 6.75

Memenuh

i Syara

t

10

Tidak Memen

uhi Syarat

0.6

Memenuh

i Syara

t

61.6 Memenuhi

Syarat

33.1

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

M. RIZAL

16

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

0 0 2.000.

000 20000

00 Tinggi 3

Teratur

Tidak Ada

3 Ethambut

ol

Batuk

Tidak 45 2 22.5 Memenuhi Syarat

3.5 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

4 6.75

Tidak Memenuh

i Syara

t

2

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

22.3

Tidak Memenuhi

Syarat

32.1

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Sering

RUSTAM. E

70

>44 Tahu

n

Laki-laki

SD/Sederajat

Rendah Buruh Bekerja

1,200,000

0 0 12000

00 Renda

h 1

Teratur

Tidak Ada

1 Rifampisin

Batuk

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Filter

112 2 56 Memenuhi Syarat

7.6 11.2

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

7 16.8

Tidak Memenuh

i Syara

t

7

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

61.7 Memenuhi

Syarat

32.7

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

LIM SUI

KHIM

58

>44 Tahu

n

Perempua

n

Tidak Bersek

olah Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

800,000

0 0 80000

0 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Ethambut

ol

Batuk

Tidak 22.5

2 11.25 Memenuhi Syarat

3.2 2.25

Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

2 3.38

Tidak Memenuh

i Syara

t

10

Tidak Memen

uhi Syarat

0.9

Memenuh

i Syara

t

62.2 Memenuhi

Syarat

32.7

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

KWEE HANG MUA

62

>44 Tahu

n

Laki-laki

Tidak Bersek

olah Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

0 0 1.500.

000 15000

00 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Ethambut

ol

Batuk

Berdarah

Tidak 36 2 18 Memenuhi Syarat

2 3.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Tidak

Pernah

2.5 5.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

10

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Memenuh

i Syara

t

63.5 Memenuhi

Syarat

32.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

MASYKUR

73

>44 Tahu

n

Laki-laki

Diploma

Tinggi PNS/TNI/POLRI

Bekerja

3,000,000

0 0 30000

00 Tinggi 1

Teratur

Tidak Ada

1 Ethambut

ol

Batuk

Tidak 204 2 102 Memenuhi Syarat

8 20.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya

Tidak

Pernah

10 30.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

53

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

68.9 Memenuhi

Syarat

29.8

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

MARDIYA

31

<44 Tahu

n

Perempua

n

SMA/Sederaja

t Tinggi Swasta

Bekerja

1,600,000

1.000.000

0 26000

00 Tinggi 4

Teratur

Tidak Ada

4 Tidak 44 6 7.33

Tidak Memenuhi Syarat

3.2 4.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

2.5 6.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

41

Tidak Memen

uhi Syarat

2

Memenuh

i Syara

t

76.2

Tidak Memenuhi

Syarat

29

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

M. DJOH

AN

69

>44 Tahu

n

Laki-laki

SMP/Sederaja

t Rendah Swasta

Bekerja

0 0 1.000.

000 10000

00 Renda

h 3

Teratur

Tidak Ada

3

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Kretek

96.3

2 48.15 Memenuhi Syarat

6.5 9.63

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

8 14.4

4

Memenuh

i Syara

t

61 Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

70.7

Tidak Memenuhi

Syarat

28.8

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

Page 126: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

EDI AMIN

40

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi Swasta

Bekerja

1,800,000

0 0 18000

00 Renda

h 7

Teratur

Tidak Ada

6 Rifampisin

Batuk

Berdarah

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Filter

112 2 56 Memenuhi Syarat

8.5 11.2

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

7 16.8

Tidak Memenuh

i Syara

t

81 Memen

uhi Syarat

2

Tidak Memenuh

i Syara

t

69.4 Memenuhi

Syarat

27.9

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Ya Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Jarang

AODIN

13

<44 Tahu

n

Perempua

n

SMP/Sederaja

t Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

0 0 2.000.

000 20000

00 Tinggi 1

Teratur

Tidak Ada

1 Tidak 185 5 37 Memenuhi Syarat

7.5 18.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya

Tidak

Pernah

8.5 27.7

5

Tidak Memenuh

i Syara

t

50

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

78.6

Tidak Memenuhi

Syarat

27.9

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

ILHAM

SULUNG

17

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

0 0 2.500.

000 25000

00 Tinggi 2

Teratur

Tidak Ada

2 Tidak 153 4 38.25 Memenuhi Syarat

9 15.3

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya

Tidak

Pernah

10 22.9

5

Tidak Memenuh

i Syara

t

15

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

78.5

Tidak Memenuhi

Syarat

28

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Sering

RINIF 55

>44 Tahu

n

Perempua

n

SMA/Sederaja

t Tinggi

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

1,500,000

0 0 15000

00 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Tidak 76.8

3 25.6 Memenuhi Syarat

5 7.68

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

5 11.5

2

Tidak Memenuh

i Syara

t

74 Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

74.8

Tidak Memenuhi

Syarat

29.7

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Sering

RUSTAM

MAHMUD

72

>44 Tahu

n

Laki-laki

SD/Sederajat

Rendah Tidak

Bekerja

Tidak

Bekerja

0 0 1.000.

000 10000

00 Renda

h 5

Teratur

Tidak Ada

5

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Kretek

84 3 28 Memenuhi Syarat

6 8.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Tidak

Pernah

7 12.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

11

Tidak Memen

uhi Syarat

2

Tidak Memenuh

i Syara

t

75.5

Tidak Memenuhi

Syarat

29.5

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

HEN NYIT SIN

56

>44 Tahu

n

Laki-laki

SMP/Sederaja

t Rendah Swasta

Bekerja

500,000

0 0 50000

0 Renda

h 7

Tidak Terat

ur

Tidak Ada

7

Batuk

Berdarah

Tidak 33.2

2 16.6 Memenuhi Syarat

2 3.32

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

3 4.98

Tidak Memenuh

i Syara

t

23

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

61.6 Memenuhi

Syarat

32.9

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Sering

SUMINAH

58

>44 Tahu

n

Perempua

n

Tidak Bersek

olah Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

800,000

0 0 80000

0 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Ethambut

ol

Batuk

Tidak 36 2 18 Memenuhi Syarat

2.5 3.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

3.5 5.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

40

Tidak Memen

uhi Syarat

0.9

Memenuh

i Syara

t

62.2 Memenuhi

Syarat

32.7

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

JUNAIDI

62

>44 Tahu

n

Laki-laki

Tidak Bersek

olah Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

0 0 1.000.

000 10000

00 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Ethambut

ol

Batuk

Berdarah

Tidak 45 2 22.5 Memenuhi Syarat

3 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Tidak

Pernah

4.4 6.75

Tidak Memenuh

i Syara

t

40

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Memenuh

i Syara

t

63.5 Memenuhi

Syarat

32.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

ABDUL

MUNI

70

>44 Tahu

n

Laki-laki

SD/Sederajat

Rendah Buruh Bekerja

1,200,000

0 0 12000

00 Renda

h 1

Teratur

Tidak Ada

1 Rifampisin

Batuk

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Filter

45 2 22.5 Memenuhi Syarat

3 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

4 6.75

Tidak Memenuh

i Syara

t

38

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

61.7 Memenuhi

Syarat

32.7

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

JAHARI

44

<44 Tahu

n

Laki-laki

Tidak Bersek

olah Rendah Swasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 6

Teratur

Ada 6 Rifampisin

Batuk

Berdarah

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Kretek

45 2 22.5 Memenuhi Syarat

3 4.5

Tidak Memenuh

i

Tidak

Jarang

4 6.75 Memenuh

i 20

Tidak Memen

uhi Syarat

0.6 Memenuh

i 61.6

Memenuhi

Syarat

33.1

Tidak Memenuh

i

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

Page 127: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

Syarat

Syarat

Syarat

Syarat

RIZAL FAHLE

VI

26

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

0 0 2.000.

000 20000

00 Tinggi 3

Teratur

Tidak Ada

3 Ethambut

ol

Batuk

Tidak 45 2 22.5 Memenuhi Syarat

2.7 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

4 6.75

Tidak Memenuh

i Syara

t

41

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

22.3

Tidak Memenuhi

Syarat

32.1

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Sering

SORAN

32

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi Swasta

Bekerja

1,500,000

0 0 15000

00 Renda

h 3

Teratur

Tidak Ada

3

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Kretek

45 5 9 Memenuhi Syarat

3 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

4 6.75

Tidak Memenuh

i Syara

t

49

Tidak Memen

uhi Syarat

2

Memenuh

i Syara

t

37.6

Tidak Memenuhi

Syarat

32.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

A. RANI

51

>44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

50 3 16.67 Memenuhi Syarat

4 5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

3.2 7.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

47

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

38.5

Tidak Memenuhi

Syarat

33

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

REZA F

22

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Wiraswasta

Bekerja

0 0 1.000.

000 10000

00 Renda

h 1

Teratur

Tidak Ada

1 Ethambut

ol

Batuk

Berdarah

Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

45 2 22.5 Memenuhi Syarat

3 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

2 6.75

Tidak Memenuh

i Syara

t

43

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

40.9 Memenuhi

Syarat

32.3

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Sering

RIKO 36

<44 Tahu

n

Laki-laki

Diploma

Tinggi PNS/TNI/POLRI

Bekerja

3,000,000

0 0 30000

00 Tinggi 1

Teratur

Tidak Ada

1 Ethambut

ol

Batuk

Tidak 36 2 18 Memenuhi Syarat

2 3.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya

Tidak

Pernah

2.3 5.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

47

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

68.9 Memenuhi

Syarat

29.8

Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

FAUZAN

59

>44 Tahu

n

Laki-laki

SD/Sederajat

Rendah Buruh Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 2

Teratur

Tidak Ada

2 Rifampisin

Batuk

Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

45 2 22.5 Memenuhi Syarat

3 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

4 6.75

Tidak Memenuh

i Syara

t

45

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

60.6 Memenuhi

Syarat

33.2

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Jarang

RENALDI

43

<44 Tahu

n

Laki-laki

SMA/Sederaja

t Tinggi

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Teratur

Ada 1 Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

85 2 42.5 Memenuhi Syarat

5 8.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

7 12.7

5

Tidak Memenuh

i Syara

t

35

Tidak Memen

uhi Syarat

1.6

Tidak Memenuh

i Syara

t

41.6 Memenuhi

Syarat

32.4

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

AMMAR

60

>44 Tahu

n

Laki-laki

Tidak Bersek

olah Rendah

Wiraswasta

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 1

Tidak Terat

ur Ada

Batuk

Berdarah

Tidak, Sebelumnya Iya

>6 Bula

n

>10 Bulan

Filter

60 3 20 Memenuhi Syarat

4 6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Sering

6 9

Tidak Memenuh

i Syara

t

38

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

60.5 Memenuhi

Syarat

30.9

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Sering

KARDUN

46

>44 Tahu

n

Laki-laki

Tidak Bersek

olah Rendah

Tidak Bekerja

Tidak

Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 4

Teratur

Tidak Ada

4 Rifampisin

Batuk

Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

45 4 11.25 Memenuhi Syarat

2 4.5

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak

Jarang

4 6.75

Tidak Memenuh

i Syara

t

40

Tidak Memen

uhi Syarat

0.9

Memenuh

i Syara

t

55.5 Memenuhi

Syarat

31.3

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Tidak

1-2 kali semingg

u

Jarang

Page 128: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan

AMI NUAR

52

>44 Tahu

n

Laki-laki

SD/Sederajat

Rendah Buruh Bekerja

1,000,000

0 0 10000

00 Renda

h 2

Teratur

Tidak Ada

2 Rifampisin

Batuk

Iya >6

Bulan

>10 Bulan

Filter

60 2 30 Memenuhi Syarat

4.6 6

Tidak Memenuh

i Syara

t

Ya Jarang

5.5 9

Tidak Memenuh

i Syara

t

41

Tidak Memen

uhi Syarat

1.2

Memenuh

i Syara

t

60.6 Memenuhi

Syarat

33.2

Tidak Memenuh

i Syara

t

Tidak Ada

Tidak Tida

k Ya

1-2 kali semingg

u

Jarang

Page 129: GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH PADA PASIENrepository.unmuhpnk.ac.id/716/1/SKRIPSI SITI FATIMAH.pdf · abstrak fakultas ilmu kesehatan skripsi, januari 2018 siti fatimah faktor lingkungan