gambaran cuci tangan pakai sabun (ctps) pada siswa...
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)
PADA SISWA MI MUHAMMADIYAH
GODOG POLOKARTO
SUKOHARJO
Skripsi
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
WARSITI
NIM. ST13080
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
GAMBARAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)
PADA SISWA MI MUHAMMADIYAH
GODOG POLOKARTO
SUKOHARJO
Oleh :
WARSITI
NIM. ST13080
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 4 Agustus 2015 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapat gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 201279102 NIK. 201284113
Penguji,
Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK 200679022
Surakarta, 12 Agustus 2015
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK.201279102
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : WARSITI
NIM : ST13080
Dengan ini menyatakan bahwa :
1). Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Stikes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2). Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3). Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang daan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4). Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan
Warsiti
NIM ST 13080
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat tersusun laporan penelitian ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta para keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini dapat tersusun
berkat bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Ucapan terima kasih yang tidak
terhingga penulis sampaikan kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh studi lanjut S-1.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi
S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada dan selaku Pembimbing Utama
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis.
3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji yang telah
memberikan saran dan masukan demi sempurnanya skripsi ini
4. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing Pendamping
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada penulis.
5. Maria Wisnu K, S.Kep., Ns selaku Pembimbing Pendamping dalam
pembuatan proposal yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan kepada penulis.
v
6. Drg. Gani Suharto Sp.KG selaku Direktur RSUD Kabupaten Sukoharjo
yang telah memberikan ijin belajar untuk menempuh studi lanjut S-1
Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
7. Hananto S.PdI selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Godog Polokarto yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Suamiku tercinta, Mas Puryanto, yang selalu memberikan semangat dan
dukungan.
9. Bapak dan Ibuku yang selalu mendukungku.
10. Anak – anakku tersayang (Nabil, Nadhifa, Uma dan Ira).
11. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan penelitian ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu.
Semoga segala dukungan, doa dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda. Penulis menyadari
bahwa proposal penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna. Penulis berharap
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan proposal ini. Terima kasih.
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................ ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas .................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................. iv
Daftar Isi . ......................................................................................... vi
Daftar Tabel .................................................................................... viii
Daftar Gambar ................................................................................. ix
Daftar Lampiran .............................................................................. x
Abstrak ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori ................................................................ 8
2.2. Keaslian Penelitian ......................................................... 27
2.4. Kerangka Teori .............................................................. 29
2.5. Fokus Penelitian ............................................................. 30
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................... 31
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 32
3.3. Populasi dan Sampel ...................................................... 34
3.4. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data .................. 36
3.5. Analisa Data ................................................................... 41
3.6. Keabsahan Data ............................................................. 42
3.7. Etika Penelitian .............................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Partisipan .................................................. 47
4.2. Hasil Penelitian .............................................................. 53
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Cara Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa
MI Muhammadiyah Godog Polokarto ........................... 65
5.2. Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa MI
Muhammadiyah Godog Polokarto ................................ 74
5.3. Bahaya Jika Tidak Cuci Tangan Pakai Sabun
Sebelum Makan .............................................................. 84
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan ....................................................................... 87
6.2. Saran .............................................................................. 88
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ................................................................ 27
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cuci Tangan Standar Depkes ........................................... 17
Gambar 2.2 Cuci Tangan Standar WHO .............................................. 19
Gambar 2.3 Kerangka Teori ................................................................. 29
Gambar 2.4 Fokus Penelitian ............................................................... 30
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian
Lampiran 2. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 4. Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 5. Permohonan Menjadi Partisipan
Lampiran 6. Persetujuan Menjadi Partisipan
Lampiran 7. Pedoman Wawancara
Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. Catatan Lapangan
Lampiran 10. Transkrip Wawancara Partisipan
Lampiran 11. Analisa Tematik
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 13. Lembar Konsultasi Bimbingan
Lampiran 14. Jadwal Penelitian
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Warsiti
Gambaran Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Pada Siswa MI Muhammadiyah Godog Polokarto Sukoharjo
Abstrak
Salah satu program untuk mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan
adalah Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kegiatan dalam PHBS
diantaranya adalah gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran cuci tangan pakai sabun pada
siswa MI Muhammadiyah Godog Polokarto Sukoharjo.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
fenomenologi deskriptif. Pemilihan partisipan dengan metode purposive
sampling. Jumlah partisipan adalah 4 orang siswa dan 1 orang guru. Analisa data
dalam penelitian ini menggunakan metode Colaizzi.
Hasil penelitian di dapatkan 3 tema yaitu 1) Langkah CTPS pada siswa 2)
Waktu CTPS pada siswa 3) Bahaya jika siswa tidak melakukan CTPS. Langkah
CTPS pada siswa MI Muhammadiyah Godog Polokarto Sukoharjo adalah (1)
Membasahi tangan dengan air mengalir (2) Memakai sabun (3) Menggosok sabun
ke telapak tangan dan punggung tangan (4) Menggosok sela jari (5)
Membersihkan kuku (6) Membilas dengan air (7) Mengeringkan dengan handuk.
Waktu CTPS selain waktu sebelum makan yaitu setelah bermain, setelah
memancing, setelah memegang ternak, setelah memegang benda yang kotor,
sebelum tidur, setelah makan, setelah BAB dan BAK, setelah berolahraga dan
sesudah membersihkan rumah. Tema bahaya jika sebelum makan tidak CTPS
adalah sakit perut.
Gambaran CTPS pada siswa MI Muhammadiyah Godog untuk bagian
tangan yang harus disabun dan dibersihkan sudah sesuai dengan standar Depkes,
hanya pada langkah memakai sabun, gosok sabun ke telapak tangan dan
punggung tangan serta sela jari yang pada standar Depkes merupakan satu
langkah, pada gambaran CTPS pada para siswa diuraikan menjadi tiga langkah.
Kata Kunci : Cuci Tangan Pakai Sabun, Langkah, Waktu, Bahaya
Daftar Pustaka : 39 (2004 – 2014)
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Warsiti
Description of Hand Washing With Soap (HWWS)
of the Students of Muhammadiyah Islamic Primary School of Godog,
Polokarto, Sukoharjo
Abstract
One of the programs to achieve the goal of health development is a Clean
and Healthy Living Program (PHBS). One of the activities of the PHBS is Hand
Washing with Soap Movement (HWWS). This research aims at determining how
the HWWS of the students of Muhammadiyah Islamic Primary School of Godog,
Polokarto, Sukoharjo is.
This research used the qualitative research with phenomenological
descriptive method. The samples of research consisted of five person, four
students and 1 teacher. They were taken by using the purposive sampling
technique. The data of research were analyzed by using the Colaizzi method.
The result of the research shows that there were 3 themes: namely: (1) steps
of the HWWS; (2) time of the HWWS; and (3) danger of the absence of the
HWWS. The steps of the HWWS included: (1) wetting the hands with flowing
water (2) applying soap (3) rubbing the soap to palms and backs of hands (4)
rubbing between the fingers (5) cleaning the nails (6) rinsing with water (7)
drying up with towel. The time of the HWWS were before eating and sleeping,
after playing, fishing, touching livestock, and touching dirty objects, having
meals, defecating and urinating, doing exercise, and cleaning house. The danger
theme of the absence of the HWWS was: if before meals the HWWS was absent,
stomachache would be present.
The description of the HWWS of the students of Muhammadiyah Islamic
Primary School of Godog for the hand parts required to be applied with soap and
cleaned was in accordance with the standards of the Ministry of Health. However,
in the steps of applying the soap and rubbing the soap into the palms and backs of
the hands and between the fingers were a set of steps in the standards of the
Ministry of Health. Meanwhile, in the HWWS of the students, they were divided
into three steps.
Keywords: Hand Washing With Soap, Step, Time, Danger
References: 39 (2004 – 2014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya seperti
yang tercantum dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 (Kemenkes, 2013). Berbagai macam program telah dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu
program yang dicanangkan pemerintah adalah program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Pelaksanaan Pembinaan PHBS diselenggarakan di
berbagai tatanan kehidupan yaitu di rumah tangga, institusi pendidikan,
tempat kerja dan fasilitas kesehatan (Kemenkes, 2013).
Hasil Riskerdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat baru mencapai 38,7 %. Oleh
sebab itu, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 –
2014 menentukan target 70 % rumah tangga sudah mempraktikkan PHBS
2
pada tahun 2014. Sedangkan untuk propinsi Jawa Tengah pada tahun 2013
rumah tangga yang sudah berperilaku hidup bersih dan sehat adalah 76,77 %.
Untuk wilayah kabupaten Sukoharjo dari 113.436 rumah tangga yang dipantau
ternyata yang sudah berperilaku hidup bersih dan sehat adalah 105.222 atau
sekitar 92,76% (Dinkes Jateng, 2014).
Sedangkan di tatanan kehidupan lain, menurut profil kesehatan
Indonesia tahun 2009 menyajikan data bahwa baru 64,41% sarana yang telah
dibina kesehatan lingkungannya. Tatanan tersebut meliputi institusi
pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%),
fasilitas kesehatan (77,02 %) dan sarana lain(62,26 %) (Kemenkes, 2013).
Khusus di bidang pendidikan, di propinsi Jawa Tengah dengan jumlah
instansi pendidikan 34.478 instansi yang sudah dibina lingkungannya agar
berperilaku sehat adalah 26.060 instansi atau sekitar 75,64 %. Sedangkan di
wilayah kabupaten Sukoharjo instansi pendidikan yang sudah dibina
lingkungannya agar berperilaku sehat adalah 59,47 % (Dinkes Jateng, 2014).
Kegiatan yang tercakup dalam program PHBS untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sangat banyak, salah satunya adalah mencuci
tangan dengan sabun. Mencuci tangan dengan sabun adalah cara yang sangat
murah dan efektif untuk mencegah berbagai macam penyakit infeksi. Di
Indonesia kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) perlu terus
ditingkatkan. Fokus cuci tangan di bidang pendidikan adalah anak- anak
sekolah dasar, karena anak – anak merupakan komponen penting sebagai
pembawa perubahan.
3
Langkah cuci tangan pakai sabun dalam program PHBS menurut
Kemenkes (2007) ada 5 langkah yaitu : (1) Basahi tangan seluruhnya dengan
air mengalir, (2) Gosok sabun ke telapak tangan, punggung tangan dan sela –
selajari, (3) Bersihkan bagian bawah kuku – kuku, (4) Bilas tangan dengan air
bersih mengalir, (5) Keringkan tangan dengan handuk/tissue atau dianginkan.
Langkah cuci tangan tersebut sangat mudah dan hanya memerlukan waktu
sekitar 20 detik saja untuk keseluruhan prosesnya.
Manfaat mencuci tangan adalah untuk membersihkan kotoran maupun
kuman yang menempel di telapak tangan kita. Menurut WHO (2009) mencuci
tangan dengan sabun non antimikroba (sabun biasa) selama 15 detik dapat
mengurangi jumlah bakteri 0,6 – 1,1 log 10, sedangkan mencuci tangan
dengan sabun selama 30 detik dapat mengurangi kuman 1,8 – 2,8 log 10.
Penelitian yang dilakukan oleh Desiyanto dan Djannah (2013) menunjukkan
bahwa ada perbedaan jumlah angka kuman antara mencuci tangan dengan air
mengalir, sabun, hand sanitizier dan tanpa cuci tangan. Kelompok kontrol
adalah kelompok yang tidak melakukan cuci tangan dimana ditemukan angka
kuman sebanyak 32,50 CFU/cm2, kelompok yang mencuci tangan hanya
menggunakan air mengalir ditemukan 18,33 CFU/cm2. Angka kuman pada
kelompok yang menggunakan sabun sebanyak 3,50 CFU/cm2, kelompok yang
menggunakan hand sanitizer A dengan kandungan alkohol 51% adalah 8,17
CFU/cm2 dan kelompok yang menggunakan hand sanitizer B dengan
kandungan alkohol 60% ditemukan kuman sebanyak 2 CFU/cm2. Selain itu,
manfaat mencuci tangan dengan memakai sabun dalam hal menurunkan angka
4
kejadian suatu penyakit juga sangat efektif. Kejadian diare dapat diturunkan
sekitar 44% dengan mencuci tangan memakai sabun (Awalia, 2013).
Penelitian yang terkait dengan topik mencuci tangan telah banyak
dilakukan oleh para mahasiswa jurusan kesehatan maupun para praktisi
kesehatan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2010)
yang ingin mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan tahap mencuci
tangan yang benar pada mahasiswa kedokteran yang melakukan praktikum di
laboratorium mikrobiologi. Sampel yang diambil adalah 96 mahasiswa yang
terdiri dari 38 mahasiswa laki – laki dan 58 mahasiswa perempuan, pada tahap
pengujian data untuk skor tahap cuci tangan kelompok perempuan dan
kelompok laki – laki menunjukkan nilai p = 0,006 (p<0,05). Menurut peneliti
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor tahap cuci tangan
yang bermakna antara kelompok perempuan dan laki – laki, dimana skor tahap
cuci tangan perempuan lebih tinggi dibanding laki – laki.
Indro Setiawan (2014) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
orang tua memiliki peran motivasi sedang pada anak agar melakukan cuci
tangan dengan memakai sabun. Jumlah responden yang diambil adalah 20
responden (20 orang tua siswa), dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
sebanyak 16 responden (80%) termasuk kategori sedang dalam memberikan
motivasi pada anaknya, 2 responden (10%) dalam kategori kurang dan 2
responden (10%) dalam kategori baik. Sedangkan di Bogota, Columbia
(Quintero Lopez dkk, 2009) dari 2042 siswa yang berasal dari 25 sekolah
5
sekitar 33,6 % dari sampel melaporkan selalu mencuci tangan dengan sabun
dan air bersih sebelum makan dan setelah dari toilet (buang air besar).
Studi pendahuluan yang penulis lakukan di MI Muhammadiyah Godog
berdasarkan wawancara dari guru dan beberapa siswa dapat diketahui bahwa
memiliki siswa 160 anak, dimana di MI tersebut diadakan gerakan makanan
sehat yaitu siswa dilarang jajan sembarangan tetapi pihak sekolah sudah
menyediakan makanan untuk para siswa. Di MI Muhammadiyah Godog
terdiri dari 2 lantai, dengan beberapa kelas berada di lantai 2. Di halaman
sekolah terdapat beberapa kran air yang dapat digunakan untuk mencuci
tangan.
Awalnya disamping kran tersebut sudah disediakan sabun cair untuk
mencuci tangan, tetapi karena terbatasnya sarana menyebabkan belum
tersedianya sabun secara maksimal. Sedangkan di lantai atas masih dalam
tahap renovasi sehingga belum tersedia kran atau wastafel untuk mencuci
tangan. Menurut para guru, murid – murid selalu diingatkan untuk mencuci
tangan mereka sebelum makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Sebagian besar para murid sudah terbiasa untuk mencuci tangan mereka
sebelum makan, tetapi belum banyak yang mencuci tangan dengan sabun.
Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap 5 siswa MI
Muhammadiyah Godog, siswa yang melakukan cuci tangan dengan sabun
melakukan cuci tangan dengan langkah sebagai berikut : (1) membasahi
tangan dengan air mengalir, (2) menggosok sabun ke telapak tangan,
6
punggung tangan dan jari–jari, (3) membasuh tangan dengan air mengalir, (4)
menganginkan tangan agar kering.
Berdasarkan data dari Dinkes Jateng terkait dengan jumlah instansi
pendidikan yang sudah mendapat binaan tentang PHBS di kabupaten
Sukoharjo, dimana Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Godog Polokarto
merupakan bagian dari institusi pendidikan di Sukoharjo, maka peneliti ingin
mengetahui gambaran cuci tangan pakai sabun pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah Godog Polokarto Sukoharjo.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “ Bagaimana gambaran cuci tangan pakai sabun (CTPS)
pada siswa MI Muhammadiyah Godog Polokarto ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran cuci tangan pakai sabun pada
siswa MI Muhammadiyah Godog Polokarto
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran cara cuci tangan pakai sabun pada siswa MI
Muhammadiyah Godog.
2. Untuk mengetahui waktu cuci tangan pakai sabun pada siswa MI
Muhammadiyah Godog.
7
3. Untuk mengetahui bahaya jika tidak cuci tangan pakai sabun sebelum
makan pada siswa MI Muhammadiyah Godog.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran cara
melakukan cuci tangan pakai sabun pada masyarakat.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan terutama tentang
gambaran cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah dasar atau yang
sederajat.
1.4.3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran maupun
sebagai tambahan referensi saat akan melakukan penelitian.
1.4.4 Bagi Peneliti
Dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat di bangku pendidikan serta
mengetahui dan mendapatkan pengalaman yang nyata dalam melakukan
penelitian di bidang keperawatan komunitas.
1.4.5. Bagi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi kita sebagai
perawat bahwa gerakan mencuci tangan bukan hanya untuk pekerja
kesehatan saja, tetapi kita juga perlu mensosialisasikan kepada masyarakat
luas.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2.1.1. Pengertian PHBS
Menurut Kemenkes (2013) PHBS adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Sedangkan menurut
Proverawati (2011) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS
merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan
dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku
kesehatan dilakukan atas perilaku kesadaran sehingga anggota keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan
aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan di masyarakat.
2.1.2. PHBS di Berbagai Tatanan dan Indikatornya
Perilaku hidup bersih dan sehat harus di praktekkan dalam setiap
tatanan kehidupan. Berikut ini berbagai tatanan kehidupan yang harus
mempraktikkan PHBS. Menurut Kemenkes (2013) berbagai tatanan dan
indikatornya meliputi :
9
a. PHBS di Rumah Tangga
Rumah tangga merupakan sasaran yang penting dalam
mempraktikkan PHBS. Indikator PHBS yang sangat perlu diterapkan
pada tatanan rumah tangga antara lain mencakup persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif bagi bayi,
menggunakan air bersih, menimbang balita setiap bulan, mencuci
tangan dengan air dan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang
sampah di tempat sampah, pengelolaan limbah cair di rumah tangga,
memberantas jentik nyamuk, melakukan aktifitas fisik setiap hari,
makan buah dan sayur tiap hari, tidak merokok di dalam rumah dan
lain – lain.
b. PHBS di Institusi Pendidikan
Sekolah merupakan tempat anak – anak menuntut ilmu dan
sebagian besar perilaku anak – anak terbentuk dari perilaku dan
pergaulan mereka saat di sekolah. Sasaran PHBS di institusi
pendidikan tidak hanya tertuju bagi siswa, tetapi ditujukan juga bagi
guru, para staf tata usaha, satpam dan semua komponen yang terlibat
di dalamnya. Indikator PHBS yang perlu diterapkan di institusi
pendidikan antara lain mencakup mencuci tangan dengan sabun,
mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban
sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi Narkotika dan alkohol, tidak meludah sembarang tempat
dan lain – lain.
10
c. PHBS di Tempat Kerja
Indikator PHBS yang perlu diterapkan di tempat kerja antara lain
mencakup mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi
makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang
sampah pada tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi
NAPZA, memberantas jentik nyamuk dan lain – lain.
d. PHBS di Tempat Umum
Tempat umum merupakan sarana yang dapat digunakan oleh
semua lapisan masyarakat. Indikator PHBS yang harus diterapkan di
tempat umum antara lain mencakup mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah,
tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di
sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain – lain.
e. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Indikator PHBS yang perlu dipraktikkan dalam fasilitas pelayanan
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik dan lain – lain) antara lain
mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat,
membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sambarang tempat,
memberantas jentik nyamuk dan lain – lain.
2.1.4. Pembinaan PHBS
Pembinaan PBHS merupakan upaya untuk menciptakan
melestarikan perilaku hidup yang berorientasi kepada kebersihan dan
11
kesehatan di masyarakat, agar masyarakat dapat mandiri dalam mencegah
dan menanggulangi masalah – masalah kesehatan yang dihadapinya
(Kemenkes, 2013). Pelaksanaan pembinaan PHBS dilaksanakan dengan
menerapkan strategi pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan
advokasi, dengan semangat kemitraan. Pada prinsipnya dalam setiap
tatanan dilakukan berbagai langkah pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi. Di institusi pendidikan berbagai langkah tersebut meliputi
(Kemenkes, 2013):
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan di institusi pendidikan ditujukan terhadap para
siswa, yaitu dengan membentuk UKS. UKS merupakan contoh
pengorganisasian di bidang kesehatan yang dikelola oleh instansi
pendidikan.
b. Bina Suasana
Bina suasana dapat dilakukan dengan memanfaatkan media yang
ada seperti memasang billboard di halaman sekolah, memasang poster
maupun majalah dinding, penyelenggaraan seminar dan juga
pemutaran film. Kegiatan tersebut tentunya bertujuan untuk
mendukung gerakan PHBS di sekolah.
c. Advokasi
Kegiatan advokasi dilakukan oleh para fasilitator dari kabupaten
terhadap pimpinan institusi pendidikan. Advokasi bertujuan agar para
12
pimpinan institusi memberikan dukungan kebijakan agar program
PHBS di institusi pendidikan dapat terlaksana.
2.1.5. Indikator Keberhasilan
Menurut Kemenkes (2013) suatu tatanan institusi pendidikan telah
berhasil mewujudkan program PHBS jika telah terdapat indikator sebagai
berikut :
a. Tersedia sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun
b. Tersedia sarana untuk mengonsumsi makanan dan minuman sehat
c. Tersedia jamban sehat
d. Tersedia tempat sampah
e. Terdapat larangan untuk tidak merokok
f. Terdapat larangan untuk tidak mengonsumsi NAPZA
g. Terdapat larangan untuk tidak meludah di sembarang tempat
h. Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin
2.2. Cuci tangan
2.2.1. Pengertian Cuci Tangan
Menurut Kemenkes (2007), mencuci tangan adalah proses yang
secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air, yang bertujuan mencegah penularan
penyakit infeksi. Sedangkan menurut WHO (2009), mencuci tangan
adalah istilah umum yang mengacu untuk setiap tindakan membersihkan
tangan.
13
2.2.2. Waktu yang dianjurkan untuk mencuci tangan
Kedua tangan kita selalu terlibat dalam setiap aktifitas kita. Tangan
yang kotor akan memudahkan mikroorganisme pathogen masuk ke tubuh
kita. Ada beberapa aktifitas kita yang mengharuskan kita untuk melakukan
cuci tangan setelah maupun sebelum kita melakukan aktifitas tersebut.
Dalam program PHBS waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah
(Kemenkes RI, 2011) :
a. Sebelum dan sesudah makan
b. Sebelum memegang makanan
c. Setelah buang air besar dan juga air kecil
d. Setelah menyentuh unggas/hewan, termasuk unggas/hewan piaraan
e. Setelah bermain/berolahraga
f. Sebelum mengobati luka
g. Sebelum melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari – jari ke
dalam mulut atau mata
h. Setelah membuang ingus dan membuang sampah
i. Setelah memegang uang
j. Setelah memegang sarana umum
k. Sebelum masuk kelas
l. Sebelum masuk kantin
Beberapa waktu tersebut perlu kita biasakan kepada anak sekolah agar
menjadi kebiasaan yang baik setelah mereka dewasa nanti.
14
Sedangkan cuci tangan bagi kalangan pekerja di rumah sakit (dokter,
perawat, analis, apoteker, rekam medis dan semua komponen yang ada
kaitannya dengan rumah sakit), menurut WHO (2009) waktu yang
diharuskan bagi mereka untuk melakukan cuci tangan adalah :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik kapada pasien
c. Setelah kontak dengan pasien
d. Setelah selesai melakukan tindakan terhadap pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien
Hal tersebut perlu dilakukan oleh para petugas kesehatan untuk
mencegah penularan penyakit baik kepada petugas rumah sakit maupun
kepada pasien yang lain. Sehingga di rumah sakit perlu digalakkan
program mencuci tangan sebelum ataupun sesudah kontak dengan pasien.
2.2.3. Flora normal pada tangan
Pada tahun 1938 menurut Price (WHO, 2009) menetapkan bahwa
bakteri yang berada di tangan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
bakteri tetap dan bakteri sementara. Flora tetap (resident mikrobiota)
terdiri dari mikroorganisme yang berada di bawah sel superfisial stratum
korneum dan juga dapat ditemukan pada permukaan kulit.
Stapilococcus epidermis adalah spesies yang dominan dan
resistensinya terhadap oksasiklin sangat tinggi. Bakteri lainnya adalah
kelompok S. Hominis dan koagulase stapilococcus lainnya. Termasuk juga
bakteri coryneform (Propionibacteria, corynebacteria, dermobacteria dan
15
micrococcus). Sedangkan pada golongan jamur genus yang paling umum
saat ini adalah Pityrosporum (Malazzesia) spp.
Resident flora memiliki dua fungsi pelindung utama yaitu sebagai
mikroba antagonis dan berkompetisi dalam mencari nutrisi dalam
ekosistem. Secara umum, flora (bakteri) tetap mungkin kurang terkait
dengan adanya infeksi, tetapi dapat menyebabkan infeksi pada rongga
tubuh steril, mata atau kulit yang terluka (WHO, 2009).
Flora sementara (transient mikrobiota) yang berkolonisasi pada
lapisan permukaan kulit, lebih mudah dibersihkan dengan mencuci tangan
secara rutin. Transient mikrobiota biasanya bertahan hidup dan
berkembang biak secara sporadis di permukaan kulit. Kulit manusia
normal terdapat bakteri aerob kurang lebih 1.000.000 unit koloni CFU
(colony forming units) /cm2 di ketiak, 4 x 10.000 CFU/cm2 pada perut dan
1 x 10.000 CFU pada lengan bawah. Sedangkan pada petugas kesehatan
total jumlah bakteri pada tangannya berkisar antara 3,9 x 10.000 sampai
4,6 x 1.000.000 CFU/cm2. Kontaminasi dari ujung jari berkisar 0 – 300
ketika melakukan kontak dengan pasien ataupunorang lain. Price dan
peneliti lainnya mendokumentasikan bahwa meskipun jumlah kuman
bervariasi pada setiap individu, tetapi seringkali relatif konstan untuk
individu tertentu (WHO, 2009).
16
2.2.4. Manfaat mencuci tangan
Mencuci tangan dapat menghilangkan / mengurangi mikroorganisme
yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan
menggunakan air bersih dan sabun. Tangan yang bersih akan mencegah
berbagai penularan penyakit seperti diare, ISPA, Typoid, Hepatitis dan
berbagai penyakit infeksi dan penyakit menular lainnya. Menurut WHO
(2009) mencuci tangan dengan sabun non antimikroba (sabun biasa)
selama 15 detik dapat mengurangi jumlah bakteri 0,6 – 1,1 log 10,
sedangkan mencuci tangan dengan sabun selama 30 detik dapat
mengurangi kuman 1,8 – 2,8 log 10.
Penelitian yang dilakukan oleh Desiyanto dan Djannah (2013)
menyebutkan bahwa mencuci tangan dengan sabun dan hand sanitizer
dapat menurunkan jumlah kuman yang berada di tangan. Tangan yang
tidak mendapat perlakuan cuci tangan memiliki jumlah kuman sekitar 32,5
CFU/cm2. Sedangkan tangan yang dicuci dengan menggunakan sabun
didapatkan jumlah kuman sebanyak 3,5 CFU/cm2.
2.2.5. Langkah cuci tangan pakai sabun
Cuci tangan pakai sabun tentunya tidak hanya menggosokkan sabun
pada tangan kita kemudian kita bilas dengan air, tetapi cuci tangan pakai
sabun yang benar harus mengikuti beberapa langkah. Menurut Kemenkes
(2007) dalam program PHBS, mencuci tangan dengan sabun ada 5
langkah sebagai berikut :
1. Basahi tangan seluruhnya dengan air mengalir
17
2. Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela-sela jari
3. Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4. Bilas tangan dengan air bersih mengalir
5. Keringkan tangan dengan handuk, tissue atau dianginkan
Kelima langkah tersebut sebaiknya dilakukan sekitar 20 detik. Berikut
ini adalah gambar mencuci tangan pakai sabun dengan 5 langkah standar
depkes.
Gambar 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun Standar Depkes
18
Sedangkan menurut WHO (2009), mencuci tangan dengan sabun ada
11 langkah yaitu :
1. Setelah tangan di basahi dengan air, tuangkan sabun secukupnya
2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
3. Gosok punggung dan sela - sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
4. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari
5. Jari – jari dalam dari kedua tangan saling mengunci
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
8. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
9. Keringkan tangan dengan handuk, tissu sekali pakai sampai benar –
benar kering
10. Gunakan handuk /tissu tersebut untuk menutup kran
11. Tangan anda kini sudah bersih dan aman
19
Berikut ini adalah gambar mencuci tangan dengan sabun menurut
WHO yang terdiri dari 11 langkah :
Gambar 2.2 Gambar Mencuci Tangan Standar WHO
2.3. Sabun
2.3.1. Pengertian Sabun
Menurut WHO (2009) sabun adalah produk deterjen yang berbahan
dasar diesterifikasi asam lemak, natrium dan kalium hidroksida. Sabun
dibuat secara kimia melalui reaksi saponifikasi atau disebut juga reaksi
penyabunan. Dalam proses ini asam lemak akan terhidrolisa oleh basa
20
membentuk gliserin dan sabun mentah. Sabun tersebut kemudian akan di
olah lagi untuk menyempurnakannya hingga kemudian sampai ke kita.
Sabun menurut Tranggono dan Latifah (2014) adalah suatu produk
campuran dari beberapa garam natrium dengan asam stearat, palmitat dan
oleat yang berisikan sedikit komponen asam miristat dan laurat.
Seiring majunya teknologi dan ilmu pengetahuan telah banyak
diciptakan sabun dari berbagai macam bahan yang ada di sekitar kita.
Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Wijana, Soemarjo dan
Hanawi (2009) telah memanfaatkan daur ulang minyak goreng bekas
sebagai bahan pembuat sabun mandi cair. Bahan yang digunakan pada
penelitian tersebut meliputi minyak goreng bekas, karbon aktif, NaOH,
akuades, dekstrin dan parfum minyak melati. Bahan analisis kimia
meliputi alkohol 96%, H2SO4 20%, KOH 0,1%, HCl 0,1%, fenoftalein
dan akuades.
2.3.2. Beberapa bahan kimia yang digunakan untuk cuci tangan
Menurut WHO (2009) ada beberapa bahan kimia yang dapat
digunakan untuk cuci tangan. Bahan tersebut diantaranya :
a. Alkohol
Alkohol yang digunakan sebagai antiseptik untuk tangan berbahan
dasar ethanol, isopropanol, atau n – propanol atau kombinasi dari 2
macam produk tersebut. Alkohol mempunyai daya kerja yang baik
dalam menghambat perkembangan bakteri gram positif maupun gram
21
negatif, M. Tuberculosis dan beberapa jamur. Menurut WHO (2009),
cuci tangan dengan alkohol selama 30 detik dapat mengurangi jumlah
kuman sebanyak 3,5 log 10, sedangkan cuci tangan dengan alkohol
selama 1 menit dapat mengurangi jumlah kuman 4-5 log 10.
Penggunaan antiseptik untuk tangan yang berbahan dasar alkohol
sering menyebabkan tangan menjadi kering dan berkurang
kelembabannya.
b. Klorhexidine
Klorhexidine merupakan salah satu bahan dasar antiseptik.
Klorhexidine sangat baik dalam menghambat aktifitas bakteri gram
positif. Klorhexidine akan meninggalkan sisa setelah pemakaian.
c. Iodine dan iodophors
Iodine telah diketahui sebagai antiseptik yang efeektif sejak tahun
1800-an. Iodine dan iodophors efektif terhadap bakteri gram positif,
gram negatif, bakteri berspora, virus dan jamur. Iodine dan iodophors
dalam penggunaanya sering menyebabkan iritasi dan memberikan efek
gelap pada kulit.
d. Triklosan
Triklosan mempunyai nama kimia 2.4.4-tricloro-2-
hydroxydiphenylether. Nama lainnya adalah irgasan DP-300.
Konsentrasi sekitar 0,2% - 2 % sudah mempunyai efek antimikroba.
Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triyana (2008)
menyebutkan bahwa jumlah rerata angka kuman setelah cuci tangan
22
dengan sabun triklosan padat baru 14,48% dengan sabun triclosan
padat lama rerata 34,46%, dengan antiseptik etanol 2,67%, dengan
antiseptik irgasan 6,27% dan dengan alkohol 25,90%.
2.4. Siswa Madrasah Ibtidaiyah
Siswa Mdrasah Ibtidaiyah (MI) mempunyai usia sama dengan siswa di
sekolah dasar, karena pada prinsipnya sekolah MI adalah sekolah dasar yang
berada di bawah naungan Departemen Agama. Perkembangan anak – anak
siswa MI termasuk dalam perkembangan anak usia sekolah. Di Indonesia
kriteria umur memegang peranan penting bagi anak untuk diterima di
sekolah, biasanya anak baru bisa diterima di SD bila ia sudah mencapai usia
sekitar 7 tahun. Kriteria umur ini sebetulnya mencakup kriteria lain yang juga
berhubungan dengan kematangan / kemasakan (Haditono, 2004), yaitu :
1. Anak harus dapat kerjasama dalam kelompok dengan anak – anak
kelompok lain, yaitu anak tidak boleh masih tergantung pada ibunya,
melainkan harus dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman –
teman sebaya.
2. Anak harus dapat mengamati secara analitis. Ia harus sudah dapat
mengenal bagian – bagian dari keseluruhan dan dapat menyatukan
kembali bagian – bagian tersebut. Jadi anak harus sudah mempunyai
kemampuan memisah – misahkan.
3. Anak secara jasmaniah harus sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Petunjuk ini adalah kalau sudah dapat memegang telinga kirinya
23
dengan tangan kanan melalui atas kepala, atau kalau anak kidal maka
tangan kiri harus dapat mencapai telinga kanan melalui kepala. Inilah
yang disebut ukuran filipino.
Anak – anak usia SD mulai belajar bersosialisasi dengan orang lain.
Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai
pengaruh – pengaruh yang berada di luar pengawasan orang tua. Mereka
mulai bergaul dengan teman – teman sebaya, mempunyai guru – guru yang
sangat berpengaruh terhadap motivasi dalam berbagai kehidupan mereka.
Anak sangat mematuhi perintah dari guru – guru mereka, berusaha selalu
mengerjakan tugas – tugas yang diberikan oleh guru dengan baik. Usia 6 – 12
tahun di kenal juga dengan masa peralihan dari kanak – kanak awal ke masa
kanak – kanak akhir sampai menjelang masa pra pubertas. Pertumbuhan
fisiknya berkembang pesat dan kesehatannya semakin baik, yaitu anak
menjadi lebih tahan terhadap situasi yang dapat menyebabkan terganggunya
kesehatan mereka.
Menurut Piaget (Haditono, 2004), anak usia sekolah dasar masuk ke
dalam stadium operasional konkret (umur 7-11 tahun). Pada stadium ini
ditandai dengan desentrasi yang besar, yaitu anak sudah mampu untuk
memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk mencoba
menghubungkan dimensi – dimensi ini satu sama lain. Anak sekarang juga
memperhatikan aspek dinamisnya dalam perubahan situasi. Anak mampu
untuk melakukan aktifitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang
konkret, sebagai contoh bila anak dihadapkan dengan suatu masalah
24
(misalnya masalah klasifikasi) secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan atau
benda yang nyata maka ia belum mampu menyelesaikan masalah ini dengan
baik.
Stadium selanjutnya adalah stadium operasional formal (mulai umur 11
tahun). Pada stadium operasional formal anak dalam menyelesaikan suatu
masalah akan memikirkan dulu secara teoritis, lalu menganalisa masalahnya
dengan penyelesaian berbagai hipotesa yang mungkin ada. Atas dasar
analisanya tadi, anak kemudian membuat suatu strategi penyelesaian.
Sedangkan menurut Havigrust (Haditono, 2004), ada 9 tugas
perkembangan yang seharusnya dicapai oleh anak usia sekolah dasar, yaitu :
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk melakukan
berbagai permainan.
Pada periode ini pertumbuhan otot dan tulangnya sangat pesat,
anak menggunakan otot – ototnya untuk mempelajari berbagai
ketrampilan. Anak laki – laki aktifitasnya lebih tinggi dibandingkan
dengan anak perempuan. Mereka lebih senang bermain dalam kelompok.
Semakin banyak usia mereka, semakin bermacam pula permainannya.
2. Belajar bergaul dengan teman sebaya
Anak mulai belajar bergaul dengan orang lain diluar keluarganya.
Anak sangat senang menghabiskan waktu untuk bermain dengan teman
sebaya mereka.
3. Membina sikap hidup yang sehat terhadap diri sendiri, sebagai individu
yang sedang berkembang.
25
Anak telah tahu bahaya dan penderitaan yang dialami, apabila ia
bertingkah laku yang membahayakan kesehatan dirinya sendiri.
4. Mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin secara tepat
Pada usia 9 dan 10 tahun anak mulai menyadari perannya sesuai
dengan jenis kelaminnya. Anak wanita menampilkan tingkah lakunya
sesuai dengan yang diharapkan masyarakat sebagai wanita, demikian juga
dengan anak pria.
5. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari
Inti dari tugas perkembangan saat ini adalah mengenal konsep-
konsep untuk memudahkannya dalam memahami tentang pekerjaan
sehari-hari, kemasyarakatan, kewarganegaraan dan masalah yang
menyangkut sosial.
6. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung
Perkembangan intelektual dan biologis sudah matang untuk
bersekolah, maka anak telah mampu belajar di sekolah. Anak dapat belajar
membaca, menulis dan berhitung, karena kemampuan berfikirnya yang
memungkinkan memahami konsep-konsep dan simbol-simbol.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai
Contohnya, anak dapat menghargai miliknya dan milik orang lain,
menaati peraturan. Anak mulai menerima tanggung jawab dan mengakui
adanya perbedaan dirinya dengan orang lain.
26
8. Mencapai kebebasan pribadi
Tugas perkembangan pada masa ini adalah untuk membentuk
pribadi yang otonom, tanpa tergantung pada orang lain dalam
mengambil keputusan yang menyangkut dirinya, maupun peristiwa lain
dalam kehidupannya. Anak akan belajar untuk mandiri.
9. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial
Anak mampu belajar untuk menyadari keanggotaannya sebagai
masyarakat sekolah. Anak harus belajar mematuhi aturan-aturan sekolah
dan mampu menyeimbangkan antara keinginannya. Untuk melakukan
kebebasan dengan kepatuhan terhadap kekuasaan orang tua, guru
maupun orang dewasa lainnya. Anakpun harus belajar untuk menyadari
bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, baik masyarakat kecil maupun
masyarakat luas ada pembagian tugas, seperti tugas orang tua, guru,
polisi, dokter dan tugas dalam jabatan lainnya.
27
2.5. Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Indro
Setiawan
Peran Orang Tua
Dalam Memotivasi
Anak Mencuci
Tangan Dengan
Benar Dan
Memakai Sabun
Pada Anak Usia
Pra Sekolah Di TK
Aisyiyah Blimbing
Kabupaten
Sukoharjo
Kuantitatif
deskriptif
analitik dengan
metode
observasional
Sebagian besar
responden (orang
tua) memiliki peran
motivasi sedang
pada anak, yaitu 16
responden (80%)
Quintero
Lopez;
Catalina,
MD, MPH;
Paul
Freeman,
DrPH,MPH;
Yehuda
Neumark,
PhD, MPH
Hand Washing
Among School
Children in
Bogota, Columbia
Kuantitatif
dengan cross
sectional data
Hanya sekitar 33,6
% dari sample
melaporkan selalu
mencuci tangan
dengan sabun dan
air bersih sebelum
makan dan setelah
dari toilet.
Cupuwatie
Cahyani
Hubungan Jenis
Kelamin Dengan
Tahap Cuci Tangan
Mahasiswa Saat
Praktikum Di
Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Kuantitatif
dengan cross
sectional
Ada hubungan
antara jenis kelamin
dengan tahap cuci
tangan pada
mahasiswa saat
praktikum di
Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas Kedoktera
Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Mahasiswa
perempuan memiliki
tahap cuci tangan
yang lebih baik
28
daripada laki – laki.
Nicole
Knight;
Taylor
Strait;
Nicholas
Anthony; et
all
Clostridium
difficile colitis: A
retrospective study
of insidence and
severity before and
after institution of
an alcohol – based
hand rub policy
Kuantitatif
dengan
retrospective
chart review
analysis
Setelah diterapkan
kebijakan cuci
tangan dengan
alkohol angka
kejadian diare
karena clostridium
difficile turun
menjadi 3,98 per
10.000 pasien
dibanding sebelum
dilakukan kebijakan
tersebut yaitu 4,96
per 10.000 pasien
29
2.6. Kerangka Teori
Gambar 2.3 Kerangka Teori
s
PHBS
1. Tatanan Rumah Tangga
2. Tatanan Institusi Pendidikan
3. Tatanan Tempat Umum
4. Tatanan Tempat Kerja
5. Tatanan Fasilitas Kesehatan
(Kemenkes, 2013)
Indikator PHBS di Institusi Pendidikan
1. CTPS
2. Makanan & minuman sehat
3. Jamban sehat
4. Tersedia tempat sampah
5. Tidak merokok
6. Tidak mengonsumsi NAPZA
7. Tidak meludah sembarang tempat
8. Kegiatan berantas jentik nyamuk
(Kemenkes, 2013)
5 Langkah CTPS
1. Basahi tangan seluruhnya
dengan air
2. Gosok sabun ke telapak,
punggung tangan dan sela
jari
3. Bersihkan bagian bawah
kuku
4. Bilas tangan dengan air
bersih
5. Keringkan tangan dengan
handuk/tissu atau
dianginkan
(Kemenkes, 2013) 9 Tugas perkembangan anak usia SD
1. Mempelajari ketrampilan fisik untuk
melakukan permainan
2. Belajar bergaul dengan teman sebaya
3. Membina sikap hidup yang sehat
terhadap diri sendiri, sebagai individu
yang sedang berkembang
4. Mengembangkan perasaan sesuai jenis
kelamin
5. Mengembangkan konsep dalam
kehidupan sehari – hari
6. Mengembangkan ketrampilan dasar
7. Mengembangkan kata hati, moral dan
nilai
8. Mencapai kebebasan pribadi
9. Mengembangkan sikap terhadap
kelompok dan lembaga sosial
(Haditono, 2004)
Faktor yang mempengaruhi sikap
1. Pengalaman pribadi
2. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
3. Budaya
4. Media massa
5. Lembaga pendidikan &
lembaga agama
6. Faktor emosional
(Wawan & Dewi, 2010)
30
2.7. Fokus Penelitian
Gambar 2.4 Fokus Penelitian
Indikator PHBS di Institusi Pendidikan
CTPS
5 Langkah CTPS
1. Basahi tangan seluruhnya
dengan air
2. Gosok tangan ke telapak,
punggung tangan dan sela jari
3. Bersihkan bagian bawah kuku
4. Bilas tangan dengan air bersih
5. Keringkan tangan dengan
handuk/tissu atau dianginkan
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran atau fenomena
yang terjadi tentang cara mencuci tangan pada siswa sekolah dasar atau yang
sederajat. Penelitian ini ditekankan pada penggambaran secara obyektif
tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang akan diteliti. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi fenomenologi deskriptif.
Penelitian kualitatif menyajikan data yang dikumpulkan terutama
bentuk kata – kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih dari sekedar
angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan
bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen
kunci sehingga peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas.
Peneliti dapat bertanya, menganalisis dan mengkontruksikan obyek yang
diteliti sehingga informasi yang di dapat menjadi lebih jelas.
Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phainomenon dan
logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan.
Sedangkan logos berarti kata, pertimbangan. Dalam arti luas, fenomenologi
berarti ilmu tentang gejala – gejala atau apa saja yang nampak (Polit & Beck,
2006). Fenomenologi yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger adalah
sebuah pendekatan tentang pengalaman hidup manusia. Fenomenologi
32
memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam
refleksi fenomenologis, sebagai titik awal untuk mendapatkan hakekat dari
pengalaman dan hakekat dari yang kita alami (Polit & Beck, 2006).
Fenomenologis percaya bahwa pengalaman hidup memberikan makna
terhadap pandangan dari tiap – tiap orang terhadap fenomena tertentu. Dalam
studi fenomenologis, sumber data utama biasanya adalah percakapan yang
mendalam antara peneliti dan informan. Melalui percakapan yang mendalam,
peneliti berusaha untuk mendapatkan pintu masuk ke dunia informan. Untuk
para fenomenologis, informasi tidak hanya dengan mengumpulkan informasi
saja dari informan, tetapi juga berupaya untuk mengalami fenomena yang
sama, biasanya melalui partisipasi, observasi maupun introspeksi reflektif.
Ada 2 metodologi dalam penelitian fenomenologi yaitu fenomenologi
deskriptif dan fenomenologi interprestasi (Polit & Beck, 2006). Pada
penelitian ini penulis menggunakan metodologi fenomenologi deskriptif,
yaitu peneliti berusaha mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai
potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di
lapangan penelitian.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Godog yang beralamat di dukuh Tulakan, desa Godog, kecamatan
Polokarto, kabupaten Sukoharjo, berjarak sekitar 7 km dari pusat kota
33
Sukoharjo. Adapun alasan – alasan pemilihan penelitian ini didasarkan
pada beberapa pertimbangan, yaitu antara lain :
a. MI Muhammadiyah Godog merupakan sekolah yang tergolong belum
lama berdiri jika dibandingkan dengan sekolah yang sederajat dengan
sekolah dasar di desa tersebut, tetapi perkembangannya tergolong
cepat dibuktikan dengan tiap tahun jumlah anak didiknya selalu
bertambah.
b. Di MI Muhammadiyah Godog telah diadakan program jajanan sehat
sebagai upaya untuk mencegah para siswa agar tidak jajan
sembarangan, sehingga perlu didukung dengan tehnik mencuci tangan
yang benar.
c. Lokasi MI Muhammadiyah Godog terletak di dekat sebuah pondok
pesantren sehingga setelah diadakan penelitian tentang gambaran
mencuci tangan pakai sabun diharapkan dapat sebagai contoh maupun
memberikan informasi kepada santri pondok maupun terhadap
masyarakat sekitar.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian tersebut dilakukan pada bulan Februari – Juni 2015, tetapi
peneliti telah melakukan sedikit wawancara terhadap guru maupun murid
dan juga observasi ke lapangan mulai bulan Januari 2015 sebagai studi
pendahuluan. Penelitian ini akan penulis lakukan pada saat siswa sedang
jam istirahat hingga siswa masuk ke kelas untuk memulai pelajaran lagi.
34
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Menurut Sutopo (2006) populasi adalah seluruh individu yang akan
dikenai sasaran generalisasi dari sampel yang akan diambil dalam suatu
penelitian. Suatu populasi menunjukkan pada sekelompok subyek yang
menjadi obyek atau sasaran penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis
memiliki populasi yang terdiri dari seluruh siswa Madrasah Ibtidaiyah
Godog. Sekolah tersebut memiliki siswa yang terdiri dari 160 siswa.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang ciri – cirinya diselidiki atau
diukur (Sumantri, 2013). Sampel merupakan bagian dari populasi.
Penelitian fenomenologi biasanya hanya melibatkan sejumlah kecil
peserta, biasanya kurang lebih sekitar 10 peserta (Polit & Beck, 2006)
Metode penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
yaitu suatu metode penentuan sampel dimana peneliti menentukan sendiri
sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Dalam purposive
sampling latar dan kejadian tertentu betul – betul diupayakan terpilih
untuk memberikan informasi penting yang tidak mungkin diperoleh
dengan jurus lain (Alwasilah, 2003). Penelitian kualitatif biasanya
menyebut sampel dengan istilah informan atau partisipan. Kriteria
partisipan yang akan diambil pada penelitian ini berdasarkan pada :
1. Siswa yang berumur minimal 11 tahun
35
2. Siswa yang melakukan cuci tangan, terutama yang mencuci tangan
dengan sabun.
3. Bersedia menjadi partisipan
Peneliti akan memisahkan data siswa yang memenuhi kriteria untuk
menjadi partisipan. Peneliti akan mengambil partisipan secara acak dan
peneliti akan menggunakan tehnik Selection to the point of redundancy/
dipilih sampai jenuh (Sugiyono, 2009). Lincoln dan Guba (Sugiyono,
2009) juga menegaskan bahwa “If the purpose is to maximize information,
then sampling is terminated when no new information is forth – coming
from newly sampled units, thus redundancy is the primary criterion” (jika
tujuannya untuk mencapai informasi yang maksimal, jumlah sampel
diakhiri ketika sudah tidak ada lagi informasi baru yang berasal dari unit
sampel yang baru, dimana pengulangan kata merupakan ciri utamanya).
Hal tersebut dijelaskan oleh Nasution (Sugiyono, 2009) bahwa penentuan
unit sampel (partisipan) dianggap telah memadai apabila telah sampai
kepada taraf redundancy (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak
memberikan informasi yang baru), artinya dengan menggunakan sumber
data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi
baru yang berarti.
36
3.4. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data
3.4.1. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan gambaran
mencuci tangan pakai sabun pada siswa MI Muhammadiyah Godog
Polokarto, menurut Sugiyono (2009) maka yang dipakai sebagai instrumen
dalam penelitian ini adalah :
1. Human Instrument (Peneliti sebagai Instrumen Utama)
Human intrument berarti yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam hal ini peneliti juga perlu
divalidasi. Validasi peneliti sebagai instrumen meliputi validasi
terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki obyek penelitian untuk memasuki obyek penelitian, baik
secara akademik maupun logistiknya.
2. Instrumen Penunjang
Dalam hal ini adalah alat – alat yang dibutuhkan peneliti untuk
mendapatkan data. Alat – alat tersebut diantaranya :
a. Pedoman Wawancara
Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang akan diteliti dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono, 2009).
37
Memperoleh data dengan cara wawancara perlu mempunyai
pedoman agar pembicaraan kita dengan informan dapat terarah dan
tidak melebar.
Sebagai tambahan informasi peneliti akan melakukan
wawancara dengan guru guna memperoleh data yang terkait
dengan fokus penelitian. Selain melakukan wawancara dengan
guru, peneliti juga akan melakukan wawancara dengan para siswa
yang menjadi partisipan.
Tentunya penulis akan mengembangkan sedikit pertanyaan
pada saat wawancara agar suasana tidak terkesan formal sehingga
data bisa diperoleh dengan baik.
b. Lembar Observasi
Lembar Observasi akan peneliti gunakan untuk menulis data
tentang langkah – langkah cuci tangan dengan sabun yang
dilakukan partisipan. Lembar observasi akan peneliti buat dalam
bentuk chek list.
c. Lembar Catatan Lapangan
Instrumen ini akan peneliti gunakan untuk mencatat
kejadian–kejadian yang menyimpang saat partisipan melakukan
cuci tangan, misalnya partisipan bercanda sehingga cuci tangannya
tidak maksimal, atau mungkin juga mereka berebut kran untuk cuci
tangan dan sebagainya.
38
d. Voice Recorder
Alat ini akan peneliti gunakan untuk merekam saat
wawancara. Peneliti perlu mengecek fungsi dari alat ini sebelum
digunakan. Peneliti akan menggunakan smartphone yang memiliki
fasilitas untuk merekam pembicaraan.
e. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat hal – hal penting saat
observasi. Peneliti akan membawa bollpoin dan juga kertas sebagai
sarana penunjangnya.
f. Kamera
Peneliti akan menggunakan kamera untuk mengambil gambar
langkah – langkah partisipan saat melakukan cuci tangan.
3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan beberapa
prosedur/tehnik untuk mengumpulkan data. Tehnik – tehnik tersebut
antara lain :
1. Wawancara
Tehnik wawancara digunakan untuk memperoleh data,
keterangan maupun penjelasan dari orang yang berkompeten
dengan masalah yang diteliti. Seorang interviewer harus
menentukan tehnik apa yang akan dia gunakan untuk melakukan
wawancara.
39
Tehnik wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Indepth Interview (Wawancara Mendalam)
Wawancara mendalam merupakan salah satu tehnik
pengumpulan data kualitatif, dimana dilakukan antara seorang
responden dengan pewawancara yang terampil, yang ditandai
dengan penggalian yang mendalam dan menggunakan
pertanyaan terbuka.
b. Semi Structure Interview
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari On Guided
Interview dan Structured on Interview. Wawancara jenis ini
memiliki unsur kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan
secara tegas dan mengarah (Notoatmodjo, 2010). Cirinya
adalah fleksibel tetapi mempunyai arah yang jelas.
Melakukan wawancara terhadap partisipan atau narasumber
memerlukan beberapa tehnik agar tercipta suasana yang bebas
dan tidak kaku yang biasa disebut dengan rapport. Sehingga
langkah pertama bagi interviewer harus dapat menciptakan
rapport tersebut. Menurut Notoatmodjo (2010) hal tersebut
dapat dicapai dengan :
1). Mengadakan warming up untuk perkenalan dan
menjelaskan tujuan wawancara.
40
2). Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah di
mengerti oleh partisipan.
3). Mulailah dengan permasalahan yang sesuai dengan minat
atau keahlian responden, sehingga mereka tertarik lebih
dahulu.
4). Ciptakan suasana yang bebas dan santai.
5). Hindarkan kesan yang terburu – buru, tidak sabar dan sinis.
6). Berikan sugesti kepada interviewee bahwa keterangan
mereka sangat berharga, tetapi jaga agar mereka tidak over
acting.
7). Probing atau menstimulasi percakapan sehingga muncul
jawaban.
8). Bersikap hati – hati jangan sampai menyinggung hal – hal
yang bersifat sensitif dan rahasia.
9). Memegang teguh kode etik interviewer.
2. Observasi (Pengamatan)
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung untuk mengumpulkan data dan mencatat
segala informasi serta hal – hal yang relevan dengan masalah
penelitian. Tehnik observasi memungkinkan peneliti mengamati
dari dekat gejala penyelidikan. Peneliti hanya mencatat apa yang
sesungguhnya tampak sebagai gejala dan menghindari pendapat
pribadi terhadap peristiwa atau gejala tersebut.
41
Peneliti dalam mengobservasi partisipan akan memakai metode
observasi nonpartisipan jika dilihat dari proses pengumpulan
datanya (Sugiyono, 2009). Dalam hal ini peneliti tidak akan terlibat
dalam kegiatan sehari – hari partisipan, tetapi hanya sebagai
pengamat independent. Sedangkan jika dipandang dari segi
instrumen yang digunakan, peneliti akan memakai metode
observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang
telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati,
kapan dan dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan bila
peneliti telah tahu hal – hal apa saja yang akan diamati (Sugiyono,
2009).
3.5. Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan untuk menganalisa data dalam
penelitian ini adalah metode Colaizzi (Polit & Beck, 2006). Adapun langkah–
langkahnya meliputi :
1. Membuat deskripsi atau pedoman wawancara dan diskusi tentang
fenomena dari narasumber dalam bentuk narasi yang bersumber dari
wawancara dan diskusi kelompok.
2. Membaca kembali secara keseluruhan deskripsi informasi dari narasumber
untuk memperoleh perasaan yang sama seperti pengalaman narasumber.
Hal ini dapat dilakukan 3-4 kali untuk memperoleh sumber dari
narasumber terkait persepsinya tentang fenomena yang akan diteliti.
42
3. Mengidentifikasi kata kunci melalui penyaringan pernyataan narasumber
yang signifikan dengan fenomena yang diteliti. Pernyataan-pernyataan
yang merupakan pengulangan dan mengandung makna yang sama atau
mirip maka pernyataan ini diabaikan.
4. Memformulasikan arti dari kata kunci dengan cara mengelompokkan kata
kunci yang sesuai pernyataan penelitian selanjutnya mengelompokkan lagi
kata kunci yang sejenis. Peneliti sangat berhati-hati agar tidak membuat
penyimpangan arti dari pernyataan narasumber dengan merujuk kembali
pada pernyataan narasumber yang signifikan. Cara yang perlu dilakukan
adalah menelaah kalimat satu dengan yang lain.
5. Mengorganisasikan arti-arti yang telah teridentifikasi dalam beberapa
kelompok tema. Setelah tema - tema terorganisir, peneliti memvalidasi
kembali kelompok tema tersebut.
6. Mengintegrasikan semua hasil penelitian kedalam suatu narasi yang
menarik dan mendalam sesuai dengan topik penelitian.
7. Mengembalikan semua hasil penelitian pada masing-masing narasumber
lalu diikutsertakan pada diskripsi hasil akhir penelitian.
3.6. Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data pada metode penelitian kualitatif meliputi :
1. Credibility
Uji kredibilitas atau keabsahan data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
43
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,
dan member check (Sugiyono, 2009). Digunakannya uji ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai
subyek penelitian. Dalam hal ini peneliti memberikan data yang telah
ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.
Triangulasi dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dari
beberapa pihak secara terpisah namun dengan karakteristik yang sama
kemudian hasilnya di cross check antara jawaban yang satu dengan
yang lainnya. Dari hasil jawaban dari beberapa pihak tersebut
kemudian dilihat kesamaan dan perbedaannya. Triangulasi menurut
Sugiyono (2009) meliputi :
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui
beberapa sumber. Peneliti akan melakukan triangulasi sumber
kepada guru dan siswa.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada
penelitian ini setelah dilakukan wawancara akan dilakukan
triangulasi teknik dengan observasi.
44
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara dan observasi dalam waktu atau
situasi yang berbeda.
2. Transferability
Transferability (validitas eksternal) menunjukkan derajat
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di
mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2009).
Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, sampai dimana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Supaya
orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif, maka peneliti
dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis dan dapat dipercaya. Bila pembaca laporan penelitian
memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, semacam apa suatu
hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan
tersebut memenuhi standar transferability. Transferability disebut juga
sebagai validitas eksternal (Sugiyono, 2009), sehingga suatu penelitian
memenuhi standar transferabilitas jika hasil penelitian tersebut dapat
diterapkan ke populasi dimana partisipan tersebut diambil.
3. Dependebility
Dependebility disebut juga dengan reliabilitas. Penelitian yang
reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses
penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif,
45
uji dependability ditempuh dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan oleh auditor yang
independen atau pembimbing (Sugiyono, 2009).
4. Confirmability
Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati
partisipan. Peneliti akan melakukan confirmability dengan
menunjukkan seluruh transkrip yang sudah ditambahkan catatan
lapangan, tabel pengkatagorian tema awal dan tabel analisis tema pada
pembimbing penelitian dan partisipan.
3.7. Etika Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini telah mendapat ijin dari Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan Kepala Sekolah MI Muhammadiyah Godog Polokarto
Sukoharjo. Beberapa hal yang termasuk dalam etika penelitian meliputi :
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan lembar persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
(Hidayat, 2007).
2. Anonimity
Merahasiakan atau tidak mencantumkan nama responden
merupakan suatu pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan (Hidayat, 2007).
46
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden
dijaga oleh peneliti. Data hanya akan disajikan atau dilaporkan dalam
bentuk kelompok yang berhungan dengan penelitian ini (Moleong,
2005)
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Peneliti telah melakukan penelitian terhadap siswa MI Muhammadiyah
Godog yang berkaitan dengan cara mereka melakukan cuci tangan pakai sabun.
Hasil dari wawancara dan observasi terhadap partisipan dan tempat penelitian
dapat peneliti peroleh data yang menerangkan mengenai beberapa karakteristik
partisipan dan tempat peneliti. Karakteristik tersebut meliputi karakteristik
partisipan secara umum dan khusus serta karakteristik atau gambaran mengenai
lokasi penelitian. Berikut ini uraian singkat mengenai beberapa karakteristik
tersebut.
4.1 Karakteristik Partisipan
4.1.1 Karakteristik Umum Partisipan
Siswa yang peneliti ambil sebagai partisipan sebelumnya harus memenuhi
beberapa kriteria yang peneliti tetapkan. Kriteria umum partisipan yang diambil
pada penelitian ini adalah : siswa yang telah berumur minimal 11 tahun, siswa
yang melakukan cuci tangan terutama yang mencuci tangan dengan sabun dan
bersedia menjadi partisipan.
Siswa yang bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Godog
kebanyakan berasal dari wilayah sekitar madrasah, meskipun ada juga siswa yang
berasal dari luar desa Godog. Pada tahun ajaran 2014/2015 jumlah siswa di MI
Muhammadiyah Godog berjumlah sekitar 160 siswa. Jumlah tersebut terdiri dari
48
34 siswa kelas 1, 26 siswa kelas 2, 30 siswa kelas 3, 27 siswa kelas 4, 23 siswa
kelas 5 dan 20 siswa kelas 6. Jumlah siswa perempuan adalah 79 siswa dan siswa
laki – laki 81 siswa.
Kegiatan pembelajaran siswa dimulai pukul 07.00 WIB dan setiap kelas
mempunyai jadwal yang berbeda. Siswa perempuan wajib mengenakan jilbab
serta memakai baju lengan panjang dan rok panjang. Siswa laki – laki wajib
mengenakan seragam celana panjang sedangkan baju boleh lengan panjang
maupun lengan pendek.
Gambaran umum dari lingkungan MI Muhammadiyah Godog dapat
peneliti jabarkan secara singkat yaitu, MI Muhammadiyah Godog berdiri sejak 1
januari 1970 beralamat di dusun Tulakan RT 03 Rw 07 Desa Godog, Kecamatan
Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah. Luas tanah sekitar 515
m2. Luas bangunan sekitar 400 m2.
Kepala Madrasah adalah Bapak HN, SpdI. Jumlah tenaga guru yang
mengajar di madrasah tersebut 11 orang termasuk dengan kepala sekolah dan
seorang penjaga sekolah. Tata letak bangunan dari MI Muhammadiyah Godog
menghadap ke selatan. Madrasah tersebut memiliki 8 ruang kelas untuk kegiatan
belajar dan mengajar bagi siswa dan guru.
Bangunan tersebut berada di tengah pemukiman warga. Tidak jauh dari
bangunan tersebut terdapat sungai, area persawahan dan lingkungan pondok
pesantren. Di halaman bangunan tersebut terdapat 4 kran air sebagai sarana untuk
cuci tangan dan terdapat 4 kamar mandi dan toilet yang sedang dilakukan
renovasi. Kran yang digunakan para siswa untuk cuci tangan terawat dengan baik,
49
airnyapun juga mengalir dengan lancar. Di sebelah kran terdapat botol sabun cair
untuk cuci tangan para siswa dan guru. Di MI Muhammadiyah Godog juga
memiliki 1 ruang UKS yang sedang dilakukan renovasi.
Selain mengambil partisipan dari siswa, peneliti juga mengambil
partisipan dari guru sebagai narasumber pendukung. Guru yang peneliti ambil
sebagai partisipan adalah guru sebagai penanggung jawab UKS. Partisipan
tersebut adalah Bapak M, SE. Beliau selaku guru olahraga dan penanggung jawab
UKS. Bapak Mulato bertempat tinggal di dusun Tulakan Rt 03 Rw 06 desa
Godog. Dalam wawancara yang peneliti lakukan terhadap beliau, para siswa di
MI Muhammaduyah Godog selalu diingatkan untuk melakukan cuci tangan
memakai sabun sebelum makan dan setelah melakukan berbagai aktifitas. Bapak
Mulato juga menjelaskan bahwa di MI Muhammadiyah Godog belum lama ini
juga ada penyuluhan kesehatan dari bidan puskesmas setempat dan para
mahasiswa yang KKN di desa Godog tentang cara melakukan cuci tangan.
4.1.2 Karakteristik Khusus Partisipan
Pada saat melakukan penelitian, peneliti mengobservasi dan melakukan
wawancara dengan partisipan satu per satu. Karakteristik dari para partisipan
tersebut adalah :
1. Partisipan 1
Nama MN, jenis kelamin laki – laki. Tempat dan tanggal lahir di
Sukoharjo 3 – 2 – 2003 (12 tahun 5 bulan). Partisipan beralamat di dusun
Bendokarang Rt 3/11 Gentan Bendosari Sukoharjo. Ciri – ciri fisik dari
50
partisipan adalah berkulit sawo matang, TB 135 cm, BB 32 kg, rambut
lurus dan hitam. Partisipan merupakan anak ke 1 dari 4 bersaudara.
Partisipan tinggal bersama kedua orang tuanya.
Kebiasaan di rumah yang berkaitan dengan cuci tangan yaitu cuci
tangan dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir, selalu
melakukan cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, setelah
beraktifitas, setelah membersihkan rumah, setelah bermain, setelah
bermain di tempat berdebu, setelah buang air besar dan kecil. Semua
anggota keluarga selalu melakukan kebiasaan cuci tangan pakai sabun di
rumah.
Partisipan juga menyebutkan tentang kebiasaannya di sekolah yang
selalu melakukan cuci tangan setelah bermain, sebelum makan, setelah
makan, setelah berolahraga dan setelah buang air besar ataupun buang air
kecil.
2. Partisipan 2
Nama ADN, jenis kelamin perempuan. Tempat dan tanggal lahir
partisipan adalah di Sukoharjo 31 – 7 – 2002 (13 tahun). Partisipan
beralamat di dusun Tulakan Rt 3/7 Godog Polokarto Sukoharjo. Ciri – ciri
fisik partisipan adalah berkulit sawo matang, TB 143 dan BB 40 kg.
Parttisipan merupakan anak 2 dari 2 bersaudara dan tinggal bersama kedua
orang tuanya.
Kebiasaan di rumah yang berkaitan dengan cuci tangan yaitu cuci
tangan dengan memakai sabun dan air bersih, selalu melakukan cuci
51
tangan dengan sabun sebelum makan, sesudah makan, sebelum tidur,
sesudah bermain, setelah menyapu rumah. Seluruh anggota keluarga
partisipan 2 selalu menerapkan kebiasaan cuci tangan dengan sabun di
rumah.
Kebiasaan di sekolah mengenai waktu cuci tangan pakai sabun
yang selalu dilakukan oleh partisipan 2 yaitu selalu cuci tangan sebelum
makan, setelah makan, setelah bermain, setelah buang air, setelah
berolahraga dan setelah memegang benda yang kotor.
3. Partisipan 3
Nama NA, jenis kelamin laki – laki. Tempat dan tanggal lahir
Sukoharjo, 1 – 8 – 2002 (13 tahun). Partisipan 3 beralamat di dusun
Tulakan Rt 3/7 Godog Polokarto Sukoharjo. Ciri – ciri fisik dari partisipan
3 berkulit sawo matang, TB 145 cm, BB 45 kg, rambut hitam dan lurus. Ia
merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Ia tinggal bersama kedua orang
tuanya di dusun Tulakan.
Kebiasaan di rumah yang berkaitan dengan cuci tangan yaitu cuci
tangan dengan memakai sabun dan air bersih, selalu melakukan cuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, setelah bermain,
setelah bermain bola, setelah memancing setelah berolah raga dan setelah
membersihkan kandang ternak. Keluarga partisipan 3 selalu menerapkan
cuci tangan dengan sabun sebagai kebiasaan baik di rumah.
Partisipan 3 mempunyai kebiasaan di sekolah selalu mencuci
tangannya pakai sabun sebelum ia makan, setelah makan, sesudah
52
berolahraga, setelah bermain, setelah buang air besar dan kecil serta setiap
kali setelah memegang benda yang kotor.
4. Partisipan 4
Nama RA, jenis kelamin perempuan. Tempat dan tanggal lahir di
Sukoharjo, 9 – 8 – 2003 (12 tahun). Partisipan 4 beralamat di dusun Butuh
Rt 1/2 Godog Polokarto Sukoharjo. Ciri – ciri fisiknya berkulit sawo
matang, TB 135 cm, BB 28 kg. Ia merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara.
Kebiasaan di rumah yang berkaitan dengan cuci tangan yaitu cuci
tangan dengan memakai sabun dan air, selalu melakukan cuci tangan
dengan sabun sebelum makan, sesudah makan, sehabis buang air brsar,
setelah bermain, setelah melakukan aktifitas. Keluarga partisipan 4 selalu
melakukan cuci tangan dengan sabun untuk menjaga kesehatan.
Kebiasaan di sekolah partisipan 4 yang berkaitan dengan cuci
tangan pakai sabun yaitu selalu melakukan cuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir pada waktu sebelum makan, setelah makan, setelah
bermain dan setelah berolahraga.
5. Guru
Peneliti mengambil data dari guru sebagai data sekunder (data
pendukung). Data dari guru akan peneliti gunakan sebagai data penguat
(data pendukung) atas berbagai hal yang disampaikan para siswa yang
menjadi partisipan.
Guru yang peneliti jadikan sebagai narasumber untuk data
sekunder yaitu Bpk M, jenis kelamin laki – laki. Tempat dan tanggal lahir
53
Bp M adalah di Sukoharjo, 30 – 11 – 1983 (31 tahun 8 bulan). Beliau
beralamat di dusun Tulakan Rt 3/7 Godog Polokarto Sukoharjo. Ciri – ciri
fisiknya berkulit sawo matang, TB 165 cm, BB 65 kg.
Kebiasaan beliau di rumah yang berkaitan dengan cuci tangan
yaitu beliau selalu menerapkan kebiasaan cuci tangan di rumah untuk
seluruh anggota keluarga. Beberapa waktu yang selalu beliau wajibkan
untuk cuci tangan diantaranya sebelum makan, sesudah makan, sesudah
memegang benda yang kotor, setelah buang air besar dan kecil dan setelah
melakukan berbagai aktifitas di rumah. Selain itu beliau juga selalu
mencontohkan pada para siswa agar selalu mencuci tangan pakai sabun
pada saat akan makan, sebelum makan, setelah bermain, setelah
berolahraga, setelah BAB/BAK dan setiap kali tangan memegang benda
yang kotor.
4.2. Hasil Penelitian
Hasil wawancara dengan partisipan, peneliti menemukan beberapa tema
dan sub tema dari penelitian yang peneliti lakukan. Hasil wawancara tersebut
menghasilkan tema gambaran (langkah) cuci tangan pakai sabun pada siswa MI
Muhammadiyah Godog, tema waktu cuci tangan pakai sabun selain waktu
sebelum makan pada siswa MI Muhammadiyah Godog dan tema bahaya jika
siswa MI Muhammadiyah Godog tidak melakukan cuci tangan pakai sabun
sebelum makan.
54
Tema langkah (tahapan) cuci tangan pakai sabun menghasilkan beberapa
sub tema sebagai berikut, yaitu : 1). Membasahi tangan dengan air mengalir 2).
Memakai sabun 3). Menggosok sabun ke telapak tangan dan punggung tangan 4).
Menggosok sela jari 5). Membersihkan kuku 6). Membilas dengan air 7).
Mengeringkan dengan handuk
Berikut ungkapan partisipan untuk sub tema 1 ( membasahi tangan dengan
air mengalir).
“...pertama mengalirkan air ke tangan...”(partisipan 1)
“Pertama baasahi tangan dengan air...” (partisipan 2)
“Tangan dibasuh dengan air mengalir...” (partisipan 3)
“Alirkan air...” (partisipan 4)
Hasil observasi terhadap partisipan 1 – 4 untuk tahap membasahi tangan
dengan air mengalir sudah dilakukan dengan benar. Mereka selalu membasahi
tangan mereka terlebih dahulu dengan air yang mengalir sebelum mencuci tangan
dengan sabun. Menurut keterangan dari guru para siswa selalu membasahi tangan
mereka dengan air mengalir sebelum cuci tangan pakai sabun.
Sebelum melakukan cuci tangan pakai sabun tangan terlebih dahulu harus
kita basahi dengan air bersih yang mengalir karena dengan air yang bersih dan
mengalir akan membantu membersihkan kuman yang ada di tangan, serta
memudahkan sabun terurai menjadi busa.
Ungkapan partisipan untuk sub tema 2 (memakai sabun) adalah sebagai
berikut.
“...memakai sabun...” (partisipan 1)
55
“...trus dikasih sabun...” (partisipan 2)
“...tangan dikasih sabun...” (partisipan 3)
“...usapkan ke kedua tangan dengan sabun...” (partisipan 4)
Partisipan 1 – 4 setelah membasahi tangan mereka dengan air yang
mengalir kemudian menuangkan sabun ke tangan mereka. Hal itu juga sesuai
dengan yang disampaikan Bapak M selaku guru olahraga. Pihak madrasah selalu
berusaha menyediakan sabun untuk cuci tangan para siswa. Sabun yang
digunakan sebaiknya memang sabun cair, sehingga cairan sabun tidak
terkontaminasi dengan tangan siswa yang sudah terkena kuman dan dapat
digunakan lagi oleh siswa yang lainnya. Sabun mengandung zat kimia yang dapat
membersihkan kotoran dan juga minyak. Sabun yang beredar dipasaran sekarang
ini sudah banyak sekali jenisnya.
Beikut ini ungkapan para partisipan yang terkait dengan sub tema 3
(menggosok sabun ke telapak tangan).
“...gosok ke telapak tangan...punggung tangan...” (partisipan 1)
“...gosok ke telapak tangan dan punggung tangan...” (partisipan 2)
“...telapak tangan bagian dalam dan luar diusap – usap dengan sabun...”
(partisipan 3)
“...usapkan ke kedua tangan dengan sabun, bagian luar telapak tangan juga
digosok...” (partisipan 4)
Langkah mencuci tangan pada tahap menggosok sabun ke telapak tangan
oleh para siswa diikuti dengan menggosok punggung tangan. Durasi waktu saat
mereka menggosok tangan dan punggung tangan masih bervariasi. Partisipan 1 –
56
4 saat menggosok telapak tangan berdurasi 4 – 5 hitungan, sedangkan saat
menggosok punggung tangan untuk partisipan 2 dan 4 sekitar 4 hitungan dan
partisipan 1 dan 3 hanya 2 hitungan. Menurut keterangan dari guru, setelah
menuangkan sabun siswa kemudian menggosok telapak tangan dan punggung
tangan, tetapi oleh Bapak M tidak diterangkan berapa kali harus menggosok tiap–
tiap bagian tangan yang dibersihkan.
Telapak tangan merupakan area yang banyak terkontaminasi dengan
kuman saat kita memegang benda yang kotor ataupun saat kita bersin. Punggung
tangan juga mempunyai area yang luas sehingga banyak kemungkinan sebagai
tempat kuman saat kita menyeka keringat maupun tersentuh oleh benda yang
kotor.
Ungkapan partisipan yang terkait dengan sub tema 4 (menggosok sela jari)
adalah sebagai berikut :
“...digosokkan ke sela jari...” (partisipan 1)
“...digosokkan di sela – sela jari...” (partisipan 2)
“...disela – sela jari...” (partisipan 3)
“...sela – sela jari...” (partisipan 4)
Siswa saat menggosok sela jari mempunyai durasi sekitar 4 – 5 hitungan.
Menurut guru setiap cuci tangan siswa di MI Muhammadiyah Godog juga
menggosok sela jari mereka. Sela jari juga perlu digosok karena di area tersebut
juga sebagai tempat kuman bersembunyi. Sebagian orang yang tidak rutin
melakukan cuci tangan, sela jari kadang masih terlewatkan saat mereka mencuci
tangan.
57
Sub tema berikutnya adalah membersihkan kuku. Berikut ungkapan
partisipan terkait dengan sub tema tersebut.
“...kuku – kuku...” (partisipan 1)
“...kuku – kuku...” (partisipan 2)
“...kuku – kuku...” (partisipan 3)
“...kuku – kuku...” (partisipan 4)
Partisipan dalam membersihkan kuku bervariasi. Partisipan 1, 2 dan 4
membersihkan kuku mereka dengan cara memutar semua ujung jari ke telapak
tangan yang satunya. Partisipan 3 dengan cara mengusap kuku dan ujung jari
telunjuk sampai dengan ujung jari kelingking dengan jari jempolnya, kemudian
membersihkan kuku dan ujung jari jempol dengan jari yang lain. Waktu yang
digunakan partisipan untuk membersikan kuku rerata 3 - 4 detik. Menurut Bapak
M, siswa di madrasah tersebut juga membersihkan kuku mereka, menurut beliau
kuku juga perlu dibersihkan karena kuku yang kotor juga sebagai tempat kuman
bersarang. Pendapat Bapak M tersebut memang benar, karena kuku dan ujung jari
merupakan area yang paling sering digunakan untuk menyentuh berbagai macam
benda, baik itu benda bersih maupun benda yang terkena kotoran.
Sub tema berikutnya adalah membilas dengan air. Berikut ungkapan
partisipan yang terkait dengan sub tema tersebut.
“...dibilas dengan air” (partisipan 1)
“...dibasuh atau dibilas dengan air” (partisipan 2)
“...dibilas dengan air” (partisipan 3)
“...dibilas dengan air” (partisipan 4)
58
Partisipan setelah menggosok telapak tangan, punggung tangan, sela jari
dan kuku kemudian membilasnya dengan air mengalir. Partisipan 1 - 4 membilas
dengan cara menggosokkan tangan mereka di bawah air yang mengalir. Durasi
mereka dalam membilas adalah sekitar 8 detik. Bapak M mengajarkan pada siswa
agar membilas dengan bersih, tentunya dengan memakai air yang mengalir.
Air yang digunakan untuk mencuci tangan dan membilasnya adalah air
yang bersih dan mengalir sehingga mampu membersihkan sisa sabun dan kotoran
dengan maksimal.
Sub tema yang terakhir dari tema langkah (tahapan) mencuci tangan pakai
sabun adalah mengeringkan dengan handuk. Berikut ungkapan partisipan yang
terkait dengan sub tema tersebut.
“...pakai handuk, kadang didiamkan sebentar biar kering” (partisipan 1)
“...pakai handuk atau tisu bersih. Kalau tidak ada tangan kita kipat – kipatkan”
(partisipan 2)
“Pakai tisu atau handuk atau dianginkan saja” (partisipan 3)
“...dikeringkan pakai handuk, lap bersih atau tangan dikibas – kibaskan...”
(partisipan 4)
Langkah terakhir dari mencuci tangan adalah mengeringkan tangan.
Kebetulan pada saat dilakukan observasi di samping kran belum tersedia handuk
karena sedang dicuci. Partisipan mengeringkan tangan dengan membiarkan saja
agar kering, ada juga yang mengibaskan tangan disamping kran agar air tidak
menetes kemana – mana.
59
Menurut Bapak guru, untuk penyediaan handuk dan tisu kadang masih
terkendala dengan dana sehingga cara mengeringkan tangan yang sudah bersih
adalah dengan dianginkan. Mengeringkan tangan sebaiknya dengan handuk bersih
ataupun tisu, karena jika handuk yang digunakan sudah kotor justru akan
membuat tangan kita kotor lagi karena kuman yang ada di handuk akan berpindah
ke tangan kita yang sudah bersih. Cara menganginkan tangan agar kering jauh
lebih baik daripada menggunakan lap yang kotor.
Tema kedua yang peneliti temukan saat wawancara dan observasi adalah
waktu cuci tangan pakai sabun selain waktu sebelum makan pada siswa MI
Muhammadiyah Godog. Tema tersebut menghasilkan beberapa sub tema sebagai
berikut, yaitu : 1). Setelah bermain 2). Setelah memancing 3). Setelah memegang
ternak 4). Setelah memegang benda yang kotor 5). Sebelum tidur 6). Setelah
makan 7). Setelah BAB dan BAK 8). Setelah berolahraga 9). Sesudah
membersihkan rumah
Berikut ini adalah ungkapan partisipan yang terkait dengan sub tema
setelah bermain.
“Setelah bermain...” (partisipan 1)
“...setelah bermain...” (partisipan 2)
“...setelah bermain...” (partisipan 3)
“Setelah bermain...” (partisipan 4)
Menurut ungkapan para partisipan, mereka selalu mencuci tangan mereka
dengan memakai sabun setelah mereka bermain. Bermain merupakan aktifitas
yang penting bagi anak. Karena dengan bermain mereka dapat melatih otot
60
mereka, dapat bersosialisasi dan masih banyak manfaat lagi dari bermain. Harus
kita sadari bahwa saat bermain anak banyak terpapar kuman melalui tangannya,
sehingga lebih baik kita selalu membiasakan mereka untuk selalu cuci tangan
pakai sabun setelah selesai bermain.
Sub tema selanjutnya adalah setelah memancing. Berikut pernyataan
partisipan yang terkait dengan sub tema tersebut adalah :
“...setelah memancing...” (partisipan 1)
Partisipan 1 mempunyai hobi memancing, sehingga dia membiasakan diri
untuk selalu mencuci tangan setelah memancing. Memancing merupakan salah
satu hobi yang bagus, tetapi perlu disadari bahwa setiap kita memasang umpan,
menangkap ikan dan menyiapkan alat untuk memancing, maka tangan kita sangat
beresiko untuk terkena kotoran.
Berikut ungkapan partisipan yang berkaitan dengan sub tema setelah
memegang ternak.
“...setelah memberi makan hewan piaraan...” (partisipan 1)
“...memegang ayam...” (partisipan 2)
Partisipan 1 dan 4 mempunyai hewan piaraan, menurut mereka sangat
perlu untuk mencuci tangan pakai sabun setelah memegang hewan piaraan
mereka. Hewan piaraan baik itu unggas maupun binatang lain biasanya suka
mencari makan di tempat yang kotor sehingga banyak sekali kemungkinan
mereka menularkan kuman ataupun membawa kotoran terhadap pemiliknya.
61
Sub tema berikutnya adalah setelah memegang benda yang kotor.
Ungkapan yang terkait dengan sub tema tersebut adalah :
“...pegang alat – alat yang kotor...” (partisipan 1)
“...setiap tangan terkena kotoran dari benda yang kita pegang...” (partisipan 2)
“...setelah memegang benda – benda...” (partisipan 3)
“...setelah membuat kerajinan (gerabah)...” (partisipan 4)
“...setelah memegang benda – benda yang kotor...”(partisipan 4)
Menurut partisipan setelah mereka memegang benda, terutama yang kotor,
mereka selalu melakukan cuci tangan. Benda yang terlihat bersih belum tentu
bebas dari kuman, apalagi benda yang jelas terlihat kotor.
Berikut ini adalah ungkapan partisipan yang berkaitan dengan sub tema
sebelum tidur.
“...mau tidur...” (partisipan 1)
“...sebelum tidur...” (partisipan 2)
“...mau istirahat tidur...” (partisipan 3)
“...saat malam akan tidur...” (partisipan 4)
Sebelum tidur menurut partisipan 1 – 4 mereka mencuci tangan mereka
terlebih dahulu. Hal tersebut tidak ada salahnya karena sebelum tidur kadang
anak masih suka beraktifitas. Tidur pada saat kondisi tubuh dan tangan yang
bersih perlu dibiasakan sejak kecil, karena saat tidur proses metabolisme dan
tumbuh kembang anak tetap berlangsung.
62
Sub tema selanjutnya adalah setelah makan. Berikut ungkapan partisipan
yang berkaitan dengan sub tema tersebut.
“...setelah makan...” (partisipan 1)
“Sesudah makan...” (partisipan 2)
“...sesudah makan...” (partisipan 4)
Mencuci tangan sesudah makan sangat baik dilakukan, karena setelah
selesai makan tangan kita kemungkinan terkena sisa makanan maupun terkena
minyak yang melekat pada makanan tersebut. Partisipan 1, 2 dan 4
mengungkapkan bahwa mereka selalu mencuci tangan dengan sabun setelah
makan.
Ungkapan berikut ini berkaitan dengan sub tema setelah BAB dan BAK.
“...setelah buang air kecil dan besar...” (partisipan 1)
“...setelah buang air...” (partisipan 2)
“...sesudah BAB...setelah dari kamar mandi...” (partisipan 3)
“...setelah BAB dan BAK...” (partisipan 4)
Semua partisipan menyatakan setelah mereka BAB dan BAK selalu
mencuci tangan meskipun dengan bahasa yang berbeda. BAB dan BAK adalah
kegiatan tubuh untuk mengeluarkan produk sisa dari makanan ataupun minuman
yang kita konsumsi. Dalam produk sisa tersebut ada kemungkinan terdapat kuman
ataupun cacing yang ada dalam produk sisa, sehingga kita harus selalu mencuci
tangan kita pakai sabun setelah BAB dan BAK agar tidak ada kuman yang
menempel di tangan.
63
Sub tema selanjutnya adalah setelah berolahraga. Berikut adalah ungkapan
partisipan yang berkaitan dengan sub tema tersebut.
“...setelah berolahraga” (partisipan 1)
“...setelah berolahraga...” (partisipan 2)
“Sesudah berolahraga...” (partisipan 3)
“...setelah senam dan olahraga...” (partisipan 4)
Olahraga biasanya banyak mengeluarkan keringat, selain itu saat olahraga
biasanya juga menggunakan media / alat yang kotor, sebagai contoh pasir untuk
lompat jauh, bola dan sebagainya. Maka sangat tepat jika setelah olahraga anak
membiasakan untuk cuci tangan pakai sabun.
Sub tema yang terakhir dari tema waktu cuci tangan pakai sabun selain
waktu sebelum makan adalah setelah membersihkan rumah. Berikut ini ungkapan
partisipan yang terkait dengan sub tema tersebut.
“...setelah bersih – bersih rumah...” (partisipan 2)
“...setelah menyapu” (partisipan 4)
Kegiatan membersihkan rumah juga beresiko membuat tangan kita kotor.
Debu, minyak dan kotoran lain yang menempel pada perkakas rumah akan dengan
mudah berpindah ke tangan kita saat kita membersihkannya.
Tema ketiga yang peneliti temukan saat wawancara dan observasi terhadap
partisipan adalah bahaya jika siswa MI Muhammadiyah Godog tidak melakukan
cuci tangan pakai sabun sebelum makan. Sub tema yang peneliti dapatkan yaitu
sakit perut. Berikut ungkapan partisipan yang terkait dengan sub tema tersebut.
“...perut bisa sakit...” (partisipan 1)
64
“Bisa sakit perut” (partisipan 2)
“Sakit perut...” (partisipan 3)
“...sakit perut...” (partisipan 4)
Partisipan mengungkapkan bahwa bahaya dari tidak cuci tangan pakai
sabun adalah bisa sakit perut. Hal itu dapat dibenarkan karena kuman yang
menempel di tangan tidak dapat hilang dengan maksimal jika kita cuci tangan
tanpa pakai sabun, apalagi tanpa cuci tangan. Efek dari sakit perut mungkin tidak
langsung terjadi pada saat itu juga, tetapi bisa timbul setelah beberapa jam
ataupun beberapa hari. Kemampuan partisipan dalam menganalisa tentang bahaya
dari kebiasaan tidak cuci tangan pakai sabun sesuai dengan tingkat pemahaman
mereka, tetapi yang terpenting adalah mereka mengetahui bahwa kebiasaan buruk
pasti mempunyai akibat yang tidak baik bagi tubuh kita.
Menurut Bapak M, kebiasaan tidak cuci tangan pakai sabun sebelum
makan juga dapat mengganggu tumbuh kembang dan kesehatan anak
dikarenakan kuman masuk ke dalam tubuh kita.
65
BAB V
PEMBAHASAN
Pembahasan yang terkandung pada bab ini adalah membandingkan antara
hasil dari penelitian yang peneliti peroleh dengan landasan teori yang peneliti
gunakan. Hasil yang didapat dari membandingkan antara hasil penelitian dan
landasan teori yang digunakan tidak harus sama, mungkin hasil yang didapat
sesuai teori, mungkin juga hasil yang didapatkan berbeda dengan teori. Berikut
merupakan pembahasan mengenai landasan teori dan hasil penelitian yang
didapatkan.
5.1. Gambaran cara cuci tangan pakai sabun pada siswa MI Muhammadiyah
Godog Polokarto
Hasil dari observasi dan wawancara terhadap partisipan pada tema ini
menghasilkan beberapa sub tema. Berikut merupakan pembahasan dari
beberapa sub tema tersebut.
5.1.1 Membasahi tangan dengan air mengalir
Sub tema yang pertama adalah membasahi tangan dengan air
mengalir. Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa partisipan membasahi
tangan dengan air bersih yang mengalir. Air yang mereka gunakan tidak
berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Suhu air tersebut tidak peneliti
ukur dengan detail tetapi saat peneliti gunakan untuk mencuci tangan
terasa sejuk di tangan. Syarat air bersih secara kimia dan mikrobiologi
66
tidak peneliti lakukan pemeriksaan, tetapi dari ungkapan Bapak guru air
yang digunakan adalah air dari program Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Masyarakat (Pamsimas), sehingga sebelum air tersebut digunakan
oleh warga tentunya telah diperiksa kualitasnya oleh pemerintah desa
setempat. Air tersebut dialirkan melalui kran yang tersedia dan bersumber
dari air program Pamsimas.
Menurut Kemenkes (2007) langkah pertama dalam mencuci tangan
pakai sabun adalah basahi tangan seluruhnya dengan air mengalir. Air
yang digunakan harus yang bersih dan mengalir. Air yang bersih harus
memenuhi beberapa kriteria, menurut Permenkes RI No
492/Menkes/Per/IV/2010 antara lain secara fisika tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna serta suhu air antara 0 – 3 . Secara kimiawi tidak
mengandung unsur zat kimia dan secara mikrobiologis tidak ditemukan
bakteri E. Coli dan mikroba lainnya.
Maenurut WHO (2009) air bersih tersebut harus mengalir karena
air yang mengalir akan mampu melarutkan kotoran dan sisa sabun yang
kita gunakan. Apabila air yang kita gunakan pada saat cuci tangan adalah
air yang menggenang maka sisa sabun dan kotoran yang ada di tangan
akan kembali menempel ke tangan kita.
Berdasarkan perbandingan tersebut, maka peneliti menyimpulkan
bahwa untuk sub tema membasahi tangan dengan air mengalir antara teori
dan hasil penelitian adalah sama.
67
5.1.2 Memakai sabun
Sub tema yang kedua adalah memakai sabun. Hasil dari observasi
dan wawancara terhadap partisipan didapatkan bahwa setelah membasahi
tangan dengan air mengalir langkah selanjutnya menurut mereka adalah
memakai sabun. Sabun yang mereka gunakan adalah sabun cair. Sabun
tersebut disediakan oleh pihak madrasah untuk fasilitas siswa saat mencuci
tangan dengan sabun. Menurut keterangan Bapak guru, lebih efektif
menggunakan sabun cair karena cairan sabun tidak terkontaminasi dengan
tangan siswa yang sudah terkena kotoran dan dapat digunakan lagi oleh
siswa yang lainnya.
Menurut Kemenkes (2007) langkah berikutnya adalah gosok sabun
ke telapak, punggung tangan dan sela jari. Sabun yang digunakan pada
program PHBS adalah sabun batang / padat (sesuai dengan gambar 2.1).
Hal tersebut biasanya disesuaikan dengan sabun yang dipakai di rumah
untuk mandi. Sabun adalah produk detergen yang berbahan dasar dari
esterisasi asam lemak dan sodium maupun potassium hidroksida (WHO,
2009). Menurut Desiyanto dan Djannah (2013) perbandingan jumlah
kuman antara mencuci tangan dengan sabun dan tanpa sabun adalah 3,50
CFU/cm2 : 18,33 CFU/cm2. Setelah memakai sabun menurut Kemenkes
(2007) adalah menggosok telapak tangan, punggung tangan dan sela jari.
Berdasarkan perbandingan tersebut terdapat perbedaan antara
landasan teori yang peneliti gunakan dengan hasil yang didapatkan.
Terdapat perbedaan dalam rangkaian langkah mencuci tangan pakai sabun.
68
Perbedaan tersebut adalah menggosok sabun ke telapak tangan, punggung
tangan dan sela jari adalah dalam satu rangkaian, sedangkan dalam hasil
penelitian memakai sabun merupakan langkah tersendiri, tidak menjadi
satu dengan menggosok telapak tangan, punggung tangan dan sela jari.
Pemakaian sabun cair pada anak sekolah lebih efektif untuk
menghilangkan kuman sebab pemakaian sabun batang dengan jumlah
pengguna yang banyak kurang efektif karena sabun tersebut dapat terkena
kotoran dari satu anak kemudian berpindah ke anak yang lain. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triyana
(2008) yang menyebutkan adanya perbedaan jumlah angka kuman pada
sabun padat lama dan sabun padat baru. Jumlah angka kuman pada sabun
triklosan padat baru adalah 14,48% sedangkan sabun triklosan padat lama
jumlah angka kuman rerata 34,46%.
5.1.3 Menggosok sabun ke telapak tangan dan punggung tangan
Sub tema berikutnya yang peneliti temukan adalah menggosok
sabun ke telapak tangan dan punggung tangan. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa partisipan menggosok tangan rerata 4 hitungan (4
detik), sedangkan untuk waktu menggosok punggung tangan rerata 3
hitungan (3 detik). Jadi dalam satu langkah ini partisipan menggunakan
waktu rerata 7 detik.
Menurut Kemenkes (2011) menggosok telapak tangan dan
punggung tangan menjadi satu rangkaian dengan menggosokkan sabun ke
tangan dan menggosok sela jari. Menurut WHO (2009), jumlah bakteri
69
yang terdapat pada tangan manusia (terutama pada petugas kesehatan)
adalah 3,9 x 10.000 sampai 4,6 x 1.000.000 CFU / cm2. Menurut
Kemenkes (2007) setiap langkah dalam mencuci tangan memerlukan
waktu rerata 4 detik, sehingga untuk menyelesaikan 1 siklus cuci tangan
dengan sabun memerlukan waktu 20 detik saja. Hal tersebut dapat
didukung dengan keterangan dari WHO (2009) bahwa mencuci tangan
dengan sabun biasa (non anti mikroba) selama 15 detik dapat mengurangi
jumlah bakteri 0,6 – 1,1 log 10, sedangkan mencuci tangan dengan sabun
selama 30 detik dapat mengurangi bakteri pada tangan kita sebanyak 1,8 –
2,8 log 10.
Perbedaan yang peneliti temukan dalam sub tema ini adalah
menggosok sabun ke telapak tangan, punggung tangan dan sela jari secara
teori adalah satu rangkaian dan dalam setiap satu rangkaian (langkah)
hanya membutuhkan waktu rerata 4 detik, sedangkan pada partisipan
untuk menggosok telapak tangan dan punggung tangan membutuhkan
waktu rerata 7 detik, sehingga secara teori mampu membunuh kuman yang
ada di tangan dan lebih mendetail dibandingkan dengan teori.
5.1.4 Sela jari
Sub tema yang ke empat adalah sela jari, yaitu partisipan
menggosok sela jari mereka. Partisipan saat menggosok sela jari
mempunyai durasi rerata 4 - 5 hitungan (detik). Langkah ini menurut hasil
observasi dan wawancara terhadap partisipan merupakan langkah
70
tersendiri yaitu tidak satu rangkaian dengan menggosok telapak tangan
dan punggung tangan.
Menggosok sela jari menurut Kemenkes (2011) masuk ke dalam
langkah kedua, dimana telapak tangan dan juga punggung tangan menjadi
satu rangkaian, sedangkan menurut WHO (2009) menggosok sela jari
merupakan langkah ke tiga. Waktu yang digunakan untuk menggosok
ketiga area tersebut rerata 4 detik. Menurut WHO (2009) bakteri
Acinetobactercalcoaceticus dapat bertahan selama 60 menit dan
berkembang menjadi 10.000 CFU pada tiap jari.
Berdasarkan perbandingan tersebut terdapat perbedaan dalam
urutan menggosok sela jari dan terdapat perbedaan waktu dimana
menggosok sela jari pada partisipan merupakan langkah tersendiri dan
mempunyai waktu rerata 4 – 5 hitungan (detik).
5.1.5 Kuku
Sub tema yang ke lima adalah kuku. Kuku merupakan area tempat
kuman untuk bersembunyi. Hasil observasi terhadap partisipan, cara
mereka dalam membersihkan kuku bervariasi ada yang dengan menggosok
(memutar) ujung jari mereka ke telapak tangan yang lain dan ada juga
yang melakukan dengan cara mengusap kuku dan ujung jari telunjuk
sampai dengan ujung jari kelingking dengan jari jempolnya, kemudian
membersihkan kuku dan ujung jari jempol dengan jari yang lain. Waktu
mereka dalam membersihkan kuku rerata 3 – 4 detik.
71
Menurut WHO (2009), kontaminasi kuman lewat ujung jari (ujung
kuku) berkisar 0 – 300 kuman. Menurut Kemenkes (2007) langkah
membersihkan kuku adalah langkah yang ke 4 yaitu bersihkan bagian
bawah kuku. Cara yang dianjurkan oleh Kemenkes (2007) dalam
membersihkan kuku adalah dengan menggosokkan ujung jari ke telapak
tangan satunya (gambar 2.1), waktu yang diperlukan untuk membersihkan
kuku adalah 4 detik. Kesehatan kuku harus selalu kita jaga, diantaranya
dengan memotong kuku dan membersihkan kuku kita dengan sabun.
Penelitian yang dilakukan oleh Andaruni (2012) menyatakan bahwa faktor
yang mendukung ke arah kejadian infeksi cacingan salah satunya adalah
kebiasaan tidak memotong dan membersihkan kuku, yaitu 56,90% dari
sampel yang berjumlah 51 anak.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat perbedaan urutan dalam
membersihkan kuku. Secara teori langkah ini masuk ke dalam langkah ke
tiga, tetapi hasil penelitian menunjukkan urutan ke lima. Cara
membersihkan kuku ada sebagian partisipan yang sesuai teori dan ada
sebagian partisipan yang berbeda. Secara teori cara membersihkan kuku
adalah dengan menggosokkan ujung jari ke telapak tangan satunya.
5.1.6 Membilas dengan air
Sub tema yang ke enam adalah membilas dengan air. Air yang
digunakan tentunya air yang bersih dan mengalir agar kotoran yang
menempel di tangan dan sisa sabun dapat hilang.
72
Cara partisipan dalam membilas dengan air mengalir adalah
dengan menggosok tangan mereka di bawah air yang mengalir rerata 8
detik.
Secara teori (Kemenkes, 2011) langkah ini merupakan langkah ke
empat yaitu bilas tangan dengan air mengalir, sedangkan menurut WHO
(2009) langkah ini merupakan urutan ke delapan dalam rangkaian mencuci
tangan dengan sabun. Membilas tangan dengan air mengalir adalah dengan
menggosok tangan kita yang masih terdapat sabun di bawah air yang
mengalir. Tujuan dari membilas adalah agar kuman dan sisa sabun tidak
menempel di tangan. Menurut Putri dan Asfawi (2014), lamanya waktu
mencuci tangan tidak menunjukkan adanya hubungan terhadap jumlah
koloni kuman di telapak tangan, tetapi cara mencuci tangan dan frekuensi
mencuci tangan menunjukkan ada hubungan dengan jumlah koloni kuman
di telapak tangan.
Berdasarkan hal tersebut terdapat perbedaan urutan dan durasi
dalam membilas tangan dengan air yang mengalir. Menurut Kemenkes
(2011) sub tema ini merupakan langkah ke empat, sedangkan hasil
penelitian merupakan langkah yang ke enam. Durasi waktu yang
digunakan juga berbeda, partisipan memerlukan waktu rerata 8 detik untuk
membilas tangan di bawah air yang mengalir. Mereka memerlukan waktu
dua kali lipat di bandingkan waktu yang dianjurkan secara teori,
sedangkan dari teori, lama waktu mencuci tangan tidak menunjukkan ada
hubungan dengan jumlah koloni kuman yang menempel di tangan.
73
5.1.7 Mengeringkan dengan handuk
Sub tema yang terakhir (ke tujuh) adalah mengeringkan dengan
handuk. Hasil observasi dan wawancara terhadap partisipan yaitu mereka
menyebutkan langkah ini sebagai langkah terakhir dari mencuci tangan
dengan sabun. Cara mereka mengeringkan pada saat dilakukan penelitian
adalah dengan dianginkan karena pada saat itu handuk yang biasa untuk
mengeringkan tangan sedang dalam proses pencucian. Mereka juga
menyebutkan bahwa cara mereka mengeringkan tangan setelah selesai
cuci tangan pakai sabun adalah dengan memakai handuk bersih, tisu
ataupun cukup dianginkan saja.
Menurut Kemenkes (2007) langkah ini merupakan langkah yang
terakhir. Alat yang dianjurkan untuk mengeringkan tangan adalah handuk
bersih, tisu ataupun dapat dengan cara menganginkan tangan. Tangan kita
yang sudah bersih harus dikeringkan dengan cara yang benar agar tangan
kita tidak terkontaminasi lagi dengan kotoran maupun kuman yaitu dengan
memakai handuk bersih ataupun tisu. Selain itu, cara yang lain adalah
dengan menganginkannya, tetapi cara ini membutuhkan waktu yang agak
lama karena menunggu proses penguapan air yang ada di tangan. Menurut
WHO (2009) tangan yang basah dapat menjadi media untuk kuman
berkembang dan menyebar dengan cepat, sehingga setelah melakukan cuci
tangan dengan sabun tangan perlu dikeringkan, penggunaan handuk
berulang kali harus di hindari karena kuman yang menempel di handuk
dapat berpindah ke tangan kita yang sudah bersih.
74
Berdasarkan perbandingan antara teori dan hasil penelitian terdapat
kesamaan dalam cara mengeringkan tangan yaitu dengan cara memakai
handuk bersih, tisu ataupun cukup dianginkan saja. Sedangkan pada
urutannya keduanya merupakan urutan yang terakhir, tetapi terdapat
perbedaan urutan jika dipandang dari urutan numerik. Menurut Kemenkes
(2011) langkah ini adalah urutan kelima, sedangkan menurut WHO (2009)
langkah ini adalah urutan kesembilan dan hasil penelitian merupakan
urutan ketujuh.
5.2. Waktu cuci tangan pakai sabun pada siswa MI Muhammadiyah Godog
Polokarto
Tema berikutnya yang peneliti temukan adalah mengenai waktu
yang menjadi kebiasaan para siswa untuk mencuci tangan. Kebiasaan
mencuci tangan tersebut tidak hanya sebatas kebiasaan di sekolah saja,
tetapi peneliti juga ingin mengetahui menurut para siswa kapan saja kita
harus melakukan cuci tangan pakai sabun. Peneliti dalam memulai
percakapan terhadap partisipan menanyakan apakah mereka selalu mencuci
tangan mereka sebelum makan atau tidak, dari pertanyaan tersebut
partisipan semuanya menyatakan selalu mencuci tangan pakai sabun
sebelum makan, sehingga dalam hal ini peneliti berusaha menggali
informasi tentang waktu bagi partisipan untuk mencuci tangan mereka
dengan memakai sabun selain waktu sebelum makan.
75
Beberapa sub tema yang didapat dari tema waktu mencuci tangan
selain waktu sebelum makan menghasilkan beberapa sub tema. Berikut
merupakan pembahasan dari sub tema tersebut.
5.2.1 Setelah bermain
Sub tema yang pertama yang peneliti dapatkan adalah setelah
bermain. Hasil dari wawancara terhadap partisipan menyebutkan bahwa ke
empat partisipan mengungkapkan setelah bermain merupakan waktu yang
tepat (harus) melakukan cuci tangan pakai sabun.
Bermain merupakan aktifitas utama pada anak – anak. Menurut
Havigrust (Haditono, 2004) salah satu tugas perkembangan anak usia
sekolah dasar adalah mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk
melakukan berbagai permainan, sehingga dari hal tersebut dapat kita
ketahui bahwa dengan bermain akan membantu anak dalam tugas
perkembangan dan pertumbuhannya. Bentuk dari permainan ada berbagai
macam, tetapi yang pasti saat anak sedang bermain tidak akan terlepas
dengan benda ataupun hal yang berhubungan dengan kotor dan kuman,
apalagi saat anak bermain dengan menggunakan media pasir maupun
tanah. Tanah yang kering dan hangat (panas) banyak mengandung bakteri
diantaranya Streptomyces, Nocordia dan Micromonospora (Budiyanto,
2005).
Menurut Kemenkes RI (2011) setelah bermain juga masuk dalam
daftar waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun dalam program
76
PHBS, sehingga perbandingan antara hasil penelitian dan teori untuk sub
tema ini adalah sesuai.
5.2.2 Setelah memancing
Sub tema yang kedua adalah setelah memancing. Hasil wawancara
menyebutkan bahwa hanya partisipan 1 yang menyebutkan bahwa setelah
memancing kita harus cuci tangan pakai sabun. Partisipan yang lain tidak
menyebutkan hal tersebut dikarenakan memancing bukan merupakan hobi
dari mereka.
Memancing merupakan salah satu hobi anak. Jika dikaitkan
dengan teori perkembangan, memiliki hobi merupakan salah satu bentuk
dari tugas perkembangan dalam mencapai kebebasan pribadi (Haditono,
2004). Dalam program PHBS (Kemenkes, 2011), kaitannya dengan waktu
yang tepat untuk cuci tangan tidak disebutkan secara jelas bahwa setelah
memancing termasuk di dalamnya, tetapi setelah memegang hewan
piaraan diharuskan untuk mencuci tangan pakai sabun. Menurut Nugroho
(2011) banyak jamur dan bakteri yang dapat menyerang ikan diantaranya
Saprolegnia, Aeromonas hydrophila dan Trichodina. Penelitian yang
dilakukan oleh Tantu (2013) menyebutkan bahwa 22,22% budidaya ikan
nila di Danau Tondano terinfeksi oleh bakteri Aeromonas sp. Hal tersebut
membuktikan bahwa setelah memancing kita diharuskan mencuci tangan
kita dengan sabun agar bakteri maupun jamur yang berada pada ikan tidak
berpindah ke tubuh kita.
77
Perbandingan antara teori yang disebutkan dalam Kemenkes
(2011) dan hasil wawancara sangat berbeda, hal tersebut mungkin tidak
dapat disebutkan semua kegiatan secara detail, tetapi berdasarkan
penelitian Tantu (2013) membuktikan bahwa kita diharuskan mencuci
tangan kita pakai sabun agar bakteri yang ada pada ikan tidak berpindah
ke tubuh kita.
5.2.3 Setelah memegang ternak
Sub tema berikutnya (sub tema ketiga) adalah setelah memegang
ternak. Hasil wawancara dengan partisipan 1 dan 2 menyebutkan bahwa
mereka melakukan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun setelah
memberi makan hewan piaraan mereka dan setelah memegang ayam.
Menurut mereka sangat perlu untuk mencuci tangan pakai sabun setelah
memegang hewan piaraan mereka.
Ternak merupakan binatang yang kita pelihara untuk dapat
dimanfaatkan hasilnya. Umumnya binatang yang di ternak adalah sapi,
kambing dan unggas. Binatang ternak selain membawa manfaat bagi kita,
juga dapat menimbulkan bahaya bagi kita jika tidak hati – hati dalam
memeliharanya. Menurut Budiyanto (2005) ada beberapa bakteri yang
dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan dapat ditularkan pada
manusia. Bakteri tersebut diantaranya Bacillus anthrachis, Pasteurella
multocida, Mycobacterium tuberculosis, Clostridium sp. Menurut
Kemenkes RI (2011), setelah menyentuh unggas / hewan piaraan
78
merupakan salah satu waktu yang tepat bagi kita untuk mencuci tangan
dengan sabun.
Berdasarkan perbandingan dari teori dan hasil penelitian
menyebutkan bahwa ada kesamaan ungkapan untuk sub tema setelah
memegang ternak. Kemenkes RI (2011) juga menyebutkan bahwa setelah
menyentuh unggas atau hewan diwajibkan bagi kita untuk mencuci tangan
pakai sabun, sedangkan dalam hasil wawancara dengan partisipan juga
menyebutkan bahwa setelah memegang ayam maupun hewan piaraan
mereka harus cuci tangan pakai sabun.
5.2.4 Setelah memegang benda yang kotor
Sub tema yang ke empat adalah setelah memegang benda yang
kotor. Benda yang kotor banyak mengandung kuman dan debu. Barang
yang ada di rumah jika tidak sering dibersihkan akan banyak terdapat
debu. Debu tersebut dapat sebagai tempat kuman bersembunyi, sehingga
anak setelah memegang benda yang kotor harus segera mencuci tangan
mereka pakai sabun. Hasil wawancara dengan ke empat partisipan
menyebutkan bahwa setelah memegang benda yang kotor mereka harus
segera mencuci tangan mereka pakai sabun.
Kemenkes RI (2011) tidak menyebutkan secara terperinci tentang
setelah memegang benda yang kotor kita harus mencuci tangan pakai
sabun, tetapi di situ disebutkan bahwa setelah memegang uang kita harus
mencuci tangan kita pakai sabun. Uang yang secara kasat mata (secara
makroskopis) terlihat bersih ternyata juga menjadi media bagi kuman.
79
Menurut penelitian Angelakis dkk (2014) banyak ditemukan bakteri yang
menempel pada uang, beberapa bakteri tersebut diantaranya Eschericia
Coli, Bacillus sp, Staphilococcus Aureus, Pseudomonas, Enterococcus dan
masih banyak bakteri yang lainnya. Menurut penelitian tersebut E. Coli
mampu berkembang menjadi 100.000 bakteri dalam media uang kertas
selama 24 jam.
Perbandingan antara hasil wawancara dan teori yang ada
menunjukkan bahwa menurut penelitian Angelakis dkk (2014) uang yang
terlihat bersih ternyata menjadi media bagi kuman untuk menempel,
apalagi benda yang kotor pasti lebih banyak kuman yang berada
didalamnya, sehingga sub tema setelah memegang benda kotor perlu cuci
tangan pakai sabun sesuai dengan beberapa penelitian yang telah
dilakukan.
5.2.5 Sebelum tidur
Sebelum tidur merupakan sub tema berikutnya yang akan kita
bahas. Hasil wawancara dengan partisipan menyebutkan bahwa seluruh
partisipan mencuci tangan mereka sebelum tidur. Hal tersebut dapat juga
disebabkan karena keluarga mereka menerapkan kebiasaan tersebut.
Saat tidur aktifitas di dalam tubuh juga masih berlangsung. Proses
metabolisme untuk proses pertumbuhan tetap berlangsung, sehingga saat
tidur kondisi tubuh juga harus terjaga kebersihannya. Sebelum tidur
menurut Kemenkes (2011) belum disebutkan sebagai waktu yang tepat
untuk kita cuci tangan pakai sabun. Menurut Setiawan (2014) orang tua
80
mempunyai peran untuk memotivasi anak agar cuci tangan pakai sabun
dengan benar. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa peran orang tua
dengan motivasi sedang mendominasi hasil penelitian tersebut yaitu 80%.
Perbandingan antara teori menurut Kemenkes (2011) dan hasil
penelitian menyebutkan bahwa sebelum istirahat tidur kita harus cuci
tangan pakai sabun tidak disebutkan dalam teori, tetapi dari hasil
wawancara dengan semua partisipan menyebutkan bahwa sebelum tidur
mereka membiasakan diri untuk mencuci tangan pakai sabun. Menurut
peneliti hal tersebut merupakan kebiasaan yang sering diajarkan orangtua
terhadap mereka.
5.2.6 Setelah makan
Sub tema yang ke enam adalah setelah makan. Hasil wawancara
dan observasi terhadap semua partisipan menyebutkan bahwa mereka
selalu mencuci tangan pakai sabun setelah mereka makan. Hal tersebut
juga diperkuat dengan pernyataan Bapak guru yang menyebutkan bahwa
beliau selalu mengingatkan agar setelah makan mereka mencuci tangan
mereka pakai sabun.
Sub tema ini termasuk dalam waktu yang tepat untuk kita cuci
tangan pakai sabun (Kemenkes RI, 2011). Makanan yang kita makan
adakalanya meninggalkan minyak ataupun sisa makanan di tangan kita.
Sisa makanan tersebut dapat menjadi tempat kuman berkembangbiak jika
tidak segera kita bersihkan. Menurut Budiyanto (2005), bakteri
Pseudomonas adalah salah satu jenis bakteri yang menimbulkan
81
kebusukan pada makanan. Makanan yang busuk akan menjadi media yang
baik bagi kuman untuk berkembang, sehingga kita harus mencuci tangan
kita setelah makan agar tidak ada sisa makanan yang tertinggal pada
tangan kita.
Perbandingan antara teori dan hasil penelitian pada sub tema ini
sudah sesuai. Partisipan sudah menerapkan kebiasaan ini baik di rumah
maupun disekolah.
5.2.7 Setelah BAB & BAK
Sub tema yang ke tujuh adalah setelah BAB dan BAK. Hasil
wawancara terhadap semua partisipan menyebutkan bahwa mereka selalu
mencuci tangan mereka pakai sabun setelah mereka BAB dan BAK.
Partisipan mengungkapkan bahwa kebiasaan tersebut diajarkan oleh orang
tua mereka di rumah.
Buang air besar dan buang air kecil merupakan kegiatan tubuh
untuk mengeluarkan sisa makanan dan minuman yang tidak dapat dicerna
lagi. Dalam tinja maupun air kencing kemungkinan terdapat kuman, telur
cacing maupun zat – zat kimia yang lain. Dalam saluran perkemihan
terdapat beberapa bakteri diantaranya E. Coli, Enterobacter aerogenes,
Klebsiella, Pseudomonas dan Stapilococcus (FKUI, 2005). Menurut
Quintero Lopez (2009) sekitar 33,6% dari sampel yang ditelitinya selalu
melaporkan cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan dan
setelah dari toilet. Penelitian tersebut dilakukan terhadap anak – anak
82
sekolah di Bogota, Kolombia. Sub tema ini juga termasuk dalam waktu
yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun menurut Kemenkes RI (2011).
Perbandingan antara teori dan hasil penelitian terhadap sub tema
ini adalah sama (sesuai). Kebiasaan ini harus terus kita terapkan terhadap
partisipan dan teman yang lain.
5.2.8 Setelah berolahraga
Sub tema yang kedelapan adalah setelah berolahraga. Hasil
wawancara dan observasi terhadap partisipan menyebutkan bahwa mereka
selalu mencuci tangan mereka setelah berolahraga. Hal tersebut juga
didukung oleh pernyataan Bapak guru bahwa para siswa selalu dibiasakan
untuk cuci tangan pakai sabun setelah selesai olahraga.
Menurut Kemenkes RI (2011), sub tema ini termasuk dalam waktu
yang tepat untuk mencuci tangan pakai sabun. Olahraga merupakan
aktifitas yang bertujuan agar badan kita tetap sehat. Olahraga renang
sangat baik untuk membantu pertumbuhan otot dan tulang, tetapi kita
harus waspada terhadap kebersihan air kolam. Menurut Sutanto (2011),
menyebutkan bahwa ditemukan angka kuman pada suatu kolam renang di
Kabupaten Jepara melebihi 200 koloni/ml. Menurut Permenkes RI No
416/Menkes/Per/IX/1990 jumlah koloni kuman pada air kolam tidak boleh
lebih dari 200 koloni/ml.
Menurut perbandingan antara teori dan hasil penelitian, untuk sub
tema setelah berolahraga harus cuci tangan pakai sabun adalah sesuai.
Hasil wawancara dan teori menunjukkan kesamaan (kesesuaian).
83
5.2.9 Setelah membersihkan rumah
Sub tema yang ke sembilan (terakhir) adalah setelah membersihkan
rumah. Hasil wawancara dengan partisipan 2 dan 4 menyebutkan bahwa
mereka selalu membiasakan diri mereka untuk mencuci tangan setelah
membersihkan rumah dan setelah menyapu. Partisipan 2 dan 4 kebetulan
berjenis kelamin perempuan, sehingga sesuai dengan fase
perkembangannya mereka mulai mengembangkan peran sesuai dengan
jenis kelamin (Haditono, 2004).
Membersihkan rumah merupakan aktifitas untuk menghilangkan
kotoran ataupun debu yang menempel pada rumah kita maupun pada
barang yang ada di rumah. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
(2013) menyebutkan bahwa ditemukan keberadaan Streptococcus di udara
pada rumah susun sebanyak 43,75%. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri
dapat hidup dan berkembang di setiap tempat. Menurut Kemenkes (2011)
setelah membersihkan rumah tidak tercantum dalam waktu yang
diwajibkan untuk cuci tangan pakai sabun, hal tersebut disebabkan tidak
semua aktifitas dapat disebutkan secara terperinci.
Perbandingan antara teori dari Kemenkes dan hasil wawancara
untuk sub tema tersebut ada perbedaan. Pada teori tidak disebutkan
aktifitas setelah membersihkan rumah merupakan waktu yang tepat untuk
cuci tangan pakai sabun, tetapi dalam hasil wawancara ada 2 partisipan
yang menyebutkan setelah melakukan aktifitas tersebut harus segera
mencuci tangan pakai sabun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
84
Wulandari (2013), cuci tangan pakai sabun setelah aktifitas membersihkan
rumah perlu dilakukan karena kuman dapat berkembang dimana saja.
Selain beberapa waktu yang telah disebutkan partisipan yang
diwajibkan untuk mencuci tangan pakai sabun, menurut Kemenkes RI
(2011) masih ada beberapa waktu yang diwajibkan untuk mencuci tangan
pakai sabun yang belum disebutkan oleh partisipan. Beberapa waktu
tersebut adalah sebelum memegang makanan, sebelum mengobati luka,
sebelum melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari ke dalam
mulut atau mata, setelah memegang sarana umum, sebelum masuk kelas
dan sebelum masuk kantin. Secara teori ada 13 waktu yang diharuskan
bagi kita untuk mencuci tangan pakai sabun menurut Kemenkes RI (2011).
Waktu tersebut ada yang dilakukan sebelum melakukan aktifitas dan ada
beberapa waktu yang dilakukan setelah melakukan aktifitas tersebut. Hasil
wawancara dengan partisipan menghasilkan 9 waktu yang menurut mereka
perlu untuk melakukan cuci tangan pakai sabun.
5.3. Bahaya jika tidak cuci tangan pakai sabun sebelum makan
Sub tema yang peneliti temukan untuk tema di atas adalah sakit
perut. Hasil wawancara dengan ke empat partisipan menyebutkan bahwa
menurut mereka akibat kebiasaan tidak cuci tangan sebelum makan adalah
sakit perut. Hal itu juga didukung saat wawancara dengan Bapak guru
yang menyebutkan bahwa bahaya jika tidak cuci tangan sebelum makan
adalah dapat mengganggu pertumbuhan dan mengakibatkan sakit perut.
85
Berdasarkan dari penelitian Djannah dan Desiyanto (2009) yang
menyebutkan adanya perbedaan antara tangan yang mendapat perlakuan
cuci tangan pakai sabun dan tangan yang tidak mendapat perlakuan cuci
tangan, jelas sekali perbedaan angka kuman yang terdapat dalam tangan
tersebut. WHO (2009) juga menyebutkan bahwa dengan mencuci tangan
minimal 15 detik akan mampu mengurangi jumlah kuman yang ada di
tangan kita. Kuman yang ada di tangan kita bermacam jenisnya. Penyakit
yang bisa di cegah dengan cuci tangan pakai sabun antara lain diare, ISPA,
Typoid, hepatitis dan berbagai penyakit infeksi menular lainnya. Bakteri
penyebab diare yang terjadi di Indonesia antara lain Shigella, Salmonella,
Campylobacter jejuni, Eschericia Coli dan Entamuba Histolytica (Zein,
2004). Bakteri tersebut dapat menempel di tangan kita dan akan masuk ke
dalam tubuh jika kita tidak cuci tangan sebelum makan sehingga akan
menyebabkan kita diare. Diare merupakan gangguan pada saluran
pencernaan kita dimana penyakit tersebut ditandai dengan BAB encer
dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Menurut Knight (2010), angka kejadian
diare di Amerika yang disebabkan oleh bakteri Clostridium difficile
menurun dari 4,96 % menjadi 3,98 % per 10.000 pasien setelah diterapkan
kebiasaan cuci tangan dengan berbahan dasar alkohol pada sebuah institusi
rumah sakit, sedangkan menurut Awalia (2013) angka kejadian diare dapat
diturunkan sekitar 44% dengan mencuci tangan pakai sabun.
86
Berdasarkan teori dan hasil wawancara dengan partisipan terdapat
kesesuaian makna bahwa jika tidak mencuci tangan sebelum makan akan
menyebabkan diare (sakit perut).
87
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah peneliti lakukan,
peneliti mengambil beberapa kesimpulan, yaitu :
6.1.1 Siswa MI Muhammadiyah Godog Polokarto Sukoharjo dalam melakukan
tangan pakai sabun memiliki langkah (tahapan) : 1) Membasahi tangan
dengan air mengalir 2) Memakai sabun 3) Menggosok sabun ke telapak
tangan dan punggung tangan 4) Sela jari 5) Kuku 6) Membilas dengan air
7) Mengeringkan dengan handuk.
6.1.2 Siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Godog Polokarto Sukoharjo
mempunyai kebiasaan untuk cuci tangan pakai sabun selain waktu sebelum
makan yaitu pada waktu : 1) Setelah bermain 2) Setelah memancing 3)
Setelah memegang ternak 4) Setelah memegang benda yang kotor 5)
Sebelum tidur 6) Setelah makan 7) Setelah BAB dan BAK 8) Setelah
berolahraga 9) Setelah membersihkan rumah.
6.1.3 Bahaya dari kebiasaan tidak cuci tangan pakai sabun sebelum makan
menurut para siswa yang menjadi partisipan adalah bisa menimbulkan sakit
perut.
88
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka
peneliti dapat memberikan beberapa saran diantaranya :
6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan (Sekolah)
Institusi pendidikan (sekolah) diharapkan memberikan sarana
prasarana yang memadai untuk meningkatkan kebiasaan cuci tangan pakai
sabun pada siswa agar kebiasaan yang sudah baik dapat membentuk
perilaku yang baik hingga mereka dewasa. Sarana dan prasarana yang ada
perlu ditingkatkan kelengkapannya (handuk, tisu dan sabun cair isi ulang)
agar program CTPS pada siswa MI Muhammadiyah Godog tetap
terlaksana.
6.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat menerapkan kebiasaan yang baik
untuk keluarga mereka salah satunya adalah dengan selalu menerapkan
kebiasaan cuci tangan pakai sabun.
6.2.3 Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini hanya mengulas tentang langkah (tahapan) cuci
tangan pakai sabun, beberapa waktu yang diharuskan untuk cuci tangan
pakai sabun serta sekilas bahaya jika kita tidak cuci tangan pakai sabun
sebelum kita makan. Peneliti mengharapkan ada peneliti lain yang meneliti
tentang manfaat cuci tangan pakai sabun secara mendetail agar masyarakat
memahami dan melaksanakan kebiasaan ini dengan baik.
89
6.2.4 Bagi Keperawatan
Upaya peningkatan kesehatan diantaranya adalah dengan upaya
promotif. Salah satu upaya promotif adalah membiasakan cuci tangan
pakai sabun sejak kecil. Perawat sebagai salah satu komponen dibidang
kesehatan diharapkan dapat memberikan saran, nasehat maupun contoh
terhadap masyarakat agar senantiasa menerapkan kebiasaan cuci tangan
pakai sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y, Dr, SKp, MN. & Rachmawati, N, SKp, MSc. (2014). Metodologi
Penelitian Kualitatif dalam Riset Keperawatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Alwalia. (2013). Manfaat dan Pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun. diakses 10
Desember 2014. http://www.radarbanten.com/read/berita.
Alwasilah, A. (2004). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Kiblat Buku Utama.
Andaruni, Fatimah & Simangunsong. (2012). Gambaran Faktor – Faktor
Penyebab Infeksi Cacingan Pada Anak DI SDN 01 Pasirlangu Cisarua.
Diakses pada tanggal 24 Juli 2015 dari http://www.jurnal.unpad.ac.id
Angelakis, Azhar, Bibi. Et all. (2014) Paper Money and Coins as Potential
Vectors ofTransmissible Disease. Journal Future Microbiology. 9.2, 61-
249. Di akses pada tanggal 30 Juli 2015, dari
http://www.search.proquest.com
Budiyanto, M, A, K, DR, MKes. (2005). Mikrobiologi Terapan. Malang: UMM
Press.
Cahyani, C. (2010). Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tahap Cuci Tangan
Mahasiswa Saat Praktikum Di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang
Kualitas Air Minum. Di akses pada tanggal 24 Juli 2015, dari
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes492.pdf
Departemen Kesehatan RI & PERDALIN. (2009). Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lainnya. Jakarta: Depkes RI.
Desiyanto, F, A & Djannah, S. (2013). Efektifitas Mencuci Tangan Menggunakan
Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah
Angka Kuman. Jurnal Kesmas. 7. 2. 55-112. Di akses pada tanggal 10
desember 2014, dari http://www.journal.uad.ac.id
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
Tahun 2013. Semarang: Dinkes Jateng.
FKUI. (2005). Peta Kuman dan Pilihan Antimikroba. Jakarta: Gaya Baru.
Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Surabaya:
Salemba Medika.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Menuju Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Modul Mandiri Pendekatan di Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Pembinaan Hidup Bersih dan
Sehat. Jakarta: Kemenkes RI.
Knight, Strait, Anthony. et all. (2010). Clostridium Difficile Colitis: A
Restropective Study of Incidence and Severity Before and After Institution
of An Alcohol Based Hand Rub Policy. American Journal of Infection
Control. Di akses pada tanggal 24 Juli 2015, dari
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajic.2009.12.008
Moleong, L,J, Dr, MA. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Monks, F,J. Haditono, S,R. Knoers, A,M,P. (2004). Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, E & Sulhi, M. (2011). Sukses Budidaya Gurami di Lahan Sempit dan
Hemat Air. Jakarta: Penebar Swadaya.
Polit, F.D & Beck, T. (2006). Essentials Of Nursing Research Methods: Appraisal
and Utilization. Philadelpia: Lippincot Williams and Wilkins.
Proverawati, A & Rahmawati, E. (2011). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putri, R & Asfawi, S. (2014). Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dengan Sabun
Dan Air Dengan Jumlah Koloni Kuman Pada Telapak Tangan Perawat Di
Ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang 2014. Di akses pada tanggal 24
Juli 2015, dari http://eprints.dinus.ac.id/id/eprint/7948
Quintero, Catalina, Freeman. et all. (2009). Hand Washing Among School
Children In Bogota Columbia. American Journal Of Public Health. 99.1,
94-101. Diakses pada tanggal 10 Desember 2014, dari
http://www.search.proques.com.
Rachmawati, F, J & Triyana, S, Y. (2008). Perbandingan Angka Kuman Pada
Cuci Tangan Dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja Di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengabdian. Diakses 24 Juli 2015, dari
http://www.uii.ac.id
Setiawan, I. (2014). Peran Orang Tua Dalam Memativasi Anak Mencuci Tangan
Dengan Benar Dan Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah Di TK
Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Stikes Kusuma Husada.
Surakarta.
Sugiyono, Prof, DR. ( 2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumantri, A, Dr, SKM.,M.Kes. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sutanto, D. (2011). Studi Jumlah Angka Kuman Dalam Air Kolam Renang Di
Waterboom Tiara Park Jepara Jawa Tengah. Di akses pada tanggal 30 Juli
2015, dari http://www.core.ac.uk
Sutopo, H, B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Tantu, Tumbol & Longdong. (2013). Deteksi Keberadaan Bakteri Aeromonas Sp
pada Ikan Nila yang Dibudidayakan di Karamba Jaring Apung Danau
Tondano. Jurnal Budidaya Perairan. 1.3, 74-80. Diakses pada tanggal 24
Juli 2015, dari http://www.ejournal.unstrat.ac.id
Taylor, Basco, Zaied. et all. (2010). Hand Hygiene Knowledge Of College
Students. Clinical Laboratory Science. 23.2, 89-93. Diakses pada tanggal 10
Desember 2014, dari http://www.search.proques.com.
Tranggono, R, Dr, SpKK & Latifah, F, Dra, Apt. (2014). Kosmetologi. Jakarta:
Sagung Seto.
Wawan, A. & M, Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijana, Soemarjo & Hanawi. (2009). Studi Pembuatan sabun Mandi Cair dari
Daur Ulang Minyak Goreng Bekas (Kajian Pengaruh Lama Pengadukan dan
Rasio Air : Sabun Terhadap Kualitas). Jurnal Teknologi Pertanian. 10.1,
54-61. Diakses pada tanggal 24 Juli 2015, dari http://www.jtp.ub.ac.id
Wulandari, E. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan
Streptococcus Di Udara Pada Rumah Susun Kelurahan Bandarharjo Kota
Semarang Tahun 2013. Unnes Journal of Public Health. Diakses pada
tanggal 24 Juli 2014, dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph
World Health Organization. (2009). Guidelines On Hand Hygiene In Health Care.
Switzerland: W.H.O. http://who.int/patientsafety/en/.
Zein, Sagala & Ginting. (2004). Diare Akut Disebabkan Bakteri. Diakses pada
tanggal 24 Juli 2015, dari http://library.usu.ac.id.