gagal ginjal
DESCRIPTION
kkTRANSCRIPT
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GAGAL GINJAL
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II)
Disusun Oleh :
NI KOMANG AYU RESIYANTHI
01 05 010 55
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2008
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Keperawatan Anak II yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak
Dengan Gagal Ginjal” ini telah disetujui untuk diseminarkan pada Mata Kuliah
Keperawatan Anak II
oleh :
Dosen Pengampu
(Mona Saparwati, S.Kep.Ns)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk
membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urine yang
kemudian dikeluarkan dari tubuh. Karena fungsinya yang demikian kompleks dan
penting, salah satu saja fungsinya tidak dapat dilakukan, ginjal bisa dianggap
gagal dan mempunyai akibat yang menyengsarakan dan berlarut-larut. Gagal
ginjal bisa terjadi sewaktu-waktu tetapi umumnya gagal ginjal terjadi secara
bertahap dan bisa diperlambat atau dihentikan sama sekali. Gagal ginjal terbagi
menjadi dua yaitu Gagal Ginjal Akut (GGA) dan Gagal Ginjal Kronik (GGK).
Biasanya kegagalan semacam ini disebabkan adanya toxin, alergi obat, keracunan
atau kehilangan darah, kehilangan cairan atau trauma.
Tetapi dewasa ini gagal ginjal terjadi bukan hanya karena hal-hal di atas,
baru-baru ini badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) melarang pemakaian
pasta gigi buatan China yang mengandung bahan beracun DEG (Diethylene
Glycol). DEG ini merpakan zat pelarut pada pasta gigi DEG dipakai pada zat anti
pembekuan agar pasta gigi tidak mengeras. Meskipun sampai saat ini belum ada
laporan resmi keracunan akibat DEG dalam pasta gigi dan meskipun jumlahnya
dalam pasta gigi tersebut sangat rendah tapi cukup ganas untuk menyebabkan
toksisitas dan sangat berbahaya terutama pada anak-anak dan orang dewasa
dengan kelainan ginjal. Untuk itu diperlukan ketelitian dalam memilih produk
agar tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah gagal ginjal yaitu
dengan melakukan screening secara teratur, mencegah minum-minuman
beralkohol dan tidak minum obat sembarangan. Apabila timbul gejala-gejala
seperti kencing lebih sedikit dibanding sebelumnya, kencing berubah warna,
berbusa dan sering bangun pada malam hari untuk berkemih, mudah lelah dan
lemas, sesak nafas, nafas bau, kehilangan nafsu makan dan muntah-muntah tapi
tanda-tanda tersebut tidak seluruhnya muncul secara bersamaan, maka dianjurkan
untuk segera melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah
tanda-tanda itu mengarah pada kemungkinan gagal ginjal.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat menerapkan Asuhan
Keperawatan Gagal Ginjal dengan benar.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami Anatomi Fisiologi Ginjal dengan
benar.
b. Mahasiswa dapat memahami Definisi Gagal Ginjal dengan benar
c. Mahasiswa dapat memahami Etiologi Gagal Ginjal dengan benar
d. Mahasiswa dapat memahami Manifestasi klinis Gagal Ginjal
dengan benar
e. Mahasiswa dapat menjelaskan Patofsiologi Gagal Ginjal dengan
benar
f. Mahasiswa dapat menjelaskan Pathway Gagal Ginjal dengan benar
g. Mahasiswa dapat menjelaskan Pemeriksaan Diagnostik Gagal
Ginjal dengan benar
h. Mahasiswa dapat menerapkan Penatalaksanaan Gagal Ginjal
dengan benar
i. Mahasiswa dapat memberikan Asuhan Keperwatan Gagal Ginjal
dengan benar
BAB II
TINJAUAN TEORI
Anatomi Fisiologi
Ginjal adalah sebuah organ kecil tetapi penting yang terletak di dalam
tubuh, tidak nampak secara fisik dan seperti lainnya mempunyai fungsi yang
kompleks dan bekerja secara otomatis. Ginjal adalah suatu bagian yang terkecil
tetapi sangat penting karena mempunyai fungsi dan tugas yang sangat mulia, yaitu
menghilangkan air, sisa-sisa air kotor atau sampah dan racun hasil metabolisme
yang berlebihan dalam tubuh, membantu mengatur tekanan darah, mengatur
keseimbangan kimia dalam tubuh, memelihara tulang agar tetap kuat, memberi
perintah kepada tubuh untuk membuat sel darah merah dan menolong anak-anak
tumbuh dengan normal (www.tnial.mil.id).
Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang merah yang berada di
punggung bagian bawah. Ginjal berfungsi untuk membuang air dan produk-
produk sisa dari dalam darah, ginjal juga mengatur metabolisme mineral-mineral
di dalam tubuh seperti kalsium dan lain-lain (Bz.blogfam.com).
Faal ginjal terdiri dari :
1. Faal glomerulus, ialah filtrasi darah.
2. Faal tubulus, ialah mengatur aliran dan konsentrasi urine.
Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan asam basa dengan pertukaran ion
hydrogen, produksi ammonia dan reabsorpsi bikarbonat; mengatur pengeluaran
elektrolit, asam amino dan asam organik. Pada gagal ginjal akut gangguan utama
terletak pada faal tubulus tetapi faal glomerulus mungkin turut terganggu pula
(Ngastiyah, 1997).
Fungsi-fungsi ginjal :
1. Membuang kelebihan air dan produk sisa-sisa dari dalam darah.
2. Mengatur metabolisme mineral-mineral di dalam tubuh (kalsium).
3. Memproduksi hormon-hormon (renin).
Penyebab dari gagal ginjal :
1. Penyakit ginjal polikistik
2. Sumbatan pada saluran kencing, misalnya oleh karena batu ginjal.
3. Analgesik (obat pereda nyeri seperti paracetamol dan ibuprofen).
Gejalanya, antara lain :
1. Letih, lemah, lesu (karena anemianya).
2. Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah.
3. Sering buang air kecil terutama pada malam hari.
4. Pembengkakan kaki dan sembab pada mata karena retensi dari air.
5. Kulit kering bersisik, mudah memar dan pucat.
6. Kepala pusing dan adanya rasa kaku pada tangan atau kaki karena gangguan
syaraf tepi.
7. Tekanan darah tinggi, nyeri dada, sesak nafas.
8. Mudah berdarah.
9. Nyeri tulang
(Bz.blogfam.com)
I. Gagal Ginjal Akut
A. Definisi
Gagal ginjal akut merupakan keadaan ginjal yang mengalami
penurunan fungsi atau berhentinya fungsi ginjal secara tiba-tiba yang
dapat menyebabkan hameostatis, yang ditandai dengan diguria atau
anuria, gangguan keseimbangan elektrolit, keseimbangan asam basa serta
gangguan sekresi dari produk sisa yakni urea dan kreatinin (Alimul
Hidayat, 2006).
Gagal ginjal akut adalah kondisi yang terjadi bila ginjal tiba-tiba
tidak mampu mensekresikan urin dengan volume cukup atau konsentrasi
adekuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh normal
(Wong, 2003).
Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan klinik dimana jumlah urin
mendadak berkurang di bawah 300 ml/m2 dalam sehari disertai gangguan
fungsi ginjal lainnya (Ngastiyah, 1997).
Gagal ginjal akut timbul secara mendadak, umumnya disebabkan
adanya toxin, alergi obat, keracunan atau kehilangan darah, kehilangan
cairan atau trauma. Kegagalan mendadak biasanya dapat disembuhkan
dengan obat, dialisa atau cuci darah (www.tnial.mil.id).
Gagal ginjal akut terjadi bila fungsi ginjal berkurang sampai ke
tingkat dimana homeostasis cairan tubuh tidak dapat dipertahankan lagi
(Nelson, 2000).
B. Etiologi
Faktor prarenal. Semua faktor yang menyebabkan peredaran darah
ke dalam ginjal berkurang dengan terdapatnya hipovolemia, misalnya :
1. Perdarahan karena trauma operasi.
2. Dehidrasi atau berkurangnya volume ektraseluler (dehidrasi pada
diare).
3. Berkumpulnya cairan intestinal di suatu daerah luka (kombustio,
pasca bedah yang cairannya berkumpul di daerah operasi, peritonitis
dan proses eksudatif lain yang menyebabkan hipovolemia).
Bila faktor prarenal dapat diatasi, faal ginjal akan menjadi normal
kembali, tetapi jika hipovolemia berlangsung lama, maka akan terjadi
kerusakan pada parenkim ginjal.
Faktor renal. Faktor ini merupakan sebab gagal ginjal akut
terbanyak. Terjadi kerusakan di glomerulus atau tubulus sehingga faal
ginjal langsung terganggu. Prosesnya dapat berlangsung cepat dan
mendadak, atau dapat juga berlangsung perlahan-lahan dan akhirnya
mencapai stadium uremia. Kelainan di ginjal ini dapat merupakan
kelanjutan dari hipoperfusi prerenal dan iskemia kemudian menyebabkan
nekrosis jaringan ginjal. Beberapa pnyebab kelainan ginjal ini adalah
glomerulonefritis, koagulasi intravaskuler, nekrosis tubulus akut,
pielonefritis, trombosis vene renalis.
Faktor pascarenal. Semua faktor pascarenal yang menyebabkan
obstruksi pada saluran kemih seperti kelainan bawaan, tumor, nefrolitiasis
dan sebagainya harus bersifat bilateral (Nelson 2000, Ngastiyah 2005).
C. Manifestasi Klinis
Temuan-temuan klinis yang terkait dengan gagal ginjal meliputi :
1. Pucat (anemia)
2. Penurunan curah urine
3. Edema (garam dan air berlebihan)
4. Hipertensi
5. Muntah
6. Letargi
(Nelson, 2000)
D. Patofisiologi
Pada gagal ginjal akut terjadi ketidaknormalan ginjal untuk
memfiltasi sisa buangan, pengaturan cairan dan mempertahankan
keseimbangan kimia. Secara klinik gagal ginjal akut dibagi menjadi :
1. Fase oliguria/anuria. Pada permulaan fase ini mungkin tidak
diketahui oleh orang tua pasien karena gejala penyakit primer sebagai
penyebab gagal ginjal akut lebih menonjol. Jumlah urine berkurang
10 – 20 ml sehari dan umumnya tidak sampai anuria. Oliguria dapat
berlangsung 4 – 5 hari atau lebih dan kadang sampai 1 bulan. Lambat
laun gejala uremia menjadi nyata seperti muntah, pusing, apatis
sampai samnolen, rasa haus, pernafasan Kussmaul, anemia, kejang
dan sebagainya. Selain kadar ureum meningkat ditemukan pula
hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, hiponatremia dan
asidosis metabolik. Asam sulfat dan fosfat serta kalium terbentuk
pada kerusakan sel jaringan. Mula-mula sebagian CO2 dikeluarkan
melalui paru-paru (pernafasan Kussmaul) sehingga terdapat asidosis
metabolic terkompensasi, tetapi akhirnya pH juga menurun (tidak
terkompensasi lagi). Karena adanya hiperfosfatemia, maka akan
terjadi hipokalsemia. Hiperkalemia dan hipokalsemia mengakibatkan
faal jantung terganggu. Hiponatermia timbul akibat pindahnya
natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam sel, adanya retensi cairan
serta masukan garam natrium yang kurang.
2. Fase diuretic. Diuresis dapat timbul dengan mendadak atau urine
bertambah tiap hari sehingga mencapai keadaan poliuria. Diuresis ini
dapat disebabkan oleh kadar ureum tinggi di dalam darah (diuresis
osmotik). Disamping faal tubulus belum baik, juga oleh pengeluaran
cairan tubuh yang berlebihan. Cairan tersebut biasanya disertai
elektrolit seperti natrium, kalium dan klorida. Mungkin terjadi suatu
dehidrasi. Urine yang terbentuk dapat hipotonis atau isotonis dan
mengandung silinder, leukosit serta beberapa eritrosit, juga ada
proteinuria sedang. Karena tidak adanya keseimbangan faal
glomerulus dan tubulus maka terjadi difusi ureum kembali sehingga
kadar di dalam darah masih meningkat pada awal fase diuresis.
Hiponatremia dalam fase oliguria antara lain disebabkan oleh retensi
cairan dalam tubuh. Dalam fase diuretic hiponatremia ini disebabkan
oleh kehilangan natrium melalui tubulus yang rusak. Lama fase ini
kira-kira 2 minggu.
3. Fase penyembuhan/fase pasca diuretic. Poliuria akhirnya akan
berkurang, begitu juga gejala uremia. Di dalam beberap aminggu faal
glomerulus dan tubulus menjadi naik tetapi masih ada kelainan kecil.
Yang paling lama terganggu ialah daya mengkonsentrasi urine.
Kadang-kadang faal ginjal tidak menjadi normal lagi dan albuminuria
tetap ditemukan (Ngastiyah, 2005).
E. Komplikasi
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Ketidakseimbangan asam basa.
3. Gagal ginjal kronik.
(Suriadi & Yuliani, 2006)
F. Pathway
Terlampir
G. Evaluasi Diagnostik
1. Mikroskopik urin menunjukkan kelainan sesuai penyakit yang
mendasarinya
2. Pemeriksaan BUN dan creatinine (laki-laki : > 1,3 mg % ; wanita : >
1,1 mg )
3. Scan renal bertujuan untuk memperkirakan ukuran ginjal dan
memungkinkan perbaikan sumbatan uropati.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan cairan
pembatasan cairan sangat pening bagi penderita yang gagal
menghasilkn curah urin yang cukup setelah penambahan volume atau
pemberian diuretic. Tingkat pembatasan cairan tergantung pada keadan
hidrasi. Untuk penderita dengan oliguria atau anuria yang mempunyai
volume intravaskuler relative normal, pemberian cairan harus dibatasi
samapai 400 Ml/mm2 per 24 jam ditambah sejumlah cairan yang sama
denagan curah urin hari itu.
2. Pemberian mannitol atau furosemid jika dalam keadaan hidrasi yang
adekuat terjadi oliguria.
3. Diet tinggi kalori dan lemak, rendah protein, kalium dan garam. Jika
anak tidak dapat makan melalui mulut maka makanan diberikan
melalui intravena dan zat nutrisi yang diberikan mengandung asam
amino esensial.
4. Mengatasi hiperkalemia ; pemberian calcium glukonas 0,5 ml/kg BB
diberikan intravena selama 30 – 60 menit untuk peningkatan pH darah.
5. Pemberian glukosa 50% dan insulin 1 U/k, diberikan secara intravena,
mempercepat pembentukan glikogen menyebabkan glukosa dan
kalium masuk ke dalam sel.
6. Pemberian resin ion perubah seperti polystyrene sodium sulfonate
(kayexalate), 1 gr/kg BB diberikan secara oral atau rectal yang
bertujuan untuk mengikat kalium dan mengeluarkannya dari tubuh.
7. Dialisis dilakukan jika disertai dengan tanda-tanda asidosis berat yang
sudah berlangsung lama, cara-cara lain sudah ditempuh untuk
mengurangi kalium, terlihat gejala-gejala uremik, overload sirkulasi,
hipertensi, gejala gagal jantung. (Suriadi & Yuliani, 2006).
II. Gagal Ginjal Kronik
A. Definisi
Gagal ginjal kronik terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu
mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam batas normal
dibawah kondisi normal (Wong, 2003).
Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan, tidak dapat sembuh,
dengan berobat teratur dapat menghambat memburuknya fungsi ginjal
(www.tnial.mil.id).
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan ginjal dalam
mempertahankan fungsinya yang timbul secara kronis yaitu terjadi
kemunduran fungsi ginjal yang dapat menyebabkan ketidakmampuan
dalam mempertahankan tubuh (Alimul Hidayat, 2006)
B. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik :
1. Pada anak di bawah usia 5 tahun
Anatomis (hipoplasia, displasia, obstruksi, malformasi)
2. Pada anak di atas usia 5 tahun
a. Penyakit glomerulus (glomerulonefritis, sindrom hemolitik-uremik).
b. Gangguan herediter (sindrom Alport, penyakit kistik)
(Bz.blogfam.com)
C. Manifestasi Klinis
Pada penderita yang berkembang, gagal ginjal kronik karena
penyakit glomerulus atau herediter penyakit ginjal biasaya dideteksi
karena penampakan manifestasi klinis terjadi sebelum mulainya
insufisiensi ginjal. Namun, perkembangan gagal ginjal dapat tersembunyi
dan membahayakan, pada penderita yang mengalami kelainan anatomis,
keluhan-keluhan yang muncul mungkin tidak spesifik :
1. Nyeri kepala
2. Letargi
3. Tidak ada nafsu makan
4. Muntah
5. Polidipsia
6. Poliuria
7. Kegagalan pertumbuhan
Tapi sebagian besar penderita gagal ginjal kronik tampak pucat dan
menderita tekanan darah tinggi (Nelson, 2000).
D. Patofisiologis
Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein
tertimbun dalam darah sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produksi
sampah maka gejala semakin berat.
Gangguan clearanse renal terjadi akibat penurunan jumlah
glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi
dengan memeriksa clearanse kreatinin urine tampung 24 jam yang
menunjukkan penurunan clearanse kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum.
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF
dengan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin
angiostensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Kehilangan garam mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga
status uremik memburuk.
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam
(H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak
mampu mensekresi ammonia (NH3+) dan mengabsorbsi natrium
bikarbonat (HCO3+). Penurunan eksresi fosfat dan asam organik lain
terjadi.
Anemia terjadi akibat produksi eritropoitin yang tidak memadai,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari
saluran penceranaan. Eritropoitin yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi
sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi
eritropoiltin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai
kehilangan angina dan sesak nafas.
Keseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolik.
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik.
Jika salah satunya meningkat, maka fungsi yang lain akan menurun.
Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka
meningkatkan kadar fosfat serum dan sebaliknya, kadar serum kalsium
menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parathormon dan kelenjar paratroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak
merespon normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, sehingga
kalsium di tulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang
dan penyakit tulang. Demikian juga D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang
dibentuk di ginjal menurun seiring perkembangan gagal ginjal (Nursalam,
2006).
E. Pathway
Terlampir
F. Evaluasi Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan untuk menetapkan adanya GGK, menentukan ada tidaknya
kegawatan, menentukan derajat GGK, dan membantu menetapkan
etiologi.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit.
3. Ultrasonografi (USG)
menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mencari adanya factor yang reversible seperti
obstruksi oleh karena batu atau massa tumor.
4. Foto polos abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi
ginjal (Nursalam, 2006).
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan gagal ginjal kronis diutamakan untuk menghambat laju
kegagalannya agar tidak sampai terjadi gagal ginjal terminal atau ginjal
tidak berfungsi lagi. Pengobtan harus dibantu ketaatan dari penderita.
Apabila ingin berolahraga tidak dianjurkan untuk malakukan olahraga
yang berat. Selain itu tekanan darah dan kadar gula harus dijaga agar
tetap normal dan antibiotic diberikan apabila terjadi infeksi. Proses
hemodialisa baru dilakukan bila ginjal hamper tidak berfungsi lagi. Ada
dua macam cara cuci darah yakni hemodialisa dan dialisa peritoneal
(CAPD). Tapi keduanya jarang dilakukan karena banyak menimbulkan
resiko (www.indomedia.com).
Penanganannya adalah :
1. Pemeriksaan darah meliputi hemoglobin (anemia), elektrolit
(hiponatremia, hiperkalemia, asidosis), BUN dan kreatinin (timbunan
nitrogen dan tingkat fungsi ginjal), kadar kalsium dan fosfor dan
aktivitas alkali fosfatase (hipokalsemia, heperfosfatemia,
asteodistrofi).
2. Pemeriksaan periodik kadar hormon paratiroid yang utuh.
3. Pemeriksaan Rontgenografi tulang.
4. Rontgen dada dan ekokardiografi.
(Nelson, 2000)
Beberapa jenis terapi yang dapat diberikan pada gagal ginjal :
1. Dialisis peritoneum
Ialah dialisis yang menggunakan membra peritoneum sebagai
sarana pertukaran cairan dialisis, tujuannya adalah mengeluarkan zat-
zat toksik dari tubuh seperti ureum yang tinggi pada gagal ginjal akut
atau gagal ginjal kronik atau racun di dalam tubuh (Ngastiyah, 2005).
2. Hemodialisis (HD - cuci darah)
Pada hemodialisis darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk
ke dalam mesin dialiser (yang berfungsi sebagai ginjal buatan) untuk
dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi
oleh cairan khusus untuk dialysis. Setelah dibersihkan, darah
dialirkan kembali ke dalam tubuh.
3. Transpalansi ginjal (pencangkokan)
Cangkok yang berfungsi dengan baik dapat sepenuhnya
merehabilisasi penderita. Meskipun demikian, resipien cangkok atau
keluarga yang mengharapkannya harus mengerti bahwa transplantasi
bukan merupakan kesembuhan yang permanen (Nelson, 2000).
Pencegahan gagal ginjal kronik :
1. Melakukan screening secarat teratur yang dilakukan oleh dokter,
terutama bagi yang mempunyai faktor resiko gagal ginjal kronik
seperti diabetes mellitus dan hipertensi.
2. Mencegah minum-minuman beralkohol.
3. Tidak minum obat sembarangan.
H. Perencanaan pemulangan
Instruksikan pada orangtua tentang tanda-tanda penurunan fungsi
ginjal dan lapor pada perawat atau dokter.
Jelaskan tanda-tanda dan gejala infeksi dan lapor ke perawat atau
dokter
Ajarkan orangtua dalam mengukur suhu tubuh terkait dengan gejala
infeksi
Tekankan untuk control ulang
I. Diet pada gagal ginjal
Gagal ginjal akut
Kebutuhan cairan
Pemberian cairan diperhitungkan berdasarkan insensible water
loss (IWL) + jumlah cairan yang keluar (air kemih 1 hari
sebelumnya, muntah, tinja, dll)
Koreksi dilakukan pada setiap peningkatan suhu tubuh 1
derajat Celsius sebanyak 12%
IWL berdasarkan rumus Gordilla (caloric expenditure) yaitu:
Berat badan:
0-10 kg : 100 kkal/kgbb/hari diatas 10 kbgg
11-20kg : 1000 + 50 kkal/kgbb/hari diatas 10 kbgg
> 20 kg : 1500 + 20 kkal/kgbb/hari diatas 20 kg
Jumlah IWL = 25 ml per 100 kkal
1. Pemberian cairan intrvena : salah satu dari cairan di bawah
ini bisa dipakai
a. Dextrose 5-20%, 20-30 ml per 100
kkal + 0,3-0,45% Nabic dalam Dextrosa 5% guna
menggantikan air kemih yang keluar
b. Asam amino esensial dan glukosa,
20-50 ml/kgBB/ hari + jumlah air kemih yang keluar
2. cairan per oral: penderita diijinkan minum cairan tanpa
elektrolit untuk menghilangkan rasa haus
Natrium
1. Natrium intavenus
2. Natrium oral diberi 1-2 meq/kgBB/hari atau kurang, dosis
ini sementara dengan 60-120 mg NaCL/kgBB/hari
Kalium
1. Kalium intravenus : tidak diperlukan
2. Kalium per oral diberikan 1 meq/kgBB/hari atau kurang,
setara dengan 40 ion K/kgBB/hari
Kalori
1. Kalori intravenous : cairan yang dianjurkan hendaknya
sesuai dengan kadar dextrose tertinggi yang mampu
diterima oleh vena, bila memakai vena sentral dapat
diberikan larutan glukosa 30-40%. Jumlah kalori minimal
yang dapat mencegah katabolisme adalah 400 kkal/m2/hari.
Bila terapi konservatif lebih dari 3 hari dipertimbangkan
pemberian emulsi lemak dan protein 0,5-1 gr/kgBB/hari.
2. Kalori oral : penderita diperkenenkan menerima
karbohidrat dan lemak dalam jumlah bebas.
Nitrogen
1. Nitrogen intravenous hendaknya diberikan asam amino
esensial.
2. Nitrogen per oral diberikan dalam bentuk protein yang
memiliki kadar biologic tinggi dengan jumlah
0,5-1gr/kgBB/hari
Formula diit cair pada anak GGA
Whey yang telah dielektrodialisis (laktabumin)
Minyak kacang
Dextrin maltosa
Aqua ad
100 gr
75 gr
150 gr
300 gr
(Suandi,1998)
Gagal ginjal kronik
Pada anak dengan isufisiensi ginjal, kecepatan pertumbuhan
berkurang ketika LPG turun dibawah 50% normal. Penyebabnya
yang tepat kegagalan pertumbuhan belum diketahui. Factor utama
dalah ketidakcukupan masukan kalori (kurang dari 70% dari diet
yang dianjurkan). Masukan kalori yang optimal pada isufisini
ginjal belum diketahui, tetapi upaya harus diakukan untuk
memenuhi atau melampaui (pada penderita dengan gagal
pertumbuhan) kalori harian yang dianjurkan sesuai umur penderita.
Masukan kalori dapat diperbesar dengan menambahkan sejumlah
karbohidrat yang tidak terbatas (gula, selai, madu, glukosa
polimer) ke dalam diet dan lemak (minyak trigliserida rantai
medium) sebagaimana yang ditoleransi oleh penderita. Jika
pemasukan kalori oral tidak mencukupi, pemberian makanan
melalui tabung nasogastrik atau gastrostomi dapat dimulai secara
sebentar-sebentar atau selama malam hari. Terapi hormone
pertumbuhan manusia rekombinan bersama dengan dialysis
optimal memperbaiki pertumbuhan linier.
Asuhan Keperawatan
Anamnesa
1. Identitas klien :
Nama adik siapa ? Umurnya berapa ?
2. Data demogarfi :
Ceritakan pada saya tentang anak ibu ! Sudah berapa lama anak ibu mengalami penyakit
tersebut ?
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah dulu pernah menderita penyakit selain Gagal
Ginjal ?
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah dari keluarga ada yang menderita penyakit tersebut ?
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Apa yang adik rasakan ? Gimana buang air kencil nya adik ?
Pengkajian
1. Tanda-tanda vital : Ukur RR, Suhu dan TD
2. Pemeriksaan Fisik : - Inspeksi daerah abdomen
- Palpasi daerah sekitar abdomen
Lampiran I : Pathway Gagal Ginjal Akut
Lampiran 2 : Pathway Gagal Ginjal Kronik
Perencanaan dan Rasionalisasi
a. Gagal Ginjal Akut
No Diagnosa
Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1 Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan dehidrasi.
Setelah diberikan
keperawatan diharapkan
anak tidak kekurangan
cairan dengan kriteria
hasil :
1. Pemasukan dan
pengeluaran seimbang
2. Turgor kulit baik
3. Berat badan stabil
(sesuai usia)
Mandiri :
- Ukur pemasukan dan
penge-luaran secara akurat.
- Berikan cairan yang
diizinkan selama periode 24
jam.
- Awasi tekanan darah
dan frekuensi jantung.
- Perhatikan tanda dan
gejala dehidrasi. Contoh :
membran mukosa kering,
haus.
- Kontrol suhu
lingkungan : batasi linen
- Membantu memperkirakan kebutuhan
pengganti-an cairan. Pemasukan cairan harus
memperkirakan kehilangan melalui urine,
nasogastrik atau drainase luka.
- Fase diuretik dapat berlanjut pada fase
oliguria bila pemasukan cairan tidak
dipertahankan.
- Hipertensi ortastatik dan takikardi
indikasi hipovolemia.
- Kekurangan volume cairan ekstra seluler
menyebab-kan haus menetap, tidak hilang dengan
minum air. Kehilangan cairan lanjut atau
penggantian tidak adekuat dapat menimbulkan
status hipovolemik.
- Menurunkan diagnosis yang
tempat tidur
Kolaborasi :
- Awasi pemeriksaan
laboratorium. Contoh :
natrium
memperberat kehilangan cairan.
- Kehilangan urine besar dapat
mengakibatkan kehilangan natrium yang
meningkatkan natrium urine bekerja secara
osmotik untuk meningkatkan kehilangan cairan.
2 Penurunan curah
jantung berhubung-
an dengan suplai
oksigen menurun.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
anak bisa mempertahan-
kan curah jantung dengan
kriteria hasil :
TD dan denyut jantung
dalam batas normal
TD : 92/72 mmHg
RR : 20 - 30 /menit
S : 36,5 - 37ºC
N : 120 - 180 /menit
Mandiri :
- Monitor tekanan
darah dan frekuensi jantung.
- Auskultasi bunyi
jantung.
- Kaji warna kulit,
membran mukosa dan dasar
kuku. Perhatikan waktu
pengisian kapiler.
- Perhatikan terjadinya
nadi lambat, hipotensi,
- Kelebihan volume cairan diserta
hipertensi dan efek uremia, meningkatkan kerja
jantung dan dapat menimbulkan gagal jantung.
- Terbentuknya S3/S4 menunjukkan
kegagalan. Friksi gesekan perikardial mungkin
hanya manifestasi perikarditis uremik.
- Pucat mungkin menunjukkan
vasokonstruksi atau anemia. Sianosis mungkin
berhubungan dengan kongesti paru atau gagal
ginjal.
- Penggunaan obat mengandung
magnesium dapat mengakibatkan
kemerahan, mual muntah dan
penurunan tingkat kesadaran.
- Pertahankan tirah
baring atau dorong istirahat
adekuat dan berikan bantuan
dengan perawatan dan
aktivitas yang diinginkan.
Kolaborasi :
- Berikan tambahan
oksigen sesuai indikasi.
- Berikan obat-obatan
sesuai indikasi. Contoh : agen
inotropik (lanoxin).
hipermagnesemia, potensial disfungsi
neuromuskuler.
- Menurunkan konsumsi oksigen kerja
jantung.
- Memaksimalkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan makanan untuk menurunkan kerja
jantung dan hipoksi seluler.
- Digunakan untuk memperbaiki curah
jantung dengan meningkatkan kontraktilitas
miokardial dan volume sekunder.
3 Kelelahan berhu-
bungan dengan
penurunan Hb
mengikat oksigen
sekunder anemia.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan anak tidak
merasa lelah dengan
kriteria hasil :
1. Bisa menjalankan
Mandiri :
- Kaji adanya
kelelahan, kesulitan
menyelesaikan tugas.
- Kaji kemampuan
- Menentukan derajat dari efek
ketidakmampuan.
aktivitas seperti biasa.
2. Memiliki kekuatan
energi.
untuk ber-partisipasi pada
aktivitas yang diinginkan.
- Identifikasi faktor
stress atau psikologis yang
dapat mem-perberat.
- Rencanakan periode
istirahat adekuat.
- Berikan bantuan
dalam akti-vitas sehari-hari.
Kolaborasi :
- Awasi kadar
elektrolit termasuk kalsium,
magnesium dan kalium.
- Mengidentifikasi ebutuhan individual dan
mem-bantu pemilihan intervensi.
- Mungkin mempunyai efek akumulasi
yang dapat diturunkan.
- Mengubah kelelahan berlebihan dan
menyimpan energi untuk penyembuhan.
- Mengubah enegi, memungkinkan
berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan.
- Ketidakseimbangan dapat mengganggu
fungsi neuromuskular.
4 Volume cairan
berlebih berhubung-
an dengan retensi
air dan Na.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
anak menunjukkan
keluaran urin yang normal
dengan kriteria :
1. Berat badan stabil
Mandiri :
- Awasi denyut
jantung, TD dan CVP.
- Catat pemasukan dan
- Takikardi dan hipertensi terjadi karena
kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine,
pembatasan cairan berlebih, perubahan pada
sistem renin angiostensin.
- Untuk menemukan fungsi ginjal,
(sesuai usia).
2. Tanda vital normal
TD : 92/72 mmHg
RR : 20 – 30 /menit
S : 36,5 – 37ºC
N : 120 – 180
/menit
3. Tidak ada edema
pengeluaran yang akurat
- Timbang berat badan
tiap hari dengan alat dan baju
yang sama
- Kaji kulit, wajah.
Evaluasi derajat edema.
- Auskultasi paru dan
bunyi jantung.
Kolaborasi :
- Berikan obat sesuai
indikasi. Contoh : diuretik
kebutuhan peng-gantian cairan dan penurunan resiko
kelebihan cairan.
- Untuk mengawasi status cairan terbaik.
- Edema terjadi terutama pada jaringan
yang ter-gantung pada tubuh. Contoh : tangan,
kaki.
- Kelebihan cairan dapat menimbulkan
edema paru dan GJK.
- Untuk mengubah fase oliguri menjadi
nonoliguri, menurunkan hiperkalemia dan
meningkatkan volume urine adekuat.
5 Nyeri berhubungan
dengan dysuria.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
nyeri pada anak hilang
dengan kriteria hasil :
1. Menunjukkan ekspresi
wajah rileks.
2. Mampu untuk tidur
dan istirahat dengan
Mandiri :
- Selidiki keluhan
nyeri, perhatikan intensitas (0
– 10), lokasi faktor pencetus.
- Tinggikan kepala
tempat tidur pada interval
tertentu.
- Dorong penggunaan
- Membantu dalam mengidentifikasi
sumber nyeri, intervensi tepat.
- Perubahan posisi dapat menghilangkan
ketidak-nyamanan abdomen.
- Mengembalikan perhatian, meningkatkan
rasa kontrol.
tenang. relak-sasi. Contoh : nafas
dalam.
Kolaborasi :
- Pemberian analgesik
- Berikan matras busa
atau flotasi
- Menghilangkan nyeri dan
ketidaknyamanan.
- Menurunkan tekanan lama pada jaringan,
yang dapat membatasi perfusi seluler yang
menyebab-kan iskemia
6. Gangguan pola
nafas berhubungan
dengan dyspnea.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
anak tidak mengalami
gangguan pada pola nafas
dengan kriteria hasil :
1. Pola nafas efektif
2. Bunyi nafas jelas
Mandiri :
- Awasi frekuensi atau
upaya pernafasan, penurunan
kece-patan infus bila ada
dyspnea.
- Tinggikan kepala
tempat tidur, tingkatkan
latihan nafas dalam dan batuk
efektif.
- Perhatikan
penurunan gemeri-cik, mengi,
ronki.
Kolaborasi :
- Kolaborasi
- Takipnea, dispnea, nafas pendek dan
nafas dalam.
- Memudahkan ekspansi dada dan
mobilitas sekret.
- Penurunan area ventilasi menunjukkan
kelebihan cairan.
- Memaksimalkan oksigen untuk
pemberian tambahan oksigen
sesuai indikasi.
- Berikan analgetik
sesuai indikasi.
penyerapan vaskuler.
- Menghilangkan nyeri.
b. Gagal ginjal kronik
No Diagnosa
Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1 Kelebihan urine
volume cairan
berhubungan
dengan oedema.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
anak menunjukkan
haluaran urine yang
normal dengan kriteria
hasil :
1. Berat badan stabil
2. Tanda vital normal
3. Tidak ada oedema
Mandiri :
- Awasi denyut
jantung, TD dan CVP.
- Catat pemasukan dan
pengeluaran yang akurat.
- Timbang berat badan
tiap hari dengan alat dan baju
yang sama
- Kaji kulit, wajah.
Evaluasi derajat edema.
- Auskultasi paru dan
bunyi jantung.
Kolaborasi :
- Berikan obat sesuai
indikasi. Contoh : diuretik
- Takikardi dan hipertensi terjadi karena
kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine,
pembatasan cairan berlebih, perubahan pada
sistem renin angiostensin
- Untuk menemukan fungsi ginjal,
kebutuhan peng-gantian cairan dan penurunan resiko
kelebihan cairan.
- Untuk mengawasi status cairan terbaik.
- Edema terjadi terutama pada jaringan
yang tergantung pada tubuh. Contoh : tangan,
kaki.
- Kelebihan cairan dapat menimbulkan
edema paru dan GJK.
- Untuk mengubah fase oliguri menjadi
nonoliguri, menurunkan hiperkalemia dan
meningkatkan volume urine adekuat.
2 Gangguan integritas
kulit berhubungan
dengan anemia
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
anak tidak merasa lelah
dengan criteria hasil :
1. Bisa menjalankan
aktivitas seperti biasa
2. Memiliki kekuatan
energi
Kolaborasi :
- Evaluasi laporan
kelelahan, kesulitan
menyelesaikan tugas.
- Kaji kemampuan
untuk berpar-tisipasi pada
aktivitas yang diinginkan.
- Identifikasi faktor
stress atau psikologis yang
dapat memperberat.
- Rencanakan periode
istirahat adekuat.
- Berikan bantuan
dalam akti-vitas sehari-hari
Kolaborasi :
- Awasi kadar
elektrolit termasuk kalsium,
magnesium dan kalium.
- Menentukan derajat dari efek
ketidakmampuan.
- Mengidentifikasi ebutuhan individual dan
membantu pemilihan intervensi.
- Mungkin mempunyai efek akumulasi
yang dapat diturunkan.
- Mengubah kelelahan berlebihan dan
menyimpan energi untuk penyembuhan.
- Mengubah enegi, memungkinkan
berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan.
- Ketidakseimbangan dapat mengganggu
fungsi neuromuskular.
3 Gangguan integritas
kulit berhubungan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
Mandiri :
- Inspeksi kulit - Menandakan area sirkulasi buruk atau
dengan oedema. anak tidak mengalami
gangguan integritas kulit
dengan kriteria hasil :
1. Kulit utuh
2. Turgor kulit baik
terhadap peru-bahan warna,
turgor. Perhati-kan
kemerahan. Observasi
terhadap purpura.
- Pantau masukan
cairan dan hidrasi kulit dan
membran mukosa.
- Inspeksi linen
kering, bebas keriput.
- Anjurkan
menggunakan pakaian katun
longgar.
Kolaborasi :
- Berikan matras busa
atau flotasi.
kerusakan yang dapat menimbilkan pembentukan
dekubitus.
- Mendeteksi adanya dehidrasi yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan.
- Jaringan edema lebih cenderung rusak
atau robek.
- Mencegah iritasi dermal langsung dan
meningkat-kan evaporasi lembab pada kulit.
- Menurunkan tekanan lama pada jaringan
atau yang dapat membatasi perfusi seluler yang
menyebabkan iskemia.
4 Perubahan pola
nafas berhubungan
dengan penurunan
fungsi paru
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
anak dapat menunjukkan
pola nafas yang normal
dengan criteria hasil :
Mandiri :
- Awasi frekuensi atau
upaya pernafasan, penurunan
kece-patan infus bila ada
dyspnea
- Takipnea, dispnea, nafas pendek dan
nafas dalam
1. Pola nafas efektif
2. Bunyi nafas jelas
- Tinggikan kepala
tempat tidur, tingkatkan
latihan nafas dalam dan batuk
efektif
- Perhatikan
penurunan gemeri-cik, mengi,
ronki.
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian tambahan oksigen
sesuai indikasi.
- Berikan analgetik
sesuai indikasi.
- Memudahkan ekspansi dada dan
mobilitas sekret
- Penurunan area ventilasi menunjukkan
kelebihan cairan.
- Memaksimalkan oksigen untuk
penyerapan vaskuler.
- Menghilangkan nyeri.
5 Keluhan nutrisi
kurang dari kebu-
tuhan berhubungan
dengan anoreksi.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
nutrisi pada anak
tercukupi dengan kriteria
hasil :
1. Berat badan stabil
2. Tidak ada malnutrisi
Mandiri :
- Kaji atau catat
pemasukan diet.
- Berikan makan
sedkit dan sering.
- Berikan pasien atau
orang terdekat daftar
makanan yang diizinkan.
- Membantu dalam mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan diet.
- Meminimalkan aneroksia dan mual
sehubungan dengan status uremik.
- Memberikan pasien tindakan kontrol
dalam pem-batasan diet.
- Timbang barat badan
tiap hari
Kolaborasi :
- Konsul dengan ahli
gizi atau tim pendukung
nutrisi.
- Berikan obat sesuai
indikasi
- Pasien puasa atau katabolic akan secara
normal kehilangan 0,5 – 0,5 kg/hari.
- Menentukan kalori individu dan
kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
- Untuk menghilangkan mual atau muntah.
6 Resti infeksai
berhubungan
dengan penurunan
imun.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
anak tidak beresiko
terhadap infeksi dengan
kriteria hasil : tidak ada
gejala infeksi
Mandiri :
- Tingkatkan cuci
tangan yang baik pada pasien
dan staf
- Hindari prosedur
invasive, instrumen dan
manipulasi kateter tak
menetap.
- Pertahankan sistem
drainase tertutup.
- Menurunkan resiko kontaminasi silang.
- Membatasi introduksi bakteri ke dalam
tubuh. Deteksi dini atau pengobatan terjadinya
infeksi dapat mencegah sepsis.
- Menurunkan kolonisasi bakteri dan resko
ISK asenden.
- Mencegah ereleklasis dan mobilisasi
- Dorong nafas dalam,
batuk dan pengubahan posisi
sering.
- Kaji integrasi kulit.
- Awasi tanda vital.
Kolaborasi :
- Ambil spesimen
untuk kultur dan sensivitas
dan berikan antibiotik tepat
sesuai indikasi.
sekret untuk menurunkan resiko infeksi paru.
- Ekskoriasi akibat gesekan dapat menjadi
infeksi sekunder.
- Demam dengan peningkatan nadi dan
pernafasan adalah tanda peningkatan laju
metabolic dari proses inflamasi meskipun sepsis
dapat terjadi tanpa respon demam.
- Memastikan infeksi dan identifikasi
organisme khusus, membantu pemilihan
pengobatan infeksi paling efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika : Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 3. EGC : Jakarta.: Jakarta.
Suandi. 1998. Diit pada Anak Sakit. EGC : Jakarta
Betz, Cecily L. 2002. keperawatan pediatri Edisi 3. EGC : Jakarta
Wong, L. Dona. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC : Jakarta.
http : // www.tnial.mil.id. “Ginjal”
http : // www.bz.blogfam.com. “Sayangi Ginjal Anda”
http : // www. wikipedia.com
http : // www. medicastore.com
http : // www. infotech.com