gadai tanah berdasarkan uu no. 56/ prp/ 1960 dan …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah...

17
GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN IMPLIKASI HUKUM JURNAL ILMIAH Oleh : NUNUNG HAIRUNAS D1A 113 227 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2018

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960

DAN IMPLIKASI HUKUM

JURNAL ILMIAH

Oleh :

NUNUNG HAIRUNAS

D1A 113 227

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2018

Page 2: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO.56/ PRP/ 1960

DAN IMPLIKASI HUKUM

JURNAL ILMIAH

Oleh :

NUNUNG HAIRUNAS

D1A 113 227

Pembimbing Pertama,

Page 3: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

GADAI TANAHBERDASARKAN UU NO.56/ PRP/ 1960

DAN IMPLIKASI HUKUMNYA

NAMA : NUNUNG HAIRUNAS

NIM : D1A 113 227

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perlindungan hak wanita

terhadap perkawinan di bawah tangan. Penelitian ini merupakan Penelitian

Normatif Empiris. 1) Keabsahan Gadai Tanah Pertanian Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960, diatur di dalam Pasal 7 mengenai jangka

waktu gadai. Jangka waktu gadai menurut undang-undang yaitu 7 tahun lamanya.

Jangka waktu tersebut penerima gadai harus mengembalikan tanah pertanian yang

menjadi obyek gadai kepada pemberi gadai tanpa penebusan uang gadai, di dalam

hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai

berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2) Implikasi Hukum Jika Terjadi

Pelanggaran Terhadap Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960, di dalam

undang-undang mengatur mengenai sanksi pidana serta denda, sedangkan di

dalam hukum adat tidak mengatur mengenai sanksi tetapi diberikan perpanjangan

penebusan gadai. Serta penyelsaian sengketa gadai dilakukan melalui jalur

Litigasi dan Non-Litigasi.

Kata Kunci : Gadai Tanah Pertanian, Implikasi hukum.

LAND PREPAREDNESS LAW NO.56 / PRP / 1960

AND ITS IMPLICATIONS

ABSTRACT

This study aims to determine the protection of women's rights to marriage under

the hands. This research is a Normative Empirical. 1) Legality of Pawn Land of

Agriculture Based on Law Number 56 PRP Year 1960, set forth in Article 7

concerning the period of pledge. Duration of pledge by law is 7 years old. The

timeframe for which the mortgagee recipients shall return the agricultural land to

which the mortgagor is liable to the pawnbroker without the redemption of the

mortgage, under customary law the pledge of agricultural land is not regulated but

the pledge takes place upon the agreement of the parties. 2) Legal Implications If

Violations Against Law Number 56 PRP of 1960, the law regulates criminal

sanctions and fines, whereas in customary law does not regulate sanctions but is

granted an extension of the redemption of pawning. As well as the settlement of a

pledge dispute is done through the Litigation and Non-Litigation channels.

Keywords: Pawn of Agricultural Land, Legal Implications.

Page 4: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

i

I. PENDAHULUAN

Makna hak penguasaan negara adalah kewenangan untuk

menentukan kebijakan yang diperlukan dalam bentuk mengatur, mengurus

serta mengawasi penggunaan dan pemanfaatan tanah. Makna subtansi

dengan adanya hak penguasaan negara atas tanah adalah tanggung jawab

dan kewajiban negara untuk menggunakan dan memanfaatkan sumber daya

tanah bagi kemakmuran rakyat. Implementasi hak tersebut adalah negara

berwenang untuk membuat berbagai paket regulasi terkait dengan

penggunaan dan pemanfaatan tanah.1

Gadai tanah merupakan suatu perjanjian yang menyebabkan tanah

diserahkan untuk menerima sejumlah uang tunai, dengan pemufakatan

bahwa si penyerah akan berhak mengembalikan tanah itu ke dirinya sendiri

dengan jalan membayarkan sejumlah uang yang sama. Sedangkan dalam

penjelasan Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang penetapan

luas tanah pertanian, defenisi gadai adalah hubungan antara seseorang

dengan tanah kepunyaan orang lain yang mempunyai utang uang

kepadanya.2

Gadai tanah merupakan suatu perbuatan pemindahan hak atas

tanah kepada pihak lain (yakni pribadi kodrati) yang dilakukan secara terang

dan tunaisedemikian rupa, sehingga pihak yang melakukan pemindahan hak

mempunyai hak untuk menebus kembali tanah tersebut. Dengan demikian,

1Ridwan, Pemilikan Rakyat Dan Negara Atas Tanah Menurut Hukum Pertanahanm

Indonesia Dalam Perspektif Hukum Islam.Cet. I; Jakarta: Badan LitbangDan Diklat Kementerian

Agama RI, 2010. hlm. 331. 2Ibid.

Page 5: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

ii

maka pemindahan hak atas tanah pada gadai bersifat sementara, walaupun

terkadang tidak ada patokan tegas mengenai sifat sementara waktu tersebut.3

Gadai yang terjadi dimasyarakat saat ini, gadai yang dibuat

berdasarkan kesepakatan antara pemberi gadai dan penerima gadai.

Perjanjian gadai dibuat secara tertulis maupun tidak tertulis. Mengenai isi

gadai biasanya di buat oleh salah satu pihak yakni penerima gadai karena

pemberi gadai yang menawarkan diri untuk menggadai tanahnya sehingga

penerima gadai menentukan isi gadai tersebut. Dengan dibuatnya gadai oleh

si penerima gadai maka perjanjian tersebut akan menguntugkan salah satu

pihak yakni penerima gadai.

Melihat hal diatas maka, banyak gadai yang telah berlangsung

bertahun-tahun, berpuluh tahun, bahkan ada pula yang dilanjutkan oleh para

ahli waris penggadai dan pemegang gadai, karena penggadai tidak mampu

untuk menebus tanahnya kembali. Biasanya orang menggadaikan tanahnya

hanya bila ia berada dalam keadaan yang sangat mendesak.

Praktek gadai tanah yang menyimpang dengan Hukum Nasional

masih sering terjadi di Indonesia. Hal inilah yang mendorong penulis untuk

mengadakan penelitian mengenai gadai tanah pertanian melalui judul

penelitian ―Gadai Tanah Berdasarkan UU No. 56/PRP/1960 Dan Implikasi

Hukum‖

3Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Cet. XIIV, Rajawali Pers, Jakarta,2015,hlm.

192.

Page 6: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

iii

Rumusan masalah yang akan dibahasa dalam penelitian ini adalah

Bagaimana Keabsahan Gadai Tanah Pertanian Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 dan Bagaimana Implikasi Hukum Jika

Terjadi Pelanggaran Terhadap Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun

1960.

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu Untuk mengetahui dan

memahami Bagaimana Keabsahan Gadai Tanah Pertanian Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 dan Untuk mengetahui dan

memahami Bagaimana Implikasi Hukum Jika Terjadi Pelanggaran

Terhadap Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960.

Manfaat yang diharapkan yaitu dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Hukum Perdata dan

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan jawaban dari permasalahan

yang diteliti mengenai Keabsahan Gadai Tanah Pertanian Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960.

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian hukum yuridis

normatif dengan menggunakan tiga metode pendekatan yaitu: Pendekatan

Perundang-Undangan (Statute Approach, Pendekatan

Konseptual(Conceptual Approach) dan Pendekatan Sosiologis

(Cosiological Approach). Jenis data terdiri dari tiga yaitu : Bahan hukum

primer, Bahan hukum sekunder dan Bahan hukum tersier. Serta teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka serta

teknik analisis menggunakan analisis kualitatif deskriptif.

Page 7: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

iv

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keabsahan Gadai Tanah Pertanian Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 56 PRP Tahun 1960

Gadai sebagai institusi hukum di dalam hukum adat bukanlah suatu

hal yang asing, walaupun mungkin antara satu daerah dengan daerah lain

mempunyai penyebutan yang berbeda Gual akad, jual gade, jual sando,

akad, gade, agun, cideran, cinder, garal, gala).

Menurut Ter Haar Bzn,4 gadai adalah:"De transaktie waarbij de

grond wordt overgedragen tegen een kontant betaalde som met de

afspraak, dat degene, die overdroeg, het recht zaI hebben den grond tot

zieht te doen terugkeren door betaling van een gelijk bedrag.

(Terjemahan bebasnya : "Transaksi yang dalam transaksi itu tanah

diserahkan kapada pihak lain terhadap suatu pembayaran secara tunai,

dengan janji bahwa orang yang menyerahkah akan mempunyai hak untuk

menyuruh mengembalikan tanah melalui pembayaran yang berjumlah

sarna.")

Gadai Tanah Dalam Hukum Adat Dikenal Dengan Jual Gadai.

Jual gadai adalah suatu transaksi tanah dengan penerimaan

pembayaran sejumlah uang secara tunai dengan ketentuan bahwa tanah

kembali kepada pihak penjual tanah (penggadai) dengan mengembalikan

uang diterimanya sebagai pembelian gadai dari pemberi gadai. Di

4Djoni Achmad Sumantri, dkk. 1989 Gadai Pobon di Desa Rancamaya.(Telaab dari sudul

pengerlian'pengerlian dasar sistem bukum). Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Laporan

Penelitian. Hilman Hadikusuma. 1982 Hukum Perjanjian Adat.Bandung : Penerbit Alumni. hlm.

541

Page 8: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

v

beberapa daerah gadai dikenal dengan istilah adol sande (Minangkabau),

ngajual akad atau ngejual gadai (Sunda), gade atau sindor (Batak

Toba). Dalam bahasa Belanda jual gadai disebut dengan istilah verkoop

met beding van wederinkoop (menjual dengan syarat untuk membeli

kembali). Istilah itu diambil dari gadai karena ada salah pengertian

tentang ―jual‖ pada kata ―jual‖ penyerahan (overdrangen) yang tidak

identik dengan ―verkoop, yang berarti para pihak hak milik, dan pada hal

lain istilah verkoop seolah-olah pihak pertama terikat pada jangka waktu

tertentu, yang berarti jangka waktu telah lewat, maka pihak kedua

menjadi pemilik tanah yang digadaikan. Sedangkan ―jual gadai‖ tidak

identik dengan ―vorkoop‖. Van Vollenhoven menerjemahkan dengan

istilah ―gronvervanding‖ (gadai tanah)

Berkaitan dengan transaksi jual gadai dikatakan sah apabia

perjanjian tersebut dibuat atas kesepakatan kedua belah pihak, antara

penggadai dan pembeli gadai, disaksikan kepala adat/persekutuan

hukum/kampung/desa. Kehadiran pejabat ini bertujuan untuk

memberikan perlindungan hukum bagi terutama si penggadai, dan juga

untuk mengurangi resiko pemegang gadai/pembeli gadai jika dikemudian

hari ada sanggahan. Di Minangkabau melakukan transaksi jual gadai

sangat diperlukan kesaksian dari tua-tua adat (penghulu), terutama jual

tanah pusaka (milik kerabat/kaum).

Dengan penerimaan tanah, si pembeli gadai mempunyai

hak-hak, sebagai berikut; a. Menikmati manfaat yang melekat pada hak

Page 9: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

vi

milik (tanah) dengan pembatasan; 1. Tidak boleh menjual lepas kepada

orang lain; 2. Tidak boleh menyewakan tanah melebihi satu tahun musim

lamanya (jual tahunan). b. Mengoporkan gadai (doorverpaden) atau

menggadaikan kembali/ mengdaikan dibawah harga (oderverpanden)

tanah tersebut kepada orang lain, jika yang bersangkutan sangat

memerlukan uang, karena tidak memaksakan si penjual semula untuk

menebus tanahnya. c. Mengadakan perjanjian bagi hasil bila

pinang/peruh hasil tanaman/ maro dan sejenisnya itu.5

Jika pihak penerima gadai/ pembeli gadai membutuhkan uang,

sedangkan si penjual gadai tidak bersedia atau belum sanggub untuk

menebusnya, maka pihak penerima gadai/ pemberi gadai hanya dapat

menggadaikan lagi tanahnya. Maka dalam keadaan demikian

kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi sebagai berikut; 1.

Menganakgadaikan (onderverpanden), adalah apabila uang yang ia

terima lebih kecil dari uang yang ia berikan. Biasanya dalam hal ini tidak

diperlukan izin dari pemilk tanah. 2. Meneruskan gadai

(doorverpanding), adalah apabila uang diterima lebih besar dari uang

yang ia berikan. Di sini harus ada izin terlebih dahulu dari pemik tanah,

sehingga ia terlepas dari hubungan gadai tersebut.

Terjadinya Gadai tanah pertanian bagi masyarakat Indonesia

khususnya petani bukanlah hal yang baru. Semula lembaga ini

diatur/tunduk pada Hukum Adat tentang tanah dan pada umumnya dibuat

5Djamanat Samosir. Hukum Adat Indonesia ( Eksistensi dalam Dinamika Perkembangan

Hukum di Indonesia), Nuansa Aulia, Bandung, 2013. hlm.239

Page 10: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

vii

tidak tertulis. Kenyataan ini selaras dengan sistem dan cara berpikir

Hukum Adat yang sifatnya sangat sederhana. Gadai tanah dalam Hukum

Adat harus dilakukan dihadapan Kepala Desa/Kepala Adat selaku kepala

masyarakat Hukum Adat mempunyai wewenang untuk menentukan dan

mengatur perbuatan-perbutan hukum mengenai tanah yang terjadi dalam

lingkungan wilayah kekuasaannya. Dalam praktiknya, gadai tanah pada

umumnya dilakukan tanpa sepengetahuan kepala desa/kepala adat. Gadai

tanah hanya dilakukan oleh pemilik tanah dan pihak yang memberikan

uang gadai, dan dilakukan tidak tertulis.

Menurut UUPA terdapat ketentuan ―dilarang penguasaan tanah

pertanian yang melebihi maksimum‖, sebagaimana tercantum dalam

Pasal 7 dan Pasal 17 UUPA. Ketentuan Pasal 17 UUPA merupakan

pelaksanaan Pasal 7, dan sebagaimana pelaksanaan ketentuan Pasal 17

adalah UU No. 56 Prp. Tahun 1960, yang pada dasanya mengatur 3 hal

yaitu: a. Penetapan luas maksimum pemilikan tanah peranian; b.

Penetapan luas minimum pilikan tanah pertanian; dan c. Larangan untuk

melakukan perbuatan-perbuatan yang mengikibatkan pemecahan

pemilikan tanah-tanah itu menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil,

serta soal pengembalian dan penebusan tanah-tanah pertanian yang

digadaikan.

Pelaksanaan ketentuan Pasal 53 UUPA adalah pasal 7 Prp. UU

No. 56 Tahun 1960, yang berbunyi sebagai berikut : 1. Barang siapa

menguasai tanah pertanian dengan hak gadai yang pada mulai berlakunya

Page 11: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

viii

peraturan ini (yaitu tanggal 1 januari 1961) sudah berlansung 7 tahun

atau lebih, wajib mengembalikan tanah itu kepada pemilikya dalam

waktu sebulan sesudah tanaman-tanaman yang ada selesai dipanen

dengan tidak ada untuk menutut uang tebusan. 2. Mengenai hak gadai

yang mulai berlakunya peraturan ini belum berlansung 7 tahun, maka

pemilik tanahnya berhak untuk memintanya kembali setiap waktu setelah

tanaman yang ada selesai dipanen dengan membayar uang tebusan yang

besarnya dihitung menurut rumus.

(7 + 1/2 ) – waktu berlangsungnya gadai X uang gadai

7

Dengan belakunya UU Prp. No. 56 Tahun 1960, jual gadai telah

terintegrasi ke dalam yuridiksi UUPA. UU ini telah membatasi lama

waktu berlakunya gadai tanah. Tujuan pembatasan ini adalah

menghindari dan memberantas yang terdapat dalam transaksi gadai,

sebab dalam praktik menunjukkan bahwa hasil yang dinikmati pembeli

gadai setiap tahunnya jauh lebih besar dari bunga yang pantas dari uang

pembeli gadai dahulu. Kemudian, dengan keluarnya UU ini maka gadai

yang sudah berlansung bertahun-tahun harus dikembalikan tanpa ada

uang tebusan.

Implikasi Hukum Jika Terjadi Pelanggaran Terhadap Undang-

Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960

Sebagai mana didalam Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun

1960, dalam Pasal 10 menyatakan bahwa;

Page 12: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

ix

1. Dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan

dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp 10.000,—:

a. Barang siapa melanggar larangan yang tercantum dalam Pasal 4;

b. Barang siapa tidak melaksanakan kewajiban tersebut pada Pasal 3,

6 dan 7 (1);

c. Barang siapa melanggar larangan yang tercantum dalam Pasal 9

ayat 1 atau tidak melaksanakan kewajiban tersebut pada pasal itu

ayat 2.

2. Tindak pidana tersebut pada ayat 1 pasal ini adalah pelanggaran.

Namun perjanjian gadai tanah dalam hukum adat,tidak

mengenal hukum positif, karena perjanjian gadai tanah yang dibuat oleh

masyarakat, lahir berdasarkan sistem hukum adat yang dijiwai oleh

semangat kekeluargaan dan tolong menolong di antara sesama manusia.

Selain itu waktu penebusan gadai dalam hukum adat bersifat tidak

mengikat dan mutlak.

Jika mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, di

dalam Pasal 1320 menentukan adanya 4 (empat ) syarat sahnya suatu

perjanjian antara lain Pertama, Adanya kata sepakat bagi mereka yang

mengikatkan dirinya; Kedua, Kecakapan para pihak untuk membuat

suatu perikatan; Ketiga, Suatu hal tertentu; dan Keempat, Suatu sebab

(causa) yang halal.

Di dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria

Nomor. 20 Tahun 1963 tentang pedoman penyelesaian masalah gadai.

Mengatur tentang penyelesaian masalah gadai jika ternyata di antara

pihak-pihak yang berkepentingan terjadi persengketaan. Sehubungan

dengan hal tersebut di atas, maka Mahkamah Agung dalam ketetapanya

No. 6/KM/845/MA III/67 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengadilan

Page 13: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

x

Landreform (No. 5/PLP/1967) menetapkan sebagai berikut : pertama

mengenai penerapan pasal 7 UU No. 56 Prp. 1960 bahwa walaupun pasal

7 ini tercantum dalam peraturan Landreform, maka berlaku pula bagi

peradilan umum. Sebab pasal 7 ini selain berlaku bagi pengembalian

tanah gadai dalam rangka pelaksanaan UU No. 56/Prp/1960, berlaku juga

bagi pengembalian tanah gadai pada umumnya, termasuk juga

pengembalian tanah gadai yang tidak bersangkutpaut dengan pelaksanaan

peraturan Landreform, dan mengenai wewenang untuk mengadili

perkara-perkaranya gadai tanah pertanian disebutkan bahwa hanya

perkara-perkara mengenai pengembalian gadai tanah pertanian yang

timbul dalam rangka pelaksanaan peraturan-peraturan UU N0. 56 Prp.

Tahun 1960 saja yang menjadi wewenang pengadialan Landreform,

sedang perkaraperkara gadai tanah yang menjadi wewenang Pengadilan

Negeri.

Sedangkan untuk Penyelesaian Sengketa Hak Gadai Tanah

Pertanian dapat dilaksanakan dengan 2 metode penyelesaian yaitu

Litigasi dan Non-Litigasi.

Page 14: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

xi

III. PENUTUP

KESIMPULAN

Keabsahan Gadai Tanah Pertanian Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 56 PRP Tahun 1960

Gadai Menurut Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960

Menurut Undang-Undang Pokok Agraria terdapat ketentuan

―dilarang penguasaan tanah pertanian yang melebihi maksimum‖,

sebagaimana tercantum dalam pasal 7 Undang-Undang No. 56 Prp.

Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.

Berdasarkan ketentuan pasal 7 mengenai berlangsungnya

gadai ada dua, yaitu sebagai berikut.

1. Gadai yang berlangsung 7 tahun atau lebih;

2. Gadai yang belum berlangsung 7 tahun.

Gadai yang berlangsung selama 7 tahun harus di kembalikan

kepada pemilik (penjual gadai) tanpa adanya kewajiban untuk

membayar uang tebusan dan hak menebus dapat dilakukan sitiap

waktu setelah tanaman selesai dipanen/dipetik hasilnya.

Implikasi Hukum Jika Terjadi Pelanggaran Terhadap Undang-

Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960

Sebagaimana telah disebutkan di dalam Pasal 10, jika

melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun

1960 maka akan dikenakan sanksi pidana dan denda sebagai mana telah

diatur di dalam undang-undang tersebut. Sedangkan penyelesaian

Page 15: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

xii

Sengketa Hak Gadai Tanah Pertanian dapat dilakukan melalui 2 (dua)

jalur penyelesaian yaitu Litigasi dan Non-Litigasi.

B. SARAN

1. Keabsahan gadai tanah pertanian telah diatur dengan sedemikian rupa

didalam UU No 56 Tahun 1960 tetapi, masyarakat indonesia dalam

melakukan gadai tanah pertanian tidak menggunakan UU tersebut

tetapi lebih ke perjanjian gadai tanah pertanian berdasarkan

kesepakatan antara kedua belah pihak serta memenuhi unsur dari

syarat sahnya perjanjian dalam pasal 1320 KUHPerdata. 2. Didalam

UU No 56 Tahun 1960 telah diatur dengan tegas jika terjadinya

pelanggaran terhadap undang-undang tersebut. Akan tetapi

dimasyarakat masih terdapat pelanggaran serta penyelewengan

terhadap undang-undang tersebut. Sehingga harus adanya pegawasan

sehingga tidak terjadinya pelanggaran yang dapat merugikan pemilik

tanah yang menggadaikan tanahnya tersebut. 3. Adanya UU No 56

Tahun 1960 untuk melindungi pemilik tanhh yang menggadaikan

tanahnya kepada orang lain, akan tetapi masyarakat masih banyak

yang tidak mengetahui tentang adanya undang-undang tersebut,

sehingga dari ketidaktauan merekalah dijadikan alat untuk melakukan

penyelewengan atau pelanggaran hukum. Sehingga instansi terkait

harus melakukan kegiatan sosialisasi guna meberitaukan kepada

masyarakat mengenai undang-undang tersebut, yang mana untuk

melindungi pemilik tanah pertanian.

Page 16: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku/Literatur

Amirudin dan Asikin, Zainal, Pengatur dan Metode Penelitian Hukum,

PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Fuady, Munir, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Fuady, Munir, Jaminan Fidusia, Revisi Kedua, Citra Aditya, Jakarta,

2003.

Wijdjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 2007.

Harahap, M.Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang

Perdata, PT Gramedia, Jakarta, 1991.

Kansil, C.S.T, Modul Hukum Perdata, termasuk asas-asas hukum

perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004..

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty,

Jogjakarta, 1989.

ND, Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum

Normatif Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013.

Roestamy, H.Martin, Hukum Jaminan Fidusia, PT. Percetakan Penebar

Swadaya, Jakarta, 2009.

Salim, H.S, Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003.

Satrio,J., Hukum Jaminan, Hak-hak Kebendaan, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1991.

Page 17: GADAI TANAH BERDASARKAN UU NO. 56/ PRP/ 1960 DAN …€¦ · hukum adat keabsahan gadai tanah pertanian tidak diatur akan tetapi gadai berlangsung atas kesepakatan para pihak. 2)

xiv

Subekti,Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005.

Tiong, Oey Hoey,1984, Fidusia sebagai Jaminan Unsur-unsur

Perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.

Vollmar, H.F.A,Pengantar Studi Hukum Perdata, RajaGrafindo Persada,

Jakarta,1995.

Wardoyo dan Hermansyah, Hukum Perbankan Indonesia, PT. Kencaba

Prenada Media Group, Bandung, 2006.

2. Peraturan Perundang–Undangan

------------, Kitab Undang–Undang Hukum Perdata.

------------, Undang–Undang Nomor Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

------------, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009

tentang Lembaga Pembiayaan

3. Website

https://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dasar-dasar hukum-

perjanjian/

http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-jaminan-fidusia-sifat-

dan.html

https://dokumen.tips/documents/makalah-pembiayaan-konsumen.html

http://ryanalfarez.blogspot.co.id/2011/05/macam-macam-eksekusi-dan-

proses.htm