pemanfaatan gadai tanah sawah di desa sruwen,...

81
i PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: DINA AMALIA HIDAYATI NIM 214 11 008 JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

i

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA

SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

MENURUT HUKUM ISLAM

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

DINA AMALIA HIDAYATI

NIM 214 11 008

JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Page 2: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

ii

Page 3: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

iii

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA

SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

MENURUT HUKUM ISLAM

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

DINA AMALIA HIDAYATI

NIM 214 11 008

JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Page 4: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

iv

Page 5: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

v

Page 6: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

vi

Page 7: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

vii

MOTTO PENULIS

Selau Syukuri apa yang kita dapatkan saat ini, saat kita menginginkan

sesuatu dan kita belum mendapatkannya, mungkin kita belum membutuhkannya

hanya sekedar ingin, sehingga Allah tidak memberikannya kepada kita.

Kita hidup untuk bermanfaat bagi orang lain, bukan memanfaatkan orang

lain untuk hidup kita.

Selalu dasari dengan rasa cinta saat melalukan apapun dalam hidup kita,

karena dengan satu cinta akan hilangkan naluri saling menghancurkan.

Always P.L.U.R , Peace, Love, Unity and Respect terhadap sesama.

(Dina Amalia Hidayati)

Page 8: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini

kepada :

1. Kedua Orang tuaku BapakSamsudi dan Ibu Ngadiyah tercinta, yang telah

mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama

ini.

2. Ketiga Adikku Itsna Millatul Himmayati, Wildan Fahmi Syarfi’I dan Wafa

Firmana Al makhali yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat

dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

3. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis

sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan

penuh kesabaran

4. Muh Ihsannurudin, seseorang yang telah memberikan semangat dan

motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani

kehidupan.

5. Sahabat-Sahabati saya di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia(PMII),

sahabat Ya Bismillah ( Bidikmisis IAIN Salatiga), Rekan-Rekanita saya di

IPNU-IPPNU, sahabat-sahabati di Senat Mahasiswa Institut (SMI) dan

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Syariah yang selalu menjadi

penyemangat dan alasan saya untuk selalu menambah ilmu pengetahuan

6. Teman-teman satu angkatan Hukum Ekonomi Syariah dan Almamater

Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis banggakan.

Page 9: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

ix

7. Murid-murid serta rekan guru di TK dan MI NU Siti Hajar Tengaran dan

TPQ Al kahfy yang selalu memberikan semangat dan menyadarkan betapa

pentingnya ilmu untuk disampaikan.

Page 10: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

x

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan

yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan

yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi

ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,

Spirit Perubahan, Rasullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan

nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) dalam ilmu syari’ah, Fakultas

Syari’ah, Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul: “

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN,

KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG MENURUT HUKUM ISLAM ”. Penulis

mengakui bahwa dalam menyusun Penulisan Skripsi ini tidak dapat diselesaikan

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan

penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa

mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

Page 11: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

xi

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN

Salatiga.

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar

dan baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah

di IAIN Salatiga sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang selalu

meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi

sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi

sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

6. Bapak Shodiq,Bapak Sutrisno dan Ibu Daryanti yang telah bersedia

memberikan informasi tentang penelitian penulis

7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi

Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tanpa halangan apapun.

8. Sahabat-sahabatku tercinta, Tince,Mumun, Bunda, Jannah, Muji dan

semua yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

Page 12: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

xii

9. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di

IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh

pendidikan di IAIN Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun

analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan

demi enaknya penulisan skripsi ini dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 10 Februari 2016

Penulis.

Page 13: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

xiii

Abstrak

Hidayati,Dina Amalia.2016. Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen

Kec.Tengaran, Kab.Semarang Menurut Hukum Islam. Skripsi. Fakultas

Syariah. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.Pembimbing: Evi Ariyani, M.H

Kata Kunci : Pemanfaatan, Gadai Tanah, Hukum Islam dan

Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti kegiatan pemanfaatan

Gadai Tanah sawah di Desa Sruwen, Kec.Tengaran, Kab.Semarang. Pertanyaan

yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana praktek

pemanfaatan gadai tanah sawah di desa Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang?,

(2) Bagaimana status hukum pemanfaatan gadai tanah sawah di desa Sruwen

Kec.Tengaran Kab.Semarang menurut hukum Islam?. Untuk menjawab

pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan

nmetode pendekatan deskriptif analitis yaitu dengan mengambarkan kegiatan

yang terjadi kemudian dianalisis dengan teori yang mendukung. Dengan

penelitian ini bisa menambah wawasan keilmuan tentang Ekonomi Syariah dalam

hal gadai tanah sawah dan bisa menjadi bahan sosialisasai untuk masyarakat

secara umum. Serta bisa menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya

tentang gadai tanah sawah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, gadai tanah di desa

sruwen adalah meminjam uang dengan menggadaikan tanah sawah, dalam jangka

waktu yang telah disepakati atau selama belum bisa melunasi tanah sawah digarap

oleh penerima gadai atau pemilik uang, apabila sampai jangka waktu yang

disepakati pemilik sawah belum bisa melunasi hutangnya maka hasil dari sawah

tersebut tetap menjadi hak penerima gadai atau pemilik uang . Kedua, menurut

hadis nabi yang telah ditelaah oleh ulama Syafiiyah bahwa penerima gadai tidak

berhak atas manfaat dari barang gadai. Seperti yang telah dijelaskan nabi dalam

sebuah hadis bahwa utang yang menarik manfaat adalah riba. Dan riba hukumnya

adalah haram. Jadi memanfaatkan barang gadai oleh penerima gadai hukumnya

haram.

Page 14: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN....................................................

i

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. Iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... V

HALAMAN MOTO............................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................

vi

vii

KATA PENGANTAR.........................................................................................

ABSTRAK...........................................................................................................

ix

xii

DAFTAR ISI....................................................................................................... Xiii

DAFTAR TABEL………………………………………………………….... Xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian........................................................... 1

B. Fokus Penelitian.......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian.........................................................................

D. Kegunaan Penelitian....................................................................

E. Penegasan Istilah.........................................................................

F. Tinjauan Pustaka.........................................................................

5

6

6

7

G. Metode Penelitian........................................................................ 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................ 9

2. Kehadiran Peneliti................................................................ 9

3. Lokasi Penelitian.................................................................. 10

Page 15: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

xv

4. Sumber Data Penelitian......................................................... 10

5. Prosedur Pengumpulan Data................................................ 11

6. Analisis Data........................................................................ 12

7. Pengecekan Keabsahan Data................................................

8. Tahap-Tahap penelitian........................................................

13

14

H. Sistematika Penulisan................................................................ 15

BAB II

BAB III

BAB IV

PEMBAHASAN TEORITK.........................................................

A. Pengertian Gadai…………….....................................................

B. Dasar Hukum Gadai…………………………............................

C. Syarat dan Rukun Gadai………...............................................

D. Status dan Jenis Barang Gadai..................................................

E. Hak dan Kewajiban pemberi dan penerima gadai....................

F. Pemanfaatan Barang Gadai......................................................

G. Berakhirnya Gadai...................................................................

HASIL PENELITIAN………..........................................................

A. Desa Sruwen dalam Lintas Sejarah.............................................

B. Demografi Pendududk.................................................................

C. Praktek Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen,

Kec.Tengaran,Kab.Semarang...................................................

ANALISIS......................................................................................

Analisis Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa

Sruwen,Kec.Tengaran,Kab.Semarang Menurut Hukum

Islam.......................................................................................

16

16

18

21

25

26

28

34

37

37

44

49

52

54

54

Page 16: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

xvi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................

60

B. Saran........................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

63

64

Page 17: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rekap Data Jumlah Penduduk Desa Sruwen Tahun

2015...............................................................................................................

Tabel 3.2 Rekap Data Penduduk Menurut Pendididikan…………..............

Tabel 3.3 Rekap Data Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian...............

Tabel 3.4 Rekap Data Penduduk Menurut Agama..........................................

45

46

47

48

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 18: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Kehidupan bermasyarakat berinteraksi dengan sesama

manusia merupakan suatu kebutuhan, karena dengan interaksi antar

sesama manusia akan mendapatkan apa yang mereka butuhkan serta bisa

saling bertukar informasi. Termasuk dalam hal memenuhi kebutuhan

ekonomi manusia tidaklah mungkin bisa memenuhinya sendiri, ada

banyak cara manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dimulai dari

cara yang paling sederhana yaitu barter (saling tukar menukar barang)

dan sampai saat ininberkembang dengan cara-cara yang lebih modern

sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup..

Dalam Islam pun tata cara memenuhi kebutuhan ekonomi telah di

atur, seperti halnya jual-beli, berserikat atau bekerja sama, membuat

perjanjian sampai pada hal hutang-piutang pun telah diatur dalam Islam.

Sehingga Islam secara lengkap telah mengatur kehidupan manusia. Mana

yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Salah satu akad dalam hal perekonomian adalah masalah gadai

atau dalam Islam disebut dengan akad Rahn. Penegertian Gadai atau

Rahn adalah meyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan

secara hak, dan dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud setelah

ditebus.(Ali,2008:2).

Page 19: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

2

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata(KUHP) pasal

1150 Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas

suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang

berhutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan

kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari

barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang

lainya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan

biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu

digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.

Sedangkan untuk dasar hukum yang mengatur tentang Gadai atau

Rahn seperti yang disebutkan dalam ayat Al Qur’an Surat Al Baqarah

ayat 283 :

1.

jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi

jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah

yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah

ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang

menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa

hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.Al

Baqarah:283)

Page 20: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

3

Dalam ayat tersebut bahwa menangguhkan suatu benda sebagai jaminan

atas hutang adalah diperbolehakan. Namun Gadai sebagai suatu akad

tentunya harus memenuhi rukun dan syarat sahnya, Rukun Gadai adalah

adanya Aqid( Orang yang berakad) dan Ma’qud ‘alaih (Barang yang

diakadkan). Syarat-Syarat Gadai adalah Shighat, Pihak-pihak yang

berakad cakap menurut Hukum Islam, Utang (Marhun Bih) dan Marhun.

Marhun atau harta yang dipegang oleh penerima gadai pun ada

ketentuannya sendiri seperti yang telah disepakati oleh para ulama. Syarat

yang berlaku pada barang yang digadaikan seperti yang berlaku pada

barang yang dapat diperjualbellikan.(Ali,2008:22)

Dalam hal ini barang yang digadaikan tidak dapat diambil

manfaatnya oleh orang yang menerima gadai sekalipun orang yang

mengadaikan mengijinkannya. Seperti halnya sabda Rosul SAW, yang

berbunyi :

كل قر ض جر نفعأ فهؤ ر بأ

“Setiap utang yang menarik manfaat adalah Riba” (Riwayat Harits bin

Abi Usamah).(Suhendi,2010:108)

Dari Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa gadai dalam

Islam Hukumnya adalah boleh. Lalu bagaimana dengan Gadai Tanah

Sawah ? Seperti halnya yang terjadi di Desa Sruwen Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang dengan gambaran umumnya sebagai

berikut, Ada seorang petani atau orang yang memiliki lahan atau sawah

Page 21: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

4

membutuhkan pinjaman uang. Kemudian dia meminjam kepada orang

lain hutang berupa uang atau emas dengan akad gadai. Adapun sebagai

barang jaminan adalah lahan atau sawah yang dia punyai. Kemudian

tanah atau sawah tersebut berpindah tangan dengan diserahkan kepada

pemberi hutang.

Sawah yang menjadi jaminan tersebut berada dalam penguasaan

pemberi hutang sampai pelunasan hutang. Selama berada ditangan

pemberi hutang, hak penggarapan dan penanaman sawah berada ditangan

pemberi hutang. Hasil panen yang melimpah dari sawah pun menjadi hak

pemberi hutang. Terkadang apabila hutang belum terlunasi mencapai

waktu bertahun-tahun sehingga hasil keuntungan menggarap sawah itu

sudah lebih besar dari nilai hutang yang dipinjamkan.

Dari gambaran gadai sawah di atas diketahui kebatilan dari

praktek gadai sawah dimana terdapat unsur keuntungan dari peminjaman

hutang. Padahal setiap pinjaman yang menghasilkan keuntungan maka itu

adalah riba. Bukankah akad hutang piutang dalam islam adalah dalam

rangka tolong menolong bukan mencari keuntungan.

Maka dari itu perlu adanya penelitian lebih detail atas Gadai tanah

sawah dalam pandangan Hukum Islam. Dalam hal ini peneliti akan

menganalisis kegiatan gadai tanah sawah yang ada di Desa Sruwen

Kec.Tengaran, Kab.Semarang.Dengan begitu peneliti bisa mendapatkan

pengetahuan yang lebih luas terutama dalam masalah perekonomian

dalam Islam. Serta bisa meluruskan masalah perekonomian yang belum

Page 22: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

5

jelas atau belum diketahui hukumnya oleh masyarakat, sehingga tatanan

ekonomi dalam masyarakat bisa benar dan sesuai syariat. Dengan judul

penelitaian “ Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen,

Kec.Tengaran, Kab.Semarang dalam Prespektif Hukum Islam”

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana praktek pemanfaatan gadai tanah sawah di desa Sruwen

Kec.Tengaran Kab.Semarang ?

2. Bagaimana hukum pemanfaatan gadai tanah sawah di desa Sruwen

Kec.Tengaran Kab.Semarang menurut hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Praktek pemanfaatan Gadai Tanah Sawah Di Desa

Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

2. Untuk mengetahui hukum pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa

Sruwen, Kec.Tengaran,Kab.Semarang menurut Prespektif Hukum

Islam.

D. Kegunaan Penelitian

1. Menambah wawasan keilmuan tentang sistem pamanfaatan gadai

tanah sawah

2. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya

3. Menambah wawasan keilmuan mahasiswa serta masyarakat umum

tentang status hukum pemanfaatan gadai tanah swah

Page 23: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

6

4. Bisa menjadi bahan sosisalisasi kepada masyarakat tentang sistem

pemanfaatan gadai tanah sawah terutama bagi pelaku gadai tanah

sawah.

E. Penegasan Istilah

1. Gadai (Rahn) meyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai

jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali sejumlah harta

dimaksud setelah ditebus.(Ali,2008:2)

2. Gadai Tanah Sawah adalah menjaminkan tanah sawah yang dimiliki

orang yang berhutang kepada orang yang berpiutang dalam jangka

waktu tertentu sesuai perjanjian kedua pihak dan akan kembali kepada

pemilik(orang yang berhutang) ketika telah ditebus hutangnya dan

selama tanah sawah dijadikan jaminan semua hak atas tanah tersebut

menjadi milik orang yang berpiutang.

3. Hukum Islam adalah keseluruahan khitab Allah yang mengatur

kehidupan setiap muslim di dalam segala aspeknya ( Naim,2009:15)

F. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini peneliti telah menemukan penelitian tentang gadai

tanah yaitu : Skripsi oleh Aris Nugroho, Dengan Judul Tinjuan Hukum

Islam Terhadap Praktek Gadai Tanah di Desa Ululor, Wonogiri. Fakultas

Syari’ah dan Ekonomi Islam : Fiqh Siyasah.Tahun:2013.

Skripsi yang ditulis oleh Istianah dengan judul praktek gadai tanah

sawah ditinjau dari Hukum Islam (Studi Kasus di Desa

Harjowinangun,Kec.Balapulang, Kab.Tegal.

Page 24: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

7

Praktek gadai tanah sawah di Desa Sana Tengan, Kab.Pameksaan,

ditinjau dari Hukum Ekonomi Islam.

Dari ketiga penelitian terdahulu tersebut belum ada penelitian

gadai sawah yang mengarah pada status hukum pemanfaatan gadai tanah

sawah tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tersebut.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian

kualitatif. Maksud dari penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan

secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekannkan makna dari pada

generalisasi. (Sugiyono,2010:9)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis

statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Pengertian ini

mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang

bernuansa kuantitatif yaitudengan menonjolkan bahwa usaha

Page 25: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

8

kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif.

(Moleong,2006:6)

2. Metode pendekatan

Dalam penelitian in metode yang digunakan peneliti

adalah Deskriptif Analitis, yaitu mempelajari masalah dan

menggambarkan tata cara yang berlaku dalam masyarkat, kemudian

menganalisis dengan teori yang ada.

Menurut Sugiyono dalam bukunya metode penelitian

kualitatif, Metode Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian

dengan cara mengumpulkan data data sesuai dengan yang

sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan

dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah

yang ada. (Sugiyono,2008:105)

3. Kehadiran peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul

data dan instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam

mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangakan instrumen

pengumpulan data yang lain selain peneliti adalah dokumen-

dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat-alat

bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti

kamera dan alat perekam. Oleh karena itu kehadiran peneliti di

lokasi penelitian sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian,

alat bantu memahami masalah yang ada, serta hubungan dengan

Page 26: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

9

informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang didapat

menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data

yang mutlak.

4. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian

itu akan dilakukan. Penelitian tentang Pelaku Gadai Tanah Sawah

baik Pemberi Gadai dan Penerima Gadai berlokasi di Desa

Sruwen, Kec.Tengaran, Kab.Semarang.

Alasan peneliti memilih lokasi Desa

Sruwen,Kec.Tengaran, Kab.Semarang karena banyaknya pelaku

gadai tanah sawah di Desa tersebut.

5. Sumber data

Sumber data yang bisa didapatkan untuk mendukung penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

didapatkan dari lapangan atau tempat penelitian. Seperti hasil

wawancara dengan informan, dan atau langsung ikut berperan

dalam masalah yang diteliti. Jadi sumber data primer yang

didapat dari penelitian ini adalah wawancara langsung kepada

informan di tempat penelitian yaitu para pelaku gadai tanah

sawah baik pemberi gadai serta penerima gadai.

Page 27: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

10

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari

berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang

bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung

penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-

buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang

meneliti hal serupa.

6. Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam

suatu penelitian, oleh karena itu peneliti harus pandai dalam

mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid.

Pengumpulan data merupakan prosedur yang standar dan sistematis

dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

a. Observasi langsung

Kita melihat langsung dengan mata tanpa alat bantu,

sehingga kita bisa tau secara langsung apa yang diilakukan

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam

aktivitas Gadai Tanah Sawah Tujuan dari metode ini

adalah untuk mencatat perilaku dan aktivitas yang

dilakukan oleh masyarakat

Page 28: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

11

b. Wawancara

Wawancara adalah tehnik penegumpulan data dengan

tanya-jawab langsung dengan informan, baik dengan

informan pangkal atau pun informan inti.

Tujuan penulis mengunakan metode pengumpulan data ini

adalah untuk mendapatkan data yang kongkrit mengenai

gadai tanah sawah. Dalam penelitian ini peneliti akan

wawancara dengan masyarakat pelaku Gadai Tanah

Sawah yang ada di Desa Sruwen.

c. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data yang jelas dan kongkrit, maka

peneliti juga menggunakan metode dokumentasi berupa,

bacaan-bacaan yang memuat tentang tema yang akan

diteliti. Selain itu peneliti juga akan mendokumentasikan

kegiatan penelitian lapangan yanga kan dilakukan.

7. Analisis data

Sesuai dengan metode pendekatan penelitian yaitu

Deskriptif Analitis mata metode analisa data pun menyesuaikan

yaitu dengan cara mempelajari masalah yang ada kemudian

menggambarkan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, setelah

itu peneliti akan menganalisis gambaran masalah dengan teori yang

akan digunakan untuk menganalisis data

lapangan.(Maslikhah,2013:327)

Page 29: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

12

8. Pengecekan keabsahan data

Menurut Tjutju Sundari kriteria keabsahan data penelitian

ada empat macam yaitu,credibility (validitas internal), transferability

(validitas eksternal), dependability (reabilitas) dan confirmability

(objektivitas). Dalam penelitian kualitatif penegecekan keabsahan

ada tiga yaitu, credibility, transferbility dan confirmability.

a. Credibility( kepercayaan) untuk membuktikan bahwa data yang

dilaporkan sama dengan objek yang ada di lapangan. Apabila

laporan dengan objek yang dilaporkan sama maka data tersebut

valid. Apabila data yang dilaporkan dengan objek penelitian

berbeda maka data tidak valid.

b. Dependability(kebergantungan) kriteria ini dilakukan untuk

menjaga kehati-hatian dalam mengumpulkan dan

mengambarkan data sehingga bisa dipertanggungjawabkan

secara ilmiah. Untuk menghindari hal itu bisa dilakukan

pengecekan oleh pembimbing.

c. Confirmability (kepastian)

Kriteria ini digunakan untuk mengecek data dan informasi

serta gambaran hasil penelitian. Setelah dilakukan pengecekan

sebelumnya.(Sugiono,2010:85)

Page 30: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

13

H. Tahap-Tahap Penelitian

Peneliti akan menganalisi data dengan tahapan-tahapan

sebagai berikut ;

1) Memilih tempat,pelaku serta kegiatan yang akan diteliti

2) Melaksanakan observasi berupa wawancara kepada informan

secara langsung

3) Mencatat hasil observasi

4) Melakukan observasi deskriptif atau menjabarkan hasil

wawancara

5) Melakukan analisis domain yaitu menemukan berbagai

gambaran umum dari objek yang diketahui. Selanjutnya memilih

kategori objek yang spesifik untuk dikembangkan.

6) Melakukan analisis , menjabarkan kategori yang dipilih secara

lebih rinci

7) Melakukan analisis dengan mengabungkan antara data yang

diperoleh dari hasil wwancara dengan teori yang digunakan

untuk menganalisis

8) Mencatat hasil analisis teori dengan hasil penelitian, mencari

kekuragan data yang diperoleh

9) Mencari data tambahan dari sumber yang mendukung

10) Mencatat hasil penelitian. (sugiyono,2010:254)

Page 31: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

14

I. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan hasil penelitian, sistematika penulisan

laporan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan

Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian

BAB II PEMBAHASAN TEORITIK

A. Gadai dalam Hukum Islam

Berisi pengertian Gadai, Dasar Hukum Gadai, Syarat dan

Rukun Gadai,Gadai dalam Hukum Islam, Jenis dan Status

barang Gadai, hak dan kewajiban pemberi dan penerima

gadai, pemanfaatan barang gadai,berakhirnya gadai.

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Sruwen

Berisi tentang Sejarah terjadinya desa Sruwen, Data

penduduk Desa Sruwen menurut Agama,Tingkat

Pendidikan,Jenis Kelamin, Usia, Jenis Mata

Pencaharian.

B. Praktek Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen

Kec,Tengaran Kab. Semarang

Page 32: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

15

Berisi tentang data hasil penelitian dan wawancara

dengan pelaku (Penerima dan Pemberi) Gadai Tanah

Sawah di Desa Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang.

BAB IV ANALISIS

A. Analisa Praktek Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen

dengan Hukum Islam

Berisi tentang hasil analisa peneliti terhadap status

pemanfatan gadai tanah sawah di Desa Sruwen

Kec.Tengaran Kab.Semarang menurut Hukum Islam

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan Hasil Penelitian dan Saran-

saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 33: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

16

BAB II

PEMBAHASAN TEORITIK

A. Pengertian Gadai

Gadai secara bahasa Arab rahn menurut arti bahasa berasal dari

kata rahana-rahnan yang sinonimnya adalah habasa yang artinya

menahan. (Ahmad,2010:286)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Gadai adalah meminjam

uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai

tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang itu

menjadi hak yang memberi pinjaman. (KBBI,2006:341)

Transaksi Hukum Gadai dalam Fikih Islam disebut Ar Rahn,

secara bahasa ar rahn berarti tetap,kekal dan jaminan. Sedangkan

menurut istilah ar rahn berarti meyandera sejumlah harta yang diserahkan

sebagai jaminan secara hak,dan dapat diambil kembali sejumlah harta

yang dimaksud sesudah ditebus.(Ali,2008:2)

Menurut MA.Tihami Gadai adalah menjadikan penguasaan

terhadap suatu harta benda sebagai jaminan piutang, dengan tujuan utang-

piutang itu terjamin pemenuhan pembayarannnya manakala terjadi

kesulitan dalam pembayarannya.(Sahrani,2011:157)

Menurut Sayid Sabiq dalam buku karyanya Fikih Sunnah Gadai

adalah tindakan yang menjadikan barang yang mempunyai nilai harta

menurut pandangan syara’ sebagai jaminan utang hingga orang yang

bersangkutan boleh mengambil utang. (Sabiq,1983:3)

Page 34: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

17

Para ulama juga memberikan pengertian tentang ar rahn,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Ulama Syafi’iyah

Ar rahn adalah menjadikan suatu barang yang biasa dijual sebagia

jaminan hutang dipenuhi dari harganya, bila yang beruntung tidak

sanggup membayar hutangnya.

b. Ulama Hanabilah

Ar rahn adalah suatu benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang,

untuk dipenuhi suatu harganya, bila beruntung tidak sanggup

membayar utangnya.

c. Ulama Malikiyah

Ar rahn adalah sesuatu yang bernilai harta yang diambil dari

pemiliknya untuk dijadikan pengikat atas utang yang tetap(mengikat).

Jika memperhatikan beberapa pengertian gadai atau ar rahn

diatas, maka tampak bahwa fungsi dari akad perjanjian antara pihak

peminjam dengan pihak yang meminjam uang adalah untuk

memberikan ketenangan bagi pemilik uang dan/atau jaminan

keamanan uang yang dipinjamkan.

B. Dasar Hukum Gadai

1. Al Qur’an

QS Al Baqarah ayat 283 yang digunakan sebagai dasar dalam

membangun konsep gadai, adalah sebagi berikut :

Page 35: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

18

jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara

tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka

hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu

menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang

menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang

berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.(QS.Al Baqarah:283)

dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil

(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat

Page 36: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

19

kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim,

dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik

kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.

kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian

kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (QS Al Baqarah :

83)

Landasan hukum pinjam-meminjam dengan jaminan adalah

firman Allah QS Al Muddatsir ayat 38, sebagai berikut

tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya,

Syaikh Muhammad Ali As-Sayis berpendapat, bahwa ayat Al

Qur’an diatas adalah petunjuk untuk menerapkan prinsip kehati-

hatian bila seseorang hendak melakukan transaksi utang-piutang

yang memakai jangka waktu dengan orang lain, dengan cara

menjaminkan sebuah barang kepada orang yang

berpiutang.(Ali,2008:6)

Fungsi barang gadai pada ayat diatas adalah untuk menjaga

kepercayaan masing-masing pihak, sehingga penerima gadai

meyakini bahwa pemberi gadai beriktikad baik untuk

mengembalikan pinjamannya dengan cara menggadaikan benda

atau barang yang dimilikinya, serta tidak melalaikan jangka waktu

pengembalian utangnnya itu.

2. Hadis

Dasar Hukum yang kedua yang bisa dijadikan rujukan

dalam membuat rumusan tentang gadai adalah Hadis Nabi

Muhammad SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Page 37: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

20

ا خبر نا : حد ثنا أ سحا ق بن أبراهيم الحنظلي و علي بن حشر م قا ل

عسى بن يو نس بن العمش عن أ بر ا هيم عن الأ سو د عن عأ عشة قأ لت

ط : من يهو د يه ر و اه )عاما ورهنه در عا من حديد ا شتر ى رسول ا لله

(مسلم

Telah Meriwayatkan kepada kami ishaq bin IbrahimAl-Hanzhali

dan Ali bin Khasyram berkata : keduanya mengabarkan kepada

kami Isa bin ‘Amasy dari Ibrahim dari Aswad dari ‘Aisyah berkata

: bahwasanya Rosulullah SAW. membeli makanan dari seorang

Yahudi dengan menggadaikan baju besinya.(HR.Muslim)

Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al-

Bukhori, yang berbunyi :

د بن مقا تل أحبر نا مقا تل أخبرنا عبد الله أخبرنا حد ثنأ محم بن مبا رأ

الشعبى عن أبي هريرة قا ل الظهر ير كب : زكريا عن قا ل ر سلو ا لله

هذا كا ن مر هو نا ولبن الد ار و يشرب النفقه أذا كا ن مر هو نا بنفقته أ

(رواه البخاري)ذ ي يركب ويشرب النفقه وعلى ال

Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Muqatil,

mengabarkan kepada kami Abdullah bin Mubarak, mengabarkan

kepada kami Zakkariya dari Sya’bi dari Abu Hurairah dari Nabi

saw. Bahwasanya beliau bersabda : kendaraan dapat digunakan

dan hewan ternak dapat pula diambil manfaatnya apabila

digadaikan. Penggadai wajib memberikan nafkah dan penerima

gadai boleh mendapatkan manfaatnya.(HR.Bukhari)(Ali,2008:7)

3. Ijma’ Ulama

Jumhur Ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai.

Hal ini dimaksud berdasrkan kisah Nabi Muhammad saw. yang

menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari

seorang Yahudi. Para Ulama juga mengambil indikasi dari contoh

Nabi Muhammad saw. tersebut, ketika beliau berdalih dari yang

Page 38: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

21

biasa bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang

Yahudi, bahwa hal itu tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad

saw. yang tidak mau memberatkan para sahabat yang biasanya

enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi

Muhammad saw. kepada mereka. (Ali,2008:8)

C. Syarat dan Rukun Gadai

1. Syarat Gadai

a. Pemberi dan Penerima Gadai

Pihak-pihak yang melakukan perjanjian gadai, yakni pemberi

dan penerima gadai harus mempunyai kemampuan, yaitu

berakal dan sehat . Kemampuan juga berarti kelayakan

seseorang untuk melakukan tranksaksi kepemilikan. Setiap

orang yang sah untuk melakukan jual beli maka ia juga sah

untuk melakukan akad gadai, karena gadai seperti jual beli,

yang merupakan pengelolaan harta.

b. Akad

Akad atau shigat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan

juga dengan waktu di masa mendatang. Gadai mempunyai sisi

pelepasan barang atau pemberian utang seperti halnya akad jual

beli, sehingga tidak boleh diikat dengan syarat tertentu atau

dengan suatu waktu tertentu atau dengan waktu di masa depan.

Page 39: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

22

c. Utang

Harus merupakan hak wajib diberikan dan diserahkan kepada

pemiliknya dan memungkinkan pemanfaatannya. Bila sesuatu

yang menjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah.

Harus dikuantifikasikan atau dihitung jumlahnya. Bila tidak

dapat diukur maka gadai tidak sah.

d. Barang gadaian

Menurut ulama Syafi’iyah, gadai bisa sah dengan dipenuhinya

tiga syarat, pertama, harus berupa barang, karena utang tidak

bisa digadaikan. Kedua, penetapan kepemilikan penggadai atas

barang yang digadaikan tidak terhalang. Ketiga, barang yang

digadaikan bisa dijual manakala sudah tiba masa pelunasan

utang gadai. Jadi, para ulama sepakat bahwa syarat barang

gadai adalah syarat yang berlaku pada barang yang bisa

diperjualbelikan. ( Nawawi,2012: 200)

2. Rukun Gadai

a. Orang yang menggadaikan (Rahin)

1) Berakal

2) Baligh

3) Tidak dalam pengampuan

b. Orang yang menerima Gadai (Murtahin)

1) Berakal

2) Baligh

Page 40: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

23

3) Tidak dalam pengampuan

c. Utang (Marhun bih)

Harus jelas jumlah nominalnya serta harus diberikan kepada

pemberi gadai.

d. Ucapan Shighah ijab dan qabul

Ada ucapan menggadaikan dari pemberi gadai serta ada ucapan

menerima dari penerima gadai, serta disaksikan oleh 2(dua)

orang saksi. (Rasjid,2004:309)

e. Barang Gadaian

1) Jelas wujudnya

2) Sah hak milik

3) Bisa diperjualbelikan (Nawawi,2012: 199)

D. Status dan Jenis Barang Gadai

1. Status Barang Gadai

Ulama’ Fikih menyatakan bahwa akad gadai baru sempurna

setelah barang yang digadaikan itu secara hukum sudah berada

ditangan penerima gadai dan uang yang dibutuhkan telah diterima

oleh pemberi gadai.

2. Jenis Barang Gadai

Barang-barang yang boleh digadaikan adalah barang-barang yang

memenuhi kategori sebagai berikut :

a) Barang-barang yang dapat dijual. Karena itu barang-barang

yang tidak berwujud tidak dapat dijadikan barang gadai

Page 41: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

24

b) Barang yang digadaikan harus berupa harta

c) Barang yang digadaikan harus diketahui

d) Barang tersebut merupakan milik si rahin

Setelah kategori barang-barang yang bisa digadaikan, ada prinsip-

prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan akad gadai :

a) Akad Rahn merupakan salah satu akad tabarru’. Sebab

pinjaman yang diberikan oleh murtahin tidak dihadapkan denga

sesuatu yang lain

b) Hak dalam Gadai (Rahn) bersifat menyeluruh ,Jika seseorang

mengadaikan hartanya maka barang tersebut tetap di tangan

penerima gadai sampai semua utang dapat dilunasi

c) Musnahnya Barang Gadai, para ulama berbeda pendapat dalam

hal ini, Imam Syafi’I berpendapat bahwa penerima gadai tidak

bertanggung jawab atas musnahnya barang gadai. Mazhab

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ketika barang gadai

musnah maka musnah juga kewajiban membayar utang.

d) Penjualan barang gadai setelah jatuh tempo adalah sah.

e) Pemeliharaan Barang gadai, ketika akad rahn adalah tabarru

maka yang berkewajiban membiayayai pemeliharaan barang

adalah pemilik barang yang sebenarnya yaitu pihak pemberi

gadai.(Ali,2008:30)

E. Hak dan Kewajiban Penerima dan Pemberi Gadai

1. Hak penerima Gadai

Page 42: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

25

1) Penerima gadai berhak menjual marhun apabila rahn tidak

dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil

penjualan harta benda gadai (marhun) dapat digunakan untuk

melunasi pinjaman (marhun bih) dan sisanya dikembalikan

kepada rahin.

2) Penerima gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang

telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan harta benda

gadai (marhun).

3) Selama pinjaman belum dilunasi maka pihak pemegang gadai

berhak menahan harta benda gadai yang diserahkan oleh

pemberi gadai (nasabah atau rahin ).

2. Kewajiban Penerima Gadai

1) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya

harta benda gadai bila hal itu disebabkan karena kelalaiannya.

2) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk

kepentingan pribadinya

3) Penerima gadai berkewajiban memberitahukan kepada pemberi

gadai sebelum diadakan pelelangan harta benda gadai.

3. Hak Pemberi Gadai

1) Pemberi gadai berhak mendapat pengembalian harta benda

yang digadaikan sesudah ia melunasi pinjaman utangnya

Page 43: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

26

2) Pemberi gadai berhak menuntut ganti rugi atau kerusakan

dan/atau hilangnya harta benda yang digadaikan, bila hal itu

disebabkan oleh kelalaian penerima gadai

3) Pemberi gadai berhak menerima sisa hasil penjualan harta

benda gadai sesudah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya

lainnya

4) Pemberi gadai berhak meminta kembali harta benda gadai bila

penerima gadai diketahui menyalahgunakan harta benda

gadaiannya.

4. Kewajiban Penerima Gadai

1) Pemberi gadai berkewajiban melunasi pinjaman yang telah

diterimanya dalam tenggang waktu yang telah ditentukan,

termasuk biaya-biaya yang ditentukan oleh penerima gadai

2) Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan harta benda

gadaiannya, bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan

pemberi gadai tidak dapat melunasi uang pinjamannya.

F. Pemanfaatan Barang Gadai

Hukum Islam terbagi menjadi dua yaitu yang qath’I dan dzanny.

Qath’i adalah hukum yang telah ditetapkan status boleh dan tidaknya

dalam alqur’an dan Hadis, sedangkan dzanny adalah hasil ijtihad para

mujtahid. Maka dalam hal pemanfaatan barang gadai juga dipaparkan

secara syariat Islam yaitu dengan dasar Al qur’an dan Hadis, serta Ijtihad

para ulama.(Khallaf,2003:136)

Page 44: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

27

Dalam Al qur’an Surat Al Baqarah ayat 83 dan 283 dijelaskan tentang

kebolehan melakuakan tranksaksi gadai. Dengan demikian kita sebagai

umat Islam dibolehkan untuk melakukan tranksaksi gadai atau

memberikan utang keapada seseorang dengan jaminan.

Tentang status hukum pemanfaatan barang gadai dijelaskan oleh

Rasulullah saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh abu harits yang

berbunyi كل قر ض جر نفعأ فهؤ ر بأ artinya setiap utang yang menarik

manfaat adalah riba. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa utang yang

mengambil manfaat adalah riba, maka ketika penerima gadai

memanfaatkan barang gadai dan mengambil keuntungan dari barang

tersebut termasuk kategori riba, padahal riba dilarang oleh Islam.

Kemudian dijelaskan lagi oleh nabi Muhammad dalam sebuah hadis yang

artinya adalah “ Rahn itu milik orang yang menggadaikannya, mereka

berhak atas keuntungan dan kerugiannya” hadis riwayat Ibnu Majah bisa

dilihat pada hadis diatas bahwa barang gadai adalah milik pemberi gadai,

maka yang berhak atas keuntungan dan kerugian atas benda tersebut

adalah pemberi gadai. Dan pada hadis riwayat Bukhari yang artinya

sebagai berikut “ punggung hewan itu bisa dinaiki dengan mengeluarkan

biaya untuknya jika hewan tersebut digadaikan. Air susu bisa diperah

dengan mengeluarkan biaya yang digadaikan dan orang yang memerah

susu atau menungganginya harus mengeluarkan pembiayaannya”. Dalam

hadis tersebut dijelaskan bahwa barang gadai boleh dimanfaatkan dengan

syarat harus mengeluarkan biaya atas pemanfaatan brang gadai tersebut.

Page 45: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

28

apabila dianalisis dari ketiga hadis diatas peneliti mengambil kesimpulan

bahwa barang gadai boleh dimanfaatkan atas ijin dari pemberi gadai dan

penerima gadai menanggung biaya pemanfaatnnya. Apabila penerima

gadai memanfaatkan barang gadai melebihi apa yang ia keluarkan untuk

biaya pemanfaatnnya tidak diperbolehkan karena setiap utang yang

mengambil manfaat masuk kategori riba.

Dalam hal ini ada perbedaan pendapat antar para ulama, yaitu sebagai

berikut :

1. Ulama Syafi’iyah

Menurut ulama Syafi’iyah bahwa yang mempunyai hak atas

manfaat harta benda gadai adalah pemberi gadai walaupun benda

gadai itu berada di bawah kekuasaan penerima gadai. Dasar hukum

hal ini dimaksud adalah hadis Nabi Muhammad saw., sebagai berikut

Pertama, hadis nabi Muhammad saw., sebagai berikut :

قا ل : عن أبى هريرة قا ل الر هن مخلوب ومركوب : ان رسل الله

Dari Abu hurairah ra. Berkata bahwasanya Nabi Muhammad saw.

bersabda : barang jaminan itu dapat air susunya dan ditunggangi

atau dinaiki.

Hadis kedua, hadis yang artinya sebagai berikut :

Dari Abi Hurairah ra. Nabi Muhammad saw. bersabda :

gadaian itu tidak menutup hak yang punya dari manfaat barang itu,

faedahnya kepunyaan dia, dan dia wajib mempertanggung jawabkan

segalanya (kerusakan dan biaya). (HR.Asy-Syafii dan Ad Daruqutni)

Hadis yang ketiga, artinya adalah sebagai berikut :

Dari Umar bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: hewan seseorang

tidak boleh diperah tanpa seizing pemiliknya. (HR.Bukhari)

Berdasarkan ketiga hadis tersebut, bisa disimpulkan bahwa

barang gadai hanya sebagai jaminan atau kpercayaan atas penerima

Page 46: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

29

gadai. Kepemilikan barang gadai tetap melekat pada pemberi gadai.

Oleh karena itu, manfaat atau hasil dari barang gadai tetap pada

pemberi gadai kecuali manfaat atau hasil dari barang gadai

diserahkan kepada penerima gadai.

2. Ulama Malikiyah

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa penerima harta benda

gadai hanya dapat memanfaatkan harta benda gadai atas ijin pemberi

gadai dengan persyaratan sebagi berikut :

a. Utang disebabkan karena jual beli, bukan karena mengutangkan.

Hal itu terjadi seperti orang menjual barang dengan harta tangguh,

kemudian orang itu meminta gadai dengan suatu barang sesuai

dengan utangnya maka hal itu diperbolehkan

b. Pihak penerima gadai mensyaratkan bahwa manfaat dari harta

benda gadai diperuntukkan pada dirinya

c. Jika waktu mengambil manfaat yang telah disyaratkan harus

ditentukan batas waktunya maka menjadi batal

Pendapat diatas berdsarkan pendapat hadis Rosulullah saw.

sebagai berikut :

الر هن محلوب ومر كوب : عن أبى هرير ة قا ل

Artinya : Abu Hurairah ra. Berkata, bahwasanya Rosulullah saw.

bersabda: Barang jaminan itu dapat ditunggangi dan diperah

susunya.(HR.Bukhori)

3. Ulama Hanabillah

Menurut pendapat ulama Hanabillah, persyaratan bagi

penerima harta benda gadai untuk mengambil manfaat harta benda

Page 47: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

30

gadai yang bukan hewan adalah ada ijin dari pemberi gadai dan

adanya gadai bukan karena mengutangkan. Apabila harta benda gadai

berupa hewan yang tidak dapat diperah dan tidak dapat ditunggangi,

maka boleh menjadikannya sebagai khadam. Akan tetapi, apabila

harta benda gadai itu berupa rumah,sawah, kebun, dan semacamnya

maka tidak boleh mengambil manfaatnya.

Hal ini berdasarkan dalil hukum sebagai berikut :

ن أبى هرير ة قا ل ع قا ل : الر هن محلوب ومر كوب : : أ ن رسو ل الله

Barang gadai (mahrum dikendarai) oleh sebab nafkahnya apabila

digadaikan dan atas yang mengendarai dan meminum susunya wajib

nafkahnya. (HR. Al Bukhari)

Kebolehan penerima gadai memanfaatkan harta benda gadai

atas seizing pihak pemberi gadai dan nilai pemanfaatannya harus

disesuaikan dengan biaya yang telah dikeluarkannya untuk harta

benda gadai didasarkan atas hadis nabi Muhammad saw. yang artinya

sebagai berikut : Dari Abu Hurairah ra. berkata bahwasanya

Rasulullah saw. bersabda :

barang jaminan itu dapat ditunggangi dan diperah susunya.

Dari Umar ra.bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : hewan

seseorang tidak dapat diperah tanpa seijin pemiliknya. (HR.Al-

Bukhari)

Page 48: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

31

4. Pendapat ulama Hanafiyah

Menurut pendapat ulama hanafiyah, tidak ada perbedaan antara

pemanfaatan barang gadai yang mengakibatkan kurangnya harga atau

tidak. Alasannya adalah hadis nabi Muhammad saw. sebagai berikut :

ن أبى هرير ة قا ل قا ل : الر هن محلوب ومر كوب : : أ ن رسو ل الله

Dari Abu Shahih dari Abu Hurairah ra. berkata, bahwasanya

Rasulullah saw. bersabda : barang jaminan hutang dapat

ditunggangi dan diperah sususnya, serta atas dasar menunggangi

dan memerah susunya, wajib menafkahi. (HR. Al Bukhari)

Menurut ulama Hanafiya, sesuai dengan fungsi dari barang

gadai sebagai barang jaminan dan kepercayaan bagi penerima gadai.

Apabila barang tersebut tidak dimanfaatkan oleh penerima gadai

maka berarti menghilangkan manfaat dari barang tersebut, padahal

barang tersebut memerlukan biaya untuk pemeliharaanya. Hal ini

dapat mendatangkan kemudharatan bagi kedua belah pihak, terutama

bagi pemnber gadai.

Lain halnya dengan Sayyid Sabiq, memanfaatkan barang gadi

tanpa izin pemberi gadai tidak ubahnya qiradh, dan setiap bentuk

qiradh yang mengalir manfaat adalah riba. Kecuali barang yang

memberikan izin untuk memanfaat barang tersebut, maka penerima

gadai boleh memanfaatnya. (Ali,2008:44)

Dari beberapa pendapat ulama yang diungkapkan diatas,

mempunyai dasar hukum yang sama. Namun mempunyai penafsiran

yang berbeda. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa fungsi barang

gadai sebagai barang jaminan dan kepercayaan bagi penerima gadai

Page 49: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

32

sehingga barang tersebut dapat dimanfaatkan oleh penerima gadai.

Namun, pemberi gadai bila ingin memanfaatkan marhun harus seizin

dari penerima gadai. Hal itu berarti kekuasaan pemanfaatan barang

gadai berada pada penerima gadai selama utang pemberi gadai belum

dilunasi.

Dalam hai ini peneliti akan menggunakan dasar dari ulama

Syafiiyah, yaitu penerima gadai tidak diperbolehkan memanfaatkan

barang gadai. Menurut ulama syafi’iyah hak atas manfaat barang

gadai adalah pemberi gadai meskipun barang gadai berada

dipenguasaan penerima gadai.

G. Berakhirnya Gadai

Suatu akad dipandang berakhir apabila telah tercapai tujuannya.

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1381 disebutkan

beberapa cara untuk berakhirnya suatu perjanjian :

1. Pembayaran

2. Penawaran pembayaran tunai disertai penitipan

3. Pembaharuan utangpercampuran utang

4. Pembebasan utang

5. Musnahnya benda yang terutang

6. Pembatalan

7. Berlakunya syarat batal

8. Kadaluarsa (Ariyanii,2012:21)

Page 50: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

33

Dalam akad gadai, akad dipandang telah berakhir apabila utang

telah dibayar. Selain Karena telah tercapainya tujuan, akad dipandang

berakhir apabila terjadi pembatalan atau telah berakhir waktunya.

Pembatalan terjadi dengan sebab-sebab sebagai berikut :

1. Dibatalkan, karena adanya hal-hal yang tidak dibenarkan menurut

syara’, seperti yang disebutkan dlam akad rusak

2. Dengan sebab adanya khiyar

3. Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan

karena merasa menyesal atas akad yang baru saja dilakukan.

4. Karena kewajiban yang ditimbulkan, oleh adanya akad tidak

dipenuhi oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

5. Karena tidak mendapat ijin dari pihak yang berwenang

6. Karena kematian

Dalam akad gadai, kematian pihak yang pemegang gadai tidak

mengakibatkan berakhirnya akad, tetapi dilanjutkan oleh ahli

warisnya, guna menjamin hak atas piutang. Apabila yang

meninggal adalah pihak yang berhutang dan ahli warisnya masih

anak-anak, barang gadai dijual untuk melunasi utang. Tetapi

apabila ahli warisnya sudah dewasa, maka mereka menggantikan

kedudukan yang mewariskan, dan berkewajiban untuk

menyelesaikan akad gadai dan melunasi hutangnya.

(Gemala,2005:94)

Secara Hukum Islam berakhirnya gadai adalah sebagai berikut :

Page 51: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

34

1. Barang telah diserahkan kembali kepada pemiliknya yaitu

pemberi gadai

2. Pemberi gadai telah membayar utangnya

3. Pembebasan utang dengan cara apa pun

4. Pembatalan oleh penerima gadai, meskipun tanpa persetujuan dari

pemberi gadai

5. Rusaknya barang gadai bukan karena tindakan penerima gadai

6. Dijual atas perintah hakim atas permintaan pemberi gadai

7. Memanfaatkan barang gadai dengan cara menyewakan, hibah,

atau hadiah baik dari pihak pemberi gadai atau penerima gadai.

(Ismail,2012:204)

Dalam bukunya Fikih Muamalah Ahmad Wardi Muuslich

menyebutkan sebab-sebab berakhirnya gadai yang ia kutip dari kitab

Fiqh As sunnah juz 3 karangan Sayyid Sabiq, adalah sebagai berikut :

1. Diserahkannya barang gadai kepada pemiliknya

Menurut jumhur Ulama selain Syafi’iyah, akad gadai berakhir

karena diserahkannya barang gadai kepada pemberi gadai atau

pemilik barang gadai. Hal ini boleh karena gadai merupakan

jaminan terhadap utang. Apabila barang gadai diserahkann

kepadapemberi gadai, maka jaminan dianggap tidak berlaku,

sehingga karenanya akad gadai menjadi bereakhir.

2. Utang telah dilunasi seluruhnya

3. Penjualan secara paksa

Page 52: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

35

Apabila utang telah jatuh tempo dan pemberi gadai tidak mampu

membayarnya maka atas perintah hakim, pemberi gadai bisa

menjual barang gadai. Dengan menjualnya maka pemberi gadai

bisa melunasi hutang, dan akad gadai berakhir.

4. Utang telah dibebaskan oleh penerima gadai dengan berbagai

macam cara termasuk dengan cara pemindahan utang kepada

pihak lain

5. Gadai telah dibatalkan oleh pihak penerima gadai, walaupun

tanpa persetujuan pemberi gadai. Apabila pembatalan tersebut

dari pihak pemberi gadai, maka gadai tetap berlaku dan tidak

batal

6. Menurut ulama Malikiyah, gadai berakhir dengan meninggalnya

pemberi gadai sebelum barang gadai diberikan kepada penerima

gadai.

7. Rusaknya barang gadai. Para ulama sepakat bahwa akad gadai

dapat hapus karena rusaknya barang gadai.

8. Tindakan hukum terhadap barang gadai seperti disewakan, hibah

atau shadaqah. Apabila pemberi atau penerima gadai

menyewakan, menghibahkan, menyedekahkan atau menjual

barang gadai tersebut atas ijin kedua belah pihak maka akad

gadai menjadi berakhir. (Ahmad, 2010:313).

Page 53: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

36

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Desa Sruwen dalam Lintas Sejarah

Desa Sruwen merupakan desa yang tidak berdiri begitu saja, akan

tetapi ada cerita turun temurun yang dimulai dari subuah perjalanan

panjang seorang pengembara, yang konon merupakan salah seorang murid

seorang Wali Jawa yang sangat terkenal yaitu Sunan Kalijaga.

Sang pengembara itu bernama Slamet, lahir di Pasuruan sekitar

tahun 1504 M / 923 Hijriyah, anak dari Suyuti. Beliau sebenarnya tiga

bersaudara, tetapi dua orang saudaranya sudah wafat.

Konon, semenjak berumur sepuluh tahun, Slamet sudah tertarik

dengan kegiatan syiar Islam , ritual ibadah , terutama bacaan Dzikir , yang

menurutnya sangat bisa merasuk di hati hingga bisa menikmatinya

melebihi ritual ibadah yang lainnya. Kemudian beliau mohon ijin dan restu

dari kedua orang tuanya untuk lebih mendalami ajaran Islam, yaitu

berguru kepada seorang Kyai.

Dengan ketekunan yang luar biasa beliau bisa mendalami ilmu

agama Islam, sehingga beliau sangat disayang oleh Gurunya, sehingga

sering diajak sowan kepada para Ulama’ dan para Wali untuk silaturahmi

dan tentunya menambah wawasan ilmu.

Page 54: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

37

Di usia lima belas tahun, ayahnya wafat dan satu tahun kemudian

Ibunya pun meninggal dunia. Hidup sebatang kara, beliau diasuh dan

dididik oleh sang Guru. Tapi satu tahun kemudian yaitu di usianya ke

tujuh belas, Gurunya meninggal . Walaupun sudah ditinggal pergi untuk

selamanya oleh orang orang yang sangat berjasa , kecintaan untuk belajar

masih tinggi dan bertambah semangat. Maka beliau melanjutkan

pengembaraan, mencari sosok Guru yang terkenal akhirnya bertemu

dengan Sunan Kalijaga, seorang Wali Jawa yang sangat melegenda sampai

saat ini. Maka mulailah Ia menjadi murid Sang Wali.

Saat menjadi murid Sang Wali, ia punya Sahabat akrab bernama

Ngaliman. Keduanya sama sama pintar dan disenangi teman temannya.

Untuk lebih mudah membedakan keduanya, Sunan memberi nama

belakang Slamet yaitu menjadi Slamet Pasuruan, yang pada akhirnya

teman temannya memanggilnya Pasuruan.

Suatu hari Pasuruan mengajak Ngaliman kembali ke kampung

halaman dengan niat mengembangkan ilmu / berdakwah. Tapi karena

mendapat tantangan berat dari warga sekitar, akhirnya keduanya kembali

lagi ke pada Sang Wali, mengadukan nasibnya. Kemudian oleh Sunan

dianjurkan berdakwah di tempat lain. Dalam melaksanakan tugas, beliau

mendapat amanat yang harus dipatuhi, yaitu :

a. Keduanya disuruh berjalan menyusuri Sungai Serang.

b. Selama dalam perjalanan, harus melaksanakan Puasa.

Page 55: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

38

c. Tidak boleh berhadas / selalu dalam kondisi suci / menggantung

Wudlu’.

d. Tidak boleh beranjak dari Sungai sebelum diserang oleh binatang buas.

Berangkatlah keduanya dengan mohon ridlo dari Sang Wali.

Dalam melaksanakan puasa, untuk makan Buka & Sahur hanya

mengandalkan air, dedaunan dan buah buahan yang ditemuinya. Selama

empat puluh hari perjalanan, bertemu dengan dua ekor Buaya yang sedang

kawin. Buaya tersebut sangat ganas sehingga menyerang keduanya hingga

keduanya lari ke daratan demi keamanan. Sesuai pesan Sang Guru ( poin

empat ), tempat tersebut ditancapkan sebatang Tongkat dari Bambu

Kuning. Buaya kawin ( jawa : Boyo Kromo ), maka daerah itu dikenal

dengan Desa Boyoromo ( Kec. Suruh ).

Kemudian melanjutkan perjalanan darat sampai masuk waktu

Maghrib. Kemudian mencari air untuk wudlu dan Shalat. Usai Shalat

segera meninggalkan tempat tersebut yang berisi bebatuan besar, yang

sekarang dikenal dengan Desa Karang Gede ( Kab. Boyolai ).

Perjalanan malam dilanjutkan hingga keduanya mendengar suara

seorang Kakek yang sedang berdzikir. Maka mampirlah disitu . Dalam

percakapannya, si tamu bertanya, disini sepi ya Kek ? Si Kakek menjawab

bahwa besuk bakal rame. Kata Bakal Rame menjadikan desa itu sekarang

dikenal dengan nama Desa Bakal Rejo ( Susukan ).

Page 56: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

39

Siang hari kembali berjalan dan di tepi tebing / jurang sepi,

terdengar sura nenek bernyanyi ( kidung ) namun setelah mencoba

didekati suara itu semakin jauh, hingga daerah itu dikenal dengan Desa

Ketawang. Setelah bertemu dengan nenek itu, ternyata bukan orang

sembarangan. Dia adalah Sekar Sinumpit atau orang memanggilnya Raden

Ajeng Sekar Sinumpit yang konon merupakan adik kandung dari Syekh

Maulana Maghribi Pantaran.

Mengetahui keduanya murid Sunan Kalijaga, beberapa hari

dimohon menginap karena pada malam Jum’at Kliwon di timur desa

Tawang akan ada pertemuan para Wali dan keduanya dimohon hadir.

Setelah waktunya tiba keduanya mohon pamit. Oleh si Nenenk dipesankan

untuk hati hati karena banyak Singa buas. Ternyata benar, dalam

perjalanannya bertemu banyak Singa buas besar yang mondar mandir

tetapi tidak mengganggu perjalanan atas ijin Allah Swt. Keduanyapun

heran. Akhirnya dalam pertemuan para Wali itu keduanya dinobatkan

sebagai Kyai Muda dengan sebutan Kyai Ngalim ( Ki Ageng Ngalim ) dan

Kyai Suru ( Ki Ageng Suru ). Dan tempat pertemuan yang dijaga Singa

tersebut sekarang dikenal dengan Desa Singo Walen.

Karena kecakapan ilmunya keduanya diajak menyebarkan ajaran

Islam di daerah itu. Dan untuk mengikat jangan sampai pergi Ki Ageng

Ngalim dinikahkan dengan putri Ki Demang. Karena temannya sudah

menikah, maka Ki Ageng Suru pamit untuk melanjutkan perjalanan.

Page 57: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

40

Sampailah di suatu tempat yang tandus dan ditumbuhi banyak bambu.

Menetap disitu beberapa lama, sambil berdakwah warga masyarakat

diajari memanfaatkan bambu untuk membuat perlengkapan rumah tangga

dari anyaman bambu. Dengan keberhasilan ketrampilan itu warga

masyarakat sekitar bisa lebih makmur, badan menjadi sehat. Badan Sehat

dalam bahasa jawa Rogo Mulyo yang akhirnya manjadi sebutan desa.

Kemudian beliau dinikahkan dengan putri Ki Demang.

Dua puluh tahun menikah hidup bahagia tetapi belum dikarunia

anak, sehingga selama beberapa bulan Ki Ageng Suru menyepi. Setelah

pulang, istrinya ikut prihatin dan keduanya pergi menyepi ke suatu daerah

sambil membuat Keris. Keris Ki Ageng Suru sangat terkenal hingga

banyak orang pesan dan berguru. Daerah Empunya Keris sekarang dikenal

dengan dusun Putatan ( salah satu desa Sruwen yang berada di sebelah

timur Dusun Prusakan. Karena tempat tersebut berlatar belakang orang

lagi menyepi / prihatin, maka konon tidak cocok untuk kegiatan keramaian

/ pertunjukan. Hal ini menurut penuturan warga sudah banyak buktinya,

banyak grup kesenian bubar setelah mengadakan kegiatan / pentas di

dusun Putatan. Bahkan jika ada seseorang yang memiliki pangkat tinggi

kalau masuk desa Putatan pangkatnya akan turun. (Wawancara dengan

Bapak Rokhim dan Bapak Darno pada hari minggu 30 Agustus 2014)

Walaupun sebagian masyarakat sudah tidak percaya dengan

mitos tersebut akan tetapi masih ada cerita yang bersumber dari Bapak

Page 58: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

41

Darno bahwa salah satu dari saudaranya ada yang jadi polisi kemudian

berniat ingin membeli tanah di daeah Putatan. Pak Darno sudah

mengingatkan tentang adanya mitos tersebut, akan tetapi adiknya tidak

menghiraukan. Setelah melihat tanah tersebut beberapa bulan kemudian

orang tersebut turun pangkatbnya. Sedangkan mitos yang lain tentang

bubarnya group seniman setelah pentas di Putatan juga diungkapkan oleh

Bapak Rokhim. Ada salah satu group kesenian rebana yang sudah lama

ada tapi setelah pentas di Putatan sekarang juga sudah tidak ada lagi.

Bapak Rokhim menekankan bahwa kasus-kasus tersebut masih ada hanya

saja masyarakat percaya atau tidak hal itu hanya Allah saja yang tahu.

Selain meninggalkan dusun Putatan, konon Kyai Suru juga

meninggalkan kenang kenangan yaitu hasil hentakan kakinya hingga

menimbulkan mata air yang sampai sekarang masih baik dan dikenal

dengan sungai Buyutan . Sumber air di Buyutan tersebut sampai sekarang

masih bisa di lihat oleh warga.

Beberapa tahun menetap di Desa Sruweu hingga meninggal

tahun 1576 M. Sebelum wafat, beliau berpesan, agar dimakamkan di

sekitar ditancapkannya Tongkat kesayangannya.

Dan setelah wafat tak seorangpun yang bisa mencabut tongkat itu

hingga Jenazah almarhun dimakamkan sebelah timur tongkat itu. Di

sebelah liang kubur, ada pohon Jati yang sangat besar sehingga sekarang

Page 59: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

42

dikenal dengan nama Makam Jati. Dua tahun kemudian istrinya meninggal

dunia.

Makam Kyai Suru pada zaman dulu berada ditengah-tengah

pagar (dadah) yang subur dan lebat. Setiap orang yang masuk makam

siapapun orangnya harus masuk dulu ke makam kyai Suru, dengan dijaga

oleh aparat desa. Sehingga setiap orang yang lewat tidak bisa lepas dari

masuk dulu ke makam kyai Suru.(wawncara dengan Bapak Prapto pada

hari minggu 28 September 2014)

Makam Jati tempat dimakamkannya Ki Ageng Suru konon

menjadi legenda asal muasal nama desa, yang mana daerah tersebut kini

dikenal dengan nama Desa Sruwen. Tempat di mana Ki geng Suru itu

dimakamkan sampai saat ini dijaga oleh keberadaannya, karean tempat

makan tersebut sekarang menjadi makam umum bagi masyarakat Desa

Sruwen.

Selain sebagai makam umum saat ini sebagian masyarakat yang

memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan spritualitas tersendiri jika

memanjatkan doa disekitar makam Kayi Suru. Konon kabarnya jika ada

perempuan tua yang tidak segera mendapatkan jodoh maka jika mau

melakukan bertapa di makan tersebut akan segera mendapatkan jodoh.

Demikian ringkasan cerita yang dapat dirangkum dari berbagai

sumber. Tentang kebenaran pastinya, hanya Alah SWT Yang Maha Tahu.

Page 60: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

43

Dikisahkan dari berbagi sumber, diantaranya :Bp. Tukimin ( Juru

kunci Makam Jati, Bp. Suyono Kadus Putatan Mbah Wiryo ( Bayan

Suruan / Rogomulyo, Mizan Warga Sruwen ).

B. Demografi Penduduk

1. Penduduk

Menurut data monografi bulan mei 2015 jumlah seluruh

pendududk sruwen berjumlah 6.410 jiwa, terdiri dari 3143 jiwa

perempuan dan 3.267 jiwa penduduk laki-laki. Pendududuk usia

produktif yaitu antara usis 16-50 tahun berjumlah 3.215 Dari data ini

bisa dilihat bahwa prospek perkembangan Desa ini dalam hal SDM

cukup baik. Seperti pada tabel berikut :

NO. KELOMPOK

UMUR ( TAHUN )

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 0 < 1

94

91

185

2 1 > 5

211

210

421

3 6 - 10

338

285

623

4 11 - 15

280

300

580

5 16 - 20

292

331

623

6 21 - 25

296

377

673

Page 61: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

44

7 26 - 30

271

231

502

8 31 - 40

311

293

604

9 40 - 50

400

403

803

10 51 - 60

336

307

643

11 60 - keatas

438

315

753

JUMLAH

3,267

3,143

6,410

Tabel 3.1

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Sruwen menurut data

monografi pada bulan mei 2015, sudah mengalami peningkatan dari

tahun-tahun sebelumnya. Bisa dikatakan seperti itu karena masyarakat

yang melanjutkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi sudah cukup

banyak. Dan untuk masyarakat yang telah lulus Sarjan Keatas pun

mencapai jumlah 156 orang. Namun tingkat masyarakat yang tidak

sekolah juga tinggi mencapai 1,149 orang yang terdiri dari masyarakat

yang telah usia lanjut. Sedangkan untuk saat ini kondisi pendidikan

masyarakat untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini :

Page 62: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

45

NO. JENIS PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Tidak Sekolah

588

561

1,149

2 PLAY GRUP

102

107

209

3 Belum Tamat SD.

288

280

568

4 Tidak Tamat SD

386

456

842

5 Tamat SD.

617

623

1,240

6 Tamat SLTP

746

536

1,282

7 Tamat SLTA

401

432

833

8 Tamat Akademi /

Diploma

60

71

131

9 Sarjana keatas

79

77

156

JUMLAH

3,267

3,143

6,410

Tabel 3.2

3. Mata Pencaharian

Ditinjau dari mata pencaharian penduduk Desa Sruwen,

banyak diantaranya adalah sejumlah 79 orang sebagai PNS, Pegawai

Swasta 202 orang, buruh pabrik mencapai jumlah 820 orang

penduduk, kurang lebih 731 orang penduduk sebagai petani, dan

sekitar 100 orang pedagang. Dari tingkat mata pencaharian masyarakat

Page 63: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

46

tentu sebagian besar masyarakatnya berada pada tingkat penghasilan

menengah ke bawah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel

dibawah ini :

NO. JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 PNS

56

23

79

2 TNI

10

-

10

3 POLRI

4

-

4

4 Pegawai Swasta

123

79

202

5 Pensiunan

39

19

58

6 Pengusaha

85

13

98

7 Buruh bangunan

155

3

158

8 Buruh industri

261

559

820

9 Buruh Tani

163

54

217

10 Petani

555

176

731

11 Nelayan

-

-

-

12 Lain lain

Page 64: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

47

291 185 476

JUMLAH

1,742

1,111

2,853

Tabel 3.3

4. Agama

Masyarakat desa Sruwen, Kec.Tengaran.Kab.Semarang 99.9%

penduduknya beragama Islam, dan sisanya beragama Kristen. Dengan

begitu kegiatan keagamaan yaitu kegiatan berbasis Islam sangatlah

banyak.

NO. AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Islam 3,264 3,139

6,403

2 Katholik - -

-

3 Kristen 3 4

7

4 Hindu - -

-

5 Budha - -

-

6 Khonghucu - -

-

JUMLAH 3,267 3,143

6,410

Page 65: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

48

Tabel 3.4

C. Praktek Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen Kec.Tengaran,

Kab.Semarang

Hasil wawancara peneliti dengan beberapa pelaku gadai tanah

sawah baik pemberi maupun penerima gadai diperoleh banyak

informasi tentang gadai tanah sawah. Seperti prosedur gadai tanah

sawah, isi perjanjian atau kesepakatan kedua belah pihak, sistim

pengarapan atau pengolahan barang gadai tersebut, pemanfaatan hasil

tanah gadai tersebut, serta apabila terjadi wanprestasi dalam akad gadai

tanah sawah tersebut.

Pertama, hasil wawancara dengan ibu daryanti warga dusun

Margosuko, Desa Sruwen sebagai pelaku penerima gadai sawah dari

Bapak Suroto sebagai pemberi gadai tanah sawah. Didapatkan informasi

sebagai berikut :

1. Bapak Suroto telah menggadaikan sawahnya seluas 400 m

persegi kepada Ibu Daryanti dengan utang sebesar

Rp.10.000.000

2. Perjanjian antar kedua belah pihak bahwa jangka waktu

penggadaian tanah selama 1 (satu) tahun

3. Perjanjian dilakukan pada bulan februari 2013, dengan

menandatangani surat perjanjian yang berisi :

Page 66: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

49

a. Utang Bapak Suroto kepada Ibu Daryati berjumlah Rp.

10.000.000 dengan jaminan sepetak tanah sawah seluas

400 m

b. Jangka waktu pengembalian utang adalah 1 tahun

4. Sawah tersebut digarap oleh Ibu Daryanti dan hasil sepenuhnya

dimanfaatkan oleh beliau.

5. Akad atau Tranksaksi gadai tanah sawah tersebut sampai saat ini

telah berlangsung hampir 2 (dua) tahun, namun dari pihak

pemberi gadai belum juga melunasi utang kepada penerima gadai,

sehingga tanah sawah tersebut masih tetap digarap oleh penerima

gadai.

6. Karena tidak adanya perjanjian tentang apabila terjadi hal

semacam itu sehingga pihak penerima gadai tetap mengolah tanah

sawah tersebut sambil menunggu pihak pemberi gadai melunasi

utangnya.

Kedua, hasil wawancara dengan Bapak Sutrisno warga dusun

Margosuko, Desa Sruwen juga sebagai pelaku Gadai Tanah sawah.

Beliau sebagai pihak pemberi Gadai kepada Bapak Sholeh sebagai

penerima Gadai didapatkan informasi sebagai berikut :

1. Bapak Sutrisno menggadaikan sawahnya seluas 600 meter kepada

Bapak Sholeh dengan utang sebesar Rp.20.000.000

Page 67: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

50

2. Jangka waktu Pelunasan selama 4 tahun

3. Dengan menandatangani surat perjanjian yang isinya sebagai

berikut :

a. Bapak Sutrisno Menggadaikan tanah sawah seluas 600 meter

kepada Bapak Sholeh

b. Utang yang diberikan Bapak Sholeh kepada Bapak Sutrisno

Sebesar Rp.20.000.000

c. Jangka waktu pelunasan utang adalah 4(empat) tahun

4. Sebelum 4 (empat) tahun Bapak Sutrisno telah melunasi

hutangnya kepada Bapak Sholeh secara penuh, namun karena

kesepakatan awal jangka waktu tranksaksi tersebut selama

4(empat tahun), Bapak Sholeh masih tetap mengolah sawah

tersebut.

5. Selama jangka waktu tersebut hasil dari Sawah tersebut

sepenuhnya dimanfaatkan oleh Bapak Sholeh sebagai penerima

gadai.

Ketiga , hasil wawancara dengan Bapak Shodiq warga Dusun

Sruwen I, beliau bukan pelaku gadai tanah sawah, namun seorang

perangkat desa, yang sering dimintai tolong oleh pelaku gadai untuk

membantu membuat surat perjanjian gadai tanah sawah. Sehingga bisa

memperoleh informasi dari pengalaman beliau tentang Gadai tanah

Page 68: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

51

sawah. Dari wawancara tersebut didapatkan hasil, yang pertama tentang

isi surat perjanjian, yaitu nama pemberi dan penerima gadai Nominal

utang , jangka waktu pelunasan, Luas serta Lokasi tanah sawah, Nomor

Sertifikat atau SPPT tanah Sawah (apabila ada), Tanda tangan serta nama

terang para pihak serta tanda tangan para saksi.

Bentuk gadai sawah pada umumnya seperti yang dipaparkan

oleh informan lainnya, yaitu pihak pemberi gadai meminjam uang

kepada penerima gadai dengan jaminan tanah sawah, selama jangka

waktu yang ditentukan, selama itu pula tanah sawah tersebut dikelola

oleh pihak penerima gadai dan hasil sepenuhnya milik penerima gadai.

Cara lain dari gadai tanah sawah yaitu pihak penerima gadai

meminjamkan uang kepada pemberi gadai, namun sawah tetap dikelola

oleh pemberi gadai, gadai jenis ini hasilnya dimanfaatkan kedua belah

pihak. Dengan prosentase yang pada umumnya adalah 50% =50%

apabila tanah tersebut ditanami padi dan 35% penerima gadai = 65%

pemberi gadai apabila ditanami sayuran dan sejenisnya. Ini karena harga

sayuran yang tidak stabil.

Nominal pemberian hutang oleh penerima gadai kepada

pemberi gadai disesuaikan dengan luas serta keadaan tanah, apabila

tanah itu produktif dan mudah untuk dikelola akan semakin besar pula

pinjman yang akan diberikan.

Page 69: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

52

Apabila dalam jangka waktu yang sudah disepakati bersama

pihak pemberi gadai belum bisa melunasi hutangnya maka sawah akan

terus dikelola penerima gadai sampai pemberi gadai bisa melunasi

utangnya. Apabila sebelum jatuh tempo pihak pemberi gadai telah

melunasi hutangnya kepada penerima gadai, tanah sawah tersebut tetap

dikelola oleh pihak penerima gadai sampai habis masa penggadainannya

sesuai perjanjian dan hasilnya tetap sepenuhnya penerima gadai. Meski

sudah dipanen atau pun belum dipanen hasil tanah sawah tersebut milik

penerima gadai sepenuhnya.

Saat terjadinya perjanjian sawah dalam keadaan masih belum

panen, maka hasil panen tersebut dibagi antara pihak pemberi gadai dan

pihak penerima gadai. Dengan ketentuan pembagian apabila tanaman

padi maka prosentase pembagian adalah 50:50. Untuk tanaman sayuran

dan sejenisnya 65:35, yaitu 65% Pemilik sawah dan 35% penerima gadai.

Begitupun sebaliknya jika jangka waktu gadai telah habis dan hutang

sudah lunas maka pembagian hasil panen pun sama yang membedakan

adalah untuk tanaman sayur adalah 65% penerima gadai dan 35%

pemilik tanah atau pemberi gadai.

Saat sudah jatuh tempo pelunasan hutang dan pemberi gadai

belum sanggup melunasinya maka gadai bisa diperpanjang sesuai

kesepakatan keduanya. Tanah sawah tidak bisa dipindah alihkan

kepemilikan dengan sebab sudah jatuh tempo pelunasan dan belum lunas.

Page 70: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

53

. Hal ini terjadi karena sudah menjadi adat kebiasaan warga

masyarakat Sruwen terutama para pelaku gadai, faktor penyebab

terjadainya tranksaksi ini adalah mendesak kebutuhan. Sebagian besar

pelaku gadai tanah sawah ini mengetahui bahwa dalam hukum Islam,

tranksaksi semacam ini tidak diperbolehkan namun mereka tetap

melakukannya dengan alasan mendesakknya kebutuhan. ( hasil

wawancara dengan Ibu Daryanti, Bapak Sutrisno dan Bapak Shodiq)

Page 71: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

54

BAB IV

ANALISIS

A. Analisis Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen,

Kec.Tengaran, Kab.Semarang menurut Hukum Islam

Berdasarkan hasil wawancara, observasi serta dokumentasi yang

telah peneliti paparkan di bab III. Sudah jelas bahwa sistem pemanfaatan

gadai tanah sawah yang terjadi di desa Sruwen, Kec.Tengaran,

Kab.Semarang adalah sepenuhnya hak penerima gadai. Seperti apa yang

telah diutarakan oleh para informan yaitu Ibu Daryanti, Bapak Sutrisno

serta Bapak Shodiq bahwa pelaku gadai pada umumnya atau mayoritas

warga Desa Sruwen adalah pinjam uang dengan jaminan tanah sawah,

selama jangka waktu sesuai kesepakatan kedua belah pihak, dalam jangka

waktu yang telah ditentuakan tersebut sawah yang dijadikan jaminan

digarap oleh pihak penerima gadai serta hasil sepenuhnya dimanfaatkan

oleh penerima gadai. Tidak hanya itu mayoritas pelaku gadai tanah sawah

di desa Sruwen, Kec.Tengaran,. Kab. Semarang juga menggunakan

sistem perjajian jangka waktu penggadaian, misal jangka waktu pada

perjanjian selam 3 tahun, dan sebelum 3 tahun pemberi gadai sudah bisa

melunasi hutang tersebut, tanah sawah sebagai jaminan tetap digarap oleh

penerima gadai sampai jangka waktu yang ditentuakan dalam perjajian

telah habis. Dan hasil dari sawah tersebut pun tetap menjadi hak

penerima gadai. Bila dilihat dari kasus tersebut pemanfaatan tanah sawah

sebagaiu jaminan adalah kesepakatan kedua belah pihak, sesuai dengan

Page 72: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

55

hadis nabi Muhammad saw. yang diriwayakan oleh Bukhari dalam hadis

tersebut dijelaskan bahwa barang gadai boleh dipergunakan dengan

syarat biaya pemanfaatan ditanggung oleh penerima gadai dan harus

dengan persetujuan pemberi gadai.

Jadi berdasarkan hadis tersebut peneliti menyimpulkan bahwa

penerima gadai boleh mengambil manfaat dari barang gadai dengan

syarat biaya pengelolaannya ditanggung oleh penerima gadai. Jadi

apabila dianalisis dari segi hadis tersebut pemanfaatan gadai tanah sawah

tersebut sah-sah saja.

Namun saat dilihat dari sisi lain penerima gadai tetap menerima

pelunasan utang pemberi gadai secara penuh serta masih mendapat

manfaat dari tanah sawah tersebut. Apakah masih bisa dikatakan sah-sah

saja ? apalagi kalau pemberi gadai sudah melunasi hutangnya kepada

penerima gadai namun sawah masih tetap digarap oleh penerima gadai

karena jangka waktu perjanjian belum habis. Peneliti menganggap hal

tersebut merugikan pihak pemberi gadai serta menguntungkan pihak

penerima gadai. Secara otomatis manfaat sawah tersebut secara penuh

diambil oleh pihak penerima gadai.

Dari paparan hadis diatas disebutkkan bahwa barang gadai boleh

diambil manfaatnya oleh penerima gadai dan biaya pengolahannya

ditanggung oleh penerima gadai. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan informan saat hasil panen sedang dalam keadaan baik maka hasil

penjualannya bisa menutup hutang pemberi gadai secara penuh. Bisa

Page 73: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

56

disimpulkan bahwa penerima gadai mendapatkan manfaat yang sangat

besar dari gadai tanah tersebut. Padahal ada hadis Rosulullah saw yang

berbunyi

“Setiap utang yang menarik manfaat adalah Riba” (Riwayat Harits bin

Abi Usamah) . Jadi apabila penerima gadai mendapat manfaat dari ia

meminjami uang kepada pemberi gadai itu termasuk kategori riba, seperti

yang disebutkan dalam hadis diatas.

Apabila dilihat kembali dari kasus Gadai tanah sawah di Desa

Sruwen, Kec.Tengaran,Kab.Semarang Ijab Qobul yang diucapkan pada

saat terjadinya tranksaksi adalah ucapakan menggadaikan tanah sawah

dari pemberi gadai danmenerima gadai tanah sawah dari penerima gadai.

Secara akad gadainya sah, karena telah terpenuhi syarat-syarat akad yaitu

adanya Ijab dan Qobul. Namun dari kesepakatan pemnafaatan tanah

sawah tersebut berdasarkan kebiasaan yang terjadi pada umumnya di

Masyarkat desa Sruwen yaitu mengolah sawah yang digunakan sebagai

jaminan utang.

Dari sisi hasil tanah sawah tersebut apabila selama masa

penggadaian penerima gadai tidak bisa menggambil manfaat dari tanah

tersebut karena terbatasnya waktu atau karena penerima gadai memang

tidak mengolah tanah sawah tersebut menurut keterangan hasil

wawancara adalah hal tersebut merupakan hak penerima gadai, ia hendak

memanfaatkan tanah sawah tersebut atau tidak.

Page 74: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

57

Kemudian bagaimana dengan kasus pemanfaatan sawah yang

terjadi saat hutang sudah lunas namun jangka waktu yang disepkati

belum habis. Menurut adat kebiasaan yang berlaku sawah tersebut tetap

diolah sampai jangka waktu yang telah disepakati, walaupun sudah panen

ataupun belum. Hasil tanah sepenuhnya tetap menjadi hak penerima

gadai sampai habis jangka waktu penggadaian tanah sawah tersebut.

Ketika telah habis masa gadai namun penerima gadai belum bisa

memanen hasil dari tanah sawah tersebut maka dilakukan sistem bagi

hasil dengan ketentuan yang biasa berlaku adalah apabila tanaman padi

maka prosentase pembagian adalah 50:50, namun apabila tanaman

tersebut sayuran dan sejenisnya pembagiannya adalah 65:35, 65% untuk

penerima gadai dan 35% untuk pemberi gadai.

Menurut hasil analisa peneliti, penerima gadai boleh

menggunakan tanah gadai tersebut dan mengambil manfaatnya namun

dengan syarat tidak melebihi apa yang penerima gadai keluarkan untuk

biaya pengolahan tanah tersebut serta apabila pemberi gadai telah

melunasi hutangnya maka penerima gadain wajib mengembalikan tanah

sawah tersebut kepada pemberi gadai. Namun apabila penerima gadai

mengambil manfaat dari tanah sawah tersebut melebihi apa yang ia

keluarkan maka hal itu termasuk riba dan riba dilarang dalam syariat

Islam.

Dari segi syarat dan rukunnya gadai tanah sawah di desa Sruwen

Kec.Tengaran, Kab. Semarang sah karena ada pemberi gadai, penerima

Page 75: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

58

gadai, barang jaminan, utang serta ijab qobul dalam bentuk perjanjian.

Syarat setiap rukunnya pun sudah memenuhi syarat seperti pelaku gadai

harus berakal dan baligh, kemudian syarat barang gadai harus sah hak

milik juga sudah terpenuhi dengan dibubuhkannya nomor sertifikat tanah

atau bisa juga SPPT pada surat perjanjian. Kemudian syarat Ijab Qobul

juga sah karena selain ada kedua belah pihak juga disertai dua orang

saksi,

Dalam hal ini seperti firman Allah QS Al Baqarah ayat 283 yang

menjelaskan bahwa setiap tranksaksi yang tidak tunai supaya dituliskan.

Di Desa Sruwen, Kec.Tengaran, Kab.Semarang. Para pelaku gadai telah

menuliskan akad tranksaksi tersebut ke dalam sebuah perjanjian, dan

ditandatangani kedua belah pihak serta saksi. Namun yang disayangkan

dalam surat perjanjian tersebut pada umumnya hanya dituliskan jumlah

nominal hutang pemberi gadai, luas tanah serta jangka waktu

penggadaian saja. Sehingga dalam surat perjanjian tersebut tidak memuat

kesepakatan tentang pengambilan manfaat dari barang jaminan yaitu

tanah sawah tersebut. Mengenai pengambilan manfaat yang dilakukan

hanya berdasar pada kebiasaan atau hukum adat yang berlaku di Desa

Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang.

Sedangkan apabila terjadi wanprestasi dalam tranksaksi gadai

tersebut, seperti yang terjadi pada kasus Ibu Daryanti dan Bapak Suroto,

yaitu dalam perjanjian tercatat jangka waktu penggadaian adalah 1 tahun,

namun sampai hampir 2 tahun dari pihak pemberi gadai yaitu Bapak

Page 76: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

59

Suroto belum juga melunasi hutangnya. Dan belum ada rembug atau

pembicaraan lagi sampai ssat ini. Dari pihak penerima gadai pun tetap

mengolah sawah tersebut sampai pemberi gadai melunasi hutangnya.

Mengenai berakhirnya gadai disebutkan oleh Ismail Nawawi

dalam bukunya Fiqh Muamalah yaitu gadai berakhir apabila pemberi

gadai telah membayar hutangnya. Dari kasus gadai tanah sawah di Desa

Sruwen Kec.Tengaran, Kab.Semarang bahwa penerima gadai tetap

menggarap sawah dan mengambil manfaat dari sawah tersebut meski

pemberi gadai telah melunasi hutangnya, dengan alasan bahwa dalam

surat perjanjian telah disepakati jangka waktunya. Namun peneliti rasa

hal tersebut bila dilihat dari ketentuan berakhirnya gadai tentu tidak boleh

dilakukan. Karena selain seharusnya sudah berakhir gadainya,

penerima gadai juga masih memanfaatkan hasil dari tanah tersebut, bisa

dikatakan hal tersebut termasuk riba, karena memberikan hutang dna

mengambil manfaat dari hutang tersebut.

Jadi hukum pemanfaatan gadai tanah sawah oleh penerima gadai

adalah tidak boleh sesuai dengan pendapat ulama syafiiyah bahwa

penerima gadai tidak berhak atas manfaat dari barang gadai tersebut.

Page 77: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan peneliti mulai dari BAB I sampai dengan BAB

IV, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Gadai tanah sawah di Desa Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang

adalah meminjamkan sejumlah uang kepada pemilik tanah sawah

dengan jaminan selama pemilik sawah belum melunasi hutangnya

tanah sawah tersebut digarap atau dikelola oleh pemberi hutang

sampai jangka waktu yang disepkati dua belah pihak atau sampai

pemilik tanah melunasi hutangnya kepada penerima gadai.

2. Status hukum pemanfaatan gadai tanah sawah yang terjadi di desa

Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang menurut hukum Islam adalah

tidak boleh sesuai dengan pendapat ulama syafiiyah bahwa penerima

gadai tidak berhak atas manfaat dari barang gadai.

B. Saran-saran

Untuk para pelaku gadai di Desa Sruwen, Kec.Tengaran,

Kab.Semarang adalah :

1) Sebaiknya pengambilan manfaat gadai tanah sawah tersebut tidak

melebihi biaya pengolahan sawah tanah tersebut. Apabila hasilnya

lebih dari biaya pengolahan sebaiknya diberikan kepada pemberi

gadai.

Page 78: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

61

2) Sebaiknya perjanjian yang dibuat dimuat juga kesepakatan

pemanfaatan gadai tanah sawah serta ketentuan-ketentuan apabila

terjadi wanprestasi, sehingga apabila terjadi wanprestasi dari salah

satu pihak, pihak lain bisa menuntut.

3) Apabila utang pemberi gadai sudah dilunasi sebaiknya tanah sawah

tersebut dikembalikan pula kepada pemberi gadai walaupaun jangka

waktu dalam perjanjian belum habis dan apabila belum panen maka

hasilnya bisa dibagi.

Saran untuk Masyarakat Desa Sruwen, Kec. Tengaran,

Kab.Semarang pada umumnya :

1) Sebaiknya para Tokoh Agama di Desa Sruwen lebih banyak

memberi pengajian atau ceramah kepada masyarakat tentang aturan-

aturan bermuamalah menurut syariat Islam

2) Sebaiknya pelaku gadai tanah sawah di Desa Sruwen Kec.Tengaran,

Kab.Semarang yang sudah mengetahui bahwa memanfaatkan barang

gadai sampai menimbulkan riba itu dilarang dalam Islam, mulai

menghentikan tranksasksi berikut dan diganti dengan tranksaksi yang

diperbolehkan dalam Islam

3) Dari pihak pemerintah Desa Sruwen, Kec.Tengaran, Kab.Semarang

sebaiknya melakukan sosialisasi dengan masyarakat terutama pelaku

gadai tanah sawah tentang ketidakbolehan memanfaatkan gadai tanah

sawah.

Page 79: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

DAFTAR PUSTAKA

Khallaf,Adbul Wahhab.2003.Ilmu Ushul Fikih Kaidah Hukum Islam. Jakarta :

Pustaka Amani

Muslich,Ahmad Wardi.2010.Fiqih Muamalat.Jakarta : Amzah

Ariyani,Evi.2012.Hukum Perjanjian Implementasinya dalam Kontrak Karya.

Salatiga:STAIN Salatiga Press

Dewi,Gemala, Wirdyaningsih & Yeni Salma Barlinti.2005. Hukum Perikatan

Islam di Indonesia.Jakarta:Prenada Media

Suhendi,Hendi.2014.Fiqh Muamalah Membahas Ekonomi Islam Kedududkan

Harta, Hak Milik, Jual Beli, Bunga Bank dan Riba,

Musyarakah,Ijarah, Mudyanah, Koperasi, Asuransi, Etika Bisnis.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nawawi,Ismail.2012.Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer Hukum

Perjanjian,Ekonomi, Bisnis, dan Sosial.Bogor:Ghalia Indonesia

Naim,Ngainun.2009.Sejarah Pemikiran Hukum Islam Sebuah

Pengantar.Yogyakarta: Sukses Offset.

Sugiono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D. Bandung :

Alfabeta

2008.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta

Moleong,Lexy J.2006. Metode Penelitian Kualitataif Edisi Revisi. Bnadung:

Remaja Rosdakarya

Ali,Zainuddin.2008. Hukum Gadai Syariah.Jakarta: Sinar Grafika

Sahrani,Sahroni.2011.Fikih Muamalah.Bogor: Ghalia Indonesia

Page 80: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

Sabiq,Sayyid.1983.Fikih Sunnah Jilid 6.Bandung:Al Ma’arif

1983.Fikih Sunnah Jilid 3.Bandung:Al Ma’arif

Rasyid,Sulaiman.2004.Fiqh Islam.Bandung:Algesindo Offset

Istianah.2007.Praktek Gadai Tanah Sawah di Tinjau dari Hukum Islam(Studi

Kasus di Desa Harjawinangaun,Kec.Balapulang,

Kab.Tegal).Skripsi:STAIN Balapulang

Suhriyanto.2006.Praktek Gadai Tanah Swaah di Desa Sana

Tengah,Kab.Pameksaan di Tinjau dari Hukum Ekonomi Syariah.

Skripsi : STAIN Pameksaan

Maslikhah.2013.Melejitkan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.

Yogyakarta:TrustMedia Publishing

situs web http://wikipedia.ensiklopedia.com/pengertian fatwa diakses pada

tanggal 12 oktober 2014.

Page 81: PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/742/1/DINA.pdf · PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

LAMPIRAN-LAMPIRAN