fungsi jaminan dalam pembiayaan...
TRANSCRIPT
FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)
Oleh :
Siti Nur Lailatul Mahmudah
NIM : 203046101762
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI SYARIAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H / 2008 M
FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Siti Nur Lailatul Mahmudah
NIM : 203046101762
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II Prof. DR. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo, M.A Drs. Ahmad Yani, M.Ag. NIP. 150 165 267 NIP. 150 269 678
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H / 2008 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH (STUDI PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA), telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 23 Juni 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A. (.........................) NIP. 130 789 745 Sekretaris : Drs. Ahmad Yani, M.Ag. (.........................) NIP. 150 269 678 Pembimbing I : Prof. DR. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, M.A. (.........................) NIP. 150 165 267 Pembimbing II : Drs. Ahmad Yani, M.Ag. (.........................) NIP. 150 269 678 Penguji I : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. (.........................) NIP. 150 318 308 Penguji II : Drs. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A. (.........................) NIP. 130 789 745
بسم اهللا الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur pada Allah SWT yang senantiasa memberikan
petunjuk serta melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta yang Maha Kuasa
atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan penuh kesungguhan.
Skripsi yang berjudul ” Fungsi Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada
LKS Berkah Madani Kelapa Dua” akhirnya dapat terselesaikan walaupun harus
dijalani dengan waktu yang sangat panjang dan telah menghabiskan biaya yang tidak
sedikit. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada tulisan ini. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis guna
menyempurnakan karya yang sederhana ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima-kasih yang sebesar-
besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, bantuan serta dukungan demi terselesaikannya skripsi ini.
Ucapan terima-kasih ditujukan kepada :
1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif,
M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA selaku Koordinator Program Ekstensi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo MA selaku dosen pembimbing
skripsi I (pertama), dan Bapak Drs. Ahmad Yani M.Ag. selaku dosen
pembimbing skripsi II (kedua). Terima-kasih banyak untuk bimbingan serta
waktu yang telah diluangkan untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua Orang tua (Ahmad Sajadi dan Janatun) yang telah membesarkan,
mendidik, memberikan dukungan moral maupun materiil, fasilitas serta doa
sebanyak-banyaknya kepada penulis untuk menyelesaikan program strata 1 (S1),
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini dan juga, semoga semua
perjuangan ini dapat bermanfaat.
6. LKS Berkah Madani Kelapa Dua yang telah dengan suka cita menerima penulis
untuk melakukan studi. Bapak Zainal Zayadi, Bapak Arrison, Mbak Umai, Mbak
Anik, serta seluruh staf LKS Berkah Madani Kelapa Dua, terima-kasih atas
bantuannya.
7. Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Depok, Perpustakaan Umum Iman Jama’, Perpustakaan Pribadi.
8. Kakak (mba Amin & Bang Fikri) dan adik-adik (Hakim, Khootib, Endah, Jamil,
Malihah, Fadhil, Habibi, Imas, Khofifah & Zakiyah). Juga seluruh keluarga yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
9. Para sahabat seperjuangan, Anita C, Ayu Lisa, Andi K, M. Arif R (Babe) dan
juga seluruh teman Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
10. Teman-teman KKS 2006.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tak dapat
disebutkan satu-persatu.
12. Yang terakhir, sahabat dalam susah dan senang yang selalu direpotkan dalam
segala urusan. Terima-kasih banyak atas semangat, doa serta segala bantuannya.
Thx Jo.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang setimpal. Akhirul
kalam, penulis berharap skripsi ini dapat menambah khazanah dalam bidang
muamalat.
Jakarta, 17 Rabiul Akhir 1429 H 24 April 2008 M
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Pembatasan dan Permasalahan..............................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................
E. Metode Penelitian ................................................................
F. Sistimatika Penulisan ............................................................
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG JAMINAN DALAM
PEMBIAYAAN MUDHARABAH
A. Jaminan .................................................................................
1. .................................................................................. Pengertia
n Jaminan ........................................................................
2. .................................................................................. Jaminan
Menurut KUH Perdata ....................................................
3. .................................................................................. Jaminan
Menurut Hukum Islam.................................................... 15
4. .................................................................................. Fungsi
Jaminan ...........................................................................
B. Mudharabah ..........................................................................
1. .................................................................................. Pengertia
n dan Landasan Hukum Mudharabah ............................. 28
2. .................................................................................. Rukun
dan Syarat Mudharabah .................................................. 33
3. .................................................................................. Macam-
Macam Mudharabah ....................................................... 35
4. .................................................................................. Fasad /
Batalnya Mudharabah ..................................................... 36
BAB III PROFIL LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA
A. Sejarah LKS Berkah Madani Kelapa Dua ............................ 38
B. Visi dan Misi LKS Berkah Madani Kelapa Dua................... 39
C. Struktur Organisasi LKS Berkah Madani Kelapa Dua ......... 40
D. Produk-produk dan Jasa LKS Berkah Madani Kelapa Dua.. 49
E. Arah perkembangan Usahanya LKS Berkah Madani Kelapa Dua. 53
F. Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada LKS Berkah
Madani Kelapa Dua .............................................................. 55
G. Penerapan Jaminan dalam Akad Mudharabah pada LKS
Berkah Madani Kelapa Dua.................................................. 60
BAB IV ANALISIS TENTANG JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN
MUDHARABAH PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA
A. Analisis Terhadap Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada LKS
Berkah Madani Kelapa Dua..................................................
B. Analisis Terhadap Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada LKS
Berkah Madani Kelapa Dua..................................................
C. Analisis Hukum Islam Terhadap Fungsi Jaminan dalam
Pembiayaan Mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran-saran............................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak manusia mengenal hidup bergaul, timbullah suatu masalah yang harus
dipecahkan bersama-sama, yaitu bagaimana setiap manusia memenuhi kebutuhan
hidup mereka masing-masing karena kebutuhan seseorang tidak mungkin dapat
dipenuhi oleh dirinya sendiri. Semakin luas pergaulan mereka, bertambah kuatlah
ketergantungan antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan itu. Sesuai
dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang
selalu membutuhkan dan dibutuhkan oleh orang lain.
Dalam ekonomi Islam, ketergantungan semacam ini terdapat dalam model
kerja-sama yang dikenal dengan musyarakah (syirkah) dan mudharabah. Dengan
adanya kerjasama semacam itu dapat diharapkan bahwa kebutuhan manusia dapat
terpenuhi. Seiring perkembangan zaman, manusia membuat lembaga formil untuk
melegalkan transaksi-transaksinya tersebut di mata hukum agar dapat
dipertanggung-jawabkan jika suatu saat terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan
hukum yang berlaku. Lembaga tersebut adalah lembaga Keuangan, baik berupa
bank atau non bank.
Bank yang dalam konteks ekonomi sebagai sarana peredaran uang selalu
berupaya agar dana yang terkumpul dapat tersalurkan guna memenuhi kebutuhan
manusia tersebut. Sebab, di satu sisi, manusia memiliki kelebihan dana sehingga
dia menyimpan uangnya tersebut pada bank supaya aman. Di sisi lain, ada yang
tidak memiliki dana namun dia mempunyai tekad dan kemampuan untuk
berusaha demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah kiranya yang
memunculkan akad kerja-sama mudhârabah sehingga dana dapat tersalur dan
dapat mewujudkan kesejahteraan yang merata serta untuk memperoleh
keberkahan sesuai dalam hadis rasulullah SAW yaitu :
هيب ال , صالح بن ص ه ق ن أبي لى اهللا : ع ول اهللا ص ال رس ه ق عليل , وسلم ثالث فيهن البرآة ى أج ر , البيع ال ط الب ة وخل والمقارض 1)رواه بن ماجه(. بالشعير للبيت ال للبيع
Artinya : Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tiga
hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual". (H.R Ibnu Majjah)
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja-sama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul mâl) menyerahkan (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Mudharabah disebut juga
muqaradhah (qiradh). Qiradh berasal dari kata al qardhu, artinya pemilik
memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan yang mendapat keuntungan2.
1 Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan Ibnu
Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, (Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975), h. 768 2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta, Gema Insami
Press, 2001), h. 95
Ada hal menarik dalam perkembangannya mengenai pembiayaan
mudharabah ini. Dalam fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)3, pembiayaan
mudharabah adalah pembiayaan yang bersifat amanah (yad al-amanah).
Perjanjian ini merupakan perjanjian yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi
dan menjunjung tingkat keadilan antara kedua belah pihak. Karenanya masing-
masing pihak harus menjaga kepentingan bersama. Artinya, tidak diperkenankan
shahibul mâl memintakan jaminan kepada mudharib karena mudharib hanyalah
sebagai pengelola modal. Dalam literatur fikih pun tidak tercantum bahwa
jaminan sebagai salah satu syarat dari perjanjian tersebut.
Sedangkan dalam penjelasan pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Perbankan No.
10 tahun 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa "Dalam memberikan kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai
keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan". Untuk memperoleh
keyakinan tersebut, sebelum memberikan pembiayaan, bank syariah harus
melakukan penilaian dengan seksama terhadap 5 C (Character, Capital,
Capacity, Collateral dan Condition of Economi) dari nasabah (debitur). Di
samping itu bank juga harus memperhatikan hasil AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) skala besar bagi perusahaan besar dan berisiko besar.
3 DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta, PT Intermasa, 2003), h. 48
Untuk mengurangi risiko pada kesanggupan serta kemampuan tersebut,
jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti
keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor yang harus
diperhatikan oleh bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Masih pada UU
Perbankan No.10 dalam pasal 1 mengenai ketentuan umum penjelasan no. 23
yaitu : "Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur
kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah". Hal ini menjelaskan bahwa jaminan harus pula
disertakan dalam bentuk agunan.
Jelas terlihat bahwa dalam literatur fikih dan dalam fatwa MUI, jaminan
dalam pembiayaan mudharabah adalah tidak diperlukan. Sedangkan dalam
ketentuan UU Perbankan yang telah tersebutkan di atas, jaminan merupakan salah
satu hal yang perlu diperhatikan oleh bank / lembaga keuangan syariah mengingat
dana masyarakat yang harus dilindungi agar jangan sampai merugikan
masyarakat selaku nasabah, maupun pihak bank / lembaga keuangan syariah
sendiri. Padahal, menurut pengertian mudharabah di atas, dapat tergambar bahwa
mudharib adalah pihak yang tidak mempunyai uang sehingga dia memohon
kepada orang lain untuk memberikan modal dengan catatan pengembalian modal
dan pembagian keuntungan jika ada keuntungan.
Kemudian menjadi hal yang menarik untuk melihat apakah lembaga
keuangan syariah di Indonesia, khususnya LKS Berkah Madani Kelapa Dua
(selanjutnya disebut LKS Berkah Madani), telah menerapkan prinsip syariah
secara murni dalam praktik muamalah di lapangan, terutama terhadap jaminan
dalam pembiayaan mudharabah. Sebab menurut penulis, akad mudharabah
merupakan akad yang paling cocok untuk diterapkan di Indonesia jika sesuai
dengan prinsip syariah mengingat Indonesia masih membutuhkan dana untuk
mengembangkan perekonomian yang terbentur pada masalah modal (dana).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin membahas masalah tersebut
dalam skripsi yang berjudul "Fungsi Jaminan Dalam Pembiayaan
Mudharabah (Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)".
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh LKS Berkah Madani Kelapa
Dua
b) Fungsi jaminan yang diterapkan pada pembiayaan mudharabah LKS
Berkah Madani Kelapa Dua
c) Analisis hukum Islam terhadap jaminan dalam pembiayaan mudharabah
2. Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa pokok-
pokok permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut :
a) Bagaimana konsep pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh LKS
Berkah Madani Kelapa Dua?
b) Bagaimana fungsi jaminan yang diterapkan dalam pembiayaan
mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua?
c) Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jaminan dalam pembiayaan
mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai
konsep pembiayaan mudharabah dan mengenai fungsi dari jaminan yang
disertakan dalam pembiayaan mudharabah oleh Berkah Madani Kelapa Dua,
serta untuk mendapatkan informasi tentang pandangan hukum Islam terhadap
fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat antara
lain :
a) Bagi peneliti adalah untuk memperbanyak wawasan mengenai konsep
pembiayaan mudahrabah, khususnya mengenai fungsi jaminan pada
pembiayaan mudharabah.
b) Untuk lembaga keuangan syariah, agar dapat mengetahui bagaimana
menurut hukum Islam mengenai jaminan dalam pembiayaan mudharabah.
c) Bagi masyarakat luas, dapat menjadi bahan rujukan ketika hendak
melakukan perjanjian kerja-sama berupa mudharabah dan diminta untuk
menyertakan jaminan oleh bank/ lembaga keuangan syariah, masyarkat
telah mengerti maksud dari penyertaan jaminan.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah membuka daftar skripsi tahun sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa belum ada skripsi sebelumnya yang membahas mengenai fungsi jaminan
dalam pembiayaan mudharabah. Skripsi sebelumnya yang membahas mengenai
jaminan dan telah terdaftar dalam pustaka skripsi UIN Syarif Hidayatullah adalah:
1. Aplikasi kegiatan penjaminan dalam bidang perbankan dilihat dari prinsip
konvensional dan syariah. Oleh Anifa, 2002. (Skripsi tidak dapat
diperlihatkan oleh perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum.)
2. Penjaminan barang gadai dalam perspektif Islam dan aplikasinya pada bank
syariah (Studi kasus pada BNI Syariah), oleh Livia, 201046100855, 2005.
Gadai dalam perbankan syariah ditetapkan dalam 2 produk perbankan yaitu
sebagai produk pelengkap dan produk pinjaman atau produk tersendiri.
Mekanisme rahn dalam perbankan adalah nasabah yang menyerahkan barang
kepada bank untuk ditaksir. Apabila nasabah setuju, maka akad terjadi dan
nasabah akan mendapatkan pinjaman yang dibutuhkan dan setelah jatuh
tempo, nasabah harus melunasi pinjaman tersebut.
Pembahasan dalam skripsi ini lebih ditekankan pada bagaimana pandangan
hukum Islam mengenai penyertaan jaminan dalam pembiayaan mudharabah.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah
menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu peneliti menggambarkan
permasalahan yang didasari pada data yang ada kemudian diambil
kesimpulan.4 Jadi, dalam penelitian ini penulis hendak mendapatkan
gambaran mengenai jaminan yang diterapkan dalam pembiayaan mudharabah
pada Berkah Madani dan kemudian diambil kesimpulan..
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian
sebagai berikut :
a) Studi Kepustakaan (Library Research)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode library research,
yaitu studi buku-buku di perpustakaan dengan pengumpulan data dari
buku-buku yang relevan dengan studi ini. Dan juga dilakukan dengan cara
mengumpulkan data berdasarkan laporan yang terkait dengan masalah
penelitian ini.
b) Studi Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan adalah untuk memperoleh data yang valid, penulis
terjun langsung ke lapangan atau ke lokasi penelitian yaitu LKS Berkah
Madani Kelapa Dua. Penulis menggunakan wawancara untuk memperoleh
informasi yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan data-data
4 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1998), cet 3, h. 105
tentang fungsi jaminan pada pembiayaan mudharabah. Pelaksanaannya
dilakukan terhadap orang yang mengetahui banyak tentang jaminan.
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang
dikeluarkan oleh fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistimatika Penulisan
Sistimatika penulisan dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan secara
sistimatis bab per bab yang erat kaitannya antara bab satu dengan bab yang
lainnya karena merupakan sebuah satu rangkaian. Skripsi ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistimatika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JAMINAN DAN
PEMBIAYAAN MUDHARABAH
Bab ini membahas tentang pengertian jaminan, jaminan pada umumnya,
jaminan menurut hukum Islam, fungsi jaminan, pengertian dan landasan hukum
mudharabah, rukun dan syarat akad mudharabah, macam-macam mudharabah dan
fasad / batalnya akad mudharabah.
BAB III PROFIL MENGENAI LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA
Bab ini berisi tentang sejarah LKS Berkah Madani, visi dan misi, struktur
organisasi, produk-produk dan jasa Berkah Madani, arah perkembangan usaha,
prosedur pembiayaan mudharabah pada LKS Berkah Madani dan penerapan
jaminan dalam akad mudharabah.
BAB IV ANALISIS TENTANG JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN
MUDHARABAH PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA
Dalam bab ini membahas tentang analisis terhadap penerapan jaminan dalam
akad mudharabah, analisis terhadap prosedur pembiayaan pada LKS Berkah
Madani, dan analisis hukum Islam terhadap fungsi jaminan dalam pembiayaan
mudharabah
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari penelitian
dan saran-saran yang dapat dianggap perlu bagi Berkah Madani dan juga untuk
masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG JAMINAN DAN PEMBIAYAAN
MUDHARABAH
A. Jaminan
1. Pengertian Jaminan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, jaminan berasal dari kata jamin
yang artinya adalah menanggung. Jaminan adalah tanggungan atas pinjaman
yang diterima (borg) atau garansi atau janji seseorang untuk menanggung
utang atau kewajiban tersebut tidak terpenuhi5.
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu
zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara
kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya di samping pertanggung-jawaban
umum debitur terhadap barang-barangnya6.
Di dalam seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional yang
diselenggarakan di Yogyakarta dari tanggal 20 s.d 30 Juli 1977 disimpulkan
pengertian jaminan, Jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum7.
Pengertian ini senada dengan pengertian jaminan menurut Hartono
5 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1989), h. 348 6 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta, PT.Raja Grafindo
Persada) ,ed I cet1, h. 21 7 Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 22
Hadisoeprapto bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur
untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan8.
Menurut M. Bahsan, jaminan adalah segala sesuatu yang diterima
kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang piutang dalam
masyarakat9.
Pengertian lain tentang jaminan adalah : Suatu perikatan antara kreditur
dengan debitur dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk
pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku
apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si
debitur10.
Hasanuddin Rahman menyebutkan bahwa jaminan adalah tanggungan
yang diberikan oleh debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur karena
pihak kreditur mempunyai kepentingan bahwa debitur harus memenuhi
kewajibannya dalam suatu perikatan11.
Menurut penulis, jaminan adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang
penerima dana (debitur) kepada orang yang mengucurkan dana (kreditur)
yang dapat dijadikan keyakinan oleh kreditur pada saat dalam masa perjanjian
pembiayaan, dan dapat digunakan sebagai salah satu penyelesaian
8 Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 22 9 Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 22 10 Gatot Supramono, Perbankan dan Permasalahan Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis,
(Jakarta, Djambatan, 1996) h. 75 11 Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek HukumPemberian Kredit Perbankan di Indonesia,
(Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995) h.175
pembiayaan apabila suatu saat debitur tidak dapat mengembalikan pinjaman /
dana.
2. Jaminan Menurut KUH Perdata
Di Indonesia, telah diatur mengenai hukum jaminan. Pengaturan
hukum positif tentang jaminan terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) Pasal 1150-1161,
Jaminan merupakan perjanjian yang bersifat accesoir yaitu perjanjian
yang bersifat tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian pokok12. Perjanjian
pokok dari jaminan adalah perjanjian pemberian kredit atau pembiayaan.
Jaminan terbagi menjadi dua jenis13, yaitu :
a. Jaminan Materiil (Kebendaan)
Jaminan materiil adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu
benda yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas
benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti
bendanya (droit de suit) dan dapat diperalihkan.
Jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam,
yakni gadai, hak tanggungan, jaminan fidusia dan hipotek.
b. Jaminan Immateriil (Perorangan)
12 Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 30 13 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok hukum
Jaminan dan Jaminan Perseorangan, (Yogyakarta, Liberty Offset Yogyakarta, 2001), cet 2, h. 47
Jaminan immateriil adalah jaminan yang menimbulkan hubungan
langsung pada perseorangan tertentu, dapat dipertahankan terhadap
debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.
Yang termasuk jaminan perorangan adalah borg (penanggung adalah
orang lain yang dapat ditagih), tanggung-menanggung dan perjanjian
garansi.
3. Jaminan Menurut Hukum Islam
Jaminan dalam hukum Islam dikenal dengan Adh-Dhamân. Perkataan
“dhamân” itu keluar dari masdar dhimmu yang berarti menghendaki untuk
ditanggung. Dhamân menurut pengertian etimologis atau lughat ialah
menjamin atau menyanggupi apa yang ada dalam tanggungan orang lain.
Yang semakna dengan dhamân adalah kata kafalah. Dalam kamus istilah fiqih
disebutkan pengertian dhamaan adalah jaminan utang atau dalam hal lain
menghadirkan seseorang atau barang ke tempat tertentu untuk diminta
pertanggung-jawabannya atau sebagai barang jaminan14.
Menurut M. Hasan Ali, Dhamân adalah menjamin (menanggung) untuk
membayar hutang, menggadaikan barang atau menghadirkan orang pada
tempat yang telah ditentukan15.
Para Ulama Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) menjelaskan bahwa
dhamân ialah menyanggupi hak yang telah tetap atau bakal tetap atas orang
14 M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 2002), cet 3, h. 59 15 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta,PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), Ed I cet 2, h.259
lain beserta hak tersebut masih tetap pada orang yang dijamin atau
menyanggupi untuk mendatangkan orang yang memilkul suatu hak.16
Imam Mawardi (Mazhab Syafi'i) mengatakan, bahwa dhamân dalam
pendaya-gunaan harta benda, tanggungan dalam masalah diyat (denda),
jaminan terhadap kekayaan, terhadap jiwa dan jaminan terhadap beberapa
perserikatan sudah menjadi kebiasaan masyarakat17.
Rukun dan syarat jaminan adalah 18:
a. Dhaman (yang menjamin) disyaratkan ahli mengendalikan hartanya
(baligh berakal)
b. Madhmun 'anhu (orang yang dijamin) disyaratkan terlepas dari hutang
yang akan dibayarnya
c. Madhmunlah (penerima jaminan) disyaratkan dikenal betul-betul oleh
yang menjamin
d. Mal madhmun (harta yang dijamin) disyaratkan banyaknya dan tetap
e. Sighat (ijab kabul) disyaratkan dengan lafal yang menunjukkan jaminan
seperti "Aku jamin piutangmu atas si anu sebanyak sekian"
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa jaminan berbentuk gadai
(rahn) dan kafalah. Berikut penjelasan mengenai bentuk-bentuk jaminan:
1) Gadai (Rahn)
16 Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, ( Semarang, CV. Asy-Syifa, 1994)
h. 376 17 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, h. 260 18 Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin S, Fiqih Mazhab Syafi'I Edisi Lengkap Muamalat,
Munakahat, Jinayat, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2000. Cet 1, h. 107
Secara harfiah, rahn berarti tsubut dan dawam yaitu tetap dan lestari.
Secara syara', rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diberikan
sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai
tebusan19. Para pengikut Mazhab Syafi'i, mendefinisikan bahwa rahn
adalah menjadikan nilai jaminan sebagai ganti utang tatkala tidak bisa
melunasinya.
Pengikut Mazhab Hambali mendefinisikan bahwa rahn adalah barang
yang dijadikan jaminan utang, dimana harga barang itu sebagai ganti
utang ketika tidak sanggup melunasinya.
Mazhab Maliki mendefinisikan bahwa rahn adalah sesuatu yang bisa
dibendakan/ diwujudkan harta yang diambil dari pemiliknya sebagai
jaminan untuk utang yang harus dibayar.
Imam Abu Zakaria Al-Anshari dalam kitabnya Fathul Wahab
mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta benda
sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta benda itu
bila utang tidak dibayar20.
Menurut hemat penulis, rahn adalah sesuatu yang memiliki bentuk
dan nilai/ harga yang dimiliki oleh seseorang dan dapat dijadikan sumber
kepercayaan untuk suatu perjanjian kerja-sama atau utang piutang.
19 Muhammad Firdaus NH, dkk, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, (Jakarta,
Renaisans, 2005), cet 1, h.16 20 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Illustrasi,
(Yogyakarta, Ekonosia, 2004), h.156
Landasan hukum rahn adalah :
a) Al Qur'an
Al-Qur'an menurut bahasa berarti bacaan dan menurut istilah ushul
fiqh al-Qur'an berarti " Kalam (perkataan) Allah yang diturunkan-Nya
dengan perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW
dengan bahasa arab serta dianggap beribadah bagi yang
membacanya"21.
Dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 283 :
� ⌧ ⌧
⌦ ⌧ ☺
☺
☺
⌦ ☺ ☺
Artinya : " Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak
secara tunai/ sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis , maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya itu) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
21 Alaidin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqih (Suatu Pengantar), (Jakarta, PT. Raja Grafinado
Persada, 2004), h.79
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
b) Al-Hadis
Pada prinsipnya, yang dimaksud dengan hadis adalah segala
sesuatu yang dirujuk / disandar kepada nabi, baik berupa perkataan,
perbuatan maupun ketetapannya22.
عن األعماش عن ابراهيم عن األ سواد عن عائشة رضي اهللا عنها ان النبي صلى اهللا عليه وسلم اشترى
رواه (من يهودي طعاما الى اجل ورهنه درعه 23.)البخاري
Artinya : "Dari A’masy, dari Ibrahim, dari Aswad, Dari 'Aisyah r.a
bahwa Nabi Muhammad SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cara berjanji, dan digadaikannya sehelai baju besi." (H.R. Bukhari dan Muslim)
c) Ijma'
Kata ijma' secara bahasa berarti "Kebulatan tekad terhadap
sesuatu persoalan" atau "Kesepakatan tentang suatu masalah".
Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan 'Abdul Karim Zaidan
adalah "Kesepakatan para mujahid di kalangan umat Islam tentang
hukum syara' pada satu masa setelah Rasulullah wafat"24.
Para Ulama sepakat membolehkan akad rahn.
22 Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Suatu Pengantar), h.71 23 Imam Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah Al
Bukhari Al Ja’fi, Shahih Al Bukhari Juz III, Jilid II, (Beirut, Darul Fikr, 1994), h.154 24 Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Suatu Pengantar), h. 125
d) Kaidah Fiqih
ل ة األص امالت االباح ي المع ى ف ل عل دل دلي اال أن ي تحريمها
Artinya : " Pada dasarnya segala bentuk muamalat boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya." Rukun rahn25:
a) Pelaku akad, yaitu rahin (yang menyerahkan barang) dan murtahin
(yang menerima barang)
b) Objek akad, yaitu marhun (barang jaminan) dan marhun bih
(pembiayaan)
c) Shighat, yaitu ijab dan qabul
Syarat sah gadai (rahn)26 :
a) Berakal
b) Baligh
c) Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad
sekalipun tidak satu jenis.
d) Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian
(murtahin) atau wakilnya.
Berakhirnya akad rahn :
a) Penyerahan marhun kepada pemiliknya.dengan penyerahan itu
25 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta, Djambatan, 2003) cet 2, edisi revisi, h. 209 26 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, (Bandung, Al-ma'arif, 1996), cet 10, h.141
menurut jumhur selain Syafi’iyah akad akan berakhir karena ia adalah
penguat atas utang, kalau diserahkan maka tidak ada lagi penguat dan
berakhirlah gadai.
b) Pelunasan utang semuanya
c) Menjual secara paksa yang dilakukan rahin dengan perintah qadhi
atau dilakukan qadhi (hakim) kalau rahin enggan.
d) Pembebasan hutang dengan apapun sebabnya
e) Pembatalan gadai oleh murtahin
f) Malikiyah mengatakan gadai batal sebelum dipegangnya (marhun)
dengan meninggalnya rahin atau bangkrutnya, atau adanya tuntutan
dari para pemberi utang untuk melunasi, atau ada tuntutan hakim agar
dia dilarang bertransaksi atau dengan sakit atau gila yang membawa
kepada kematiannya.
g) Kesepakatan Fuqoha bahwa gadai berakhir karena matinya rahin
h) Adanya transaksi lain atas marhun seperti ijarah, hibah atau sedekah.27
2) Kafalah
Dalam pengertian bahasa kafalah berarti adh-dhammu
(menggabungkan). Menurut pengertian syara', kafalah adalah proses
penggabungan tanggungan kafîl (orang yang berkewajiban melakukan
makful bihi (yang ditanggung)) menjadi tanggungan ashîl (orang yang
27 Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 120/ 123
berhutang) dalam tuntutan/permintaan dengan materi sama atau hutang,
atau barang, atau pekerjaan28.
Menurut Ulama Mazhab Hanafi (Al-Hanafiyah) menerangkan
definisi dhamân atau kafalah adalah mengumpulkan suatu tanggungan
kepada tanggungan yang lain dalam hal menagih atau menuntut diri atau
hutang atau benda29.
Menurut Ulama Mazhab Maliki (Al-Malikiyah) menerangkan bahwa
dhamân, kafalah dan hamalah adalah lafaz-lafaz sinonim atau semakna
yaitu pemilik suatu hak memfungsikan tanggungan orang yang menjamin
dengan tanggungan orang yang dijamin, baik fungsi tanggungan itu
bergantung kepada sesuatu atau tidak tergantung kepadanya30.
Para Ulama Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) menjelaskan bahwa
dhamân ialah menyanggupi hak yang telah tetap atau bakal tetap atas
orang-lain beserta hak tersebut masih tetap pada orang yang dijamin atau
menyanggupi untuk mendatangkan orang yang memikul suatu hak31.
Ulama Mazhab Syafi’I menerangkan dhamân menurut pengertian
syara’ ialah perjanjian yang menetapkan kesanggupan untuk menjamin
28 Sabiq, Fikih Sunnah 13, h. 157 29 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h.371 30 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 371 31 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 376
hak yang tetap dalam tanggungan orang lain, atau mendatangkan barang
yang dijamin atau mendatangkan diri orang yang berhak didatangkan32.
Lebih jelasnya, kafalah (guaranty) adalah jaminan, beban atau
tanggungan yang diberikan oleh penanggung (kâfil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makful).
Atas jasanya penjamin dapat meminta imbalan tertentu dari orang yang
dijamin.
Praktik kafalah dalam perbankan syariah sama halnya seperti garansi
bank (bank guarantee) pada perbankan konvensional.
Landasan hukum kafalah adalah :
a) Al-Qur'an
Al-Qur'an surat Yusuf ayat 72:
☺ ☺
Artinya : "Penyeru-penyeru itu berkata : "kami kehilangan piala
raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya."
b) Al-Hadis
Hadits Nabi riwayat Bukhari :
32 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 378
عن سلمة بن األآوع أن النبي صلى اهللا عليه وسلم أتي : هل عليه من دين؟ قالو : فقال , بجنازة ليصلي عليها
هل عليه :فقال , ثم أتي بجنازة أخرى. فصلى عليه, الأ بو : قال. صلوا على صاحبكم: قال. نعم: ين؟ قالومن د .33فصلى عليه, علي دينه يارسول اهللا: قتدة
Artinya: " Dari Salamah bin Akwa', " Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk dishalatkan. Rasulullah SAW bertanya, 'Apakah ia mempunyai hutang?' Sahabat menjawab 'Tidak'. Maka, beliau menshalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah SAW pun bertanya, 'Apakah ia mempunyai hutang?' Sahabat menjawab 'Ya'. Rasulullah SAW berkata 'Shalatkanlah temanmu itu' (beliau sendiri tidak mau menshalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, 'Saya menjamin hutangnya ya Rasulullah'. Maka Rasulullahpun menshalatkan jenazah tersebut."(HR. Bukhari dari Salamah bin Akwa')
c) Kaidah Fiqh
ل ة األص امالت االباح ي المع ى ف ل عل دل دلي اال أن ي تحريمها
Artinya : “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Rukun dan syarat kafalah 34 :
a) Kafil, yaitu orang yang menjamin. Disyaratkan mampu untuk
melunasi makful bih
33 Imam Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah Al
Bukhari Al Ja’fi, Shahih Al Bukhari Juz III, Jilid II, h. 57 34 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 191
b) Makful lahu, yaitu orang yang berpiutang. Disyaratkan jelas, dapat
hadir pada waktu akad, berakal sehat.
c) Makful’anhu atau Ashîl, yaitu oaring yang berutang. Disyaratkan
mempunyai kemampuan untuk untuk menyerahkan utang tersebut,
baik ia sendiri yang menyerahkannya maupun wakilnya.
d) Makful bih adalah utang, barang atau orang (jiwa) yang
dipertanggung-jawabkan.
e) Lafadz atau ucapan ijab dan qabul.
B. Fungsi Jaminan
Jaminan memiliki fungsi antara lain :
1. Menjamin agar debitor berperan serta dalam transaksi untuk membiayai
usahanya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya
dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau
sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil35.
2. Memberikan dorongan kepada debitor untuk memenuhi janjinya, khususnya
mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah
disetujui agar debitor dan pihak ketiga yang ikut menjamin tidak kehilangan
kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank36.
3. Memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak lembaga keuangan
35 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta, PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), cet 2, h. 286 36 Usman, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, h. 286
bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusi jaminan
kredit.
4. Memberikan hak dan kekuasaan kepada lembaga keuangan untuk
mendapatkan pelunasan dari agunan apabila debitor melakukan cidera janji,
yaitu untuk pengembalian dana yang telah dikeluarkan oleh debitor pada
waktu yang telah ditentukan.
C. Mudhârabah
1. Pengertian dan Landasan Hukum Mudhârabah
Perkataan mudharabah adalah dikeluarkan dari bentuk masdar adh-
dharbu, yang artinya pergi. Tentang ma'na ini Allah telah berfirman dalam
Surat Al-Muzammil Ayat 20 :
⌧ ⌧
⌧
⌦ ⌧
Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, Karena itu Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Mudharib berarti orang yang berjalan dimuka bumi untuk mencari atau
mendapatkan karunia Allah.37
Mudhârabah menurut pengertian etimologis (bahasa) ialah suatu
pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang yang memberikan
modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian
37 Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 3/ 40
keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjiannya, sedang
kerugian ditanggung oleh pemilik modal38.
Menurut Ulama Mazhab Hanafi (Al-Hanafiyah) adalah perjanjian kerja-
sama perniagaan dengan melihat tujuan para pelakunya adalah merupakan
persekutuan dalam memperoleh keuntungan39.
Menurut Mazhab Maliki (Al-Malikiyah) mudharabah atau qiradh
menurut syara’ ialah akad perjanjian mewakilkan dari pihak pemilik modal
kepada lainnya untuk meniagakannya secara khusus pada emas dan perak
yang telah dicetak dengan cetakan yang sah untuk tukar menukar kebutuhan
hidup40.
Menurut Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) mudharabah atau kerja-sama
perniagaan adalah suatu pernyataan tentang pemilik modal menyerahkan
sejumlah modal tertentu dari hartanya kepada orang yang meniagakannya
dengan imbalan bagian tertentu dari keuntungannya41.
Ulama penganut Mazhab Syafi’I menerangkan kerjasama perniagaan
atau mudharabah atau qiradh adalah suatu perjanjian kerjasama yang
dikehendaki agar seseorang menyerahkan modal kepada orang lain agar ia
38 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 66 39 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV h. 67 40 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV , h.73 41 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 80
melakukan niaga dengannya dan masing-masing pihak akan memperoleh
keuntungan dengan beberapa persyaratan yang ditentukan42.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul mâl) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan
akibat kelalaian si pengelola, tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelolan maka si pengelola harus bertanggung-
jawab atas kerugian43.
Landasan hukum mudharabah :
a) Al-Qur'an
Hukum mudharabah berlandaskan pada QS. Al-Jumu’ah ayat 10 :
⌧
Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
b) Al-Hadis
42 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV , h. 84 43 Muhammad Syafi,i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan (Jakarta,
Tazkia Institute, 1999), h. 171.
Hukum mudharabah berlandaskan pada hadis :
ال , صالح بن صهيب ه ق ن أبي ال ر : ع لى اهللا ق ول اهللا ص سة ل , عليه وسلم ثالث فيهن البرآ ى أج ع ال ة , البي والمقارض
44)رواه بن ماجه.(وخلط البر بالشعير للبيت ال للبيع Artinya : Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual". (H.R Ibnu Majah).
Keberkahan yang terkandung dalam melepas orang berdagang ialah
karena telah membukakan jalan bagi orang yang hidupnya kekurangan
untuk berusaha secara halal sehingga ia dapat dengan cara lebih baik dan
sesuai dengan tuntunan agama45.
c) Ijma'
Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,
mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun
mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma'.
d) Qiyas
Qiyas (analogi) menurut bahasa berarti "Mengukur sesuatu dengan
sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya".
Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan oleh Wahbah Azh-
44 Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan Ibnu
Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, (Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975), h. 768 45 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’I Edisi Lengkap Muamalat,
Munakahat, Jinayat, (Bandung, CV. Pustaka Setia), 2000, cet 1, h.130
Zhuhaili adalah : menghubungkan (menyamakan hukum) sesuatu yang
tidak ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentuan
hukumnya karena ada persamaan 'illat antara keduanya46.
Adapun qiyas mudhârabah disamakan dengan musaqah (mengambil
upah dari menyiram tanaman).47
2. Rukun dan Syarat Mudhârabah
Rukun Mudhârabah adalah 48:
a) Pihak yang berakad
1) Pemilik modal (shahibul mâl)
2) Pengelola modal (mudharib)
b) Objek yang diakadkan
1) Modal (mâl)
2) Kerja
3) Keuntungan
c) Sighat
1) Serah (ijab)
2) Terima (qobul)
Syarat mudharabah49 :
a) Pihak yang berakad (shahibul mâl dan mudharabah)
46 Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Suatu Pengantar), h. 130 47 Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 5/ 40 48 Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional
Bank Syariah , h.63 49 Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional
Bank Syariah , h. 63
Keduanya harus memiliki kemampuan untuk mewakili dan
mewakilkan. Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi
haruslah orenag yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat
sebagai wakil, karena pada satu posisi orang yang akan mengelola
modal adalah wakil dari pemilik modal, itulah sebabnya, syarat-syarat
seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam akad
mudharabah50.
b) Objek yang diakadkan adalah modal, kerja dan keuntungan.
i. Harus dijelaskan besaran modal yang disetorkan kepada mudharib,
jumlah dan mata uangnya.
Yang terkait dengan modal, disyaratkan jelas jumlahnya, Tunai
(Tidak boleh berbentuk hutang), dan diserahkan sepenuhnya
kepada pedagang/ pengelola modal.
ii. Jangka waktu pengelolaan modal.
iii. Jenis pekerjaan yang dimudharabahkan.
iv. Proporsi pembagian keuntungan. Yang terkait dengan keuntungan,
disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian
masing-masing diambilkan dari keuntungan dagang itu seperti
setengah, sepertiga atau seperempat51. Apabila pembagian
keuntungan tidak jelas, menurut Ulama Hanafiyah akad itu fasid
50 Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000) cet 1, h. 178 51 Nasroen, Fiqh Muamalah, h. 178
(rusak). Demikian juga halnya apabila pemilik modal
mensyaratkan bahwa kerugian ditanggung bersama, menurut
Ulama Hanafiyah, syarat seperti ini batal dan kerugian ditanggung
sendiri oleh pemilik modal.
c) Sighat
i. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
ii. Antara ijab dan qobul harus selaras baik dalam modal, kerja,
maupun penentuan nisbah.
iii. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan
keabsahan transaksi pada hal/ kejadian yang akan datang.
3. Macam-Macam Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu 52:
a) Mudharabah Muthlaqah
Transaksi yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah
bentuk kerjasama antara shahibul mâl dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan
daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama salaf Ash-Shalih, seringkali
dicontohkan dengan ungkapan If'al ma syi'ta (lakukanlah sesukamu) dari
shahibul mal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
b) Mudharabah Muqayyadah
52 Muhammad Syafi'I Antonio, Bank Syariah, Wacana Ulama dan Cendekiawan, h.173
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah / specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau
daerah usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si shahibul mâl dalam memasuki dunia usaha.
4. Fasad / Batalnya Mudharabah :
Para Ulama Fiqh menyatakan bahwa akad mudharabah dinyatakan
batal dalam hal-hal sebagai berikut53 :
a) Masing-masing pihak menyatakan akad batal atau pekerja dilarang untuk
bertindak hukum terhadap modal yang diberikan atau pemilik modal
menarik modalnya.
b) Salah seorang yang berakad meninggal dunia. Jika pemilik modal yang
wafat, menurut Jumhur Ulama, akad itu batal, karena akad mudharabah
sama dengan akad wakalah (perwakilan) yang gugur disebabkan wafatnya
orang yang diwakilkan. Di samping itu, jumhur Ulama berpendapat bahwa
akad mudharabah tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, Ulama Malikiyah
berpendapat bahwa jika salah seorang yang berakad meninggal dunia,
akadnya tidak batal, tetapi dilanjutkan oleh ahli warisnya, menurut mereka
akad mudharabah boleh diwariskan.
c) Salah seorang yang berakad kehilangan kecakapan bertindak hukum.
Seperti gila. Karena orang gila tidak cakap lagi bertindak hukum.
53 Nasroen, Fiqh Muamalah, h. 180
d) Jika pemilik modal murtad (keluar dari agama Islam) menurut Imam Abu
Hanifah, akad mudharabah batal.
e) Modal habis di tangan pemilik modal sebelum dikelola oleh pekerja.
Demikian juga halnya, mudharabah batal apabila modal itu dibelanjakan
oleh pemilik modal sehingga tidak ada lagi yang boleh dikelola oleh
pekerja.
f) Keuntungan dimiliki oleh pemilik harta, dan apabila pemodal
mensyaratkan kerugian ditanggung oleh pelaksana.54
Dengan demikian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa akad
mudharabah dapat menjadi batal apabila dalam proses perjalanan mudharabah
itu salah satu pihak mengingkari atau tutup usia, atau karena tidak cakap
melaksanakan akad tersebut dan atau pemilik mensyaratkan keuntungan dari
dimiliki oleh pemilik harta dan jika terdapat kerugian ditanggung oleh
pelaksana.
54 Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 14/ 40
BAB III
PROFIL LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA
A. Sejarah LKS Berkah Madani
Krisisi ekonomi yang berkepanjangan merupakan buah dari kesalahan
kebijakan pemerintah di bidang ekonomi pada masa lalu. Ketidak-berpihakan
terhadap ekonomi kerakyatan menimbulkan ketidak-adilan dan semakin
memperlebar jurang kesenjangan sosial dan ekonomi di tengah masyarakat.
Sistem ekonomi ribawi semakin menambah jauh turunnya keberkahan yang
dijanjikan Allah SWT kepada masyarakat yang bertakwa kepada-Nya.
Menghadapi kondisi tersebut, pada tanggal 19 Oktober 2004, pada bulan
suci Ramadhan 1425 H, 34 orang professional muda yang memiliki visi untuk
mewujudkan lembaga keuangan mikro yang berbasis masyarakat dengan sistem
syariah yang bernama Lembaga Keuangan Syariah Berkah Madani. Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) Berkah Madani berbadan hukum Koperasi Jasa
Keuangan Syariah yang disahkan berdasarkan SK Menteri Koperasi dan UKM
Nomor 486/BH/MENEG.I/V/2006.
Operasional LKS Berkah Madani dimulai tepat pada tanggal 10 Februari
2005 atau bertepatan dengan 1 Muharram 1426 H dengan aset awal Rp.
38.000.000,00 (Tiga Puluh Delapan Juta Rupiah)55. LKS Berkah Madani
berlokasi di Jl. Akses UI No. 44 Kelapa Dua Depok.
DPK (Dana Pihak Ketiga) LKS Berkah Madani per Desember 2006 tercatat
Rp. 809 juta (delapan ratus sembilan juta rupiah) dari Rp.721 juta (tujuh ratus dua
puluh satu juta). Sedangkan pembiayaan per Desember 2006 meningkat menjadi
Rp.1.77 miliar (satu miliar tujuh ratus tujuh puluh juta rupiah) dari Rp. 1,5 miliar
(satu miliar lima ratus juta rupiah)56.
Pada tahun 2007, total pembiayaan meningkat menjadi Rp. 1.996.707.620,-.
Pembiayaan yang disalurkan adalah untuk pembiayaan murabahah sebesar 52%,
pembiayaan mudharabah sebesar 40,95%, ijarah (sewa) 4,52 % dan Qardh
sebesar 1,97%57.
B. Visi dan Misi LKS Berkah Madani
Visi LKS Berkah Madani adalah " Menjadi Lembaga Keuangan Syariah
yang terbaik dan terdepan secara nasional dalam memberikan solusi yang
bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro dan kecil secara berkelanjutan
dengan berlandaskan prinsip-prinsip fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh".
Misi LKS Berkah Madani adalah:
1. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun
non-finansial.
55 "Berangkat dari Nol, Aset BMT Berkah Madani melonjak tajam", Artikel diakses pada 19
September 2007, http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=260112&kat_id=256 56 "BMT Kembangkan Bisnis Makanan Dan Sembako", Artikel diakses pada 30 Oktober 2007,
http://.bmt.berkahmadani .com/index_files/page1090.htm 57 Sumber : Laporan Keuangan LKS Berkah Madani Kelapa Dua tahun 2007
2. Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktifitas
masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan ekonomi.
3. Menjadi LKS yang tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan
usaha nasabahnya.
4. Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada shareholder
melalui pelayanan terbaik kepada shareholder58.
C. Struktur Organisasi LKS Berkah Madani
Struktur organisasi adalah suatu gambaran secara skematis tentang
hubungan kerja-sama orang-orang yang terdapat dalam suatu badan dalam rangka
usaha mencapai suatua tujuan. Tujuan struktur orgenisasi adalah untuk
mempermudah dalam melaksanakan tugas, membagi suatu kegiatan-kegiatan
kerja besar menjadi kegiatan-kerja yang lebih kecil. Di samping itu juga untuk
mempermudah pimpinan dalam melaksanakan tugas pengawasan.
Adapun struktur organisasi LKS Berkah Madani adalah sebagai berikut :
1. Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Rapat Anggota Tahunan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
dalam LKS yang berbadan hukum koperasi, sehingga seluruh anggota
memiliki hak yang sama untuk meminta keterangan dan pertanggung-jawaban
dari Badan Pengurus dan Badan Pengawas mengenai pengelolaan LKS.
58 “BMT Berkah Madani, Brosur, 2007”
Pelaksanaan rapat anggota dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
sekali59. Rapat anggota akan membahas dan menetapkan antara lain :
a) Anggaran dasar
b) Kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha LKS
c) Pemilihan dan pemberhentian pengurus dan pengawas
d) Rencana kerja dan anggaran LKS
e) Pengesahan laporan
f) Pengesahan, pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya
g) Pembagian sisa hasil usaha
h) Penggabungan dan peleburan pembagian dan pembubaran LKS
2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Dewan ini wajib untuk diadakan dan dioperasionalkan untuk lembaga
keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Anggota
DPS harus terdiri dari para ahli di bidang Syariah muamalah yang didukung
oleh pemahaman terhadap pengetahuan umum di bidang operasional Lembaga
Keuangan Syariah60. Secara umum tugas dan tanggung-jawab dari DPS
adalah:
a) Mengawasi kegiatan usaha LKS agar tidak menyimpang dari ketentuan
dan prinsip-prinsip Syariah
b) Memberikan nasihat dan saran kepada pengurus, pengelola dan pengawas
59 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 60 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
keuangan yang berkaitan dengan aspek Syariah
c) Menelaah aspek Syariah terhadap produk dan pengembangan produk jasa
keuangan yang ditawarkan oleh LKS
3. Badan Pengurus
Pengurus adalah orang-orang yang dipilih oleh anggota LKS dalam
rapat anggota. Pada tahap awal pendirian, pengurus biasanya dipilih dari
badan pendiri. Persyaratan pemilihan pengurus dicantumkan dalam AD
(Anggaran Dasar) / ART (Anggaran Rumah Tangga) secara umum61. Pada
LKS Berkah Madani ketentuan pengurus adalah sebagai berikut :
a) Pengurus LKS dipilih dari dan oleh anggota
b) Pengurus LKS terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara
c) Pengurus bertanggung-jawab atas perkembangan LKS dalam : memeriksa
LKS, memberi pengarahan, mengontrol pengelola, membantu pengelola
memecahkan masalah yang dihadapi serta memberikan laporan kepada
badan pendiri dan anggota LKS
d) Pada LKS Berkah Madani, masa kerja pengurus adalah 3 tahun sekali.
Setiap tahun pengurus LKS dan pengelola harus membuat laporan
pertanggung-jawaban.
4. Badan Pemeriksa atau Pengawas
Badan ini diadakan sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian
(prudential) bagi LKS dalam melaksanakan operasionalnya. Anggota Badan
61 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
Pemeriksa / Pengawas dipilih oleh Rapat Anggota. Badan Pemeriksa /
pengawas bertanggung-jawab kepada Rapat Anggota62. Secara umum tugas
dan tanggung-jawab Badan Pemeriksa / Pengawas adalah :
a) Membuat kebijakan umum untuk melakukan pengawasan pelaksanaan
kegiatan operasional sehingga sesuai dengan tujuan lembaga.
b) Melakukan pemeriksaan terhadap pengelola LKS
c) Melakukan pengawasan kegiatan operasional
d) Membuat laporan hasil pengawasan
5. Bidang Operasional
Bidang Operasional berfungsi sebagai aparat manajemen yang
ditugaskan untuk membantu Direksi dalam melakukan tugas-tugas di bidang
operasional LKS. Fungsi tersebut meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif
secara efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan dan pengamanan
pelayanan jasa-jasa LKS sesuai dengan sistim dan prosedur operasional LKS.
Pada LKS Berkah Madani bidang operasional terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
customer service, teller dan staf administrasi pembiayaan63.
Tugas dan tanggung jawab Customer service antara lain :
a) Memberikan informasi dan penjelasan secara menyeluruh kepada nasabah
mengenai produk-produk LKS Berkah Madani.
b) Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah dengan ramah, cepat
62 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 63 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
dan memuaskan
c) Memberikan pelayanan terhadap keluhan nasabah
d) Mencatat seluruh keluhan dan masukan dari nasabah
e) Melakukan pendokumentasian berkas-berkas nasabah
f) Menjaga database nasabah dengan baik dan terkendali
Tugas dan tanggung-jawab Teller adalah :
a) Memproses seluruh transaksi pembayaran dan pengeluaran uang pada
LKS Berkah Madani
b) Memproses seluruh transaksi penerimaan dana baik tunai maupun non
tunai pada LKS Berkah Madani
c) Mengelola anggaran yang telah disetujui
d) Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran kas
e) Mengelola dana kas kecil operasional LKS Berkah Madani
f) Bertanggung-jawab atas tersedianya dana untuk keperluan transaksi harian
Tugas dan tanggung-jawab Staf Administrasi Pembiayaan antara lain :
a) Melakukan registrasi pembiayaan
b) Menyusun akad pembiayaan
c) Memonitor kelengkapan dokumen pembiayaan dan jaminan sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan komite pembiayaan
d) Membuat laporan realisasi pencairan dana pembiayaan
e) Memantau pelunasan pembiayaan
f) Melakukan administrasi dan menghitung pembayaran angsuran pokok dan
bagi hasil
g) Melakukan fungsi dan tugas review atas proposal yang diajukan
h) Membantu menjalankan fungsi pengawasan kepada nasabah
i) Membuat analisis awal proposal calon nasabah
6. Bidang Marketing
Bidang marketing bertugas untuk membantu Direksi dalam menangani
tugas-tugas khususnya yang menyangkut pemasaran dan pembiayaan64. Tugas
pokok dan tanggung-jawab bidang marketing antara lain :
a) Memberikan infornasi dan penjelasan secara menyeluruh kepada calon
nasabah mengenai produk-produk LKS Berkah Madani baik produk
simpanan, pembiayaan, maupun produk lainnya
b) Memberikan pelayanan pembukaan tabungan di luar kantor
c) Memberikan pelayanan permohonan pembiayaan
d) Melakukan survey terhadap calon nasabah pembiayaan
e) Melakukan proses analisis kelayakan dan analisis jaminan calon nasabah
pembiayaan
f) Menyusun memo komite Pembiayaan dan mengajukan kepada komite
pembiayaan
g) Menjaga hubungan baik dengan nasabah
h) Melakukan monitoring terhadap nasabah pembiayaan
i) Membantu penanganan nasabah pembiayaan bermasalah
64 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
7. Bidang Keuangan
Bidang Keuangan merupakan bidang yang melaksanakan pekerjaan
yang berhubungan dengan penerimaan dan penarikan uang65. Secara umum
tugas dan tanggung jawabnya adalah :
a) Mengkompilasi seluruh rancangan anggaran tahunan LKS Berkah Madani
yang telah disusun oleh setiap bagian
b) Menyusun anggaran bulanan berdasarkan anggaran tahunan yang telah
disetujui
c) Melakukan proses akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi pada
umumnya
d) Melakukan verifikasi setiap permohonan uang yang diajukan
e) Melakukan verifikasi dan validasi data transaksi yang dimasukkan oleh
teller
f) Menyiapkan laporan keuangan LKS baik secara rutin berdasarkan periode
akuntansi maupun sewaktu-waktu secara intensif
g) Menyusun laporan realisasi anggaran
h) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran tahunan
Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi LKS Berkah Madani 66:
65 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 66 LKS Berkah Madani, Laporan Keuangan Tahun 2006, h. 8
Gambar 1 : Struktur Organisasi LKS Berkah Madani Kelapa Dua
RAPAT ANGGOTA TAHUNAN
BADAN PENGAWAS
BADAN PENGURUS
GENERAL MANAGER Zainal Zayadi
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
Personalia ( )
General Affair ( )
Keuangan Diah Ramadha N
Manajer Operasional Siti Umainah
Manajer Pendukung ( )
Manager Marketing Zainal Zayadi
Customer Service Diah Ramadha N
Teller Anik Andri Lestari
Kordinator AO : Mubin Upara Supriyantoro
Asisten AO : Fachroji Achmad
Staff Administrasi Diah Ramadha N
Accounting Siti Umainah
Susunan pengurus Lembaga Keuangan Syariah pada tahun 2007 adalah
sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas Syariah
Ketua : Muhammad Haikal
Anggota : Arisson Haikal
2. Badan Pengawas
Ketua : Asril
Angggota : Rahfi Saefulshaf
3. Badan Pengurus
Ketua Umum : Andi Estetiono
Ketua 1 : Budi Hartanto
Ketua 2 : Bambang Wahyudiono
Sekertaris 1 : Wawan W. Setiawan
Sekertaris 2 : Johan Machrobi
Bendahara 1 : Yoke Paramita
Bendahara 2 : Fevin Andryanto
D. Produk-Produk dan Jasa LKS Berkah Madani
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dalam menjalankan usahanya tidak
dapat dipisahkan dari konsep-konsep syariah yang mengatur produk dan
operasionalnya. Hadirnya LKS berfungsi sebagai intermediate antar pemilik dana
dan pengelola dana atau penyalur dana. Sebagai pengumpul dana, LKS bertindak
sebagai penarik dana dari masyarakatyang dihimpun dalam simpanan dana
nasabah. Sedangkan sebagai pengelola atau penyalur dana kepada masyarakat,
LKS mampu memberikan keuntungan secara material kepada semua pihak yang
melakukan investasi di dalamnya.
Sesuai dengan fungsinya, LKS Berkah Madani menawarkan beberapa jenis
produk yang dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Produk-
produk LKS Berkah Madani terdiri dari :
1. Simpanan Tabungan
Jenis simpanan yang dapat ditawarkan oleh LKS Berkah Madani
relatif bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki oleh
simpanan tersebut. LKS Berkah Madani melayani jasa simpanan tabungan
yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan. Dengan
akad mudharabah muthlaqah, nasabah mendapatkan bagi hasil yang halal
sesuai syariah Islam. Bagi hasil dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian,
menjamin bagi hasil yang diperoleh lebih adil. Bentuk-bentuk simpanan
tersebut antara lain :
a. Tabungan Berkah Hasil
Tabungan Berkah Hasil adalah tabungan investasi yang mudah dan
sesuai syariah. Nasabah dapat melakukan penyetoran dan penarikan dana
sewaktu-waktu dengan mudah. Merupakan tabungan dengan akad
mudharabah muthlaqah yang dapat memberikan bagi-hasil yang adil,
halal dan sesuai syariah.
b. Tabungan Berkah Amanah
Tabungan Berkah Amanah adalah tabunga khusus bagi organisasi
atau lembaga. Insya Allah menjamin dana lembaga atau organisasi
nasabah aman dan mendapat bagi-hasil yang adil, halal dan sesuai syariah.
c. Tabungan Pendidikan Berkah Siswa
Adalah tabungan dana pendidikan bagi para pelajar dan mahasiswa.
Membiasakan para pelajar dan para mahasiswa untuk hidup terencana dan
hemat dengan menabung.
d. Tabungan Haji atau Umrah Berkah Talbiyah
Tabungan ini berupa tabungan persiapan dana ongkos ibadah haji
dan umrah. Membantu nasabah dalam mewujudkan niat suci untuk
beribadah ke Tanah Suci. Menabung sekaligus berinvestasi dan
mendapatkan bagi hasil yang adil, halal dan sesuai dengan syariah. Insya
Allah ibadah nasabah mendapat ridha dan berkah dari Allah.
e. Tabungan Berkah Qurban
Tabungan Berkah Qurban membantu nasabah merencanakan
keuangan untuk melaksanakan ibadah qurban yang setiap tahun menjadi
kewajiban bagi setiap muslim yang mampu.
f. Tabungan Berkah Fitri
Tabungan Berkah Fitri adalah tabungan khusus untuk
mempersiapkan kebutuhan keuangan yang meningkat ketika menghadapi
hari raya Idul Fitri.
g. Tabungan Berkah Walimah
Tabungan ini bertujuan untuk membantu nasabah mempersiapkan
kebutuhan keuangan dalam menghadapi hari pernikahan.
2. Investasi Berjangka Berkah Invest
Investasi Berjangka Berkah Invest adalah sarana yang tepat untuk
beinvestasi dana nasabah dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan, dapat
diperpanjang secara otomatis (automatic roll over) dan bagi hasil setiap bulan
akan dipindahkan ke rekening simpanan nasabah. Dana nasabah akan dikelola
sebagai pembiayaan pada usaha mikro yang sesuai dengan syariah dan
memiliki prospek usaha yang baik dengan perputaran dana yang cepat. LKS
akan mengelola dana nasabah dengan amanah dan profesional. Dengan
demikian, selain menguntungkan, investasi ini juga membantu pemberdayaan
ekonomi rakyat khususnya asaha mikro.
3. Pembiayaan Syariah
a. Pembiayaan Ijarah
Fasilitas pembiayaan berupa sewa barang atau jasa dengan
pembayaran secara angsuran. Fasilitas pembiayaan ijarah dapat digunakan
untuk sewa tempat usaha, sewa kendaraan, pembayaran tenaga kerja,
biaya kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.
b. Pembiayaan Mudharabah
Fasilitas pembiayaan berupa kerja sama antara LKS Berkah Madani
dengan mitra, dimana LKS Berkah Madani sebagai pemilik modal dan
mitra sebagai pengelola usaha. Hasil yang diperoleh akan dibagikan (bagi
hasil) antara LKS dan mitra dengan nisbah yang disepakati.
c. Pembiayaan Murabahah
Fasilitas pembelian barang-barang modal, bahan baku, persediaan
barang dagangan, peralatan produksi maupun kebutuhan pribadi dengan
cara pembayaran secara angsuran mingguan maupun bulanan.
d. Pembiayaan Musyarakah
Fasilitas pembiayaan berupa kerjasama antara LKS Berkah Madani
dengan mitra dalam suatu kegiatan usaha dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi modal dan pengelolaan dengan pola bagi hasil atas
pendapatan yang diperoleh.
4. Baitul Mâl
Sebagai baitul mâl (lembaga yang menampung sekaligus menyalurkan
dana sosial masyarakat), LKS Berkah Madani menjalankan fungsi sebagai
lembaga amil zakat, infaq, shadaqah dan wakaf (ZISWAF). Dua amanah
utama sebagai amil zakat adalah menghimpun dana ZISWAF dari para
muzakki dan muhsinin serta menyalurkannya kepada para mustahik dan kaum
dhuafa.
Dana ZISWAF yang terhimpun dipandang sebagai sebuah amanah yang
harus dipertanggung-jawabkan baik kepada muzakki dan muhsinin dan yang
lebih utama adalah pertanggung-jawaban di hadapan Allah SWT. Dengan
demikian, insya Allah LKS Berkah Madani, penyaluran dana ZIS
diprioritaskan untuk digunakan sebagai modal usaha produktif.
Program penyaluran dana ZISWAF Berkah Madani diantaranya :
a) Penyaluran dana sebagai modal usaha produktif kepada kaum dhuafa
(Qardhul Hasan), berupa pinjaman dana bergilir.
b) Program-program pemberdayaan masyarakat.
c) Program pelatihan serta pembinaan para pedagang dan pengusaha mikro.
d) Penyaluran dana sosial dan beasiswa.
e) Bantuan sosial korban bencana
f) Bantuan solidaritas dunia Islam67.
E. Arah Perkembangan Usahanya
Peran LKS dalam mendorong perkembangan sektor usaha mikro semakin
terasa kental. Salah satunya ditunjukkan dengan peran LKS Berkah Madani
dalam mendorong perkembangan bisnis makanan dan sembako di wilayah Depok.
Pemberian pembiayaan bagi usaha warung makanan (kantin) dan sembako
penting dilakukan karena keduanya menyediakan kebutuhan yang cukup
dibutuhkan masyarakat. Depok merupakan wilayah yang sangat strategis untuk
mengembangkan kedua bisnis tersebut karena wilayah Depok merupakan wilayah
pemukiman warga dan banyak terdapat kampus sehingga tingkat likuiditasnya
67 Brosur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2007
cukup bagus, maka jika dibiayai, mereka dapat melakukan pembayaran secara
mencicil harian dan mingguan68.
F. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua
LKS Berkah Madani menyediakan fasilitas pembiayaan mudharabah bagi
nasabah LKS. Untuk memperoleh pembiayaan mudharabah tersebut, terdapat
prosedur yang mengatur agar pembiayaan dapat terlaksana dengan lancar.
Pada saat nasabah mengajukan permohonan untuk pembiayaan mudharabah,
LKS Berkah Madani akan menanyakan terlebih dahulu, apakah nasabah telah
mempunyai rekening pada LKS. Jika ternyata nasabah belum memiliki rekening,
maka nasabah diwajibkan untuk membuka rekening tabungan dengan cara
mengisi blanko pembukaan rekening tabungan yang telah disediakan oleh LKS
Berkah Madani. Setelah mengisi blanko pembukaan rekening tabungan, nasabah
diminta untuk melampirkan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan
dikenakan setoran awal sebesar Rp. 50.000,00,-.69
Setelah nasabah resmi menjadi nasabah LKS Berkah Madani, nasabah akan
mendapatkan nomor dan buku rekening tabungan. Setelah itu, barulah
permohonan pembiayaan mudharabah dapat diajukan yaitu antara lain dengan
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Syarat Dokumen
68 “Arah Perkembangan Usaha”, Artikel diakses pada 30 Oktober 2007, http://.bmt.berkahmadani
.com/index_files/page1090.htm 69 LKS Berkah Madani Kelapa Dua, Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa
Dua
a. Telah membuka rekening di LKS Berkah Madani
b. Mengisi formulir permohonan pembiayaan mudharabah yang telah
disediakan oleh LKS.
c. Melampirkan fotokopi KTP suami dan istri dan fotokopi Kartu Keluarga.
d. Melampirkan pas foto terbaru suami dan istri ukuran 4 X 6
e. Mengisi surat persetujuan suami / istri
f. Melampirkan fotokopi rekening listrik dan telepon 3 (tiga) bulan terakhir
g. Melampirkan fotokopi jaminan (BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan
Bermotor) dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)) atau SHM
(Sertifikat Hak Milik) / SHGB (Surat Hak Guna Bangunan) dan SPPT
PBB untuk tanah.
h. Melampirkan Fotokopi Surat Nikah
i. Melampirkan fotokopi rekening tabungan 6 bulan terakhir
2. Syarat Tambahan
a. Jaminan berupa BPKB Kendaraan atau Sertifikat tanah (SHM)
b. Pembiayaan disepakati bersama hanya untuk usaha sesuai permohonan
c. ZIS hasil usaha diberikan ke baitul mâl Berkah Madani untuk kepentingan
sosial Rp.16.000,-. Ketentuan lainnya sesuai dengan pembiayaan yang
berlaku di LKS Berkah Madani.
Pada syarat dokumen dalam poin g, pemohon pembiayaan mudharabah
diminta untuk melampirkan fotokopi BPKB/ SHM yang kemudian akan dianalisis
sebagai bahan pertimbangan oleh Account Officer. Namun dalam pembiayaan
yang bernominal kurang dari Rp. 1.000.000,-(satu juta) LKS tidak meminta
pemohon untuk menyertakan BPKB atau SHM sebagai jaminan pembiayaan. Hal
ini dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian pihak LKS terhadap modal
mudharabah. Pengecualian ini tetap saja tidak menghindarkan mudharib dari
analisis mendetail mengenai prospek usaha dan kemampuan bayar mudharib.
Setelah LKS menerima surat permohonan pembiayaan dari calon nasabah
pembiayaan yang telah dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang diperlukan
maka selanjutnya oleh Account Officer (AO) akan melakukan survey / kunjungan
untuk melihat kondisi usaha nasabah. Kemudian AO melakukan analisis aspek
yuridis. Setelah itu, dilakukan analisis pembiayaan. Analisis dilakukan oleh AO.
Analisa pembiayaan dilakukan dengan 2 metode yang di dalamnya terkandung
unsur 6 C (character, capacity, capital, cash flow, condition dan collateral).
Metode tersebut adalah70 :
1) Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis terhadap "kemauan Bayar" calon
nasabah penerima pembiayaan yang terdiri dari :
a) Penilaian terhadap karakter (character).
Untuk membaca watak atau sifat dari nasabah dapat dilakukan dengan
melihat latar-belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara
hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa
70 LKS Berkah Madani Kelapa Dua, Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani
Kelapa Dua
sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang
kemauan nasabah untuk membayar71.
b) Penilaian terhadap integritas
Penilaian dilakukan dengan cara menganalisis kemauan nasabah
dalam mengelola bisnis. Kemauan ini dihubungkan dengan latar belakang
pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya,
sehingga akan terlihat “kemauannya” dalam pengembalian modal.
2) Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis terhadap "kemampuan bayar" calon
nasabah penerima pembiayaan yang terdiri dari :
a) Kelayakan usaha (condition)
Penilaian pada kelayakan usaha adalah dengan memproyeksikan
usaha tersebut membutuhkan dana berapa banyak dan dapat memberikan
keuntungan berapa besar. Dengan memperkirakan seluruh biaya selama
pembiayaan berlangsung maka akan dapat diketahui berapa keuntungan
yang dapat diperoleh sehingga LKS akan dapat menyetujui pembiayaan
tersebut.
Penilaian juga dilakukan dengan menilai kondisi / keadaan ekonomi,
sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk yang masa akan
datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai
71 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Ed 1, Cet 3,
h.117
hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga
kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.72
b) Repayment capacity
Repayment capacity dapat dilihat dari cash flow (aliran kas) pada
calon nasabah pembiayaan yaitu dengan melihat pada rekening
tabungannya 6 bulan terakhir, rekening listriknya dan rekening telepon.
Analisis terhadap nasabah telah dilakukan oleh account officer yang
kemudian kepada manager. Untuk tahap selanjutnya adalah pengajuan
pembiayaan kepada Komite LKS Berkah Madani untuk memperoleh persetujuan
apakah pembiayaan tersebut dapat disetujui atau ditolak.
Komite pembiayaan menerima dan mempertimbangkan data permohonan
pembiayaan mudharabah yang diajukan oleh nasabah, kemudian memutuskan,
apabila pembiayaan tersebut layak, maka pembiayaan tersebut disetujui dan dapat
dilaksanakan. Persetujuanpun diterangkan dalam Surat Pemberitahuan Prinsip
Pembiayaan (SP3) yang kemudian ditanda-tangani oleh manager dan pemohon..
Pengikatan dilakukan dengan membuat surat perjanjian Akad Pembiayaan
Mudharabah dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak LKS
(seperti terlampir dalam lampiran) yang selanjutnya ditanda-tangani oleh pihak
LKS dan pihak pemohon. Dengan demikian pihak LKS telah terikat untuk
memberikan dana kepada pemohon yang kemudian disebut dengan mudharib.
72 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 117
Pemohon selaku mudharib-pun telah terikat untuk menjalankan usahanya yang
telah disepakati bersama73.
Setelah Surat Perjanjian Akad Pembiayaan Mudharabah ditanda-tangani,
maka dilakukan serah terima jaminan dari pemohon kepada mudharib. Serah
terima jaminan tertuang dalam surat Form Berita Acara Serah Terima Jaminan
yang ditanda-tangani oleh pemohon pembiayaan dan disetujui oleh Manajer LKS
Berkah Madani 74.
Namun, apabila pembiayaan ditolak maka pihak LKS akan memberitahukan
alasan pembiayaan tersebut ditolak. LKS akan mengembalikan seluruh data dan
dokumen yang telah diserahkan oleh pemohon.
Langkah selanjutnya adalah pencairan dana yang dilakukan di bagian
keuangan atau teller. Pencairan dana dilakukan segera setelah surat persetujuan
ditanda-tangani. Hal ini bermaksud agar pemohon selaku mudharib lekas me-
mudharabahkan modal supaya dengan segera memperoleh keuntungan yang
diharapkan sehingga pengembalian modal kepada LKS cepat dilaksanakan.
Dalam menjalankan usahanya, pihak LKS selaku shahibul mâl melakukan
monitoring kepada mudharib dengan cara memantau siklus pembayaran cicilan
atau pengembalian modal mudharabah oleh mudharib. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindarkan LKS dari risiko wanprestasi pembiayaan. Wanprestasi terjadi
apabila:
73 LKS Berkahh Madani Kelapa Dua, Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa
Dua 74 Lihat contoh Form Berita Acara Serah Terima Jaminan, pada lampiran.
1. Mudharib tidak membayar cicilan atau pengembalian pembiayaan tepat
pada waktunya.
2. Mudharib ingkar janji dengan tidak menjalankan usaha sesuai dengan
yang dicantumkan dalam pembiayaan.
3. Mudharib menjual aset yang dijadikan jaminan75
G. Penerapan Jaminan dalam Akad Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS
kepada pihak lain untuk melakukan suatu usaha yang produktif. Dalam
pembiayaan ini LKS sebagai shahibul mâl (pemilik dana) membiayai 100%
kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak
sebagai mudhârib (pengelola usaha). Mudhârib boleh melakukan berbagai macam
usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai Syariah. LKS tidak ikut serta
dalam manajemen perusahaan atau proyek mudhârabah tetapi mempunyai hak
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
Untuk menjalankan kegiatan mudhârabah yang diadakan oleh LKS Berkah
Madani, pihak LKS memiliki ketentuan khusus mengenai perjanjian mudharabah.
Dalam proses pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah, terdapat salah
satu syarat tambahan. Syarat tambahan itu adalah nasabah diminta untuk
menyertakan jaminan, berupa BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) atau
75 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 19
Septeber 2007
Sertifikat tanah (SHM) pada pembiayaan yang berjumlah lebih dari Rp.
1.000.000,00,-. Data jaminan tercantum pada surat data pemohon dalam
mengajukan permohonan pembiayaan dan dalam surat Akad Pembiayaan
Mudhârabah yang dikeluarkan oleh LKS.
Dalam Surat Keputusan Pengurus (SKP) LKS Berkah Madani No.
001/SK/KSPS-BM/II/05 Bab IV pasal 6 disebutkan bahwa “Untuk mengurangi
risiko pembiayaan, setiap fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh BMT Berkah
Madani harus memenuhi prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan itu maka
setiap pembiayaan yang diberikan dapat mempersyaratkan jaminan.”76.
Jaminan terbagi menjadi dua yaitu :
1. Jaminan Utama. Jaminan utama pembiayaan mudharabah adalah kelayakan
usaha dan prospek usaha.
2. Jaminan Tambahan. Jaminan tambahan yang diminta berupa tanah dan
Bangunan (SHM/ HGB/ HGU/ AJB), kendaraan roda dua dan roda empat
(BPKB), toko atau kios, emas, tabungan/ deposito.77
Pada pembiayaan tertentu setelah AO menganalisis dengan cermat, LKS
Berkah Madani dapat memberikan pembiayaan mudharabah tanpa jaminan
tambahan, hanya jaminan utama. Begitupun pada pembiayaan yang telah
dilakukan berulang-ulang oleh satu mudharib. LKS merasa telah mempercayai
nasabahnya maka jaminan tambahan tidak diminta untuk disertakan.
76 SK Pengurus : Penyaluran Pembiayaan BMT Berkah Madani, h. 3 77 LKS Berkah Madani, Standar Operasional Prosedur
Jaminan tambahan dimasukkan dalam persyaratan jika berdasarkan hasil
analisa AO bahwa dirasa perlu untuk menyertakan jaminan. Besarnya jaminan,
minimal sebesar 100% dari plafond pembiayaan yang diberikan78.
Penilaian terhadap nilai jaminan adalah sebagai berikut79 :
Tabel 1 : Tingkat persentase nilai likuidasi dari tanah
Jenis tanah
(kosong)
Tingkat persentase nilai
likuidasi
Perumahan 70% - 80%
komersial 70% - 80%
Tabel 2 : Tingkat persentase nilai likuidasi dari tanah dan bangunan
Jenis Tanah
(Kosong) Tingkat Presentase Nilai Likuidasi
Perumahan 70% - 90%
Komersial 70% - 90%
Tabel 3 : Tingkat persentase nilai likuidasi dari kendaraan
Tingkat Presentase Nilai Likuiditas Jenis
Kendaraan Buatan Jepang Buatan Eropa / Korea
Sedan 75% - 95% 60% - 80%
Niaga 70% - 90% 60% - 80%
78 SK Pengurus : Penyaluran Pembiayaan BMT Berkah Madani, h. 3 79 LKS Berkah Madani, Credit Support Analisa dan Penilaian, Depok, LKS Berkah Madani, 2005
Meskipun hanya sebagai syarat tambahan, namun syarat inilah yang
menentukan apakah pembiayaan mudhârabah dapat dilanjutkan atau dibatalkan.
Alasan pihak LKS meminta jaminan adalah karena pada zaman sekarang, moral
nasabah yang tidak dapat diperkirakan80. Meskipun nasabah LKS Berkah Madani
merupakan warga yang tinggal di sekitar LKS, namun nasabah LKS Berkah
Madani sangat beragam. Alasan lainnya adalah agar nasabah memiliki tanggung
jawab terhadap pembiayaan yang diajukannya. Dengan mencantumkan jaminan
maka nasabah diharapkan tidak main-main dalam menjalankan usaha karena jika
mudharib tidak bertanggung-jawab, maka jaminannya yang notabene adalah harta
dia akan segera dieksekusi. Bagi pihak LKS memiliki ketenangan apabila terjadi
pembiayaan yang bermasalah. LKS tidak lagi merasa khawatir bahwa dananya
yang merupakan dana gabungan dari penabung dan dana pribadi LKS tidak akan
lenyap begitu saja manakala mudharib melarikan dana mudharabah.
Jaminan yang diserahkan kepada LKS hanya berupa surat-surat
kepemilikannya saja (secara fidusia), bukan bentuk barangnya yang diserahkan
kepada LKS. Barang tersebut masih dapat digunakan oleh mudharib dalam
kehidupan sehari-hari. Ini dimaksudkan agar mempermudah mudharib dalam
pelaksanaan usaha dan dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Surat-surat
tersebut kemudian diamankan oleh LKS sebagai perlindungan terhadap dananya
yang sedang dimudharabahkan. Jika perjanjian tersebut telah selesai dan
80 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 19
Septeber 2007
mudharib telah mengembalikan seluruh modal beserta keuntungannya maka
jaminan tersebut secara otomatis akan dikembalikan oleh LKS kepada
mudharib81.
Jika ternyata dalam masa perjanjian mudharabah tersebut mudharib tidak
dapat mengembalikan modal beserta keuntungannya, maka LKS akan meneliti
penyebab mengapa mudharib mengalami kendala. Jika telah diketahui bahwa
kendala yang dihadapi mudharib dalam pengembalian modal beserta
keuntungannya adalah merupakan bukan akibat dari kelalaian mudharib dalam
menjalankan usahanya sesuai dengan perjanjian, melainkan akibat dari kondisi
perekonomian yang terjadi maka LKS akan memberikan kebijakan dengan cara
me-reschedule (penjadualan ulang) pembiayaan82. Yaitu dengan cara mendata
seluruh jumlah pembiayaan yang telah dikembalikan oleh mudharib yang
kemudian akan didapat sisa pembiayaan yang belum dibayar yang dalam kondisi
macet. Jumlah yang telah dibayarkan kepada LKS telah diangaap lunas. Dan
kemudian LKS memberikan tempo kembali terhadap jumlah pembiayaan
tersebut. Tujuan dari reschedule adalah untuk memperkecil jumlah angsuran
sehingga diharapkan bahwa mudharib dapat membayar angsuran dengan jumlah
yang lebih kecil yang pada akhirnya mudharib akan dapat menyelesaikan
pembiayaan.
81 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 19
Septeber 2007 82 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 6 Juni
2008
Itikad baik mudharib akan terbaca pada saat mudharib mengalami suatu
kendala dalam pembiayaan. Jika dari jadual yang telah disepakati mudharib tidak
dapat memenuhi kewajibannya tersebut, dan mudharib tidak cepat melapor
kepada LKS, maka pihak LKS akan menunggu selama periode tertentu sebelum
dilakukan eksekusi jaminan.
Apabila mudharib belum dapat mengembalikan dana tersebut dalam tempo
7 (tujuh) hari, maka SPKT (Surat Pemberitahuan Keterangan Terlambat)
diterbitkan oleh LKS dan diberikan kepada mudharib. SPKT berisi tentang
pemberitahuan bahwa mudharib telah mengalami keterlambatan dalam
pembayaran kewajibannya sesuai waktu yang tertera dalam SPKT83. Kemudian
jika dalam 7 (tujuh) hari berikutnya belum juga dapat mengembalikan dana maka
SP (Surat Peringatan) pertama diberikan kepada mudharib. Dalam SP 1, LKS
masih bertindak memperingatkan mudharib mengenai jumlah kewajibannya. LKS
masih memberikan tenggang waktu pengembalian selama 7 hari84. Hal ini tetap
berlangsung sampai SP ketiga. Jika selama satu bulan (tiga kali SP turun) maka
untuk peringatan terakhir kali, LKS akan menerbitkan SP keras, yaitu peringatan
keras bahwa Mudharib belum mengembalikan dana milik LKS beserta
keuntungan mudharabahnya. Barulah setelah SP keras turun. SP keras berisi
peringatan keras mengenai pembiayaan yang belum segera dilunasi. 7 (tujuh) hari
berikutnya LKS memanggil mudharib jika belum ada tanggapan dari mudharib
83 Lihat contoh SPKT (Surat Pemberitahuan Kewajiban Tertunda) dalam lampiran 84 Lihat contoh SP1 (Surat Peringatan 1) pada lampiaran
mengenai pertanggung-jawaban kewajibannya tersebut untuk mengeksekusi
jaminan guna penyelesaian pembiayaan yang bermasalah85.
Barang jaminan yang dieksekusi dipersaksikan di hadapan pemilik harta
sehingga pemilik harta mengetahui berapa harga yang diperoleh dari penjualan
barang jaminan tersebut yang selanjutnya akan diberikan kepada LKS sebagai
pengembalian modal yang dikelola oleh mudharib. Jika terdapat kelebihan pada
harga barang jaminan milik mudharib, maka pihak LKS akan mengembalikan
kelebihan tersebut pada mudharib. Perlu diketahui, bahwa seluruh biaya
pelaksanaan eksekusi jaminan adalah tanggung-jawab dari nasabah86.
Dalam perjanjian mudharabah, pihak LKS dan mudharib telah sama-sama
mempertimbangkan mengenai perniagaan yang akan dilakukan oleh mudharib
sehingga shahibul mâl telah memiliki gambaran mengenai kinerja serta
keuntungan yang akan diterimanya. LKS hanya menyetujui kegiatan mudharabah
yang benar-benar memiliki prospek usaha sehingga risiko kehilangan dana sangat
kecil.
85 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 19
Septeber 2007 86 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada tanggal 19
September 2007
BAB IV
ANALISIS FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH
PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) BERKAH MADANI
A. Analisis Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada LKS Berkah Madani
Kelapa Dua
Prosedur pembiayaan mudharabah menurut kajian fikih muamalah telah
diterangkan pada bab sebelumnya dengan lengkap dan jelas. Pembiayaan
mudharabah yang diterapkan pada LKS Berkah Madani telah sesuai dengan
sisitem kerja sama yang dikenal dalam Islam dengan istilah mudharabah. Tidak
terdapat hal yang menyeleweng dalam pembiayaan mudharabah menurut syariat
Islam dengan yang diterapkan oleh LKS Berkah Madani. Hal ini dapat
dimaklumi, mengingat LKS Berkah Madani yang berbadan hukum koperasi dapat
berfungsi sebagai penjangkau ekonomi tingkat menengah ke bawah yang tidak
dapat dijangkau oleh lembaga keuangan syariah barupa bank sehingga harus
menerapkan prinsip mudharabah sesuai dengan konteks aslinya.
B. Analisis Penerapan Jaminan dalam Akad Mudharabah
Pada dasarnya, al-Qur’an tidak pernah berbicara langsung mengenai
mudharabah87. Meskipun mudharabah tidak secara langsung disebutkan oleh al-
Qur’an atau sunnah, ia adalah sebuah kebiasaan yang diakui dan dipraktikkan
oleh umat Islam, dan bentuk kongsi dagang semacam ini tampaknya terus hidup
sepanjang periode awal era Islam sebagai tulang punggung perdagangan karavan
dan perdagangan jarak jauh. Rasulullah juga telah melakukan mudharabah ketika
beliau belum diangkat menjadi nabi dan rasul, yaitu pada saat beliau melakukan
kongsi perdagangan dengan Siti Khodijah yang dikemudian hari menjadi istri
beliau88.
Dengan demikian, sebagai suatu konsep yang berasal dari adat kebiasaan,
tiap daerah memiliki hak untuk melakukan perubahan sehingga sesuai dengan
situasi dan kondisi yang terjadi di daerah tersebut.
Begitu pula di Indonesia, penerapan jaminan dalam akad mudharabah
terjadi di luar persyaratkan mudharabah itu sendiri. Penerapan jaminan jelas
bukan tanpa alasan atau hanya demi mementingkan salah satu pihak saja. Namun,
ada banyak pertimbangan yang kemudian menjadikan pentingnya peran jaminan
dalam kelancaran perjanjian kerja-sama berbasis mudharabah.
Penerapan jaminan yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani pada dasarnya
mengacu pada peraturan pemerintah dalam Undang-Undang Perbankan No.10
pasal 1 mengenai ketentuan umum penjelasan no. 23 yaitu : "Agunan adalah
87 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah=Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo
Revivalis, ( Jakarta, Paramadina, 2004), h. 77 88 Ibid
jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka
pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah".
Disebutkan pula dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI) pada penjelasan Pembiayaan Mudharabah poin g bahwa :
”Pada prinsipnya,dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat memintakan jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad”.
Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha pengelola dana (mudharib), bank
sebagai pemilik dana (shahibul mâl) akan menanggung semua kerugian sepanjang
kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan pengelola dana
(mudharib)89. Sedangkan bila kerugian diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan
pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan diakui sebagai piutang
mudharabah jatuh tempo. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana antara lain,
ditunjukkan oleh :
1. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan dalam akad.
2. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan atau
yang telah ditentukan di dalam akad.
3. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.90
89 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (IAI), Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia, (Jakarta, Ikatan Akuntan Indonesia, 2003), bag III 90 Ibid
Pengelolaan pembiayaan mudharabah oleh LKS Berkah Madani telah sesuai
dengan ketentuan dalam penjelasan bab II. Penyertaan jaminan juga tidak
dilakukan terhadap seluruh pembiayaan mudharabah. Hanya pada mudharib
tertentu yang dirasa diperlukan menyertakan jaminan, seperti misalnya nasabah
mudharib yang baru pertama kali melakukan perjanjian kerja sama, atau
mudharib yang membutuhkan pembiayaan dengan dana besar.
Jika pengelola (mudharib) lalai dalam pengelolaan mudharabah sehingga
mengakibatkan tersendatnya pengembalian kewajibannya terhadap shahibul mâl,
maka LKS akan bertindak dengan memberi Surat Pemberitahuan Keterangan
Terlambat (SPKT) terhadap mudharib. LKS tidak langsung mengeksekusi
jaminan, namun mempelajari terlebih dahulu penyebab keterlambatan. Setelah
diketahui bahwa keterlambatan bukan karena kelalaian mudharib, melainkan
karena kondisi perekonomian yang kurang baik, maka LKS akan mereschedule
ulang pembiayaan pada tempat dimana mudharib tidak sanggup lagi
mengembalikan dana.
Proses panjang mengenai tenggang waktu yang diberikan oleh LKS
terhadap mudharib yang kurang memiliki rasa tanggung-jawab dalam
pengembalian dana telah terpapar pada bab sebelumnya. LKS tidak menerima
jawaban apapun dari mudharib. Maka dengan sangat terpaksa, jaminan akan
segera dieksekusi.
Sesuai dengan akad rahn bahwa jika rahin tidak membayarkan
kewajibannya maka murtahin akan menjual secara paksa dengan perintah qadhi
atau dilakukan qadhi kalau rahin enggan.
Pada LKS, proses penjualan jaminan dipersaksikan oleh semua pihak. Jika
terdapat kelebihan dalam penjualan marhun, maka akan dikembalikan kepada
pemilik. Seluruh biaya akan ditanggung oleh rahin.
C. Analisis Hukum Islam Terhadap Fungsi Jaminan dalam Pembiayaan
Mudharabah
Beberapa Ulama di Indonesia yang terhimpun pada Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dalam fatwanya No. 07/ DSN-MUI/IV/2000 mengizinkan
pemilik dana meminta jaminan dari mudharib terhadap pelanggaran batas atau
tindakan menyalahi ketentuan. MUI telah menetapkan bahwa pada dasarnya,
dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena akad ini bersifat amanah (yad al-
amanah), kecuali akibat dari kesalahan yang disengaja, kelalaian atau
pelanggaran kesepakatan. Dari keterangan tersebut, MUI menyetujui tentang
jaminan, hanya saja jaminan dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam
akad.91
Pertimbangan tersebut berdasarkan QS Al Baqarah ayat 283 :
91 DSN, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta, PT Intermasa, 2003), h. 45
Beberapa Ulama dari Mazhab Maliki juga membolehkan adanya pihak ke
tiga yang menyediakan jaminan bagi mudharabah. Penjaminan ini berupa
kafalah.92
Mudhârabah dikatakan bersifat amanah karena shahibul mâl telah percaya
sepenuhnya kepada mudharib untuk mengelola dana yang dimilikinya. Itu berarti,
shahibul mâl telah siap dengan segala risiko yang akan dihadapinya dalam
mengelola dana tersebut. Dalam pelaksanaan usaha, shahibul mâl tidak berhak
untuk mencampuri pekerjaan mudharib. Shahibul mâl hanya boleh untuk
memberikan masukan-masukan dan melakukan pemantauan terhadap kinerja
mudharib. Dari sinilah shahibul mâl mengetahui bahwa mudharib benar-benar
melakukan usahanya tersebut atau memiliki moral yang kurang baik terhadap
kerja-sama tersebut. Pada hakikatnya, jaminan adalah untuk memberi pertolongan
terselamatkannya pekerjaan mudharib yang diperjanjikan93.
Penyertaan jaminan dalam pembiayaan mudharabah tidak lain adalah
langkah yang diambil untuk melindungi shahibul mâl dari risiko wanprestasi94
yang dilakukan oleh mudharib. Jika pada kenyataannya mudharabah dapat
berjalan dengan lancar dan mudharib memperoleh keuntungan dari
mudharabahnya tersebut, maka jaminan tersebut akan dikembalikan oleh pihak
shahibul mâl.
92 Muhammad Syafi,i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan (Jakarta, Tazkia
Institute, 1999), h. 177 93 Muhammad Mun’im Abu Zaid, Nahwa Tathwir Nizham Al Mudharabah fil Masharifil
Islamiyyah, (Maktabah Darut Turats, 1991) H. 399 94 Wanprestasi tertera pada hal. (sblm penerapan)
Jadi dapat dikatakan bahwa penyertaan jaminan dalam pembiayaan
mudharabah nmerupakan alternatif dari pengamanan terhadap pemberian modal
kerja yang dilakukan oleh shahibul mâl demi menghindari moral mudharib yang
tidak bertanggung-jawab terhadap kerja-sama tersebut. Hal ini sejalan dengan
pernyataan dari general manager LKS bahwa dengan menyertakan jaminan maka
akan tercipta ketenangan bagi LKS bila ada pembiayaan yang bermasalah
mengingat moral nasabah yang tidak dapat diperkirakan.95 Dengan disertakannya
jaminan, shahibul mâl tidak akan ragu lagi untuk melakukan kerja-sama sehingga
perputaran uang akan terus terjadi dan distribusi kekayaan akan terealisasi. Maka
kemakmuran secara merata akan dapat tercapai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh LKS Berkah Madani adalah
akad kerjasama antara LKS yang menyediakan modal dengan mudharib
(nasabah) yang memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan usaha yang produktif
dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama
berdasarkan nisbah yang disepakati. LKS mensyaratkan adanya jaminan
sebagai syarat tambahan pada perjanjian mudharabah.
95 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada tanggal 19
September 2007
2. Fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah
Mengingat keadaan masyarakat di Indonesia saat ini maka penyertaan
jaminan dalam akad mudharabah berfungsi sebagai salah satu langkah untuk
melindungi dana masyarakat agar tidak hilang begitu saja akibat keteledoran
dari mudharib. Ini merupakan suatu prinsip kehati-hatian yang diharuskan
oleh manajemen dalam pembiayaan. Bagi nasabah, jaminan berfungsi sebagai
cerminan rasa tanggung-jawab atas usaha yang dibiayaai oleh LKS sehingga
diharapkan dapat menjalankan usahanya dengan keseriusan. Namun LKS
seharusnya hanya meminta jaminan pada orang yang terhadap orang yang
tidak memenuhi kriteria yang ditentukan dalam analisis kualitatif dan
kuantitatif.
3. Ahli Fikih menyebutkan bahwa mudharabah tidak diperkenankan untuk
disyaratkan kepada mudharib karena akad mudharabah adalah akad yad al-
amanah yaitu akad yang bersifat kepercayaan. Jaminan yang diperbolehkan
hanya jaminan berupa kelayakan usaha dan prospek usaha. Shahibul mâl
diharapkan mampu untuk memahami bahwa penyertaan jaminan sangat
memberatkan mudharib untuk melakukan mudharabah. Namun, mengingat
kondisi kemasyarakatan yang ada pada saat ini tidak memungkinkan untuk
menerapkan kerjasama mudharabah sesuai dengan konteks aslinya yaitu
tanpa jaminan, maka untuk melindungi berbagai pihak yang terlibat dalam
pembiayaan mudharabah dari beragam risiko yang dapat muncul, mudharib
dapat diminta untuk menyertakan jaminan.
B. Saran-saran
1. LKS Berkah Madani sebagai LKS yang belum lama eksis dalam dunia
keuangan hendaknya mempersiapkan sumber daya manusia yang sesuai
dengan bidangnya untuk dapat menghadapi persaingan dalam industri
keuangan. Bila perlu, LKS memberikan beasiswa untuk para tenaga kerja
yang memiliki potensi dan prestasi dalam bidang pekerjaanya mengingat LKS
Berkah Madani terletak di kawasan yang padat penduduk dan dikelilingi oleh
beragam institusi pendidikan yang memiliki antusiasme tinggi terhadap
produk-produk syariah yang merupakan produk yang hukumnya lebih jelas
dari produk pada lembaga keuangan konvensional.
2. Hambatan pada penerapan jaminan hendaknya dijadikan contoh sebagai
pelajaran di masa depan bagaimana menghadapi nasabah yang enggan
memberikan jaminan. Memberikan pengertian kepada nasabah mengenai
fungsi jaminan adalah langkah jitu untuk mendapatkan jaminan pada
pembiayaan sehingga dana LKS tidak hilang begitu saja.
3. Bagi nasabah pembiayaan mudharabah, hendaknya dapat memahami dengan
penyertaan jaminan, LKS bukanlah dalam rangka mencari keuntungan dengan
menjual aset jaminan. Pengadaan jaminan disertakan demi kebaikan bersama.
Nasabah juga diharapkan menghindari moral yang negatif dalam menjalankan
kerja-sama mengingat dana yang dikeluarkan untuk nasabah bukanlah dana
LKS pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jaziri, Abdul Rahman, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, Semarang, CV. Asy-syifa’, 1994
Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan
Ibnu Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975 Antonio, Muhammad Syafi'i. M.Ec., Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik, Jakarta,
Gema Insani Press, Cet 1,2001 Antonio, Muhammad Syafi'i.M.Ec., Bank Syariah : Wacana Ulama dan
Cendikiawan, Jakarta, Tazkia Institute, 1999 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007,
Ed. 1 Brosur LKS Berkah Madani, 2007 Buku Besar LKS Berkah Madani Kelapa Dua. Djumhana, M, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,
2003, Cet. IV DSN, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta, PT Intermasa, 2003 Grup Rekayasa Bisnis BMI, Konsep Al-Mudharabah, Jakarta, __, 1996 Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000, Cet. 1 Hasan, M Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2004, Ed. 1, Cet. 2 HS, Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2004, Cet 1
Imam Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Al Bukhari Juz III, Jilid II, Beirut, Darul Fikr, 1994
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Ed 1,
Cet 3 Koto, Alaiddin, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (suatu pengantar), Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2004 LKS Berkah Madani, Laporan Keuangan Tahun 2006 LKS Berkah Madani, Credit Support Analisa dan Penilaian, Depok, LKS Berkah
Madani, 2005 Mujieb, M. Abdul, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2002, cet. 3 Mun’im, Muhammad, Abu Zaid, Nahwa Tathwir Nizham Al Mudharabah fil
Masharifil Islamiyyah, Maktabah Darut Turats, 1991 Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1998, cet. 3 NH, Muhammad Firdaus, dkk, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah,
Jakarta, Renaisans, 2005, cet 1 Rahman, Hassanuddin, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di
Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995 Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 13, Bandung, PT. Ma'arif,1987 Saeed, Abdullah, Menyoal Bank Syariah=Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum
Neo Revivalis, Jakarta, Paramadina, 2004 Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Jakarta, PT. Pustaka Utama, 1996 Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-pokok Hukum
Jaminan dan Jaminan Perseorangan, Yogyakarta, Liberty Offset Yogyakarta, 2001, Cet.2
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Illustrasi,
Yogyakarta, Ekonosia, 2004 Suhendi, Hendi, Fiqih Muamalah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Supramono, Gatot, Perbankan dan Permasalahan Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis,
Jakarta, Djambatan, 1996 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia, Konsep, Produk
dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta, Djambatan, 2003) cet 2, edisi revisi, h.63
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1989, Cet.2 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (IAI), Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, (Jakarta, Ikatan Akuntan Indonesia, 2003
Usman, Rachmadi, S.H, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama, 2001 Zuhaili, Wahbah, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam Wa Adillatuhu, Zein, Satria Effendi M, Ushul Fiqh, Jakarta, Kencana, 2005, Cet. 1
Situs
"Berangkat dari Nol, Aset BMT Berkah Madani melonjak tajam", Artikel diakses pada 19 September 2007, http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=260112&kat_id=256
"BMT Kembangkan Bisnis Makanan Dan Sembako", Artikel diakses pada 30
Oktober 2007, http://.bmt.berkahmadani .com/index_files/page1090.htm