fungsi humas cv. trisula mandiri group (industri peternak dan …. viogustha... · 2020. 7. 29. ·...

84
i Fungsi Humas CV. Trisula Mandiri Group (Industri Peternak dan Pakan Ikan) Sebagai Manajemen Krisis dalam Menangani Pemberitaan Negatif SKRIPSI Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Almamater Wartawan Surabaya” untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi Disusun Oleh: VIOGUSTHA IRSANTY KUSUMA NPM : 15.01.0057 Jurusan : Broadcasting SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    Fungsi Humas CV. Trisula Mandiri Group (Industri Peternak dan

    Pakan Ikan) Sebagai Manajemen Krisis dalam Menangani

    Pemberitaan Negatif

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Almamater Wartawan

    Surabaya” untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

    Program Sarjana Ilmu Komunikasi

    Disusun Oleh:

    VIOGUSTHA IRSANTY KUSUMA

    NPM : 15.01.0057

    Jurusan : Broadcasting

    SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI

    ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA

    2019

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

    Skripsi Oleh:

    Nama : VIOGUSTHA IRSANTY KUSUMA

    NPM : 15.01.0057

    Kekhususan : BROADCASTING

    Judul Skripsi : Manajemen Krisis CV. Trisula Mandiri Group

    (Industri Peternak dan Pakan Ikan) Dalam

    Menangani Pemberitaan Negatif

    Telah diperiksa dan siap untuk diujikan di hadapan tim penguji

    Surabaya, 20 September 2019

    Dosen Pembimbing

    Dr. H. Supriadi, SH., MM.

  • iii

    PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

    Skripsi oleh VIOGUSTHA IRSANTY KUSUMA, ini telah dipertahankan didepan

    Tim Penguji Skripsi

    Surabaya, 20 September 2019

    Mengesahkan,

    Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya

    Ketua Stikosa – AWS

    Dr. Ismojo Herdono, Drs., M.Med.Kom.

    Ketua Penguji

    Drs. Puasini Aprilyantini, M.Si

    Penguji I,

    Ratna Puspita Sari, M.Med.Kom.

    Penguji II,

    Dr. H. Supriadi, SH., MM.

  • iv

    MOTTO

    “Lailahaillallah Muhammadurrasulullah”

    Skripsi ini saya persembahkan kepada:

    Orang Tua Tercinta

    Kekasih dan Adik

    Almamater Stikosa - AWS

  • v

    KATA PENGANTAR

    Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas

    rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skrispsi

    sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan

    dengan lancar.

    Kesuksesan ini peneliti peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh

    karena itu peneliti menyadari dan menyampaikan terima kasih sedalam-

    dalamnya kepada:

    1. Kedua orang tua saya, Sri Wahyuningsih – Drianto Adi

    Wicaksono, adik bungsu saya Redeptha Ircahya Kusuma, dan juga

    sahabat saya Ilham Samudro.

    2. Dr. Ismojo Herdono, Drs, M.Med.Kom, selaku Ketua Stikosa-

    AWS Surabaya.

    3. Dr. H. Supriadi, SH., MM. selaku Dosen Pembimbing.

    4. Sunarto Sandiman (Humas) dan Drianto Adi Wicaksono

    (Direktur) selaku informan penelitian.

    5. Semua kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

    yang telah mendampingi dan mendukung selama pengerjaan

    penelitian ini.

    Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah bapak/ibu berikan kepada

    peneliti mendapat balasan yang sebaik mungkin dari Allah SWT, penguasa alam

    seisinya.

    Surabaya, 20 September

    2019

    Peneliti

    Viogustha Irsanty Kusuma

  • vi

    ABSTRAK

    Penelitian ini berjudul Manajemen Krisis CV. Trisula Mandiri Group

    (Industri Peternak dan Pakan Ikan) dalam Menangani Pemberitaan Negatif.

    Pemberitaan yang berisi tentang kesalahan perusahaan dalam melayani pesanan

    pelanggan, tersebar melalui sebuah grup di aplikasi chatting. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan perusahaan terhadap krisis yang

    menerpa, dan bagaimana cara mengembalikan kepercayaan masyarakat setelah

    terjadinya krisis.

    Penelitian menggunakan metode kualitatif, desain penelitian deskriptif

    dengan mewawancarai informan. Informan pada penelitian ini adalah Humas dan

    Direktur CV. Trisula Mandiri Group. Teknik pengumpulan data yang digunakan

    berupa hasil wawancara, observasi, dan mengumpulkan data sekunder.

    Hasil penelitian yaitu terdapat dua pemahaman dalam sebuah krisis

    perusahaan yang dialami, yaitu krisis komunikasi dan krisis produktifitas. CV.

    Trisula Mandiri Group telah melaksanakan sebagian besar konsep-konsep strategi

    humas dalam menejemen krisis menurut Mcelreath, yaitu: Pendalaman fakta (fact

    finding), Perencanaan (planning and programming), Mengambil tindakan dan

    berkomunikasi (action and communicating). Untuk membangun kembali citra dan

    kepercayaan di masyarakat setelah krisis yang menerpa perusahaan, humas CV.

    Trisula Mandiri Group melakukan branding image dan melakukan pendekatan

    dengan konsumen.

    Kata Kunci: Manajemen Krisis, Krisis, Strtategi Public Relations

  • vii

    ABSTRACT

    This research discusses about Crisis Management CV. Trisula Mandiri

    Group (Farm & Food Industry of Fish) that Dealing with Negative News. Some

    news that contains the company's mistakes in serving customer orders, spread

    through a group in the chat application. This research aims to determine how the

    company's view of crisis, and how to restore public trust after the crisis.

    This research using qualitative methods, descriptive research design by

    interviewing informants. Informants in this research are the Public Relations and

    Director of CV. Trisula Mandiri Group. Data collection techniques used form of

    interviews, observations, and collecting secondary data.

    The results of the research are two understandings in company crisis

    experienced, the communication crisis and the productivity crisis. CV. Trisula

    Mandiri Group has implemented most of the concepts of public relations strategy

    in crisis management according to Mcelreath, are: Deepening of facts (fact finding),

    Planning (planning and programming), Taking action and communicating (action

    and communicating). To rebuild image and trust in public after crisis that attack the

    company, public relations CV. Trisula Mandiri Group doing branding image and

    approaching consumers with better services.

    Keywords: Crisis Management, Crisis, Public Relations Strategy

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .......................................................................................................... i

    Halaman Persetujuan Skripsi .................................................................................. ii

    Halaman Pengesahan Tim Penguji Skripsi ............................................................ iii

    Halaman Motto....................................................................................................... iv

    Kata Pengantar ......................................................................................................... v

    Abstrak ................................................................................................................... vi

    Abstract ................................................................................................................. vii

    Daftar Isi............................................................................................................... viii

    Daftar Tabel ........................................................................................................... xi

    Daftar Gambar ....................................................................................................... xii

    Daftar Lampiran ................................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang Masalah ................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6

    1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

    1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

    1.5 Kajian Pustaka .................................................................................. 7

    1.5.1 Strategi Humas ............................................................................ 7

    1.5.1.1 Definisi Strategi Humas......................................................... 7

    1.5.1.2 Kegiatan dan Sasaran Public Relations ............................... 12

    1.5.2 Krisis .......................................................................................... 13

    1.5.2.1 Definisi Krisis ...................................................................... 13

    1.5.2.2 Tahapan-tahapan Krisis ....................................................... 16

    1.5.3 Manajemen Krisis ...................................................................... 21

    1.5.3.1 Definisi Manajemen Krisis .................................................. 21

    1.5.3.2 Langkah-Langkah dalam Mengelola Krisis ........................ 23

    1.6 Kerangka Berpikir ……………………………………………... 31

    1.7 Metode Penelitian ......................................................................... 32

  • ix

    1.7.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 32

    1.7.2 Subjek dan Objek Penelitian................................................... 33

    1.7.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 33

    1.7.4 Metode Pengumpulan Data .................................................... 34

    1.7.5 Teknik Analisis Data .............................................................. 36

    1.7.6 Metode Keabsahan Data ......................................................... 37

    BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

    2.1 Profesi CV. Trisula Mandiri Group ................................................. 41

    2.2 Visi dan Misi ................................................................................... 44

    2.2.1 Visi............................................................................................. 44

    2.2.2 Misi ............................................................................................ 44

    2.3 Struktur Organisasi .......................................................................... 45

    2.4 Laporan Penjualan ……………………………………...…………46

    2.5 Profil Narasumber Penelitian........................................................... 47

    BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

    3.1 Penemuan dan Analisis Data ........................................................... 48

    3.2 Pemahaman Mengenai Krisis .......................................................... 49

    3.2.1 Pemahaman CV. Trisula Mandiri Group Mengenai Krisis ....... 49

    3.3 Sikap Humas dan Perusahaan Terhadap Krisis ............................... 50

    3.4 Strategi Humas ................................................................................ 51

    3.4.1 Mengetahui Permasalahan ......................................................... 51

    3.4.2 Perencanaan ............................................................................... 52

    3.4.3 Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi Melalui Program

    Strategi Manajemen Krisis ........................................................ 53

    3.5 Manajemen Krisis ............................................................................ 55

    3.5.1 Cara Cepat yang Dilakukan dalam Manajemen Krisis .............. 55

    3.5.2 Pihak yang Merancang Strategu Manajemen Krisis.................. 56

  • x

    3.6 Mengelola krisis .............................................................................. 58

    3.6.1 Prosedur atau Tahapan Dasar dalam Mengelola Krisis ............. 58

    3.6.2 Pendalaman Data dan Fakta ...................................................... 60

    3.6.3 Membuat Batasan Isu ................................................................ 61

    3.6.4 Menunjuk Spoke Person ............................................................ 63

    BAB IV PENUTUP

    4.1 Simpulan…….. ……………………......…………………………...64

    4.2 Saran………......................................................................................66

    DAFTAR PUSTAKA………………...…………………………………………..68

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 ................................................................................................................... 9

    Tabel 1.2 ................................................................................................................. 34

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 ............................................................................................................. 13

    Gambar 1.2 ............................................................................................................. 20

    Gambar 1.3 ............................................................................................................. 31

    Gambar 2.1 ............................................................................................................. 45

    Gambar 2.2 ............................................................................................................. 46

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A ........................................................................................................... A1

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung

    pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya,

    menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama;

    melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/ permasalahan, membantu

    manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif;

    bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan

    penggunaan penelitian seta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana

    utama. (Dr. Rex Harlow , Ruslan 2010:6).

    Public Relations (PR) atau humas sangat dibutuhkan dalam organisasi. Baik

    yang bersifat komersil ataupun non komersil, membuthkan kinerja humas dalam

    kegiatan berorganisasi. Humas secara garis besar memiliki peran sebagai problem

    solving process fasilitator. Pentingnya peran humas menjadikannya sebagai pihak

    untuk dapat memecahkan suatu permasalaan yang sedang dihadapi oleh perusahaan

    atau lembaga tersebut.

    Pandangan tentang profesi PR dalam suatu lembaga sudah mengalami

    perubahan. PR tak lagi dipandang sebagai bagian yang bekerja pada dokumentasi

    dan kliping. Saat ini humas merupakan pilar penting dalam perusahaan untuk

    melancarkan kinerja perusahaan. Hal ini dibuktian dengan posisi humas di dalam

    struktur organisasi yang berkedudukan dekat dengan top level management. Tujuan

    dari posisi humas dapat membeerikan saran kepada pimpinan dan manajemen untuk

  • 2

    dapat membantu perusahaan dala enangani permasalahan yang melanda perusahaan

    seperti isu dan krisis.

    Fungsi utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan

    baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam

    menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam

    upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan organisasi.

    Aktivitas PR adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two ways

    traffic communications) antara lembaga dengan publik yang bertuuan untuk

    menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan,

    kebijakan, kegiatan produksi, demi kemajuan lembaga atau citra positif. Kegiatan

    PR sangat berkaitan dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari

    masyarakat.

    Dalam hal ini, tugas seorang public relations berkaitan dengan kode etik

    Asosiasi Public Relations Internasional (International Public Relations Association

    Code of Conduct) yang menegaskan, bahwa setiap PR tidak dibenarkan untuk

    mengangkat suatu konflik yang terjadi atau hal yang sengaja dipaparkan kepada

    publik tanpa seizin yang bersangkutan atau berkepentingan. Sebaliknya, PR tidak

    dibenarkan dengan sengaja menutupi masalah atau krisis yang sedang terjadi di

    lembaga yang bersangkutan dengan cara mengelabuhi publik.

    Suatu organisasi di dalam kegiatannya membutuhkan dukungan dari kinerja

    humas. PR pada sebuah organisasi mempunyai peran penting dalam manajemen

    “Humas dalam fungsi manajemen secara khuus yang mendukung terbentuknya

  • 3

    saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan, dan kerja sama

    antara organisasi dengan publiknya.” (Cutlip, Center & Broom, 2006).

    Dalam membantu kinerja perusahaan untuk mencapai tujuan bersama,

    humas memiliki strategi di dalam melakukan pekejaannya. Definisi dari strategi

    humas adalah alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan

    public relations dalam kerangka suatu rencana (PR Plan) (Ruslan, 2008:133).

    Dalam strategi humas, memiliki landasan untuk membuat strategi humas yang

    terintegrasi dari fungsi dan peran humas.

    Suatu lembaga dalam menangguangi isu dan krisis dapat menggunakan

    strategi humas, berupa strategi manajemen krisis. Strategi tersebut adalah

    pendekatan yang terstruktur dalam penanganan suatu kejadian, dengan tujuan untuk

    memberikan strategi komunikasi yang tepat, sehingga informasi yang diberikan

    sampai kepada khalayak dengan cepat dan tepat, meminimalisasi resiko kesalahan

    informasi da membantu mengurangi kerugian (Murray, 2001). Seorang PR wajib

    menjelaskan secara jujur dan terbuka (open communication). Hal tersebut

    dikarenakan di satu pihak PR bertindak sebagai perantara (mediator) dan juga

    memiliki taggung jawab sosial (social responsibility).

    Dalam menjalanan perannya, harus berdasar kejujuran dan etika yang

    dipegang teguh. Humas melalui strategi manajemen krisis yang telah dirancang,

    diharapkan dapat membantu kinerja manajemen pada suatu lembaga. Humas

    diharapkan dapat membantu penanganan isu atau krisis yang sedang terjadi pada

    lembaga tersebut. Hal ini karena kebutuhan ternak yang beragam, ditandai oleh

  • 4

    semakin banyaknya industri atau lembaga yang bergerak pada akuakultur di

    Indonesia.

    Indonesia merupakan negara dengan didukung oleh perairan yang sangat

    luas, meliputi 11,95 juta (Ha) sungai dan rawa, 1,87 juta (Ha) danau alam, 0,003

    (Ha) danau buatan serta perairan laut yang luas, telah memberikan kemudahan bagi

    masyarakat khususnya petani ikan untuk mengembangkan usaha perikanan di

    Indonesia (Raflie, 2007).

    Oleh karena itu, pemerintah juga mencanangkan pembangunan pada sektor

    perikanan. Pengembangan budidaya perikanan tersebut, tentunya diperlukan pakan

    berkualitas. Pakan ikan terdiri dari dua macam, yaitu pakan ikan alami dan pakan

    ikan buatan. Pakan alami pada umumnya digunakan dalam bentuk hidup dan agak

    sulit untuk mengembangkannya. Sedangkan pakan buatan dapat diartikan secara

    umum sebagai pakan yang berasal dari olahan beberapa pakan yang memenuhi

    nutrisi yang diperlukan oleh ikan.

    CV. Trisula Mandiri Group adalah salah satu perusahaan yang bergerak

    pada industri pakan ikan dan peternakan ikan. Perusahaan yang berdiri pada 2016,

    berlokasi di Ds. Ariyo Jeding Kecamatan Rejo Tangan Kab. Tulungagung.

    Setelah berjalan selama kurang lebih 3 tahun, CV. Trisula Mandiri Group

    dikagetkan oleh berita negatif dari konsumen yang mengalami kesalahan informasi

    saat transaksi jual beli, lalu berita tersebut disebarkan ke grup aplikasi Whatsapp

    dengan melebih-lebihkan cerita pada bulan Oktober 2018, yang berpengaruh pada

    relasi dan citra perusahaan. Ingin segera memperbaiki citranya, humas CV. Trisula

  • 5

    Mandiri Group meminta maaf dan membuat klarifikasi kepada pihak yang merasa

    dirugikan.

    Munculnya pemberitaan kurang baik berpotensi untuk memunculkan

    dampak negatif pada perusahaan yang diberitakan. Perusahaan harus menyikapi

    dengan cepat dan tepat pemberitaan yang beredar. Nantinya pemberitaan negatif ini

    akan memicu terjadinya krisis, yang dapat merugikan perusahaan.

    Menurut Rachmat Kriyantono (2012: 171), jika sebuah krisis tidak

    ditangani secara baik, krisis dapat menyebabkan reputasi organisasi menjadi objek

    kritikan dan cemoohan masyarakat. Akibatknya, organisasi tersebut akan

    mengalami kerugian besar. Misalnya, menurunnya tingkat penjualan, modal,

    keuntungan, nilai saham, dan rasa percaya diri.

    Peneliti memilih akuakultur CV. Trisula Mandiri Group karena diterpa isu

    negatif, namun tak sedikit pula masyarakat yang masih mempercayai, membeli atau

    menjadi partership CV. Trisula Mandiri Group. Permasalahan ini berada pada

    tahap clean up yaitu saat masalah melewati tahap warning tanpa diselesaikan, maka

    kerusakan perusahaan mulai timbul.

    Inilah waktunya untuk memulihkan perusahaan dari kerugian atau

    setidaknya menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik sisa produk, reputasi, citra

    perusahaan, kinerja, dan lini produksi. Saat pemulihan perusahaan harus

    menghadapi hal-hal yang terkait dengan hukum, media, dan tekanan publik. Namun

    hikmah yang dapat diambil, yakni perusahaan dapat melihat bagaimana suatu krisis

    akan timbul, bagaimana menghadapi krisis dan memastikan krisis tidak akan pernah

    terulang lagi.

  • 6

    Strategi manajemen krisis adalah pilihan yang tepat untuk digunakan dalam

    mengelola krisis. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana strategi

    manajemen krisis yang dilakukan oleh CV. Trisula Mandiri Group dalam

    mengelola pemberitaan negatif tersebut.

    Peneliti berharap penelitian ini nantinya dapat memberi masukan atau saran

    pada pihak CV. Trisula Mandiri Group mengenai kinerja strategi manajemen krisis

    yang mereka rancang, agar dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan krisis.

    Diharapkan juga CV. Trisula Mandiri Group dapat mengembangkan atau

    menambahkan konsep-konsep dalam strategi manajemen krisis yang dimiliki oleh

    perusahaan dalam menangani pemberitaan negatif.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan Latar Belakang yang telah dijelaskan, maka Rumusan Masalah

    penelitian ini adalah:

    1) Bagaimana pemahaman CV. Trisula Mandiri Group tentang menanggapi

    pemberitaan negatif?

    2) Bagaimana CV. Trisula Mandiri Group membangun kembali citra atau

    kepercayaan mayarakat terkait pemberitaan negatif?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dijelaskan, maka Jawaban atau

    Tujuan Penelitian ini adalah:

    1) Mengetahui pemahaman CV. Trisula Mandiri Group tentang menanggapi

    komentar negatif.

    2) Mengetahui bagaimana langkah-langkah CV. Trisula Mandiri Group

    membangun kepercayaan serta citra positif di masyarakat/ media.

  • 7

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Akademis

    1) Hasil penelitian ini dapat memperkuat teoritis dan pengembangan strategi

    marketing dalam menghadapi krisis.

    2) Hasil penelitian menjadi sebuah nilai tambah pengetahuan dalam bidang

    Ilmu Komunikasi, terkhusus Kehumasan/ PR.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1) Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat memberi motivasi/ masukan

    terhadap CV. Trisula Mandiri Group mengenai kinerja PR, untuk mengatasi

    pemberitaan negatif di media.

    2) Sebagai public relations, hasil penelitian menanggulangi berita negatif

    perusahaan ini memberi referensi untuk meningkatkan kinerja dan kualitas

    seorang humas dalam membentuk citra di masyarakat ataupun media.

    1.5 Kajian Pustaka

    1.5.1 Strategi Humas

    1.5.1.1 Definisi Strategi Humas

    Dennis L. Wilcox dalam bukunya Public Relation: Strategies and Tactics

    menyatakan: “Stategy is the overal approach that is taken to a program ir

    camppaign. Its is coordiating theme or factor, the guiding principles, the big idea,

    the rationable behind the tactical program.” Pernyataan tersebut dapat didefiniskan

    bahwa strategi adalah pendekatan yang digunakan dalam suatu program atau

    kampanye. Strategi mengoordinasikan tema atau faktor, prinsip penuntun, ide

    besar, yang menunjukkan bahwa strategi merupakan bagian penting untuk

  • 8

    menentukan alternatif dalam pencapaian suatu tujuan akhor yang hendak dicapai.

    (Wilcox, 2000:105).

    Menurut Ahmad S. Adnanputra yang dikutip dalam buku manajemen Public

    Relations dan Media Komunikasi, batasan pengertian tentang strategi PR adalah

    alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujan Public Realtion

    dalam kerangka suatu rencana PR (Public Relations Plan) (Ruslan, 2006:133).

    Kegiatan dalam humas bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan

    suatu “citra yang menguntungkan” bagi organsasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

    strategi kegiatan humas semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi para

    stakeholder, sikap tindak dan persepsi mereka. Dalam membentuk strategi PR

    terdapat dua komponen yang berkaitan yaitu; komponen sasaran, dan komponen

    sarana. (Ruslan, 2008:134).

    1) Komponen sasaran: Satuan atau segmen yang akan digarap

    komponen sasaran umumnya adalah para stakeholder dan publik

    yang mempunyai kepentingan yang sama. Menurut Freeman,

    stakeholder adalah “any group or indiidual who can affect or is

    affected by the achiement of the organization’s objecties” (Freeman,

    194:24). Stakeholder adalah pihak-pihak yang mempengaruhi dan

    dipengaruhi oleh kebijakan dan aktifitas suatu organisasi. Sasaran

    umum tersebut secara struktural dan formal yang dipersempit

    melalui upaya segmentasi yang dilandasi seberapa jauh sasaran itu

    menyandang opini bersama (common opinion), potensi polemik, dan

    pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga, nama

  • 9

    perusahaan dan produk yang menjadi perhatian secara khusus.

    Maksud sasaran khusus disini adalah yang disebut dengan publik

    sasaran (target public). Sasaran khusus menjadi prioritas suatu

    organisasi untuk menetapkan kebijakannya.

    2) Komponen sarana: Paduan atau bauran sarana untuk menggarap

    suatu sasaran. Komponen sarana yang pada strategi public reations

    berfungsi untuk mengarahkan ketiga kemungkinan tersebut kearah

    posisi atau dimensi yang menguntungkan. Hal tersebut dilaksanakan

    melalui pola dasar “The 3-C’s option” (conersation, change, dan

    crystallization) dari stakeholder yang disegmentasikan menjadi

    publik sasaran yaitu sebagai berikut:

    The 3-C’s option

    Komponen Strategi PR

    Mengukuhkan (conservation) Terhadap opini yang aktif-Pro

    (proponen)

    Mengubah (change) Terhadap opini yang aktif-

    Contra (oponen)

    Mengkristalisasi (crystallization) Terhadap opini yang pasif

    (uncommited)

    Tabel 1.1

    Sumber: Rosady Ruslan

    Terdapat empat tahap yang huas lakukan dalam strategi hubungan

    masarakat yaitu: mengetahui permasalahan, perencanaan, mengambil tindakan dan

    komunikasi, dan evaluasi program (Mcelreath, 1993).

    a) Mengetahui Permasalahan (fact finding)

  • 10

    Tahapan ini bertujuan untuk menemulan fakta di lapangan atau suatu

    hal yang berkaitan dari opini, sikap dan reaksi publik dengan

    kebijaksanaan pihak organisasi atau perusahaan yang besangkutan.

    Kemudian melakukan penilaian dari fakta, data dan informasi yang telah

    diperoleh sebagai acuan pedoman untuk menentukan keputusan. Pada

    tahapan ini PR harus mampu untuk “medengar dan menemukan” fakta

    dilapangan yang ada di dalam masyarakat (publik) dan berkaitan

    langsung dengan kepentingan organisasi atau perusahaan. Upaya untuk

    menjawab suatu pertanyaan what’s our problem? (apa yang menjadi

    permasalahan kita?), dan merupakan tahap analisis situasi.

    b) Perencanaan dan Program (planning and programming)

    Kegiatan yang menitik beratkan kepada usaha perencanaan dan

    upaya pengamblan keputusan yang berkaitan dengan kebijaksanaan dan

    menetapkan program kerja oranisasi atau perusahaan yang sejalan

    dengan kepentingan pihak lainnya (publik) sebagai khalaak sasaran

    yang memiliki sikap, opini, ide-ide, dan raksi tertentu terhadap

    kebijaksanaan (keputusan) yang telah ditetapkan oleh pihak organisasi.

    Untuk menjawab pertanyaan Here’s what we can do (apa yang harus

    kita kerjakan?). adalah langkah-langkah berbentuk perencanaan dan

    program kerja PR.

    c) Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi (action and

    communicating)

  • 11

    Dalam tahap ini PR hanya mengacu pada program yang telah dibuat

    dan disepakati oleh pihak-ihak yang terkait dalam organisasi. Pada tahap

    ini diperlukan perencanaan yang matang berdasarkan data dan fakta

    yang ada, sehingga menimbulkan pesan-pesan yang efektif untuk

    mempengaruhi opini publik atau pihak lain yang dianggap penting,

    berpotensi dalam upaya mendukung penuh, dan sebagai upaya untuk

    menjawab pertanyaan here’s what we did and why? (apa yang telah kita

    lakukan dan kenapa begitu?).

    d) Evaluasi (ealuation)

    Dalam tahap ini PR melakukan ealuasi dengan mengukur sejauh

    mana pogram tersebut berhasil. Kemudian PR melakukan perbaikan,

    pembaruan serta membuat batasan waktu yang jelas. Tahap ini adalah

    penilaian terhadap hasil-hasil dari riset dan hingga perencanaan program

    kerja aktifitas PR, serta efektifitas yang dipergunakan, sebagai upaya

    menjawab pertanyan how we do? (bagaimana kita telah

    melakukannya?).

    Cutlip, Center & room menelaskan perencanaan strategi (strategic

    planning) bidang humas meliputi kegiatan:

    Membua keputusan mengenai sasaran dan tujuan program;

    Melakukan identifikasi khalayak oenentu (key publics);

    Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang akan

    dpilih; dan

    Memutuskan strategi yang akan digunakan.

  • 12

    Dalam hal ini harus terdapat hubungan yang erat atas seluruh tujuan program

    yang sudah ditetapkan, khalayak yang ingin dituju dan juga strategi yang dipilih.

    Hal terpenting adalah bahwa strategi dipilih untuk mencapai suatu hasil tertentu

    sebagaimana dinyatakan dalam tujuan atau sasaran yang sudah ditetapkan.

    1.5.1.2 Kegiatan dan Sasaran Public Relations

    Dalam melakukan tugasnya, public relations tentunya mempunyai beberapa

    kegiatan dan sasaran untuk menjalankan tugasnya. H Fayol menyebutkan beberapa

    kegiatan dan sasaran PR sebagai berikut: (Ruslan, 99:23-24)

    1. Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity

    and image)

    a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif.

    b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan

    berbagai pihak.

    2. Menghadapi krisis (facing of crisis)

    Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi

    dengan embentuk manajemen krisis dan pulc relations recoery of image

    yang bertugas memperbaiki lost of image and damage.

    3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes)

    a. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik.

    b. Mendukung kampanye sosial seperti kampanye anti

    merokok, menghindari narkoba, dan sebagainya.

    Dalam pelaksanaannya, tentu praktisi PR akan menggunakan konsep-

    konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan dari beberapa tugas untuk

  • 13

    membuat rencana, melakukan persiapan, melakukan aksi dan komunikasi, dan

    ditutup dengan tindakan pengendalian yang disebut evaluasi. Proses PR

    sepenuhnya mengacu pada pendekatan manajerial. Prosesn itu dapat dijelaskan

    dalam bagan berikut ini: (Cutlip, Center & Broom, 1985:4)

    Gambar 1.1 Proses Pendekatan Manajerial Public Relations

    Sumber: Cutlip, Center & Broom, 1985:4

    1.5.2 Krisis

    1.5.2.1 Definisi Krisis

    Definisi krisis menurut Michael Regester dan Judy Larkin adalah:

    (Regester & Larkin, 200:131)

    ” suatu peristiwa yang menyebabkan perusahaan menjadi sasaran perhatian

    luas dari media internasional dan nasional serta kelompok lain seperti pelanggan,

    Pengumpulan fakta

    Daftar permasalahan

    Perencanaan dan program

    Aksi dan komunikasi

    Evaluasi

  • 14

    pemegang saham, kelompok penekan lingkungan yang, karena satu hal dan lainnya,

    memiliki minat dalam kegiatan organisasi.”

    MenurutMichae Regester dan Judly Larkin, krisis merupakan suatu situasi

    yang membuat perusahaan menjadi subjek pembicaraan kalangan luas, yang

    memiliki potensi untuk tidak disukai, mendapat perhatian dari berbagai media baik

    nasional maupun internasional dan berbagai kelompok lain seperti konsumen,

    pemegang saham, karyawan beserta keluarganya, politisi, serikat perdagangan, dan

    kelompok lingkungan hidu yang atas satu alasan tertentu memiliki ketertarikan

    terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

    Pada umumnya, krisis dilihat sebagai suatu situasi atau kejadian yang lebih

    banyak mempunyai implikasi negatif pada organisasi daripada sebaliknya.

    Kathleen Fearn – Banks mendefinisikan sebagai: (Fearn-Banks, 2007)

    “kejadian besar dengan hasil negatif yang berpotensi mempengaruhi

    organisasi, industri perusahaan, publik, produk, layanan, atau nama baik.”

    Krisis menurut Kathleen merupakan suatu keadaan yang berpotensi

    mempengaruhi secara negatif suatu perusahaan, organisasi, atau indsutri beserta

    khalayanya, produk yang dihasilkannya, bahkan juga nama baik perusahaan atau

    organisasi itu sendiri. Biasanya suatu krisis dapat mengganggu transaksi normal

    suatu perusahaan dan bahkan dapat mengancam kelagsungan hidp aau keberadaan

    organisasi. Oleh sebab itu, sebagai suatu ancaman krisis harus ditangani secara tepat

    agar organisasi dapat berjalan normal kembali.

    Untuk itu Holisti melihat krisis sebagai: (Putra, 1999)

  • 15

    “situasi yang di tandai dengan adanya kejutan, ancaman tinggi terhadap

    nilai-nilai penting dan waktu keputusan yang singkat.”

    Menurut Holisti, krisis membawa keterkejutan sekaligus mengancam nilai-

    nilai penting organisasi serta hanya ada waktu yang singkat untuk mengambil

    keputusan.

    Walaupun krisis membawa keterkejutan bagi pihan yang mengalaminya,

    akan tetapi sebenarnya krisis tidak timbul begitu saja, melainkan terlebih dahulu

    menimbulkan tanda-tanda. Krisis sebenarnya dapat dideskripsikan, dikategorikan,

    bahkan biasanya krisis dapat diprediksi terlebih dahulu (Newsome, 2000:480).

    Akan tetapi seringkali pihak manajemen tidak tanggap dalam mempersepsi dan

    merespon tanda-tanda krisis yang enimpa perusahaannya. Hal ini diakrenakan

    pihak perusahaan seringkali lupa bahwa krisis dapat mengancam siapa saja, sehinga

    banyak pengelola perusahaan yang tidak menyadari akan pentingnya suatu

    perencanaan khusus untuk menghadapi dan menangani krisis yang mungkin

    muncul.

    Shrivastaa dan Mitroff mendefinisikan krisis secara lebih sederhana: (Putra,

    1999)

    “peristiwa yang mengancam tujuan terpenting mereka untuk

    mempertahankan sesuatu dan profitabilitas”

    Menurut mereka krisis merupakan situasi yang mengancam tujuam

    perusahaan dalam meraih keuntungan dan keberadaan mereka ditengah persaingan.

    Mereka mengasosiasikan krisis dengan kerusakan yang berskala luas terhadap

    kehidupan manusia, lingkungan alam dan institusi sosial dan politik.

  • 16

    Sedangkan Pauchant dan Mitroff mendefinisikan krisis seagai: (Putra,

    1999)

    “suatu gangguan yang secara fisik memengaruhi suatu sistem secara

    keseluruhan dan mengancam asumsi dasar, perasaan subyektif, inti eksiksensinya”

    Pauchant dan Mitroff melihat krisis merupakan suatu kondisi yang penuh

    ketidak jelasan yang memiliki tiga dampak yaitu, menjadi ancaman bagi legitimasi

    organisasi, adanya perlawanan terhadap misi organisasi, dan terganggunya cara

    orang melihat dan menilai perusahaan.

    Steen Fink dalam Crisis Management Planning for the Ineitable

    mendefinisikan krisis sebagai suatu kondisi tidak stabil dimana membutuhkan suatu

    pengambilan keputusan secara tepat. Keputusan tersebut menghasilkan dua

    kemungkinan. Yaitu hasil yang tidak diingiinkan yang membuat perusahaan berada

    pada situasu yang lebih buruk dari sebelumnya, atau mempeoleh hasil yang baik

    dan positif yang membawa perusahaan ke situasi yang lebih baik dari sebelumnya

    (turning point for better or worse).

    1.5.2.2 Tahapan-tahapan Krisis

    Menurut Firsan Nova (2011: 95) ada lima tahapan dalam siklus hidup krisis

    yang harus dikenali dan dipahami adalah sebagai berikut:

    1) Tahap pre-crisis (Sebelum krisis)

    Pre-cisis adalah kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Benih krisis juga

    suda ada sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat

    terjadi. Benih yang mulai tumbuh pada tahap ini biasanya tidak diperhatikan

  • 17

    karena beberapa aspek dalam perusahaan memangpenuh resiko. Selain itu,

    perusahaan tidak mempunyai perencanaan menghadapi krisis.

    2) Tahap warning (peringatan)

    Tahap ini dianggap sebagai salah satu tahap yang paling penting dalam daur

    hidup krisis. Di dalamnya, suatu masalah untuk pertama kalinya dikenali,

    dapat dipecahkan dan diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang

    menuju kepada kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat dengan mudah

    muncul pada tahap ini karena ketakutan menghadapi badai atau masalah dan

    mengaggapnya tidak ada. Reaksi yang umum terjadi pada tahao ini adalah

    kaget atau menyangkal dan pura-pura merasa aman.

    3) Tahap acute crisis (krisis akut)

    Pada tahap ini krisis mulai terbentuk dan media juga publik mulai

    mengetahui adanya masalah. Jika krisis ini sudah mencapai pada tahap ini,

    perusahaan tidak dapat berdiam diri karena sudah mulai menimbulkan

    kerugian. Saat inilah berbagai dokumen dan modul untuk menghadapi krisis

    harus dikeluarkan dan igunakam. Saat-saat seperti ini dapat diketahui

    apakah para staf telah dibekali pengetahuan mengenai manajemen krisis

    atau tidak. Jika tidak, maka sudah terlambat bagi manajemen untuk

    memulainya dan menyelesaikan masalahnya.

    4) Tahap clean-up (pembersihan)

    Saat masalah melewati tahap warning tanpa diselesaikan maka kerusakan

    perusahaan mulai timbul. Inilah waktuna untuk memulihkan perusahaan

    dari kerugian atau setidaknya menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik

    sisa produk, reputasi, citra perusahaan, kinerja, dan lini produksi.

  • 18

    5) Tahap post-crisis (sesudah krisis)

    Inilah tahap yang telah disebutkan sebelumnya, yakni perusahaan

    seharusnya bereaksi pada suatu krisis muncul taha warning. Jika sejak awal

    tidak dihentikan, krisis akan terjadi. Jika perusahaan memenangkan kembali

    kepercayaan publik dan beroprasi kembali dengan normal. Maka secara

    formal dapat dikatakan krisis telah berakhir.

    Menurut Steven Fink (1986: 20), tahapan krisis adalah sebagai berikut:

    1. Prodormal crisis stage

    Tahapan ini adalah dimana krisis baru saja muncul dipermukaan. Tahap

    ini sering kali disebut warning stage (peringatan). Pada tahap ini

    biasanya bermula dari krisis kecil sebagai pertanda atau gejala awal

    yang akan menjadi krisis yang sebenarnya. Kisis pada tahap ini biasanya

    terlihat dari tiga bentuk, yaitu:

    a. Jelas sekali, gejala awal krisis terlihat jelas sekali

    b. Samar-samar. Gejala yang muncul sulit untuk

    diinterpretasikan dan sulit untuk mengukur luasnya krisis.

    Dibutuhkan tenaga ahli untuk menganalisa kejadian-

    kejadian sebelum menjadi krisis yang sebenarnya.

    c. Sama sekali tidak terlihat. Perusahaa atau organisasi tidak

    dapat membaca gejala ini karena perusahaan terlihat baik-

    baik saja.

    2. Acute crisis stage

    Biasanya pada masa ini, krisis menjadi setelah korban berjatuhan dan

    menjadi sorotan utama pers, akibatnya masyarakat menajdi panik.

  • 19

    Suasana ini menjadi krisis bagi perusahaan karena informasi mengenai

    krisis yang menimoa perusahaan berkembang dari mulut ke mulut,

    kemudia oleh pihak pers diadikan sebagai bahan berita yang

    didramatisasi untuk menarik perhatian. Pada masa krisis akut,

    perusahaan perlu memprioritaskan untuk mengambil langkah

    pencegahan (preventif. Pada saat krisis terjadi, tugas perusahaan

    bukanlah mencari penyebab kenapa krisis bisa terjadi, namun yang ebih

    penting adalah bagaimana agar suatu kiris dapat dikontril untuk

    menghindari jatuhnya korban baru. Tahap ini merupakan tahap

    terpendek dari tahapan lainnya, berbeda dengan tahap prodormal yang

    dapat dikontrol kecepatan perkembangan permasalahannya, pada tahap

    akut, tidak daat dihindari lagi kecepatan perkembangan masalahnya,

    karena keintentifan perkembangan masalah, seringkali krisis pada tahap

    ini dengan cepat berubah ke tahap berikutnya, yaitu tahap kornis.

    3. Chronic crisis stage

    Tahap ini seringkali disebut sebgai fase pembersihan. Tahap ini

    merupakan periode recoery krisis dari self-analysis of self-doubt, dan

    healing. Tahap ini merupakan tahap penentuan daru turning point

    perusahaan apakah akan menadi lebih baik atau justru pailit.

    4. Crisis resolution stage

    Tahapan pemulihan merupakan proses akhir krisis manajemen. Tahapan

    ini juga menjadi penentu dari titik balik perusahaan. Pada tahap ini krisis

    dianggap sudah tidak ada. Tahapan ini seharusnya dilakukan secara

  • 20

    berkelanjutan karena krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap

    ini.

    Gambar 1.2 Tahapan Krisis

    Sumber: Steven Fink, 1986.

    Untuk menyelesaikan krisis, manajemen harus memiliki crisis management

    plans yang dibentuk secara teliti untuk menghadapi berbagai krisis yang mungkin

    terjadi. Setiap krisis harus dihadapi dengan serius oleh pimpinan dan disampaikan

    kepada publik dengan jujur. Pemimpin harus dapat belajar dari setiap krisis yang

    terjadi. Cara mengidentifikasi siklus krisis, dimulai dengan persiapan menghadapi

    krisis (preparedness for crisis), penyelesaian krisis (crisis resolution), mengambil

    pelajaran dari kriis (consolidation of learning), mengkomunikasikan kepada publik

    (communication for change), dan berkomitmen untuk melakukan perbaikan di masa

    datang (initiation of change).

    1.5.3 Manajemen Krisis

    1.5.3.1 Definisi Manajemen Krisis

    Krisis Prodormal

    Krisis Resolusi Krisis Akut

    Krisis Kronis

  • 21

    Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik yang dapat membuat baik

    atau buruk, jika dipandang kacamata bisnis; titip krisis merupakan penentu

    selanjutnya (Steinberg, 1998).

    Definisi krisis dikemukakan oleh Robert P. Powell dalam bukunya Crisis-

    A Leadership Opportunity yang menyatakan bahwa krisis adalah kejadian yang

    tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya

    yang mendorong organisasi kepada suatu kekakauan dan dapat menghancurkan

    organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata (Powell, 2005).

    Menurut Halim (2005: 71), manajemen adalah sebuah proses yang khas,

    yang terdiri dari tindakan, perencanaa, pengorganisasian, peggiatan, dan

    pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah

    dtetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

    Sedangkan menurut Fink, manajemen krisis adalah sebuah seni dari menghilangkan

    banyak resiko dan ketidakpastian untuk membuat kita dapat mengontrol takdir kita

    sendiri (Fink, 1986).

    Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen krisis

    merupakan sebuah proses dimana terjadi tindakan seperti perencanaan,

    pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan yang dilakukan seorang PR untuk

    mengatasi krisis yang menimpa organisasi atau perusahaan. Manajemen krisis juga

    dapat didefinisian sebagai kemampuan seorang PR untuk memimpin, melakukan

    peranan komunikasi dan mengatur atau mengelola arus informasi untuk

    menciptakan pemahaman dari permasalahan, mengatasi krisis, kepentigan

    publikasi dan menciptakan citra positif bagi lembaga perusahaan yang diwakilinya.

  • 22

    Sedangkan dari sudut pandang PR, manajemen krisis adalah pendekatan

    yang terstruktur dalam penanganan suatu kejadian, dengan tujuan untuk

    memberikan strategi komunikasi yang tepat sehingga informasi yang diberikan

    sampai kepada khalayak dengan cepat, meminimalisasi resiko kesalahan informasi

    dan membantu mengurangi kerugian (Murray, 2001).

    Rosady Ruslan mendefinisikan manajemen krisis dalam kehumasan sebagai

    berikut. “Strategi PR dalam membentuk manajemen khusus menghadapi krisis

    yang berlangsung dengan suatu tindakan perencanaan yang telah dipersiapkan

    untuk mencegah meluasnya dampak negatif yang ditimbul dari suatu peristiwa

    krisis. Di samping itu membuka saluran informasi atau timbal balik serta tetap

    menjaga hubungan yang baik dengan tetap mempertahankan kepercayaan publik

    serta citra baik bagi lembaga atau perusahaan atau produk yang diwakilinya.”

    Situasi krisis pada suatu perusahaan akan menimbulkan hal-hal sebagai

    berikut; (1) Peningkatan intensitas masalah. (2) Masalah-masalah menjadi sorotan

    publik, baik melalui liputan media massa ataupun informasi yang disebarkan

    melalui mulut ke mulut. (3) Dapat mengganggu kelancaran kegiatan dan aktifitas

    bisnis sehari-hari, da mengganggu nama baik serta citra perusahaan. (4) Merusak

    sistem kerja, etos kerja, sendi-sendi perusahaan secara total yang mengakibatkan

    lumpuhnya kegiatan perusahaan. (5) Masalah yang dihadapi disamping membuat

    perusahaan menjadi panik, tidak jarang membuat masyarakat ikut panik. (6)

    Tekanan dan campur tangan pemerintah, yang tidak mau turut serta mengaasi

    masalah yang timbul. (7) Dampak atau efek dari krisis tersebut tidak sengaja

    merugikan perusahaan yang bersangkutan, tetapi masyarakat tertentu juga ikut

    merasakan akibatnya.

  • 23

    1.5.3.2 Langkah-langkah dalam Mengelola Krisis

    Terdapat beberapa langkah yang disarankan oleh Angela Muray dalam

    melakukan pengelolaan (manajemen) krisis, yaitu: (Murray, 2001:127)

    1. Membuat rancangan strategi pengelolaan (manajemen) krisis

    Identifikasi krisis yang potensial menimpa perusahaan dan pihak-pihak

    mana saja yang akan terkena dampaknya, baik krisis yang bersifat

    internal maupun eksternal. Perencanaan harus dimulai dari suatu analisa

    terstruktur atas isu-isu yang berkembang—memainkan peranan penting

    sebagai pelatihan awal. Hal ini akan membantu dalam mengidentifikasi

    akan ancaman yang dapat terjadi di masa yang akan datang, dan me-

    review akan apa yang menimpa perusahaan lain yang memiliki

    karakteristik sama.

    2. Aktivitas persiapan

    a. Membuat daftar orang-orang yang berhak berbicara mewakili

    perusahaan di masa krisis, membuat rencana komunikasi bertingkat.

    Pada suatu keadaan darurat menimpa perusahaan dan ketika media

    mendatangi perusahaan, maka staff paling senior didalam

    perusahaan harus ada waktu untuk mewakili perusahaan. Mereka

    akan memiliki kewenangan untuk menjawab pertanyaan secara

    efektif dan memiliki keyakinan untuk mengatur suatu pengalaman

    yang mungkin bisa saja dapat mendatangkan stres. Pada masa ini

    waktu merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Jika krisis terjadi

    ditengah malam atau pada saat masa-masa tenang, staff senior

    kemungkinan tidak akan selalu berada di tempat secara cepat di

  • 24

    lokasi kejadian. Untuk menghindari hal tersebut, maka harus dibuat

    suatu daftar orang-orang yang memiliki wewenang untuk berbicara

    atas nama perusahaan di masa krisis.

    b. Melakukan briefing untuk memberikan informasi kepada tiap orang

    dalam perusahaan mengenai tanggung jawabnya masing-masing di

    masa krisis dan memastikan tiap orang mendapatkan briefing ulang

    mengenai masalah tersebut. setiap orang yang berada didalam daftar

    rencana komunikasi bertingkat harus memahami hal-hal apa saja

    yang diharapkan dari mereka jika dihubungi apabila krisis terjadi.

    Untuk itu, perlu diadakan sesi briefing untuk memberikan informasi

    tetang tugas dan tanggung jawab mereka.

    c. Mempersiapkan holding statement. Setelah menentukan pihak yang

    berhak berbicara untuk mewakili perusahaan, selanjutnya putuskan

    mengenai hal apa saja yang akan mereka katakan. Pada saat terjadi

    krisis, biasanya perusahaan akan banyak mendapatkan pertanyaan

    mengenai krisis yang melanda dari semua pihak yang ingin

    mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dalam hal ini

    perusahaan dapat menyiapkan suatu holding statement yang

    menggunakan informasi berasal dari data-data yang telah

    ditemukan. Isi holding statement sangat tergantung pada situasi

    krisis yang terjadi, tetapi pastikan bahwa isi pernyataan

    mengindikasikan bahwa perusahaan sangat peduli akan masalah

    yang terjadi.

  • 25

    d. Mempersiapkan daftar jawaban atas pertanyaan yang paling sering

    diajukan oleh publik maupun pihak media. Memperiapkan daftar-

    daftar pernyataan yang selalu ditanyakan akan membantu untuk

    menyediakan secara cepat respon yang lebih terfokus. Melalui hal

    ini, pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dapat dijawab secara

    lebih agresif untuk sementara waktu.

    e. Mempersiapkan strategi media perantara dimasa krisis. Media

    mempunyai peranan yang penting pada saat terjadinya krisis yang

    sedang berkembang untuk menghasilkan suatu hal positif atau

    negatif. Media juga dapat menyebabkan terjadinya krisis. Oleh

    sebab itu akan sangat membantu jika dapat membuat media menjadi

    rekan dalam mengelola krisis. Dalam hal ini, perusahaan dapat

    mempersiapkan daftar wartawan yang paling penting untuk

    dihubungi dimasa krisis.

    f. Membuat beberapa rancangan press release. Menyiapkan dan

    membuat berbagai macam press release yang digunakan untuk

    dapat dikeluarkan dan disebarluaskan secepat mungkin ketika suatu

    saat krisis terjadi.

    g. Mempersiapkan profil perusahaan informasi umum tentang

    perusahaan sangatlah berguna pada saat-saat tertentu, terutama pada

    saat krisis. Profil perusahaan akan membantu untuk menjelaskan

    latar belakang perusahaan.

    h. Mempersiapkan pelatihan media untuk para staff senior. Pada saat

    krisis berkembang, secara tiba-tiba para staff senior akan menjadi

  • 26

    sorotan dari berbagai media. Melalui pelatihan media untuk para

    staff senior, dapat membantu para staff senior menghadapi situasi

    tersebut agar mereka lebih percaya diri dan untuk memastikan

    bahwa penampilan mereka dapat memberikan nilai tambah terhadap

    perusahaan.

    i. Memberikan informasi pada seluruh staff. Semua staff di

    perusahaan harus mengetahui informasi tentang rencana manajemen

    krisis yang dimiliki oleh perusahaan. Ini dilakukan untuk

    memastikan bahwa mereka akan mendampingi tim manajemen

    perusahaan dan memastikan mereka untuk tidak berbicara atas nama

    perusahaan kepada media.

    j. Menciptakan website dan darksite pada masa krisis website

    perusahaan dapat menjadi perhatian utama dari publik untuk

    mengakses informasi. Hal ini membuat perusahaan harus dapat

    menanggapi dan memberikan informasi melalui website.

    Perusahaan dapat juga membuat darksite yang akan aktif hanya pada

    saat suatu krisis terjadi dan menggantikan home page yang sudah

    ada.

    k. Melakukan latihan atas semua langkah-langkah pengelolaan

    (manajemen) krisis yang telah dibuat. Pelatihan ini merupakan

    kegiatan yang bermanfaat bagi perusahaan. Manfaat yang sangat

    jelas dapat dirasakan adalah ketika suatu krisis terjadi di lokasi yang

    berbeda dan manajemen krisis membutuhkan sejumlah staff yang

    ada pada lokasi terjadinya krisis tersebut. latihan ini juga berguna

  • 27

    untuk mengetahui bagian-bagian mana yang menajdi kelemahan

    rencana manajemen krisis yang telah dibuat.

    l. Melakukan review terhadap rencana pengelolaan krisis yang telah

    dirancang. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat tingkat kinerja dari

    rencana manajemen krisis yang telah dirancang.

    3. Implementasi

    a. Melaksanakan mekanisme komunikasi bertingkat secepatnya

    b. Tentukan alternative lokasi yang digunakan sebagai kantor humas

    sementara, jika gedung perusahaan mengalami kerusakan akibat

    krisis.

    c. Memperkirakan skala krisis yang sedang terjadi, instruksikan

    kepada para staff humas:

    1) Memperbarui holding statement dengan informasi terbaru

    mengenai krisis yang terjadi.

    2) Memberikan tenggat waktu kapan informasi selanjutnya

    mengenai krisis harus ada.

    3) Membuat pengaturan penyaluran pertanyaan media.

    4) Merevisi press release dan mengirimkan pada wartawan

    yang ada didalam daftar pers perusahaan baik melalui fak

    maupun email dan juga mengirimkan profil perusahaan.

    d. Melakukan monitoring terhadap liputan media.

    Silih Agung Wasesa (Wasesa, 2010) memberikan detil langkah-langkah

    apa saja yang seharusnya diambil PR ketika menghadapi krisis.

    1. Pendalaman data dan fakta

  • 28

    Melakukan riset mendalam mengenai isu yang berkembang. Riset

    yang dikembangkan berdasarkan pada:

    a) Pandangan wartawan, stakeholders dan pembuat opini publik

    atas isu yang berkembang tersebut

    b) Peta pencitraan mengenai isu, sumber informasi, dan karkter

    informasi yang dikembangkan.

    c) Mengembangkan alternatif sehubungan dengan krisis isu

    yang berkelanjutan serta cara-cara penanganan yang sesuai

    dengan karakter bisnisnya.

    2. Menyiapkan paket informasi

    Menyiapkan paket informasi standar yang berisi tentang informasi

    yang akan diberikan oleh PR kepada semua stakeholder, termasuk

    pola pendekatan yang dilakukan untuk menyalurkan informasi

    tersebut.

    3. Membuat batasan Isu dan Dampaknya

    Menganalisis dan membuat batasan setiap isu tentang dampak yang

    mungkin ditimbulkan. Membuat batasan informasi apasaja yang

    akan dikembangkan. Selanjutnya, mengembangkan informasi

    secara efektif dan efisien agar publik tidak kesulitan menangkap

    pesan yang akan disampaikan. Lebih baik mengirim sedikit pesan

    tapi mengenai sasaran, ketimbang banyak tetapi tidak efektif

    4. Posisi Citra Perusahaan

    Pastikan bagaimana perusahaan akan diposisikan dihadapan publik

    berketerkaitan dengan isu yang berkembang. Karena seringkali citra

  • 29

    perusahaan yang kuat bisa dipisahkan dari individu atau produk

    yang berada dibawah perusahaan tersebut.

    5. Siapkan Tim Crissis Center

    Siapkan crisis center dan tim yang siap pakai ketika krisis benar-

    benar terjadi, serta buat simulasi untuk melihat kemungkinan lain

    yang akan terjadi bahkan bisa dimanfaatkan oleh perusahaan secara

    tepat dan cepat menyelesaikan krisis.

    6. Menunjuk Unofficial Spoke Person

    Crisis center sebaiknya tidak hanya melibatkan internal perusahaan

    tapi juga pihak lain yang direkrut untuk menyelesaikan krisis. Pihak

    terakhir ini bisa dilihat dalam perannya sebagai spoke person

    perusahaan yang bukan pihak internal atau manajemen perusahaan.

    Orang ketiga tersebut akan berperan sebagai juru bicara tidak resmi.

    Sedangkan menurut Rhenald Kasali (Kasali, 2000:231-233) langkah-

    langkah yang penting dilakukan dalam mengelola krisis adalah:

    1) Identifikasi Krisis

    Melakukan diagnosis, meneliti simtom dan set back untuk memperoleh

    gambaran yang utuh. Perusahan bisa menghubungi pihak-pihak ,ain diluar

    perusahaan, seperti para akademi, pengamat, dan konsultan.

    2) Analisis Krisis

    Diperlukan keahlian membaca permasalahan. Analisis mempunyai cakupan

    yang luas, mulai dari analisis parsial sampai analisis integral yang mengait.

    3) Isolasi Krisis

  • 30

    Untuk mencegah krisis menyebar luas ia harus diisolasi, dikarantina

    sebelum tidakan serius dilakukan.

    4) Pilihan Strategi

    Ada 3 strategi generik untuk menangani krisis yaitu:

    a) Strategi Defensif

    Langkah-langkah yang diambil meliputi: mengulur waktu,

    tidak melakukan apa-apa, membentengi diri dengan kuat.

    b) Strategi Adaptif

    Langkah-langkah yang diambilmencakup hal-hal yang lebih

    luas meliputi: mengubah kebijakan, modifikasi operasional,

    kompromi, meluruskan citra.

    c) Strategi Dinamis

    Bersifat agak makri dan dapat mengakibatkan berubahnya

    karakter perusahaan meliputi: merger dan akuisisi, investasi

    baru, menjual saham, meluncurkan produk baru atau

    menarik peredaran lama, menggandeng kekuasaan,

    melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian.

    5) Program Pengendali

    Merupakan langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi genrik yang

    dirumuskan dan biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul.

    Implementasi pengendalian diterapkan pada perusahaan (beserta cabang),

    industri (gabungan usaha sejenis), komunitas, dan divisi-divisi perusahaan.

    1.6 Kerangka Berpikir

    Krisis CV. Trisula Mandiri Group (pemberitaan negatif)

  • 31

    Gambar 1.3

    Sumber: Data Penulis.

    1.7 Metode Penelitian

    Metode penelitian merupakan suatu cara atau teknis yang dilaukan dalam proses

    penelitian dalam rangka memperoleh fakta dan prisip secara sistematis (Mardalis,

    1995: 24). Adapun cara atau teknik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1.7.1 Jenis Penelitian

    Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

    kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif mencoba menjelaskan fenomena

    dengan mengumpulkan data selengkap-lengkapnya. Dengan penelitian kualitatif,

    Fungsi Humas CV. Trisula Mandiri Group sebagai manajemen krisis

    Pemahaman CV. Trisula Mandiri Group tentang menanggapi komentar negatif

    dan cara CV. Trisula Mandiri Group membangun kembali citra atau

    kepercayaan mayarakat terkait pemberitaan negatif.

    Strategi Humas

    Metode Kualitatif Deskriptif

    Simpulan Pemahaman CV. Trisula Mandiri Group menanggapi komentar negatif

    dan langkah membangun kepercayaan dan citra positif di masyarakat

    Krisis Penyelesaian Krisis

  • 32

    penulis berusaha membangun makna tentang suatu fenomena berdasarkan

    padangan-pandangan dari para partisipan (Creswell, 2009).

    Metode penelitian kualitatif dilakukan berdasar kondisi alami di lapangan

    untuk menggali informasi tanpa berusaha memengaruhi informan. Melalui

    kualitatif, data yang dihasilkan adalah data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan

    lisan. Moleong (2005:4).

    Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Karena penelitian ini berusaha

    memaparkan situasi atau peristiwa dan membandingkan data-data yang

    berhubungan dengan strategi manajemen krisis untuk dijadikan bahan penelitian.

    Metode deskriptif juga dapat diuraikan sebagai prosedur pemecahan masalah

    yang diselidiki dengan menggambarkan atau menuliskan keadaan subjek maupun

    objek penelitian suatu lembaga, masyarakat dan lain-lain.

    Ciri metode deskriptif adalah menitik beratkan pada suatu observasi. Pada

    penelitian ini, penulis hanya mengamati gejala dan mencatat dalam catatan

    observasi, selain itu penulis menggunakan data sekunder dan primer yang

    dikumpulkan untuk dianalisis.

    Dengan menggunakan sifat penelitian deskriptif, penulis mencoba

    menggambarkan bagaimana strategi manajemen krisis yang dimiliki oleh

    perusahaan CV. Trisula Mandiri Group untuk menangani pemberitaan negatif.

    1.7.2 Subjek dan Objek Penelitian

  • 33

    Subjek penelitian adalah sumber untuk mendapatkan data atau informasi

    penelitian (Sunandi Suryabrata, 990:24). Subjek penelitian ini adalah Direktur

    Utama CV. Trisula Mandiri Group dan Humas CV. Trisula Mandiri Group.

    Sedangkan objek penelitiannya adalah strategi manajemen krisis yang

    dilakukan CV. Trisula Mandiri Group dalam menangani pemberitaan negatif.

    1.7.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

    a. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian akan dilaksanakan di pabrik CV. Trisula Mandiri Group,

    di Ds. Ariyo Jeding Kecamatan Rejo Tangan Kab. Tulungagung, dan di

    Surabaya (kediaman Informan 2).

    b. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian kurang lebih berlangsung 7 bulan, antara bulan Januari

    hingga bulan Juli tahun 2019. Detail jadwal kegiatan penelitian terlihat dibawah

    ini:

    No. Kegiatan Penelitian Waktu

    1 Pembuatan proposal penelitian Januari 2019

    2 Persetujuan penelitian Februari 2019

    3 Pengumpulan data Maret - April 2019

    4 Analisis data Mei 2019

    5 Pembuatan laporan Mei – Agustus 2019

    Tabel 1.2

    1.7.4 Metode Pengumpulan Data

  • 34

    Untuk memperoleh informasi yang akurat, diperlukan adanya data yang valid,

    sehingga mampu mengungkapkan masalah yang akan diteliti. Adanya metode

    yang digunakan untuk memperoleh data adalah:

    a. Data Pimer

    Data primer adalah data yang dipeoleh dari sumber-sumber asli. Sumber asli

    disini diartikan sebagai sumber pertama dari mana data tesebut diperoleh. Data

    tersebut diperoleh dari pihak yang dimintai keterangan (narasumber) yang

    berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Data

    primer dapat diperoleh melalui metode diantaranya:

    1. Obsevrasi adalah penghimpunan dan penelitian melalui pengamatan

    panca indera penelitian. Peneliti mengamati tempat, kinerja penelitian

    untuk membanding data yang didapat dari wawancara dan dokumentasi

    dalam kurun waktu tertentu.

    2. Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

    penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

    pewawancara dan narasumber atau orang yang diwawancarai dengan

    atau tanpa menggunakan wawancara. Wawancaa dilakukan dengan

    membuat janji terlebih dahulu, peneliti akan menyesuaikan waktu

    dengan narasumber.

    3. Dokumentasi digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian besar

    data yang tersedia berbentuk surat, catatan harian, kenang-kenangan dan

    laporan.

    b. Data Sekunder

  • 35

    Adapun data sekunder yang dapat dikumpulan dengan beberapa cara yaitu:

    1. Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan dilakukan dengan mncari data atau informasi

    penelitian melalui membaca jurnal-jurnal ilmiah dan buku-buku refrensi

    mengenai penelitian yang berhubungan dengan topik analisis penelitian

    ini.

    2. Internet

    Peneliti mendapatkan informasi melalui media internet.

    3. Data-data dari Perusahaan

    Peneliti meminta data dari C. Trisula Mandiri Group terkait mengenai

    strategi yang dilakukan dalam menangani isu krisis.

    1.7.5 Teknik Analisa Data

    Dalam menganalisa data kualitatif, sumber yang digunakan peneliti

    untuk menganalisa data pada pendekatan kualitatif adalah transkip reaman

    hasil wawancara mendalam dengan para informan. Analisis bukti (data)

    yang telah didapat terdiri ata pengujian, pengkategorian, ataupun

    pengkomninasian kembali bukti-bukti untuk menjunjuk proposisi awal

    suatu penelitian (Yin, 2008: 33). Data yang didapat pada saat pengumpulan

    data di lapangan maupun setelah data terkumpul yang diolah agar lebih

    sistematis. Peneliti mengorganisasikan data mentah dalam kategori

    konseptual untuk selanjutnya dianalisis. Proses tersebut merupakan agian

    integral dari analisis data dan dipadu bedasarkan pertanyaan-pertanyaan

    baru (Neuman, 1997:421).

  • 36

    Peneliti melakukan tiga tahap analisis data yang biasa dilakukan

    dalam penelitian kualitatif lainnya. Tiga tahapan tersebut yaitu: (Daymond

    & Holloway, 2008:367).

    1. Membaca transkip dan memberikan kode terhadap temuan-temuan yang

    sesuai dengan informasi yang diingnkan oleh peneliti.

    2. Mengumpulkan, memliah-milah, mengklarifikasi hasil tersebut ke

    dalam table matriks yang disiapkan agar terlihat kesamaan pola dari

    setiap informan. Informasi yang dimasukkan ke dalam tabel tersebut

    juga didasarkan pada tema-tema yang ditentukan oleh peneliti.

    3. Menganalisis informasi yang telah dipilah dalam table matriks tersebut

    ke dalam penulisan deskriptif.

    Teknik analisis yang digunakan untuk meneiti data kualitatif pada penelitian

    ini adalah dengan analisis tematik. Analisis tematik adalah suatu proses pengkodean

    informasi, yang dapat menghasilkan data tema, atau indikator yang kompleks,

    kualifikasi yang biasanya berkaitan dengan tema itu, atau hal-hal diantara atau

    gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat

    mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi

    fenomena suatu tema dapat diidentifikasi pada tingkat termanifestasi, yakni secara

    langsung dapat diobservasi, atau pada tingkat laten, tidak secara eksplisit terlihat

    tetapi mendasari atau membayangi (Boyatziz, 1998).

    Melalui analisis tematik dapat mmungkinkan peneliti untuk menemukan

    suatu pola yang pihak lain tidak melihat secara jelas. Hal ini membuat peneliti dapat

    mencapai tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi manajemen krisis

  • 37

    yang dilakukan CV. Trisula Mandiri Group untuk menangani pemberitaan negatif

    dan dapat menjawab pertanyaan penelitian pada penelitian ini.

    1.7.6 Metode Keabsahan Data

    Untuk mengetahui keabsahan data pada penelitian ini, penulis melakukan

    penilaian keabsahan data yang didapatkan. Penilaian ini dilakukan baik pada data

    primer atau pun sekunder. Penilaian keabsahan data kualitatif dibagi menadi empat

    jenis (Kriyantono, 2007):

    i.Kompetensi subjek riset

    ii.Trustworthiness

    iii.Intersubjectivity agreement

    iv.Conscientization

    Pada penelitian ini menggunakan penilaian keabsahan Trustworthiness

    untuk menilai data kualitatif. Penilaian keabsahan trustworthiness adaalh menguji

    kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap realitas menurut apa yang

    dialami, dirasakan, atau dibayangkan. Trustworthiness mencakup dua hal, yaitu:

    1. Authencity

    Authencity adalah teknik pemeriksaan keabsahan dimana penelitian

    memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi

    personal yang lebih detail sehingga mempengaruhi mudahnya

    pemahaman yang lebih mendalam.

    2. Analisa Triangulasi

  • 38

    Triangulasi dalah tekniik pemeriksaan keabsahan dimana peneliti

    menganalisa jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data

    empiris (sumber data lain) yang tersedia.

    Menurut Dwidjowinoto (2001:9) ada beberapa macam triangulasi:

    a. Triangulasi dumber Triangulasi Sumber (data),

    membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan

    suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.

    Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan

    wawancara; membandingkan apa yang dikatakan umum

    dengan yang dikatakan pribadi.

    b. Triangulasi Waktu, berkaitan dengan perubahan suatu

    proses dan perilaku manusia, karena manusia dapat berubah

    setiap waktu.

    c. Triangulasi Teori, memanfaatkan dua atau lebih teori untuk

    dipadu atau diadu, maka diperlukan rancangan riset,

    pengumpulan data dan analisis data supaya hasilnya

    komprehensif.

    d. Triangulasi Periset, menggunakan lebih dari satu periset

    dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena

    masing-masing periset mempunyai gaya, sikap dan persepsi

    yang berbeda dalam mengamati fenomena, maka hasil

    pengamatan bisaberbeda meskipun fenomenanya sama.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data. Triangulasi

  • 39

    data atau sumber dilakukan kepada Praktisi Humas. Triangulasi dilakukan peneliti

    untuk mengetahui penilaian dari sudut pandang seoang praktisi tentang strategi

    manajemen krisis yang dilakukan CV. Trisula Mandiri Group.

    Denzin membedakan triangulasi menjadi empat macam pemeriksaan yang

    menggunakan data, periset atau ealuator, teori serta metodologis (Moelong,

    2000:330). Penelitian ini menggunaan teknik triangulasi data. Triangulasi dengan

    menggunakan data maksudnya dalah mengecek balik derajat kepercayaan suatu

    informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

    kualitatif (Patton, 2002: 330).

    Kemudian penelitian ini juga berusaha untuk memenuhi empat kriteria

    kualitas atau keabsahan data dalam penelitian kualitatif. Empat kriteria tersebut

    yaitu (Patton, 200:546):

    1. Credibility (kepercayaan), dengan cara mengumpulkan data seobjektif

    dan selengkap mungkin, serta triangulasi dari berbagai sumber.

    2. Transferability (keteralihan), dengan cara menggali informasi sedetail

    mungkin sehingga dapat diinterpretasikan secara lengkap.

    3. Dependability (kebergantungan), dengan cara mengaudit keseluruhan

    proses penelitian oleh pembimbing penelitian. Dimulali dari proses

    menentukan fokus penelitian, turun lapangan, melakukan analisis

    data, sampai menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

    4. Confirmability (kepastian), dengan cara menggambarkan secara

    terbuka proses detail dan hasil temuan pada penelitian yang

    dilakukan oleh peneliti.

  • 40

    Dengan memenuhi empat kriteria tesebut, maka dapat terlihat validitas dan

    reabilitas penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti. Semakin tinggi

    validitas dan rabilitas yang dihasilkan maka semakin baik hasil penelitian yang

    dilakukan oleh peneliti.

  • 41

    BAB II

    DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

    2.1 Profil CV. Trisula Mandiri Group

    CV. Trisula Mandiri Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang

    peternakan dan pakan ikan. Perusahaan yang berdiri pada 2016, berlokasi di Ds.

    Ariyo Jeding Kecamatan Rejo Tangan Kab. Tulungagung.

    Awal terbentuknya CV. Trisula Mandiri Group adalah dari terkumpulnya

    petani sukses di Tulungagung. Saat ada penyuluhan materi tentang teknologi injeksi

    oleh Mr. D. Organik, beberapa petani sukses berkumpul dan membahas tentang

    ternak ikan. Salah satu petani sukses menghubungi rekannya yang bekerja sebagai

    formulator pakan ikan di Madiun, Jawa Timur. Bermaksud untuk membuat farm

    bersama, dibukalah pabrik pakan ikan di Tulungagung. Mencoba memperkenalkan

    pakan ikan ke beberapa peternak ikan setempat, CV. Trisuma Mandiri Group

    langsung dipercaya karena kualitas dan harga yang kompetitif.

    Gambar 2.1: Proses Pengolahan Pakan Ikan

  • 42

    Gambar 2.2: Pakan Ikan Yang Siap di Distribusikan

    Dalam sehari kapasitas produksi CV. TMG mencapai 8 ton. Namun rutinitas

    produksi hanya 6 ton atau 200 karung, dengan netto 30 kg/karung. Protein yang

    terkandung dalam produk pakan ikan sebanyak 32 gram, dengan bahan baku tepung

    ikan, jagung halus, tepung tapioka dan beberapa bahan lainnya. Sekali produksi,

    perusahaan mampu menjual 75% hingga 80% dari total produksi. Dari kegiatan

    produksi tersebut, HPP (harga pokok produksi) produk sebesar Rp 197.000 dan

    harga jual sebesar Rp 250.000.

    Sekitar satu tahun berjalan, dan dirasa modal untuk ternak ikan sudah

    tercukupi, CV. TMG mulai berinovasi dan membangun sebuah tambak di samping

    pabrik. Tambak berisikan ikan lele dan nila, dikembang biakkan selama 6 bulan.

    Sembari menunggu kualitas ikan yang baik untuk dikonsumsi ataupun diternak

    ulang.

  • 43

    Gambar 2.3: Quality Control

    Mendapatkan pengakuan dari beberapa farm, CV. TMG mendapat ajakan

    untuk bekerja sama dengan Banyu Bening Farm yang berlokasi di Ciwidey,

    Bandung. CV. TMG yang awalnya hanya memiliki pasar sekitar Jawa, kini sudah

    merambah ke seluruh Indonesia. Banyak pula farm yang menjadi reseller

    CV.TMG. Sudah beberapa kali CV. TMG diminta untuk melakukan penukaran

    (rolling) tenaga kerja, karena citra SDM yang dimiliki sangat baik. Sehingga

    membuka peluang bagi farm untuk mencetak pekerja yang handal dan perusahaan

    yang sukses.

  • 44

    Gambar 2.4: Kerja Sama

    2.2 Visi dan Misi

    2.2.1 Visi

    Menjadi peternak ikan dan produsen pakan yang konsisten,

    dan memberikan kualitas terbaik dengan harga kompetitif.

    2.2.2 Misi

    Ternak ikan dengan gaya petani modern

    Berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan sumber

    daya manusia yang unggul dan professional serta

    berdedikasi jujur dan loyal.

    Menjalin hubungan baik dengan warga sekitar dan

    bertanggung jawab dalam menjalankan usaha dilingkungan

    masyarakat dan sekitarnya.

    2.3 Struktur Organisasi

    Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting bagi

    perusahaan dalam pembagian tugas dan tanggung jawab, serta wewenang

  • 45

    dai masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga tidak

    terjadi adanya kesimpang-siuran dalam menjalankan tugas.

    Dengan adanya struktu organisasi, maka akan diperoleh keterangan

    mengenai besar kecilnya perusahaan yang bersangkutan, saluran tanggung

    jawab dai masing-masing pegawai, jabatan-jabatan yang terdapat dalam

    perusahaan, dan perincian serta tugas dari masing- masing unit organisasi.

    Berikut bagan struktur organisasi CV. Trisula Mandiri Group:

    Gambar 2.1

    Sumber: CV. Trisula Mandiri Group

    Humas

    Direktur

    Komisaris

    Kepala Produksi

    Formulator

    Manager Marketing

    Manager Keuangan

    M. Pengembangan Usaha

    Quality Control

  • 46

    Gambar 2.2

    Sumber: CV Trisula Mandiri Group

    Gambar 2.2 menunjukkan bahwa ada kenaikan dari bulan pertama ke bulan

    kedua. Penjualan pada bulan pertama sebanyak 75% dari produksi dengan omzet

    sebesar Rp 900.000.000, sedangkan pada bulan kedua sebanyak 80% dari produksi

    dengan omzet sebesar Rp 960.000.000. Gambar 2.2 juga menunjukkan bahwa krisis

    yang terjadi pada perusahaan tidak berpengaruh terhadap penjualan perusahaan, hal

    tersebut karena penjualan pada bulan ketiga sebesar Rp 936.000.000 dan bukan

    merupakan penjualan terendah dari CV. TMG.

    870

    880

    890

    900

    910

    920

    930

    940

    950

    960

    970

    Agustus 2018 Sep-18 Oktober 2018

    Laporan Penjualan CV. Trisula Mandiri Group

  • 47

    2.4 Profil Narasumber Penelitian

    Dalam penelitian ini terdapat dua narasumber yang digunakan peneliti dari

    internal CV. Trisula Mandiri Group, yaitu:

    1) Informan 1:

    Sunarto Sandiman, selaku Humas CV. Trisula Mandiri Group. Dengan

    bahan pertimbangan karena lebih kompeten untuk memberikan penjelasan

    mengenai sebuah krisis dan manajemen public relations.

    2) Informan 2:

    Drianto Adi Wicaksono, selaku Direktur Utama CV. Trisula Mandiri

    Group. Dengan bahan pertimbangan karena lebih mengetahui kondisi

    perusahaan secara umum.

  • 48

    BAB III

    PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

    Dalam BAB III peneliti menjelaskan mengenai “Manajemen Krisis CV.

    Trisula Mandiri Group (Industri Peternak dan Pakan Ikan) dalam Menangani

    Pemberitaan Negatif”, terdapat penemuan data dari peneliti berdasarkan hasil

    wawancara dengan narasumber.

    3.1 Penemuan dan Analisa Data

    Dalam penyajian data ini, guna mendapatkan hasil yang relevan dengan

    tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui “Manajemen Krisis CV. Trisula

    Mandiri Group (Industri Peternak dan Pakan Ikan) dalam Menangani Pemberitaan

    Negatif”, maka dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam

    (indepth interview) kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan tersebut

    dan observasi. Wawancara ini dilakukan peneliti di pabrik CV. Trisula Mandiri

    Group yang bertempat di Ds. Ariyo Jeding Kecamatan Rejo Tangan Kab.

    Tulungagung dan rumah tinggal atau kediaman informan 2, di Surabaya. Dilakukan

    pada bulan Mei 2019 hingga Juli 2019, yang diawali dengan observasi dan

    dilanjutkan dengan wawancara mendalam. Wawancara ini dilakukan untuk

    mendapatkan data kualitatif yang sesuai dengan metode penelitian dan diuraikan

    secara deskriptif sebagai berikut:

  • 49

    3.2 Pemahaman Mengenai Krisis

    3.2.1 Pemahaman CV. Trisula Mandiri Group Mengenai Krisis

    Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan

    penelitian mengenai pendapat informan tentang pemahaman krisis terhadap

    perusahaan, diperoleh gambaran sebagai berikut:

    Menurut informan 1, sebuah krisis akan berpengaruh pada kinerja dan

    kesejahteraan sebuah perusahaan, seperti kredibilitas perusahaan yang diragukan.

    “..Kalau nama perusahaan kita baik, ya bagus kan pasti akan disegani dan

    banyak penawaran kerja sama dengan farm lain. Kalau seperti sekarang dan sudah

    disebar meskipun tidak benar ya, itu cukup membuat kredibilitas kita diragukan..”

    Menurut informan 2, krisis perusahaan bisa disebabkan oleh krisis

    komunikasi. Hal ini di jelaskan dengan memberikan contoh kasus yang pernah

    menimpa salah satu rumah sakit di Jakarta yang awal mula krisisnya diakrenakan

    krisis komunikasi.

    “Karena krisis perusahaan, bisa seringkali dipicu oleh krisis komunikasi.

    Saya inget dulu waktu rumah sakit di Jakarta ya, itu sebenernya krisis yang pada

    akhirnya krisis perusahaan yang dipicu oleh krisis komunikasi. Artinya, saya tidak

    setuju kalau misalnya sebuah perusahaan taruhlah peternakan, krisis hanya terjadi

    ketika ikannya ga sehat, atau bahan baku pakan langka. Padahal krisis perusahaan

    bisa, sangat bisa disebabkan oleh krisis komunikasi..”

    Dari hasil wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa CV. Trisula Mandiri

    Group memiliki dua pemahaman terhadap krisis; krisis komunikasi dan krisis

  • 50

    quality of product. Krisis komunikasi yang dimaksud adalah pemberitaan yang

    menjurus kearah negatif. Sedangkan yang dimaksud krisis quality of product adalah

    saat hasil ternak tidak bagus atau bahan baku pakan langka. Data yang telah

    diperoleh menyatakan bahwa pemahaman krisis itu berbeda-beda tergantung dari

    sudut pandangnya.

    3.3 Sikap Humas dan Perusahaan Terhadap Krisis

    Menurut informan 1, humas bersikap aktif dalam menanggapi isu. Saat isu

    muncul, humas langsung mengoordinasikan dengan atasan, dan diusahakan saat itu

    juga dibicarakan dengan pihak terkait.

    “Aktif pasti. Contoh pesan kalau ada keluhan pelanggan. Hari ini muncul,

    hari ini kita koordinasikan dengan atasan, hari itu langsung kita hubungi ke pihak

    terkait. Kalaupun juga bukan dengan atasan langsung, pokoknya juga ke divisi

    bersangkutan”

    Informan 2 juga menambahkan bahwa humas tidak boleh pasif, harus selalu

    mencari informasi tentang industri dan bisnis dari perusahaannya. Hal ini dilakukan

    untuk menentukan langkah-langkah perusahaan nantinya akan seperti apa dari hasil

    informasi yang telah dikumpulkan.

    “…seorang humas memang harus selalu update, mencari informasi, tidak

    pasif. Sekecil apapun lingkupnya, itu juga akan berpengaruh ke perusahaan. Seperti

    mencari informasi tentang industri dan juga bisnis dari perusahaannya. Karena itu

    akan menentukan langkah-langkah perusahaan nanti seperti apa.”

  • 51

    Menurut hasil wawancara dengan para informan, humas menanggapi suatu

    permasalahan krisis dengan sikap aktif. Maksud dari sikap aktif humas adalah pada

    saat humas mengetahui permasalahan tersebut, hari itu krisis muncul, hari itu juga

    humas langsung mengoordinasikan dengan atasan. Apabila hari itu juga keluar

    keputusan, maka hari itu juga humas memberikan informasi kepada masyarakat.

    Sikap aktif humas ini bermaksud untuk tangap dan cepat dalam menyikapi krisis.

    Seorang humas harus aktif, sekecil apapun lingkupnya. Dengan mencari informasi

    tentang industri dan juga bisnis dari perusahaannya, karena itu yang menentukan

    strategi untuk perusahaan.

    Perusahaan juga memberikan penjelasan dan fakta-fakta tentang suatu krisis

    yang sedang terjadi. Perusahaan memberikan penjelasan kepada masyarakat dengan

    memberikan fakta tentang isu krisis yang terjadi. Artinya bahwa informasi yang

    disampaikan tidak ada yang ditambahkan mauoun dikurangi. Hal ini dilakukan agar

    masyarakat dapat menilai sendiri bahwa informasi yang diberikan masuk akal dan

    suatu kebenaran.

    3.4 Strategi Humas

    3.4.1 Mengatahui Permasalahan (fact finding)

    Menurut informan 1, tindakan humas untuk mengetahui permasalahan

    adalah dengan mengumpulkan fakta, dan melakukan aksi sesuai arahan atasan.

    “Soal keputusan itu ada di direktur. Kita hanya jembatan antara perusahaan

    dan masyarakat aja. Humas mencari dan mendalami fakta yang akan diteruskan

    pada direktur.”

  • 52

    Menurut informan 2 humas harus mendalami fakta dengan baik dan

    menghubungi pihak terkait agar permasalahan bisa diselesaikan.

    “Fakta dan informasi dulu yang penting. Kalau asal bunyi ke masyarakat

    demi melindungi citra perusahaan ya ga akan bisa. Pastinya harus gali info dan fakta

    di lapangan. Kita hubungi orang yang bersangkutan, di jelaskan bagaimana alurnya

    dan miss komunikasinya dimana.”

    Tindakan humas untuk mengetahui permasalahan adalah dengan

    mengumpulkan semua fakta/ pemberitaan yang terkait dengan permasalahan pada

    penelitian ini, diteruskan pada direktur, lalu direktur memutuskan sebuah langkah

    yang diaplikasikan untuk menyelesaikan krisis. Cara dini dibenarkan oleh informan

    dua, bahwa fakta dan informasi adalah penting untuk mengetahui sebuah

    permasalahan.

    3.4.2 Perencanaan (planning and programming)

    Dalam sesi ini, peneliti tidak menemukan data yang dapat memperlihatkan

    humas memiliki perencanaan dalam strategi untuk mengelola krisis. Karena setelah

    humas mengumpulkan data dan informasi untuk mengetahui permasalahan, pihak

    humas langsung menyerahkan data tersebut kepada direktur. Direktur merupakan

    pihak yang membuat perencanaan bagaimana strategi yang akan digunakan oleh

    perusahaan. humas belum dapat menentukan bagaimana strategi manajemen krisis

    dengan strategi humas. Hal ini karena fungsi humas hanya sebagai jembatan anatara

    perusahaan dengan masyarakat.

    3.4.3 Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi Melalui Program

    Strategi Manajemen Krisis (action and communicating)

  • 53

    Dari hasil wawancara kepada para informan penelitian mengenai humas

    dalam mengambil tindakan dan berkomunikasi melalui program strategi

    manajemen krisis adalah sebagai berikut:

    Menurut informan 1, tindakan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah

    membenahi kualitas internal.

    “..Sekarang tugas perusahaan sebisa mungkin meningkatkan pelayanan dan

    kualitas produk, peningkatan SDM dan lebih peduli, teliti lagi dengan pelanggan.

    Menghindari hal kayak gini supaya gak kejadian lagi, kita mau buat nota cetak. Kan

    selama ini hanya pakai tulis tangan, jadi memang kurang akurat.”

    Informan 1 menyatakan bahwa mengadakan pertemuan dengan petani

    sukses untuk mengedukasi dan menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi.

    “..pertemuan petani sukses dan masyarakat. Terutama kita petani sukses

    dulu, untuk kasus ini kayak kita bikin pemahaman tentang apa yang dipesan, dan

    apa yang perlu ditambahkan atau dikurangkan dari bahan baku produk kami.. itu

    bisa sesuai pesanan ya. Maka itu kita arahkan biar mereka benar benar teredukasi

    produk sesuai kebutuhan atau pesanan mereka.

    “..pertemuannya itu tadi. Apalagi disini kan mudah dijangkau ya, masih di

    daerah yang gak seberapa besar gitu lah istilahnya. Terus petani sukses disini sudah

    tergabung di perkumpulan khusus, jadi kita mudah menjangkau mereka.

    Informan 1 meyakini besarnya kekuatan word of mouth dalam pengaruh

    berpikir masyarakat.

  • 54

    “..jadi kita melalui pertemuan itu mereka secara tidak langsung

    membicarakan ini lebih tepatnya word of mouth. Tadi kan sudah dijelaskan juga

    bahwa orang berpengaruh pastinya akan mempengaruhi pemikiran calon konsumen

    atau konsumen untuk menyetujui informasi yang disampaikan. Maka itu kita sangat

    percaya pada kekuatan word of mouth. Walaupun mereka bukan pelanggan, citra

    itu akan terbentuk secara sendirinya dan pasti akan berpengaruh pada calon

    konsumen.”

    Tindakan komunikasi yang dilakukan oleh humas juga merupakan tindakan

    dan komunikasi perusahaan untuk menangani krisis. Tindakan dan komunikasi ini

    merupakan program dari strategi manajemen krisis perusahaan. tinakan tersebut

    adalah mengadakan pertemuan dengan petani sukses dan masyarakat. Petani sukses

    dipilih karena dianggap sebagai tokoh yang berpengaruh dan berkompeten untuk

    menanggapi hal seperti permasalahan penelitian ini. Perusahaan mempunyai

    keyakinan bahwa setelah diadakan pertemuan, petani sukses akan membawa

    dampak positif bagi citra perusahaan dengan kekuatan word of mouth setelah

    diadakan edu