frozshol fachrul 1

46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mampu menggerakkan anggota tubuhnya untuk beraktivitas. Hal ini dapat dilakukan bila keadaan tulang, otot, persendian maupun sistem-sistem lain tidak mengalami gangguan atau kelainan pada persendian dimana terjadi pergeseran letak sendi ataupun terjadi pemantapan tulang maka akan timbul masalah yang dapat menyebabkan seseorang terganggu aktivitasnya. Sa1ah satu penyebab yang dapat mengganggu seseorang melakukan aktivitasnya adalah apabila seseorang tersebut mengalami nyeri bahu. Nyeri bahu banyak dialami oleh seseorang dengan adanya gangguan gerak atau aktivitas fungsional sehari- hari yang membebani struktur persendian bahu, misalnya pada karyawan tukang cat, pemain tenis, juru ketik dan aktivitas lain yang berkaitan dengan aktivitas gerak bahu. Masalah-masalah yang sering dijumpai pada kasus nyeri bahu yaitu nyeri di daerah bahu, adanya keterbatasan lingkup gerak terutama saat melakukan aktivitas sehari-hari, misalkan tidak bisa menyisir rambut, tidak bisa mengonde rambut,

Upload: dengue-puji

Post on 03-Jan-2016

63 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: frozshol fachrul 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia mampu menggerakkan anggota tubuhnya untuk

beraktivitas. Hal ini dapat dilakukan bila keadaan tulang, otot, persendian

maupun sistem-sistem lain tidak mengalami gangguan atau kelainan pada

persendian dimana terjadi pergeseran letak sendi ataupun terjadi

pemantapan tulang maka akan timbul masalah yang dapat menyebabkan

seseorang terganggu aktivitasnya.

Sa1ah satu penyebab yang dapat mengganggu seseorang melakukan

aktivitasnya adalah apabila seseorang tersebut mengalami nyeri bahu.

Nyeri bahu banyak dialami oleh seseorang dengan adanya gangguan gerak

atau aktivitas fungsional sehari-hari yang membebani struktur persendian

bahu, misalnya pada karyawan tukang cat, pemain tenis, juru ketik dan

aktivitas lain yang berkaitan dengan aktivitas gerak bahu.

Masalah-masalah yang sering dijumpai pada kasus nyeri bahu yaitu

nyeri di daerah bahu, adanya keterbatasan lingkup gerak terutama saat

melakukan aktivitas sehari-hari, misalkan tidak bisa menyisir rambut,

tidak bisa mengonde rambut, kesulitan dalam berpakaian dan semua

gerak yang melibatkan sendi bahu sehingga penderita ketakutan

menggerakkan sendi bahu.

Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan

lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma,

mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat

trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan

otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau

pasif. Frozen shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun

kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis,

rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes

Page 2: frozshol fachrul 1

mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga

menyebabkan penyakit tersebut (Solomon, 2010).

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi

glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu

gambaran klinis yang dapat menyertai tendonitis, infark miokard, diabetus

mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus cervicalis (Heru P

kuntono, 2004). Nyeri bahu terjadi pada 4,5% dari populasi yang ada, 60%

adalah wanita, 2,4% adalah pria. Umumnya berusia sekitar 40-60 tahun.

Frozen shoulder juga dapat disebabkan oleh trauma langsung pada bahu,

immobilisasi atau disuse dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur

disekitar bahu yang pada fase penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak

aktif yang dilakukan secara teratur pada bahunya, disamping itu juga karena

faktor immunologi serta hubungannya dengan penyakit lain misalnya:

Tuberkulosa paru, hemiparase,ischemic heart desease, bronchitis kronis dan

Diabetus Melitus. Diduga ini merupakan respon autoimun karena rusaknya

jaringan lokal (Solomon,2010).

Diantara beberapa faktor yang menyebabkan frozen shoulder adalah

capsulitis adhesiva. Keadaan ini disebabkan karena suatu peradangan yang

mengenai kapsul sendi dan dapat menyebabkan perlengketan kapsul sendi dan

tulang rawan, ditandai dengan nyeri bahu yang timbul secara perlahan-lahan,

nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan keterbatasan gerak. Pada pasien

yang menderita capsulitis adhesiva menimbulkan keluhan yang sama seperti

pada penderita yang mengalami peradangan pada jaringan disekitar sendi

yang disebut dengan periarthritis, keadaan ini biasanya timbul gejala seperti

tidak bisa menyisir karena nyeri disekitar depan samping bahu. Nyeri tersebut

terasa pula saatb lengan diangkat untuk mengambil sesuatu dari saku kemeja,

ini berarti gerakan aktif dibatasi oleh nyeri. Tetapi bila mana gerak pasif

diperiksa ternyata gerakan itu terbatas karena adanya suatu yang menahan

yang disebabkan oleh perlengketan. Gangguan sendi bahu sebagian besar

didahului oleh adanya rasa nyeri, terutama rasa nyeri timbul sewaktu

Page 3: frozshol fachrul 1

menggerakan bahu, penderita takut menggerakan bahunya. Akibat

immobilisasi yang lama maka otot akan berkurang kekuatannya

Page 4: frozshol fachrul 1

BAB II

ANATOMI

A. Anatomi Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint)

Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint)

yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat

dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya

secara leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang

demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan

ini sering menimbulkan gangguan pada bahu.

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk

oleh tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone),

humerus (upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup

empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi

acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat sendi tersebut bekerjasama

secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeralsangat luas lingkup geraknya

karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis

dangkal (Sidharta, 1984).

Berbeda dengan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka

bila dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi persendian

yang kompleks, yaitu:

a. Sendi Glenohumerale

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan

cavitas glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per.

Permukaan sendi meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis

diperdalam oleh adanya labrum glenoidale (Snell, 2011).

Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae,

yang diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis,

sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar

Page 5: frozshol fachrul 1

sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas.

Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus

coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk

mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas

glenoidalisnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain

ligamenglenoidalis, ligamenhumeral tranversum, ligamencoraco humeral

dan ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas

glenoidalis dan collum anatomicum humeri (Snell, 2011).

Ligament yang memperkuat antara lain:

1) ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus

coracoideus sampai tuberculum humeri.

2) ligament coracoacromiale, yang membemtang dari procesus

coracoideus sampai acromion.

3) ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas

glenoidalis ke colum anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:

a) ligament gleno humerale superior, yang melewati articulatio

sebelah cranial

b) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio

sebelah ventral.

c) Ligamentum gleno humeralis inferius, yang melewati articulation

sebelah inferius.

Bursa-bursa yang ada pada shoulder joint:

1) Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan

tendon latisimus dorsi.

2) Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan

tuberositashumeri.

3) Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot

pectoralis mayor.

Page 6: frozshol fachrul 1

4) Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri

dibawah otot deltoideus.

5) Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum

coracoclaviculare.

6) Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae

dengan otot subscapularis.

7) Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit

Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika pada sendi

glenoidal yaitu rotasi atau gerakan berputar pada suatu aksis dan translasi

merupakan gerakan menurut garis lurus dan kedua gerakan tersebut akan

menghasilkan gerakan tertentu dalam sendi atau permukaan sendi yang

disebut gerakan artrokinematika.Rotasi tulang atau gerakan fisiologis

akan menghasilkan gerakan roll-gliding di dalam sendi dan translasi

tulang menghasilkan gerakan gliding, traction ataupun compression dalam

sendi yang termasuk dalam joint play movement.

Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika adalah rotasi

atau gerakan berputar pada suatu aksis dan translasi merupakan gerakan

menurut garis lurus dan kedua gerakan tersebut akan menghasilkan

gerakan tertentu dalam sendi atau permukaan sendi yang disebut gerakan

artrokinematika. Rotasi tulang atau gerakan fisiologis akan menghasilkan

gerakan roll-gliding di dalam sendi dan translasi tulang menghasilkan

gerakan gliding, traction ataupun compression dalam sendi yang termasuk

dalam joint play movement.

Gerakan arthrokinematika pada sendi gleno humeralyaitu : (1)

gerakan fleksi terjadi rollingcaput humeri ke anterior, sliding ke posterior

(2) gerakan abduksi terjadi rollingcaput humeri ke cranio posterior,

sliding ke caudo ventral (3) gerakan eksternal rotasi terjadi rollingcaput

humeri ke dorso lateral, sliding ke ventro medial (4) gerakan internal

Page 7: frozshol fachrul 1

rotasi terjadi rollingcaput humeri ke ventro medial dan sliding ke dorso

lateral (Kapanji, 2008).

b. Sendi sterno claviculare

Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura

clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris,

tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada

suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies

articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis

luas,sehingga kemungkinan gerakan luas.

Ligamentum yang memperkuat:

1) ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial

extremitassternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.

2) ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae

pertama sampai permukaan bawah clavicula.

3) ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi

caudal incisura clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas

sternalis claviculare.

Gerak osteokinematika yang terjadi adalah gerak elevasi 45° dan gerak

depresi 70°, serta protraksi 30° dan retraksi 30°. Sedangkan gerak

osteokinematikanya meliputi: (1) gerak protraksi terjadi roll clavicula

kearah ventral dan slide kearah ventral, (2) gerak retraksi terjadi roll

clavicula kerah dorsal dan slide kearah dorsal, (3) gerak elevasi terjadi

roll kearah cranial dan slide kearah caudal, gerak fleksi shoulder 10°

(sampai fleksi 90°) terjadi gerak elevasi berkisasr 4°, (4) gerak depresi

terjadi roll ke arah caudal dan slide clavicula kearah cranial. (Kapanji,

2008)

Page 8: frozshol fachrul 1

c. Sendi acromioclaviculare

Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari

acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh

fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis. Secara

morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies articularisnya

sempit, dengan ligamentum yang longgar.

Ligamentum yang memperkuatnya:

1) ligamentacromio claiculare, yamg membentang antara acromion

dataran ventral sampai dataran caudal clavicula.

2) ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:

a) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran medial

procecuscoracoideus sampai dataran caudal claviculare.

b) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran lateral

procecuscoraoideus sampai dataran bawah clavicuare,

Gerak osteokinematika sendi acromio clavicularis selalu berkaitan

dengan gerak pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala

maka terjadi rotasi clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini

menyebabkan elevasi clavicula, elevasi tersebut pada sendi sterno

clavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi clavicula. (Kapanji,

2008)

d. Sendi subacromiale

Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang

berada di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di

sebeleh caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai

rongga sendi.

Page 9: frozshol fachrul 1

e. Sendi scapulo thoracic

Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa

pergerakan scapula terhadap dinding thorax. Gerak osteokinematika sendi

ini meliputi gerakan kerah medial lateral yang dalam klinis disebut down

ward-up wardrotasi juga gerak kerah cranial-caudal yang dikenal dengan

gerak elevasi-depresi.

B. Innervasi

Sedangkan sendi bahu dipersarafi oleh plexus brachialis, plexus brachialis

merupakan anyaman serat saraf yang berjalan dari tulang belakang C5-T1,

kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh bagian

lengan atas dan bawah.

Plexus brachialis dimulai dari rami ventral saraf spinal, dimana rami

bergabung membentuk 3 truncus, yaitu trunkus superior (C5-C6), trunkus

inferior (C7), trunkus medialis(C8-T1). (Chusid,1993).

Page 10: frozshol fachrul 1

C. Vaskularisasi

Peredaran darah arteri yang memelihara sendi bahu adalah arteri axillaris

yang merupakan lanjutan dari arteri subslavia lalu bercabang-cabang, antara

lain: arteri subscapularis, dan arteri brachialis. Sedangkan pembuluh darah

vena pada sendi bahu anatara lain vena axillaris yang bercabang-cabang

menjadi vena cephalica, vena brachilica.

D. Biomekanik

Range of movement dari shoulder sangat kompleks, yaitu pada bidang

sagital (gerak flexi) 180º, sedangkan gerak extensi mencapai 60º. Pada bidang

frontal, gerak abduksi mencapai 180º, sedangkan gerak adduksi mencapai 45º.

Untuk gerak rotasi bervariasi, apabila shoulder dalam keadaan flexi 90º, maka

total external & internal rotasi adalah 150º.

Page 11: frozshol fachrul 1

BAB III

FROZEN SHOULDER (KEKAKUAN BAHU)

A. Definisi Frozen Shoulder

Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakit yang sudah

diketahui dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif

bahu yang berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis

tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan

seluruh cuff dan capsul (Solomon,2010).

Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul menempel

pada kaput humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang dengan

perlengketan. Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena

degenerasi yang progresif. Jika berkangsung lama otot rotator akan tertarik

serta memperlengketan serta memperlihatkan tnada-tanda penipisan dan

fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti erosi tuberculum

humeri yang akan menekan tendon bicep dan bursa subacromialis sehingga

terjadi penebalan dinding bursa. Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada

penimbunan kristal kalsium fosfat dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini

tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding pembuluh darah.

Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan

menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi rardang bursa,

terjadi berulang-ulang karena tekiri terus-menerus menyebabkan penebalan

dinding bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketandinding dasar dengan

bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive akhirnya terjadi frozen shoulder.

Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi, yaitu : (AAOS,2011)

a. Primer/ idiopatik frozen shoulder

Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih

banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih

dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan

Page 12: frozshol fachrul 1

lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan

dengan gerakan bahu yang lama dan berulang.

b Sekunder frozen shoulder

Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal

fraktur, dislokasi, luka baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin

sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

Capsulitis Adhesiva Tampak dari Anterior

B. Etiologi

Etiologi dari frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva masih belum

diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain periode

immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada

sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical depression dan

Parkinson.

Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2011 mengenai

frozen shoulder, teori tersebut adalah :

Page 13: frozshol fachrul 1

a. Teori hormonal.

Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan

dengan datangnya menopause.

b. Teori genetik.

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder,

contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita

pada saat yang sama.

c. Teori auto immuno.

Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil

rusaknya jaringan lokal.

d. Teori postur.

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap

menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

Immobilisasi yang lama pada lengan karena nyeri merupakan awal

terjadinya frozen shoulder. Lengan yang immobilisasi lama akan

menyebabkan statis vena dan kongesti sekunder bersama dengan vasospastik,

ini akan menimbulkan reaksi timbunan protein, oedema, eksudat dan akhirnya

terjadi fibrous sehingga kapsul sendi akan kontraktur serta hilangnya lipatan

inferior sendi, fibrosis kapsul sendi meningkat sehingga mudah robek saat

humeri bergerak abduksi dan rotasi. Fibrous pada kapsul sendi ini akan

mengakibatkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoidea, adhesi ekstra

artikuler dan intra arthrikuler. Perlengketan kapsul sendi akan mengakibatkan

gerakan sendi bahu menjadi terbatas.

Frozen shoulder juga dapat disebabkan oleh trauma langsung pada bahu,

immobilisasi atau disuse dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur

disekitar bahu yang pada fase penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak

aktif yang dilakukan secara teratur pada bahunya, disamping itu juga karena

faktor immunologi serta hubungannya dengan penyakit lain misalnya:

Tuberkulosa paru, hemiparase,ischemic heart desease, bronchitis kronis dan

Page 14: frozshol fachrul 1

Diabetus Melitus. Diduga ini merupakan respon autoimun karena rusaknya

jaringan lokal (Solomon, 2010).

C. Patologi

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan

dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak

dan sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan

membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas

melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan

secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang

membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak

membeku, tidak berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3

ml). Cairan sinovium juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan

sendi. Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena

terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam

kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi

fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi

impingement yang terlalu lama (Solomon, 2010).

Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu

persatu bagian secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi

sindroma nyeri bahu, maka dapat dikelompokkan menjadi:

a. Faktor Penyebab:

1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak

dan struktur anatomi

2) Faktor penyebab penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan

keluhan neurologik yang menyertai baik secara langsung maupun

tidak langsung yang berupa nyeri rujukan.

Page 15: frozshol fachrul 1

b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi

2 yaitu :

1) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan

2) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan mengikuti

pola kapsuler.

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala klinis yang sering timbul pada penderita frozen shoulder

akibat capsulitis adhesiva adalah :

a. Nyeri

Pasien berumur antara 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma,

sering kali ringan, diikuti rasa sakit pada bahu dan lengan. Nyeri

berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak bisa tidur pada

posisi yang terkena, setelah beberapa bulan nyeri mulai berkurang, tetapi

sementara itu kekakuan semakin menjadi, berlanjut terus selama 6-12

bulan. Setelah itu beberapa bulan kemudian nyeri mulai berkurang, tetapi

kekakuan semakin menjadi. Setelah berapa bulan kemudian pasien dapat

bergerak, tetapi tidak normal.(Solomon, 2010).

Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam

hari sering dijumpai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

adanya kesulitan penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi),

sehingga penderita akan melakukan gerakan kompensasi dengan

mengangkat bahu pada saaqt gerakan mengangkat lengan yang sakit, yaitu

saat flexi dan abduksi sendi bahu diatas 90º atau di sebut dengan

shrugging mechanism. Juga dapay dijumpai adanya atrofi otot gelang

bahu.

b. Keterbatasan LGS

Frozen sholder karena capsulitis adhesiva ditandai dengan adanya

keterbatasan lingkup gerak sendi glenohumeral pada semua gerakanyang

nyata, baik gerakan yang aktif maupun pasif. Sifat nyeri dan keterbatasan

Page 16: frozshol fachrul 1

gerak sendi bahu terjadi pada semua gerakan sendi bahu, tetapi sering

menunjukkan pola yang spesifik, yaitu pola kapsuler. Pola gerak sendi

bahu ini adalah gerak exorotasi lebih terbatas dari gerak abduksi dan lebih

terbatas dari gerak adduksi.

c. Penurunan kekuatan otot dan arofi otot

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam

mengangkat lengannya, sehingga penderita akan melakukan gerakan

kompensasi dengan shrugging mechanism.

d. Gangguan Aktifitas fungsional

Dengan beberapa adanya tanda dan gejala klinis yanmg ditemukan

pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya

nyeri, keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot, dan atrofi maka secara

langsung akan mempengaruhi aktifitas fungsional yang dijalani.

Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu

a. Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat

istirahat, gerak sendi bahu menjadi terbatas selama

2-3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10-

36 minggu.

b. Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan

atau perlengketan yang nyata dan keterbatasan

gerak dari glenohumeral yang di ikuti oleh

keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12

bulan.

c. Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan

tidak ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan

gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini

berakhir 6-24 bulan atau lebih.

Page 17: frozshol fachrul 1

E. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan gerak dasar.

Pemeriksaan gerak yang dilakukan meliputi :

1. Gerak aktif.

Dalam pemeriksaan gerak aktif, pasien diminta untuk

menggerakkan secara aktif bahunya kearah fleksi, ekstensi, abduksi,

adduksi, endorotasi, eksorotasi, elevasi, depresi, protraksi, retraksi dan

sirkumduksi.

2. Gerak pasif.

Merupakan pemeriksaan gerak sendi bahu yang dilakukan oleh

fisioterapis kearah fleksi, ekstensi, eksorotasi, endorotasi, sementara

pasien dalam keadaan pasif dan rileks abduksi dan adduksi horizontal.

3. Gerak isometris melawan tahanan.

Pada pemeriksaan gerak ini prinsipnya masih sama seperti pada

pemeriksaan gerak aktif pada sendi bahu ke segala arah hanya saja

pada pemeriksaan gerak ini masih ditambah dengan tahanan secara

isometrik oleh terapis. Hasil yang dinilai adalah

(1) Apakah pasien mampu melakukan gerakan isometris melawan

tahanan terapis dengan atau tanpa timbul adanya nyeri

(2) Ada atau tidaknya penurunan kekuatan otot penggerak bahu kiri

baik fleksor, ekstensor, endorotator, eksorotator, abduktor dan

adduktor sendi bahu.

Page 18: frozshol fachrul 1

b. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang

diperlukan untuk menegakkan diagnosa ataupun dasar penyusunan

problematik, tujuan dan tindakan fisioterapi, antara lain sebagai berikut :

a. Pemeriksaan derajat nyeri

b. Pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS)

No Pemeriksaan LGS LGS normal

1

2

Gerak aktif

Gerak pasif

S 43 º-0-95 º

F : 85 º-0-45 º

R(F90) : 39 º-0-42 º

S : 45 º-0-105 º

F :98 º-0-48 º

R(F90) :43 º-0-45 º

S : 45 º-0-180 º

F : 180 º-0-45 º

R(F90) : 90 º-0-90 º

S : 45 º-0-180 º

F : 180 º-0-45 º

R(F90) : 90 º-0-90 º

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya keterbatasan

lingkup gerak sendi menggunakan alat yang disebut dengan

goneometer, dalam pelaksanaannya banyak hal yang harus

diperhatikan dalam melakukan pengukuran diantaranya letak

goneometer yang merupakan aksis dari sendi bahu. Hasil pengukuran

ditulis dengan standar International Standard Orthopedic Measurement

(ISOM). Cara penulisannya yaitu dimulai dari gerakan yang menjauhi

tubuh-posisi netral-gerakan mendekati tubuh. Pemeriksaan lingkup

gerak sendi bahu ini dilakukan dalm bidang gerak frontal (F), sagital

(S), tranversal (T) dan rotasi (R), adapun hasil yang telah diperoleh

seperti yang ditulis dalam tabel di bawah ini.

c. Appley strech test

1. Eksternal rotasi dan abduksi

Page 19: frozshol fachrul 1

Pasien diminta menggaruk daerah sekitar angulus medialis

scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang

kepala. Pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva

biasanya tidak bisa melakukan gerakan ini. Bila pasien tidak dapat

melakukan karena adanya nyeri maka ada kemungkinan terjadi

tendinitis rotator cuff.

2. Internal rotasi dan adduksi

Pasien diminta untuk menyentuh angulus inferior scapula

dengan sisi kontralateral, bergerak menyilang punggung. Pada

penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva biasanya tidak

bisa melakukan gerakan ini.

d. Joint play movement test

Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan gerakan transalasi

(traksi, kompresi, dan gliding) secara pasif untuk menggambarkan apa

yang terjadi di dalam sendi ketika dilakukan gerakan translasi. Pada

frozen shoulder terjadi akibat capsulitis adhesiva, pola keterbatasan

gerak sendi bahu dapat menunjukkan pola yang spesifik, yaitu pola

kapsuler saat dilakukan pemeriksaan ini. Pola kapsuler sendi bahu

yaitu gerak eksorotasi paling nyeri dan terbatas kemudian diikuti gerak

abduksi dan endorotasi, atau dengan kata lain gerak eksorotasi lebih

nyeri dan terbatas dibandingkan dengan gerak endorotasi. Bila pada

pemeriksaan gerak eksorotasi ditemukan paling nyeri dan terbatas

kemudian diikuti gerak abduksi dan abduksi lebih terbatas daripada

gerak endorotasi maka tes positif adanya frozen shoulder dan terdapat

pola kapsuler. Pada frozen shoulder yang diakibatkan capsulitis

adhesiva kualitasa gerakan yang terjadi pada saat menggerakkan

bonggol sendi humerus terasa adanya suatu tahanan dari dalam, yang

dapat menyebabkan munculnya rasa nyeri dan keterbatasan LGS pada

saat menggerakkan sendi bahu.

e. Drop arm test/tes Mosley

Page 20: frozshol fachrul 1

Drop arm test bertujuan untuk memeriksa adanya kerobekan dari

rotator cuff terutama otot supraspinatus. Dimana pasien disuruh

mengabduksikan lengannya dalam posisi lurus secara penuh,

kemudian pasien disuruh menurunkannya secara perlahan-lahan

apabila pasien tidak bisa menurunkan dengan perlahan tapi lengan

langsung jatuh berarti tes positif.Pada Pemeriksaan ini didapatkan

hasil negatif karena pasien mampu menurunkan lengannya secara

perlahan dan ini menunjukkan tidak adanya kerobekan pada otot

supraspinatus.

F. Diagnosis banding

Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan

dapat bertahan beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan

secara berangsur-angsur berkurang, berbeda dengan pola bahu beku

(Appley,1993)

Adapun keadaan lain yang gejalanya hampir mirip dengan kekakuan bahu

( frozen shoulder )

a. Tendinitis bicipitalis

Tendon otot biceps dapat mengalami kerusakan secara tersendiri,

meskipun berada bersama-sama otot supraspinatus. Tendinitis ini biasanya

merupakian reaksi terhadap adanya trauma akibat jatuh atau dipukul pada

bahu dengan lengan dalam posisi adduksi serta lengan bawah supinasi.

Pada kasus tendonitis juga dapat terjadi pada orang-orang yang bekerja

keras dengan posisi seperti tersebut di atas dan secara berulang kali.

Pemeriksaan fisik pada penderita tendinitis bisipitalis didapatkan adanya

aduksi sendi bahu terbatas, nyeri tekan pada tendon otot bisep, tes

yorgason disamping timbul nyeri juga didapat penonjolan pada samping

medial tuberkuluminus humeri, berarti tendon otot bisep tergelincir dan

berada di luar sulcus bisipitalis sehingga terjadi penipisan tuberkulum.

b. Bursitis Subacromialis

Page 21: frozshol fachrul 1

Bursitus subacromialis merupakan peradangan dari bursa sub

acromialis, keluhan utamanya adalah tidak dapat mengangkat lengan ke

samping (abduksi aktif), tetapi sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di

bahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas atau tepatnya

pada insertion otot deltoideus di tuberositas deltoidea humeri. Nyeri ini

merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub acromialis yang khas sekali, ini

dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum humeri. Tidak

adanya nyeri tekan berarti nyeri rujukan.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya “Panfull arc sub acromialis”

700-1200, tes fleksi siku melawan tahanan pada posisi fleksi 900 terjadi

rasa nyeri.

c. Tendinitis Supraspinatus

Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum

mayus humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang

dibentuk oleh kaput humeri (dengan pembungkus kapsul sendi

glinohumeral) sebagai alasnya, dan acromion serta ligamentum coraco

acromiale sebagai penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan

saling bertumpang tindih dengan tendon dari otot bisep kaput longum.

Adanya gesekan berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama akan

mengakibatkan kerusakan pada tendo otot supraspinatus dan berlanjut

sebagai tendonitis supraspinatus.

G. Penatalaksanaan

Page 22: frozshol fachrul 1

Pertama dengan menggunakan terapi obat – obatan, yaitu meliputi

penggunaan non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) seperti

ibuprofen atau aspirin, suntikan kortikosteroid ke bahu yang terkena,

manipulasi, mobilisasi, pijat gesekan, dan modalitas terapi.

Ada beberapa modalitas fisioterpi yang dapat digunakan dalam kondisi

frozen sholder akibat capsulitis adhisiva.

1. Terapi manipulasi

Terapi manipulasi dalam kasus frozen shoulder terjadi akibat

capsulitis adhesiva, dimana problem yang terjadi merupakan keterbatasan

gerak sendi pola kapsuler, pada kasus ini penanganan yang diutamakan

adalah keterbatasan lingkup gerak sendi dengan pola kapsuler.

a. Traksi latero ventro cranial

Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis berdiri di samping

sisi yang akan diterapi. Pelaksanaannya kedua tangan terapis

memegang humerus sedekat mungkin dengan sendi glenohumeral,

kemudian melakukan traksi ke arah latero ventro cranial. Lengan

Page 23: frozshol fachrul 1

bawah pasien rilek disangga lengan terapis, lengan bawah terapis yang

berlainan mengarahkan gerakan. Traksi diawali dengan grade I atau

grade II, kemudian dilanjutkan dengan traksi grade III. Traksi

dilakukan secara perlahan. Traksi mobilisasi dipertahankan selama ± 7

detik kemudian dilepaskan sampai grade II kemudian dilakukan traksi

grade III lagi. Prosedur tersebut dilakukan 6x pengulangan.

Traksi untuk mengurangi nyeri menggunakan traksi grade I atau

traksi dalam grade II tetapi tidak sampai terjadi slack taken up. Traksi

untuk menambah mobilitas sendi menggunakan grade III dengan cara

meregangkan jaringan yang memendek. Kedua traksi ini dilakukan

pada resting position atau actual resting position.

Traksi latero ventro cranial (Kisner, 1996)

b. Slide ke arah postero lateral

Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis duduk di kursi

menghadap pasien. Pada pelaksanaannya kedua tangan terapis

memegang bagian proksimal lengan atas, siku pasien diletakkan pada

bahu terapis kemudian terapis mendorong ke arah postero lateral.

Tujuan pemberian terapi ini adalah untuk memperbaiki gerak

endorotasi sendi bahu.

Page 24: frozshol fachrul 1

Slide ke arah postero lateral (Kisner, 1996)

c. Slide ke arah caudal

Posisi pasien berbaring terlentang, lengan abduksi sebatas nyeri,

posisi terapis berdiri di samping sendi bahu pasien. Pelaksanaannya

siku terapis ditekuk dan diposisikan menempel pada tubuh terapis,

sedangkan jari I dan II diletakkan pada daerah caput humeri pasien,

lengan terapis yang lain menyangga pada siku pasien dengan fiksasi,

terapis mendorong caput humeri ke arah caudal dengan dorongan dari

siku terapis yang menempel pada tubuh terapis dan dorongan bisa

ditambah dengan gaya berat badan. Tujuan pemberian terapi ini adalah

untuk memperbaiki gerak abduksi sendi bahu.

Page 25: frozshol fachrul 1

Slide ke arah caudal (Kisner, 1996)

d. Slide ke arah antero medial

Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis berdiri di samping

sisi yang akan diterapi. Pelaksanaan tangan terapis di letakkan pada

bagian proksimal lengan atas (sedekat mungkin dengan axilla). Lengan

bawah pasien dijepit dengan lengan terapis kemudian terapis

menggerakakkan ke arah antero medial. Tujuan pemberian terapi ini

adalah untuk memperbaiki gerak eksorotasi sendi bahu.

Slide ke arah antero medial (Kisner, 1996)

Page 26: frozshol fachrul 1

Dalam melakukan sliding selalu disertai dengan traksi grade I

yang tujuannya untuk menetralisir gaya kompresi yang ada pada sendi

sehingga mempermudah terjadinya sliding. Sliding dipertahankan

selama ± 7 detik kemudian secara perlahan dilepaskan dan istirahat ±

10 detik. Setiap satu arah gerakan dilakukan 6x pengulangan.

Adapun menurut persatuan dokter spesialis orthopedic queensland

terapi manipulasi adalah sebagai berikut:

a. Overhead stretch

Berbaring telentang dengan tangan di sisi pasien. Angkat satu

lengan lurus ke atas dan di atas kepala pasien. Raih tangan yang

diangkat dengan tangan pasien yang lain dan berikan tekanan lembut

untuk meregangkan lengan sejauh pasien dapat lakukan. Atau dengan

cara mengangkat kedua tangan dengan memegang sebuah pegangan

atau stik panjang,

b. Cross-body reach

Berdiri dan angkat satu tangan lurus ke satu sisi. Menjaga

lengan pada ketinggian yang sama, membawanya ke depan dan

seluruh tubuh pasien Seperti melewati bagian depan tubuh pasien,

Page 27: frozshol fachrul 1

ambil siku dengan lengan pasien yang lain dan memberikan

tekanan lembut untuk meregangkan bahu.

c. Towel stretch

Menggantungkan handuk di atas bahu yang berlawanan, dan

mengambilnya dengan tangan pasien di belakang punggung

pasien. Tarik perlahan handuk ke atas.

Page 28: frozshol fachrul 1

2. Terapi Latihan.

Adapun metode yang digunakan adalah :

a. Active exercise

Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta menambah

lingkup gerak sendi (LGS).Disini penulis memberikan latihan dengan

menggunakan metode free active exercise.Gerakan dilakukan oleh

kekuatan otot penderita itu sendiri dengan tidak menggunakan suatu

bantuan dan tahanan yang berasal dari luar.Latihan ini bisa dilakukan

kapan pun dan dimana pun penderita berada.

b. Overhead pulley

Tujuan dari pemberian overhead pulley adalah untuk menambah

lingkup gerak sendi dan meningkatkan nilai kekuatan otot dengan

bantuan alat ini. Dengan adanya gerakan yang berulang-ulang maka

akan terjadi penambahan lingkup gerak sendi serta menjaga dan

menambah kekuatan otot jika diberi beban (Kisner, 2010).

c. Codman pendulum exercis.

Codman pendulumexercise dilakukan pada stadium akut.

1. Tujuan : Untuk mencegah perlengketan pada sendi bahu

dengan melakukan gerakan pasif sedini mungkin

yang dilakukan pasien secara aktif. Gerakan pasif

dilakukan untuk mempertahankan pergerakan

pada sendi & mencegah pelengketan permukaan

sendi. Sedangkan pencegahan gerakan aktif

adalah untuk mencegah terjadinya kontraksi otot-

otot rotator cuff & abductor bahu

2. Cara melakukan: Pasien membungkukkan badan dan lengan yang

sakit tergantung vertical. Posisi ini menyebabkan

lengan fleksi 90۫ pada bahu tanpa adanya

kontraksi otot- otot deltoid maupun rotator cuff.

Gravitasi / gaya tarik bumi menyebabkan

Page 29: frozshol fachrul 1

pemisahan permukaan sendi glenohumeral

sehingga kapsul sendi tersebut akan memanjang.

Lutut pasien dalam keadaan fleksi untuk

mencegah timbulnya gangguan pada pinggang.

Tetapi jika dengan fisioterapi gagal maka dilakukan tidakan bedah, yaitu

Pembedahan dilakukan di bawah lokal anestesi atau anestesi umum dan

melibatkan memotong ligamen yang ketat & kapsul. Hal ini dapat dilakukan

dengan arthroscope atau dengan teknik terbuka (lebih besar sayatan).

Keuntungan utama dari Teknik arthroscopic adalah lebih pendek waktu

pemulihan. Ini merupakan teknik operasi minimal invasive yaitu dengan

sayatan yang kecil. Melalui sayatan itu, alat-alat operasi yang bentuknya

serupa pipa dimaskkan dan dikendalikan dokter dari luar. Pipa pertama adalah

kamera video yang tersambung dengan layar monitor. Kamera ini menjadi

mata dokter dalam melihat kondisi jaringan di dalam sendi. Pipa-pipa

berikutnya adalah alat-alat untuk melakukan prosedur-prosedur operasi,

termasuk menjahit dan membersihkan sendi. (Baums, 2006)

Page 30: frozshol fachrul 1

H. Komplikasi

Pada kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva yang berat dan

tidak dapat mendapatkan penanganan yang tepat dalam jangka waktu yang

lama maka akan timbul problematik yang lebih berat antara lain :

1. Kekakuan saendi bahu

2. Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu

3. Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu

4. Atrofi otot-otot sekitar sendi bahu

5. Adanya gangguan aktifitas sehari-hari.

Page 31: frozshol fachrul 1

I. Prognosis

Apabila dilakukan tindakan sendiri mungkin secara tepat maka prognosis

gerak dan fungsi dari kasus frozen sholder adalah baik. Penderita sebaiknya

diberitahu bahwa akan dapat menggerakkan bahu kembali tanpa rasa nyeri

tetapi memerlukan waktu beberapa bulan.

J. Edukasi

Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen shoulder akibat

capsulitis adhesiva antara lain :

a. pasien diminta melakukan kompres panas (jika pasien tahan) ± 15 menit

pada bahu yang sakit untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul

b. pasien dianjurkan agar tetap menggunakan lengannya dalam batas

toleransi pasien untuk menghindari posisi immobilisasi yang lama yang

dapat memperburuk kondisi frozen shoulder

c. latihan sesuai metode Codman pendular exercise di rumah dengan beban

minimal dan dapat ditambah secara bertahap

d. latihan merambatkan jari lengan yang sakit ke dinding (walking finger)

e. menghindari posisi menetap yang lama yang dapat memicu rasa nyeri

f. latihan dengan handuk, posisi lengan seperti huruf “S” terbalik kedua

lengan memegang handuk kemudian bahu yang sehat menarik ke atas

sampai lengan yang sakit tertarik

g. latihan penguatan dengan prinsip Codman pendular exercise yang

dilakukan di dalam kolam atau bak mandi dengan melawan tahanan air.

Page 32: frozshol fachrul 1

BAB IV

KESIMPULAN

Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan

lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Frozen atau yang dikenal juga dengan

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi

glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif.

Perawatan yang paling umum untuk frozen shoulder adalah mobilitas latihan

dan anti-inflamasi. Manipulasi bahu juga diindikasikan. Dalam kasus resisten,

steroid disuntikkan dimanfaatkan. Dalam kasus yang jarang terjadi, manipulasi di

bawah anestesi atau pembedahan dapat diindikasikan. Pada kasus yang tidak ada

perubahan dengan menggunakan terapi manipulasi dan latihan makan dapat

menggunakan teksik bedah yait dengan athroskopi yaitu minimal invasive

surgery, dengan luka sayat yang minimal menjadi rekomendasi terakhir untuk

kasus frozen shoulder yang di karenakan trauma,