laporan praktik kerja lapanganrepository.unika.ac.id/20934/1/16.h1.0040 fachrul...10. serta semua...

73
Laporan Praktik Kerja Lapangan EVALUASI PEMOTONGAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA KONSTRUKSI STUDI KASUS PT A Disusun Oleh: Fachrul Muchamad Rif’at 16.H1.0040 PROGRAM STUDI PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Laporan Praktik Kerja Lapangan

    EVALUASI PEMOTONGAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN

    ATAS JASA KONSTRUKSI STUDI KASUS PT A

    Disusun Oleh:

    Fachrul Muchamad Rif’at

    16.H1.0040

    PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2019

  • i

    EVALUASI PEMOTONGAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN

    ATAS JASA KONSTRUKSI STUDI KASUS PT A

    Laporan Praktik Kerja Lapangan

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

    Pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Katolik Soegijapranata

    Disusun Oleh:

    Fachrul Muchamad Rif’at

    16.H1.0040

    PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2019

  • ii

    HALAMAN MOTTO

    “Urip Iku Urup”

    (Pepatah orang jawa kuno)

    “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar

    kesanggupannya”

    (QS Al-Baqarah [2] : 286)

    “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi

    pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui

    sedang kamu tidak mengetahui “

    ( QS Al-Baqarah [2] : 216 )

  • iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Evaluasi Pemotongan

    Pemungutan Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi Studi Kasus PT A” ini

    penulis persembahkan kepada :

    1. Allah SWT.

    2. Bapak Suprapto dan Ibu Trimulyati selaku orang tua.

    3. Kerabat dan semua saudara.

    4. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

    5. Program Studi D-III Perpajakan.

    6. Bu Agnes Arie MC., SE., M.Si., Akt., BKP Kaprodi Perpajakan.

    7. Para dosen yang memberikan pembelajaran di Universitas Katolik Soegijapranata.

    8. Dosen Pembimbing Ibu Yusni Warastuti, SE., MSi

    9. Sahabat dan teman-teman.

  • iv

    HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA

    LAPANGAN

    Nama : Fachrul Muchamad Rif’at

    NIM : 16.Hl.0040

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Program Studi : Perpajakan

    Judul : “Evaluasi Pemotongan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Jasa

    Konstruksi Studi Kasus PT A”

    Disetujui di Semarang, 02 Oktober 2019

    Dosen Pembimbing

    ( Yusni Warastuti, SE., MSi )

  • v

    HALAMAN PENGESAHAN

    Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul : “Evaluasi Pemotongan

    Pemungutan Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi Studi Kasus PT A”

    Yang disusun oleh :

    Nama : Fachrul Muchamad Rif’at

    NIM :16.H1.0040

    Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 27 September 2019 dan

    dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persyaratan

    untuk mencapai gelar Ahli Madya Perpajakan Universitas Katolik Soegijapranata.

    Koordinator Penguji Penguji

    Paulina Rini Hastuti, SE., M.si., Akt Drs. Thedorus Sudimin, MS

    NPP. 058.1.2001.246 NPP. 058.1.1990.075

    Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Dr. Octavianus Digdo Hartomo, M.si., Akt

    NPP. 058. 1. 1995. 170

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN KERJA LAPANGAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Fachrul Muchamad Rif’at

    NIM : 16.H1.0040

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Program Studi : DIII Perpajakan

    Menyatakan bahwa hasil yang ditampilkan dalam Laporan Praktik Kerja

    Lapangan ini adalah asli hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari

    ditemukan bahwa adanya bukti plagiasi dalam bentuk-bentuk kecurangan lainya,

    saya bersedia menerima sanksi dalam bentuk apapun dari Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas Katolik soegijapranata

    Semarang, 03 Oktober 2019

    Fachrul Muchamad Rif’at

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan

    kurunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penyususnan Laporan Praktik

    Kerja Lapangan dengan judul “Evaluasi Pemotongan Pemungutan Pajak

    Penghasilan atas Jasa Konstruksi Studi Kasus PT A”.

    Pada penulisan ini penulis memaparkan bahwa perusahaan yang telah

    menjadi PKP seharusnya telah mengetahui kewajiban potong pungut pajak yang

    harus dipenuhi. Jika suatu perusahaan yang telah dikukuhkan menjadi PKP

    kurang memahami kewajiban potong pungut pajak yang harus dipenuhi akan

    terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Dalam

    penulisan ini, penulis juga memberikan contoh tatacara penghitungan jika suatu

    perusahaan salah memahami suatu aturan perpajakan. Sehingga perusahaan

    tersebut harus menerima denda dan bunga, sehingga pembaca dapat menghitung

    sendiri perkiraan denda dan bunga yang akan didapatkan. Penulis melakukan

    fokus pada kesalahan penafsiran suatu objek pajak yang seharusnya dikenakan

    PPh Pasal 4 Ayat (2) tetapi dikenakan PPh Pasal 23 sehingga menyebabkan

    kerugian bagi perusahaan tersebut.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat sampai akhirnya saya dapat

    menyelesaikan Tugas Akhir ini.

    2. Bapak Suprapto dan Ibu Trimulyati selaku orang tua.

    3. Bapak Dr. Octavianus Digdo Hartomo, M.Si., Akt selaku Dekan Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata.

    4. Ibu Agnes Arie MC., SE., M.Si., Akt., BKP selaku Ketua Program Studi

    D-III Perpajakan Universitas Katolik Soegijapranata.

    5. Ibu Yusni Warastusi SE., M.si. selaku dosen pembimbing yang telah

    membimbing saya dalam penulisan Tugas Akhir ini.

    6. Seluruh dosen perpajakan yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran.

  • viii

    7. Ibu Vicensia Retno yang telah memberikan kemudahan administrasi.

    8. Bapak Adyuta Puri Prana dan Bapak Danu Wihartono yang telah

    memberikan ilmu dan pengalaman serta bantuan agar penulisan ini lancar,

    serta para staf KKP Puri Prana yang telah memberikan dukungan.

    9. Teman-teman dan sahabat penulis Hana Dedy Setiawan, Wijayanti

    Kusuma Hastuti, Alfina Damayanti, Sesilia Dini Sarastikashiwi, Vicha

    Nanda Restu, teman-teman Progdi Pajak atas dukungan dan motivasinya.

    10. Serta semua pihak yang memberikan dukungan, hambatan dan motivasi

    Dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Evaluasi

    Pemotongan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi

    Studi Kasus PT A” ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat

    dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

    Semarang, 03 Oktober 2019

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    Indonesia adalah negara berkembang, salah satu upaya pemerintah untuk

    mengembangkan sumber daya alam serta sumber daya manusia adalah dengan

    meningkatkan anggaran dalam sektor infrastruktur dalam APBN 2018 sebesar

    5,8% dibandingkan tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    pelaporan dan pengenaan pajak atas jasa konstruksi pada PT A sebelum

    disesuaikan dengan peaturan yang berlaku, serta implikasi kewajiban pajak bagi

    PT A. Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif dan kuantitatif.

    PT A adalah perusahaan konstruksi yang bergerak dibidang jasa konstruksi,

    pengadaan, dan mekanik. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada

    laporan laba / rugi perusahaan terdapat perubahan pada total pendapatan usaha,

    penghasilan tidak final menjadi lebih kecil dan penghasilan final menjadi lebih

    besar. Terjadi perubahan jumlah biaya usaha setalah dilakukan pembetulan.

    Dampak dari perubahan tersebut mengakibatkan beban PPh 4 ayat (2) yang

    terutang menjadi lebih besar dari sebelumnya dan mengakibatkan PT A

    mengalami kerugian. Kerugian tersebut diakibatkan terlambat lapor dan setor SPT

    Masa PPh 4 ayat (2). PT A kedepannya membaca dengan seksama dan lebih teliti

    kontrak yang didapatkan dan mengklasifikasikannya dengan benar agar tidak

    terjadi kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

    Kata kunci : Jasa Konstruksi, PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 23

  • x

    DAFTAR ISI

    Laporan Praktik Kerja Lapangan ............................................................................. i

    HALAMAN MOTTO ............................................................................................. ii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN KERJA LAPANGAN ....................... vi

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

    ABSTRAK ............................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

    1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

    1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4

    1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4

    1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................ 5

    BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 7

    2.1. Dasar- Dasar Perpajakan ........................................................................... 7

    2.1.1. Pengertian Pajak ................................................................................. 7

    2.1.2. Jenis Pajak .......................................................................................... 7

    2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak .................................................................. 9

    2.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) .............................................................. 10

    2.2.1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ................................................ 10

    2.2.2. Obyek Pajak Pertambahan Nilai ...................................................... 10

    2.2.3. Barang Kena Pajak (BKP) ............................................................... 11

    2.2.4. Jasa Kena Pajak (JKP) ..................................................................... 12

  • xi

    2.2.5. Tarif Pajak Pertambahan Nilai ......................................................... 13

    2.3. Pajak Penghasilan Pasal 23 ..................................................................... 13

    2.3.1. Pengertian PPh Pasal 23 ................................................................... 13

    2.3.2. Pemotong PPh Pasal 23 .................................................................... 13

    2.3.3. Tarif dan Obyek Pajak PPh Pasal 23 ............................................... 14

    2.3.4. Jasa Lain sebagai Obyek PPh Pasal 23 ............................................ 14

    2.3.5. Bukan Obyek Pajak PPh Pasal 23 .................................................... 17

    2.3.6. Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23 ................. 18

    2.4. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) .......................................................... 19

    2.4.1. Pengertian PPh Pasal 4 ayat (2) ....................................................... 19

    2.4.2. Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) ....................................................... 19

    2.4.3. Obyek Pajak PPh Pasal 4 Ayat (2) ................................................... 19

    2.4.4. Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) ........... 20

    2.5. Jasa Konstruksi ........................................................................................ 21

    2.5.1. Pengertian Jasa Konstruksi .............................................................. 21

    2.5.2. Jenis Usaha atas Jasa Konstruksi ..................................................... 21

    2.5.3. Izin Usaha atas Jasa Konstruksi ....................................................... 22

    2.5.4. Registrasi Usaha atas Jasa Konstruksi ............................................. 23

    2.5.5. Dasar Pengenaan Pajak atas Jasa Konstruksi ................................... 27

    2.5.6. Tarif PPh Final atas Usaha Jasa Konstruksi ..................................... 28

    2.5.7. Tata Cara Pemotongan dan Pelunasan PPh atas Jasa Konstruksi .... 29

    2.6. Sanksi Administrasi Perpajakan .............................................................. 30

    BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN ......................... 31

    3.1. Profil kantor Adyuta konsultan ............................................................... 31

    3.1.1. Visi dan misi .................................................................................... 31

    3.1.2. Struktur Organisasi .......................................................................... 32

    3.1.3. Data perusahaan ............................................................................... 32

    3.1.4. Ruang lingkup .................................................................................. 33

    3.2. Metode penelitian .................................................................................... 34

    3.2.1. Jenis data .......................................................................................... 34

    3.2.2. Metode pengumpulan data ............................................................... 35

    3.2.3. Metode Analisis Data ....................................................................... 35

  • xii

    BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 37

    4.1. Gambaran Umum PT. A .......................................................................... 37

    4.2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan atas Usaha Jasa Konstruksi pada PT

    A 37

    4.2.1. Pengakuan Pendapatan Perusahaan.................................................. 38

    4.2.2. Pemotongan Pemungutan Pajak atas Jasa Konstruksi pada PT A ... 38

    4.3. Kewajiban Perpajakan yang Harusnya Dipenuhi oleh PT A................... 45

    4.3.1. Kewajiban Pemotongan Pemungutan Pajak atas Jasa Konstruksi

    yang seharusnya oleh PT A ............................................................................ 45

    4.3.2. Pembetulan Laporan Laba/Rugi pada PT A..................................... 51

    4.4. Dampak Kesalahan Pelaporan Kewajiban Perpajakan PT A .................. 53

    BAB V PENUTUP ................................................................................................. 55

    5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 55

    5.2. Saran ........................................................................................................ 56

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 57

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Persyaratan Kekayaan Bersih Perusahaan……………………………26

    Tabel 2.2 Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi………………………...27

    Table 4.1 Data Proyek PT A Tahun 2018………………………………………..39

    Tabel 4.2 Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa Pelaksana Konstruksi

    Menurut PT A……………………………………………………………………41

    Tabel 4.3 Peghitungan PPh Pasal 23 atas Jasa Konstruksi Menurut PT A Tahun

    2018………………………………………………………………………………42

    Tabel 4.4 Rangkuman PPN PT A Tahun 2018…………………………………..43

    Tabel 4.5 Laporan Laba/Rugi PT A Tahun 2018………………………………...44

    Tabel 4.6 Daftar Proyek PT A tahun 2018 sesuai dengan ketentuan yang berlaku

    ……………………………………………………………………………………47

    Tabel 4.7 Daftar Perbandingan Proyek yang Dikenakan PPh Pasal 4 Ayat (2)

    Menurut PT A dan Sesuai Peraturan yang Berlaku……………………………...49

    Tabel 4.8 Daftar Perbandingan Proyek yang Dikenakan PPh Pasal 23 Menurut PT

    A dan Sesuai Peraturan yang Berlaku…………………………………………...50

    Tabel 4.9 Laporan Laba/Rugi PT A Tahun 2018 Pembetulan…………………..51

    Tabel 4.10 Penghitungan Sanksi Adminstratif…………………………………..53

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Struktur Organisasi KKP ADYUTA PURI PRANA……………….32

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia adalah negara berkembang dengan angka pertumbuhan

    penduduk yang relatif tinggi, berdasarkan data dari BPS rata-rata laju

    pertumbuhan penduduk dari tahun 2010-2018 sebesar 1,33%. Ini

    mengakibatkan pengeluaran negara terus meningkat untuk melaksanakan

    pembangunan di segala bidang sebagai upaya negara untuk

    mengembangkan serta memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber

    daya manusianya. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut, maka

    diperlukan partisipasi dari masyarakat. Tanpa ada partisipasi dari

    masyarakat, pembangunan tidak dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

    Partisipasi masyarakat dapat berupa sumbangan maupun kontribusi sebagai

    pemasukan pemerintah yang selanjutnya digunakan pemerintah untuk

    membiayai segala pengeluarannya. (STATISTIK INDONESIA 2019)

    Menurut APBN 2018 pemerintahan menaikkan anggaran dalam sektor

    pembangunan infrastruktur dibandingkan tahun sebelumnya yaitu untuk

    anggaran tahun 2017 sebesar Rp 419.800.000.000,- dan untuk anggaran

    tahun 2018 sebesar Rp 444.100.000.000,- sehingga terjadi kenaikan sebesar

    Rp 24.300.000.000,- atau naik sebesar 5,8% dari tahun 2017. Untuk

    membiayai pembangunan tersebut pemerintah mengandalkan pemasukan

    dari sektor pajak. Dikarenakan sektor pajak berkontribusi sebesar 85,4%

    dibandingkan dengan seluruh penerimaan pemerintah. (APBN 2018)

    Pemerintah sedang berusaha keras untuk meningkatkan pendapatan negara

    dari sektor pajak untuk mencapai sasaran pembangunan ekonomi nasional.

    Maka dari itu diperlukan peran aktif dari masyarakat memberikan

    kontribusinya dalam hal pembayaran pajak sesuai porsinya masing-masing.

    Sesuai penjelasan diatas, pada dasarnya kontribusi masyarakat dalam hal

  • 2

    membayar pajak digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan

    kesejahteraan rakyat. Dari pembayaran pajak membuahkan hasil

    pembangunan di Indonesia yang tumbuh secara pesat yang didukung

    fasilitas umum yang memadai dan modern melalui kemajuan teknologi.

    Pajak dikenakan atas penghasilan atau tambahan ekonomi dari kegiatan

    usaha sesuai dengan ketentuan umum perpajakan, baik dalam bentuk barang

    atau jasa, salah satunya adalah penghasilan yang diterima atas usaha jasa

    konstruksi. Banyak aturan ataupun undang-undang oleh pemerintah yang

    mengatur secara khusus tentang jasa konstruksi, karena jasa konstruksi

    merupakan kegiatan yang berperan penting dalam pembangunan di negara

    kita, sehingga dapat mendukung terwujudnya pencapaian pembangunan

    sarana dengan tujuan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan dengan UU

    Nomor 18 Tahun 1999 j.o UU Nomor 2 Tahun 2017 Pasal 1 tentang jasa

    konstruksi, jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi konstruksi dan

    atau pekerjaan konstruksi. Konsultasi konstruksi adalah sebagian layanan

    atau keseluruhan kegiatan yang meliputi pembangunan, perencanaan dan

    perancangan, pengawasan dan manajemen penyelenggaraan konstruksi

    suatu bangunan. Sedangkan pekerjaan konstruksi adalah sebagian atau

    keseluruhan kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian,

    pemeliharaan, pembongkaran dan pembangunan kembali suatu bangunan.

    PT A merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha Jasa

    Konstruksi dan Bangunan, dengan kualifikasi usaha jasa konstruksi

    termasuk dalam kualifikasi K2 (Kecil 2) dengan persyaratan memiliki

    minimal 1 orang tenaga kerja bersertifikat keterampilan, dengan kekayaan

    bersih Rp 200.000.000 s/d Rp 500.000.000 dengan maksimum

    melaksanakan pekerjaan senilai Rp 1.750.000.000,. perusahaan telah

    beroperasi dan dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta

    memliki akta pendirian usaha yang resmi sejak tahun 2016, dalam

    kewajiban perpajakannya PT A diharapkan dapat menghitung, membayar

    serta melaporkan kewajiban perpajaknnya secara baik dan benar.

  • 3

    Pengenaan pajak atas suatu penghasilan dari usaha jasa konstruksi

    dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) yang bersifat final, dikenakan atas jenis jasa

    konstruksi, meliputi usaha perencanaan jasa konstruksi yang memiliki

    kualifikasi usaha baik kecil, menengah dan besar dikenakan tarif sebesar

    4%, sedangkan bagi usaha perencanaan jasa konstruksi yang tidak memiliki

    kualifikasi usaha dikenakan tarif sebesar 6%. Untuk usaha pelaksana jasa

    konstruksi yang meiliki kualifikasi usaha kecil dikenakan tarif sebesar 2%,

    untuk usaha yang memiliki kualifikasi menengah dan besar dikenakan tarif

    sebesar 3%, sedangkan untuk usaha pelaksana jasa konstruksi yang tidak

    memiliki kualifikasi usaha dikenakan tarif sebesar 4%. Untuk usaha

    pengawas jasa konstruksi yang memiliki kualifikasi baik kecil, menengah

    maupun besar dikenakan tarif sebesar 4% dan untuk usaha pengawas jasa

    konstruksi yang tidak memiliki kualifikasi usaha dikenakan tarif sebesar

    6%. Untuk usaha jasa konstruksi yang meliputi jasa instalasi/pemasangan

    mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, dikenakan

    PPh Pasal 23 dengan tarif sebesar 2%.

    Berdasarkan sumber yang diperoleh, PT A merasa kesulitan dalam

    menafsirkan kewajiban perpajakan yang seharusnya dipenuhi atas usaha

    Jasa Konstruksi, apakah dikenakan PPh pasal 23 atau PPh Final pasal 4 ayat

    (2). Hal ini mengakibatkan ada transaksi yang seharusnya dekenakan PPh

    pasal 23 tetapi dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) dan transaksi yang

    seharusnya dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) tetapi dikenakan PPh pasal 23.

    Oleh karena itu PT A mengalami kerugian, kerugian tersebut diakibatkan

    telat lapor dan setor SPT Masa PPh 4 ayat (2), yang diatur dalam UU

    Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP Pasal 13 ayat (2) tentang sanksi

    administrasi perpajakan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin

    meneliti Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi, dengan mengambil judul

    tugas akhir :

    “EVALUASI PEMOTONGAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN

    ATAS JASA KONSTRUKSI STUDI KASUS PT. A”

  • 4

    1.2. Rumusan Masalah

    Rumusan Masalah yang akan dibahas dalam laporan tugas akhir ini,

    adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana kewajiban pajak terhadap jasa konstruksi pada PT A ?

    2. Bagaimana pelaporan kewajiban pajak terkait jasa konstruksi pada PT

    A yang sesuai aturan perpajakan ?

    3. Bagaimana implikasi atas kewajiban pajak terhadap jasa konstruksi

    pada PT A tersebut ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Bersadarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

    yang ingin dicapai oleh penulis adalah :

    1. Untuk mengetahui pelaporan pajak terkait jasa konstruksi pada PT A.

    2. Untuk menjelaskan bagaimana pelaporan kewajiban perpajakan terkait

    jasa konstruksi yang sebenarnya pada PT A.

    3. Untuk menjelaskan konsekuensi atas kesalahan pelaporan kewajiban

    pajak PT A.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan dari tujuan penilitian yang telah diuraikan diatas,

    penelitian ini diharapkan bermanfaat :

    1. Bagi Penulis

    Penelitian ini digunakan untuk menambah ilmu, keterampilan, serta

    mempertajam pengetahuan penulis dalam hal perpajakan.

    2. Bagi Perusahaan PT A

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan

    pertimbangan bagi perusahaan dalam menerapkan perlakuan pengenaan

    pajak terkait jasa konstruksi yang sesuai dengan peraturan perpajakan di

    waktu yang akan datang.

  • 5

    3. Bagi Kantor Konsultan Pajak (KKP)

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan

    pertimbangan, bagi kantor konsultan pajak dalam menangani kasus-

    kasus perpajak para kliennya.

    4. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan

    pertimbangan bagi kantor pelayanan pajak dalam mensosialisasikan

    kewajiban perpajakan kepada para wajib pajak agar lebih memahami

    menganai kewajiban perpajakan masing-masing perusahaan.

    1.5. Sistematika Penulisan

    Memberikan gambaran mengenai pembahasan tiap-tiap bab, agar

    menjadi susunan yang sistematis dan memudahkan dalam mengetahui isi

    hubungan tiap bab. Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

    tugas akhir.

    BAB II : LANDASAN TEORI

    Bab ini membahas mengenai teori yang berkaitan dengan

    pembahasan pemikiran pada penelitian ini sebagai dasar dalam

    perumusan masalah.

    BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTIK KERJA

    LAPANGAN DAN METODE PENELITIAN

    Bab ini membahas mengenai gambaran umum tempat praktik

    kerja lapangan dan metode penelitian yang digunakan seperti

    jenis data, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

  • 6

    BAB IV : PEMBAHASAN

    Bab ini berisi mengenai alalisis hasil penelitian dan pembahasan

    masalah.

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penelitian

    ini.

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Dasar- Dasar Perpajakan

    2.1.1. Pengertian Pajak

    Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

    orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

    Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung

    dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat.

    (UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP Pasal 1 Ayat (1)).

    Dari definisi pajak diatas, bahwa pajak memiliki pengertian

    yuridis yaitu pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan dan dapat

    ditarik kesimpulan tentang unsur dari pengertian pajak antara lain

    sebagai berikut :

    1. Pajak bersifat memaksa.

    2. Pajak berdasarkan Undang-Undang.

    3. Dalam pembayaran pajak tidak mendapat imbalan secara

    langsung (kontraprestasi).

    4. Pajak dipungut oleh negara baik melalui pemerintah pusat dan

    pemerintah daerah.

    5. Pajak digunakan untuk membiayai segala bentuk keperluan

    negara atau pengeluaran pemerintah.

    2.1.2. Jenis Pajak

    Pajak dapat dibagi menjadi 3 jenis kelompok, seperti dikutip

    dari Mardiasmo (2018) sebagai berikut :

  • 8

    1. Pembagian pajak menurut golongan atau pembebanan sebagai

    berikut :

    a. Pajak langsung

    Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan

    tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

    Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).

    b. Pajak tidak langsung

    Pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada

    orang lain.

    Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

    2. Pembagian pajak menurut sifat sebagai berikut :

    a. Pajak Subyektif

    Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

    subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib

    Pajak.

    Contoh : Pajak Penghasilan.

    b. Pajak Objektif

    Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

    memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.

    Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan

    atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Bumi dan

    Bangunan (PBB).

    3. Pembagian pajak menurut pemungut dan pengelolanya sebagai

    berikut :

    a. Pajak Pusat

    Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

    digunakan untuk membiayai pengeluaran rumah tangga

    negara.

    Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai

    (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

    (PPnBM).

  • 9

    b. Pajak Daerah

    Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

    digunakan untuk membiayai pengeluaran rumah tangga

    daerah.

    Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Bea Perolehan Hak

    atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Bumi dan

    Bangunan (PBB) sektor perkotaan dan pedesaan, dan Bea

    Materai.

    (Mardiasmo 2018)

    2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

    Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 kelompok sebagai

    berikut :

    1. Official Assessment System

    Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang

    memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

    menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri official

    assessment system adalah sebagai berikut :

    a. Pemerintah mempunyai hak penuh dalam besarnya pajak

    yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak.

    b. Sifat wajib Pajak pasif dalam perhitungan karena besaran

    pajak terutang dihitung oleh fiskus yang dipilih dalam

    pengelolaan pajak.

    c. Pajak timbul setelah fiskus mengeluarkan surat ketetapan

    pajak.

    2. Self Assessment System

    Sistem ini merupakan salah satu pemungutan pajak dimana

    sistem ini membebankan penentuan besaran pajak yang perlu

    dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan secara mandiri.

  • 10

    Ciri-ciri self assessment system adalah sebagai berikut :

    a. Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib

    pajak itu sendiri.

    b. Wajib pajak memiliki peran aktif dalam kewajiban

    perpajakannya mulai dari menghitung, membayar sampai

    dengan melapor pajak.

    3. Withholding System

    Ciri sistem ini adalah pihak ketiga memiliki kewenangan

    dalam menentukan besaran pajak yang harus dibayar oleh wajib

    pajak.

    (www.klikpajak.id)

    2.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

    2.2.1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

    Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah jenis pajak tidak

    langsung yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas

    penjualan atau penyerahan BKP/JKP kepada penanggung

    pajak/konsumen akhir yang menggunakan barang maupun jasa

    tersebut.

    (www.onlinepajak.com)

    2.2.2. Obyek Pajak Pertambahan Nilai

    Obyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibagi menjadi sebagai berikut :

    1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean

    yang dilakukan oleh pengusaha;

    2. Impor Barang Kena Pajak (BKP);

    3. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean

    yang dilakukan oleh pengusaha;

    4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (BKPTB) dari

    http://www.onlinepajak.com/

  • 11

    luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

    5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar Daerah Pabean di

    dalam Daerah Pabean;

    6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud (BKPB) oleh Pengusaha

    Kena Pajak (PKP);

    7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (BKPTB) oleh

    Pengusaha Kena Pajak (PKP); dan

    8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).

    (www.pajak.go.id)

    2.2.3. Barang Kena Pajak (BKP)

    Berikut pengertian BKP dan jenis barang tidak kena pajak :

    1. Pengertian BKP

    Barang Kena Pajak adalah barang yang berwujud, menurut

    sifat dan hukumnya berupa barang bergerak atau barang tidak

    bergerak dan barang tidak berwujud dikenai pajak berdasarkan

    Undang-Undang PPN.

    Contoh: kendaraan, mesin, rumah, dll dan barang kena pajak

    tidak berwujud contoh: merk dagang, hak paten, hak cipta dan

    berbagai hak lainnya.

    2. Barang Tidak Kena Pajak

    Jenis barang yang tidak dikenakan PPN sebagai berikut :

    1. Barang hasil pertambangan atau pengeboran yang diambil

    langsung dari sumbernya;

    2. Barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok yang

    sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

    3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,

    rumah makan, warung, dan sejenisnya; dan

    4. Uang, emas batangan, dan surat berharga;

    (www.pajak.go.id)

  • 12

    2.2.4. Jasa Kena Pajak (JKP)

    Berikut pengertian JKP dan jenis jasa tidak kena pajak :

    1. Pengertian Jasa Kena Pajak

    Jasa Kena Pajak adalah kegiatan pelayanan berdasarkan

    suatu perikatan atau perbuatan hokum, menyebabkan barang

    atau fasilitas, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa

    yang menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan

    bahan atas petunjuk dari pengguna jasa atau pemesan yang

    dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.

    2. Jasa Kena Pajak tidak dikenai PPN

    Semua jasa pada umumnya dikenai PPN, kecuali jenis jasa

    kena pajak yang tidak dikenai PPN berdasarkan Undang-

    Undang perpajakan antara lain:

    1. Jasa pelayanan kesehatan medis;

    2. Jasa pelayanan sosial;

    3. Jasa pengiriman surat dengan perangko;

    4. Jasa keuangan;

    5. Jasa asuransi;

    6. Jasa keagamaan;

    7. Jasa pendidikan;

    8. Jasa kesenian dan hiburan;

    9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

    10. Jasa angkutan umum;

    11. Jasa tenaga kerja;

    12. Jasa perhotelan;

    13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka

    menjalankan pemerintahan secara umum;

    14. Jasa penyedia tempat parkir;

    15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau

    koin;

  • 13

    16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

    17. Jasa boga atau catering.

    (www.pajak.go.id)

    2.2.5. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

    Tarif Pajak Pertambahan Nilai dibagi menjadi sebagai berikut :

    1. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 %;

    2. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 0 % berlaku atas:

    a. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

    b. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan

    c. Ekspor Jasa Kena Pajak.

    Tarif pajak dapat berubah menjadi paling rendah 5% dan paling

    tinggi sebesar 15% sebagaimana diatur oleh Peraturan

    Pemerintah.

    (www.pajak.go.id)

    2.3. Pajak Penghasilan Pasal 23

    2.3.1. Pengertian PPh Pasal 23

    PPh pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan

    atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan selain

    yang telah dipotong PPh Pasal 21. (www.online-pajak.com)

    2.3.2. Pemotong PPh Pasal 23

    Pemotong pajak PPh pasal 23 dibagi menjadi 6 kelompok

    sebagai berikut :

    1. Badan pemerintah;

    2. Subjek Pajak badan dalam negeri;

    3. Penyelenggaraan Kegiatan;

    4. Bentuk Usaha Tetap (BUT);

    5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;

  • 14

    6. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk

    oleh Direktorat Jendral Pajak.

    (www.online-pajak.com)

    2.3.3. Tarif dan Obyek Pajak PPh Pasal 23

    Tarif dan obyek pajak PPh pasal 23 dibagi menjadi sebagai berikut :

    1. 15% dari jumlah bruto atas :

    1. Deviden;

    2. Bunga;

    3. Royalti; dan

    4. Hadiah dan penghargaan selain yang sudah dipotong PPh

    Pasal 21.

    2. 2% dari jumlah bruto atas :

    1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

    penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan;

    dan

    2. Imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan

    jasa konsultan.

    Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif

    PPh Pasal 23

    (www.pajak.go.id)

    2.3.4. Jasa Lain sebagai Obyek PPh Pasal 23

    Dibawah ini termasuk jenis jasa lain yang termasuk dalam PPh

    pasal 23 sebagai berikut :

    1. Jasa penilai (appraisal);

    2. Jasa aktuaris;

    3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;

    4. Jasa hukum;

    5. Jasa arsitektur;

  • 15

    6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;

    7. Jasa perancang (design);

    8. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak

    dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh BUT;

    9. Jasa penunjang di bidang usaha migas;

    10. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha

    panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);

    11. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;

    12. Jasa penebangan hutan;

    13. Jasa pengolahan limbah;

    14. Jasa penyedia tenaga kerja dan /atau tenaga ahli (outsourcing

    services);

    15. Jasa perantara dan/atau keagenan;

    16. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga,

    kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;

    17. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang

    dilakukan oleh KSEI;

    18. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;

    19. Jasa mixing film

    20. Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo,

    slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;

    21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem

    komputer, termasuk didalamnya perawatan, pemeliharaan dan

    perbaikan komputer;

    22. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website;

    23. Jasa internet termasuk sambungannya;

    24. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data,

    informasi, dan/atau program;

    25. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon,

    air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh

    Wajib Pajak yang ruang lingkupnya dalam bidang konstruksi

  • 16

    dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha

    konstruksi (SUJK);

    26. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan,

    listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan,

    selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang

    lingkupnya dalam bidang konstruksi dan mempunyai izin

    dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi (SUJK);

    27. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut

    dan udara;

    28. Jasa maklon;

    29. Jasa penyelidikan dan keamanan;

    30. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;

    31. Jasa penyedia tempat dan/atau waktu dalam media masa,

    media luar ruang atau media lain untuk penyampaian

    informasi, dan/atau jasa periklanan;

    32. Jasa pembasmian hama

    33. Jasa kebersihan atau cleaning service;

    34. Jasa sedot septic tank;

    35. Jasa pemeliharaan kolam;

    36. Jasa katering atau tata boga;

    37. Jasa freight forwarding;

    38. Jasa logistik;

    39. Jasa pengurusan dokumen;

    40. Jasa pengepakan;

    41. Jasa loading dan unloading;

    42. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan

    oleh lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian

    akademis;

    43. Jasa pengelolaan parkir;

    44. Jasa penyondiran tanah

  • 17

    45. Jasa penyimpanan dan/atau pengolahan lahan;

    46. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit;

    47. Jasa pemeliharaan tanaman;

    48. Jasa pemanenan;

    49. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,

    peternakan, dan/atau perhutanan;

    50. Jasa dekorasi

    51. Jasa pencetakan/penerbitan;

    52. Jasa penerjemahan;

    53. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam

    UU PPh pasal 15;

    54. Jasa pelayanan kepelabuhan;

    55. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;

    56. Jasa pengelolaan penitipan anak;

    57. Jasa pelatihan dan/atau kursus;

    58. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;

    59. Jasa sertifikasi;

    60. Jasa survey;

    61. Jasa tester; dan

    62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya

    dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

    Bagi yang tidak mempunyai NPWP dipotong 100% lebih tinggi

    dari tarif PPh Pasal 23.

    (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/ Tahun 2015

    pasal 1 ayat (6) )

    2.3.5. Bukan Obyek Pajak PPh Pasal 23

    Dibawah ini yang bukan termasuk obyek pajak PPh pasal 23 sebagai

    berikut :

  • 18

    1. Penghasilan yang dibayar atau terutang bank;

    2. Sewa yang dibayarkan atau terutang dengan sewa guna usaha

    dengan hak opsi;

    3. Dividen atau bagian laba yang diperoleh perseroan terbatas

    sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri, Koperasi, Badan Usaha

    Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dari penyertaan

    modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di

    Indonesia;

    4. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan kepada anggota

    koperasi; dan

    Penghasilan yang dibayar atau terutang dengan badan usaha atau

    jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman.

    (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/ Tahun 2015

    pasal 1 ayat (6) )

    2.3.6. Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

    Dibawah ini dijelaskan kapan saat terutangnya penyetoran dan

    pelaporan PPh pasal 23 dalam sebagai berikut :

    1. PPh pasal 23 disetorkan oleh pemotong pajak selambatnya

    tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terutang pajak PPh

    pasal 23;

    2. SPT Masa PPh pasal 23 selambatnya dilaporkan 20 hari setelah

    bulan teruntang pajak PPh pasal 23;

    Pada saat pemotongan pajak pihak pemotong akan memberikan

    bukti pemotongan PPh pasal 23, kepada wajib pajak orang pribadi

    maupun badan atas pembayaran pajak penghasilan yang dipotong

    tersebut.

    (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/ Tahun 2015

    pasal 1 ayat (6) )

  • 19

    2.4. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)

    2.4.1. Pengertian PPh Pasal 4 ayat (2)

    PPh pasal 4 ayat (2) adalah pajak penghasilan yang pada akhir

    tahun tidak dapat dikreditkan, artinya jenis pajak PPh final ini

    dalam pembayarannya tidak dapat diangsur dan harus dilunasi pada

    masa pajak yang sama, dan tidak perlu dilaporkan kembali pada

    akhir tahun. Pada saat pelunasan kewajiban PPh final selesai, tidak

    dapat digabungkan atau dikurangkan dengan penghasilan lain yang

    termasuk tidak final.

    PPh pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari

    penghasilan yang bersifat final berupa bunga deposito dan

    tabungan-tabungan lainnya dari transaksi saham, bursa efek,

    pengalihan harta berupa tanah dan bangunan serta penghasilan

    tertentu lainnya

    (Mardiasmo : 2016)

    2.4.2. Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2)

    Pemotong PPh pasal 4 ayat (2) dibagi menjadi 4 yaitu :

    1. Koperasi;

    2. Penyelenggara Kegiatan;

    3. Otoritas Bursa;

    4. Bendaharawan;

    (www.pajak.go.id)

    2.4.3. Obyek Pajak PPh Pasal 4 Ayat (2)

    Obyek PPh pasal 4 ayat (2) dibagi menjadi :

    1. Bunga deposito / tabungan dan diskonto SBI;

  • 20

    2. Bunga / diskonto obligasi;

    3. Penghasilan penjualan saham di bursa efek;

    4. Penghasilan Penyalur/ Dealer/ Agen Produk BBM;

    5. Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan;

    6. Persewaan Tanah dan Bangunan;

    7. Usaha Jasa Konstruksi;

    8. Perwakilan Dagang Asing;

    9. Perusahaan Pelayaran dan Penerbangan Asing;

    10. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri;

    11. Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri;

    12. Penilaian Kembali Aktiva Tetap;

    13. Pajak Penghasilan Hadiah;

    14. Uang Pesangon;

    15. Honorarium atas beban APBN;

    16. Bunga Simpanan Koperasi; dan

    17. Dividen yang diterima Wajib Pajak Orang Pribadi

    (www.solusipajakonline.com).

    2.4.4. Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 4 ayat (2)

    Penerima penghasilan yang diterimakan dari usaha, kegiatan

    dan sebagainya yang bersifat final dibagi menjadi sebagai berikut :

    1. Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi

    dan surat utang negara, serta bunga simpanan yang dibayarkan

    oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

    2. Penerima hadiah undian;

    3. Penjual saham dan sekuritas lainnya; dan

    http://www.solusipajakonline.com/

  • 21

    4. Pemilik properti berupa tanah dan/atau bangunan.

    (www.pajak.go.id).

    2.5. Jasa Konstruksi

    2.5.1. Pengertian Jasa Konstruksi

    Sesuai dengan UU No.18 tahun 1999 j.o UU No. 2 tahun 2017

    Pasal 1 tentang jasa konstruksi, yang dimaksud dengan jasa

    konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan atau

    pekerjaan konstruksi. Konsultansi konstruksi adalah layanan

    keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian,

    perencanaan, perancangan, pengawasan dan manajemen

    penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan. Sedangkan pekerjaan

    konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi

    pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran dan

    pembangunan kembali suatu bangunan. Bidang usaha jasa

    konstruksi mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,

    elektrikal, dan tata lingkungan beserta kelengkapannya.

    2.5.2. Jenis Usaha atas Jasa Konstruksi

    Jenis usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi 3 terdiri dari

    perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas

    konstruksi.

    1. Usaha Perencana Konstruksi

    Usaha perencana konstruksi adalah usaha yang memberikan

    layanan jasa perencanaan konstruksi dalam pekerjaan konstruksi

    yang meliputi rangkaian kegiatan meliputi studi pengembangan,

    sampai dengan penyusunan dokumen terkait kontrak kerja

    konstruksi. Perencana konstruksi terdiri dari konsultan dan

    designer yang memiliki sertifikat keahlian.

    2. Usaha Pelaksana Konstruksi

    http://www.pajak.go.id/

  • 22

    Usaha pelaksana konstruksi adalah usaha yang memberikan

    layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang

    meliputi rangkaian kegiatan atau bagian mulai dari penyiapan

    lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir pekerjaan

    konstruksi. Pelaksana konstruksi terdiri dari kontraktor yang

    memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.

    3. Usaha Pengawas Konstruksi

    Usaha pengawas konstruksi adalah usaha yang memberikan

    layanan jasa pengawasan dalam pekerjaan pelaksanaan

    konstruksi baik sebagian atau keseluruhan, mulai dari penyiapan

    lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir konstruksi.

    Pengawas konstruksi terdiri dari konsultan pengawas pekerjaan

    konstruksi dan konsultan pengawas mutu hasil pekerjaan

    konstruksi.

    (UU No.18 tahun 1999 j.o UU No. 2 tahun 2017)

    2.5.3. Izin Usaha atas Jasa Konstruksi

    Diatur dalam pasal 14 PP No. 28 tahun 2000 j.o PP No.4 tahun

    2010. Badan usaha yang menyelenggarakan usaha jasa konstruksi

    wajib memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah

    di tempat domisilinya. Izin berlaku di seluruh wilayah Republik

    Indonesia yang telah memenuhi persyaratan memiliki tanda

    registrasi badan, yang telah dikeluarkan oleh lembaga dan

    melengkapi ketentuan yang telah dipersyaratkan dalam Undang-

    Undang, dan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh lembaga

    yang bertugas dalam melaksanakan tugas termasuk sertifikat

    keterampilan dan keahlian bagi badan usaha yang melaksanakan

    jasa konstruksi.

    (UU No.18 tahun 1999 j.o UU No. 2 tahun 2017)

  • 23

    2.5.4. Registrasi Usaha atas Jasa Konstruksi

    Bagi pengusaha jasa konstruksi yang telah mendaftarkan

    usahanya dan ke Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK),

    akan memperoleh Sertifikat Badan Usaha (SBU) untuk menyatakan

    usaha jasa konstruksi masuk dalam pengelompokan klasifikasi

    maupun kualifikasi yang sesuai dengan kompetensi pengusaha Jasa

    konstruksi.

    1. Klasifikasi jasa konstruksi

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

    No.08/PRT/M/2011 Pasal 1 yang dimaksud Klasifikasi adalah

    bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan

    usaha dalam bidang jasa konstruksi, menurut bidang dan sub

    bidang usaha atau penggolongan profesi keterampilan serta

    keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi.

    Menurut keterampilan tertentu dan kefungsian atau keahlian

    masing-masing. Klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.08/PRT/M/2011 pasal 5

    untuk bidang usaha jasa perencana dan jasa pengawas konstruksi

    meliputi:

    a. arsitektur;

    b. rekayasa (engineering);

    c. penataan ruang; dan

    d. jasa konsultansi lainnya.

    Klasifikasi dalam pasal 5 untuk bidang usaha jasa pelaksana

    konstruksi meliputi:

    a. bangunan gedung;

    b. bangunan sipil;

    c. instalasi mekanikal dan elektrikal; dan

    d. jasa pelaksanaan lainnya.

  • 24

    2. Kualifikasi jasa konstruksi

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

    08/PRT/M/2011 pasal 1 yang dimaksud dengan kualifikasi

    adalah bagian registrasi menetapkan penggolongan usaha di

    bidang jasa konstruksi menurut tingkat kompetensi dan

    kemampuan usaha, atau penggolongan profesi dan keahlian

    kerja orang perseorangan dalam bidang jasa konstruksi menurut

    tingkat atau kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan

    keahlian.

    a. Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia untuk mengetahui kemampuan

    tenaga kerja yang dimiliki perusahaan guna pengelolaan

    usaha jasa konstruksi. Sumber Daya Manusia harus sesuai

    dengan klasifikasi dan kualifikasi seperti ketrampilan tenaga

    kerja, keahlian tenaga kerja dan pengalaman pekerjaan.

    Kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi nasional dapat

    ditinjau dari:

    a. Aspek Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU), adalah

    pimpinan badan usaha yang telah ditetapkan sebagai

    b. penanggung jawab badan usaha. PJBU adalah direktur

    utama atau anggota direksi untuk kantor pusat, kantor

    cabang/perwakilan yang bertanggung jawab

    berjalannya operasional badan usaha.

    c. Penanggung Jawab Klasifikasi (PJK) adalah tenaga ahli

    tetap yang telah ditunjuk badan usaha untuk

    bertanggung jawab atas aspek keteknikan atau

    klasifikasi tertentu yang dimiliki badan usaha sesuai

    dengan keahlian yang dimiliki.

    d. Penanggung Jawab Teknik (PJT) adalah tenaga kerja

    yang telah ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab

    pada aspek keteknikan dalam operasionalisasi badan

  • 25

    usaha jasa konstruksi.

    Penggolongan kualifikasi badan usaha jasa konstruksi

    didasarkan pada tingkat kemampuan dalam

    melaksanakan pekerjaan, berdasarkan kriteria resiko

    penggunaan teknologi, dan besaran pembiayaan, dibagi

    dalam jenjang kompetensi sebagai berikut:

    1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil

    a. Kualifikasi Kecil 1 (K1)

    b. Kualifikasi Kecil 2 (K2)

    c. Kualifikasi Kecil 3 (K3)

    2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah

    a. Kualifikasi Menengah 1 (M1)

    b. Kualifikasi Menengah 2 (M2)

    3. Badan Usaha Kualifikasi Besar

    a. Kualifikasi Besar 1 (B1)

    b. Kualifikasi Besar 2 (B2)

    b. Kekayaan Bersih Perusahaan

    Kualifikasi usaha jasa konstruksi dapat ditinjau dari

    kekaayaan bersih yang dimiliki perusahaan, sebagai modal

    keuangan yang digunakan untuk membiayai pekerjaan dan

    pengeluaran perusahaan.

  • 26

    Tabel 2.1 Persyaratan Kekayaan Bersih Perusahaan

    Kualifikasi Subkualifik

    asi

    Kekayaan Bersih (Rp)

    Perseorangan P Tidak dipersyaratkan

    Kecil

    K1 > 50.000.000 s/d 500.000.000

    K2 > 200.000.000 s/d 500.000.000

    K3 > 350.000.000 s/d 500.000.000

    Menengah

    M1 > 500.000.000

    M2 > 2.000.000.000

    Besar

    B1 > 10.000.000.000

    B2 > 50.000.000.000

    (LPJK No.10 Tahun 2014)

    c. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan

    Kemapuan melaksanakan pekerjaan dilihat dari

    pengalaman perusahaan dalam menangani paket pekerjaan

    selama kurang lebih 10 tahun terakhir, dalam paket

    pekerjaan terdapat batasan nilai satu paket pekerjaan yang

    diambil berdasarkan kualifikasi usaha perusahaan.

  • 27

    Tabel 2.2. Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi

    Kualifikasi Subkualifik

    asi

    Batas Nilai Satu Pekerjaan

    (Rp)

    Perseorangan P 0 s/d 300.000.000

    Kecil

    K1 0 s/d 1.000.000.000

    K2 0 s/d 1.750.000.000

    K3 0 s/d 2.500.000.000

    Menengah

    M1 0 s/d 10.000.000.000

    M2 0 s/d 50.000.000.000

    Besar

    B1 0 s/d 250.000.000.000

    B2 0 s/d tidak terbatas

    (LPJK No. 10 Tahun 2014)

    Fungsi dari kualifikasi untuk penggolongan usaha

    penyedia jasa konstruksi baik kecil, menengah maupun

    besar dan untuk menentukan kemampuan penyelesaian

    pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Lembaga

    Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).

    (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2011)

    2.5.5. Dasar Pengenaan Pajak atas Jasa Konstruksi

    PPh final atas usaha jasa konstruksi dihitung dengan

    mengkalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) . Menurut

    PMK No.153/PMK.03/2009 tentang cara pemotongan, penyetoran

    dan pelaporan pajak penghasilan dari penghasilan usaha jasa

    konstruksi. DPP yang digunakan dalam menghitung PPh final jasa

    konstruksi :

    a. Jumlah pembayaran, apabila PPh final jasa konstruksi

    dikenakan melalui pemotongan PPh oleh pengguna jasa

  • 28

    (pemilik poyek atau owner).

    b. Jumlah penerimaan pembayaran, apabila PPh final jasa

    konstruksi dikenakan melalui penyetoran sendiri oleh kontraktor

    yang bersangkutan.

    (PMK No.153/PMK.03/2009)

    2.5.6. Tarif PPh Final atas Usaha Jasa Konstruksi

    Tarif Pajak Penghasilan Final untuk jasa konstruksi sebagai berikut:

    1. Tarif Perencana Jasa Konstruksi

    a. 4% (empat persen) untuk perencana konstruksi yang

    dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi

    usaha baik kecil, menengah, dan besar.

    b. 6% (enam persen) untuk perencana konstruksi yang

    dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki

    kualifikasi usaha

    2. Tarif Pelaksana Jasa Konstruksi

    a. 2% (dua persen) untuk pelaksana konstruksi yang dilakukan

    oleh penyedia jasa konstruksi yang memiliki kualifikasi

    usaha kecil.

    b. 3% (tiga persen) untuk pelaksana konstruksi yang dilakukan

    oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha

    menengah dan besar.

    c. 4% (empat persen) untuk pelaksana konstruksi yang

    dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki

    kualifikasi usaha.

    3. Tarif Pengawas Jasa Konstruksi

    a. 4% (empat persen) untuk pengawas konstruksi yang

    dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi

    usaha baik kecil, menengah, dan besar.

  • 29

    b. 6% (enam persen) untuk pengawas konstruksi yang

    dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki

    kualifikasi usaha.

    (PP No.40 Tahun 2009)

    2.5.7. Tata Cara Pemotongan dan Pelunasan PPh atas Jasa

    Konstruksi

    Pelunasan pajak penghasilan atas jasa perencana konstruksi,

    jasa pelaksana konstruksi dan jasa pengawas konstruksi dilakukan

    dengan dua cara:

    1. Jika pengguna jasa badan pemerintah, subjek pajak badan dalam

    negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, perwakilan

    perusahaan luar negeri lainnya dan orang pribadi yang

    ditetapkan dirjen pajak maka PPh akan dipotong oleh pengguna

    jasa saat pembayaran termin atau saat penyerahan proyek setelah

    selesai dikerjakan;

    2. Jika pengguna jasa adalah orang pribadi atau selain yang telah

    diterangkan diatas maka peyedia jasa wajib membayarkan

    sendiri dan pengguna jasa surat pemberitahuan pemotongan.

    Pemotongan maupun pelunasan pajak yang dilakukan oleh pemberi

    kerja:

    1. Pemotongan wajib memotong atau memungut pajak saat

    pembayaran penghasilan atau saat penyerahan barang;

    2. Pemotong wajib menyetorkan pajak yang telah dipotong ke

    bank persepsi, atau kantor pos paling lambat tanggal 10 bulan

    berikutnya;

    3. Pemotong wajib melaporkannya paling lambat tanggal 20 bulan

    berikutnya.

    (www.online-pajak.com)

  • 30

    2.6. Sanksi Administrasi Perpajakan

    Bagi Wajib Pajak yang tidak patuh / melanggar dalam pemenuhan

    kewajiban perpajakannya, sesuai dengan ketentuan umum perpajakan maka

    akan dikenai sanksi administrasi. Tercantum dalam Undang-Undang

    Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan

    Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat (2a) atas pembayaran atau penyetoran

    pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal

    jatuh tempo pembayaran pajak atas penyetoran pajak, dikenai sanksi

    administrasi berupa bunga sebesar 2 % per bulan dihitung dari tanggal

    jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian

    dari bulan pembayaran dihitung penuh 1 bulan. Sedangkan untuk

    pengenaan denda Pasal 7 ayat (1) apabila Surat Pemberitahuan tidak

    disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal

    3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat

    Pembertitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai

    sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000 untuk SPT Masa

    PPN, Rp 100.000 untuk SPT Masa lainnya, dan sebesar Rp 1.000.000

    untuk SPT Tahunan wajib pajak badan serta sebesar Rp 100.000 untuk SPT

    Tahunan wajib pajak orang pribadi.

  • 31

    BAB III

    GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN

    3.1. Profil kantor Adyuta konsultan

    Konsultan pajak ini merupakan konsultan bidang jasa yang

    didirikan pada tahun 2002 di Semarang dengan nama KKP Suhartono, SE

    & Rekan dengan Izin Konsultan No. SI/614/PJ/2002, yang kemudian

    mengalami perubahan nama menjadi Adyuta Konsultan yang dipimpin

    oleh Adyuta Puri Prana, SE, Ak, CA, CPA, BKP yang telah memperoleh

    Izin Praktik Konsultan Pajak No. KEP- 3070/IP.A/PJ/2015 tertanggal 23

    September 2015.

    3.1.1. Visi dan misi

    Adyuta Konsultan mempunyai visi menjadi konsultan yang

    terpercaya, berintegritas tinggi, dan professional.

    Demi mewujudkan visi tersebut, Adyuta Konsultan memiliki

    misi :

    1. Melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab,

    2. Membantu pengurusan hal – hal yang berkaitan dengan pajak,

    3. Menyediakan jasa konsultan perpajakan yang berkualitas,

    4. Mengarahkan bagaimana penyajian informasi keuangan yang

    baik.

  • 32

    3.1.2. Struktur Organisasi

    Gambar 3.1

    Bagan Struktur Organisasi Adyuta Konsultan

    (Sumber : Adyuta Konsultan)

    Pimpinan memberi keputusan hal – hal terkait kepentingan kantor dan

    membangun jaringan relasi dengan para klien. Pimpinan dan staff

    berkoordinasi dalam memberi pengarahan dan konsultasi kepada klien.

    3.1.3. Data perusahaan

    Nama perusahaan :Adyuta konsultan

    Alamat :Perum Sambiroto Asri Blog D1-2

    Semarang

    No telp :082134565098

    Nama pimpinan :Adyuta Puri Prana, SE, Ak,CA,CPA,

    BKP

    Izin praktek konsultan pajak :SI/614/PJ/2002

    Izin praktek KP peralihann :KEP-3070/IP.A/PJ/2015

    NPWP :46.863.573.5-518.000

    Register negara akuntan :RNA 10132

    Piagam chartered accountant :11.D50732

    Piagam chartered publik accuntant :C-001780

  • 33

    3.1.4. Ruang lingkup

    Perusahaan jasa konsultan pajak kami memberikan layanan sebagai

    berikut:

    1. Konsultasi dbidang Perpajakan

    a) Memberikan konsultasi/arahan mengenai akuntansi sesuai dengan

    Standar Akuntansi yang berlaku umum.

    b) Membantu penerapan Sistem & Prosedur Akuntansi Perusahaan.

    c) Membantu penyusunan Laporan Keuangan Komersial sesuai standar

    akuntansi yang berlaku umum.

    d) Memberikan konsultasi/arahan tentang masalah-masalah perpajakan

    yang dibutuhkan oleh perusahaan.

    e) Membantu dalam penyusunan SPT Masa setiap bulan.

    f) Membantu penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Fiskal sesuai

    dengan ketentuan perpajakan, serta pengisian SPT Tahunan.

    g) Mendampingi/mewakili wajib pajak apabila ada pemeriksaan pajak

    yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berkaitan laporan

    masa dan tahunan

    2. Pengurusan dokumen legalitas perusahaandan tenaga kerja asing (TKA)

    A. Pengurusan legalitas perusahaan meliputi:

    a) Akta Pedirian dan SK Menhum

    b) Izin Prinsip

    c) Izin Usaha / Izin Usaha Industri

    d) SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)

    e) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

    f) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

    g) Pengukuhan PKP (Pengusaha Kena Pajak)

    h) UKL-UPL / SPPL (Dokumen Lingkungan Hidup)

    i) HO (Izin Ganguan)

    j) IMB (Izin Mendirikan Bangunan)

    k) KRK (Keterangan Rencana Kota)

  • 34

    l) TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata)

    m) NIK (Nomor Induk Kepabeanan)

    n) API (Angka Pengenal Impor)

    o) ETPIK (Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan)

    B. Pengurusan dokumen legalitas tenaga kerja asing,meliputi:

    a) RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing)

    b) TA 01 (Rekomendasi Via Telex)

    c) Visa Telex

    d) KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas)

    e) IMTA (Izin Memperkejakan Tenaga Kerja Asing)

    f) Visa Multiple Bisnis

    3. Mengaudit laporan keuangan internal & eksternal

    3.2. Metode penelitian

    3.2.1. Jenis data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder

    dimana data yang digunakan dikumpulkan dan bukan diusahakan sendiri.

    Pengumpulan data sekunder dilakukan oleh pihak peneliti yang melakukan

    penelitian dan mencari sumber yang diperlukan dalam penelitian ini,

    mempelajari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah

    atau kasus yang diteliti. Seperti Undang-Undang (UU), Peraturan

    Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dan buku-buku

    penunjang yang berkaitan dengan Jasa Konstruksi. Pada Adyuta Konsultan

    data yang diperoleh peneliti adalah Company Profile, Laporan Keuangan,

    rekap data penjualan, rekap data PPh 23, rekap data PPh 4 Ayat (2), rekap

    data PPN yang diperlukan dalam penelitian.

  • 35

    3.2.2. Metode pengumpulan data

    Dalam penulisan ini saya menggunakan beberapa metode pengumpulan

    data :

    a. Metode observasi

    Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati data

    penjualan yang dilakukan oleh PT. A yang menunjukan besaran omzet

    yang diterima PT. A dan apakah mekanisme penghitungan potong pungut

    yang dilakukan oleh PT. A sudah benar sesuai peraturan yang berlaku atau

    belum.

    b. Metode wawancara

    Wawancara ini dilakukan dengan Bapak Danu dan Bapak Ovan

    selaku karyawan yang menangani PT A terkait sistem dan alur bisnis yang

    dilakukan oleh PT A dan bagaimana metode komunikasi dan penyampaian

    data antara konsultan dan pihak perusahaan, serta bagaimana cara

    konsultan memberikan pengertian dan pembelajaran bagi perusahaan

    tentang aturan perpajakan. Penulis juga melakukan metode wawancara

    guna menggali permasalahan yang mengakibatkan adanya kesulitan untuk

    melakukan potongan pungutan.

    c. Metode kepustakaan

    Metode kepustakaan digunakan untuk mengetahui bagaimana

    pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan oleh PT A dengan

    mencari sumber rujukan dari jurnal, internet, dan buku-buku terkait PPh

    pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat 2 serta terkait kesalahan pemahaman aturan

    oleh PT A.

    3.2.3. Metode Analisis Data

    Analisis kuantitatif adalah metode menganalisa yang bertujuan

    untuk mengetahui kewajiban potong pungut yang dilakukan oleh PT. A

    apakah sudah benar sesuai ketentuan yang berlaku dengan cara data

    penjualan yang akan menunjukan omzet yang telah disajikan oleh PT. A

  • 36

    dihitung kembali kewajiban potong pungutnya apakah sudah sesuai tarif

    yang berlaku. Serta menggunakan analisis kualitatif guna mencocokan

    dan menyimpulkan antara kewajiban potong pungut yang telah dilakukan

    oleh PT. A apakah sudah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku

    atau belum.

  • 37

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum PT. A

    PT A adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha Jasa

    Konstruksi dan Bangunan serta Pengadaan. PT A didirikan dan telah

    memiliki akta pendirian yang resmi pada tahun 2016. PT A juga telah

    memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Surat Izin Usaha Jasa

    Konstruksi (SUJK). PT A merupakan perusahaan yang memiliki

    kualifikikasi sebagai perusahaan jasa konstruksi K2 (Kecil 2) dan telah

    memiliki SBU (Sertifikat Badan Usaha) sebagai perusahaan penyedia jasa

    konstruksi. Selama tahun 2018 PT A telah mengikuti lelang proyek jasa

    konstruksi maupun pengadaan barang baik proyek tersebut dari instansi

    pemerintah maupun swasta. Semua proyek telah diselesaikan sesuai dengan

    perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Proyek yang telah dikerjakan

    PT A antara lain pembangunan gapura, pemeliharaan gedung dan

    sebagainya. PT A telah menjadi PKP dan memiliki omzet pada tahun 2018

    sebesar Rp 4.850.000.000

    4.2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan atas Usaha Jasa Konstruksi pada

    PT A

    PT A selaku perusahaan jasa pelaksana konstruksi yang telah

    dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP), sewajarnya PT A dapat

    melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai Peraturan Pemerintah No. 40

    Tahun 2009 tentang pajak atas penghasilan jasa konstruksi, dan Peraturan

    Menteri Keuangan No. 153/PMK.03/2009 tentang pemotongan, penyetoran

    dan pelaporan serta penata usahaan pajak atas penghasilan jasa konstruksi.

  • 38

    4.2.1. Pengakuan Pendapatan Perusahaan

    Dalam akuntansi pengakuan pendapatan atas jasa konstruksi

    dibagi menjadi 2 metode, yaitu:

    1. Metode Kontrak Selesai (Completed Contract Method)

    Metode ini biasa digunakan perusahaan yang mempunyai

    kontrak atau proyek jangka pendek serta memiliki resiko yang

    tidak dapat diestimasi secara andal. Metode kontrsk selesai

    mengakui pendapatan dan laba kotor setelah kontrak selesai

    atau saat penyerahan proyek kepada pemberi proyek.

    2. Metode Presentasi Penyelesaian (Precentage of Completion

    Method)

    Metode ini biasa digunakan perusahaan yang memiliki

    kontrak atau proyek jangka panjang, dimana jangka waktunya

    lebih dari satu periode akuntansi. Metode ini mengakui

    pendapatan dan biaya serta laba kotor sesuai dengan

    presentasi terselesaikannya suatu proyek jangka panjang.

    Sedangkan dalam perpajakan hanya menganut satu metode

    pengakuan pendapatan saja, yaitu metode kontrak selesai dimana

    perusahaan boleh mengakui sebagai suatu pendapatan saat kontrak

    atau proyek tersebut telah selesai ataupun telah diserah terimakan

    kepada pemberi kerja.

    Dalam pengakuan pendapatannya PT A telah menggunakan

    metode kontrak selesai sehingga tidak diperlukan adanya koreksi

    fiskal dalam hal pengakuan pendapatan karena telah sesuai dengan

    ketentuan perpajakan, yaitu menggunakan metode kontrak selesai.

    4.2.2. Pemotongan Pemungutan Pajak atas Jasa Konstruksi pada PT

    A

    Berikut ini data pekerjaan, PPh setiap bulan, PPN dan laporan

    keuangan PT A

  • 39

    1. Data Proyek PT A Tahun 2018

    Selama tahun 2018 PT A telah melaksanakan berbagai

    macam proyek yang ruang lingkupnya masih dalam bidang

    konstruksi dan pengadaan barang.

    Table 4.1

    Data Proyek PT A Tahun 2018

    Nama Alamat Nama Pekerjaan No Nilai Kontrak Serah Terima

    Janua

    ri

    SETDA

    KABUPATEN

    GROBOGAN

    Brambangan, Purwodadi

    Renovasi Kantor

    Setda Kab.

    Grobogan

    004/SPB/517302

    /PP-JK/I/2018250.000.000 10/01/2018 10/01/2018

    Febru

    ari

    BEND.

    KEMENTRIAN

    AGAMA

    KABUPATEN

    GROBOGAN

    Jl. Jend Sudirman No.49,

    Jajar, Purwodadi

    Renovasi Kantor

    Kementrian Agama

    B-

    3569/Kk.11.15/1/

    KS.01.1/02/2018

    270.000.000 15/02/2018 15/02/2018

    Maret

    BENDAHARA

    DINAS KESEHATAN

    KABUPATEN

    GROBOGAN

    Jl. Gajah Mada No.19,

    Perumda, Purwodadi

    Pembangunan

    Gudang Obat

    Puskesmas Toroh

    II

    027/198.b/3/201

    8500.000.000 08/03/2018 08/03/2018

    April PT CIPTA JAYA

    KONTRUKSI

    Karang Malang,

    Mangunan Lor,

    Kebonagung, Kab.

    Demak

    Pengadaan Dan

    Pemasangan Tiang

    Pancang

    020/85/4/2018 200.000.000 15/04/2018 15/04/2018

    Mei POLRES RESOR

    GROBOGAN

    Jl. Gajah Mada No.9,

    Perumda, Purwodadi

    Pemeliharaan dan

    Perawatan Kantor

    Polres Grobogan

    SPK/355/IV/

    2018 100.000.000 20/05/2018 20/05/2018

    Juni Dinas PU Grobogan

    Jl. Semarang -

    Purwodadi, Majenang,

    Kuripan, Purwodadi

    Pembangunan

    Jalan Kabupaten010/58/2018 1.000.000.000 10/06/2018 10/06/2018

    Juli

    BEND.

    PEMBANGUNAN

    RKB MAN GUBUG-

    KAB. GROBOGAN

    Jl. Kauman III

    Ringinharjo,Gubug Kab.

    Grobogan

    Renovasi Ruang

    Kelas MTsN

    Penawangan Kab

    Grobogan

    1101/MA/11/34/

    KS01.3/01/2018200.000.000 21/07/2018 21/07/2018

    Agus

    tus

    PT INDRA KARYA

    Jl. Ketileng Raya No.16,

    SendangMulyo,

    Tembalang

    Pembangunan

    Jalan Desa050/58/2018 80.000.000 20/08/2018 20/08/2018

    Septe

    mber

    BENDAHARA

    PENGELUARAN

    BIDDOKKES POLDA

    JATENG

    Asrama Polisi Sendang

    Mulyo, Jalan Ketileng

    Raya, Kedungmundu,

    Tembalang

    Pemeliharaan Dan

    Perawatan Klinik

    Pratama

    Bhayangkara

    SBK/180/V/2018 100.000.000 08/09/2018 08/09/2018

    Oktob

    er

    BENDAHARAN

    KEMENTRIAN

    AGAMA

    KABUPATEN

    GROBOGAN

    Jl. Jend Sudirman No.49,

    Jajar, Purwodadi

    Pembangunan

    Balai Nikah Dan

    Manasik

    Kementrian Agama

    Kab. Grobogan

    D-

    5236/Kk.10.11/1/

    KS.01.1/09/2018

    500.000.000 15/10/2018 15/10/2018

    Nove

    mber

    PT Holi Karya Sakti

    Jl. Raya, Jl. Semarang -

    Purwodadi No.KM.28,

    Area Sawah,

    Mangunsari, Tegowanu

    Pengadaan Dan

    Pemasangan

    Instalasi Listrik

    080/59/2018 150.000.000 05/11/2018 05/11/2018

    Dese

    mber

    Dinas PU Grobogan

    Jl. Semarang -

    Purwodadi, Majenang,

    Kuripan, Purwodadi

    Pembangunan

    Jalan Lokal058/60/PRJ 1.500.000.000 10/12/2018 10/12/2018

    4.850.000.000 Total

    MasaNama Pemberi Kerja Kontrak Tgl Selesai Pekerjaan

    DATA PROYEK PT. A TAHUN 2018

    MENURUT PERUSAHAAN

    Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019

  • 40

    Dari tabel diatas menjelaskan PT A selama tahun 2018 telah

    menyelesaikan berbagai jenis proyek, baik berupa proyek yang

    dalam bentuk jasa konstruksi maupun pengadaan barang dan jasa

    lain yang ruang lingkupnya dalam bidang konstruksi. Dalam

    semua proyek yang telah diselesaikan oleh PT. A tidak ada satu

    pekerjaan yang nilainya lebih dari Rp 1.750.000.000 (Satu milyar

    tujuh ratus lima puluh juta rupiah) yang berarti sudah sesuai

    dengan jasa pelaksana konstruksi yang memiliki kualifikasi Kecil

    2 (K2). Dari semua proyek yang dilakukan oleh PT A semua

    proyek telah diselesaikan dan telah diserah terimakan kepada

    pemberi proyek sesuai dengan kontrak yang telah disepakati

    sebelumnya.

    2. Data PPh Setiap Bulan PT A Tahun 2018

    Selama tahun 2018 PT. A telah menyelesaikan berbagai jenis

    proyek, penghasilan yang diterima oleh PT A dipotong Pajak

    Penghasilan (PPh).

    a. PPh Pasal 4 Ayat (2)

    Seluruh proyek yang telah diuraikan dalam tabel 4.1 telah

    diselesaikan dan diserahterimakan kepada pemberi proyek

    dengan baik dan sesuai kontrak. PT A setiap bulannya

    membayar PPh final sebesar 2% untuk jasa pelaksana

    kontruksi dengan klasifikasi K2.

    Berikut perhitungan PPh Pasal 4 Ayat (2) atas jasa pelaksana

    konstruksi menurut PT A

  • 41

    Tabel 4.2

    Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa Pelaksana

    Konstruksi Menurut PT A

    Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) TarifPPh Pasal 4

    Ayat (2) (Rp)

    Januari

    Renovasi Kantor

    Setda Kab.

    Grobogan

    250.000.000 2% 5.000.000

    FebruariRenovasi Kantor

    Kementrian Agama270.000.000 2% 5.400.000

    Maret

    Pembangunan

    Gudang Obat

    Puskesmas Toroh II

    500.000.000 2% 10.000.000

    JuniPembangunan Jalan

    Kabupaten1.000.000.000 2% 20.000.000

    Juli

    Renovasi Ruang

    Kelas MTsN

    Penawangan Kab

    Grobogan

    200.000.000 2% 4.000.000

    AgustusPembangunan Jalan

    Desa80.000.000 2% 1.600.000

    Oktober

    Pembangunan Balai

    Nikah Dan Manasik

    Kementrian Agama

    Kab. Grobogan

    500.000.000 2% 10.000.000

    DesemberPembangunan Jalan

    Lokal1.500.000.000 2% 30.000.000

    4.300.000.000 86.000.000 Total

    Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019

    Tabel 4.2 menjelaskan pada bulan-bulan tersebut PT A

    memotong penghasilannya sendiri PPh 4 ayat (2) bersifat

    final sebesar 2%, untuk perhitungan sudah sesuai dengan PP

    No. 40 Tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas

    penghasilan dari usaha jasa konstruksi.

    b. PPh Pasal 23

    PT A selama tahun 2018 telah menyelesaikan berbagai

    macam proyek selain dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2), PT A

    juga dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2% atas jasa lain yang

    ruang lingkupnya masih dalam jasa kontruksi.

  • 42

    Berikut penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa konstruksi

    menurut PT A tahun 2018

    Tabel 4.3

    Peghitungan PPh Pasal 23 atas Jasa Konstruksi

    Menurut PT A Tahun 2018

    Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif PPh Pasal 23 (Rp)

    April

    Pengadaan Dan

    Pemasangan Tiang

    Pancang

    200.000.000 2% 4.000.000

    Mei

    Pemeliharaan dan

    Perawatan Kantor

    Polres Grobogan

    100.000.000 2% 2.000.000

    September

    Pemeliharaan Dan

    Perawatan Klinik

    Pratama

    Bhayangkara

    100.000.000 2% 2.000.000

    November

    Pengadaan Dan

    Pemasangan

    Instalasi Listrik

    150.000.000 2% 3.000.000

    550.000.000 11.000.000 Total

    Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019

    Tabel 4.3 menjelaskan pada bulan-bulan tersebut menurut

    PT A dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2%. Untuk perhitungan

    dan pengenaan atas penghasilan dari PT A belum sesuai

    dengan ketentuan karena untuk proyek pada bulan Mei dan

    September seharusnya dikenakan tarif PPh Pasal 4 ayat (2)

    sebagai jasa pelaksana konstruksi, kecuali dalam proyek

    pengadaan barang dan pemasangannya serta jasa lain yang

    ruang lingkupnya jasa lain bagi pengusaha jasa konstruksi

    dikenakan PPh pasal 23 sebesar 2% sesuai ketentuan yang

    diatur dalam PMK No.141/PMK.03/2015.

    c. PPN

    Selama tahun 2018 PT A telah menyelesaikan berbagai

    jenis proyek yang terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  • 43

    atas penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak

    (BKP/JKP)

    Berikut rangkuman data PPN PT A selama tahun 2018

    Tabel 4.4

    Rangkuman PPN PT A Tahun 2018

    Masa Nama Pemberi Kerja DPP (Rp) PPN 10% (Rp)

    Januari

    SETDA KABUPATEN

    GROBOGAN 250.000.000 25.000.000

    Februari

    BEND. KEMENTRIAN

    AGAMA KABUPATEN

    GROBOGAN 270.000.000 27.000.000

    Maret

    BENDAHARA DINAS

    KESEHATAN

    KABUPATEN

    GROBOGAN 500.000.000 50.000.000

    April

    PT CIPTA JAYA

    KONTRUKSI 200.000.000 20.000.000

    Mei

    POLRES RESOR

    GROBOGAN 100.000.000 10.000.000

    Juni Dinas PU Grobogan 1.000.000.000 100.000.000

    Juli

    BEND.

    PEMBANGUNAN RKB

    MAN GUBUG-KAB.

    GROBOGAN 200.000.000 20.000.000

    Agustus PT INDRA KARYA 80.000.000 8.000.000

    September

    BENDAHARA

    PENGELUARAN

    BIDDOKKES POLDA

    JATENG 100.000.000 10.000.000

    Oktober

    BENDAHARAN

    KEMENTRIAN

    AGAMA KABUPATEN

    GROBOGAN 500.000.000 50.000.000

    November PT Holi Karya Sakti 150.000.000 15.000.000

    Desember Dinas PU Grobogan 1.500.000.000 150.000.000

    4.850.000.000 485.000.000 Total

    Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019

    Tabel 4.4 menjelaskan data PPN PT A yang termasuk jasa

    konstruksi maupun jasa lain yang ruang lingkupnya dalam

    bidang jasa konstruksi selama tahun 2018. Semua proyek

  • 44

    yang diterima oleh PT A telah disepakati sebelumnya nilai

    tersebut belum termasuk PPN sebesar 10%.

    d. Laporan Keuangan

    Berikut ini data laporan laba (rugi) PT A sebelum

    pembetulan tahun 2018

    Tabel 4.5

    Laporan Laba/Rugi PT A Tahun 2018

    Tidak Final Final Gabungan

    Pendapatan :

    - Pendapatan 550.000.000 4.300.000.000 4.850.000.000

    - HPP (412.500.000) (3.268.000.000) (3.680.500.000)

    137.500.000 1.032.000.000 1.169.500.000

    Biaya Usaha :

    - Biaya Gaji 44.000.000 344.000.000 388.000.000

    - Biaya Administrasi & Umum 11.000.000 82.560.000 93.560.000

    - Biaya Alat Tulis Kantor 6.875.000 51.600.000 58.475.000

    - Biaya Telepon & Internet 8.250.000 61.920.000 70.170.000

    - Biaya Listrik & Air 9.625.000 72.240.000 81.865.000

    - Biaya BBM 2.750.000 20.640.000 23.390.000

    - Biaya Pajak Final 86.000.000 86.000.000

    82.500.000 718.960.000 801.460.000

    55.000.000 313.040.000 368.040.000

    Koreksi Fiskal :

    - Pendapatan - (4.300.000.000) (4.300.000.000)

    - HPP - 3.268.000.000 3.268.000.000

    - Biaya Gaji - 344.000.000 344.000.000

    - Biaya Administrasi & Umum - 82.560.000 82.560.000

    - Biaya Alat Tulis Kantor - 51.600.000 51.600.000

    - Biaya Telepon & Internet - 61.920.000 61.920.000

    - Biaya Listrik - 72.240.000 72.240.000

    - Biaya BBM - 20.640.000 20.640.000

    - Biaya Pajak Final - 86.000.000 86.000.000

    - (313.040.000) (313.040.000)

    55.000.000 - 55.000.000

    Total Koreksi Fiskal

    Laba (Rugi) Fiskal

    PT. A

    LAPORAN LABA / RUGI

    PERIODE JANUARI - DESEMBER 2018

    Laba Kotor

    Total Biaya Usaha

    Laba (Rugi) Komersial

    Uraian

    Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019

  • 45

    Tabel 4.5 menampilkan laporan laba rugi yang terdiri dari

    penghasilan yang dikenakan PPh final dan PPh tidak final.

    Laporan laba/rugi gabungan didapat dari laporan laba/rugi final

    ditambah laporan laba/rugi tidak final. Laporan laba/rugi final

    dikoreksi fiskal karena penghasilan tersebut telah dikenakan PPh

    final pasal 4 ayat (2) sebesar 2%, sehingga tidak perlu dihitung

    kembali pada akhir tahun dalam pelaporan SPT Tahunan.

    Sedangkan laporan laba/rugi tidak final tidak ada yang dikoreksi

    fiskal karena semua penghasilan tersebut boleh diakui sebagai

    penghasilan dan biaya tersebut boleh dibebankan sebagai biaya

    sehingga mengakibatkan tidak ada koreksi fiskal.

    4.3. Kewajiban Perpajakan yang Harusnya Dipenuhi oleh PT A

    4.3.1. Kewajiban Pemotongan Pemungutan Pajak atas Jasa

    Konstruksi yang seharusnya oleh PT A

    Dikarekan PT A telah terdaftar menjadi PKP, seharusnya PT A

    dapat menghitung, menyetorkan serta melaporkan pajak atas

    penghasilannya dengan tepat. Namun ternyata PT A masih belum

    sesuai aturan yang berlaku dalam hal pemotongan pemungutan

    pajaknya, ini dibuktikan dengan belum dapatnya PT A melaporkan

    kewajiban perpajakannya dengan tepat, dikarenakan minimnya

    pengerahuan dari Wajib Pajak itu sendiri serta masih dirasa

    kurangnya sosialisasi dari Direktoran Jendral Pajak tentang apa saja

    kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh masing-masing

    Wajib Pajak.

    Pembahasan pada tabel 4.2 proyek yang masuk dalam golongan

    penghasilan final atas jasa konstruksi sudah sesuai dengan PP No. 40

    tahun 2009, sedangkan pada tabel 4.3 yang menurut PT A masuk

    dalam golongan pengasilan tidak final masih terdapat kekeliruan

    pada bulan Mei dan November dikerenakan menurut PT A proyek

    tersebut merupakan proyek pemeliharaan dan dikenakan tarif PPh

  • 46

    pasal 23 sebesar 2%. Anggapan dari PT A tidak tepat karena proyek

    tersebut tidak termasuk jasa lain yang tercantum dalam PMK

    No.141/PMK.03/2015, melainkan termasuk dalam kategori proyek

    yang dikenakan PPh 4 ayat (2) yang bersifat final berdasarkan PP

    No. 40 tahun 2009.

    Berikut tabel 4.6 menjelaskan daftar proyek PT A selama tahun 2018

    berdasarkan dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

  • 47

    Tabel 4.6

    Daftar Proyek PT A tahun 2018

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku

    Masa Nama Pekerjaan Keterangan Dasar Hukum

    JanuariRenovasi Kantor Setda

    Kab. GroboganFinal PP No. 40 Th 2009

    FebruariRenovasi Kantor

    Kementrian AgamaFinal PP No. 40 Th 2010

    MaretPembangunan Gudang

    Obat Puskesmas Toroh II Final PP No. 40 Th 2011

    April

    Pengadaan Dan

    Pemasangan Tiang

    Pancang

    Tidak FinalPMK

    No.141/PMK.03/2015

    Mei

    Pemeliharaan dan

    Perawatan Kantor Polres

    Grobogan

    Final PP No. 40 Th 2011

    JuniPembangunan Jalan

    KabupatenFinal PP No. 40 Th 2012

    Juli

    Renovasi Ruang Kelas

    MTsN Penawangan Kab

    Grobogan

    Final PP No. 40 Th 2013

    Agustus Pembangunan Jalan Desa Final PP No. 40 Th 2014

    September

    Pemeliharaan Dan

    Perawatan Klinik

    Pratama Bhayangkara

    Final PP No. 40 Th 2015

    Oktober

    Pembangunan Balai

    Nikah Dan Manasik

    Kementrian Agama Kab.

    Grobogan

    Final PP No. 40 Th 2016

    November

    Pengadaan Dan

    Pemasangan Instalasi

    Listrik

    Tidak FinalPMK

    No.141/PMK.03/2015

    DesemberPembangunan Jalan

    LokalFinal PP No. 40 Th 2016

    Sumber : Data Diolah 2019

    Tabel 4.6 menjelaskan daftar proyek selama tahun 2018 di PT A

    yang terhutang PPh final atau PPh pasal 4 ayat (2) dan PPh tidak

    final atau PPh pasal 23. Proyek pada bulan Januari, Februari, Maret,

  • 48

    Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober dan Desember

    termasuk dalam proyek jasa konstruksi yang tergolong dalam

    penghasilan yang bersifat final dan dikenakan PPh pasal 4 ayat (2)

    sesuai dengan PP No. 40 tahun 2009. Sedangkan proyek pada bulan

    Mei dan November termasuk dalam jasa lain yang ruang lingkupnya

    termasuk jasa konstruksi, dikarenakan proyek tersebut merupakan

    proyek pengadaan serta pemasangan yang termasuk dalam objek

    PPh pasal 23 sesuai dengan PMK No.141/PMK.03/2015.

    Pembahasan kali ini lebih menekankan pada penghitungan atas

    PPh potongan pungutan atas penghasilan yang tergolong final

    maupun tidak final karena penghasilan yang masuk dalam golongan

    final tidak perlu diperhitungkan kembali saat pelaporan SPT

    Tahunan, sedangkan penghasilan yang masuk dalam golongan tidak

    final harus diperhitungkan kembali saat SPT Tahunan badan. Berikut

    tabel 4.7 menjelaskan daftar perbandingan proyek yang dikenakan

    PPh Pasal 4 Ayat (2) menurut PT A dan sesuai peraturan yang

    berlaku.

  • 49

    Tabel 4.7

    Daftar Perbandingan Proyek yang Dikenakan PPh Pasal 4 Ayat (2)

    Menurut PT A dan Sesuai Peraturan yang Berlaku

    Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif PPh (Rp) Dasar Hukum Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif PPh (Rp) Dasar Hukum

    Januari

    Renovasi Kantor