frakture fibula
TRANSCRIPT
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA (FRAKTUR CRURIS)
Karena terletak pada subkutan, tibia lebih sering mengalami fraktur dan lebih
sering mengalami fraktur terbuka dibandingkan tulang panjang lainnya. (5)
Mekanisme cedera dan patologi (5)
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat
yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya
pada tinga yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat
menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur.
Kecelakaan sepeda motor adalah penyebabnya yang paling lazim.
Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko
komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak.
Tscherne menekankan pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera jaringan lunak:
C0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa
C1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam
C2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat
C3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman kompartemen
Untuk fraktur terbuka, digunakan penentuan tingkat menurut Gustilo. Tipe I
adalah fraktur biasa dengan luka sangat kecil yang bersih akibat perforasi oleh tonjolan
tulang yang kecil. Tipe II adalah fraktur yang cukup berat dengan panjang luka lebih dari
1 cm tapi tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas. Tipe III adalah cedera berat dengan
kerusakan jaringan lunak yang luas dan terjadi kontaminasi luka; kelompok ini
selanjutnya dibagi lagi menjadi cedera dengan jaringan lunak penutup yang masih
memadai (IIIA), fraktur dengan kehilangan kulit (IIIB) dan fraktur yang disertai dengan
cedera arteri (IIIC). Tipe IIIC biasanya membutuhkan perawatan multidisipliner. Insidens
infeksi berkisar antara 1% untuk tipe I sampai 30% untuk tipe IIIC.
Waktu penyatuan rata-rata setelah imobilisasi berkisar antara 10 minggu untuk
fraktur “kecil” (terbuka atau tertutup) sampai 20 minggu untuk cedera yang berat. Tetapi
angka ini cenderung mengaburkan fakta bahwa fraktur tibia memerlukan waktu 6 bulan
atau lebih untuk menyatu.
Gambaran klinik
Cedera terjadi akibat gaya angulasi yang menyebabkan garis fraktur
transversal atau miring, kadang dengan fragmen kominutif. Tenaga rotasi dapat
terjadi pada olahragawan seperti pemain bola. Gambaran klinisnya berupa
pembengkakan dan karena kompartemen otot merupakan system yang tertutup,
dapat terjadi sindrom kompartemen dengan gangguan vaskularisasi kaki. (2) Gejala
yang lain tampak adanya deformitas angulasi atau endo/eksorotasi, juga
ditemukan nyeri gerak dan nyeri tekan. (1) Kulit mungkin tidak rusak atau robek
dengan jelas, kadang kulit tetap utuh tetapi melesak atau telah hancur, dan
terdapat bahaya bahwa kulit itu dapat mengelupas dalam beberapa hari. Kaki
biasanya memuntir keluar dan deformitas tampak jelas. Kaki dapat menjadi
memar dan bengkak. Nadi dipalpasi untuk menilai sirkulasi, dan jari kaki diraba
untuk menilai sensasi. Pada fraktur gerakan tidak boleh dicoba, tetapi pasien
diminta untuk menggerakkan jari kakinya. Sebelum merencanakan terapi, perlu
dilakukan penentuan beratnya cedera. (5)
Sinar-X
Gambaran radiologis harus memenuhi persyaratan foto rontgen untuk
menghindari k diagnosis. Fraktur harus dibidai sebelum pemeriksaan radiologis
guna mengurangi rasa nyeri dan menghindari patah tulang menjadi terbuka dan
kerusakan jaringan yang berlebihan lainnya. (2)
Fraktur spiral biasanya terjadi pada 1/3 bagian bawah batang tibia; fraktur fibula
juga berbentuk spiral dan biasanya pada tingkat yang lebih tinggi; sering terdapat
pergeseran lateral, tumpang tindih dan pemuntiran keluar di bawah fraktur.
Pada fraktur melintang kedua tulang patah pada tingkat yang sama, dan mungkin
terdapat pergeseran, kemiringan atau pemuntiran pada setiap arah; kadang terdapat
fragmen “kupu-kupu” berbentuk segitiga yang terpisah. (5)
Terapi
Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan adalah reposisi tibia.
Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah dilihat dan
dikoreksi. Pemendekan tulang dari 1 cm tidak menjadi masalah karena akan
dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian,
2
pemendekan sebaiknya dihindari. Patah tulang kruris harus selalu dirawat dengan
tungkai letak tinggi. (2)
Terapi pada fraktur tertutup
Prinsip terapi adalah: (5)
1. Membatasi kerusakan jaringan lunak dan mempertahankan penutup kulit
2. Mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan
kompartemen
3. Memperoleh penjajaran (alignment) fraktur
4. Untuk memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan)
5. Memulai gerakan sendi secepat mungkin
Prioritas yang pertama adalah menilai tingkat kerusakan jaringan lunak. Meskipun
fraktur itu tertutup, fraktur berat dengan kontusio jaringan lunak yang luas dapat
membutuhkan fiksasi luar dini dan peninggian tungkai. Bila ada ancaman sindroma
kompartemen, fasiotomi perlu segera dilakukan. (5)
1. Terapi tertutup
Sebagian besar fraktur dengan sedikit kerusakan jaringan lunak atau sedang
(cedera C0 dan C1, dan beberapa cedera C2) dapat diterapi secara tertutup. Kalau fraktur
tak bergeser atau sedikit bergeser, gips panjang dari paha atas sampai leher metatarsal
dipasang dengan posisi lutut sedikit berfleksi dan pergelangan kaki pada posisi sudut
siku-siku (fraktur pergeseran pada fibula tak penting dan dapat diabaikan). Kalau fraktur
bergeser, ini dapat direduksi di bawah anestesi umum dengan pengawasan sinar-X.
Aposisi tidak perlu lengkap tetapi penjajaran harus mendekati sempurna (angulasi tak
lebih dari 7 derajat) dan rotasi benar-benar sempurna. Gips panjang dipasang seperti pada
fraktur tak bergeser (tetapi perhatikan bahwa kalau penempatan pergelangan kaki pada 0
derajat menyebabkan fraktur bergeser, beberapa derajat ekuinus dapat diterima). Posisi
dicek dengan sinar-X, tingkat angulasi yang kecil masih dapat dikoreksi dengan membuat
potongan melintang pada gips dan menekannya ke dalam posisi yang lebih baik. Tungkai
ditinggikan dan pasien dobservasi selama 48-72 jam. Kalau terdapat banyak
pembengkakan, gips dibelah. (5)
Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu: (1)
1. Cara long leg plaster. Gips dipasang mulai dari pangkal jari kaki sampai
proksimal femur dengan sendi talokrural dalam posisi netral, sedang posisi
lutut dalam fleksi 15-20°.
3
2. Cara Sarmiento. Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi
talokrural dengan molding sekitar maleolus. Setelah kering segera dilanjutkan
ke atas sampai 1 inchi di bawah tuberositas tibia dengan molding pada
permukaan anterior tibia. Gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella.
Pasien dengan tingkat cedera 0 atau 1 biasanya diperbolehkan bangun (dan
pulang) pada hari kedua atau ketiga, diberi sedikit sekali pembebanan dengan bantuan
kruk penopang. Pasien dengan cedera yang lebih berat perlu diawasi selama beberapa hari
sampai dapat dipastikan tidak ada ancaman komplikasi; sesudah itu penahanan beban
sebagian diperbolehkan.
Setelah 2 minggu posisi dicek dengan sinar-X. Gips dipertahankan (atau
diperbarui kalau sudah longgar) hingga fraktur menyatu – dimana pada anak-anak
memakan waktu 8 minggu tetapi pada orang dewasa jarang dibawah 16 minggu.
Pemasangan gips secara dini mungkin tidak bijaksana kalau kelangsungan hidup
kulit meragukan, pada kasus ini akan bermanfaat bila dipasang traksi selama beberapa
hari sebagai tindakan pendahuluan. (5)
Kaidah dan pedoman untuk penanganan gips pada patah tulang tungkai bawah: (2)
- Penderita harus jalan sedini mungkin
- Pembebanan patah tulang merupakan rangsangan proses penyembuhan
- Gips tidak boleh dibebani sebelum kering betul
- Gips tidak boleh dibuka sebelum penderita dapat berjalan tanpa nyeri
2. Latihan
Sejak awal, pasien diajar untuk melatih otot kaki, pergelangan kaki dan lutut. Bila
dia bangun, sepatu boot dengan alas “kursi goyang” dipasang, dan ia diajarkan untuk
berjalan secara benar. Bila gips dilepas, pembalut krep dipasang dan pasien diberitahu
bahwa dia dapat meninggikan dan melatih tungkai atau berjalan dengan benar, tetapi dia
tidak boleh membiarkannya menggantung. (5)
3. Penyangga fungsional
Pada fraktur melintang (yang relatif stabil) setelah 3-4 minggu gips panjang dapat
diganti dengan gips (atau penyangga) fungsional di bawah lutut yang dibentuk dengan
cermat untuk menahan tibia bagian atas dan tendon patela. Cara ini akan membebaskan
lutut dan memungkinkan penahanan beban penuh. (5)
4. Fiksasi rangka (5)
Kalau sinar-X lanjutan memperlihatkan bahwa alignment fraktur tak memuaskan,
dan pembuatan baji gagal mengoreksinya, gips dapat dilepas dan fraktur direduksi dan
difiksasi. Fraktur dengan kontusio jaringan lunak atau cedera pembuluh darah yang hebat,
4
dan fraktur kominutif berat (cedera C2-C3), lebih baik diterapi dengan fiksasi rangka
sejak permulaan.
a. Fiksasi luar, adalah metode pilihan untuk fraktur yang tak stabil, fraktur oblik
panjang atau spiral dan fraktur kominutif hebat, dalam kasus ini pembebanan
harus ditunda hingga penyatuan fraktur membaik.
b. Pemasangan paku intramedula tertutup, lebih baik untuk fraktur melintang
yang dapat direduksi dan dikaitkan di bawah penguat foto. Kalau digunakan
sekrup pengunci, indikasi dapat diperluas ke fraktur yang lebih tak stabil.
c. Sekrup logga antar frame, kadang bermanfaat untuk mempertahankan fraktur
spiral panjang, tetapi plat netralisasi harus ditambahkan dan kaki masih perlu
diimobilisasi dalam gips.
d. Plat fiksasi, terbaik untuk fraktur metafisis yang tak cocok dipasangi paku.
Tetapi, pada prosedur terbuka ini, resiko infeksi jauh lebih besar, prosedur ini
tidak boleh digunakan untuk cedera C2 atau C3.
e. Pemasangan paku “elektif”. Apakah pemasangan paku intramedula tertutup
harus digunakan secara rutin untuk fraktur yang tanpa komplikasi, ha lini
masih sangat kontroversial. Pihak yang setuju menyatakan bahwa cara ini
banyak memperpendek masa ketidakaktifan dan sangat mengurangi
kemungkinan deformitas angulasi dan kekakuan sendi bila dibandingkan
dengan terapi tertutup. Selain itu, dengan metode pemasangan paku tertutup
yang modern, laju komplikasi akan rendah. Fraktur direduksi di bawah
kendali fluoroskopik. Tibia dibuka pada ujung proksimalnya melalui insisi
kecil sedikit di atas dan medial terhadap tuberkel tibia. Pembantu yang lentur
dan berujung tumpul disisipkan melalui korteks ke dalam saluran medula
melewati fraktur (pengawasan dengan sinar-X sangat diperlukan). Reamer
yang makin lama makin besar dimasukkan lewat pemandu untuk memperoleh
diameter yang dikehendaki. Kemudian paku yang terpilih disisipkan di atas
pemandu dan didorong masuk. Pemandu lalu ditarik. Jika perlu sekrup
pengunci ditambahkan.
5. Penanganan pasca operasi (5)
5
Setelah pemasangan paku pada fraktur oblik pendek atau melintang, pembebanan
dapat dimulai dalam beberapa hari, ditingkatkan ke pembebanan penuh bila telah terasa
nyaman.
Setelah pemasangan plat, pembebanan sebagian hanya diperbolehkan selama 6-8
minggu; sesudah itu pembebanan penuh dapat dilakukan jika gips pelindung digunakan.
Setelah fiksasi luar hanya pembebanan sebagian yang diperbolehkan hingga
tanda timbulnya kalus terlihat pada pemeriksaan sinar-X. Kemudian alat itu didinamisasi
dan dilakukan pembebanan yang semakin meningkat, dipandu oleh rasa nyaman. Setelah
6-8 minggu (kadang lebih) alat ini dilepas dan dipasang gips atau brace penahan tendon
patela dan dipakai hingga fraktur berkonsolidasi. Kalau tidak ada penyembuhan fraktur
setola 8 minggu, gips sebaiknya dilepas dan diganti dengan bantu fiksasi internal tertentu
dengan pencangkokan tulang.
Terapi pada fraktur terbuka (5)
Penanganan fraktur terbuka yang berat diwujudkan dalam kata-kata berikut:
1. antibiotika
2. debridemen
3. stabilisasi
4. penundaan penutupan
5. penundaan rehabilitasi
Antibiotik dimulai dengan segera. Dilakukan debridemen pada luka dan luka
dibersihkan seluruhnya. Cedera tingkat 1 Gustilo dapat ditutup dengan sangat baik
dan kemudian diterapi seperti pada cedera tertutup. Luka yang lebih berat
dibiarkan terbuka dan diperiksa setelah 3 hari; kalau perlu, dilakukan debridemen
selanjutnya. Luka patah tulang terbuka tidak pernah boleh ditangani dengan
jahitan primer.
Fraktur perlu distabilkan. Hal ini terbaik dicapai dengan memasang
fiksator luar, sehingga luka dapat diperiksa dengan leluasa dan diterapi bila
diperlukan. Segera setelah ada kepastian bahwa luka itu bersih dan bergranulasi,
cedera dapat ditutup dengan penjahitan langsung (tanpa tegangan) atau dengan
pencangkokan kulit.
Fiksator luar dipertahankan sampai fraktur itu “lengket”, kemudian dapat diganti
dengan gips. Pembebanan sebagian boleh dilakukan. Gips boleh dilepas bila fraktur telah
berkonsolidasi.
6
Komplikasi
DINI
1. Infeksi
Fraktur terbuka selalu menghadapi resiko, perforasi yang kecil sekalipun harus
diterapi dengan seksama dan debridemen harus dilakukan sebelum luka ditutup. Laserasi
yang besar membutuhkan eksisi yang lebar, dan luka harus dibiarkan terbuka sampai
resiko infeksi telah lewat. (5)
2. Cedera vaskular
Fraktur pada setengah bagian proksimal tibia dapat merusak arteri poplitea.
Keadaan ini merupakan kedaruratan tingkat pertama, memerlukan eksplorasi dan
perbaikan. (5)
3. Sindroma kompartemen
Fraktur sepertiga bagian proksimal cenderung menyebabkan perdarahan dan
perluasan jaringan lunak dalam kompartemen fasial kaki, sehingga menyebabkan iskemia
otot. Gips yang ketat pada kaki yang bengkak dapat mempunyai efek yang sama.
Dekompresi lewat operasi pada semua kompartemen perlu dilakukan. Fraktur itu
kemudian diterapi seperti fraktur terbuka tingkat III yang memerlukan fiksator luar dan
penundaan penutupan luka. (5)
Sindrom kompartemen sering ditemukan pada patah tulang tungkai bawah tahap
dini. Tanda dan gejala lima P harus diperhatikan siang malam pada hari pertama
pascacedera atau pascabedah, yaitu nyeri (pain) di keadaan istirahat, parestesia karena
rangsangan saraf perasa, pucat karena iskemia, paresis atau paralisis karena gangguan
saraf motorik, dan denyut nadi (pulse) tidak dapat diraba lagi. Selain itu, didapatkan
peninggian tekanan intrakompartemen yang dapat diukur (pressure), gangguan perasaan
yang nyata pada pemeriksaan yang membandingkan dua titik (points) dan kontraktur jari
dalam posisi fleksi karena kontraktur otot fleksor jari. Operasi fasiotomi ketiga
kompartemen tungkai bawah merupakan operasi darurat yang harus dikerjakan segera
setelah diagnosis ditegakkan sebab setelah kematian otot tidak ada kemungkinan faalnya
pulih kembali. (2)
Tanda dan gejala sindrom kompartemen: (2)
- Nyeri pada keadaan istirahat (pain)
- Parestesia
- Pucat (pale)
- Paresis atau paralisis
7
- Denyut nadi hilang (pulse)
- Jari di posisi fleksi
- Gangguan diskriminasi dua titik (two point discrimination test)
- Tekanan tinggi di dalam kompartemen (pressure)
LANJUT (5)
1. Malunion
Sedikit pemendekan (sampai 1,5 cm) biasanya tidak banyak membawa akibat,
tetapi rotasi dan deformitas angulasi, selain buruk, mengakibatkan cacat, karena lutut dan
pergelangan kaki tidak lagi bergerak dalam bidang yang sama. Dalam jangka panjang
deformitas dapat menyebabkan predisposisi untuk osteoartritis pada lutut atau
pergelangan kaki.
Angulasi harus dicegah di semua stadium, angulasi yang bila lebih dari 7 derajat
pada bidang manapun tak dapat diterima, alignment rotasi harus sempurna.
Angulasi ke belakang (akibat fraktur dibiarkan melengkung ke bawah di saat
memasang gips) sering terjadi, jika disertai pergelangan kaki ekuinus yang kaku, akan
berbahaya, karena kalau pasien mencoba memaksa mengangkat kaki saat berjalan, tibia
cenderung mengalami fraktur ulang. Hal ini dapat terjadi secara pelan-pelan dan
mengakibatkan non-union.
2. Penyatuan lambat
Penyatuan akan lambat jika fraktur terbuka (terutama jika disertai infeksi), jika
pergeseran awal banyak, jika tibia mengalami fraktur pada dua tempat atau jika fraktur
bersifat kominutif. Penyatuan dapat dipercepat dengan pembebanan (terutama dengan
penyangga) tetapi kalau kelambatan tampak terlalu lama, pencangkokan tulang dan
fiksasi intramedula dapat diindikasikan. Kalau fraktur fibula telah menyambung dan tibia
dibebat secara terpina, maka 2,5 cm fibula dapat dieksisi dan cangkokan tulang peluncur
dipasang pada fraktur tibia.
3. Non-union
Dapat terjadi setelah kehilangan tulang atau infeksi dalam, tetapi penyebabnya
sering merupakan akibat kesalahan terapi, karena penyatuan lambat tak diketahui dan
pembebatan dihentikan terlalu awal, atau karena pasien dengan fraktur yang baru saja
menyatu telah berjalan dengan pergelangan kaki ekuinus yang kaku.
Sekali non-union terjadi, pasien harus memakai bebat permanen atau fraktur
harus dioperasi. Non-union hipertrofik dapat diterapi dengan pemasangan paku
intramedula atau pemasangan plat kompresi; selain itu, non-union atrofik memerlukan
8
pencangkokan tulang. Kalau fibula telah menyatu, segmen yang kecil harus dieksisi
untuk memungkinkan kompresi pada fragmen tibia.
4. Kekakuan sendi
Sering diakibatkan oleh kelalaian dalam terapi aringa lunak, tetapi bila
pembebatan yang lama diperlukan, dan terutama bila terdapat sepsis, kekakuan mungkin
tak dapat dihindari. Keterbatasan gerakan pada pergelangan kakidan kaki dapat berlanjut
selama 6-12 bulan setola gips dilepas, meskipun telah dilakukan latihan aktif.
5. Osteoporosis
Osteoporosis pada fragmen distal, dan kadang juga tulang tarsal, demikian sering
menyertai semua bentuk terapi sehingga dianggap sebagai penyerta yang “normal” pada
fraktur tibia. Pembebanan aksial pada tibia diperlukan dan penahanan berat harus
dilakukan secepat mungkin. Setelah fiksasi luar yang lama, perawatan khusus harus
dilakukan untuk mencegah fraktur tekanan distal.
6. Algodistrofi
Pada fraktur sepertiga bagian distal, algodistrofi sering terjadi. Harus dilakukan
latihan disepanjang masa terapi.
Patah tulang tibia tunggal umumnya disebabkan oleh cedera langsung. Diagnosis
dan penanganan sama dengan patah tulang kruris. Kadang terjadi perlambatan penyatuan
yang mungkin disebabkan fibula yang utuh yang menghalangi kompresi yang cukup pada
sumbu tibia. Pada keadaan ini biasanya dianjurkan fiksasi interna. Sewaktu operasi, fibula
digergaji secara miring sehingga dapat terjadi pertemuan kedua ujung patah tulang tibia
dengan cukup tekanan sumbu. (2)
Patah tulang diafisis fibula tunggal biasanya disebabkan oleh trauma langsung
seperti sewaktu pertandingan sepak bola. Penanganannya cukup dengan analgetik.
Umumnya tidak dibutuhkan tindakan reposisi dan imobilisasi. Istirahat dengan tungkai
tinggi sampai hematom diresorbsi dan latihan ekskursi sendi lutut dan kaki akan
menghasilkan penyembuhan tanpa gangguan. Penderita biasanya dapat menopang berat
badan dalam 1 minggu walaupun tentu masih ada nyeri.
Deformitas : pemendekan Deformitas : Rotasi
9
Pergerakan abnomal/ False movement
Non Weight Bearing (NWB) -- Bila rasa nyeri hilang Jangan menapak
Tongkat / Crutch : Sebaiknya kiri-kanan dan ukur !
10
Partial Weight Bearing (PWB) Full Weight Bearing (berjalan tanpa tongkat)
Fraktur di sekitar pergelangan kaki
Danis dan Weber (Muller dkk, 1991) yang menganggap fibula sebagai kunci
stabilitas pergelangan kaki. Terdapat 3 tipe fraktur fibula :
A. Tipe A adalah fraktur dibawah sindesmosis tibiofibula yang disebabkan
oleh Abduksi. Maleolus medial dapat mengalami fraktur, atau disertai
robeknya ligamen deltoid, tetapi setelah reduksi pergelangan kaki akan stabil
B. Tipe B adalah fraktur fibula obliq yang membujur ke atas dari garis sendi,
disebabkan oleh rotasi luar, biasanya struktur medial terganggu juga tetapi
sindesmosis tetap utuh dan mortise belum terpecah belah.
C. Tipe C adalah fraktur fibula diatas sindesmosis, disebabkan oleh abduksi
saja atau oleh kombinasi abduksi dan rotasiluar, sindesmosis (dan pada
fraktur yang lebih tinggi, membran interroseosa) mengalami ruptur, fibula
sering miring dan mortise melebar. Ini adalah fraktur yang tak stabil-
stabilitas hanya dapat di peroleh kembali dengan mereduksi fraktur,
memulihkan panjang fibulq dan menutup diastasis
11
Gambaran klinik
Pergelangan kaki membengkak, dan deformitas dapat terlihat jelas .tempat nyeri
tekan perlu diperhatikan: kalau kedua sisi terasa nyeri, harus dicurigai adany
Cedera cedera (tulang atau ligamen) pada kedua sisi
Sinar X
Sekurang kurangnya diperlukan 3 foto: foto antero posterior, lateral dan foto
mortise setengah oblik. Tingkat fraktur fibula sering terbaik terlihat pada foto lateral ,
diastasis mungkin tidak terlihat tanpa foto mortise. Sinar X lanjutan dapat diperlukan
untuk menyingkirkan fraktur fibula proksimal. Beberapa pola fraktur dengan tanda-tanda
yang jelas dapat dikenali.
Cedera rotasi luar secara khas menimbulakn fraktur spiral atau obliq pada fibula.
Kalau fraktur berada pada atau di bawah tingkat plafon ( langit-langit) tibia ( webber-
dannis tipe A atau B), sindemosis akan utuh,kalau fraktur diatas tingkat ini (tipe C),
sindemosismosis pasti robek. Diastasis terbaik dilihat pada foto mortise, kadang2 terdapat
serpihan tulang yang robek dari perlekatan ligamen tibia kalau fragmen fibula distal dan
talus bergeser dan miring, pasti terdpat kerusakan struktur medial atau diastasis atau
keduanya. Butir ini perlu diperhatikan karena salah satunya dari penyebab pergeseran
yang paling lazim (dan prognosis yang buruk) adalah kegagalan mereduksi ruptur
sindesmotik atau ruptur kolateral medial yang kelihatan. Kalau ligamen deltoid tidak ik
dan mengalami ruptur, maleolus medial dapat mengalami avulsi dan fraktur melintang ,
rotasi lebih jauh dapat mengakibatkan avulsi fragmen posterior tibia, suatu tempat
perlekatan ligamen tibiofibular.
Fraktur tipe C yang tanpa pelebaran sendi tibio fibular , pada pemeriksaan sinarx
menunjukkan robekan sebagian pada ligamen sindesmotik dan reduksi spontan.
Cedera abduksi dikenali oleh fraktur melintang yang khas atau obliq pendek (tipe
A atau tipe C) pada fibula dan avusi maleolus medial atau robekan ligamen-deltoid
( ruang sendi medial terbuka). Pada fraktur fibula yang tinggi, mungkin terdapat diastasis
tibiofibular yang jelas ,talus terdeorong ke atas di atara dua tulang.
Dislokasi Sendi Lutut
12
lutut dapat berdislokasi jika terdapat benturan yang hebat, seperti pada
kecelakaan lalu lintas. yang menyebabkan robeknya ligamentum krusiatum
dan satu atau kedua ligamen lateral robek.
A. Gambaran Klinik
Terdapat memar yang hebat. pembengkakan dan deformitas yang jelas.
sirkulasi darah pada kaki harus diperiksa karena arteri poplitea dapat robek
atau rusak. sensasi dan gerakan dibagian distal harus diuji untuk
menyingkirkan kerusakan saraf.
B. Sinar X
Selain dislokasi, foto kadang-kadang memperlihatkan fraktur pada spina
tibia (avulsi ligamen krusiatum), kalau terdapat keraguan mengenai
sirkulasi arteriogram harus dilakukan.9
C. Klasifikasi
Anterior: dislokasi anterior sering disebabkan oleh hyperextension lutut
berlebihaN
Posterior: tyerjadi karena adanya gaya dari anterior ke posterior yang
mengenai tibia bagian proksumal
Medial, lateral, atau rotatory: disebabkan adanya gaya pada varus,
valgus, atau rotatory.
D. Terapi
13
Reduksi dibawah anastesi sangat diperlukan, dilakukan dengan menstabilkan
femur distal dan menerapkan traksi memanjang pada tibia dan membalikkan
arah dislokasi, tetapi hiperekstensi harus dihindari karena membahayakan
pembuluh popliteus. kalau reduksi dapat dicapai, tungkai diistirahatkan pada
bebat belakang dengan posisi lutut fleksi 15 dan sirkulasi dipriksa berulang-
ulang selama seminggu berikutnya.
Reduksi tertutup kadang gagal karena ligamen medial yang robek terletak
diantara femur dan kondilus tibia. maka harus dilkukan reduksi terbuka ,
ligamen dijahit kembali ketempat kapsul. gips dipasang dan dipertahankan
selama 12 minggu. latihan otot kuadrisep harus dilakukan sejak awal.9
E. Komplikasi
Kerusakan arteri poplitea
Cendera saraf popliteus lateralis
Ketidakstabilan sendi (meningkatnya pergeseran anteroposterior)
14