fraktur tibia plateau
DESCRIPTION
frakturTRANSCRIPT
FRAKTUR TIBIA PLATEU
EPIDEMIOLOGI
Predisposisi fraktur tibia plateu sebesar 1% dari keseluruhan fraktur dan 8% dari
keseluruhan fraktur yang biasa terjadi pada usia tua. Trauma yang terbatas pada bagian lateral
plateu mencapai 55% hingga 70% dari fraktur tibia plateu, dibandingkan dengan fraktur yang
terjadi di medial hanya sebesar 10% hingga 25%, sedangkan 10% hingga 30% fraktur tibia
adalaha bikondilar. 1% hingga 3% dari fraktur ini merupakan fraktur terbuka.
ANATOMI
Tibia merupakan tulan penumpu berat badan yang besar di kaki, kurang lebih sebesar 85%
bertumpu kepadanya. Tibial plateu tersusun atas permukaan sendi lateral dan medial, yang terdiri
dari meniskus kartilago. Plateu medial lebih besar dan cekung pada bagian axis sagital dan
koronal. Plateu lateral lebih tinggi dan cembung pada bagian sagital dan koronal.
Plateu tibia normal mempunyai bagian lembah sebesar 10 derajat. Dua plateu dipisahkan
satu dengan yang lainnya oleh ligamen interkondilar, dimana tidak mempunyai artikulasi dan
merupakan perlekatan dari ligamentum cruciatum tibia.Terdapat tiga penonjolan tulang
sepanjang 2 hingga 3 cm di bagian distal dari tibia plateu. DI bagian anterior, tuberkel tibia yang
merupakan insersi dari ligamen patela. Di medial, terdapat pes anserinus yang merupakan dari
ligamen medial. Di bagian lateral, terdapat tuberkulum Gerdy yang merupakan insersi dari
iliotibial.
Permukaan sendi medial dan kondilus medial lebih kuat dibandingkan bagian lateralnya.
Sebagai hasilnya, fraktur di bagian lateral plateu lebih sering terjadi. Fraktur medial plateu
berhubungan dengan trauma karena energi yang tinggi dan sebagian besar berhubungan dengan
kerusakan jaringan lunak seperti rusaknya ligamentum kolateral yang komplek. Lesi pada nervus
peroneal dan kerusakan pada pembuluh popliteal.
\
MEKANISME TRAUMA
Fraktur pada tibial plateu terjadi oleh karena benturan dari medial maupun lateral yang
disertai dengan fraktur axial. Kecelakaan karena mengendarai sepeda motor merupakan kejadian
penyebab terbesar terjadinya fraktur tersebut pada anak muda , tetapi pada orang tua osteopenik
tulang dapat terjadi hanya karena jatuh.
Arah dan besarnya hantaman, umur pasien, dan kualitas tulang sertabesranya fleksi lutut
pada saat terjadinya benturan akan mempengarhui ukuran, lokasi, dan perpindahan fragmen
fraktur. Dewasa muda dengan tulang yang kuat dan kaku akan lebih banyak memgalami fraktur
yang berhubungan dengan kerusakan ligamen. Dewasa tua dengan penurunan kekuatan tulang
dan tekanan dari kekakuan akan mengalami sedikit kerusakan ligamen.
EVALUASI KLINIS
Pemeriksaan neurovaskular merupakan hal yang penting, khususnya trauma dengan energi
yang tinggi. Cabang arteri poplitea keluar diantara hiatus aduktor proksimal dan soleus komplek
distal. Nervus peroneal berjalan di bagian lateral dan mengelilingi bagian leher fibula.
Hemarthosis seringkali terjadi pada bengkak yang nyata, nyeri pada lutut di mana pasien
tidak dapat menopang berat badan. Aspirasi lutut dapat mengetahui adanya lemak pada sumsum
tulang. Trauma langsung biasanya terlihat jelas saat pemeriksaan pada jaringan lunak di atasnya,
dan fraktu terbuka harus dikesampingkan. Pemberian salin pada intraartikular sebanyak 50
hingga 70 ml terus menerus penting untuk mengetahui adanya laserasi yang mungkin.
Kompartemen sindrom harus dikesampingkan, sebagian dengan trauma dengan energi
tinggi. Penilaian dari kerusakan ligamen merupakan hal yang penting.
EVALUASI RADIOLOGI
Pada proyeksi anteroposterior dan lateral dengan gambaran 40 derajat internal ( lateral
plateu) dan eksternal rotasi (medial plateu), poyeksi oblik seharusnya dilarang. Avuulsi dari head
fibula, tanda Sign ( avulsi kapsul lateral) dan lesi Pellegrini –Steata ( kalsifikasi sepanjang insersi
dari ligamentum kolateral medial merupakan keseluruhan tanda yang berhubungan dengan
kerusakan ligamen.
Foto dengan traksi membantu pada trauma karena energi tinggi dengan imapkasi yang
berat dan fragmentasi metadiafisis untuk menggambarkan pola fraktur yang lebih baik dan untuk
menentukan keberhasilan dari ligamentotaxis untuk mengurangi fraktur. Foto dengan tekanan,
lebih baik digunakan pada pasien dibawah pengaruh zat sedatif atau anastesi dengan intensifikasi
gambaran fluoroskopik, yang kadang-kadang berguna untuk mendeteksi ruptur ligamentum
kolateral.
CT dengan rekonstruksi dua atau tiga dimensi berguna untuk mendeteksi derajat
fragmentasi atau depresi dari permukaan sendi sebaik untuk rencana perioperasi. MRI berguna
untuk mengevaluasi kerusakan dari meniskus, ligamentum cruciatum dan kolateral, dan kapsul
dari jaringan lunak.
Arteriografi seharusnya dilakukan jika curiga terjadi cedera vaskular.
KLASIFIKASI
Menurut Schatzker
Tipe I (a) : Plateu lateral, fraktur terbagi
Tipe II (b) : Plateu lateral, fraktur tekanan terbagi
Tipe III (c) : Plateu lateral, fraktur tekanan
Tipe IV (d) : Fraktur plateu medial
Tipe V (e) : Fraktur plateu bikondilar
Tipe VI (f) : Fraktur plateu dengan pemisahan dari metafisi dari diafisis
Gambar :
Tipe I hingga III dikarenakan trauma karena energi yang rendah
Tipe IV hingga VI dikarenakan trauma karena energi yang tinggi
Tipe I biasanya terjadi pada anak muda dan berhubungan dengan trauma pada ligamnetum
kolateral medial
Tipe III biasanya terjadi pada orang yang lebuh tua
PENGOBATAN
a. Non Operatif
Diindikasikan untuk fraktur nondisplace atau displace minimal dan pasien osteoporosis
yang progresif
Direkomendasikan latihan beban yang terlindungi dan rangkaian gerakan lutut dalam
penjepit berengsel untuk fraktur (hinged collar brace)
Diindikasikan latihan quadriceps isometric dan latihan ROM passive meningkat menjadi
ROM aktif dibantu dan akhirnya ROM aktif
Diperbolehkan Latihan beban parsial (30 sampai 50 lb) selama 8 sampai 12 minggu yang
meningkat menjadi latihan beban penuh
b. Operatif
1) Indikasi Bedah:
Depresi persendian berkisar < 2mm sampai 1 cm
Ketidakstabilan > 10⁰ mendekati lutut yang ekstensi dibandingkan sisi kontralateral.
Fraktur split lebih tidak stabil dibandingkan fraktur depresi murni dimana tepinya
masih utuh
Fraktur terbuka yang seharusnya dirawat secara bedah
Sindrom kompartemen
Terkait trauma vascular
2) Prinsip Penatalaksanaan secara operatif
Rekonstruksi permukaan sendi, diikuti pembangunan kembali kelurusan dari tibia
adalah tujuannya
Pengobatan meliputi menopang segmen sendi yang dielevasikan dengan bone graft
atau subtitusi bone graft.
Fiksasi fraktur dapat menggunakan plat dan skrup, skrup sendiri atau fiksasi eksternal
Pilihan implant berkaitan dengan pola fraktur, derajat pergeseran dan kecakapan ahli
bedah
Rekonstruksi jaringan lunak yang adekuat termasuk preservative dan atau
memperbaiki meniscus beserta ligamentum intraartikuler dan ekstraartikuler.
3) Mencakup fiksasi eksternal melalui lutut dapat digunaka sebagai pengukuran temporal
pada pasien dengan trauma energy tinggi. Fiksator eksternal digunakan untuk tetap
menjaga panjang dari jaringan lunak dan menyediakan beberapa derajat reduksi fraktur
sebelum pembedahan definitive
4) Arthroscopy dapat digunakan untuk mengevaluasi permukaan sendi, meniscus, dan
ligament cruciatum. Juga dapat digunakan sebagai evakuasi hemarthrosis dan partikulat
debris, untuk prosedural meniscus. Perannya dalam evaluasi kelainan bantalan sendi dan
manfaatnya dalam manajemen komplikasi fraktur dibatasi
5) Avulsi ligamentum cruciatum anterior dengan fragmen tulang yang besar sebaiknya
direparasi. Jika fragmen minimal, atau robekan dalam substansi intraligamentum,
rekonstruksi harus ditunda.
6) Pembedahan dalam trauma tertutup sebaiknya tetap dilanjutkan setelah penilaian dari
karakter fraktur. Penundaan dapat menyebabkan pembengkakan pada sisinya dan local
pada kondisi kulit untuk diperbaiki.
7) Fraktur Schatzsker tipe I sampai IV dapat diperbaiki dengan sekrup perkutaneus, atau
plat yang ditempatkan di periartikuler. Jika reduksi tertutup yang memuaskan (penurunan
persendian <-1mm ) tidak didapatkan dengan teknik tertutup, maka reduksi terbuka dan
fiksasi internal diindikasikan
8) Meniscus tidak boleh dipotong untuk mempermudah eksposure
9) Fragment yang terdepresi dapat dinaikkan dari bawah secara bersamaan dengan
menggunakan tampon tulang yang bekerja melalui komponen yang retak atau jendela
korteks. Defek metafise harus diisi dengan autograft bagian yang lunak, allograft, atau
substitusi sintetik
10) Fraktur Tipe V dan VI dapat ditatalaksana menggunakan plat dan sekrup, cincin fiksator,
atau fiksator hybrid. Pembatasan fiksasi internal dapat ditambahkan untuk
mengembalikan permukaan sendi.
11) Plat yang dimasukkan secara perkutan, lebih mendekati biologis. Dalam teknik ini, plat
meluncur ke bawah melalui subcutan tanpa pengelupasan jaringan lunak
12) Penggunaan plat yang terkunci mengeliminasi kebutuhan plat double pada fraktur
bicondylar tibial plateau
13) Fraktur plateau medial posterior memerlukan insisi posteromedial untuk reduksi fraktur
dan stabilisasi plat.
14) Postoperative, pasien didukung dengan latihan passive ROM continuous tanpa beban dan
aktif ROM
15) Uji latih beban diperbolehkan selama 8 sampai 12 minggu
KOMPLIKASI
a. Kekakuan sendi. Ini merupakan hal yang sering terjadi berhubungan dengan trauma
karena cedera dan diseksi bedah, kerusakan retinakular ekstensor, skar, dan imobilisasi
post operasi
b. Infeksi. Hal ini dihubungkan dengan incisi melalui jaringan lunak yang berhubungan
dengan ekstensif diseksi untuk menempatkan implan.
c. Kompartemen sindrom . Hal ini bukanlah hal umum, tetapi dapat terjadi komplikasi yang
berkembang dari kompartemen fascia kaki. Hal ini membutuhkan perhatian klinis yang
cukup besar, pemeriksaan neurovaskular yang bertahap, evaluasi yang agresif, termasuk
pengukuran tekanan dalam kompartemen jika dibutuhkan, dan pengobatan pada fasiotomi
emergensi pada semua kompartemen kaki.
d. Malunion dan nonunion. Hal ini sering terjadi pada fraktur Schatzker VI pada perbatasan
metafisis dan diafisis, yang berhubungan dengan fraktur kominutif, fiksasi yang tidak
stabil, kegagalan implan, atau infeksi.
e. Posttrauma osteoartritis. Hal ini merupakan hasil dari persendian yang tidak sebangun,
kerusakan tulang rawan pada cedera, atau ketidaklurusan karena aksis mekanik.
f. Cedera nervus peroneal. Hal ini merupakan hal yang sering terjadi pada trauma yang
mengenai bagian lateral aki dimana nervus peronela berjalan pada bagian proximal head
fibula dan lateral tibia plateu.
g. Laserasi arteri poplitea
h. Avaskular nekrosis dari fragmen sendi yang kecil. Hal ini akan menghasilkan hilangnya
bagian dari lutut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoppenfeld S, Treatment and Rehabilitation of Fractures. New York : LippincottWilliams
& Wilkins2.
2. Brotzman SB, Clinical Orthopaedic Rehabilitation3.
3. Rasjad C. dkk, 2005, Sistem Muskuloskeletal dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.
EditorSyamsuhidayat R.Jong WB, Edisi Revisi, EGC,Jakarta, 1997 : 829 949.
4. Gardner E. Gray DJ. O’rahilly R, Anatomy A Regional Study of Human
Structure.Philadelphia : W.B. Saunders Company