askep fraktur tibia

68
LAPORAN PENDAHULUANFRAKTUR TIBIA A. Konsep Medik 1. Definisi Fraktur tibia adalah terjadinya trauma, akibat pukulan langsung jatuh dengan kakidalam posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras ( Brunner and suddart th2000 hal 2386 ) 2. Anatomi Fisiologi Tulang tibia merupakan tulang besar dan utama pada tungkai bawah. Iamempunyai kondilus besar tempat berartikulasi. Pada sisi depan tulang hanyaterbungkus kulit dan periosteum yang sangat nyeri jika terbentur. Pada pangkal proksimal berartikulasi dengan tulang femur pada sendi lutut. Bagian distal berbentuk agak pipih untuk berartikulasi dengan tulang tarsal. Pada tepi luar terdapat perlekatan dengan tulang fibula. Pada ujung medial terdapat maleolusmedialis. Tulang fibula merupakan tulang panjang dan kecil dengan kepala tumpultulang fibula tidak berartikulasi dengan tulang femur ( tidak ikut sendi lutut ) padaujung distalnya terdapat maleolus lateralis.Tulang tibia bersama-sama dengan otot- otot yang ada di sekitarnya berfungsimenyangga seluruh tubuh dari paha ke atas, mengatur pergerakan untuk menjagakeseimbangan tubuh pada saat berdiri.Dan beraktivitas lain disamping itu tulang tibia juga merupakan tempat depositmineral ( kalsium, fosfor dan hematopoisis). Fungsi tulang adalah sebagai berikut,yaitu :a..Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh b.Melindungi organ-organ tubuh ( contoh, tengkorak melindungi otak )c.Untuk pergerakan ( otot melekat kepada tulang untuk

Upload: anon111005968

Post on 06-Aug-2015

613 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Fraktur Tibia

  LAPORAN PENDAHULUANFRAKTUR TIBIAA. Konsep Medik 1. DefinisiFraktur tibia adalah terjadinya trauma, akibat pukulan langsung jatuh dengan kakidalam posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras ( Brunner and suddart th2000 hal 2386 )2. Anatomi FisiologiT u l a n g t i b i a m e r u p a k a n t u l a n g b e s a r d a n u t a m a p a d a t u n g k a i b a w a h . I a mempunyai kondi lus besar tempat berar t ikulas i . Pada s i s i depan tu lang hanya terbungkus kulit dan periosteum yang sangat nyeri jika terbentur. Pada pangkal proks imal berar t ikulas i dengan tu lang femur pada sendi lu tu t . Bagian d is ta l  berbentuk agak pip ih untuk berar t ikulas i dengan tu lang tarsa l . Pada tepi luar   terdapat perlekatan dengan tulang fibula. Pada ujung medial terdapat maleolusmedialis. Tulang fibula merupakan tulang panjang dan kecil dengan kepala tumpultulang fibula tidak berartikulasi dengan tulang femur ( tidak ikut sendi lutut ) padaujung distalnya terdapat maleolus lateralis.Tulang t ib ia bersama-sama dengan oto t -o to t yang ada d i seki tarnya berfungsi menyangga seluruh tubuh dari paha ke atas, mengatur pergerakan untuk menjagakeseimbangan tubuh pada saat berdiri.Dan beraktivitas lain disamping itu tulang tibia juga merupakan tempat depositmineral ( kalsium, fosfor dan hematopoisis). Fungsi tulang adalah sebagai berikut,yaitu :a..Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh b.Melindungi organ-organ tubuh ( contoh, tengkorak melindungi otak )c . U n t u k p e r g e r a k a n ( o t o t m e l e k a t k e p a d a t u l a n g u n t u k b e r k o n t r a k s i d a n  bergerak.d.Merupakan gudang untuk menyimpan mineral ( contoh, kalsium )e.Hematopoeisis ( tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum tulang )3. EtiologiPenyebab paling utama fraktur tibia biasa disebabkan oleh :A.Benturan / trauma langsung pada tulang, antara lain kecelakaan lalu lintas atau jatuh.B.Kelemahan / kerapuhan struktur tulang, akibat gangguan atau penyakit primer seperti osteoporosis atau kanker tulang metastaseC.Olah raga / latihan yang terlalu berat , masukan nutrisi yang kurang4. Patofisiologi jika tulang patah maka periosteum dan pembuluh darah pada kortek, sum-sum dan jaringan lunak sekitarnya mengalami gangguan / kerusakan. Perdarahan terjadi dariu jung tu lang yang rusak dan dar i ja r ingan lunak (o to t ) yang ada d iseki tarnya .Hematoma terbentuk pada kannal medullary antara ujung fraktur tulang dan bagian bawah periosteum. Jaringan nekrotik ini menstimulasi

Page 2: Askep Fraktur Tibia

respon inflamasi yang kuatyang dicirikan oleh vasodilasi, eksudasi plasma dan lekosit , dan infiltrasi oleh seldarah put ih la innya . Kerusakan pada per ios teum dan sum-sum tu lang dapat mengakibatkan keluarnya sum-sum tulang terutama pada tulang panjang, sum-sumkuning yang keluar akibat fraktur masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikutialiran darah sehingga mengakibatkan terjadi emboli lemak apabila emboli lemak ini sampai pada pembuluh darah kecil, sempit, dimana diameter emboli lebih besar dari pada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran-aliran darahyang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan. Emboli lemak dapat berakibatfatal apabila mengenai organ-organ vital seperti otak, jantung, dan paru-paru.Kerusakan pada o to t dan ja r ingan lunak dapat menimbulkan nyer i yang hebatkarena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itusendiri mengakibatkan terjadinya perubahan ketidakseimbangan dimana tulangdapat menekan persyarafan pada daerah yang terkena f raktur sehingga dapatmenimbulkan fungsi syaraf , yang di tandai dengan kesemutan, rasa baa l dan kelemahan. Selain itu apabila perubahan susunan tulang dalam keadaan stabil atau benturan akan lebih mudah terjadi proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikansesuai dengan anatominyaKLASIFIKASI PATAH TULANG KLASIFIKASI MENURUT BENTUK PANTAH TULANGA.faktur complete, pemisahan komplit dari tulang menjadi dua fragmenB.fraktur incomplete, patah sebagian dari tulang tanpa pemisahanC.simple atau closed fraktur, tulang patah, kulit utuhD.fraktur complikata, tulang yang patah menusuk kulit, tulang terlihatE.fraktur tanpa perubahan posisi, tulang patah, posisi pada tempat pada tempatyang normalF . f r a k t u r d e n g a n p e r u b a h a n p o s i s i , u j u n g t u l a n g y a n g p a t a h b e r j a u h a n d a r i tempat patahG.commuited fraktur, tulang patah menjadi beberapa fragmenH.impacted (telescoped) fraktura, salah satu ujung tulang yang patah menancap pada yang lain. KLASIFIKASI MENURUT GARIS YANG PATAH A . G r e e n s t i c k , r e t a k p a d a s e b e l a h s i s i d a r i t u l a n g ( s e r i n g t e r j a d i p a d a a n a k   dengan tulang yang lembek ).B . T r a n s v e r s e , p a t a h m e n y i l a n g . C . O b l i g u e , g a r i s p a t a h m i r i n g . D.Spiral, patah tulang melingkari tulangFase-fase penyembuhan patah tulang, yaitu :1. Hematon segera setelah cederaD a l a m 7 2 j a m , d a r a h a k a n m e n j a d i b e k u p a d a t e m p a t n y a

Page 3: Askep Fraktur Tibia

a d a n y a f r a k t u r . Tidak seperti hematon lainnya, hematon akan terjadi di sekitar fraktur yangtidak melakukan absorbsi selama proses penyembuhan.2. Pembentukan fibrocartilagoBagian ini akan terjadi lebih dari 3 hari sampai 2 minggu. Pada periosteum,endosteum dan tulang mendapat supply, dimana akan mengadakan proliferasike dalam fibrokartilago.3. Pembentukan kalusTerjadi 3-10 hari sesudah injury, mengubah jaringan granulasi dan callus .4. Penyatuan tulangK a l u s f i b r o s a m e n j a d i k a l u s t u l a n g . P a d a f o t o R o n t g e n p r o s e s i n i t e r l i h a t sebagai bayangan tetapi bayangan garis patah tulang masih terlihat.5. KonsolidasiTerjadinya penggantian sel tulang secara berangsur-angsur oleh sel tulangyang mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja padatulang. Akhirnya sel tulang ini mengatur diri secara lamellar seperti sel tulangnormal. Kekuatan kalus ini sama dengan kekuatan tulang biasa.

5. Tanda Dan Gejalaa.Nyeri hebat pada daerah fraktur. Nyeri bertambah hebat jika ditekan/raba.  b . T a k m a m p u m e n g g e r a k k a n k a k i . c . T e r j a d i p e m e n d e k a n k a r e n a k o n t r a k s i / s p a m u s o t o t - o t o t . d . A d a n y a r o t a s i p a d a t u n g k a i t e r s e b u t . e . P e r u b a h a n b e n t u k / p o s i s i b e r l e b i h a n b i l a d i b a n d i n g k a n d e n g a n k e a d a a n normal.f . A d a / t i d a k k u l i t y a n g t e r l u k a / t e r b u k a d i d a e r a h f r a k t u r . g . T e r a b a p a n a s p a d a j a r i n g a n y a n g s a k i t k a r e n a p e n i n g k a t a n v a s k u l a r i s a s i d i daerah tersebut.h . P u l s a / n a d i p a d a d a e r a h d i s t a l m e l e m a h / b e r k u r a n g . i . K e h i l a n g a n s e n s a s i p a d a d a e r a h d i s t a l k a r e n a j e p i t a n s a r a f o l e h f r a g m e n tulang.  j . K r e p i t a s i j i k a d i g e r a k k a n ( j a n g a n m e l a k u k a n p e m b u k t i a n l e b i h l a n j u t j i k a sudah pasti ada fraktur).k . P e n d a r a h a n . l . H e m a t o m a , e d e m a k a r e n a e k s t r a v a s a s i d a r a h d a n c a i r a n j a r i n g a n .m . T a n d a - t a n d a s h o c k a k i b a t c e d e r a b e r a t , k e h i l a n g a n d a r a h , a t a u a k i b a t n y e r i hebat.n . K e t e r b a t a s a n m o b i l i s a s i . o . T e r b u k t i f r a k t u r l e w a t f o t o r o n t g e n .6. Pemeriksaan Diagnostik 1 . F o t o r o n t g e n p a d a d a e r a h y a n g d i c u r i g a i f r a k t u r . 2 . P e m e r i k s a a n l a i n n y a y a n g j u g a m e r u p a k a n p e r s i a p a n a . D a r a h l e n g k a p . Dapat menunjukan tingkat kehilangan darah hingga cedera (pemeriksaanHb dan Ht). Nilai leukosit meningkat sesuai respon tubuh terhadap cedera.  b . G o l o n g a n d a r a h . Dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika ada kehilangan darah yang bermakna akibat cedera

Page 4: Askep Fraktur Tibia

atau tindakan pembedahan.c . P e m e r i k s a a n k i m i a d a r a h . Mengkaji ketidakseimbangan yang dapat menimbulkan masalah pada saatoperasi.7. Terapi Pengelolaan Medik Pemilihan jenis tindakan lokasi fraktur, potensial nekrosis, pilihan pasien, dankesukaan dokter yang merawat.Jenis tindakan untuk fraktur antara lain :1 . P e m a k a i a n t r a k s i u n t u k m e n c a p a i a l i g n m e n t d e n g a n m e m b e r i b e b a n seminimal mungkin pad daerah distal.2 . M a n i p u l a s i d e n g a nClosed reduction and external fixation(reduksi tertutup +fiksasi eksternal), digunakan gips sebagai fiksasi eksternal, dilakukan jikakondisi umum pasien tidak mengijinkan untuk menjalani pembedahan.3 . P r o s e d u r o p e r a s i d e n g a n o p e nr e d u c t i o n a n d i n t e r n a l f i x a t i o n ( O R I F ) .Dilakukan pembedahan dan dipasang fiksasi internal untuk mempertahankan posisi tulang (misalnya: sekrup, plat, kawat, paku). Alat ini bisa dipasang dis i s i m a u p u n d i d a l a m t u l a n g , d i g u n a k a n j e n i s y a n g s a m a a n t a r a p l a t e d a n sekrup untuk menghindari terjadinya reaksi kimia.Jika keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan maka kadang dilakukan jugadebridement untuk memperbaiki keadaan jaringan lunak di sekitar fraktur8. Komplikasi1. Shock dan pendarahan. Pada saat terjadinya cedera atau segera dioperasi.2. Infeksi karena keadaan luka atau luka post pembedahan3. Komplikasi immobilitas. Terutama pada usia lanjut,antara lain :a . P n e u m o n i a   b . T h r o m b o p l e b i t i s c . E m b o l i p u l m o n a l 4 . N o n - u n i o n , p e n y e m b u h a n t e r l a m b a t . S e r i n g p a d a f r a k t u r t i b i a m a u p u n fraktur lainnya sembuh lebih lambat bila terdapat kerusakan jaringan vascular luas yang memberikan suplai darah ke daerah fraktur.5 . M a s a l a h p o s t o p e r a t i f d e n g a n a l a t - a l a t f i k s a s i i n t e r n a l . F i k s a s i i n t e r n a l b i s a melemah, patah, atau pindah tempat yang menyebabkan kerusakan jaringanlunak. Untuk ini perlu pembedahan ulang.6 . O s t e o m y e l i t i s , t e r j a d i b e b e r a p a b u l a n a t a u b e b e r a p a t a h u n s e s u d a h f a k t u r   (biasanya fraktur terbuka)B . K O N S E P A S U H A N K E P E R A W A T A N 1 . P e n g k a j i a na . P o l a p e r s e p s i d a n p e m e l i h a r a a n k e s e h a t a n-Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan memadai.-Adanya kegiatan yang berisiko cidera.-Adanya riwayat penyakit yang bisa menyebabkan jatuh.  b . P o l a n u t r i s i-Adanya gangguan nafsu makan karena nyeri.c . P o l a e l i m i n a s i

Page 5: Askep Fraktur Tibia

-Obstipasi karena imobilitas.d . P o l a a k t i v i t a s d a n l a t i h a n-Ada riwayat jatuh/terbentur ketika sedang beraktivitas atau kecelakaanlain.-Tidak kuat berdiri/menahan beban.-Ada perubahan bentuk atau pemendekan pada bagian betis/tungkai bawah.e . P o l a t i d u r d a n i s t i r a h a t-Pola tidur berubah/terganggu karena adanya nyeri pada daerah cidera.  f . P o l a p e r s e p s i k o g n i t i f  -Biasanya mengeluh nyeri hebat pada lokasi tungkai yang terkena.-Mengeluh kesemutan atau baal pada lokasi tungkai yang terkena.-Kurang pemahaman tentang keadaan luka dan prosedur tindakan.g . P o l a k o n s e p d i r i d a n p e r s e p s i d i r i-Adanya ungkapan ketidakberdayaan karena keadaan cidera.-Rasa khawatir dirinya tidak mampu beraktivitas seperti sebelumnya.h . P o l a h u b u n g a n - p e r a n-K e c e m a s a n a k a n t i d a k m a m p u m e n j a l a n k a n k e w a j i b a n m e m e n u h i kebutuhan keluarga dan melindungi.-Merasa tidak berdaya.i . P o l a s e k s u a l d a n r e p r o d u k s i-Merasa khawatir tidak dapat memenuhi kewajiban terhadap pasangan.  j . P o l a m e k a n i s m e k o p i n g d a n t o l e r a n s i t e r h a d a p s t r e s-Ekspresi wajah sedih.-Tidak bergairah.-Merasa terasing di rumah sakit.

   2 . D i a g n o s a K e p e r a w a t a n Pre Operasi

Page 6: Askep Fraktur Tibia

1 . N y e r i b e r h u b u n g a n d e n g a n p a t a h t u l a n g , s p a s m e o t o t , e d e m a d a n kerusakan jaringan lunak.2 . R i s i k o t i n g g i t e r j a d i n y a p e r u b a h a n n e u r o v a s k u l e r p e r i f e r b e r h u b u n g a n dengan menurunnya aliran darah akibat cidera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.3 . R i s i k o t i n g g i t e r j a d i n y a i n f e k s i b e r h u b u n g a n d e n g a n t i d a k a d e k u a t n y a   p e r t a h a n a n p r i m e r : k e r u s a k a n k u l i t , t r a u m a j a r i n g a n , k e r u s a k a n p a d a  jaringan lunak.4 . K e c e m a s a n b e r h u b u n g a n d e n g a n n y e r i , k e t i d a k m a m p u a n d a n g a n g g u a n mobilisasi.5 . R e g i m e n t e r a p e u t i k t i d a k e f e k t i f b e r h u b u n g a n d e n g a n k u r a n g n y a i n f o r m a s i m e n g e n a i p e n y a k i t , t a n d a d a n g e j a l a , p e n g o b a t a n d a n  pencegahannya.P o s t O p e r a s i1 . N y e r i b e r h u b u n g a n d e n g a n p e m a s a n g a n p e n , s e k r u p , d r a i n d a n a d a n y a luka operasi.2.Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.3 . G a n g g u a n m o b i l i s a s i f i s i k b e r h u b u n g a n d e n g a n n y e r i d a n t e r a p i f r a k t u r ,  pemasangan traksi, gips dan fiksasi.4 . P e r u b a h a n n u t r i s i k u r a n g d a r i k e b u t u h a n t u b u h b e r h u b u n g a n d e n g a n  bertambahnya metabolisme untuk penyembuhan tulang dan jaringan.5 . R e g i m e n t e r a p e u t i k i n e f e k t i f b e r h u b u n g a n d e n g a n k u r a n g i n f o r m a s i mengenai penyakit, tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahannya.6.Risiko tinggi terjadinya komplikasi post operasi b.d. imobilisasi.3 . P e r e n c a n a a n Pre Operasi1 . N y e r i b e r h u b u n g a n d e n g a n p a t a h t u l a n g , s p a s m e o t o t , e d e m a d a n kerusakan jaringan lunak  H Y D : N y e r i b e r k u r a n g s a m p a i d e n g a n h i l a n g d a l a m w a k t u 2 - 3 h a r i d i t a n d a i d e n g a n : k l i e n m e n g a t a k a n n y e r i b e r k u r a n g / h i l a n g , ekspresi wajah santai, dapat menikmati waktu istirahat dengantepat, dan mampu melakukan teknik relaksasi dan aktivitas sesuaidengan kondisinya.Intervensi:1 . K a j i t i n g k a t n y e r i k l i e n R/Mengetahui rentang respon klien tentang nyeri.2 . T i n g g i k a n d a n s o k o n g e k s t r e m i t a s y a n g s a k i t . R / M e n i n g k a t k a n a l i r a n b a l i k v e n a , m e n u r u n k a n e d e m a d a n mengurangi rasa nyeri.3.Pertahankan bidai pada posisi yang sudah ditetapkan.R/Mengurangi kerusakan yang lebih parah pada daerah fraktur.4.Mempertahankan tirah baring sampai tindakan operasi.R/Mempertahankan kerusakan yang lebih parah pada daerah

Page 7: Askep Fraktur Tibia

fraktur.5 . D e n g a r k a n k e l u h a n k l i e n . R / M e n g e t a h u i t i n g k a t n y e r i k l i e n . 6 . A j a r k a n t e k n i k r e l a k s a s i u n t u k m e n g u r a n g i n y e r i ( l a t i h a n n a f a s dalam).R/Meningkatkan kemampuan koping dalam menangani nyeri.7.Kolaborasikan dengan dokter mengenai masalah nyeri.R/Intervensi tepat mengatasi nyeri.2 . R i s i k o t i n g g i t e r j a d i n y a p e r u b a h a n n e u r o v a s k u l e r p e r i f e r b e r h u b u n g a n dengan menurunnya aliran darah akibat cidera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.HYD: Perfusi jaringan perifer memadai ditandai dengan terabanya nadi,kulit hangat/kering, sensasi dan sensori normal, TTV dalam batasnormal dalam waktu 2-3 hari.Intervensi:1 . O b s e r v a s i T T V t i a p 3 - 4 j a m . R / K e t i d a k e f e k t i f a n v o l u m e s i r k u l a s i m e m p e n g a r u h i t a n d a - t a n d a vital.2.Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan bagian distal fraktur.R/Warna kulit pucat merupakan tanda gangguan sirkulasi.

Page 8: Askep Fraktur Tibia

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR TIBIA

A. ASPEK TEORI1.Pengertian

Fraktur adalah terputusnya atau hilangnya struktur tulang “ Ephiphyseal plate“ cartilago (tulang rawan )Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas tulang (Engram, Barbara. 1998)Fraktur Adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( Mansjoer, Arief. 2000)Fraktur Tibia Adalah patah atau gangguan kontinuitas pada tulang tibia

3. Etiologi

Fraktur dapat terjadi diakibat oleh beberapa hal:

a. Kekerasan langsung yaitu tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu

sendiri, biasanya bersifat terbuka dengan garis patah melintang atau miring

b. Kekerasan tidak langsung yaitu patah tulang ditempat yang jauh dari tempat

terjadinya kekerasan, biasanya terjadi pada bagian paling lemah dalam

jalur hantaran vektor kekerasan, (Oswari, 1995).

2.Etiologi

Kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuhOlahragaExercise yang kuatMalnutrisiOsteoporosis

Page 9: Askep Fraktur Tibia

Neoplasma

3.Manifestasi atau Gejala Klinis

Tanda – tanda tidak pastia.Rasa nyeri dan tegang, nyeri hebat bila dibuat gerakb.Hilangnya fungsi akibat nyeri atau tak mampu melakukan gerakanc.Defrmitas karena pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen berubah

Tanda – tanda pastia.Gerakan abnormalitas (False movement)b.Krepitasi (Gesekan dari kedua ujung fragmen tulang yang patahc.Deformitas akibat fraktur (umumnya deformitas berupa rotasi, angulasi dan pemendekan)

4.PatofisiologiKecelakaanOlahraga / Exercise yang kuatMalnutrisi

Fraktur

terbuka tertutup

Kerusakan integritas Resiko infeksi KerusakanKulit mobilitas fisik Nyeri

Bedrest G3 tidur

keterbatasan Resiko Anoreksiaaktivitas KonstipasiResiko Nutrisi<Intoleransi aktivitas

5.Penatalaksanaan

1.Pertolongan darurat

Page 10: Askep Fraktur Tibia

Pemasangan bidai atau splint, tujuan :a.mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringanb.mengurangi rasa nyeric.menekan kemungkinan terjadi emboli lemak dan shockd.memudahkan transport dan mengambil foto2.Pengobatan definitivea.Reposisi secara tertutupManipulasi secara tertutup untuk mereposisi Traksi dengan melakukan tarikan pada ektremitas bagian distalPenatalaksanaan :Penderita tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90O, sedang kedua tungakai bawah menggantung di tepi meja. Tungkasi bawah yang patah ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar. Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu :a.Cara long leg plaster :Immobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedangan posisi lutut dalam fleksi 20o.b.Cara sarmiento :Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai dia atas sendi talocrural dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada pernukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara sarmiento : kaki diinjakkan lebih cepat.Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi angilasi, perpendekan lebih dari 2 cm tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang. Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal fiksasi. Macam – macam internal fiksasi diantaranya:ScrewPlate + screwTibial nail

b.Reposisi secara terbukaMelakukan reposisi dengan jalan operasi, kemudian melakukan immobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna berupa plat , pen atau kawat.Penatalaksanaan :

Page 11: Askep Fraktur Tibia

a.Cara Treuta :Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali pada derajat SIAS, calcaneus dan tendo Achilles.Gips dibuka setelah berbau dan basah]Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang.b. Cara long leg plaster :Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai sembuh.c.Cara dengan memekai pen di luar tulangCara ini sangat baik untuk fraktur terbuka cruris grade III. Dengan cara ini perawtan luka yang luas di cruris sangat mudah.Macam-macam bentuk fixateur, diantaranya:Judet fixateur, Roger Angerson, Hoffman, Screw + Methyl Methacrylate3.RehabilitatifTujuan utama :Mempertahankan ruang gerak sendiMempertahankan ruang gerak ototMempercepat proses penyembuhan frakturMempercepat pengembalian fungsi penderitaLatihan terdiri dari ;Mempertahankan ruang gerak sendiLatihan ototLatihan berjalan

6.Komplikasi

Dinia.Compartment syndrome.b.Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksimal tibia tertutupc.Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling sering terjadi yaitu anterior compartment syndrome.d.Mekasnisme : dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra – compartment, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi, menyebabkan aliran balik balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedema. Dengan adanya oedema tekanan

Page 12: Askep Fraktur Tibia

intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat arteri di intrakompartemen.e.Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi paralyse pada otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibial anterior.f.Tekanan intrakompatemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.g.Penanganan : dalam waktu kurang 12 jam harus dilakukan fasciotomiLanjuta.Malunion : biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan osteotomi.b.Delayed union : terutama terjadi pada frakur terbuka yanbg diikuti dengan infeksi atau pada fraktur yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur alih tulang spongiosa.c.Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukaan bone grafting menurut cara papineau.d.Kekakuan sendi ; hal ini disebabkan karena pamakaian gips yang terlalu lama. Pada persendian kaki dan jari – jari biasanya terjadi hambatan gerak, hal ini dapat diatasi dengan fisioterapi.

B. ASPEK KEPERAWATANI.PENGKAJIAN1.Biodata ( Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan ( semakin rendah tingkat pengetahuan kx maka semakin berisiko), pekerjaan (kx dengan pekerjaan berat akan lebih berisiko), tgl MRS, Dx Medis, No Reg .2.Keluhan Utama“ Nyeri dan kerusakan mobilitas fisik “3.Riwayat Penyakit sekarangTerasa nyeri pada daerah kaki, nyeri ringan- berat, nyeri akan hebat bila digunakan gerak.4.Riwayat penyakit dahuluRiwayat injuri sebelumnya, pernah jatuh saat olahraga atau kecelakaan dan mengalami kesakitan pada daerah kaki (tibia).5.Riwayat KeluargaBentuk, ukuran tulang merupakan factor keturunan sehingga bentuk tulang yang kecil berisiko lebih besar terjadi fraktur, serta apakah keluarga ada yang memiliki penyakit tulang (osteoporosis,dll)

Page 13: Askep Fraktur Tibia

6.Pola fungsi Kesehatan6.1. Pola nutrisi dan metabolismenyeri yang ditimbulkan kemungkinan akan mengurangi nafsu makan atau menghilangkan nafsu makan kx sehingga beresiko nutrisi tubuh kurang .

6.2.Pola istirahat dan TidurNyeri yang dirasakan akan menjadikan kx tidak nyaman untuk istirahat, pemasangan traksi akan membatasi pergerakan sehingga mengganggu posisi yang nyaman untuk tidur.6.3.Pola eliminasiKx dengan fraktur diharuskan untuk bedrest total akibatnya dengan bedrest total peristaltic usus menurun sehingga resiko terjadi konstipasi6.4. Pola AktivitasDengan bedrest aktivitas klien terganggu dan tergantung bantuan orang lain atau keluarga.a.Kahilangan fungsi pada bagian yang terkena keterbatasan fisik.b.Mempertahankan dan mengembalikan fungsiReduksi dan mobilisasi harus di perhatikan sesuai kebutuhanPemberian analgetik untuk mengurangi nyeriStatus neurovaskuler (ex. Perdarahan, nyeri, perabaan gerakan) harus dipantau.Latihan isomeric dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.

7.Pemeriksaan FisikKeadaan umum ( Tekanan darah, nadi, Pernafasan, Suhu )Inspeksi ; Pembengkakan dan deformitas pada daerah tibiaPalpasi : Tegang local, krepitasi dan nyeri tekanGerakan : False Movement

8.Pemeriksaan penunjangRadiologiJenis Radiologis tanpa kontras :Plain foto ( x-ray)Computer Tomography (CT-scan)UltrasonographyMagnetic Resonace Imaging (MRI)Jenis Radiologis dengan kontras :Computed Tomoraphy (CT-scan)

Page 14: Askep Fraktur Tibia

Magnetic Resonance Imaging (MRI)SinographyArthrographyArteriography

II.DIAGNOSA KEPERAWATAN1.Perubahan kenyamanan (Nyeri akut) b.d diskontinuitas jaringan tulang (fraktur)2.Gangguan mobilitas fisik b.d pemasangan traksi atau gips3.Gangguan istirahat tidur b. d nyeri4.Defisit perawatan diri b.d traksi atau gips pada ektremitas5.resiko tinggi kerusakan jaringan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur

III. INTERVENSI KEPERAWATAN1.Dx “Perubahan kenyamanan (Nyeri akut) b.d diskontinuitas jaringan tulang (fraktur) “Tujuan : Nyeri dapat berkurang dalam 1x 24 jamK.H : Klien mengatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah berkurang, tidak merintih

Intervensi :1.1Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)R/ Menjalin hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga klien1.2Kaji TTVR/ untuk mengetahui perkembangan klien dan mendeteksi infeksi dini1.3Pertahankan tirah baring sampai nyeri berkurangR/ Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh immobilisasi1.4Anjurkan pada klien untuk tidak menggerakan atau meminimalkan gerak pada bagian yang sakitR/ dengan meminimalkan gerak atau tidak menggerakan bagian yang sakit dapat mengontrol nyeri1.5Pertahankan traksi yang diprogramkan dan alat-alat penyokong (belat, alat fiksasi eksternal, atau gips)R/ untuk mengimobilisasi frakturdan menurunkan nyeri1.6Kolaborasi dengan tim medis (dokter)dalam pemberian obat antibiotik dana analgesikR/ menjalankan fungsi independent perawat dan mempercepat penyembuhan2.Dx. Ganguan Mobilitas fisik b.d Pemasangan traksi atau gips.

Page 15: Askep Fraktur Tibia

Tujuan :a.Meminimalkan kemungkinan terhadap ciderab.Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan keperawatan.Kriteria Hasil :a.Memperlihatkan tindakan untuk meningkat mobilitasb.Melaporkan adanay peningkatan mobilitasc.Mempertahankan posisi fungsionald.Meningkat kekuatan / fungsi yang sakite.Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas.

Intervensi :22.1Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkanR/ nyeri dan spasme otot dikontrol oleh mobilisasi2.2Tinggikan ekstrimitas yang sakitR/ untuk member kenyamanan2.3Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit.R/ Mempertahankan fungsi ekstremitas2.4Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di bawah dan siatas fraktur ketika bergerak.R/ untuk mengimobilisasi fraktur dan mengurangi nyeri.2.5Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitasR/ mengurangi resiko cidera2.6Kolaborasi fisioterapiR/ Menjalakan fungsi independent perawat dan mempercepat penyembuhan

3.Dx. Resiko tinggi kerusakan intregitas jaringan kulit b.d perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur.Tujuan :a.Kerusakan intregitas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatanKriteria hasil:a.Tidak ada laserasib.Intregitas kulit baik

Intervensi :33.1Kaji ulang intregitas luka dan observasi terhadap tanda infeksiR/ untuk memonitori suhu tubuh dan mendektesi infeksi dini.3.2Monitor suhu tubuh

Page 16: Askep Fraktur Tibia

R/ untuk mengetahui perkembangan klien dan mendeteksi infeksi dini3.3Pertahankan kesejajaran tubuhR/ meminimalkan gerak / mengurangi gerakan dapat mengontrol nyeri3.4Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutanR/ untuk menjaga intregitas kulit3.5Kolaborasi pemberian antibioticR/ menjalankan fungsi independent perawat dan mempercepat penyembuhan.

Daftar Pustaka

Engram, Barbara. (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah Volume 2. Jakarta. EGC.Mansjoer, Arief. (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius.Tueker, Susuan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3. Jakarta: EGC.Dongoes Marilym, E. (1993). Rencana Asuhan Kep[erawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.Smeltzer suszanne, C. (1997). Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC.Price Sylvia, A. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis – Proses Penyakit.Jilid 2 Edisi 4. Jakarta : EGC.

Diposkan oleh Gery di 05:24 ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Page 17: Askep Fraktur Tibia

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Dasar Teoritis Medis

1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa/ trauma. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan

pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan

dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan

yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah, (Sjamsuhidayat

& Wim De Jong, l 998)

Fraktur tibia(Fraktur Colles) adalah fraktur yang terjadi pada bagian

tibia sebelah kanan akibat jatuh yang bertumpu pada tangan dorsifleksi

terbuka. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia

dengan tulang osteoporesis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi

akibat jatuh, (Oswari, 1995)

2. Jenis- Jenis Patah tulang:

Page 18: Askep Fraktur Tibia

a. Patah tulang terbuka atau tertutup

Patah tulang terbuka yaitu bila tulang yang patah menembus jaringan lunak

disekitarnya dan terjadi hubungan antara tulang dan udara. Patah tulang

tertutup yaitu patah tulang yang tidak menyebabkan jaringan kulit robek.

b. Patah tulang lengkap dan tidak lengkap

Patah tulang lengkap (Complete) bila patahan- patahan tulang satu sama

lainnya. Patah tulang tidak lengkap yaitu bila antara patahan tulang masih

terjadi hubungan sebagian. Patah tulang tidak lengkap sering terjadi pada

anak yang tulangnya lebih lentur.

c. Tulang Menurut garis patahnya

1) Patah tulang melintang

2) Patah tulang oblik atau miring

3) Patah tulang memanjang

4) Patah Tulang bertindih yaitu bagian tulang yang patah saling

berhadapan dan berdekatan

Page 19: Askep Fraktur Tibia

5) Patah Tulang Baji yaitu kepingan tulang masuk kebagian tulang yang

lunak, (Oswari, 1995)

3. Etiologi

Fraktur dapat terjadi diakibat oleh beberapa hal:

a. Kekerasan langsung yaitu tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu

sendiri, biasanya bersifat terbuka dengan garis patah melintang atau miring

b. Kekerasan tidak langsung yaitu patah tulang ditempat yang jauh dari tempat

terjadinya kekerasan, biasanya terjadi pada bagian paling lemah dalam

jalur hantaran vektor kekerasan, (Oswari, 1995).

4. Patofisiologi

Terjadinya trauma yang mengakibatkan fraktur akan dapat merusak

jaringan lunak disekitar fraktur mulai dari otot fascia, kulit sampai struktur

neuromuskuler atau organ- organ penting lainnya, pada saat kejadian

kerusakan terjadilah respon peradangan dengan pembentukan gumpulan atau

bekuan fibrin , osteoblas mulai muncul dengan jumlah yang besar untuk

membentuk suatu metrix baru antara Fragmen- fragmen tulang. Klasifikasi

terjadinya fraktur dapat dibedakan yang terdiri dari fraktur tertutup dan

fraktur terbuka, fraktur tertutup yaitu tidak ada luka yang menghubungkan

Page 20: Askep Fraktur Tibia

fraktur dengan kulit, fraktur terbuka yaitu terdapat luka yang

menghubungkan luka dengan kulit,(Suriadi & Rita yuliani, 1995).

Setelah terjadinya fraktur periosteum tulang terkelupas dari tulang dan

terobek terus kesisi berlawanan dari sisi yang mendapat truma, akibatnya

darah keluar melalui celah- celah periosteum dan ke otot disekitarnya dan

disertai dengan oedema, selain keluar melalui celah periosteum yang rusak,

darah juga keluar akibat terputusnya pembuluh darah didaerah terjadinya

fraktur.

Infiltrasi dan pembengkakan segera terjadi dan bertambah selam 24

jam pertama, menjelang akhir periode ini otot menjadi hilang elastisitasya,

oleh karena itu reposisi lebih mudah dilakukan selama beberapa jam setelah

cedera, setelah dilakukan reposisi atau immobilitas maka pertumbuhan atau

penyatuan tulang dimulai dengan pembentukan kallus, (Sjamsuhidajat &

wim de jong, 1998)

5. Gejala klinis

Menurut Oswari (1995), gejala klinis fraktur tibia dapat dibedakan sebagai

berikut:

a. Bentuk anggota badan yang diduga patah tampak berubah

Page 21: Askep Fraktur Tibia

b. Patah lengan atau tungkai bawah, menyebabkan anggota gerak tampak

lebih pendek

c. Anggota badan yang patah tidak dapat digerakkan

d. Anggota badan yang patah bila digerakkan akan terasa gesekan tulang

e. Daerah yang patah terasa sakit, bengkak dan berubah warna.

f. Gejala yang pasti ialah bila dibuat foto rontgent.

6. Penatalaksanaan

Menurut Brunner & suddarth (2002). Prinsip penanganan Fraktur meliputi:

a. Reduksi fraktur Adalah Mengembalikan fregmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis

b. Imobolisasi fraktur Adalah mempertahankan dalam posisi dan kesejajaran

yang benar sampai terjadi penyatuan, imobilisasi dapat dilakukan dengan

fiksasi ekterna dan interna.

c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi adalah segala upaya diarahkan

pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, reduksi dan imobilisasi

harus dipertahan kan sesuai dengan kebutuhan.

Page 22: Askep Fraktur Tibia

7. Fase Penyembuhan tulang

Menurut Sjamsuhidajat & Wim de jong (1998). fase penyembuhan tulang

meliputi:

a. Fase Hematoma

Proses penyembuhan yang terjadi dari proses perdarahan disekitar

patahan tulang, proses ini terjadi secara biologis alami pada setiap

patahan tulang.

b. Fase jaringan fibrosis

Hematoma akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis,

jaringan ini yang menyebabkan fregmen tulang saling menempel.

c. Fase Pembentukan Kallus

Jaringan fibrosis yang menempel pada patahan tulang akan membentuk

kodroid yang merupakan bahan dasar pembentukan tulang.

d. Osifikasi

Terjadi penulangan total yang disebabkan oleh kallus fibrosa menjadi

kallus tulang

Page 23: Askep Fraktur Tibia

e. Ree modelling

Kemampuan tulang unuk menyesuaikan bentuknya seperti bentuk

semula.

B. Konsep Dasar Teoritis Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematika untuk

mengumpulkan data atau informasi dan menganalisanya sehingga dapat

diketahui kebutuhan pasien.

a. Identitas Pasien

Identitas bertujuan untuk mengenal pasien yang perlu ditanyakan adalah

nama, umur (batas usia akan mempengaruhi dalam proses tindakan

pembedahan), pendidikan (pendidikan masyarakat yang rendah cenderung

memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap

menerima pelaksanaan kesehatan secara modern), pekerjaan dan alamat.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Merupakan suatu faktor yang penting bagi petugas kesehatan dalam

menegakkan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien.

Page 24: Askep Fraktur Tibia

Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan

banyak aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun,(Brunner &

suddarth, 2002)

c. Riwayat Penyakit dahulu

Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses

perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong, 1998)

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Fraktur bukan merupakan suatu penyakit keturunan akan tetapi adanya

riwayat keluarga dengan DM perlu di perhatikan karena dapat

mempengaruhi perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong,

1998)

e. Pola Kebiasan

1. Pola Nutrisi

Umumnya pola nutrisi pasien tidak mengalami perubahan, namun ada

beberapa kondisi dapat menyebabkan pola nutrisi berubah, seperti nyeri

yang hebat, dampak hospitalisasi terutama bagi pasien yang merupakn

pengalaman pertama masuk rumah sakit, (Doenges, 2000).

Page 25: Askep Fraktur Tibia

2. Pola Eliminasi

Pasien dapat cenderung mengalami gangguan eliminasi BAB seperti

konstipasi dan gangguan eliminasi urine akibat adanya program eliminasi

dilakukan ditempat tidur, (Doenges, 2000)

3. Pola Istirahat

Umumnya kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami

perubahan yang berarti, namun ada beberapa kondisi dapat menyebabkan

pola istirahat terganggu atau berubah seperti timbulnya rasa nyeri yang

hebat dan dampak hospitali, (Doenges, 2000)

4. Pola Aktivitas

Umumnya pasien tidak dapat melakukan aktivitas (rutinitas) sebagaimana

biasanya, yang hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur. Hal ini

dilakukan karena ada perubahan fungsi anggota gerak serta program

immobilisasi, untuk melakukan aktivitasnya pasien harus dibantu oleh

orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya ringan pasien masih dapat

melakukannya sendiri, (Doenges, 2000)

5. Personal Hygiene

Page 26: Askep Fraktur Tibia

Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun harus ada

bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat

tidur. (Doenges, 2000)

f. Riwayat Psikologis

Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas terhadap fraktur, selain itu dapat

juga terjadi ganggguan konsep diri body image, jika terjadi atropi otot kulit

pucat, kering dan besisik. Dampak psikologis ini dapat muncul pada pasien

yang masih dalam perawatan dirumah sakit. Hal ini dapat terjadi karena

adanya program immobilisasi serta proses penyembuhan yang cukup lama,

(Doenges, 2000)

g. Riwayat Spiritual

Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya tidak mengalami

gangguan yang berarti, pasien masih tetap bisa bertoleransi terhadap agama

yang dianut, masih bisa mengartikan makna dan tujuan serta harapan pasien

terhadap penyakitnya, (Doenges, 2000)

h. Riwayat Sosial

Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan

sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa

Page 27: Askep Fraktur Tibia

dirinya tidak berguna (terutama kalau ada program amputasi), (Doenges,

2000)

i. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan

dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara

berurutan dari kepala sampai kejari kaki.

1. Inspeksi

Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan, warna kulit pucat,

Laserasi, kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya faktur adanya

spasme otot dan keadaan kulit.

2. Palpasi

Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakan otot oleh sentuhan

kita adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit

biasanya terdapat nyeri tekan pada area fraktur dan di daerah luka

insisi.

3. Perkusi

Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.

Page 28: Askep Fraktur Tibia

4. Auskultasi

Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui struktur

berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada

pasien fraktur pemeriksaan ini pada areal yang sakit jarang dilakukan,

(Brunner & Suddarth, 2002)

j. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan leukosit urine

Bisa cenderung dapat terjadi formasi batu kemih yang menetap akibat

Program Immobilisasi.

b. Darah

Hitung darah lengkap: memotokrit mungkin meningkat, atau menurun

karena pendarahan bermakna pada sisi fraktur.

2. Rontgent

Untuk mengetahui secara pasti lokasi fraktur, luas fraktur, dan

menunjukkan jenis kerusakan sehingga dapat ditegakkan diagnosa pasti,

Page 29: Askep Fraktur Tibia

(Doenges, 2000)

2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

a. Data Subjektif

- Keluhan rasa nyeri yang hebat pada daerah Fraktur

- Kebas/ kesemutan

- Tangan sakit bila digerakkan

- Takut cacat

- Takut melakukan pergerakan

- Cemas yang berlebihan

b. Data Objektif

- Keadaan umum lemah

- Nyeri tekan pada daerah fraktur

- Ekpresi wajah meringis

- Menolak untuk melakukan pergerakan

Page 30: Askep Fraktur Tibia

- Penurunan kekuatan otot

- Pembengkakan jaringan pada sisi cedera

- Perdarahan pada daerah fraktur

- Adanya luka

- Cemas/ gelisah

Menurut Doenges (2000). Dari data diatas dapat dirumuskan kemungkinan

diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada pasien fraktur adalah:

1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integeritas

tulang ( fraktur)

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,

oedema dan cedera pada jaringan lunak

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integeritas kulit/ jaringan berhubungan

fraktur terbuka

Page 31: Askep Fraktur Tibia

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurang mengingat

3. Perencanaan Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integeritas

tulang ( fraktur)

Tujuan:

- Mempertahankan Stabilisasi

Kriteria;

- Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada posisi

fraktur

- Menunjukkan pembentukan kallus/ mulai penyatuan fraktur dengan tepat

Intervensi:

- Pertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai dengan indikasi

Page 32: Askep Fraktur Tibia

- Sokong dengan bantal/ gulungan selimut, pertahankan posisi netral pada

bagian yang sakit dengan bantal pasir

- Pertahankan posisi/ integritas traksi

- Bantu meletakkan beban dibawah roda tempat tidur bila diindikasikan.

Rasionalisasi

- Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/

penyembuhan

- Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi. Posisi yang

tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gip yang

kering.

- Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan

mengatasi tegangan otot/ pemendekan untuk memudahkan posisi/

penyatuan

- Membentuk posisi pasien dan fungsi traksi dengan memberikan

keseimbangan timbal balik

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,

oedema dan cedera pada jaringan lemak

Page 33: Askep Fraktur Tibia

Tujuan:

- Menyatakan nyeri hilang

Kriteria:

- Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.

- Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena

- Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan

cedera

- Lakukan dan awasi latihan tentang gerak pasif/ aktif

- Indentifikasi aktifitas terapeutik yang tepat untuk usia pasien,

kemampuan fisik dan penampilan pribadi

Rasionalisasi

- Menghilangkan nyeri dan mencegah kasalahan posisi tulang/ tegangan

jaringan yang cedera

- Meningkatkan aliran balik Vena, menurunkan oedema, dan menurunkan

nyeri

Page 34: Askep Fraktur Tibia

- Membantu untuk menghilangkan ansietas, pasien dapat merasakan

kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman cedera

- Mempetahankan kekuatan otot yang sakit dan memudahkan resolusi,

imflamasi pada jaringan yang cedera

- Mencegah kebosanan, menurunkan tegangan, dan dapat meningkatkan

harga diri, dan kemampuan Koping

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler

Tujuan :

- Meningkatkan/ mempertahankan mobilitas pada tingkat yang mungkin

Kriteria:

- Mempertahankan posisi fungsional

- Meningkatkan kekuatan/ yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh

- Menunjukkan tehnik yang mampu melakukan aktivitas

Intervensi

Page 35: Askep Fraktur Tibia

- Kaji derajat Imobilisasi yang dihasilkan oleh cedera/ pengobatan dan

perhatikan persepsi pasien terhadap immobilisasi

- Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/ rekreasi, pertahankan

rangsangan. contoh radio, TV, koran, kujungan keluarga/ teman

- Intruksikan pasien untuk/ bantu dalam rentan gerak pasien pada ekstremitas

yang sakit dan yang tidak sakit

- Berikan/ bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, tongkat, segera

mungkin intruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas

Raionalisasi

- Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/ persepsi diri tentang

keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/ intervensi untuk

meningkatkan kemajuan kesehatan

- Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan

kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/ harga diri, dan

membantu menurunkan isolasi sosial

- Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus

otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah gerak konfraktur

Page 36: Askep Fraktur Tibia

- Mobilitas diri menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan

penyembuhan dan normalisasi fungsi organ

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integeritas kulit/ jaringan berhubungan

fraktur terbuka

Tujuan:

- Menyatakan ketidak nyamanan hilang

Kriteria:

- Menunjukkan perilaku/ tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/

memudahkan penyembuhan sesuai indikasi

- Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/ penyembuhan lesi terjadi

Intervensi:

- Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing , kemerahan, pendarahan,

perubahan warna, kelabu, memutih

- Masase kulit dan penonjolan tulang, pertahankan tempat tidur kering dan

bebas kerutan

- Ubah posisi dengan sesering mungkin,

Page 37: Askep Fraktur Tibia

Rasionalisasi

- Memberiklan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin

disebabkan oleh pemasangan gip

- Menurunkan tekanan Pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit

- Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan

resiko kerusakan kulit.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan.

Tujuan:

- Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau

demam

Kriteria:

- Pasien mengutarakan nyeri pada luka berkurang

- Perawatan memberikan hasil yang baik

- Tanda infeksi tidak terjadi

Page 38: Askep Fraktur Tibia

Intervensi

- Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas

- Kaji sisi pen atau Kulit, perhatikan keluhan peningkatan nyeri/ rasa

terbakar atau adanya oedema, eritema, derainase/ bau tak enak

- Berikan perawatan pen atau kawat steril sesuai perotokol dan latihan cuci

tangan

- Intruksikan pasien untuk tidak menyebutkan sisi insersi

Rasionalisasi

- Pen/ kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi,

kemerahan/ abrasi (Dapat menimbulkan infeksi tulang)

- Dapat mengindientifikasikan timbulnya indikasi lokal atau nekrosis

jaringan, yang dapat menimbulkan oesteomiditis.

- Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi

- Meminimalkan kesempatan untuk kombinasi

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan

dengan kurang mengingat

Page 39: Askep Fraktur Tibia

Tujuan:

- Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan

Kriteria:

- Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan

- Menjelaskan alasan tindakan

Intervensi

- Dorong pasien untuk menjalankan latihan aktif / pasif

- Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis

- Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat

- Kaji ulang patologi, prognosis, dan harapan yang akan datang

Rasionalisasi

- Mencegah kekakuan sendi, kontraktur, dan kelelahan otot, meningkatkan

kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini

Page 40: Askep Fraktur Tibia

- Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh lengkap

dan kerja sama pasien dalam program pengobatan membantu untuk

penyatuan yang tepat dari tulang

- Menurunkan resiko trauma tulang atau jaringan dan infeksi yang dapat

berlanjut menjadi oesteomielitis

- Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan

informasi

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah pengolahan dari rencana keperawatan yang telah disusun

pada tahap perencanaan

Tujuan dari pelaksanaan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.

pelaksanaan perawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa perencanaan

perawatan pada pasien fraktur radius distal sinistra adalah:

1. Memberikan rasa nyaman pada pasien

2. Melakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan pasien

3. Mencegah terjadinya infeksi gangguan integeritas kulit

Page 41: Askep Fraktur Tibia

4. Membantu memenuhi kebutuhan pasien sehari- hari

5. Melibatkan peran serta anggota keluarga dalam tindakan

6. Memberikan penyuluhan dan bimbingan pada keluarga pasien, dan

memberikan dorongan pada pasien

5. Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran terhadap kebersihan dari rencana keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan pasien, evaluasi.

semua masalah yang dihadapi oleh pasien teratasi sebagian hal ini disebabkan

masih adanya luka bekas operasi yang tidak mungkin dapat disembuh dalam

dalam waktu yang sangat singkat dan nyeri yang dirasakan pasien belum

sembuh total, serta pasien belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri sesuai

dengan kriteria hasil yang diharapkan. Dan dari hasil evaluasi tersebut

didapatkan perubahan- perubahan pada pasien yang mengarah kepada kondisi

yang lebih dari sebelumnya. Seperti misalnya pada masalah Resiko terhadap

infeksi; tidak ditemukan adanya tanda- tanda infeksi

Page 42: Askep Fraktur Tibia

askep fraktur tibia

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Konsep Medis

1.    Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh,

yang biasanya di sebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang di tentukan jenis dan

luas trauma.(lukman 2007,hal 26)

            Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan dan atau tulang yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Arif Mansjoer, 2000, hal 346).

 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

(Brunner & Suddath, 2002, hal 2357).

Patah batang tibia merupakan fraktur yang sering terjadi dibanding fraktur batang tulang

panjang lainnya. (Sjamjuhidajat & Wim de Jong, 2004, hal 886)

            Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia fibula dan bagian

proksimal (kondilus), diafisis atau persendian pergelangan kaki. (Arif Muttaqin, 2008, hal 232).

Anatomi Fisiologi Tulang

a.    Anatomi Tulang

      Komponen utama jaringan tulang adalah mineral-mineral, kalsium, dan fosfat membentuk

suatu kristal garam ( hidrosiapatik), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.

Secara garis besar tulang dibagi -(Arif Muttaqin, 2008, hal 5)

Page 43: Askep Fraktur Tibia

1)    Tulang panjang (Long bone) misalnya femur, tibia, fibula, radius, ulna, dan humerus. Bentuknya

silindris dan berukuran panjang seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta, dengan

kedua ujungnya bulat (epifisis) tersusun atas tulang kondilus. Di daerah ini sangat sering

ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena di daerah ini merupakan daerah metabolik

yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan

pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.

2)    Tulang pendek (Short bone) misalnya tulang-tulang karpal

3)    Tulang pipih (Flat bone) misalnya tulang parietal, iga, scapula, pelpis.

4)    Tulang tak beraturan (Irregular bone) misalnya tulang vertebra

5)    Tulang sesamoid misalnya tulang patella

6)    Tulang sutura (Sutura bone) ada di atap tengkorak

Berdasarkan histologinya, pertumbuhan tulang terbagi dalam :

1)     Tulang imatur (non lameral bone, woven bone, fiber bone) terbentuk pada perkembangan

embrional dan tidak terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang imatur mengandung jaringan

kolagen.

2)    Tulang matur (matur bone, lameral bone) terbagi atas : tulang kortik (cortical bone, dense bone,

compact bone) dan tulang trabekular (cancellous bone, trabecular bone, sponngiosa). Secara

histologi, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel, jaringan kolagen dan

mukopolisakarida.

Secara umum bagian yang khas pada tulang panjang yaitu :

1)     Diafisis atau batang merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini

tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besar.

Page 44: Askep Fraktur Tibia

2)    Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama

disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah.

3)     Lempeng epifis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan

menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifis yang letaknya dekat sendi tulang panjang

bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan tulang terhenti.

b.    Fisiologi Tulang

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk

melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.

               Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel yaitu :

1)     Osteoblas berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresi sejumlah besar fosfat

alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang

yang dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan setelah mengalami patah

tulang.

2)     Osteosid adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran

kimiawi melalui tulang yang padat.

3)     Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks dapat

diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosid, osteoklas mengikis tulang. Set ini

menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang

melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada satu tingkat yang

konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan

Page 45: Askep Fraktur Tibia

dari pada absorpsi tulang. Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan

mekanis yang semakin meningkat. Pembentukan yang baru memerlukan matriks organik baru

sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.

2.    Etiologi

Fraktur disebabkan oleh :(Arif Muttaqin, 2008, hal 70)

a.    Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut dapat

mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat

komuniti dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

b.    Trauma tidak langsung

Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut

disebut trauma tidak langsung. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan

fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

      Fraktur juga dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir

mendadak, dan kontraksi otot ekstrim. (Brunner & Suddart, 2002, hal 2357)

Fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebih oleh tulang

( lukman 2007,hal 26)

Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh :

1)    Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang

2)    Usia penderita

3)    Kelenturan tulang

Page 46: Askep Fraktur Tibia

4)    Jenis tulang

Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteoporosis atau tumor

biasanya menyebabkan patah tulang.  (www.medicastore.com)

3.    Patofisiologi

Untuk mengetahui mengapa dan bangaimana tulang mengalami patah tulang, perawat perlu

mengenal anatomi dan fisiologi tulang untuk mengetahui lebih jauh, perawat harus mengetahui

keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.Tulang

kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan komprensi dan tekanan memutir (shearing).

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan, terutama tekanan

membengkok, memutar, dan menarik. (Chairudin rasjad,1998).

            Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi kemampuan tulang dalam

menahan tekanan. Tekanan pada tulang dapat berubah tekanan berputar yang menyebabkan

fraktur bersifat spiral atau oblik tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan

fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur

komuniti atau memecah misalnya pada badan vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak-

anak adalah trauma langsung yang disertai dengan retensi pada suatu jarak tertentu akan

menyebabkan fraktur oblik atau fraktur karena remuk, trauma karena tarikan pada ligament atau

tendon akan menarik sebagian tulang. (Arif Muttaqin, 2008, hal 70)

4.    Klasifikasi Fraktur

a.    Klasifikasi Etiologi

1)    Fraktur traumatik :Terjadi karena trauma yang tiba-tiba

Page 47: Askep Fraktur Tibia

2)     Fraktur patologis : Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di

dalam tulang.

3)    Fraktur stress : Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

b.    Klasifikasi Klinis

1)    Fraktur tertutup (closed) : fraktur yang tidak menyebab robeknya kulit atau kulit tidak tembus

oleh fragmen tulang.

2)       Fraktur terbuka (open/compound) : fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa

samapai kepatah tulang  terjadi kontaminasi dunia luar karena adanya perlukaan. 

a.      Grade I    : Luka bersih, panjang < 1 cm