fraktu femur fix
DESCRIPTION
bedahTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
FRAKTUR FEMUR
Oleh :
Fatwa Maratus 1118011040
Ferina Dwi Marinda 1118011044
Muflikha Sofiana Putri 1118011079
M Patrio Gondo Sucipto 0918011011
Preceptor :
dr. Edi Marudut, Sp.OT
SMF BEDAH
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
2
I. IDENTIFIKASI PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 72 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan Marinir
Alamat : Tanjung Karang, Bandar Lampung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bangsa : Jawa
Agama : Islam
No. MR : 425120
ANAMNESIS
Diambil dari alloanamnesis pada tanggal 22 Agustus 2015
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada paha kanan.
Keluhan Tambahan
-
Riwayat Penyakit
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan nyeri dan bengkak pada paha dan
tungkai bawah sebelah kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas ± 5 jam
SMRS. Awalnya pasien sedang mengendarai sepeda motor, lalu terserempet
mobil dari arah berlawanan di tikungan dengan kecepatan tinggi. Pasien mengaku
3
menggunakan helm dan jaket pelindung, tetapi bagian kaki kanan terbentur kuat
oleh mobil lalu motor yang dikendarai terjatuh ke arah kiri dengan bagian muka
terbentur aspal. Saat kejadian dan setelah kejadian pasien mengaku sadar dan
tidak ada mual dan muntah. Tetapi, terdapat darah keluar dari hidung, gigi seri
pasien patah, dan terdapat luka lecet pada bagian mata kaki kanan serta luka
memar pada daerah telapak tangan. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan
dirujuk ke RSAM.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat DM dan hipertensi dalam keluarga disangkal
Riwayat Masa Lampau
Penyakit Terdahulu : -
Trauma Terdahulu : -
Operasi : -
Sistem Saraf : -
System Kardiovaskuler : -
System Gastrointestinal : -
System Urinarius : -
System Genitalis : -
System Musculoskeletal : -
4
STATUS PASIEN
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Gizi : Gizi Baik
Kulit : Turgor Baik
TANDA VITAL
Nadi : 108 kali/ menit
RR : 24 kali / menit
Suhu : 36,8 0 C
Tekanan Darah : 110/70 mmhg
KEPALA DAN MUKA
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil simetris, isokor, refleks cahaya +/+
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : Bibir lebam dan tidak terdapat laserasi, lidah tidak kotor, sianosis (-), tampak perdarahan tidak aktif dari gusi
Telinga : Simetris, liang lapang, serumen (-)
LEHER
Tidak tampak adanya pembesaran pada kelenjar gondok, dan tidak
adapembesaran kelenjar getah bening. Nyeri tekan (-), tidak tampak adanya lesi.
5
DADA
Inspeksi : simetris, tidak ada pergerakan tertinggal, tidak terdapat luka lecet
Palpasi : masa (-), nyeri tekan (-).
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler
ABDOMEN
Inspeksi : perut datar, simetris, tidak terdapat luka lecet
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
REGIO LUMBAL
Dalam batas normal
EKSTERMITAS
Superior : edema (-/-), sianosis (-/-), terdapat luka lebam pada kedua telapak
tangan, gerak (+/+)
Inferior : edema (-/-), sianosis (-/-), terdapat vulnus excoreatum di mata
kaki, gerak (+/sulit dinilai)
STATUS LOKALIS
Regio Femur Dextra dan Tibia Dextra
Look :Pemendekan (+), Edema (+), Deformitas (+), Vulnus laceratum (-)
Feel :Nyeri Tekan (+), spasme otot sulit dinilai, NVD (+)
Move :Nyeri gerak aktif (+), Nyeri gerak pasif (+)
6
FOTO RONTGEN
RESUME
Pasien laki-laki usia 72 tahun datang ke RSAM pada tanggal 21 agustus 2015
dengan keluhan nyeri dan bengkak pada paha sebelah kanan setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas ± 5 jam SMRS. Awalnya pasien sedang mengendarai
sepeda motor, lalu terserempet mobil dari arah berlawanan di tikungan dengan
kecepatan tinggi. Pasien mengaku mengguanakan helm dan jaket pelindung, tetapi
bagian kaki kanan terbentur kuat oleh mobil lalu motor yang dikendarai terjatuh
7
ke arah kiri dengan bagian muka terbentur aspal. Saat kejadian dan setelah
kejadian pasien mengaku sadar dan tidak ada mual dan muntah. Tetapi, terdapat
darah keluar dari hidung, gigi seri pasien patah, dan terdapat luka lecet pada
bagian mata kaki kanan serta luka memar pada daerah telapak tangan. Kemudian
pasien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSAM. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 110/70, nadi 108x, RR 24x, T 36,8°C; pada bibir terdapat lebam
dan perdarahan tidak aktif pada gusi; dada, abdomen, genitalia, flank area dbn;
pada status lokalis regio femur dextra didapatkan hasil inspeksi berupa
pemendekan (+), edema (+), deformitas (+), vulnus laceratum (-), pada feel
didapatkan nyeri tekan (+), spasme otot sulit dinilai, NVD (+), dan move
didapatkan nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+).
DIAGNOSIS KERJA
Fraktur os femur 1/3 distal segmental oblique transversal ad latum + fraktur os
tibia proximal incomplete cum contractionum tertutup dextra
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
Konservatif:
Pasang bidai
IVFD RL XX gtt/m
Ciprofloxacin 200mg/12 jam
Ketorolac 10mg/ 8 jam
Operatif:
R/ ORIF
8
PEMERIKSAAN ANJURAN
Foto rontgen 2 posisi (AP+Lateral) Regio femur dan cruris, serta regiothorax,
laboratorium
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi Femur
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi
tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang
menggerakkan kerangka tubuh. Ruang di tengah tulang-
tulang tertentu berisi jaringan hemapoetik, yang membentuk
berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer
untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan
mempunyai lima fungsi utama, yaitu :
a. Membentuk rangka badan.
b. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot.
c. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan
mempertahankan alat-alat dalam, seperti otak, sumsum
tulang belakang, jantung, dan paru-paru.
d. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan
garam.
e. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemapoetik
untuk memproduksi sel-sel darah merah , sel-sel darah
putih, dan trombosit.
Os femur terdiri atas Caput Corpus dan collum dengan ujung
distal dan proksimal. Tulang ini bersendi dengan acetabulum
dalam struktur persendian panggul dan bersendi dengan
tulang tibia pada sendi lutut. Os femur atau Tulang paha atau
tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar pada
tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh.
10
Tulang paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis proximalis,
diaphysis, dan epiphysis distalis.
Gambar 2. Os Femur Sinistra
a. Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput
femoris yang punya facies articularis untuk bersendi
dengan acetabulum ditengahnya terdapat cekungan
disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai
collum femoris yang kemudian disebelah lateral membulat
disebut throcantor major ke arah medial juga membulat
kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua
bulatan major dan minor ini dihubungkan oleh garis yang
disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat dari
belakang, kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut
crista intertrochanterica. Dilihat dari belakang pula, maka
disebelah medial trochantor major terdapat cekungan
disebut fossa trochanterica.
11
b. Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus.
Penampang melintang merupakan segitiga dengan basis
menghadap ke depan. Mempunyai dataran yaitu facies
medialis, facies lateralis, facies anterior. Batas antara
facies medialis dan lateralis nampak di bagian belakang
berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian
proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut
tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu
labium mediale dan labium laterale, labium medial sendiri
merupakan lanjutan dari linea intertrochanrterica. Linea
aspera bagian distal membentuk segitiga disebut planum
popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis
disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat
foramen nutricium, labium medial lateral disebut juga
supracondylaris lateralis/medialis.
c. Epiphysis distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus
medialis dan condylus lateralis. Disebelah proximal
tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah bulatan
kecil disebut epicondylus medialis dan epicondylus
lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan linea
aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran
sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi
dengan os. patella. Intercondyloidea yang dibagian
proximalnya terdapat garis disebut linea intercondyloidea.
2. Fraktur Femur
Definisi dan Etiologi
Fraktur adalah pemecahan suatu bagian, terutama pada
tulang atau terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan.
Sedangkan pada fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas
12
tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang / osteoporosis.4,5
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang,
dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan
tulang, dan mayoritas fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.
Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan
kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung
dan tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi
benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat
itu, dan secara tidak langsung apabila titik tumpu benturan
dengan terjadinya fraktur berjauhan (Rahmad, 1996 ).
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi
menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
1. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap
tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya.
2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada
jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan
tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang
mendadak dari otot yang kuat.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit
dimana dengantraumaminor dapat mengakibatkan fraktur
dapat juga terjadi pada berbagai keadaanberikut :
13
1. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan
baru yang tidak terkendali dan progresif.
2. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai
akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu
proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua
jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi
diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan
kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan :
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas
dikemiliteran.
Klasifikasi
Farktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,
dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur
lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan
tulang. Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan
fraktur :6
a. Sudut patah
b. Fraktur Multipel pada satu tulang
c. Fraktur Impaksi
d. Fraktur Patologik
e. Fraktur Beban
14
f. Fraktur Greenstick
g. Fraktur Avulsi
h. Fraktur Sendi
Oblik /miring Kominuta Spiral Majemuk
Angulasi dan oposisi adalah dua istilah yang sering dipakai untuk
menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi
dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukkan
derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang harus
diberikan. Oposisi menunjukkan tingkat pergeseran fraktur dari
permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan beberapa
proporsi satu fragmen tulang patah yang menyentuh permukaan
frakmen tulang lainnya.
Gambaran Klinis
Fraktur dewasa adalah patah tulang diafisis femur biasanya
perdarahan dalam cukup luas sehingga dapat menimbulkan
syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja
karena nyeri tetapi juga ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh
tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan
bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat perdarahan
dalam jaringan lunak.5
15
Diagnosis
Pemeriksaan yang dilakukan dalam menegakkan diagnosis :2
a. Riwayat penderita
Menggali gejala/keluhan yang membuat pasien datang untuk
diperiksa seperti riwayat trauma; waktu, cara, lokasi
terjadinya trauma. Sifat nyerinya, riwayat penyakit lainnya
serta latar belakang sosialnya.
b. Pemeriksaan fisik
Status generalis dan status lokalis
Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.
Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur.
Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit
krepitasi.
c. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaanmenggunakan sinar Rontgen (X-ray) untuk
mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang, oleh karena itu minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu
antero posterior (AP) atau AP lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) atau indikasi untuk
memperlihatkan patologi yang dicari, karena adanya
superposisi. Untuk fraktur baru indikasi X-ray adalah untuk
melihat jenis dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu
tampak seluruh bagian tulang (kedua ujung persendian).
d. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, GDS, CT/BT.
Penatalaksanaan
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting
untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway),
16
proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah
terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah
lagi , baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara
terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan
untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden
period 1-6 jam , bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin
besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat ,
singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto radiologis.
Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan
lunak selain memudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer,
2000).
Pengobatan yang dapat diberikan pada fraktur batang femur :2
1. Terapi konservatif
a. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum
dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
b. Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada
sendi lutut. Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat
komunitif dan segmental.
c. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi
union fraktur secara klinis.
2. Terapi operatif
a. Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur
proksimal dan distal femur.
b. Mempergunakan k-nail, AO-nail, atau jenis-jenis lain baik
dengan operasi tertutup ataupun terbuka.
c. Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur
komunitif. Infected pseudoartrosis atau fraktur terbuka
dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.
17
Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan
dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting
atau cast bracing mempunyai banyak kerugian karena waktu
berbaring lebih lama, meski pun merupakan penatalaksanaan
non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini
banyak dilakukan pada orang dewasa (Mansjoer, 2000).Bila
keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat
dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini:
a. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan
otot. Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi
atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas
dan mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan beban
untuk menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang
sudah jarang digunakan. Traksi longitudinal yang memadai
diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan
mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di
posterior untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak
dengan fraktur femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita
yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar.
b. Fiksasi interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk
menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-
pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan pengobatan terbaik
untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi
(Djuwantoro, 1997).
c. Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/
trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan
18
(immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan
menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang ditempatkan di
daerah sekeliling tulang (Anonim, 2010).
d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk
membungkus secara keras daerah yang mengalami patah
tulang. Pemasangan gips bertujuan untuk menyatukan kedua
bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara
mengimobilisasi tulang yang patah tersebut (Anonim, 2010).
Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada
tulang , sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan
penahanan beban secara lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam
tiga keputusan yang sederhana : reduksi, mempertahankan dan
lakukan latihan.
Menurut (Carter, 2003) jika satu tulang sudah patah, jaringan
lunak di sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah dari tulang,
dan terjadi perdarahan yang cukup berat dan bekuan darah akan
terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan darah akan membentuk
jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang
primitif (osteogenik) dan berdiferensiasi menjadi krodoblas dan
osteoblas. Krodoblas akan mensekresi posfat, yang merangsang
deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) disekitar lokasi
fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan
lapisan kalus dari fragmen tulang dan menyatu.Penyatuan dari
kedua fragmen terus berlanjut sehingga terbentuk trebekula oleh
19
osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi
lokasi fraktur.
Komplikasi
1. Komplikasi dini :
a. Syok; dapat terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur
bersifat tertutup.
b. Trauma pembuluh darah besar
c. Trauma saraf
d. Infeksi
2. Komplikasi lanjut
a. Delayed union
b. Nonunion
c. Malunion
d. Kaku sendi lutut
e. Refraktur
3. Skin Traction dan Skeletal Traction
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh.
Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk
mereduksi, menyejajarkan, mengimobilisasi fraktur,
mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di
antara kedua permukaan patahan tulang. Untuk itu, traksi
diperlukan untuk reposisi dan imobilisasi pada tulang
panjang.
Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi
sebenarnya, penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi
kelainan bentuk atau perubahan bentuk. Penanganan nyeri
dan pencegahan komplikasi adalah dua kunci tugas perawat
dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi
20
berhubungan dengan penggunaan traksi dan pembatasan
gerak, jika klien obesitas, cachetic, tua, anak muda, diabetes,
dan perokok.
Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari
satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Efek
traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X dan
mungkin diperlukan penyesuaian. Indikasi traksi adalah
pasien fraktur dan atau dislokasi. Bila otot dan jaringan lunak
sudah rileks, berat yang digunakan harus diganti untuk
memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.
Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku
Aztec dan mesir menggunakan traksi manual dan membuat
splint dari cabang pohon dan Hippocrates (350 BC) menulis
tentang traksi manual dan tahanan ekstensi dan ekstensi
yang berlawanan. Pada tahun 1340 ahli bedah Perancis
bernama Guy de Chauliac menulis tentang traksi isotonic
dengan berat yang ditahan pada kaki tempat tidur pasien,
tetapi akibat pertimbangan praktek hal ini dilakukan hingga
tahun 1829 ketika traksi berkesinambungan diaplikasikan
secara luas. Sekitar tahun 1848 Josiah Crosby seorang klinisi
amerika merupakan orang yang pertama mempromosikan
dan menunjukkan traksi kulit yang lebih efektif tidak hanya
sebagai terapi dari fraktur melainkan juga untuk menanani
deformitas panggul. Hal ini merupakan aplikasi yang
membuat perhatian Gurdon Buck yang pada tahun 1861
melalui pengetahuannya terhadap kerja Crosby mempunyai
traksi kulit yang dinamakan nama dirinya sendiri. Hal ini tidak
dilakukan hingga pada tahun 1921 seorang ahli bedah
Australia Hamilton Russel meluaskan konsep traksi Buck
dengan menggunakan doktrin Pott’s (1780) bahwa fraktur
21
tungkai harus ditempatkan pada posisi pada otot yang
relaksm dinamakan fleksi panggul dan lutut, dengan
mengembangkan traksi Hamilton Russel.
Penggunaan Traksi telah didokumentasikan melalui banyak
literature. Traksi digunakan untuk mempromosikan
istirahat/imobilisasi, dimana membuat kelurusan tulang dan
penyembuhan jaringan lunak menyembuh. Hal ini membantu
dalam mengistirahatkan inflamasi yang ada dan mengurangi
nyeri. Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi
sebenarnya tetapi juga tahanan yang dikenal sebagai
kontertraksi, dorongan pada arah yang berlawanan,
diperlukan untuk keefektifan traksi, kontertraksi mencegah
pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi. Tanpa hal itu,
spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua
keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja. Ada dua tipe
dari mekanik untuk traksi, dimana menggunakan Kontertraksi
dalam dua cara yang berbeda. Yang pertama dikenal dengan
traksi keseimbangan, juga dikenal sebagai traksi luncur atau
berlari. Disini traksi diaplikasikan melalui kulit pasien atau
dnegan metode skeletal. Berat dan katrol digunakan untuk
mengaplikasikan tahanan langsung sementara berat tubuh
pasien dalam kombinasi dengan elevasi dari dorongan
tempat tidur traksi untuk menyediakan kontertraksinya yang
disebut dengan traksi Bucks.
Traksi fixed dan kontertraksi dimasukkan diantaran 2 point
cocok yang tidak membutuhkan berat atau elevasi tempat
tidur untuk mencapai traksi dan kontertraksi. Splint Thomas
merupakan contoh dari system traksi ini. (Komponen Mekanis
dari system traksi, katrol (pulley), tahanan vector dan friksi,
terkait dengan beberapa factor : cara dimana kontertraksi
22
diaplikasikan dan sudut, arah, serta jumlah tahanan traksi
yang diaplikasikan. Sudut dan arah dorongan traksi
bergantung pada posisi katrol dan jumlah efek katrol sama
dengan jumlah dorongan yang diaplikasikan. Ketika dua
katrol segaris pada berat traksi yang sama maka disebut
dengan ‘block and tackle effect” hamper menggandakan
jumlah dari tahanan dorongan. Tahanan vector diciptakan
dengan mengaplikasikan tahanan traksi pada dua yang
berebda tetapi tidak berlawanan terhadap sisi tubuh yang
sama. Hasil ini menghasilkan tahanan ganda untuk dorongan
traksi yang actual.
Fiksasi selalu ada dalam setiap system traksi. Friksi
memberikan resistansi terhadap dorongan traksi mala
mengurangi tahanan traksi. Hal ini diperlukan untuk
meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun kemungkinan
nantinya. Kita dapat mnggunakan traksi : (1) untuk
mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai, atau (2)
untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka
bersatu, atau, (3) untuk melakukan kedua hal tersebut,
satunya diikuti dengan yang lain. Untuk mengaplikasikan
traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk
mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman,
untuk beberapa minggu jika diperlukan. Ada dua cara untuk
melakukan hal tersebut : (1) memberi pengikat ke kulit
(traksi kulit). (2) dapat menggunakan Steinmann pin, a
Denham pin, atau Kirschner wire melalui tulangnya (traksi
tulang). Tali kemudian digunakan untuk mengikat
pengikatnya, pin atau wire, ditaruh melalui katrol, dan
dicocokkan dengan berat. Berat tersebut dapat mendorong
pasien keluar dari tempat tidurnya, sehingga kita biasanya
membutuhkan traksi yang berlawanan dengan meninggikan
23
kaki dari tempat tidurnya. Salah satu dari tujuan utama dari
traksi adalah memperbolehkan pasien untuk melatih ototnya
dan menggerakkan sedinya, jadi pastikan bahwa pasien
melakukan hal ini. Traksi membutuhkan waktu untuk
diaplikasikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah
datur dengan asisten. Traksi kebanyakan berguna pada kaki.
Dilengan hal ini masih kurang nyaman, tidak meyakinkan,
sulit untuk dijaga, dan frustasi untuk pasien. Untuk kesemua
alasan ini, traksi lengan hanya digunakan dalam keadaan
pengecualian yang lebih jauh.
Jenis-Jenis Traksi
Klasifikasi Traksi didasari pada penahan tubuh yang dicapai :
a. Traksi skeletal
Traksi skeletal adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan
tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan
traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam. Traksi ini
menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung
ke sekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah
dimasukkan kedalam tulang . Untuk melakukan ini berat yang
besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk
fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat
lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan
traksi jangka panjang. Indikasi traksi kulit diantaranya adalah
untuk anak-anak yang memerlukan reduksi tertutup, traksi
sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5
kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya
adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta
peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
Beberapa keuntungan pemakaian traksi, yaitu: menurunkan
nyeri akibat spasme otot, mengoreksi dan mencegah
24
deformitas, mengimobilisasi sendi yang sakit, difraksi penyakit
(dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi),
mengencangkan pada perlekatannya. Namun pemilihan
metode traksi ini juga mempunyai kerugian diantaranya:
perawatan yang lebih lama, mobilisasi terbatas, penggunaan
alat-alat lebih banyak. Komplikasi yang ditimbulkan juga harus
diperhatikan: dekubitus, kongesti paru/pneumonia, konstipasi
dan anoreksia, trombosi vena profunda, stasis dan infeksi
saluran kemih
Gambar 1. Traksi Skeletal
b. Traksi kulit (skin traksi)
Traksi kulit (skin traksi) adalah menarik bagian tulang yang
fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit
untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan
spasme otot pada bagian yang cedera dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48-72 jam). Kulit hanya mampu
menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika
dibutuhkan lebih dari ini maka diperlukan traksi melalui tulang.
Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang
dewasa. Jika lebihdari ini tahanan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksitulang mungkin
diperlukan.
25
Traksi kulit menunjukkan dimana dorongan tahanan
diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui
jaringan lunak. Hal ini bisa dilakukan dalam cara yang
bervariasi : ekstensi adhesive dan non adhesive kulit, splint,
sling, sling pelvis, dan halter cervical. Dikarenakan traksi kulit
diaplikasikan kekulit kurang aman, batasi kekuatan tahanan
traksi. Dengan kata lain sejumlah berat dapat digunakan.
Berat harus tidak melebihi (3-4 kg) . Traksi kulit digunakan
untuk periode yang pendek dan lebih sering untuk manajemen
temporer fraktur femur dan dislokasi serta untuk mengurangi
spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan. Traksi yang
dilakukan dengan melakukan tarikan pada fragmen fraktur
melalui kulit.
Traksi kulit biasanya digunakan sebagai terapi sementara
(temporary splint) karena keterbatasan pembebanan atau
daya tarikan (maksimal beban 6 kg) dan usia traksinya
tidak tahan lama (biasanya traksi kulit harus diganti
maksimal 2 minggu). Namun traksi kulit juga dapat
digunakan sebagai terapi definitif, misalnya pada terapi
fraktur femur pada anak usia 5 tahun dengan Bryant
traction, atau pada usia di atas 5 tahun dengan Hamilton-
Russell traction. Komplikasi traksi kulit meliputi :
kerusakan pada kulit (bulae) dan cedera saraf tepi
(cedera nervus peroneus).
Indikasi untuk traksi kulit:
1. Anak-anak
2. Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre
operasi
3. Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
26
4. Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea
tersebutIndikasi Traksi Skeletal
5. Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
6. Kerusakan kulit membutuhkan dressings
7. Jangka panjang Counter Traction
Gambar 2. Traksi Kulit
Gambar 3. Traksi kulit
Komplikasi traksi kulit :
1). Distal oedema
2). Kerusakan vaskular
27
3). Peroneal nerve palsy
4). Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen.
Management nyeri merupakan bagian penting dalam
perawatan. Nyeri dapat dinilaidengan menggunakan skala
1-10 dan pasien harus diberianalgetik sebelum
nyerimenjadi lebih parah. Beri pendidikan kesehatan
untuk mencegah ketakutan. Sama dengan pasien yang
imobilisasi ada tingginya resiko untuk konstipasi tidak
hanya menghasilkanimobilitas tetapi juga kombinasinya
dengan ambilan analgetik dan untuk pasien
traksiterutama tantangan dalam nyeri, ditambah dengan
malunya mereka untuk membukaususnya ditempat tidur
c. Traksi manual
Traksi manual merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan
lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang
dengan kawat atau pins. Traksi ini menunjukkan tahanan
dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang di
bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka.
Dorongan ini harus constant. Traksi manual digunakan
untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi
plesrer atau selama pembedahan. Hal ini juga digunakan
selama pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan secara
temporal melepaskan berat traksi. Traksi ini merupakan
lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan
secara langsung pada tulang dengan kawat atau
pins.Traksiini menunjukkan tahanan dorongan yang
diaplikasikan terhadap seseorang di bagian tubuh yang
28
terkena melaluitangan mereka. Dorongan ini harus
constant. Traksi manual digunakan untuk mengurangi
fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama
pembedahan.Hal ini juga digunakan selama pemasangan
traksi dan jika ada kebutuhan secaratemporal melepaskan
berat traksi
d . Traksi tulang
Hindari traksi tulang pada anak-anak. Plate pertumbuhan
dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang. Setiap
tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika traksi
mendorongtungkai kedistal pasien akan meluncur turun
melalui katrol, dan traksi tidak akan menjadiefektif.
Berikan tahanan yang berlawanan dengan meninggikan
kaki dari kasur pada blok tertentu. Dengan merubah
tempat tidur pada arah berlainan tendensi untuk
meluncur akan ditahan. Pada traksi servikal sisi depan
dari tempat tidur harus ditinggikan, dan dengantraksi
Dunlop sisi tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan
elevasi.
Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak karena
growth plate dapat dengan mudah rusak akibat pin
tulang. Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang
memerlukan beban > 5 kg, terdapat kerusakan kulit, atau
untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi
diperlukan untuk melawan gaya traksi, yaitu misalnya
dengan memposisikan tungkai lebih tinggi pada traksi
yang dilakukan di tungkai. Traksi yang dilakukan dengan
melakukan tarikan pada fragmen fraktur melalui tulang
(memasang steimann pin pada tulang).
29
Traksi tulang dapat digunakan sebagai terapi definitif.
Contoh traksi tulang definitif yaitu Balance Skeletal
Traction pada fraktur femur. Komplikasi yang sering
timbul pada traksi tulang adalah : infeksi pada pin (pin
tract infection) dan pin yang kendur (pin loosening).
Sedangkan komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah
komplikasi umum terapi konservatif pada fraktur yaitu
yang lebi dikenal sebagai fracture disease terdiri dari :
kekuatan sendi (joint stiffness), osteoporosis (disuse
osteoporosis) dan atropi otot.
Gambar 4. Contoh traksi tulang
e. Traksi Buck
Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan
menggunakan dorongan padasatu tempat terhadap
ekstremitas bawah melalui perluasan kulit. Traksi Buck
digunakansebagai pengukuran jangka pendek dengan
tahanan traksi yang dibutuhhkan untuk imobilisasi fraktur
panggul sebelum pembedahan dan mengurangi spasme
otot. Hal ini juga bisa digunakan untuk dislokasi
panggul,kontraktur panggul dan lutut, fraktur tidak
30
berpindah asetabulum dan nyeri pinggang bawah
bilateral. Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan
kaki lurus pada posisi alami, dimana melalaikan abduksi.
Pembungkus kemudian diaplikasikan dan tahanan traksi
digunakan segaris dengan panjang aksis kakimelalui tali
yang diikat di kaki dari perluasan melewati katrol pada
akhir tempat tidur yang dihubungkan dengan pemberat.
Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan traksi tetapi
bertindak untuk merubah arah dorongan untuk bekerja
dengan gravitasi. Kontertraksi dicapai dengan
mengelevasikan kaki dari tempat tidur pada
ketinggiantertentu untuk mencegah pasien terjatuh dar
tempat tidur.Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien
adalah hal yang penting untuk mempunyai keseimbangan
antara tahanan traksi dengan tahanan kontertraksi. Jika
tempattidur butuh untuk dielevasikan terlalu tinggi untuk
mencegah pasien terdorong daritempat tidur maka
pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk ditinjau
ulang.
Metode
Kulit dipersiapkan dan dicukur- harus sampai kering.
Balsem Friar dapat digunakan untuk meningkatkan adhesi.
Pengikat yang tersedia secara komersil diaplikasikan
kekulit dan luka dengan lapisan yang overlap. Perban harus
tidak melebihi diatas tingg fraktur.
Bahaya Traksi Kulit
1. Distal Oedema
2. Kerusakan vaskular
3. Perineal nerve palsy
31
4. Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen
Hindari timbulnya komplikasi dalam keinginan untuk
mencoba meningkatkan adhesi dengan mengikat perban
lebih ketat. Perfusi Jaringan yang Berubah, Bahaya untuk
deep vein thrombosis (DVT) atau pulmonary embolism (PE)
merupakan masalah yang sering. Pernafasan yang dalam
dan latihan pompa siku sama halnya dengan penggunaan
stocking dan terapi antikoagulan merupakan cara untuk
mencegah hal ini terjadi.
f. Sistem Katrol Multiple
Dalam banyak keadaan katrol yang multioel digunakan,
sehingga mengurangi berat amatlah diperlukan. Katrol
multiple seringkali digunakan pada traksi pelvis
dimanatahanan tinggi (biasanya lebih dari 40 kg) dapat
diperlukan. Jika triple dan dobel blok dgunakan dalam
gambar hanya 405 atau 8 kg, dibutuhkan untuk dapat
mencapai 40 kg. Penaik turun katrol diperlukan.
g. Traksi Gallow
Traksi dari Gallow atau traksi dari Brayant, dipergunakan
pada fraktur femur anak-anak usia di bawah 2 tahun.
Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan
fraktur femur. Indikasi Traksi Gallow’sBerat anak-anak
harus kurang dari 12 kg. Fraktur femur Kulit harus intak.
Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan
dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang
istimewa. Compromise vascular merupakan bahaya
32
terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya harus
diangkat jangan mengenai tempat tidur.
Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan
fraktur femur. Indikasi Traksi Gallow’s:
1. Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg
2. Fraktur femur
3. Kulit harus intak
Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan
dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang
istimewa. Compromise vascular merupakan bahaya
terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Bagian bokong
pantatnya harus diangkat jangan mengenai tempat tidur.
2. Traksi dalam orthopedi
a. Bucks extension
1). Traksi kulit
2). Sering pada ekstremitas inferior
3). Digunakan pada fraktur femur, pelvis dan lutut
33
Gambar 5. Traksi Bucks extension
b. Bryant’s traction
1). Disebut juga Gallow’s traction
2). Pada anak < 1 tahun
3). Dislokasi sendi panggul
4). Skin traksi
Gambar 6. Bryant’s traction
c. Weber Extensionsapparat
34
1). Traksi kulit dan traksi skeletal
2). Fraktur batang femur pada anak-anak
Gambar 7 b. Weber Extensionsapparat
d. Cotrel traction
1). Untuk terapi skoliosis
2). Tindakan pendahuluan sebelum operasi dan
pemasangan gips
35
Gambar 8. Traksi cotrel
e. Ducroquet extension
1). Pada skoliosis
2). Sebagai persiapan untuk operasi
Gambar 9. Ducroquer extension
f. Dunlop traction
1). Pada fraktur supracondylar humerus
36
2). Lengan tangan digantung dengan skin traksi
Gambar 10. Dunlop traction
g. Russell traction
1). Suatu balanced traction
2). Skin traksi
3). Kegunaannya pada orangtua dengan fraktur pelvis
dan pada anak-anak dengan fraktur femur
37
Gambar 11 Russell traction
h.Cervical traction
1). Untuk traksi leher
2). Pada pasien duduk atau tiduran
3). Secara continous atau secara intermittent
38
Gambar 12. Cervical traction
i. Halo-Femoral traction
1). Traksi berlawanan pada kepala dan femur
2). Digunakan alat Crutchfield Tongs
Gambar 13. Halo-Femoral traction
j. Well-Leg traction
1). Gips pada kedua kaki dengan batang yang
menghubungkan keduanya.
2). Digunakan pada fraktur femur
39
Gambar 14. Well-Leg traction
k. 90-90 traction
1). Traksi secara skeletal
2). Digunakan pada fraktur femur
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk
merawat anak- anak usia 3 tahun sampai dewasa
muda. kontrolterhadap fragmen – fragmen pada
fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan
dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat
bergerak dengan cukup bebas diatas tempat tidur
l. Fisk traction
1). Digunakan pada fraktur supracondylair femur
2). Dengan bantuan Thomas Splint yang dimodifikasi
3). Traksi skeletal
40
Gambar 15. Fisk traction
Perbedaan Traksi Kulit dan Traksi Tulang
Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada
orang dewasa. Jika lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan
untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi tulang
mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak-
plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin
tulang.
Indikasi untuk Traksi Kulit:
1. Anak-anak : (Traksi temporer) hanya untuk beberapa hari,
missal pre operasi
2. Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
3. Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
Indikasi untuk Traksi Skeletal
1. Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
2. Kerusakan kulit membutuhkan dressings
3. Jangka panjang
41
Fraktur Femur Pada Anak yang lebih Besar
Anak lebih besar dengan fraktur femur dapat ditangani dengan
traksi kulit dengan splint Thomas. Tidak seperti orang dewasa
lutut harus dijaga lurus pada splint Thomas. Cincin dari splint
Thomas harus membuat pembersihan dua jari pada semua sisi-
dicoba pada kaki yang sehat untuk dicocokkan sebelum
diaplikasikan. Pengikatan kulit diaplikaskan dan splint Thomas
dipasangkan. Tali dari pengikat di ikat hingga akhir dar splint
tHomas. Tungkai diistirahatkan pada tiga strip falnnerl untuk
menjaga keamanan pin. Sling Master merupakan strip flannel
yang diarahkan kedistal fraktur. Sling ini bisa ditambahkan
sehingga garis akhir fraktur pada ruang vertical. Traksi
longitudinal membutuhkan tambahan setiap hari pada minggu
pertama. Simpul dari akhir splint Thomas dilonggarkan. Kualitas
reduksi dikonfirmasikan dengan X ray.
Splint Thomas ditahan dari Frame Balkan. Frame ini ditempelkan
ke tempat tidur. Tungkai dengan splint Thomas ditahan dari
puncak dengan maksut berat berlawanan. Traksi longitudinal
menggunakan tekanan pada sudut dan berat yang lebih jauh
ditempatkan melalui katrol dari frame Balkan. Hal ini segaris
dengan panjang aksis tungkai di kaki dari tempat tidur.
Perlawanan ini bertindak sebagai tahanan reaktif dari sudut yang
digenerasikan oleh traksi kulit.
Fraktur Femur Pada Orang Dewasa
Hal ini membutuhkan pin skeletal. Pada beberapa rumah sakit,
Denham merupakan pin yang paling sering digunakan. Ia
42
mempunyai porsi tengah ulir yang dijaganya pada tibia. Untuk
fraktur femur pin Denham melalui tibia proksimal, Selalu
memasukkan dari lateral ke medial pada tibia proksimal,
sebagaimana saraf peroneal tidak terkendali dan tempat
keluarnya tidak bisa diprediksikan. Pada beberapa keadaan
femur distal, atau bahkan kalkaneus dapat digunakan.
Splint Thomas diperiksa apakah cocok dengan mencoba pada
kaki yang sehat diaplikasikan. Tiga sling flannel diamankan
dengan keamanan pin dibawah paha. Satu dari splint master
dibawah fraktur. Tekanan yang benar pada sling ini akan
menggarisi fraktur pada sisi lateral. Lutut dapat difleksikan
dengan menggunakan splint fleksi Pearson yang ditempelkan ke
splint Thomas pada daerah lutut. Fleksi lutut yang diinginkan
dapat dijaga dengan tali pada akhirnya dibawa dari splint
Thomas ke Perlengketan Pearson. Tali dari pin Denham apakah
harus diikat secara distal ke splint tHomas (traksi statis) atau
mereka dapat dinaikkan melalui katrol pada akhir dari frame
Balkan (traksi dinamis). Pada semua kasus diawali dengan 7 kg
(atau 10% berat badan) pada panjang aksis femur. Hal ini
melawan trakian dari otot paha. Sebagaimana halnya dengan
anak-anak, traksi dibuat seimbang dengan sistem katrol pada
tungkai horizontal frma Bahkan untuk membuat pasien dapat
menggerakkan tungkainya.
Bed Blocks harus ditempatkan dibawah kaki dengan semua tipe
traksi diatas. Meninggikan kaki dari tempat tidur beberapa
sentimeter memberikan tahanan counter untuk mencegah
pasien terdorong secara distal dari tempat tidur oleh traksi
longitudinal.
Traksi Servikal
43
Halter TractionTraksi halter digunakan untuk traksi servikal
jangka pendek. Penggunaannya meliputi cedera leher minor
tanpa kejelasan adanya fraktur contoh spasme otot leher, terapi
conservative dari lesi di diskus servikal. Anak dengan fraktur
servikal juga dapat ditangani dtanpa pin skeletal sebagaimana
tulang mereka terlalu rapuh terhadap pin.
Masalah Traksi Halter:
1. Tidak nyaman
2. Nyeri di Tempero-mandibular
3. Kontraoindikasi pada fraktur mandibula
4. Sulit untuk mengontrol fleksi dan ekstensiFleksi Extensi X
Ray Cervical
5. Jika pasien mempunyai x-ray cervical yang normal, tetapi
mempunyai spasme otot leher, gambaran fleksi ekstensi
dapat diperlukan untuk menyingkirkan instabilitas yang
serius dari tulang servikal. Traksi Halter merupakan cara
yang baik untuk meredakan spasme sebelum X-Ray dapat
dilakukan. Pasien yang dimasukkan dan ditempatkan
dalam traksi Halter hingga leher bebas dari spasme otot.
Pasien harus tidak mempunyai rasa nyeri ketika leher
difelksikan ataupun diekstensikan. Jika gejala neurologis
seperti paraesthesia timbul maka X-Ray tidak perlu
dilakukan.
Traksi Skeletal
Pada cedera servikal yang lebih serius, penjepit tulang kepala
seperti caliper Cones diinndikasikan. Indikasi termasuk terapi
konservatif dari fraktur servik dan dislokasi.
Metode Traksi Lain
44
Traksi Dunlop
Penggunaan utama dari Traksi Dunlop adalah untuk maintenance
reduksi fraktur supracondylus humerus pada anak. Traksi Dunlop
digunakan untuk:
1. Fraktur supracondylar pada anak
2. Membuat Siku bengkak menjadi tenang kembali
3. Dikontraindikasikan (ada fraktur terbuka dan defek kulit).
Traksi kulit ditempatkan pada lengan bawah dan frame khusus
digunakan pada sisi tempat tidur. Traksi ditempatkan
disepanjang aksis lengan bawah sebagaimana sudut kanan dari
humerus dengan sling ditempatkan disekitar lengan atas. Bed
blocks dibutuhkan untuk sisi lateral (fraktur ditinggikan) dari
tempat tidur. Jika fraktur supracondylar tidak dapat dikurangi
hingga dibawah 90 derajat fleksi siku, metode traksi ini
merupakan alternative terhadap metode invasive seperti
percutaneous K-wires. Hal ini membuat pembengkakan sisi
sebelahnya. Jangan bergantung pada metode ini untuk
mengurangi fraktur supracondylar, sebuah manipulasi
bagaimanapun tetap akan diperlukan.
Traksi Pelvis untuk Nyeri Pinggang
Pada skriatik dan penyembuhan pinggang lain dari nyeri dapat
dicapai dengan maksud traksi pelvis. Traksi diaplikasikan ke
pengikat pelvis dengan berat melebihi akhir tempat tidur.
Dengan maksud bantal dibawah lutut, pinggul difleksikan
mendekati sudut 90 derajat, sebagaimana halnya dengan lutut.
Hal ini memperpendek nervus skiatika dan meredakan nyeri.
Traksi Asetabulum
45
Pada terapi konservatif dari fraktur acetabulum, traksi
longitudinal pada panjang aksis tungkai seringkali digunakan.
Sebagai tambahan dari kepala femur dapat mempengaruhi
acetabulum (dislokasi fraktur sentral) dengan maksud manipulasi
dibawah anastesi. Reduksi ini dapat dijaga dengan membuat
traksi lateral dari pin yang ditempatkan pada wilayah
intertrochanter.
Prinsip-Prinsip Traksi
Traksi harus dipasang dengan arah lebih dari satu untuk
mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini,
bagian garis tarikan yang pertama berkontraksi terhadap garis
tarikan lainnya. Garis-garis tersebutdikenal sebagai vektor gaya.
Resultanta adalah gaya tarikan yang sebenarnya terletak di
tempat diantarakedua garis tarikan tersebut. Efek traksi yang
dipasang harus dievaluasi dengan sinar X, dan mungkin
diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah
rileks, berat yang digunakan harus diganti untukmemperoleh
gaya tarikan yang diinginkan. Traksi lurus atau langsung
memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian
tubuh berbaring ditempat tidur. Traksi ektensi buck dan traksi
pelvis merupakan contoh traksi lurus. Traksi suspensi seimbang
memberikan dukungan pada ektermitas yang sakit diatas tempat
tidur sehinggamemungkinkan mobilisasi pasien sampai batas
tertentu yanpa terputus garis tarikan. Tarikan dapat
dilakukanpada kulit ( traksi kulit ) atau langsung kesekelet tubuh
(traksi skelet). Cara pemasangan ditentukan oleh tujuan
traksi.Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual). Ini
merupakan traksi yang sangat sementara yang bisadigunakan
pada saat pemasangan gips, harus dipikirkan adanya
46
kontraksiPada setiap pemasangan traksi, harus dipikirkan adanya
kontraksi adalah gaya yang bekerja dengan arahyang
berlawanan ( hukum Newton III mengenai gerak, menyebutkan
bahwa bila ada aksi maka akan terjadireaksi dengan besar yang
sama namun arahnya yang berlawanan ) umumnya berat badan
pasien danpengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan
kontraksi.Walaupun hanya traksi untuk ektermitas bawah yang
dijelaskan secara terinci, tetapi semua prinsip-prinsip iniberlaku
untuk mengatasi patah tulang pada ektermitas atas.Imobilisasi
dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas
tulang dengan agak cepat, terapifisik harus dimulai segera agar
dapat mengurangi keadaan ini.misalnya, seorang dengan patah
tulang femurdiharuskan memakai kruk untuk waktu yang lama.
Rencana latihan untuk mempertahankan pergerakanektermitas
atas, dan untuk meningkatkan kekuatannya harus dimulai segera
setelah cedera terjadinya.
Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontratraksi (gaya yang
bekerja dengan arah yang berlawanan). Umumnya berat badan
klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan
kontratraksi. Kontratraksi harus dipertahankan agar traksi tetap
efektif. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan
imobilisasi fraktur efektif. Traksi kulit pelvis dan serviks sering
digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya
diberikan sebagai traksi intermitten.
Prinsip traksi efektif adalah sebagai berikut.
1. Traksi skelet tidak boleh putus.
2. Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan
intermitten.
3. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat
tempat tidur ketika traksi dipasang.
47
4. Tali tidak boleh macet.
5. Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak
pada tempat tidur atau lantai.
6. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh
katrol atau kaki tempat tidur.
E. Komplikasi Dan Pencegahan
1. Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul
pada klien yang terpasang traksi adalah sebagai berikut.
2. Dekubitus, pencegahannya :
a. Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet,
kemudian berikan intervensi awal untuk mengurangi
tekanan.
b. Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat
pelindung kulit (misal pelindung siku) sangat membantu
perubahan posisi.
c. Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk
mencegah kerusakan kulit.
d. Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus
konsultasi dengan dokter atau ahli terapi enterostomal,
mengenai penanganannya.
3. Kongesti paru dan pneumonia, pencegahannya :
a. Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan
klien.
b. Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.
c. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan
terapi khusus, misalnya spirometri insentif, bila riwayat
klien dan data dasar menunjukkan klien berisiko tinggi
mengalami komplikasi pernapasan.
d. Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan
terapi sesuai indikasi.
4. Konstipasi dan anoreksia, pencegahannya :
48
a. Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu
merangsang motilitas gaster.
b. Bila telah terjadi konstipasi, konsutasikan dengan dokter
mengenai penggunaan pelunak tinja, laksatif,
supposituria, dan enema.
c. Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukan
dalam program diet sesuai kebutuhan.
5. Stasis dan infeksi saluran kemih, pencegahannya :
a. Pantau masukan dan keluaran berkemih.
b. Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah
yang cukup, dan berkemihsetiap 2-3 jam sekali.
c. Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran
kemih, konsultasikan dengan dokter untuk
menanganinya
6. Trombosis vena profunda, pencegahannya :
a. Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas
traksi.
b. Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasiyang menyertainya, yang
akan menyebabkan stasis.
c. Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena
dalam dan melaporkannya ke dokter untuk menentukan
evaluasi dan terapi.
Contoh-contoh alat/sistem Traksi
1. Thomas Splint
49
Gambar 16. Traksi Thomas Splint
2. Bohler Braun Frame
Gambar 17. Traksi Bohler Braun Frame
3. Gallow
Gambar 18. Traksi Gallow
50
4. Balanced Suspension
Gambar 19. Contoh Traksi Balaned Suspension
5. Crutchfield tongs
Gambar 20. Contoh Crutchfield tongs
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Bagian Bedah FKUI.
Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue,
New York: Churchill Livingstone, 1989.
51
Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC,
2002
Grace P, Borley N. Surgery at Glance. Ed 2. British : Blackwell publishing
company. 2002
Michael A. Anatomi dan fisiologi tulang dan sendi. Dalam : Patofisologi, konsep
klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Editor : Sylivia.A, Lorraine M.
Jakarta: EGC, 2005p1357-64
Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed.
Baltimore/London: Willians & Wilkins, 1983.
Rasjad C. Struktur dan Fungsi Tulang. Dalam : Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Makassar : Bintang Lamumpatue, 2012.
Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of
the Injured Patient, ed IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990
Sjamsuhidajat, de Jong. Sistem Muskuloskeletal. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Ed 3. Jakarta: EGC, 2010. p959-1083
52