frak tur

23
REFERAT FRAKTUR Oleh REREN RAMANDA (I11109049) JENRI SUTRISNO (I11110037) PEMBIMBING dr. Zainul Na’im, Sp.B SMF BEDAH UMUM RSUD ABDUL AZIZ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA SINGKAWANG 2015

Upload: long-road

Post on 05-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bedah

TRANSCRIPT

REFERATFRAKTUR

OlehREREN RAMANDA (I11109049)JENRI SUTRISNO (I11110037)

PEMBIMBINGdr. Zainul Naim, Sp.B

SMF bedah UMUMrsuD abdul azizFakultas kedokteran Universitas TanjungpuraSINGKAWANG 2015

BAB IPENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius, atau jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.Patah tulang dapat dibagi menjadi ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk kedalam luka sampai ke tulang yang patah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

DEFINISIFraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi1.KLASIFIKASIPatah tulang dapat dibagi menjadi ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk kedalam luka sampai ke tulang yang patah2.Derajat patah tulang terbukaDerajatLukaFraktur

I

IIIIILaserasi 1 cm, kontusi otot disekitarnyaLuka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan di sekitarnyaSederhana, dislokasi fragmen minimalDislokasi fragmen jelasKominutif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang

Patah tulang juga dapat dibagi menurut garis frakturnya, misalnya fisura, patah tulang sederhana, patah tulang kominutif, pengecilan, patah tulang segmental, patah dahan hijau, patah tulang impaksi, patah tulang kompresi,, impresi dan patah tulang patologis.Ada jenis patah tulang yang patahnya tidak disebabkan oleh trauma, tetapi disebabkan oleh proses patologis, misalnya tumor, infeksi atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang, dan disebut patah tulang patologis.

Ada juga patah tulang, yang biasanya berupa fisura, yang disebabkan oleh beban lama atau trauma ringan yang terus-menerus yang disebut fraktur kelelahan. Hal ini terjadi misalnya pada tungkai bawah di tibia atau tulang metatarsus pada tentara atau olahragawan yang sering berbaris atau berlari. Akan tetapi, fisura tulang lebih sering disebabkan cedera.Dislokasi atau berpindahnya ujung tulang patah disebabkan oleh berbagai kekuatan seperti cedera, tonus atau kontraksi otot, dan tarikan2.Sehubungan dengan patofisiologi dan perjalanan penyakitnya, patah tulang juga dibagi atas dasar usia pasien, yaitu patah tulang pada anak, patah tulang pada orang dewasa dan patah tulang pada orang tua. Pola anatomis kejadian patah tulang dan penanganannya pada ketiga golongan umur tersebut berbeda. Orang tua lebih sering menderita patah tulang pada tulang yang osteoporotik, seperti vertebra dan kolum femur; orang dewasa lebih banyak menderita patah tulang panjang; sedangkan anak jarang menderita robekan ligamen. Penanganan patah tulang pada anak membutuhkan pertimbangan bahwa anak masih tumbuh. Selain itu kemampuan penyembuhan anak lebih cepat karena itulah perpendekan dan perubahan bentuk akibat patah lebih dapat ditoleransi pada anak. Pemendekan dapat ditoleransi karena pada anak terdapat percepatan pertumbuhan tulang panjang yang patah. Perubahan bentuk dapat ditoleransi karena anak mempunyai daya penyesuaian bentuk yang lebih besar2.Satu bentuk patah tulang yang khusus pada anak adalah patah tulang yang mengenai cakram pertumbuhan. Patah tulang mengenai cakram epifisis ini perlu mendapat perhatian khusus karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Patah tulang cakram epifisis ini dibagi menjadi lima tipe.Tipe 1: epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis, tetapi periosteumnya masih utuhTipe 2: periosteum robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari metafisisTipe 3: patah tulang cakram epifisis yang melalui sendiTipe 4: terdapat fragmen patahan tulang yang garis patahannya tegak lurus cakram epifisisTipe 5: terdapat kompresi terhadap sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari sebagian cakram tersebut

ETIOLOGIFraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur :1. Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma.2. Instrisik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan dan densitas tulang.3Trauma dapat berupa trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang yang mengakibatkan fraktur pada daerah tersebut. Trauma tidak langsung terjadi apabila titik tumpu benturan berjauhan dengan lokasi fraktur.3

DIAGNOSISUntuk menentukan diagnosis fraktur ada beberapa hal yang harus diperhatikan, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, sampai pemeriksaan penunjang Anamnesis Pasien biasanya datang karena adanya nyeri yang terlokalisir dimana nyeri tersebut bertambah bila digerakkan, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau dengan gejala-gejala lain. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan awal pasien, perlu diperhatikan adanya :1. Syok, anemia atau pendarahan2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul, dan abdomen3. Faktor predisposisi misalnya pada fraktur patologis Pemeriksaan lokal1. Inspeksi (Look) Ekspresi wajah karena nyeri Bandingkan dengan bagian yang sehat Perhatikan posisi anggota gerak Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, dan kependekan Perhatikan adanya pembengkakan Perhatikan adanya gerakan yang abnormal Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka Ekstravasasi darah subkutan (ekimosis) dalam beberapa jam sampai beberapa hari Perhatikan keadaan vascular

2. Palpasi (Feel)Palpasi dilakukan secara hati-hati dikarenakan pasien biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan : Temperatur setempat yang meningkat Nyeri tekan nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang Krepitasi dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati Pemeriksaan vaskular pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Dinilai juga refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, dan temperatur kulit. Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai3. Pergerakan (Move)Dilakukan dengan cara mengajak pasien untuk menggerakan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pasien dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.4. Pemeriksaan neurologis Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis, atau neurotmesis.5. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi, serta ekstensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak sebelumnya, maka sebaiknya mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.Tujuan pemeriksaan radiologis : Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi Untuk konfirmasi adanya fraktur Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya Untuk menentukan teknik pengobatan Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluruPemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan yakni foto polos, CT-Scan, MRI, tomografi, dan radioisotop scanning. Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur.Tatalaksana Fraktur4,5,6 Penatalaksanaan awalSebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :1. Pertolongan pertamaPada pasien dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan jalan nafas, menutup luka dengan verban yang bersih, dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar pasien merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans. Bila terdapat pendarahan dapat dilakukan pertolongan dengan penekanan setempat.

2. Penilaian klinisSebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/ saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam yang lain.

3. Resusitasi Kebanyakan pasien dengan fraktur multipel tiba di rumah sakit dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa pemberian transfusi darah dan cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.

Prinsip Umum Tatalaksana Fraktur1. First, do no harmYakni dengan mencegah terjadinya komplikasi iatrogenik. Hal ini bisa dilakukan dengan pertolongan pertama yang hati-hati, transportasi pasien ke rumah sakit yang baik, dan mencegah terjadinya infeksi dan kerusakan jaringan yang lebih parah.2. Tatalaksana dasar berdasarkan diagnosis dan prognosis yang akuratKeputusan pertama adalah menentukan apakah fraktur tersebut membutuhkan reduksi dan bila iya maka tentukan tipe reduksi terbaik apakah terbuka atau tertutup. Kemudian keputusan kedua yakni mengenai tipe imobilisasi, apakah eksternal atau internal.3. Pemilihan tatalaksana dengan tujuan yang spesifikTujuan spesifik dalam tatalaksana fraktur yaitu : Untuk mengurangi rasa nyeriDikarenakan tulang bersifat relatif tidak sensitif, rasa nyeri pada fraktur berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak termasuk periosteum dan endosteum. Rasa nyeri ini dapat diperberat dengan pergerakan fragmen fraktur yang berhubungan dengan spasme otot dan pembengkakan yang progresif. Rasa nyeri pada fraktur dapat berkurang dengan imobilisasi dan menghindari pembalutan yang terlalu ketat. Beberapa hari pertama setelah terjadinya fraktur dapat diberikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Untuk memelihara posisi yang baik dari fragmen frakturReduksi fraktur untuk mendapatkan posisi yang baik, yakni diindikasikan hanya untuk memperbaiki fungsi dan mencegah terjadinya artritis degeneratif. Pemeliharan posisi fragmen fraktur biasanya membutuhkan beberapa derajat imobilisasi, dengan beberapa metode, termasuk continuous traction, plaster-of-Paris cast, fiksasi skeletal eksterna, dan fiksasi skeletal interna, berdasarkan derajat dari kestabilan atau ketidakstabilan reduksi. Untuk mengusahakan terjadinya penyatuan tulang (union)Pada kebanyakan fraktur, proses penyatuan tulang merupakan proses penyembuhan yang terjadi secara alami. Namun pada beberapa kasus, misalnya dengan robekan periosteum berat dan jaringan lunak atau dengan nekrosis avaskular pada satu atau dua fragmen, proses penyatuan tulang harus dengan autogenous bone grafts, pada tahap penyembuhan awal atau lanjut. Untuk mengembalikan fungsi secara optimalSaat periode imobilisasi dalam penyembuhan fraktur, diuse atrophy pada otot regional harus dicegah dengan latihan aktif statik (isometrik) pada otot tersebut dengan mengkontrol imobilisasi sendi dan latihan aktif dinamik (isotonik) pada seluruh otot lainnya di tubuh. Setelah periode imobilisasi, latihan aktif sebaiknya tetap dilanjutkan.4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alamiJaringan muskuloskeletal bereaksi terhadap suatu fraktur sesuai dengan hukum alami yang ada.5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatanDalam memilih pengobatan harus dipertimbangkan pengobatan yang realistik dan praktis.6. Seleksi pengobatan sesuai dengan pasien secara individualSetiap fraktur memerlukan penilaian pengobatan yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan faktor umur, jenis fraktur, komplikasi yang terjadi, dan perlu pula dipertimbangkan keadaan ekonomi pasien secara individual.Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif, prinsip pengobatan ada empat (4R), yaitu : Recognition; diagnosis dan penilaian frakturPrinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik, dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan, dan komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan. Reduction; reduksi fraktur apabila perluRestorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur seperti fraktur klavikula, iga, dan fraktur impaksi dari humerus tidak memerlukan reduksi. Angulasi 12 kg, trauma saraf peroneus (kruris) , sindroma kompartemen, infeksi tempat masuknya pin.

Indikasi OREF : Fraktur terbuka derajat IIIFraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luasFraktur dengan gangguan neurovaskulerFraktur KominutifFraktur PelvisFraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIFNon UnionTrauma multipel

b. Internal / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)ORIF ini dapat menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail. Keuntungan cara ini adalah reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.- Indikasi ORIF : Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avascular nekrosis tinggi, misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulsi dan fraktur dislokasi. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia, fraktur Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya : fraktur femur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Reksoprodjo, Soelarto dkk., Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 2013. Bagian Ilmu Bedah FKUI RSCM., Jakarta., Binarupa Aksara Publisher.2. Sjamsuhidat. R., De Jong., Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah.. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran; 2003. 3. Temyang-Reksoprodjo, A. F. 2006. Himpunan Makalah Prof. dr. H. Soelarto Reksoprodjo, SpB., SpOT. 4. Solomon L, et al (eds). Apleys system of orthopaedics and fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold; 2010. 5. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone; 2009. p. 325-6; 355-420.6. Tjoe J Tjandra. Textbook of Surgery. Blackwell Publishing; 2006. p. 417-21.