fotometri nyala
DESCRIPTION
anspekTRANSCRIPT
FOTOMETRI NYALA
I. TUJUAN
1. Mempelajari dan memahami prinsip kerja fotometri nyala.
2. Menentukan konsentrasi larutan tugas dengan menggunakan metode
fotometer nyala.
II. TEORI
Secara umum, nyala mengubah padatan atau cairan ke bentuk uap dan
memecehkannya ke dalam bentuk molekul atau atom-atom yang sederhana.
Mereka akhirnya mengeksitasi partikel-partikel tersebut sehingga menghasilkan
emisi cahaya. Pada nyala ini, air atau pelarut diuapkan dan garam-garam kering
tinggal dalam nyala.Jika pemanasan diteruskan pada suhu yang lebih tinggi, gara-
garam tersebut diuapkan dan molekul terdisosiasi menjadi atom-atom netral
dimana akan menunjukkan emisi. Uap atom logam atau molekul yang
mengandung atom-atom yang diinginkan dieksitasi oleh energi termal dari nyala.
Dari tingkat tereksitasi, elektron cenderung untuk kembali ke keadaan dasar
dengan radiasi emisi. Suatu unsur akan memperlihatkan sifat-sifat spektrum yang
khas. Biasanya spektrum garis diperoleh dari atom sedangkan molekul
menghasilkan spektrum pita ataupun pita kontinu. Eksitasi menyebabkan elektron
naik ke tingkat dasar disertai dengan energi radiasi.(Khopkar.S.M.2010)
Spektrofotometri emisis nyala menyangkut pengukuran energi radiasi
yang dipancarkan oleh atom yang tereksitasikan. Dalam spektroskopi absorbsi
atomik, absopsi energi radiasi oleh atom dalam keadaan dasar diukur. Kedua cara
sering bersama-sama dibahas untuk mudahnya, meskipun ada perbedaan
mendasar, sebab nyala api pada kedua cara adalah sama, baik apabila emisi atau
pun absorpsi yang harus diukur, maka atom yang diperlukan biasanya diperoleh
dari contoh dengan mmenggunakan nyala api.(Underwood.A.L,
Day.R.A.Jr.:1980).
Fotometri nyala merupakan cabang dari spektroskopi emisi, bidang utama
yang merupakan bagian lain dari spektrofotometri atau spektroskopi absorpsi,
sedikitnya untuk keperluan analisa, bahan-bahan yang tereksitasi tidaklah
penting. Pada spektroskopi emisi, contoh tereksitasi dengan usaha yang
bermacam-macam, dan emisis radiasi oleh bahan tereksitasi apabila kembali ke
keadaan energy yang lebih rendah diukur. (Underwood.A.L, Day.R.A.Jr.:1980)
Fotometer nyala merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran besaran emisi sinar monokromatis dengan panjang gelombang
tertentu yang dipancarkan oleh suatu logam alkali / alkali tanah dalam keadaan
berpijar atau bernyala. Besaran ini merupakan fungsi dari konsentrasi dari
komponen logam tersebut. Metoda ini dimanfaatkan untuk identifikasi unsur
alkali tersebut. Flame fotometer ini dibedakan atas 2 bagian, yaitu:
a. Filter flame fotometer
- Terbatas untuk analisa unsur Na, K dan Li
- Monokromator yang digunakan adalah filter.
b. Spektro flame fotometer
- Digunakan untuk analisa unsur K, Ca, Mg, Sr, Ba dll.
- Monokromator yang digunakan pada alat ini adalah pengatur panjang
gelombang. (Darmawangsa Z.A :1986)
Salah satu langkah dalam prosedur emisi nyala atau fotometri nyala
melibatkan penyemprotan sampel ke nyala. Radiasi dari sumber akan diuraikan
untuk mendapatkan daerah spektrum yang diinginkan. Intensitas dari radiasi
spektrum tersebut dapat diukur. Dengan sistem penyemprotan diharapkan
distribusi yang seragam dari sampel masuk ke nyala sehingga masalah-masalah
yang berhubungan dengan busur api dan bunga api dapat dihindarkan.
(Khopkar.S.M.2010)
Metode evaluasi dalam fotometri nyala adal dua metode, yaitu metode
adisi dan yang lainnya adalah metode standar dalam.
¿
¿
(L2−L1 )=KS
Pembacaan emisi efektif diperoleh dengan dua larutan; pertama yang
mengandung zat sampel dan kedua yang mengandung jumlah sampel yang sama,
ditambahakan sejumlah larutan standar. Konsentrasi unsur yang diselidiki masing-
masing larutan ditentukan dari pengukuran intensitas emisi yang dibuat melalui
kurva kalibrasi standar. (Darmawangsa Z.A :1986)
Pada metode penambahan standar dalam, jumlah yang tetap energi dari
standar dalam ditambahkan ke sampel dan larutan standar. Energi radiasi dari
emisi diukur untuk dua larutan. Perbandingan intensitas emisi antara garis analit
terhadap standar dalam diplot terhadap konsentrasi zat yang dianalisis. Log emisi
terhadap log C akan memberikan garis lurus dengan perpotongan sumbu y pada
sudut 45°. (Khopkar.S.M:2010)
Beberapa alat dapat mencegah terjadinya pembandingan secara langsung
tenaga radiasi yang dipancarkan oleh dua unsur di dalam contoh, dengan
menggunakan standar dalam untuk memperkecil pengaruh dari variasi dalam
contoh yang dimasukkan dan besar kecilnya nyala. Misalnya dalam analisa
natrium dapat ditambahkan garam lithium dalam jumlah yang konstan ke dalam
larutan natrium standar. Pemilihan lithium didasarkan pada kemiringan dengan
natrium dalam responnya terhadap variasi eksitasi dan ketidak boleh jadiannya
terdapat dalam sebagian contoh yang dianalisa. Radiasi yang dipancarkan dalam
satu arah dari nyala dilewatkan ke filter yang hanya meneruskan satu garis
natrium kuning ke detektor. (Darmawangsa Z.A :1986)
Fotometer nyala tersusun dari pengatur tekanan, pengukur aliran untuk gas
bakar, atomiser, pembakar, sistem optik dari detektor fotosensitif dan pencatat.
1. Pengatur tekanan dan pengukur aliran digunakan untuk mengatur tekanan
dan aliran gas yang diinginkan. Diperlukan tekanan bahan bakar sebesar 10 pon
dan 25 pon untuk oksigen. Diafragma ganda dan jarum penunjuk dinningnkan
untuk mengawasi aliran gas, pengukur putaran (rotameter diatur dengan
kecepatan aliran gas 2-10 ft/jam).
2. Atomiser digunakan untuk memasukkan cairan sampel ke nyala dengan
kecepatan tetap. Atomiser diklarifikasikan menjadi 2, yaitu yang menyemprotkan
sampel ke tempat pengkondensasi untuk menghilangkan partikel-partikel yang
besar dan tipe yang lainnya adalah yang menyemprotkan sampel langsung ke
nyala. Yang pertama memerlukan kurang lebih 4-25 mL sampel per menit dimana
5% yang sampel ke nyala. Pada metode yang kedua digunakan bubuk kental
dalam isopropanol.
3. Pelarut gliserin dapat digunakan. Pembakar haruslah menghasilkan nyala
yang baik. Pembakar meker baik digunakan untuk suhu rendah. Suatu kisi logam
pada bagian mulut pembakar berguna menghindarkan sambaran api ke dalam.
Suatu kombinasi pembakar dan penghisap, mempertemukan sampel secara
langsung dengan nyala.
4. Sistem optik berfungsi untuk mengumpulkan dan membuat cahaya
monokromatis serta memfokuskan detektor fotosensitif. Cahaya difokuskan pada
detektor denga mengatur cermin cekung dari nyala. Filter adsorpsi maupun filter
interferensi memisahkan radiasi tertentu, tetapi pemisahan yang lebih baik dapat
diperoleh dengan monokromator. Celah yang baik diperlukan untuk
mempersempit cahaya.
5. Detektor fotosensitif seperti sel lapisan barrier kurang baik, sebab
responnya tidak dapat dilipat gandakan. Fotometer filter nyala baik sebagai
detektor tetapi suhunya harus diawasi. Fotometer nyala dimana lebar pita dari
energi radiasi yang sampai ke detektor kecil, menggunakan fototube dan
amplifier.
Suhu nyala merupakan salah satu variabel yang paling penting dalam
fotometri nyala. Ini ditentukan oleh sifat bahan bakar dan laju penyediaanya,
penyediaan udara atau oksigen dan perencanaan alat pembakar. Nyala hydrogen
dan oksigen digunakan secara luas untuk memberikan energi bagi banyak
keperluan dan nyala apinya menghasilkan radiasi dengan latar belakang sangat
sedikit yang dapat mengahalangi pengamatan spektrum. (Darmawangsa
Z.A :1986)
Nyala dari latar belakang seringkali harus diperhitungkan. Nyala hidrogen
menghasilkan perbandingan sinyal sampel logam terhadap latar belakang dengan
paling baik. Pengukuran intensitas spektrum garis tergantung pada jumlah garam-
garam yang ada dalam nyala; jumlah disosiasinya; ionisasi; atom-atom tereksitasi;
kesempatan melakukan transisi dari keadaan dasar dan absorpsi diri. Setelah
disosiasi, variasi intensitas emisi terhadap temperatur diatur dengan energi
eksitasinya. Ionisasi akan mengurangi konsentrasi dari atom netral yang ada
dalam nyala, sehingga mengurangi intensitas ari emisi. Besarnya energi untuk
disosiasi dari logam ke atom-atomnya adalah mendekati potensial ionisasi atau
energi ionisasi atom. (Khopkar.S.M:2010)
Faktor-faktor yang berhubungan dengan variasi intensitas emisi dalam
nyala, misalnya disebabkan oleh pembentukan hidroksida dari logam-logam
alkali. Oksigen-asetilen menyediakan lingkungan yang sesuai untuk terbentuknya
atom-atom bebas dari unsur yang senang membentuk molekul monoksida.
Biasanya zat dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon. Intensitas emisi akan
bertambah dengan menggunakan pelarut organik-air. Teknik ekstraksi pelarut
dapat dapat dimanfaatkan untuk tercapainya pemisahan analitik kemudian fase
organiknya dapat langsung disedot ke arah nyala untuk menaikkan intensitas
emisi. Pelaksanaan ekstraksi dan fotometri nyala secara serentak memberikan
hasil yang baik. (Khopkar.S.M:2010)
Ada bermacam-macam gangguan dalam fotometri nyala seperti:
1. Gangguan spektrum
Gangguan spektrum dialami jika energi radiasinya tidak terisolasi sesuai dengan
yang diinginkan. Interferensi tersebut dikurangi dengan monokromator yang baik.
Akan tetapi gangguan tersebut tidak dapat ditiadakan secara total hanya dengan
menaikkan resolusinya. Gangguan tersebut dapat dihilangkan dengan memilih
spektrum lain atau menghilangkan zat-zat asing dengan ekstraksi pelarut.
2. Emisi latar belakang
Emisi latar belakang mungkin disebabkan konstituen tertentu yang ada dalam
nyala dan dapat dihilangkan dengan menggunakan larutan blanko.
3. Absorpsi sendiri
Proses eksitasi diikuti dengan hilangnya energi dalam bentuk radiasi yaitu ketika
elektron kembali ke keadaan dasar atau tingkat energi yang lebih rendah. Jika
terjadi adsorbsi sendiri energi radiasi, kekuatan dari spektra lemah. Akibatnya
lebih buruk untuk spektrum resonansi yang turun dari tingkat eksitasi terendah.
Pada konsentrasi rendah, gejala-gejala tersebut tidak berarti.
4. Ionisasi
Nyala gas oksigen, memiliki cukup energi untuk mengionisasi alkali dan alkali
tanah.
5. Interfernsi yang disebabkan anion
Pengaruh ion lain, jika garam-garam dan asam ada dalam nyala adalah
menurunkan emisi;(≤0,1M) H2SO4, H3PO4, HNO3 memperlihatkan efek tersebut.
Penggunaan releasing agent atau ligan pendukung khelat menghilangkan
interferensi ini.
6. Sifat-sifat larutan
Sifat-sifat larutan seperti tekanan uap, tegangan permukaan, mempengaruhi
ukuran tetesan dan penggunaan LiCl mengurangi efek tersebut. Surfaktan ionik
juga berguna untuk menambah tegangan permukaan. (Khopkar.S.M:2010)
Aplikasi fotometer nyala dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam
bidang industri adalah :
1. Menentukan kadar kalium dalam pupuk
2. Menentukan kadar kalium dan Na dalam air
3. Menentukan kadar Na2O dan K2O dalam semen.
(Sumar Hendayana : 1997)
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat & Bahan
a. Alat
- Peralatan flame fotometer : alat pengukur emisi sinar monokromatis
- Labu ukur : wadah penghomogen larutan
- Buret : wadah pengambil zat
- Pipet gondok : alat memipet zat
b. Bahan
- Larutan standar K 1000 mg/L : sebagai sampel
- Larutan standar Na 1000 mg/L : sebagai sampel
- Aquadest : pelarut
3.2 Cara Kerja
1. Diencerkan larutan standar induk 1000 mg/L Kalium dan juga Natrium
menjadi 50 mg/L masing-masing sebanyak 100mL.
2. Dibuat deretan standar kalium 0 ; 1 ; 2 ; 4 ; 7 dan 10 ppm dengan
mengencerkan larutan standar 50 mg/L pada labu ukur 50 mL. lakukan
hal yang sama untuk natrium.
3. Mintalah larutan tugas saudara dengan menyerahkan labu ukur 50mL
dengan label nama praktikan, lalu encerkan sampai batas dengan
aquades.
4. Alat flame fotometer dihubungkan dengan tabung gas bahan bakar yakni
propan ataupun gas LPG, serta instalasi jaringan listrik hidupkan
komprosornya.
5. Powerdi On kan, hidupkan nyala api pada burnernya. Atur nyala burner
menjadi kerucut biru dengan mengatur tombol fuel.
6. Pasangkan posisi monokromator pada filter kalium, disiapkan deretan
standarnya.
7. Aspirasikan larutan blanko, lalu atur tombol blank sampai didapatkan
pembacaan indicator alat menunjukkan tepat pada nilai 00.
8. Diganti dengan larutan standar tertinggi dari deretan standar saudara.
Atur tombol sensitifity yakni tombol fine sampai indicator menunjukkan
tepat skala 100.
9. Kapiler dibilas dengan aquades, lalu kembali ukur larutan blanko.
Indicator harus menunjukkan posisi 00, jika sedikit tergeser, tepatkan
kembali dengan memutar tombol blank. Kini alat telah dalam kondisi set.
10. Pengukuran dilakukan terhadap seluruh deretan larutan standar, dimulai
dari konsentrasi terendah, kemudian sampel tugas, sampel air alam dan
air tanaman.
11. Larutan tugas serta larutan sampel air alam dan air tanaman yang sudah
ditugaskan dilakukan pemgukuran seperti yang diatas.
12. Untuk air tanaman dilakukan pengenceran awal 50 kali dengan akuades
demikian juga untuk air alam berupa air muara, air payau ataupun air
laut, jika masih pekat encerkan lagi catat dan perhitungkan factor
pengenceran yang dilakukan.
13. Dibuat kurva kalibrasi standar kalium dengan bantuan kurva kalibrasi
standar ini tentukan kadar kalium dari larutan sampel.
14. Hal yang sama juga dilakukan terhadap penentuan natrium. Jangan lupa
memasukkan factor pengenceran yang dilakukan pada perhitungan hasil
saudara. Laporkan kadar logam K dan Na dari sampel saudara dalam
satuan ppm.
3.3 Skema Kerja
Diencerkan menjadi 50 mg/L masing-masing
sebanyak 100 ml
- Dibuat deret standar Kalium 0;1;2;4;7 dan 10
ppm dengan mengencerkan larutan standar 50
ppm pada labu ukur 50 ml
- Dilakukan juga untuk larutan standar Natrium
- Diberi label nama
- Diencerkan sampai batas
- Dihubungkan dengan tabung gas, instal jaringan
listrik, hidupkan kompresor
- on kan oven, tekan tombol ignitor sampai nyala
api hidup, atur nyala burner menjadi kerucut
biru dengan pengatur tombol fuel
- Diatur posisi monokromator pada filter kalium
- Disiapkan deret standar
- Aspirasikan larutan blanko, atur tombol blank
sampai didapatkan pembacaan indikator tepat
pada nilai 00
- Diganti dengan larutan standar tertinggi
- Diatur tombol sensitifity dlm hal tombol fine
sampai didapatkan penunjukan indikator tepat
pada skala 100
- Dibilas kapiler dengan aquadest
Larutan standar induk 1000 mg/L Kalium
Larutan tugas pada labu 50 ml
Alat flame fotometer
- Diukur kembali larutan blanko sampai posisi 00.
Alat dalam kondisi set
- pengukuran dilakukan terhadap seluruh deretan
standar, dimulai dari kosentrasi terendah
- Dilakukan pula terhadap larutan tugas serta
sampel alam dan air tanaman
- pengenceran awal 50 kali dengan aquades
- Dicatat dan diperhitungkan faktor pengenceran
yang dilakukan
- Dibuat kurva kalibrasi standar Kalium, dengan
bantuan kurva kalibrasi dapat ditentukan kadar
kalium dari larutan sampel/tugas
- Dimasukan faktor pengenceran pada
perhitungan hasil
-
Air tanaman dan air alam
Hal yang sama untuk penentuan Natrium
Kadar logam K dan Na dari sampel dalam satuan ppm
3.4 SkemaAlat
Keterangan gambar:
1. Fume extraction( pembakaran keluar)
2. Flame
3. Digital Display
4. Capilary Tube
2
3
4
1
DAFTAR PUSTAKA
Day.R.A.Jr, Underwood.A.L.1980.ANALISA KIMIA KUANTITATIF EDISI
KE-4.Cliffs Pratice Hall.
Darmawangsa Z.A 1986.Penuntun Pratikum analisa instrument (Dasar-dasar
penggunaan) Jakarta : Grayuna. Hal 26-28.
Khopkar.S.M. 2010. KONSEP-KONSEP KIMIA ANALITIK. Jakarta: UI Press.
Ismono, Drs . CARA-CARA OPTIK DALAM ANALISA KIMIA. Departemen
Kimia ITB . Bandung . 1980 .
Sumar Hendayana , Dr dkk . 1997. KIMIA ANALITIK INSTRUMEN. IKIP
Semarang Press .
ANALISA JURNAL
Judul : Penentuan Kandungan Natrium dan Kalium Pada Sampel Air dari Sungai Girna dan Godavari Secara Fotometri Nyala
Tujuan : Menentukan kandungan natrium dan kalium dari sampel air sungai Girna dan Godavari dengan menggunakan fotometri nyala.
Metode : Fotometri Nyala
Skema Kerja :
Hasil
- Hidupkan alat
- Dibuka penutup dan filter untuk tes dibuka
- Masukkan pipa kapiler kedalam air distilasi dan diatur nilai 0
- Masukkan PVC dan pipa kapiler kedalam Larutan Na/Ca dan K/Li dengan konsentrasi tertinggi yang akan ditentukan
- Atur nyala dalam low, medium, dan high tergantung konsentrasi
- Atur setiap chanel yntuk menampilkan 100 pada skala yang terbaca
- Cara 3 dan 6 dilakukan kembali pada larutan sampel
- Pipa kapiler dicuci dahulu dengan air distilasiPipa kapiler dicelupkan ke dalam sampel dan baca konsentrasi pada skala
- Ditimbang
- Dilarutkan dengan air distilasi sampai 1000 ppm
Flame Photometer(Make-Elico-
Model-CL220)
NaCl dan KCl
Hasil dan Pembahasan
Konsentrasi dari kandungan natrium dan kalium pada air yang diambil dari sungai dibandingkan terhadap larutan standar (dalam ppm). informasi statistika yang didapatkan dari penentuan konsentrasi natrium dan kaliun pada sampel air dari sungai secara fotometri nyala termasuk konsentrasi dari kandungan natrium pada sampel air lebih banyak daripada kandungan kalium.
Kelebihan
Metode ini sederhana dan akurat untuk menentukan konsentrasi dari sampel yang belum diketahui konsentrasinya dari sungai.