foto metri
DESCRIPTION
fotometriTRANSCRIPT
FOTOMETRI
I. TUJUAN
1. Mengenal peralatan Fotometer Filter
2. Mempelejari hubungan sifat serapan variasi konsentrasi komponen
pada beberapa jenis sinar.
3. Menentukan konsentrasi Fe3+ dalam larutan tugas
II. TEORI
Fotometri adalah ilmu tentang pengukuran energi dari
cahaya. Hal ini berbeda dari Radiometry, yang merupakan ilmu
tentang pengukuran energi radiasi (termasuk cahaya). Fotometri
adalah bagian dari optik yang mempelajari mengenai kuat
cahaya (intensity) dan derajat penerangan (brightness). Cahaya
adalah suatu bentuk energi yaitu energi pancaran dan diterima
oleh indera penglihatan (retina mata). Secara eksperimental,
mata sensitif terhadap
panjang gelombang daerah rendah dari pancaran cahaya
sehingga dapat membedakan intensitas antara dua sumber
cahaya yaitu dengan mengukur jumlah daya yang dipancarkan
oleh cahaya tampak. Jumlah fluks pancaran cahaya yang sama
oleh mata diterima berbeda untuk tiap-tiap warna. Umumnya
warna hijau paling sensitif untuk mata λ = 5550 Angstrom.
Ada dua macam fotometer yang digunakan, yaitu fotometer sel tunggal atau
berkas tunggal dan fotometer sel ganda atau fotometer berkas ganda. Model sel
berkas tunggal kurang umum digunakan jika dibandingkan dengan berkas ganda.
Reprodusibilitas merupakan suatu masalah jika fluktuasi arus terlalu besar.
(khopkar, 1990)
Berkas sinar yang konstan dari sumber akan melalui lensa pemfokus serta
filter sehingga menjadi monokromatis, selanjutnya berkas sinar akan melewati
larutan, sebelum menumbuk fotosel dimana berkas sinar tersebut diubah menjadi
arus pada sirkuit dan akhirnya galvanometer menunjukan defleksi. Arus ini diukur
dengan pengukur yang peka, dua skala dapat digunakan, yaitu logaritma dan yang
lain dalam persen transmitan. Tahanan geser dihubungkan secara paralel dengan
galvanometer sehingga dapat mengendalikan banyaknya arus total fotoelektrik
yang melaluinya. Ini dapat digunakan untuk mengatur agar diperoleh defleksi
penuh pada saat menguji larutan blanko. Diafragma irisnya dapat digunakan untuk
mengatur banyaknya arus sedemikian rupa sehingga galvanometer (G)
memperlihatkan penyimpanan “nol”, bila sinar melewati larutan blanko
(pengaturan “nol” dapat juga dilakukan dengan tahanan geser). Bila sampel
diletakkan pada jalany sinar, sinar melewati sampel dan kemudian menumbuk
fotosel, maka akan teramati suatu penyimpanan arus yang besarnya sebanding
dengan konsentrasi larutan.(khopkar, 1990)
Pada fotometer berkas ganda, terdapat dua tipe model. Kedua fotoselnya tetap,
sedangkan variasi intensitas didapat dari tahanan geser atau diafragma iris. Salah
satu dari fotosel dapat digerakkan sesuai dengan berkas sinar yang jatuh.
Sebenarnya ide dasar penggunaan berkas ganda tersebut agar fluks cahaya yang
masuk kondisinya sama sehingga dapat mengurangi kesalahan pengoperasian.
Pada berkas ganda ini yang diukur adalah perbedaan intensitas antara dua berkas
sinar, yaitu antara berkas sinar yang melalui larutan dan sinar yang melalui larutan
sampel. Prinsip kerjanya adalah berkas sinar dari sumber sinar kontinu dilewatkan
kefilter dan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian sinar dilewatkan kekuvet yang
berisi sampel dan kemudian menumbuk permukaan fotosel. Bagian sinar yang
lain setelah melalui diafragma iris yang dapat digerak-gerakkan baru melalui
larutan pembanding untuk kemudian tiba pada respons yang sama untuk
mengoperasikannya. (khopkar, 1990)
Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur
transmitans atau adsorban suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang;
pengukuran terhadap sederatan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal
dapat pula dilakukan. Instrumen semacam itu dapat dikelompokkan secara manual
atau merekam atau pengelompokan lain: berkas tunggal dan berkas rangkap.
Dalam praktek instrumen berkas tunggal biasanya dijalankan dengan tangan
(manual), dan instrumen berkas rangkap umumnya mencirikan perekaman
automatik terhadap spektra serapan, namun dimungkinkan untuk merekam suatu
spektrum dengan instrumen berkas tunggal. Pengelompokan cara lain didasarkan
pada daerah spektral, dan kita menyebut spektrofotometer inflamerah, ultraviolet,
dan sebagainya.(underwood,1989)
Komponen yang penting sekali dari suatu spektrofotometer yaitu:
1. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah
spektrum dalam mana spektrum itu dirancang untuk beroperasi. Sumber energi
cahaya yang biasa untuk daerah tampak ( dari) spektrum itu maupun daerah
ultraviolet dekat dan inflamerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat
rambut dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran lampu wolfram ini
memadai dari sekitar 325 atau 350 nm kesekitar 3m. Energi yang dipancarkan
oleh kawat yang dipanaskan itu beraneka sekali menurut panjang
gelombangnya. Distribusi energi merupakan fungsi temperatur kawat, yang
selanjutnya bergandtung pada voltase yang disuplai kepada lampu; kenaikan
temperatur operasa, meaikkan keluaran energi total dan menggeser puncak ke
panjang gelombang yang pendek. Jadi voltase kepada lampu haruslah stabil,
maka digabung kedalam instrumen itu suatu suplai daya yang diatur. Panasa
dari lampu wolfram dapat merepotkan, sering kali rumah lampu itu diselubungi
air atau didinginkan dengan suatu penghembus angin untuk mencegah agar
sampel ataupun komponen lain dari instrumen itu menjadi hangat.
2. Suatu Monokromator adalah piranti optis untuk memencilkan pita sempit
panjang panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber
cahaya (tentu saja kemonokromatikan yang sebenar-benarnya tidak tercapai)
Monokomator adalah piranti optis yang memencilkan suatu berkas radiasi dari
suatu sumbar berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian spektral
yang tinggi dengan panjang gelombang apa saja yang diinginkan. Komponen
yang hakiki (esensial) dari sebuah monokromator adalah suatu sistem celah
atau suatu unsur dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan kecelah masuk,
kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas
sejajar jatuh keunsur pendispersi, yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi.
Kemurniaan spektral dari radiasa yang keluar dari dalam monokromaro itu
tegantung pada daya dipersi dari prisma dan lebar celah keluar. Dengan
monokromator prisma, lebar celah tertentu tidak menghasilkan derajat
kemonokromatikkan yang sama sepnjang spketrum itu. Ketergantungan
panjang gelombag dari dipersi suatu prisma adalah sedemikian rupa, sehingga
panjang gelombang dalam spektrum itu tidak seragam penebarannya. Dispersi
besar untuk panjang gelombang yang lebih pendek, dan karenanya cahaya yang
lebih besar disini akan mencapai derajat kemurnian spektral yang sama seperti
celah yang lebih sempit pada panjang gelombang yang lebih panjang.
Suatu masalah monokromator adalah apa yang disebut cahaya nyasar,
dengan mana yang diartikan radiasai yang panjang gelombangnya tak jelas
yang terpantul didalam monokromator dan dapat menerobos keluar lewat celah
keluar. Dalam instrumen yang baik ini diminimalkan dengan menggunakan
permukaan hitam kusam dan dengan menyisipkan sekat-sekat dalam posisi-
posisi yang tepat. Dalam isntrumen yang lebih bagus lagi, cahaya nyasar
tersebut dikurangi sampai ketingkat luar biasa rendahnya dengan menggunakan
monomkromator rangkap, umunya dengan menggunakan baik primsa maupun
kisi.
3. Wadah sampel, kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan, dan
karenanya kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke
dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energi
cahaya dalam daerah spektral yang diminati.
4. Detektor, detektor fotolistrik yang paling sederhana tabung foton. Ini berupa
tabung hampa udara, dengan jendela yang tembus cahaya, yang berisi sepasang
elektroda, melintasi elektroda tersebut diberi selisih potensial.
5. Penguatan dan pembacaan, suatu pengganda (amplifiier) dan rangkaian yang
berkaitan yang membuat isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.
6. Pengukuran diferensial, biasanya larutan pembanding dalam spektrofotometri
adalah pelarut murni atau sesuatu macam larutan blanko yang mengandung
sedikit zat yang akan ditetapkan atau tidak sama sekali.( underwood,1989)
Contoh penerapan metode Spektrofotometri bisa dilihat pada contoh
berikut, jika memiliki suatu larutan glukosa yang tidak diketahui konsentrasinya,
dengan metode spektrofotometri dapat digunakan untuk mengetahui konsentrai
glukosa dalam larutan itu. Pada metode Spektrofotometri, cahaya pada panjang
gelombang tertentu dilewatkan melalui sampel larutan glukosa, dari cahaya yang
dilewatkan itu ada yang terserap dan ada yang lewat begitu saja. Banyaknya
cahaya yang terserap oleh molekul glukosa dapat diukur atau diketahui, dan nilai
tersebut merefleksikan jumlah glukosa yang ada di dalam larutan sampel. Secara
singkat peristiwa tersebut digambarkan lewat formula berikut:
A = log (Po/P)
Dimana:
A= Absorbansi atau serapan
Po = Irradiansi awal, satuannya Watt per meter persegi (W/m2)
P = Irradiansi akhir, satuannya Watt per meter persegi (W/m2)
Irradiansi adalah besarnya energi per detik per luas area celah cahaya (light
beam).
Bila rumus itu dikaitkan dengan pengukuran glukosa di atas maka bisa
digambarkan seperti berikut ini:
Misalkan, ketika cahaya yang dilewatkan tidak ada yang diserap oleh
larutan sampel maka dapat dikatakan P = Po, yang berarti A = 0, karena
nilai log 1 = 0.
Ketika cahaya yang dilewatkan diserap sebanyak 90% oleh molekul
glukosa, maka hanya 10% cahaya yang dilewatkan. Dengan demikian nilai
P = Po/10, perbandingan tersebut menghasilkan nilai Absorbansi sebesar 1
(A=1), karena log (Po/P) = log 10 = 1.
Ketika cahaya yang dilewatkan diserap sebanyak 99% oleh molekul
glukosa, maka hanya 1% cahaya yang dilewatkan. Pada keadaan itu, nilai
P = Po/100, perbandingan nilai P dengan Po tersebut menghasilkan nilai
absorbansi sebesar 2 (A=2), karena log (Po/P) = log 100 = 2.
Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa besarnya serapan (A) proporsional
dengan besarnya konsentrasi (c) dari zat uji. Secara matematis Hukum Lambert-
Beer dinyatakan dengan persamaan
A = εbc
Dimana:
ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1)
b = lebar celah (cm)
c = konsentrasi (M)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki
satuan dan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Absorptivitas Molar pada
persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa
banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang
tertentu. Semakin besar nilai Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak
cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan
semakin besar.
Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi
kurang dari sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan
dengan konsentrasi pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul
terlarut lain sebagai akibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan
dengan konsentrasi yang pekat tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan
molekul yang lain maka nilai Absorptivitas Molar dari satu molekul itu akan
berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai Absorbansi yang dihasilkan
pun ikut terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak
mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji. Itulah makanya
ketika larutan sampel yang Kamu miliki konsentrasinya tinggi, Kamu harus
mengencerkannya terlebih dahulu sebelum dikukur secara spektrofotometri.
Secara umum, uji kuantitatif suatu sampel harus memberikan serapan antara 0.2 –
0.8, atau toleransinya 0.1 – 0.9. Jika nilai serapan sampel kurang dari persyaratan
tersebut, maka Kamu tidak bisa menggunakan metode spektrofotometri untuk
mengkuantifikasinya. Atau jika nilai serapan sampel Kamu lebih dari persyaratan
tersebut, maka Kamu harus mengencerkan sampel yang Kamu miliki sehingga
hasil pengencerannya memberikan serapan pada range nilai serapan yang
dipersyaratkan.(http://informasitips.com/spektrofotometri-absorbansi-dan-
konsentrasi-hukum-lambert-beer)
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Peralatan Filter Fotometer : pengukur serapan sinar sampel.
Kuvet : wadah sampel.
Labu ukur 100 mL dan 25 mL : wadah pengenceran.
Pipet gondok 5 mL : penakar volume.
Buret 25 mL : wadah larutan standar
b. Bahan .
Larutan standar Fe+3 500 ppm : larutan sampel.
Asam salisilat 1% : larutan pengomplek dan pemberi
warna.
Asam asetat 0,1 N : penstabil
Aquadest : pelarut larutan induk Fe.
3.2 Cara Kerja
1. Larutan Fe+3 50 mg/L dibuat dari larutan induk Fe+3 500 mg/L.
2. Deretan standar dengan variasi 0 ; 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ; 4,0 ; 7,0 dan 10 mL
dibuat dengan menggunakan buret kedalam labu ukur 50 mL.
3. Masing-masing ditambahkan 2 mL asam salisilat dan 5 mL asam asetat
0,1 M, lalu diencerkan sampai tepat tanda batas.
4. Larutan tugas diminta pada asisten dengan menggunakan labu ukur
yang sama dan diperlakukan sama dengan deretan standar.
5. Alat diset dengan benar pada jenis sinar monokromatis yang
ditugaskan.
6. Diukur dan dicatat nilai transmitan semua larutan diatas. Diulangi
pengukuran pada dua panjang gelombang lain yang ditugaskan asisten.
7. Diukur larutan tugas pada panjang gelombang / jenis filter sinar
monokromatis yang memberikan serapan tertinggi.
8. Ditentukan adsorban dan dibuat kurva kalibrasi standar dari data yang
diperoleh.
Pemakaian alat Filter Fotometer
1. Tombol PI diminimumkan dan alat dihubungkan dengan sumber arus
listrik.
2. Alat di “ON” kan dan dibiarkan stabil lebih kurang 10 menit.
3. Monokromator / filter diset pada panjang gelombang / filter yang
ditugaskan.
4. Blanko dimasukkan pada posisi bulatan putih, C1 pada posisi merah
lalu tutup. Mode adsorban dipilih pada posisi putih / blanko.
5. Tombol PI / tombol fine diatur sehingga skala tepat menunjukkan
angka 100 persen T. Maka alat telah set.
6. Pengukuran dipindahkan pada posisi merah. Dibaca dan dicatat nilai
transmitannya.
7. Hal ini dilakukan terhadap seuruh larutan standar.
8. Hal yang sama dilakukan pengukuran terhadap dua panjang
gelombang yang lain yang ditugaskan Assisten.(untuk setiap
penggantian panjang gelombang, alat harus diset ulang dengan
menggunakan blanko).
9. Pengukuran dilakukan dengan larutan tugas pada satu panjang
gelombang dimana serapannya maksimum.
10. Seluruh data Transmittan dikonversi menjadi nilai absorban dengan
menggunakan scientific calculator atau daftar logaritma, lalu dibuat
kurva kalibrasinya.
11. Nilai Cx ditentukan dari larutan tugas.
12. Diminimumkan tobol PI jika telah selesai. Dimatikan / offkan alat
fotometer.
3.3 Skema kerja
Larutan Fe3+ 50 mg/L
Dibuat dari larutan induk Fe3+ 500 mg/L
Deretan standar dengan variasi 0;0,5;1,0;2,0;4,0;7,0; dan 10 mL
Dibuat menggunakan buret kedalam labu ukur 50 mL
Ditambahkan 2 mL asam salisilat dan 5 mL asam asetat 0,1 M
kedalam masing-masing labu ukur.
Diencerkan tepat sampai tanda batas
Larutan tugas
Diperlakukan sama dengan deretan standar.
Alat fotometer
Diset dengan benar pada sinar monokromatis yang ditugaskan
Diukur dan dicatat nilai transmitan semua larutan.
Diulangi pengukuran pada dua panjang gelombang lain yang
ditugaskan.
Diukur pula larutan tugas pada panjang gelombang/ jenis filter
monokromatis yang memberikan serapan tertinggi.
Dihitung nilai adsorban
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar. 1990. Konsep-Konsep Kimia Analitik . UI Press . Jakarta .
Underwood, LA. 1989. Analisa Kimia Kuantitatif, 3thed. Jakarta : Erlangga
http://share.its.ac.id/mod/resource/view.php%3Fid%3D1624%26redirect%3D1
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrum_serapan_ultraviolet-tampak __uv-vis_/hukum_beer_lambert/
http://informasitips.com/spektrofotometri-absorbansi-dan-konsentrasi-hukum-lambert-beer