fortab

12
TUGAS FORMULASI TABLET EVALUASI TABLET Disusun oleh: ALVIAN 1043050011 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2013

Upload: alvian-vian

Post on 27-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

formulasi tablet

TRANSCRIPT

Page 1: Fortab

TUGAS FORMULASI TABLET

EVALUASI TABLET

Disusun oleh:

ALVIAN 1043050011

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

JAKARTA

2013

PENDAHULUAN

Page 2: Fortab

MONOGRAFI METRONIDAZOL:

Nama Kimia : 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol

Rumus Molekul : C6H9N3O3

Berat Molekul : 171,16

Metronidazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C6H9N3O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih hingga kuning pucat, tidak berbau; stabil di udara, tetapi lebih gelap bila terpapar oleh cahaya

Kelarutan : sukar larut dalam eter, agak sukar larut dalam air, dalam metanol dan dalam kloroform

Pengukuran UV : Asam – 277 nm ( A 11 = 377 a )

Basa – 319 nm ( A 11 = 520 b )

Rumus Bangun :

Efek Farmakologi

Page 3: Fortab

Metronidazol ialah 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol yang berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Selain memiliki efek trikomoniasid, metronidazol juga berefek amubisid dan efektif terhadap Giardia lamblia.

Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral. Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral diperoleh kadar plasma kira-kira 10 μg/ml. Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri sensitif, rata-rata diperlukan kadar tidak lebih dari 8 μg/ml. Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam (Sjarif, 1995).

Metronidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan infeksi bakteri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun ekstraintestinal.

Alasan dibuat dengan metode film coating

adalah sebagai alternatif penutup rasa dari obat dan perlindungan mengatasi kondis cuaca yang kurang baik tanpa mengubah ukuran atau berat tablet. Serta kelebihan metode ini dibanding salut gula adalah waktu pengerjaannya relatif lebih cepat, lebih efisien karena membutuhkan tenaga dan bahan lebih sedikit, luas area produksi bisa dikurangi, hanya sedikit menambah berat tablet (2-4%), dan variasi bobot maksimal yang diperbolehkan maksimal 5%, initial (logo) tablet inti masih tampak, sehingga mudah identifikasi.

Metode Pembuatan Tablet Film Coating Tablet salut film (film coating) dikarakterisasikan sebagai tablet inti yang disalut dengan lapisan relatif tipis. Keuntungan yang nyata dari proses penyalutan bisa dijamin aman dengan polimer pembentuk film, seperti ethylcellulose, poli vinil pirolidon (PVP) atau hidroksi metil propii selulosa (HPMC), yang dapat larut baik didalam air maupun dan bahan pelarut organik anhidrat. Sekitar 3-10 % bahan dilarutkan dalam campuran acetone-alcohol campuran bersama-sama dengan 5–10% dietil ftalat atau plasticizer lain untuk menghasilkan larutan penyalut film yang bisa diterapkan dengan teknik panci. Plasticizer mencegah kerusakan film menjadi rapuh karena usia. Metilen klorida sering ditambahkan kepada bahan pelarut untuk mengurangi resiko pelepuhan, selagi penyerapan yang tak pantas dari bahan pembentuk film yang susah dicegah dengan lebih dahulu lapisan penyalut shellac-sealing dari tablet inti.

Formulasi lapisan film biasanya mengandung komponen-komponen berikut1. Polimer2. Plasticizer3. Pewarna / bahan opasitas4. Pelarut / Kendaraan5. Flavours dan pemanis6. Surfaktan7. Antioksidan8. Antimikroba / Pengawet

PolimerSebuah film mampu menghasilkan film tipis halus di bawah kondisi lapisan yang tentukan.

Page 4: Fortab

Di antara sebagian besar dari polimer yang digunakan dalam lapisan film adalah turunan selulosa atau polimer akrilik dan kopolimer.

Polimer untuk lapisan film:

1. Immediate Release Coating Polymers (release cepat)

a) Selulosa turunan:Yang paling banyak digunakan dari polimer selulosa HPMC (hidroksipropil Methyl Cellulose). Hal ini mudah larut dalam media air, Film bentuk dengan sifat mekanik yang baik (kekuatan, fleksibilitas dan adhesi ke inti tablet). Ini juga mudah aplikasi mantel. Contoh lain: MC (Methyl Cellulose) & HPC (hidroksipropil selulosa)

b) Vinyl turunan:Yang paling banyak digunakan vinil polimer turunan adalah PVP. Ini memiliki penggunaan yang terbatas dalam lapisan film karena kelengketan yang terkandung di dalamnya. Sebuah kopolimer PVT dan vinil asetat membentuk film yang lebih baik.

2. Modified Release Coating Polymers (termodifikasi)a) Extended Release Coating Polymers (diperpanjang)

Mereka dilarutkan dalam pelarut organik atau terdispersi dalam media berair. Selulosa turunan juga sering digunakan. Turunan selulosa sangat diganti selulosa eter, sehingga rendering polimer tidak larut air, contoh: Etil Selulosa (EC).

b) Enterik Polimer Coating1. Asam metakrilatKehadiran gugus asam karboksilat membuat polimer ini menjadi tidak larut dalam air pada pH rendah (perut) tetapi secara bertahap menjadi larut karena pH naik menuju netralitas (bagian atas dari usus kecil). Contoh: Eudragit2. Ester ftalatContoh: Selulosa asetat ftalat (CAP).

PlasticizersAffords fleksibilitas dan elastisitas untuk melapisi dan dengan demikian memberikan daya tahan.Plasticizers adalah bahan berat molekul hanya relatif rendah yang memiliki kemampuan untuk mengubah sifat fisik polimer untuk membuat itu lebih berguna dalam menjalankan fungsinya sebagai bahan film-coating.

Hal ini umumnya dianggap mekanisme molekul plasticizer untuk menempatkan diri di antara helai polimer individu sehingga berhenti berinteraksinya polimer-polimer. Jadi polimer dikonversi ke bahan lentur lagi. Plastisizers yang mengklasifikasikan dalam tiga kelompok:

1. Jenis Polyos mengandung gliserol, propilen glikol, PEG (Polyethylene glycol). 2. Ester organik mengandung phthalate ester, dibutil sebacete, ester sitrat, triacetin.

Page 5: Fortab

3. Minyak / gliserida mengandung minyak jarak, asetat, monogliserida, minyak kelapa difraksinasi.

PelarutFungsi utama dari sistem pelarut untuk menyerbarkan atau membubarkan polimer dan aditif lainnya. Pelarut organik yang mudah menguap dapat digunakan untuk spreadability yang baik dari komponen mantel atas tablet dan memungkinkan penguapan cepat, tetapi bahan ini mahal dan menunjukkan bahaya lingkungan dan residu pelarut dalam perumusan harus diselidiki (batas tertentu). Pelarut encer lebih aman, tetapi mereka menunjukkan penguapan lambat dan dapat mempengaruhi stabilitas obat.Kelas-kelas utama pelarut yang digunakan adalaha. Airb. Hidrokarbon terklorinasi

Pewarna / opacquantsMenyediakan penampilan yang elegan dan menarik. Contoh: Besi, oksida, pigmen, Titanium dioksida dan Aluminium.Identifikasi produk oleh produsen dan karena itu bertindak sebagai bantuan untuk prosedur GMP yang ada: - Penguatan pencitraan merek dan pengurangan pemalsuan produk.- Identifikasi produk oleh pasien dengan menggunakan pewarna.

Pewarna untuk lapisan film, dalam jumlah kurang atau lebih akan memberikan perlindungan terhadap bahan aktif dalam kehadiran cahaya. Pewarna terutama diklasifikasikan ke dalam tiga bagian.

1. Sunset kuning, tartrazine, erythrosine adalah contoh pewarna organik dan danau mereka.

2. Oksida besi kuning, merah dan hitam, titanium dioksida, talk adalah contoh warna anorganik.

3. Anthrocyanins, ribofloavine dan carmine adalah contoh warna-warna alami.

Flavours dan pemanis ditambahkan untuk menutupi bau yang tidak menyenangkan atau untuk mengembangkan rasa yang diinginkan. Misalnya, aspartam, berbagai rasa buah (pelarut organik), larut dalam air rasa nanas (berair pelarut) dll

Surfaktan merupakan pelengkap untuk melarutkan bahan-bahan larut atau tidak larut dalam lapisan.

Antioksidan digabungkan untuk menstabilkan sistem pewarna terhadap oksidasi dan berubah warna. Misalnya oximes, fenol dll

Antimikroba / Pengawet yang ditambahkan ke menunda pertumbuhan mikroba dalam

Page 6: Fortab

komposisi pelapis. Beberapa solusi lapisan selulosa berair terutama rentan terhadap pertumbuhan mikroba, dan penyimpanan jangka panjang dari komposisi pelapis harus dihindari. Misalnya alkylisothiazloinone, karbamat, benzothiazoles dll

Pengujian Evaluasi Tablet

Kadar Zat Berkhasiat

Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol C6H9N3O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket

Penetapan Kadar Metronidazol dalam Tablet

Ditimbang seksama 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 50 mg Metronidazol sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda, dikocok homogen maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcg/ml. Disaring dan lebih kurang 25 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 mcg/ml. Selanjutnya dipipet sebanyak 6 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 12 mcg/ml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 277 nm dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko.

Persyaratan: Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol C6H9N3O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995).

Uji Keseragaman Sediaan

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV bahwa kadar zat aktif 50 mg atau

lebih besar dari 50 mg yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan,

maka uji keseragaman sediaan dilakukan dengan cara keragaman bobot.

- Penetapan keragaman bobot dilakukan dengan cara:

Ditimbang seksama 10 tablet, satu persatu dan dihitung bobot rata-rata. Kemudian ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet. Dari hasil penetapan kadar dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

Persyaratan: Keragaman bobot terletak antara 85,0% sampai 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang atau sama dengan 6,0%

Page 7: Fortab

Uji Kekerasan Tablet

Alat: Strong Cobb Hardness Tester (Erweka)

Cara: Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu “stop” menyala, knop ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet.

Ketentuan umum: Kekerasan tablet 4-8 kg (Parrot, 1970).

Uji Friabilitas

Alat: Roche Friabilator (Erweka)

Cara: Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a gram). Tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama 4 menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram).

Friabilitas (F) = (a – b) / a x 100%

Ketentuan umum: Kehilangan berat ≤ 0,8% (Voight, 1994) .

Uji Waktu Hancur

Alat: Disintegration Tester (Erweka)

Tablet Bersalut Bukan Enterik

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan cairan lambung buatan LP dengan suhu 37º ± 2º C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.

Uji Disolusi Tablet

Page 8: Fortab

Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat Dissolution Tester.

Medium : 900 ml HCl 0,1 N

Alat : tipe 1 (metode keranjang)

Kecepatan putaran : 100 rpm

Waktu : 60 menit

Cara:

Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml medium disolusi yang bersuhu 37º ± 0,5º C. Kemudian keranjang diputar dengan kecepatan 100 rpm. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 menit larutan dipipet sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang 277 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Volume medium diusahakan tetap dengan menambahkan medium HCl 0,1 N sebanyak 0,5 ml setelah pemipetan. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet.

Persyaratan: Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) C6H9N3O3 dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995).

Hasil Uji Keragaman Bobot

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) bahwa persyaratan keragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0% – 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.

Keseragaman isi tablet dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau granulasi selama berbagai proses pembuatan dan penyimpangan berat tablet.

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Fortab

http://formulation.vinensia.com/2011/05/film-coating-tablet-materials-and.html

http://www.pharmainfo.net/reviews/film-coating-technology-overview

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1979. Hal 6, 7, 8

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.