formulasi dan stabilitas minuman jeli …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal...
TRANSCRIPT
FORMULASI DAN STABILITAS MINUMAN JELI INFUSA DAUN TEH (Camellia
sinensis (L.). O. Kuntze) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN
Erlinda Sari1)
,Bina Lohita Sari2)
dan Mira Miranti3)
1)dan
2) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor
Universitas Pakuan Bogor
Teh hijau Camelia sinensis (L.) O. Kuntze, merupakan jenis tanaman yang banyak dikenal
dan dikonsumsi masyarakat. Teh hijau memiliki komponen kimia khususnya polifenol yang
berpotensi sebagai antioksidan yang mampu mencegah maupun menghambat serangan dari radikal
bebas dan senyawa oksigen reaktif pada kelompok sel tubuh. Pada penelitian ini dilakukan
pembuatan infusa daun teh dan minuman jeli dengan perbedaan bahan tambahan pembentuk gel
yaitu karagenan 0,3%(F1), karagenan 0,15% dan konjak 0,15% (F2), konjak 0,3%(F3). Hasil
pengujian berdasarkan uji hedonik yang dianalisis dengan Friedman test menunjukkan bahwa
formula yang disukai adalah formula 2.
Hasil penelitian menunjukkan minuman jeli yang disimpan selama 8 minggu memiliki nilai
pH (6,1 – 7,3) dan nilai aktivitas antioksidan yang aktif pada suhu sejuk (<10°C) yaitu antara
61,32-70,59 ppm, suhu kamar (25°-30°C) yaitu antara 65,10–72,97 ppm, suhu (40°-45°C) yaitu
70,59 ppm. Stabilitas sediaan minuman jeli yang disimpan pada suhu sejuk (<10°C) lebih stabil
dibandingkan dengan suhu kamar (25°-30°C) dan suhu (40°-45°C), selama penyimpanan terjadi
penurunan aktivitas antioksidan pada suhu kamar (25°-30°C) dan suhu (40°-45°C) dan jumlah
mikroba tidak memenuhi syarat.
Kata Kunci : Daun teh, minuman jeli, stabilitas, aktivitas antioksidan.
ABSTRACT
Green tea Camellia sinensis (L) O. Kuntze, is a plant that the most known and consumed by
the people. Green tea have chemicals component especially polyphenol that has potensial as
antioxidant that capableo obstruct the assault from free radicals and reactive oxygen compound
against body cell group. This research was done by making tea leaves infusion and jelly drink with
additional material differences gelling maker, which is carrageenan 0,3%(F1), carrageenan 0,15%
and konjac 0,15%(F2), konjac 0,3%(F3). The result based on hedonic test was analyzed with
Friedman test showing the most preferably formula was formula 2.
The result of this research showed the jelly drink stored during 8 weeks has pH value (6,1-
7,3) and antioxidantactivity value that active at cool temperature (<10°C) is between 61,32-70,59
ppm, room temperature (25°-30°C) is between 65,10-72,97ppm, temperature (40°-45°C) is 70,59
ppm. Stability of jelly drink froms that stored at cool temperature (<10°C) was more stable
compared to room temperature (25°-30°C) and temperature (40°-45°C), during storage the
antioxidant activity was decrease at room temperature (25°-30°C) and at temperature (40°-45°C)
and microbials amount was not eligible.
Keywords : Tea leaves, jelly drink, stability, antioxidant activity.
PENDAHULUAN
Antioksidan merupakan senyawa yang
dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
mengikat radikal bebas dan molekul yang
sangat reaktif. Antioksidan memiliki fungsi
untuk menghentikan atau memutuskan
reaksi berantai dari radikal bebas yang
terdapat di dalam tubuh, sehingga dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari
kerusakan akibat radikal bebas (Hernani
dan Rahardjo, 2005).
Teh hijau (Camelia sinensis L.)
merupakan jenis tanaman yang banyak
dikenal dan dikonsumsi masyarakat. Teh
hijau memiliki komponen kimia khususnya
polifenol yang berpotensi sebagai
antioksidan. Teh juga memiliki kandungan
vitamin A, vitamin C, katekin, polifenol,
dan selenium (Irmawati, 2014).
Teh hijau mempunyai potensi zat gizi
yang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai
produk pangan olahan, diantaranya
2
minuman jeli. Minuman jeli merupakan
minuman ringan berbentuk gel, umumnya
minuman jeli memiliki sifat elastis namun
konsistensinya atau kekuatan gelnya lebih
lemah bila dibandingkan jeli agar.
Keunggulan dari minuman jeli yaitu bukan
hanya sekedar minuman, tapi sekaligus
untuk menunda rasa lapar, minuman jeli
juga banyak digemari oleh masyarakat
(Noer, 2006).
Berdasarkan penelitian Subaryono dan
Bagus (2006), diketahui bahwa bahan
tambahan yang digunakan dalam
pembuatan minuman jeli yaitu karagenan
dan konjak. Karagenan merupakan bahan
pengental, pembentuk gel dan pengemulsi
yang memiliki kemampuan untuk
membentuk gel seperti hal nya gelatin, sifat
gel karagenan rapuh dan kurang elastis.
Salah satu bahan nabati lain yang memiliki
sifat elastis namun tidak membentuk gel
adalah konjak glukomanan yang berfungsi
sebagai bahan pembentuk gel, pengental,
pengemulsi, dan penstabil. Dari sifat bahan
tambahan di atas diharapkan dapat
digunakan sebagai pencampur untuk
meningkatkan elastisitas karagenan sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan
minuman jeli. Hasil penelitian yang telah
dilakukan aktivitas antioksidan ekstrak
daun teh Camellia sinensis (L) memiliki
nilai IC50 sebesar 70,25 ppm (Tariq dan
Reyaz, 2013). Berdasarkan uraian diatas
maka dilakukan pemanfaatan daun teh yang
dapat dikembangkan menjadi produk
minuman jeli untuk meningkatkan cita rasa,
selain itu sediaan ini sangat praktis dan
diminati oleh masyarakat karena rasanya
yang enak. Dilakukan uji stabilitas terhadap
minuman jeli agar dapat diketahui kualitas
dari minuman jeli, dan dapt menghasilkan
produk pangan dengan stabilats yang baik
dan memiliki khasiat untuk kesehatan. Serta
dilakukan pengujian antioksidan dengan
metode DPPH (1,1
diphenylpicrylhydrazine) karena metode ini
merupakan metode yang sederhana, mudah
diperoleh bahan bakunya, dan
menggunakan sampel dalam jumlah yang
sedikit dan waktu yang singkat.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah daun teh diperoleh dari kebun
Gunung Mas di daerah Puncak Cisarua
yang telah dideterminasi di Pusat Penelitian
Biologi-LIPI, Kebun Raya, Bogor. Bahan
lainnya, aquadest, gula pasir, karagenan,
konjak glukomanan, DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil), vitamin C, metanol, natrium
benzoat, nipasol, kalium sitrat , etanol 95%,
serbuk magnesium, asam klorida, amoniak,
klorofom, asam sulfat 2N, asam asetat
anhidrat, asam sulfat pekat, bouchardat,
mayer, dragendroff, asam klorida 2N,
natrium klorida 10%, FeCl3, gelatin 10%,
nutrient agar, potato dextrose agar dan lain-
lain. Sedangkan alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain timbangan analitik
(And®), oven (Memert
®), spektrofotometer
UV-Vis (Optizen®), lemari pendingin, pH
meter (Hanna®), Moisture balance (AND
MX 50®), tanur (Ney
®) dan alat gelas
lainnya.
Metode
Pembuatan Simplisia Daun Teh
Daun teh hijau dipetik pada bagian
tengah (2-4 daun dari atas pucuk). Daun teh
yang dikumpulkan dari BTPN Puncak
Kebun Gunung Mas, dilakukan sortasi
basah (memisahkan kotoran daun teh
dengan kotoran-kotoran yang menempel)
lalu dicuci dengan air bersih yang mengalir
sampai bersih, kemudian ditiriskan untuk
menghilangkan air dari sisa-sisa pencucian.
Daun teh yang telah bersih dan bebas air
pencucian diangin-anginkan dilanjutkan
pengeringan dibawah sinar matahari
langsung ditutupi dengan kain hitam.
Pengeringan selama 2 hari sampai masing-
masing tanaman kering, lalu dilakukan
sortasi kering yang berguna untuk
membersihkan kembali dari kotoran yang
mungkin tidak hilang saat pencucian.
Simplisia kering tersebut selanjutnya
digrinder hingga menjadi simplisia serbuk
lalu diayak dengan ayakan mesh 30 lalu
ditimbang untuk mendapatkan bobot akhir
simplisia. Disimpan dalam wadah yang
kering dan bersih. Rendemen simplisia
dapat dihitung dengan cara :
Rendemen = x 100%
Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air simplisia dilakukan
dengan menggunakan alat moisture
balance. Sebelum digunakan alat terlebih
3
dahulu ditara dengan akurasi dan
temperatur sesuai dengan jumlah simplisia
yang diujikan.
Penetapan Kadar Abu
Lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang
telah digerus dan ditimbang seksama,
dimasukkan ke dalam krus platina atau krus
silika yang telah dipijarkan dan ditara lalu
diratakan. Dipijarkan perlahan hingga arang
habis, didinginkan dan ditimbang. Jika cara
ini arang tidak dapat dihilangkan,
ditambahkan air panas, disaring melalui
kertas saring bebas abu. Residu dan kertas
saring dipijarkan dalam krus yang sama.
Filtrat dimasukkan ke dalam krus,
diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap
dengan suhu 4500C- 600
0C, lalu ditimbang.
Kadar abu dihitung terhadap bobot bahan
yang telah dikeringkan di udara (DepKes
RI, 1989).
Pembuatan Infusa Daun Teh Ekstrak dalam penelitian ini dibuat
dengan metode infundasi. Infusa daun teh
dibuat dengan mendidihkan 50 g simplisia
daun teh di dalam 500 mL aquadest pada
suhu 90°C selama 15 menit sambil sekali-
sekali diaduk. Kemudian dilakukan
penyaringan melalui kain batis sampai
diperoleh volume infusa sebanyak 500 mL,
untuk memperoleh sejumlah volume
tersebut hampas dibilas aquadest panas dan
disaring, sehingga diperoleh volume 500
mL (Irianti dkk, 2008).
Uji Fitokimia Serbuk Simplisia Daun
Teh
Uji Flavonoid
Ditimbang serbuk simplisia sebanyak
500 mg dilarutkan dalam 5 mL etanol 95
%, diambil 2 mL larutan dan ditambahkan
0,1 g serbuk magnesium, kemudian
ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat,
dikocok perlahan. Warna merah jingga
hingga merah ungu yang terbentuk
menunjukan positif adanya flavonoid, jika
terjadi warna kuning jingga menunjukkan
adanya flavon, kalkon dan auron (Depkes
RI, 1980).
Uji Alkaloid
Ditimbang serbuk simplisia sebanyak
500 mg kemudian ditambahkan 1 mL asam
klorida 2 N dan 9 mL air, dipanaskan diatas
penangas air selama 2 menit lalu
didinginkan dan disaring, selanjutnya
dipindahkan 3 tetes filtrat digunakan
sebagai larutan percobaan yang akan
digunakan dalam pengujian berikut : Filtrat
pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes
Bouchardat LP. Hasil positif ditandai
adanya endapan coklat sampai hitam. Filtrat
pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes Mayer
LP. Hasil positif ditandai adanya endapan
putih atau kuning yang larut dalam metanol
P. Filtrat pada kaca arloji, ditambahkan 2
tetes Dragendorff LP. Hasil positif
ditujukan dengan adanya endapan jingga
coklat (Depkes RI, 1980).
Uji Tanin
Ditimbang serbuk simplisia sebanyak
500 mg, dilarutkan dalam 5 ml air suling
panas dan diaduk, setelah dingin
disentrifugasi dan bagian cair didekantisir,
kemudian diberi larutan natrium klorida 10
% kemudian saring. Filtrat sebanyak 1 ml
ditambahkan 3 ml larutan gelatin 10 %.
Hasil positif ditunjukan dengan
terbentuknya warna hitam kebiruan atau
kehijauan (Sangi dkk, 2008).
Uji Saponin
Ditimbang serbuk simplisia sebanyak
500 mg yang dimasukan kedalam tabung
reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas,
didinginkan dan kemudian dikocok kuat-
kuat selama 10 detik. Hasil positif ditandai
dengan terbentuknya buih yang mantap
selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi
1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1
tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang
(Depkes RI, 1980).
Uji Polifenol Serbuk daun teh sebanyak 500 mg
ditambah 10 ml aquadest panas, diaduk dan
dibiarkan sampai suhu kamar, tambahkan
3-4 tetes 10% NaCL, diaduk dan disaring.
Filtrate yang didapatkan, diberi beberapa
tetes larutan FeCL3 kemudian diamati
terjadinya perubahan warna, jika berubah
menjadi hijau biru hingga hitam, ditandai
adanya senyawa fenol pada ekstrak daun
teh (DepKes Ri. 1980).
Minuman Jeli Infusa Daun Teh
Formulasi
Formulasi minuman jeli pada penelitian
ini berdasarkan dari hasil penelitian
pendahuluan sebelumnya untuk
4
memperoleh kekenyalan minuman jeli yang
baik yaitu digunakan infusa daun teh
sebesar 15%, pemebntuk gel yaitu konjak
dan karagenan masing-masing 0,15% dan
0,3%. Minuman jeli infusa daun teh dibagi
menajdi 3 formula dengan perbedaan jenis
pembentuk gel.
Tabel 1. Formulasi Minuman Jeli Infusa Daun Teh
Bahan
Jumlah (%)
F1 F2 F3
Infusa daun teh 15% 15% 15%
Sukrosa 10% 10% 10% Kalium Sitrat 0,15% 0,15% 0,15%
Konjak - 0,15% 0,3%
Karagenan 0,3% 0,15% -
Natrium Benzoat Nipasol
0,1% 0,01%
0,1% 0,01%
0,1% 0,01%
Air sampai 100 mL 100 mL 100 mL
Setiap formula dibuat @ 100 mL
Pembuatan Minuman Jeli Infusa Daun
Teh Sebanyak 15 mL infusa daun teh
ditambahkan sukrosa, karagenan, kalium
sitrat, natrium benzoat, konjak dan nipasol
sesuai takaran lalu dimasak (penambahan
bahan tambahan disesuaikan dengan setiap
formula). Minuman jeli kemudian
dipanaskan dengan suhu 70°C-80ºC selama
15 menit sambil diaduk hingga larut, setelah
larut angkat dan disisihkan kemudian
didinginkan pada suhu ruangan. Minuman
jeli dimasukkan ke dalam kemasan cup yang
sebelumnya telah dimasukan ke dalam air
panas. Kemasan ditutup dengan cup sealer,
lalu dibersihkan dengan cara menyelupkan
atau menyiramnya dengan air panas.
Analisis Daya Terima Panelis
Analisis daya terima minuman jeli
dilakukan dengan cara uji organoleptik
dengan metode uji hedonik (kesukaan).
Penilaian dilakukan terhadap empat
parameter yaitu warna, aroma, tekstur dan
rasa. Uji hedonik dilakukan terhadap 15
panelis dan diminta untuk memberikan
penilaian terhadap contoh produk
yandiberikan. Tingkat penilaian meliputi:
(1)Sangat suka, (2) Suka, (3) Kurang suka,
(4) Sangat tidak suka, (5)Biasa. Uji mutu
tekstur minuman jeli yang dibandingkan
dipasaran dengan merk dagang (x),
parameter yang diamati kekenyalan dan
organoleptik, dengan tingkat penilaian : (1)
Lebih kenyal, (2) Sama, (3)Tidak lebih
kenyal. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan kuesioner.
Uji Mutu
Uji pH Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH-meter terhadap pH jeli
daun teh, pH jeli sebelum dan sesudah
kondisi penyimpanan pada suhu sejuk
(<10oC), suhu kamar (25-30
oC) dan suhu
(40-45oC).
Uji Organoleptik
Pemeriksaan meliputi perubahan warna,
tekstur, rasa dan bau. Jeli yang telah dibuat
diperiksa bau, tekstur, rasa dan warnanya
sebelum dan sesudah dilakukan
penyimpanan pada suhu sejuk (<10oC), suhu
kamar (25-30oC) dan suhu (40-45
°C) , tiap 2
minggu.
Uji Cemaran Mikroba
Metode Tuang ALT (Angka Lempeng
Total)
Penyiapan sampel untuk pemeriksaan
mikrobiologi dengan cara sebagai berikut :
Ditimbang 1 g sampel ke dalam alumunium
foil. Sampel dimasukkan ke dalam labu ukur
10 mL ditambah pengencer sampai 10 mL
sehingga diperoleh pengenceran 1:10, dan
dikocok hingga larut atau dengan bantuan
vortex. Dilanjutkan dengan pengenceran
yang diperlukan, yaitu 1:100, 1:1000,
1:10000.
Pada pengujian ini diketahui seberapa
besar cemaran mikroba pada sediaan
minuman jeli. Metode yang digunakan
adalah uji angka lempeng total, kapang dan
khamir. Jumlah mikroba angka lempeng
total maksimal 1 × 104 koloni/ml. . Jumlah
5
mikroba kapang dan khamir maksimal 50
koloni/ml (SNI 01-3552-1994). Dilakukan
pada minggu ke -0 dan minggu 8.
Uji Aktivitas Antioksidan
Pembuatan Larutan Pereaksi
1. Larutan DPPH 1 mM
Ditimbang tepat 39,432 mg serbuk
DPPH, Kemudian dimasukan ke dalam
labu ukur 100 mL. Dan ditambahkan
metanol p.a hingga batas lalu
dihomogenkan (sebelumnya labu ukur
sudah dilapisi alumunium foil).
2. Larutan Blangko
Dipipet sebanyak 1 mL larutan DPPH
mM, ditambahkan metanol p.a sampai 10
mL, kemudian dihomogenkan. Larutan
blangko diinkubasi pada suhu sekitar 25-
30oC (suhu kamar) selama 30 menit.
Serapan diukur menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum.
3. Larutan standar Induk Untuk Vitamin C
100 ppm
Ditimbang tepat 100 mg vitamin C,
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
dan dilarutkan dengan metanol sampai
tanda batas (1000 ppm). Untuk
mendapatkan larutan induk vitamin C
dengan konsentrasi 100 ppm, dilakukan
dengan cara dipipet 10 mL. Vitamin C
(1000 ppm), dimasukan ke dalam labu
ukur 100 mL, dan dilarutkan dengan
metanol p.a sampai tanda batas
(Molyneux, 2004).
Penetapan Panjang Gelombang
Maksimum DPPH
Penentuan panjang gelombang
maksimum dilakukan untuk mengetahui
serapan maksimum dari panjang gelombang
yang digunakan dari pereaksi DPPH.
1 mL larutan DPPH 1 mM ditambahkan
metanol p.a sampai dengan 10 mL. dan
diinkubasi pada suhu kamar selama 30
menit. Kemudian diukur serapannya pada
panjang gelombang 500-530 nm.
Penetapan Waktu Inkubasi
Dipipet sebanyak 1 mL, larutan
standar induk 100 ppm kemudian ditepatkan
dengan metanol sampai tanda batas 10 mL.
Dihomogenkan dan ditambahkan 1mL
larutan DPPH 1 mM, kemudian didiamkan
selama waktu optimum pada suhu kamar.
Serapan diukur pada panjang gelombang
maksimum pada 10, 20, 30, 40, 50 dan 60
menit sehingga diperoleh waktu serapan
optimum yang stabil.
Pembuatan Deret Larutan Standar
Kontrol Positif ( Vitamin C )
Larutan Deret Vitamin C dibuat dalam
beberapa konsentrasi yaitu 0, 2, 4, 6, 8 dan
10 ppm dari larutan induk 100 ppm pada
labu ukur 50 mL. Kemudian diencerkan
dengan metanol p.a sampai tanda batas pada
labu ukur, ditambahkan 1 mL larutan DPPH
1 mM, kemudian dihomogenkan dan
didiamkan selama waktu optimum pada
suhu kamar.
Pembuatan Larutan Uji Sampel minuman jeli dau teh sebanyak
50 mL dihancurkan, lalu dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL dan diencerkan
sampel 100 mL dengan metanol p.a. Dibuat
deret 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm dengan
volume yang dipipet sebanyak 0,4; 0,8; 1,2;
1,6; 2 mL ke dalam labu ukur 10 mL, larutan
tersebut lalu diencerkan dengan metanol p.a
sampai batas. Masing-masing ditambahkan 1
mL DPPH, lalu dikocok dan diinkubasi pada
suhu kamar dan waktu optimum. Serapan
diukur pada panjang gelombang maksimum
yang telah ditentukan oleh spektrofotometer
UV-Vis.
Perhitungan Antioksidan dengan Metode
DPPH Deret larutan uji, deret larutan kontrol
positif vitamin C dan blangko diukur
serapannya pada panjang gelombang
maksimum yang telah ditentukan dengan
spektrofotometer. Nilai persentase hambatan
terhadap DPPH dihitung menggunakan
rumus berikut :
Nilai IC50 (inhibitor concentration)
diperoleh dari potongan garis antara 50 %
daya hambat dengan sumbu konsentrasi
menggunakan persamaan linear (y = bx + a),
dimana y = 50 dan x menunjukan IC50 (
Rohman dan Riyanto, 2005).
Uji Stabilitas
Uji stabilita dilakukan untuk minuman
jeli yang terpilih berdasarkan tiga uji.
6
Evaluasi dilakukan pada 3 suhu yang
berbeda, yaitu suhu sejuk <10°C, suhu
kamar 25-30°C dan suhu 40-45°C selama 8
minggu dengan pengambilan sampel untuk
uji setiap 2 minggu dilakukan pengamatan
yang meliputi penampilan fisik secara visual
warna rasa, aroma, tekstur, pH, dan
antioksidan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan identifikasi tumbuhan daun
teh yang dikumpulkan dari BTPN Puncak
Kebun Gunung Mas telah dilakukan
determinasi di Pusat Konvervasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jalan Ir. H.
Juanda No. 13 Bogor 16003. Hasil
determinasi menunjukan bahwa tanaman
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
spesies Camellia sinensis (L.) O. Kuntze,
suku Theaceae. karakterisasi serbuk
simplisia daun teh yaitu memiliki warna
coklat, aromanya khas dan rasanya pahit.
Rendeman Serbuk Simplisia Daun Teh
Pucuk daun teh segar yang digunakan
5,6 kg dikeringkang dibawah sinar matahari
selama 2 hari dan ditutupi dengan kain
hitam. Penggunaan kain hitam bertujuan
untuk menghindari kontaminan daun dari
kotoran atau debu pada daun teh. Daun segar
berubah warna menjadi kecoklatan setelah
mengalami proses pengeringan, kemudiaan
daun teh digrinder untuk menghaluskan
ukuran daun teh. Hasil pengeringan daun teh
didaptkan serbuk simplisia 1,1 kg. Hasil
rendemen serbuk simplisia daun teh yang
diperoleh adalah sebesar 19,642%.
Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu
Serbuk Simplisia Daun Teh
Penetapan kadar air serbuk simplisia
telah dilakukan dengan menggunakan alat
moisture balance. Hasil pemeriksaan kadar
air serbuk simplisia diperoleh sebesar
7,715%. Penetapan kadar air bertujuan untuk
memperkecil pertumbuhan mikroorganisme
dalam serbuk simplisia. Hal ini terkait
dengan tingkat kemurnian simplisia dan
adanya kontaminan dalam simplisia tersebut.
Dengan demikian, penghilangan kadar air
hingga jumlah tertentu berguna untuk
memperpanjang daya tahan bahan selama
penyimpanan. Pada umumnya syarat kadar
air simplisia kurang dari 8%. Hasil ini
menunjukkan bahwa serbuk simplisia daun
teh telah memenuhi syarat.
Penetapan kadar abu bertujuan untuk
mengetahui atau mengidentifikasi kadar zat
anorganik dan mineral dalam simplisia.
Kadar abu yang diperoleh pada serbuk
simplisia daun teh sebesar 3,805%. Hasil
penetapan kadar abu memenuhi syarat yaitu
kurang dari 7% (DepKes RI., 1989).
Uji Fitokimia
Pengujian fitokimia pada serbuk
simplisia daun teh dilakukan untuk
mengetahui kandungan senyawa metabolit
sekunder dalam sempel.
Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Serbuk
Simplisia Daun Teh
Uji Golongan Senyawa
Kimia Hasil
Alkaloid +
Flavonoid +
Saponin +
Tannin +
Polifenol +
Hasil Pembuatan Ekstrak Cair Dan
Minuman Jeli Infusa Daun Teh Proses ektraksi yang digunakan adalah
dengan cara infus dan pelarutnya air berupa
aquadest. Metode infus ini dipilih karena
pada umumnya daun teh dikonsumsi dengan
cara dicelupkan atau didihkan pada air
panas. Hasil infusa diperoleh sebanyak 500
mL. minuman jeli infusa daun teh yang
dihasilkan memiliki karakteristrik dengan
warna coklat, aroma dan rasa khas daun teh,
tekstur kenyal.
Uji Hedonik Dan Uji Pasangan (Tekstur)
Uji hedonik atau uji kesukaan bertujuan
untuk menilai suatu produk secara
organanoleptik yaitu meliputi warna, aroma,
rasa dan tekstur. Uji hedonik dilakukan pada
ketiga formula dengan variasi pembentukan
gel yang berbeda. Formula 1 dengan
pembentuk gel karagenan 0,3%, Formula 2
dengan pembentuk gel karagenan dan
konjak 0,15%;0,15%, dan Formula 3 dengan
pembentuk gel konjak 0,3%. Ke tiga
formula tersebut dikembangkan untuk
mengetahui berapa banyak panelis yang
menyukai terhadap salah satu formulasi.
7
Berdasarkan hasil analisis menggunakan
metode Friedman Test aroma dan tekstur
tidak memiliki pengaruh nyata terhadap
sediaan minuman jeli. Parameter terhadap
rasa dan warna memiliki pengaruh nyata
pada sediaan minuman jeli.
Berdasarkan uji pasangan (tekstur)
diketahui bahwa kekenyalan minuman jeli
dengan merk (x) tidak berbeda dengan
minuman jeli formula 2 dan formula 3, hasil
uji pasangan yang terbaik yaitu formula 2
dengan pembentuk gel karagenan dan
konjak dengan konsentrasi 0,15%yang lebih
kenyal dibandingkan dengan merk (x).
Hasil Pengujian Stabilitas
Hasil Pengamatan Organoleptik ( Warna,
Aroma dan Tekstur)
Pengujian organoleptik adalah sifat
produk atau komoditas pangan yang hanya
dikenali atau diukur dengan proses
penginderaan yaitu penglihatan dengan
mata, pembauan dengan hidung, pencicipan
dengan rongga mulut, perabaan dengan
ujung jari tangan (Soekarto 1985).
Tabel 3. Hasil Organoleptik
Minggu
ke
Penyimpanan Organoleptik
Suhu Sejuk
<10°C
Suhu Kamar
25-30°C
Suhu
40-45°C
Warna Aroma Tekstur Warna Aroma Tekstur Warna Aroma tekstur
0 CM Khas K CM Khas K CM Khas K
2 CM Khas K CM Khas K CM Khas K
4 CM Khas K C TS K C TS K
6 CM Khas SK CG TS SC CG TS C
8 CM Khas Sk CG TSM C CG TSM C
Ket Warna : CM = coklat muda
C = coklat
CG = coklat gelap
Ket Tekstur : K = kenyal
C = cair
SK = sedikit kenyal
SC = sedikit cair
Ket Aroma : Khas daun teh
TS = tidak sedap
TSM = tidak sedap menyengat
Hasil pengamatan organoleptic
menunjukan adanya perubahan warna dan
aroma pada sediaan minuman, minuman jeli
mengalami perubahan warna dan aroma,
warna pada minuman jeli mengalami
perubahan dari warna coklat muda sampai
kecoklatan dan aroma pada minuman jeli ini
mengalami perubahan menjadi aroma yang
tidak sedap, perubahan warna disebabkan
terjadi oksidasi serta dipengaruhi oleh suhu
selama penyimpanan, dimana pada suhu
diatas 26°C daun teh hijau akan mengalami
perubahan warna dari hijau, coklat dan
hitam. Perubahan aroma diduga adanya
aktivitas mikroba pada sediaan yang
dipengaruhi oleh kadar air yang tinggi,
semakin tinggi kadar air dapat
mempengaruhi daya tahannya terhadap
mikroorganisme dan menjadi tempat
tumbuhnya mikroba. Sedangkan minuman
jeli yang disimpan pada suhu sejuk stabil
selama penyimpanan dalam waktu yang
lama dan tidak mengalami perubahan warna
dan aroma (Yulianti, 2008).
Hasil pengamatan pada tekstur sediaan
minuman jeli menunjukkan sedian sangat
stabil pada suhu sejuk (<10°C), sedangkan
tekstur mengalami perubahan menjadi
sedikit kenyal pada suhu kamar (25-30°C)
dan suhu (40-45°C) mengalami perubahan
tekstur yang cair dan cenderung mengalami
sinersis ,yaitu suatu peristiwa dimana cairan
merembes keluar dari struktur gel (Noer
2006).
Hasil Pengamatan pH
Pada pengujian parameter pH sediaan
minuman jeli selama stabilitas mengalami
terjadinya penurunan dengan pH kurang dari
7. Penurunan pH menyebabkan menurunnya
stabilitas khususnya pada suhu tinggi dan
penurunan pH menyebabkan hidrolisis
polimer pada karagenan yang
mengakibatkan kehilangan viskositas dan
kemampuan untuk membentuk gel,
8
disebabkan oleh pemanasan dan suhu selama
penyimpanan. Kondisi ini merupakan
kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya
mikroorganisme sehingga minuman jeli ini
lebih mudah rusak, selain itu adanya
kemungkinan kontaminasi oleh mikroba
yang berkembang pada sediaan sehingga
berpengaruh terhadap pH (Fardiaz, 1989).
Tabel 4. Hasil pengamatan pH
Minggu
ke
pH
Suhu
sejuk
<10ºC
Suhu
kamar
25-30ºC
Suhu
40-
45ºC
0 7,3 7,3 7,1
2 7,3 7,0 7,0
4 7,2 6,9 6,9
6 7,3 6,6 6,5
8 7 6,1 6,2
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
Metode yang digunakan untuk
menentukan aktivitas antioksidan minuman
jeli dari daun teh adalah metode DPPH (1,1
diphenylpicrylhydrazine) adalah pengukuran
besarnya serapan perubahan warna DPPH
dari warna ungu (senyawa radikal bebas)
menjadi warna kekuning yang menunjukan
bahwa radikal bebas telah bereaksi dengan
antioksidan yang terkandung dalam sampel
melalui pemberian hidrogen dari antioksidan
menjadi bentuk yang lebih stabil.
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan
dengan menggunakan spektrofotometri UV-
Vis, hasil panjang maksimum yang
diperoleh yaitu 514 nm. Waktu inkubasi
optimum didapat pada menit ke 30 yang
cukup stabil.
Tabel 5. Aktivitas Antioksidan Minuman Jeli Daun Teh Formula
Minggu
ke Suhu Penyimpanan IC50 Keterangan
0 Suhu sejuk (<10º) 61,32 ppm
Aktif
Suhu kamar (25-30ºC) 65,10 ppm
Suhu (40-45ºC) 70,39 ppm
4 Suhu sejuk(<10º) 69,80 ppm
Suhu kamar(25-30ºC) 72,97 ppm
Suhu (40-45ºC) 70,29 ppm
8 Suhu sejuk(<10º) 70,59 ppm
Suhu kamar (25-30ºC) - Sudah ada kapang khamir
Suhu (40-45ºC) - Sudah ada kapang khamir
Hasil uji antioksidan pada formula
2 tergolong aktif yaitu sekitar 69,80 – 72,92
ppm. Faktor yang dapat mempengaruhi
menurunnya aktivitas antioksidan yaitu
salah satunya dipengaruhi oleh suhu,
lamanya penyimpanan sehingga
menyebabkan antioksidan pada sediaan
menjadi rusak dan mudah teroksidasi,
peristiwa oksidasi dapat dipengaruhi oleh
pH, cahaya, dan proses pemanasan pada saat
pembuatan minuman jeli sehingga
berpengaruh terhadap kualitas minuman jeli
yang ditunjukan oleh menurunnya aktivitas
antioksidan.
Hasil Uji Cemaran Mikroba
Cemaran mikroba merupakan mikroba
yang keberadaannya dalam produk pada
batas tertentu dapat menimbulkan risiko
terhadap kesehatan. Uji mikroba pada
sediaan minuman jeli bertujuan untuk
menjaga atau mempertahankan jumlah
pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat
dalam sediaan minuman jeli hingga jangka
waktu yang diinginkan.
9
Tabel 6. Hasil Uji Cemaran Mikroba (ALT)
Minggu
ke
ALT
Persyarat <1x104 koloni/ml Suhu sejuk
(<10°C)
Suhu kamar
(25-30°C)
Suhu
(40-45°C)
0 <10 3,0x 103 3,0x10
2 Memenuhi syarat
8 4,1x105 T-BUD T-BUD Tidak memenuhi syarat
Tabel 7. Hasil Uji Cemaran Mikroba Kapang Khamir
Minggu
ke
Kapang khamir Persyaratan
Maks 50 koloni/g Suhu sejuk
(<10°C)
Suhu kamar
(25-30°C)
Suhu
(40-45°C)
0 <10 <10 <10 Memenuhi syarat
8 4,1x105 T-BUD T-BUD Tidak memenuhi syarat
Ket : T-BUD = Terlalu Banyak Untuk Dihitung
Pengujian cemaran mikroba dilakukan
dengan dua metode yaitu metode ALT
(Angka Lempeng Total) dan metode semai
kapang khamir. Berdasarkan hasil uji ALT
(Angka Lempeng Total) pada minggu ke 0,
menunjukan hasil yang memenuhu syarat
yaitu masih dibawah batas standar yang
telah ditentukan oleh Standar Internasional
Indonesia (SNI) kurang dari 1x104
koloni/ml, sedangkan pada minggu ke 8
mengalami peningkatan jumlah mikroba
pada minuman jeli sehingga tidak memenuhi
syarat yang telah ditetapkan, hal ini
disebabkan karena terjadinya penurunan pH,
banyaknya minuman jeli mengandung air
atau sudah terjadi sinersis yaitu peristiwa
keluarnya air dari minuman jeli, kadar air
yang tinggi menjadi media untuk tumbuhnya
mikroba pada sediaan minuman jeli.
Berdasarkan hasil cemaran mikroba
metode semai (kapang khamir) menunjukan
hasil yang memenuhi syarat pada minggu
ke-0 yaitu <10, tetapi tidak memenuhi
syarat pada minggu ke-8, hal ini disebabkan
tingginya kapang khamir pada sediaan
minuman jeli, karena mikroorganisme
seperti kapang dan khamir baik tumbuh pada
makanan yang mengandung gula sehingga
masih mungkin tumbuh dan berkembang,
terjadinya kontaminasi silang, pemanasan
dan temperatur, kapang dan Khamir dapat
menyebabkan beberapa kerusakan pada rasa,
bau, dan tekstur (Jumiyati dkk., 2012).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ekstrak cair daun teh dapat dibuat
sediaan minuman jeli dengan 3 formula
yang disukai panelis yaitu formula 2
dengan parameter pembentukan gel
konjak dan karagenan.
2. Formula 2 sediaan minuman jeli yang
disimpan pada suhu sejuk (<10°C) lebih
stabil dibandingkan dengan sediaan yang
disimpan pada suhu kamar (25°C-30°C)
dan suhu (40°C -45°C) memiliki
aktivitas antioksidan yang aktif dengan
nilai IC50 antara 61,57 ppm–73,03 ppm.
Saran
1. Perlu ditambahkan penambahan
konsentrasi pengawet pada minuman jeli
daun teh untuk mengurangi tumbuhnya
mikroba dalam sediaan selama
penyimpanan.
2. Perlu dilakukan pengembangan
minuman jeli daun teh yang telah ada
dan dilakukan pengemasan yang lebih
baik lagi sehingga minuman jeli dapat
diterima oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Dep.Kes. 1979. Materia Medika Indonesia.
Jilid III. Direktorat Pengawasan Obat
dan Makanan. Jakarta. Hal .663, 680,
706, 840.
_______. 1980. Materia Medika Indonesia.
Jilid IV. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan.
Jakarta; Hal. 159, 166, 170-171.
Fardiaz, D.1989. Hidrokoloid. Laboratorium
kimia dan biokimia pangan. Pusat
antar Universitas Pangan dan Gizi,
10
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Hernani dan Rahardjo M. 2005. Tanaman
Berkhasiat Antioksidan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Irianti, T., Nanang F dan Sigit H. 2008.
Perbandingan Inhibisi Ekstrak Air
Daun Teh (Camellia sinensis (L)
O.K.) Terhadap Vitamin C Pada
Fotodegradasi Tirosin yang Diinduksi
Ketoprofen dan Kandungan Fenolik
Totalnya. Majalah Obat Tradisional.
13 (45) : 128-135.
Irmawati. 2014. Keajaiban Antioksidan.
Penerbit Padi: Jakarta. Hal. 1-14.
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable
Free Radical Diphenylpicryl-
hydrazyl (DPPH) for Estimating
Antioxidant Activity, Songklanakarin
J. Sci. Technol., 26(2), 211-21.
Noer H. 2006. Hidrokoloid dalam
Pembuatan Jelly Drink. Food
Review. Vol 1 Edisi 2 Maret 2006.
Sangi, M., MRJ. Runtuwene., HEI. Simbala
and V. M. A. Makang. 2008.
Phytochemical analysis of medicine
plant in north minahasa region.
SNI. 01.3552.1994. Syarat Mutu Jelly :
Dewan Standarisasi Makanan – DSN
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik
Untuk Industri Pangan dan
Perairan,Jakarta: Bharatan
Subaryono dan Bagus.S. 2006. Penggunaan
Campuran Karaginan dan Konjak
dalam Pembuatan Permen Jelly.
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan Vol. 1 No.
1.
Tariq, AL dan Reyaz AL. 2013. Antioxidan
Activity Of Camellia Sinensis
Leaves. International Journal Of
Current Microbiology And Applied
Sciences. 2(5): 40-46
Yulianti R. 2008. Pembuatan minuman jeli
daun kelor ( moringa oleifera lamk)
sebagai vitamin C dan ß-karaoten.
Fakultas Pertanian. Institute
Pertanian Bogor.