formulasi bubur instan sumber protein … · bubur bayi instan sumber protein dengan bahan dasar...

77
i FORMULASI BUBUR INSTAN SUMBER PROTEIN MENGGUNAKAN KOMPOSIT TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L.) DAN PATI GANYONG (Canna edulis Kerr.) SEBAGAI MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) YUSTIYANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: truongminh

Post on 18-Mar-2019

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

FORMULASI BUBUR INSTAN SUMBER PROTEIN MENGGUNAKAN KOMPOSIT TEPUNG KACANG MERAH

(Phaseolus vulgaris L.) DAN PATI GANYONG (Canna edulis Kerr.) SEBAGAI MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)

YUSTIYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

ii

ABSTRACT

YUSTIYANI. Formulation of instant porridge using red beans flour (Phaseolus vulgaris L.) and canna starch (Canna edulis Kerr.) composite as a weaning food1. Under direction of BUDI SETIAWAN.

The purpose of this study was to formulate instant baby porridge as a source of protein weaning food based on red beans flour and canna starch composite. The design of this study was a complete randomized design with one factor which was the ratio of red beans flour and canna starch in composite composition as instant porridge ingredient (2:1, 3:1, and 4:1). Based on organoleptic test, F2 which used red bean flour and starch canna ratio by 3:1 was the choosen formula. The optimal time to brew the instant porridge was 62 seconds with amount of water used was 3 ml/g. The instant porridge bulk density was 0.61 g/ml and water absorption was 4.67g/g. This instant porridge contained 363 kkal/100 g, 16.57% protein, 1.48% fat, 70.84% total carbohydrate, 197.7 mg calcium, 8.17 mg zinc, and 16.48 mg iron. Protein digestibility of this porridge was 79.83%. As per 27 g serving size of this instant porridge can fulfill 22.25% protein, 55.25% iron, 27.63% zinc so that it can be claimed as food source of protein and zinc, and high iron.

Keywords: canna starch, instant porridge, red bean flour, weaning food

1 This research was funded by Indofood Riset nugraha (IRN) Research Grant 2012/2013

iii

RINGKASAN

YUSTIYANI. Formulasi Bubur Instan Sumber Protein Menggunakan Komposit Tepung Kacang Merah dan Pati Ganyong sebagai Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN.

Tujuan umum penelitian ini adalah memformulasikan bubur instan sebagai MP-ASI sumber protein berbahan dasar komposit tepung kacang merahdan pati ganyong. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) membuat formula bubur bayi instan sumber protein dengan bahan dasar komposit tepung kacang merah dan pati ganyong, 2) menganalisis tingkat kesukaan (hedonik dan mutu hedonik) tiga formula bubur bayi instan sumber protein, 3) memilih formula terbaik bubur bayi instan sumber protein berdasarkan hasil uji organoleptik, 4) menganalisis sifat fisik (uji seduh, waktu rehidrasi, densitas kamba, daya serap air), sifat kimia (proksimat, mineral, pati, serat pangan), mutu gizi (daya cerna pati dan protein), serta mikrobiologi (total plate count) pada bubur terpilih, serta 5) menganalisis kontribusi bubur instan terpilih terhadap kecukupan gizi bayi usia 7-11 bulan.

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu 1) pembuatan dan analisis kimia bahan dasar berupa tepung kacang merah dan pati ganyong; 2) formulasi bubur instan; 3) uji homogenitas formula bubur instan; 4) uji organoleptik tiga formula; 5) analisis daya terima formula terbaik; 6) analisis fisik formula terpilih;7) analisis kimia produk terpilih; dan 8) analisis mutu giziformula terbaik. Tepung kacang merah yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki kadar air 14.4%, kadar abu 2.19%, kadar protein 2.23%, kadar lemak 2.10%, serta karbohidrat 79.09%. Sementara itu pati ganyong yang dihasilkan mengandung 6.5% air, 0.63% abu, 0.42% protein, 2.99% lemak, dan 89.46% karbohidrat.

Formula uji dibedakan menjadi tiga macam perlakuan dengan memodifikasi komposisi komposit yang digunakan, yaitu formula F1, formula F2, dan formula F3 dengan perbandingan tepung kacang merah dan pati ganyong berturut-turut sebesar 2:1, 3:1, dan 4:1. Pembuatan produk bubur instan dilakukan dengan metode dry mixing yaitu mengocok semua bahan secara manual hingga homogen. Uji homogenitas produk bubur instan digunakan untuk memastikan seluruh bahan telah tercampur secara meratadengan mengukur viskositas lima titik berbeda pada masing-masing formula bubur menggunakan Rapid Viscosity Analizer (RVA). Formula bubur dinyatakan homogen apabila tidak ada perbedaan viskositas antara kelima titik dalam formula tersebut (p<0.05). Uji organoleptik produk bubur instan menggunakan 29 orang panelis agak terlatih. Secara keseluruhan penerimaan panelis terhadap produk bubur instan berkisar dalam rentang 5.24-5.86 dalam skala 1-9. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penerimaan panelis terhadap formula F2 dan F3 lebih tinggi dibandingkan formula F1 (p<0.05). Formula F2 dipilih untuk analisis lebih lanjut karena memiliki nilai kesukaan panelis untuk parameter tekstur lebih baik dibandingkan F3. Analisis fisik yang dilakukan terhadap formula terpilih F2 meliputi uji seduh, waktu rehidrasi, densitas kamba, serta daya serap air. Uji seduh menunjukkan jumlah air yang perlu ditambahkan untuk menyeduh bubur adalah 3 ml/gram bubur instan dengan waktu rehidrasi selama 62 detik. Densitas kamba produk adalah 0.61 g/ml dan daya serap air 4.67 g/g.

iv

Analisis kimia yang dilakukan terhadap produk bubur instan terbaik adalahkadar air (7.92%), kadar abu (3.19%), kadar protein (16.57%), kadar lemak (1.48%), kadar karbohidrat (70.84%), kadar pati (67.33%), total serat pangan (21.79%), kadar kalsium (197.70 mg/100 g), kadar zat besi (8.17 mg/100 g), serta kadar seng (8.17 mg/100 g). Mutu gizi dan mikrobiologis produk meliputi daya cerna pati (55.63%), daya cerna protein (79.83%), dan angka lempeng total (1.7x105 koloni/gram). Kandungan energi 363 kkal/100 g dihitung berdasarkan kadar karbohidrat, protein, dan lemak dalam bubur terbaik. Berdasarkan syarat mutu MP-ASI bubuk instan yang ditetapkan oleh SNI 01-7111.1-2005, kandungan dan mutu gizi bubur instan yang telah memenuhi syarat adalah energi (minimal 80 kkal/100 g), kadar abu (maksimal 3.5%), kadar protein (8-22%), kadar seng (minimal 2.5 mg/100 g), zat besi (minimal 5 mg/100 g), dan daya cerna protein (minimal 70%). Sementara itu, kandungan dan mutu zat gizi yang belum memenuhi SNI adalah kadar air (maksimal 4%), kadar lemak (6-15%), total serat pangan (maksimal 5%), kalsium (minimal 200 mg/100 g), dan angka lempeng total (maksimal 104 koloni/gram). Takaran saji bubur instan adalah 27 g yang dapat menyumbang 22.25% protein, 55.25% zat besi, 27.63% seng berdasarkan acuan label gizi (ALG) anak usia 7-24 bulan sehingga dapat diklaim sebagai pangan sumber protein dan seng serta tinggi zat besi.Perbaikan proses produksi untuk mengurangi kadar air dan menurunkan total serat pangan perlu dilakukan untuk memenuhi syarat mutu produk sesuai SNI. Penambahan minyak atau sumber lemak lain perlu dilakukan untuk menutupi kekurangan lemak dalam produk. Perbaikan hygieneselama proses produksi diperlukan untuk mengurangi cemaran mikrobiologi dalam produk.

v

FORMULASI BUBUR INSTAN SUMBER PROTEIN MENGGUNAKAN KOMPOSIT TEPUNG KACANG MERAH

(Phaseolus vulgaris L.) DAN PATI GANYONG (Canna edulis Kerr.) SEBAGAI MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)

YUSTIYANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizipada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

vi

Judul : Formulasi Bubur Instan Sumber Protein Menggunakan Komposit

Tepung Kacang Merah dan Pati Ganyong sebagai Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Nama : Yustiyani

NIM : I14080028

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

Mengetahui:

Ketua

Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Disetujui :

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan hidayah-

Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam

tercurah kepada teladan sepanjang zaman Rasulullah Muhammad saw yang

telah membawa risalah dan cahaya kebenaran Islam. Penulisan skripsi sebagai

hasil penelitian dengan judul ”Formulasi Bubur Instan Sumber Protein

Menggunakan Komposit Tepung Kacang Merah dan Pati Ganyong sebagai

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)” ini tidak lepas dari dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran,

dan masukan kepada penulis.

2. Ibu Leily Amalia Furkon, STP, MSi sebagai dosen pemandu seminar dan

dosen penguji atas masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Tiurma Sinaga, BSc, MFSA sebagai dosen pembimbing akademik

atas bimbingan dan motivasi selama perjalanan studi penulis.

4. Indofood Riset Nugraha (IRN) 2012/2013 atas dana hibah penelitian dan

bimbingannya sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

5. Kedua orangtua (Sutoyo dan Juliyah), Mas Yus, Mba Ari, Via, Fatih, kak

Sapri, Mas Madi dan seluruh keluarga besar di rumah atas doa dan

dukungan selama perjalanan hidup penulis.

6. Pak Mashudi atas bimbingan dan masukannya yang sangat berharga

serta laboran-laboran bu Rizky, bu Titi, dan teh Santi atas bantuannya.

7. Rekan-rekan di laboratorium: Mely, Azni, Rohman, mas Agus, Laely,

serta rekan-rekan GM 45 atas bantuan dan motivasi yang sangat

berharga, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per

satu.

Bogor, April 2013

Penulis

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, 10 Oktober 1990. penulis merupakan

putri ketiga dari pasangan Sutoyo dan Juliyah. Penulis menempuh pendidikan di

SDN 3 Lemahjaya, SMPN 1 Wanadadi, dan SMAN 1 Banjarnegara. Tahun 2008,

penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa perkuliahan penulis

pernah aktif sebagai staf DPM TPB IPB 2008-2009, staf LDK Al-Hurriyyah IPB

2008-2010, sekretaris departemen BEM FEMA IPB 2009-2010, ketua

departemen BEM FEMA IPB 2010-2011, pengurus Badan Konsultasi Gizi (BKG)

2011-2012, dan berbagai kepanitiaan. Penulis juga aktif sebagai asisten

praktikum di Departemen Gizi untuk mata kuliah Ilmu Gizi Dasar (2011-2012),

Pendidikan Gizi (2012), dan Ilmu Bahan Makanan (2012). Selain itu, penulis juga

sempat bekerja sebagai freelance reporter majalah Kulinologi & Foodreview

Indonesia.

Penulis merupakan penerima beasiswa Tanoto Foundation periode

2009/2012. Pada tahun 2011 penulis mendapatkan hibah wirausaha dari Tanoto

Foundation Bussiness Plan Competition dengan judul “Brownlish Brownis Mini

Stylish Berbasis Tepung Bekatul Padi (Polish Bran): Bisnis Prospektif Pangan

Fungsional yang Unik, Menarik, dan Bergizi Seimbang”. Tahun 2012 penulis

mengikuti program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan (PKMM)

dengan judul ”Kutejau (Kukis Teh Hijau): Cara Unik Mengkonsumsi Teh Hijau”.

Tahun 2012, penulis mendapatkan hibah dana penelitian dari Indofood melalui

program Indofood Riset Nugraha 2012/2013 dalam menyelesaikan penelitian

untuk skripsi ini.

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................. 1

Tujuan ................................................................................................ 3

Manfaat .............................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4

Kacang Merah ................................................................................... 4

Ganyong ............................................................................................ 5

Gizi Bayi ............................................................................................ 8

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) .................................. 9

Bubur Instan ...................................................................................... 11

METODE ..................................................................................................... 12

Waktu dan Tempat ............................................................................ 12

Bahan dan Alat .................................................................................. 12

Tahapan Penelitian ............................................................................ 13

Rancangan Percobaan ...................................................................... 19

Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 20

Pembuatan Formula dan Produk Bubur Bayi Instan ......................... 20

Karakteristik Organoleptik Produk ..................................................... 25

Sifat Fisik, Kimia, Mutu Gizi dan Mikrobiologi Bubur Bayi Instan ...... 34

Kontribusi Zat Gizi Bubur Instan terhadap Acuan Label Gizi (ALG) .. 40

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 42

Kesimpulan ........................................................................................ 42

Saran ................................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 43

LAMPIRAN .................................................................................................. 48

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteristik tepung kacang merah ............................................. 4

Tabel 2 Komposisi kimia umbi ganyong ................................................... 6

Tabel 3 Karakteristik kimia pati ganyong .................................................. 7

Tabel 4 Angka kecukupan gizi bayi usia 0-11 bulan ................................ 9

Tabel 5 Formulasi bubur instan MP-ASI tepung kacang merah dan pati

ganyong ....................................................................................... 16

Tabel 6 Karakteristik kimia tepung kacang merah .................................... 21

Tabel 7 Karakteristik kimia pati ganyong .................................................. 23

Tabel 8 Sifat fisik bubur bayi instan terbaik .............................................. 35

Tabel 9 Sifat kimia bubur bayi instan terbaik ............................................ 37

Tabel10 Kandungan zat gizi bubur instan dan kontribusinya terhadap

ALGanak 7-23 bulan per takaran saji .......................................... 41

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian ............................................... 13

Gambar 2 Proses pembuatan tepung kacang merah ............................... 14

Gambar 3 Proses pembuatan pati ganyong ............................................. 15

Gambar 4 Proses pembuatan bubur instan modifikasi ............................. 17

Gambar 5 Uji homogenitas bubur instan .................................................. 17

Gambar 6 Rataan skor penilaian mutu hedonik terhadap parameter

kecerahan warna ..................................................................... 26

Gambar 7 Rataan skor penilaian mutu hedonik terhadap parameter

aroma bumbu ........................................................................... 27

Gambar 8 Rataan skor penilaian mutu hedonik terhadap parameter

aroma langu ............................................................................ 28

Gambar 9 Rataan skor penilaian mutu hedonik terhadap parameter

kemanisan .............................................................................. 29

Gambar 10 Rataan skor penilaian mutu hedonik terhadap parameter

rasa kacang merah .................................................................. 30

Gambar 11 Rataan skor penilaian mutu hedonik terhadap parameter

kelembutan .............................................................................. 31

Gambar 12 Rataan skor penilaian mutu hedonik terhadap parameter

kekentalan .............................................................................. 32

Gambar 13 Rataan kesukaan panelis terhadap atribut keseluruhan ......... 33

Gambar 14 Rataan kesukaan ibu bayi terhadap atribut uji kesukaan ........ 34

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji sidik ragam rataan hedonik bubur bayi instan .................. 48

Lampiran 2 Uji lanjut Duncan rataan hedonik bubur bayi instan ............... 48

Lampiran 3 Uji sidik ragam rataan mutu hedonik bubur bayi instan ......... 50

Lampiran 4 Uji lanjut Duncan rataan mutu hedonik bubur bayi instan ...... 50

Lampiran 5 Uji tabulasi silang parameter hedonik dan mutu hedonik

bubur bayi instan.................................................................... 52

Lampiran 6 Metode analisis fisik dan kandungan gizi bubur .................... 56

Lampiran 7 Formulir uji mutu hedonik ....................................................... 62

Lampiran 8 Formulir uji hedonik ................................................................ 63

Lampiran 9 Formulir uji kesukaan ............................................................. 64

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bayi perlu mendapatkan dukungan asupan zat gizi yang cukup untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.Memasuki usia enam

bulan, pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi

bayi yang semakin meningkat. Perkembangan koordinasi oromotor juga telah

memungkinkan bayi untuk menerima makanan dari luar (Grueger

2013).Meskipun secara umum terjadi penurunan kebutuhan zat gizi per kilogram

berat badan, pertambahan berat badan yang terjadi pada usia ini menyebabkan

total kebutuhan energi dan zat gizi meningkat. Sementara itu, bayi pada usia

enam bulan telah siap secara fisiologis dan psikologis untuk menerima berbagai

jenis makanan dan kebiasaan makan sesuai dengan etnis, budaya, dan ekonomi

setempat (Gamble et al 2008). Koordinasi gerakan peristaltik usus dan

pengeluaran asam lambung bayi akan sempurna dan mencapai kadar orang

dewasa pada usia ini, sehinggga telah siap dan perlu distimulasi dengan

makanan semi padat hingga padat sebagai pendamping ASI.

Salah satu bentuk makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang telah

banyak beredar di masyarakat adalah bubur instan. Menurut SK Menteri

Kesehatan No. 224/MENKES/SK/II/2007 tentang Spesifikasi Teknis MP-ASI, MP-

ASI dalam bentuk bubur diberikan kepada anak usia 7-12 bulan. Bubur instan

yang telah ada secara komersial umumnya berbahan dasar tepung beras

sebagai sumber karbohidrat.Tingginya konsumsi beras saat ini mendorong

berbagai upaya diversifikasi pangan untuk menghindari ketergantungan terhadap

satu komoditas. Sebagai pengganti tepung beras, Indonesia memiliki potensi

sumber karbohidrat lain yang berasal dari umbi-umbian. Selama ini hanya

beberapa jenis umbi saja yang banyak dikembangkan menjadi berbagai produk

olahan pangan, yaitu ubi jalar dan ubi kayu (Tejasari 2003). Sementara itu, jenis

umbi-umbian minor seperti ganyong, garut, suweg, uwi, kimpul, dan lain

sebagainya masih kurang dipelajari penggunaannya.

Ganyong (Canna edulis Ker.) adalah salah satu jenis umbi yang belum

banyak dimanfaatkan (Wardayanie et al. 2008)terutama untuk produk olahan

bubur instan atau makanan tambahan bayi.Tanaman ganyong mudah

dibudidayakan dan tidak memerlukan perawatan yang rumit.Umbi ganyong

merupakan sumber karbohidrat yang setara dengan beras, ubi jalar, singkong,

dan sagu (Hidayat et al 2008).Pati ganyong memiliki viskositas yang cukup

2

rendah dan stabil (Hung & Morita 2005) sehingga potensial dikembangkan

sebagai makanan bayi.Kandungan senyawa anti-gizi seperti asam sianida, fenol,

serta asam oksalat juga jauh di bawah ambang batas normal yang masih

diperbolehkan sehingga relatif aman untuk dijadikan sebagai bahan makanan

bayi (Tejasari 2003).

Beberapa penelitian terkait pemanfaatan ganyong baru berkisar pada

pembuatan produk bioetanol (Lathifah 2009; Putri & Sukandar 2008; Purwantari

et al 2004), sumber prebiotik (Anggraini 2007; Krisnayudha 2007; Sundari 2008),

substitusi pati ganyong untuk pembuatan nugget (Ernawati & Darwan 2007),

snack tepung komposit (Suhaeti 1983), mie (Budiyati 2010; Pangesthi 2009;

Hermann 1996) dan sohun (Roisah 2009). Sementara itu, produk yang telah

dikhususkan untuk sasaran bayi hanya biskuit prebiotik berbahan tepung

ganyong (Sundari 2008).Dengan demikian, potensi pati ganyong sebagai bahan

makanan untuk bayi belum banyak digali sehingga perlu dipelajari lebih lanjut.

Namun demikian, sebagaimana tepung dan pati umbi-umbian lainnya pati

ganyong memiliki kandungan protein yang rendah (Richana & Sunarti 2004).Nilai

gizi protein ganyong dapat ditingkatkan melalui pencampuran dalam bentuk

tepung komposit dengan tepung kacang-kacangan yang merupakan sumber

protein nabati yang baik dan murah (Tejasari 2003).Kacang merah (Phaseolus

vulgaris L) merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang potensial dan

mudah didapat di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Ekawati (1999)

menyatakan bahwa biskuit bayi dengan substitusi tepung kacang merah

menghasilkan kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan biskuit bayi

komersial. Tepung kacang merah memiliki kandungan protein tinggi yang tidak

jauh berbeda dengan kacang kedelai dan kacang hijau, bebas protein gluten

(Siddiq et al. 2010), serta dapat diminimalkan kandungan zat anti gizinya melalui

proses perendaman (Krupa 2008) dan pemasakan (Shimelis & Rakshit 2006)

sehingga potensial dikembangkan sebagai makanan bayi.

Pengembangan produk bubur instan menggunakan komposit tepung

kacang merah dan pati ganyong dapat menjadi terobosan baru untuk

menghasilkan MP-ASI yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi di

atas 6 bulan.Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

formulasi bubur instan yang tepat dengan memperhatikan aspek penerimaan dan

kebutuhan gizi bayi.Formulasi bubur yang tepat memiliki peluang untuk

3

dikembangkan dalam skala komersial sebagai produk makanan tambahan bayi

yang bergizi dan sesuai dengan kebutuhan bayi.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah memformulasikan bubur instan

sebagai MP-ASI sumber protein berbahan dasar komposit tepung kacang

merahdan pati ganyong.

Tujuan Khusus

1. Membuat formula bubur bayi instan sumber protein dengan bahan dasar

komposit tepung kacang merah dan pati ganyong.

2. Menganalisis tingkat kesukaan (hedonik dan mutu hedonik) tiga formula

bubur bayi instan sumber protein.

3. Memilih formula terbaik bubur bayi instan sumber protein berdasarkan

hasil penilaian organoleptik.

4. Menganalisis sifat fisik (uji seduh, waktu rehidrasi, densitas kamba, daya

serap air), sifat kimia (proksimat, mineral, serat pangan), mutu gizi (daya

cerna pati dan protein), serta mikrobiologi (angka lempeng total) pada

bubur terbaik.

5. Menganalisis kontribusi bubur instan terbaik terhadap kecukupan gizi bayi

usia 7-11 bulan.

Manfaat

Penelitian ini adalah salah satu upaya diversifikasi pangan serta

diharapkan dapat mengembangkan sumber karbohidrat dan protein dari

komoditas lokal sebagai bahan utama makanan pendamping ASI untuk

meningkatkan gizi bayi khususnya pada rentang usia 7-12 bulan sehingga

mampu mengurangi ketergantungan terhadap komoditas pangan tertentu.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang Merah

Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) merupakan tanaman legume yang

berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Selatan dan dataran Cina.Biji kacang

merah berwarna merah atau merah berbintik-bintik putih. Nama lain kacang

merah adalah kacang jogo dan kacang galing (Astawan 2009). Kacang merah

lazim digunakan sebagai sayuran, campuran salad, sambal goreng, kacang

goreng, bahan dodol, wajik, dan aneka kue lainnya.

Kacang merah mentah mengandung zat anti gizi yang dapat menurunkan

nilai gizi. Beberapa zat anti gizi yang telah diidentifikasi pada kacang merah

antara lain asam fitat, tanin, hemaglutinin, serta anti tripsin. Asam fitat mampu

mengikat ion-ion metal seperti fosfor sehingga ketersediaannya dalam tubuh

akan turun. Asam fitat dapat diturunkan kadarnya dengan perlakuan

perendaman, perebusan, dan fermentasi (Astawan 2009).

Tanin juga memiliki kemampuan mengikat mineral seperti besi dan

magnesium.Tanin terdapat banyak dalam kulit kacang merah, sehingga

perlakuan pengupasan dapat menurunkan kadartanin dalam kacang merah.

Perlakuan perendaman dan pemanasan juga dapat menurunkan kadartanin.

Hemaglutinin bersifat toksik dan dapat membekukan sel darah merah pada

penelitian menggunakan tikus.Hemaglutinin dapat dihambat dengan

memanaskan pada suhu 1000C, perendaman, serta perebusan.Anti tripsin

bersifat menghambat proses pencernaan protein.kadarnya dapat diturunkan juga

dengan perlakukan perendaman dan perebusan (Astawan 2009).

Tabel 1Karakteristik tepung kacang merah

Karakteristik Kadar (%)Rendemen (% bb) 28.7Derajat putih (%) 59.30Densitas kamba (g/ml) 0.68Daya serap air (g/ml) 4.25Kadar air (% bk) 9.96Kadar abu (% bk) 2.48Protein (% bk) 18.05Lemak (% bk) 2.42Karbohidrat (% bk) 67.09Serat kasar (% bk) 1.19Serat makanan (% bk) 28.18

Sumber: Ekawati (1999)

Tepung kacang merah adalah produk olahan kacang merah yang

diperoleh melalui tahapan pengeringan dan penghancuran.Ekawati (1999)

5

menyatakan bahwa tepung kacang merah memiliki densitas kamba yang lebih

kecil daripada kacang hijau.Sifat fisik dan kimia kacang merah yang disajikan

dalam Tabel 1.

Ganyong

Umbi Ganyong

Ganyong (Cana edulis Ker.) adalah jenis tanaman umbi-umbian berupa

rhizoma yang merupakan batang yang tumbuh di bawah tanah.Tanaman

ganyong berasal dari pegunungan Andes Amerika Selatan, tetapi saat ini telah

tersebar di Asia, Australia, dan Afrika.Ganyong cukup populer di wilayah Vietnam

dan Cina (Hermann 1996).Ganyong termasuk tanaman yang mudah tumbuh dan

tidak memerlukan banyak perawatan.Ganyong seringkali tumbuh liar ataupun

dibudidayakan (Lingga et al 1989).

Taksonomi tanaman ganyong adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Cannaceae

Genus : Canna

Species : Canna edulis Ker.

Ganyong termasuk golongan umbi minor dan dikenal dengan nama

internasional Queensland Arrowroot. Kulit luar ganyong sedikit keras dan

berlapis-lapis.Daging umbi berserat seperti lengkuas dan merupakan sumber

karbohidrat (Utami 2009).Sama seperti lengkuas, umbi ganyong berbuku-buku

dengan berkas sisik (daun) berwarna cokelat di sekelilingnya.

Terdapat dua varietas lokal umbi ganyong yaitu ganyong merah dan

ganyong putih.Pembedaan kedua varietas tersebut berdasarkan bentuk

tanaman, warna umbi, serta ukurannya (Utami 2009).Ganyong putih memiliki

batang, daun, dan pelepah berwarna hijau dengan sisik umbi

kecoklatan.Ganyong merah memiliki batang, daun, dan pelepah yang berwarna

merah atau ungu.Ganyong putih memiliki ukuran batang lebih kecil dan pendek.

Kurang tahan sinar matahari tetapi tahan kekeringan, selalu menghasilkan biji

dan bisa diperbanyak menjadi anak tanaman, umbi lebih kecil tetapi kadar

patinya tinggi. Sementara itu, ganyong merah memiliki batang lebih besar, agak

tahan sinar matahari dan kekeringan, sulit menghasilkan biji, umbi lebih besar

6

tetapi kadarpati rendah. Umbi ganyong merah lazim dimakan segar atau direbus,

sedangkan ganyong putih lebih banyak diambil patinya (Rodiahwati 2011).

Komposisi kimia umbi ganyong sangat dipengaruhi oleh varietas, umur,

iklim, dan tempat tumbuh umbi (Lingga et al 1989).Masa pemanenan ganyong

yang paling baik adalah 8 bulan yaitu saat umbi mengalami perbesaran

maksimal. Apabila dipanen melebihi umur 10 bulan, umbi akan menjadi keras,

kandungan patinya berkurang, dan kandungan serat bertambah (Flach &

Rumawas 1996). Komposisi kimia umbi ganyong disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi kimia umbi ganyong

Komposisi kimia Ganyong merah Ganyong putih Air (%bb) 81.80 79.45 Abu (%bk) 6.83 2.78 Protein (%bk) 1.67 2.04 Lemak (%bk) 6.96 5.89 Serat kasar (%bk) 23.71 16.64 Karbohidrat (by difference) (%bk) 60.83 72.66 Total fenol (mg/g) 8.50 16.56

Sumber: Utami (2009)

Kandungan serat kasar ganyong cukup tinggi dengan kisaran 16.64-

23.71% sehingga kurang cocok ditujukan untuk bahan makanan yang bertekstur

lunak.Selain itu, Richana & Sunarti (2004) menyatakan bahwa umbi ganyong

lebih potensial dikembangkan dalam bentuk pati dibandingkan tepung karena

rendemen pati ganyong lebih tinggi daripada rendemen tepung ganyong.Nilai

rendemen tepung ganyong sebesar 11.43% sedangkan rendemen pati ganyong

adalah 12.93%.

Kandungan fenol dalam umbi ganyong cukup tinggi, sehingga

menyebabkan ganyong mudah mengalami reaksi pencoklatan saat umbinya

dikupas atau dilukai (Utami 2009).Winarno (1995) menyatakan bahwa

pencoklatan enzimatik terjadi pada bahan yang banyak mengandung substrat

senyawa fenolik.Pencoklatan enzimatik dibantu dengan adanya enzim fenol

oksidase dan oksigen yang mengalami kontak langsung dengan substrat

tersebut.

Pati ganyong

Pati ganyong adalah produk olahan yang diperoleh dari proses ekstraksi

umbi ganyong. Pati ganyong telah diperdagangkan secara internasional dengan

namaQueensland Arrowroot Starch. Namun, pati ganyong di Indonesia masih

dihasilkan dari industri kecil dan rumah tangga (Utami 2009).

7

Pembuatan pati ganyong hampir sama dengan pembuatan tepung, yaitu

diawali dengan penggilingan ganyong yang bertujuan untuk memperkecil ukuran

bahan dengan cara ditekan dengan gaya mekanik dari alat penggiling.

Perbedaannya dengan pembuatan tepung ganyong terletak pada proses

ekstraksi dengan pengepresan dan pengendapan untuk memisahkan patinya

(Richana & Sunarti 2004).

Rendemen pati ganyong berkisar antara 7.04–12.93% (Richana & Sunarti

2004; Anggraini 2007; Utami 2009).Granula pati ganyong memiliki permukaan

yang luas mendekati bentuk oval dengan ukuran mencapai 41.0-185.6 µm

dengan struktur yang saling berdekatan.Ukuran ini lebih besar dibandingkan

dengan ukuran granula beras, tapioka, jagung, suweg, dan gembili.Ukuran

granula yang besar menunjukkan suhu gelatinisasi yang lebih rendah dan

kemampuan menyerap air yang lebih besar (Utami 2009).

Pati ganyong berwarna kekuningan atau putih kecoklatan dengan derajat

putih berkisar antara 62.93-89.3% (Utami 2009).Derajat putih pati dipengaruhi

oleh adanya kandungan senyawa fenol yang cukup tinggi dalam ganyong.Slamet

(2010) melaporkan bahwa perlakuan pendahuluan yang terdiri atas blanching,

perendaman dalam larutan garam dan perendaman dalam larutan natrium bisulfit

pada pembuatan pati ganyong menghasilkan tepung yang lebih cerah. Penelitian

yang dilakuan oleh Utami (2009) menunjukkan bahwa penambahan 10000 ppm

natrium metabisulfit saat proses ekstraksi dapat meningkatkan derajat putih

hingga 89.3%. Penambahan pemutih juga terbukti tidak mempengaruhi sifat

fungsional pati ganyong.

Pati ganyong memiliki kandungan zat gizi yang sedikit berbeda dengan

umbi ganyong segar. Perbedaan ini terutama karena pati merupakan ekstrak

yang mengandung serat dan air dalam jumlah minimal.Komposisi kimia pati

ganyong disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3Karakteristik kimia pati ganyong

Karakteristik A B Air (%bb) 8.34 8.98Abu (%bb) 0.20 0.16Lemak (%bb) 0.75 2.29Protein (%bb) 0.08 0.05Serat kasar (%bb) 0.97 0.28Pati (%bb) 55.32 73.72Amilosa (%bb) 10.45 24.72

Sumber: A = Richana &Sunarti (2004) B = Utami (2009)

8

Daya absorbansi air pati ganyong tergolong rendah. Penelitian yang

dilakukan oleh Richana & Sunarti (2004) menyatakan bahwa kapasitas

penyerapan air pada pati ganyong adalah 1.81 g/g, sedangkan menurut Utami

(2009) berkisar antara 0.75-1.38 g/g. Pati ganyong juga sangat mudah dicerna

sehingga cocok diberikan pada bayi atau orang yang sakit karena tidak

memberatkan kerja sistem pencernaan.

Granula pati tidak larut dalam air dingin namun mengembang dalam air

hangat.Nilai kelarutan pati ganyong pada suhu 70 ºC berkisar antara 6,68-

11,63% (Utami 2009). Kelarutan pati dipengaruhi oleh varietas ganyong. Pati

ganyong merah memiliki nilai kelarutan pada suhu 70 ºC sebesar 11,21% dan

pati ganyong putih memiliki kelarutan sebesar 7,50%. Semakin tinggi nilai

kelarutan pati menunjukkan pati tersebut mudah larut dalam air.

Swelling power merupakan kemampuan pati mengembang dalam air atau

kenaikan volume dan bobot maksimum pati saat terjadi pengembangan dalam

air. Nilai swelling power pati ganyong pada suhu 70 ºC berkisar antara 24,98-

34,81% (Utami 2009). Jenis ganyong mempengaruhi nilai swelling power

patikarena komponen pati yang berbeda antara ganyong merah dan ganyong

putih.Nilai swelling power pati ganyong yang tidak terlalu tinggi menjadikan pati

ini dapat diaplikasikan dalam pembuatan makanan bayi.

Gizi Bayi

Angka kecukupan gizi (AKG) bayi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

untuk usia 0-6 bulan dan usia 7-12 bulan. Pembedaan ini dikarenakan

pertumbuhan bayi menurun memasuki bagian akhir tahun pertama setelah

lahir.AKG bayi merupakan perkiraan kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi untuk

dapat tumbuh normal dan sehat.AKG bayi disajikan dalam Tabel 4.

Kebutuhan protein bayi digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan

sel-sel tubuh.Pertumbuhan bayi sangat terlihat terutama dari pertambahan

ukuran badan yang berlangsung secara bertahap.Semenjak bayi lahir hingga

dewasa, berat badan meningkat drastis hingga 20 kali dan tinggi badan

meningkat hingga 3 sampai 3.5 kali.Semakin bertambah umur, kebutuhan gizi

untuk pertumbuhan berkurang karena laju pertumbuhan menurun, tetapi

kebutuhan gizi untuk perawatan sel-sel semakin bertambah sesuai dengan

pertambahan ukuran badan (Sunaryo 2006).

Pemerintah mewajibkan pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6

bulan.Memasuki bulan ketujuh, bayi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda

9

memerlukan makanan tambahan selain ASI. Ciri-ciri yang secara umum

diketahui adalah bayi sering mengeluarkan air liur, terbangun pada makam hari

dan menunjukkan gerakan yang menandakan lapar, menangis karena lapar, atau

merasa tidak puas menyusu walaupun telah diberikan ASI hingga 8-10 kali

selama satu hari (Sunaryo 2006).

Tabel 4 Angka kecukupan gizi bayi usia 0-11 bulan

Zat gizi Umur

0-6 bulan 7-11 bulan Energi (kkal) 550.00 650.00 Protein (g) 10.00 16.00 Vitamin A (RE) 375.00 400.00 Vitamin D (µg) 5.00 5.00 Vitamin E (mg) 4.00 5.00 Vitamin K (mg) 5.00 10.00 Tiamin (mg) 0.20 0.40 Riboflavin (mg) 0.30 0.40 Niasin (mg) 2.00 4.00 Vitamin B12 (µg) 0.40 0.50 Asam folat (µg) 65.00 80.00 Piridoksin (mg) 0.10 0.30 Vitamin C (mg) 40.00 50.00 Kalsium (mg) 200.00 400.00 Fosfor (mg) 100.00 225.00 Magnesium (mg) 25.00 55.00 Flour (mg) 0.01 0.40 Besi (mg) 0.50 7.00 Seng (mg) 1.30 7.50 Iodium (µg) 90.00 120.00 Mangan (mg) 0.003 0.60 Selenium (µg) 5.00 10.00

Sumber: WNPG (2004) dalam Almatsier 2011

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Menurut SNI 01-7111.1-2005, yang dimaksud dengan MP-ASI adalah

makanan bergizi yang diberikan di samping ASI kepada bayi berusia 6 (enam)

bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 (dua

puluh empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi. MP-ASI dibedakan menjadi

empat bentuk, yaitu MP-ASI bubur, biskuit, siap masak, dan siap santap. MP-ASI

bubur adalah MP-ASI yang telah diolah sehingga dapat disajikan seketika hanya

dengan menambahkan air minum atau cairan yang sesuai. Bahan utama

pembuatan bubur instan MP-ASI berupa salah satu atau campuran serealia,

umbi-umbian, bahan berpati, kacang-kacangan, biji-bijian yang mengandung

minyak, susu, ikan, daging, unggas, buah, dan bahan makanan lain yang sesuai.

10

Bahan lainnya antara lain yang dapat digunakan meliputi minyak, lemak, gula,

madu, sirup gula, garam, sayuran, buah, atau rempah.

Pemilihan bahan mentah sumber karbohidrat perlu memperhatikan

kandungan bahan yang sulit dicerna seminimal mungkin karena sistem

pencernaan bayi belum sesempurna orang dewasa. Serat perlu dibatasi karena

jumlah yang terlalu banyak dapat mengganggu kerja enzim-enzim pencernaan

dan penyerapan zat gizi di usus. Kandungan oligosakarida famili rafinosa pada

tepung umbi-umbian dapat menimbulkan flatulensi pada bayi, tetapi dapat

dikurangi kadarnya dengan merendam dalam air sebelum proses penepungan

(Muchtadi 2006).

Selain karakteristik kimia, sifat fisik bahan juga perlu diperhatikan.

Densitas kamba makanan bayi diusahakan minimal tetapi padat energi. Sifat

kamba atau bulky akan menyebabkan bayi cepat kenyang sehingga zat gizi yang

dikonsumsi lebih sedikit. Pengurangan sifat kamba bahan makanan dapat

dilakukan dengan prinsip pemecahan pati menjadi komponen yang lebih

sederhana yaitu dekstrin melalui proses pemanasan atau pengeringan dengan

menggunakan alat pengering seperti drum dryer atau extruder. Cara lain adalah

mengecambahkan biji-bijian dan serealiakarena selama perkecambahan terjadi

hidrolisis pati parsial oleh enzim alfa amilase (Muchtadi 2006).

Zakaria (1999) memberikan alasan perlunya memberikan MP-ASI yaitu:

1) memenuhi kebutuhan bayi untuk pertumbuhan yang terus bertambah untuk

karena ASI mulai tidak mencukupi atau mengalami penurunan jumlahnya; 2)

membiasakan bayi dengan berbagai makanan yang bergizi dan mudah dicerna

dengan berbagai macam bentuk, rasa, dan nilai gizi. Setelah usia 6 bulan, ASI

hanya mampu memenuhi sekitar 40-80% kecukupan gizi bayi sehingga perlu

adanya MP-ASI untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari (Mirdhayati 2004).

Pembuatan makanan tambahan ASI memerlukan cara pengolahan

tertentu sehingga makanan menjadi lunak, mudah dicerna dan disiapkan. Salah

satu metode pengolahan yang sering digunakan adalah metode pengolahan

kering yang menghasilkan makanan tambahan dalam bentuk bubuk. Keuntungan

pengolahan kering adalah biaya yang lebih murah daripada pengolahan basah,

volume produk lebih kecil, mudah dikemas, ringan, dan mudah dipindahkan

(Mirdhayati 2004).

11

Bubur Instan

Bubur dikenal juga dengan sebutan pure yang berasal dari bahasa Inggris

pureeyang berarti sup yang kental. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1989), bubur adalah pangan atau bahan pangan yang dilembutkan. Bubur

memiliki tekstur yang lunak sehingga mudah dicerna.

Bubur instan adalah bubur yang dalam penyajiannya tidak memerlukan

proses pemasakan karena telah mengalami proses pengolahan sebelumnya

(Hendy 2007). Bubur instan memiliki komponen penyusun yang sama seperti

bubur konvensional. Proses pengolahan bubur instan dilakukan dengan cara

memasak campuran bahan-bahan penyusun bubur dalam bentuk tepung. Bahan

tepung yang dihasilkan telah bersifat instan dan dikemas menjadi bubur instan

(Perdana 2003).

12

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2012

bertempat di laboratorium Institut Pertanian Bogor. Proses produksi dan

formulasi dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dan

Laboratorium Pilot PlanPusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor.

Analisis fisik dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pangan Pusat Antar

Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor. Analisis kimia dilakukan di

Laboratorium Analisis Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor. Uji organoleptik dilakukan di Laboratorium

Organoleptik, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan utama dan

bahan pendukung. Bahan utama adalah kacang merah dan umbi ganyong.

Kacang merah diperoleh dari Pasar Anyar Bogor sedangkan umbi ganyong

berusia 8 bulan diperoleh dari petani di Babakan Lebak Dramaga. Bahan

pendukung pembuatan bubur terdiri atas susu skim, gula halus, garam dan flavor

vanila. Bahan kimia yang digunakan adalah akuades, air bebas ion, asam sulfat

(H2SO4), asam borat, boraks, NaOH, buffer Na-fosfat, enzim α-amilase,

dinitrosalisilat, larutan maltose standar, HCl, larutan Luff, pereaksi vanadat-

molibdat, enzim pepsin, enzim pankreatin, enzim termamil, larutan multi enzim

(tripsin, khimotripsin, peptidase), dan bahan-bahan lain untuk analisis kimiadan

mutu zat gizi.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri atas peralatan untuk

membuattepung kacang merah, pati ganyong, bubur instan, alat untuk uji

organoleptik, serta alat untuk analisis fisik,kimia, dan mutu gizi. Peralatan untuk

pembuatantepung kacang merah, pati ganyong, dan bubur instan adalah ayakan

(100 mesh), drum dryer, baskom, alat giling, kompor, panci, kantong plastik,

sealer, dan timbangan kasar. Peralatan untuk uji organoleptik meliputi kuesioner,

pulpen, sendok, piring, dan mangkuk. Alat untuk analisis fisik, kimia dan mutu gizi

yaitu pH meter, termometer, sentrifuse, oven, tanur, penangas air, timbangan

analitik, labu Kjeldahl, labu lemak, Soxhlet, kondensor, dan alat-alat gelas.

13

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan penelitian

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian

Pembuatan Tepung Kacang Merah

Pembuatan tepung kacang merah dilakukan dengan memodifikasi

metode pembuatan tepung kacang merah dari penelitian yang dilakukan oleh

Ekawati (1999) dengan judul “Pembuatan Cookies dari Tepung Kacang Merah

(Phaseolus vulgarisL.) sebagai Makanan Tambahan ASI”. Modifikasi yang

dilakukan adalah proses perendaman kacang merah dalam penelitian ini

dilakukan selama 12 jam dengan perbandingan air 1:5. Menurut Shimelis dan

Analisis daya cerna pati, daya

cerna protein, dan total plate count

Formulasi bubur instan

Pembuatan pati ganyong (Utami 2009)

Pembuatan tepung kacang merah (Ekawati 1999)

Uji Organoleptik

Analisis kadar air, abu, protein, lemak,

karbohidrat, pati, &total serat pangan

Uji seduh, waktu rehidrasi, daya

serap air, densitas kamba

Dry mixing dan uji homogenitas

Tepung komposit

Formula bubur I

Formula bubur III

Formula bubur II

Formula terpilih

14

Rakshit (2006), perlakuan perendaman dengan metode tersebut dilanjutkan

dengan pemasakan dapat menurunkan kadar lektin (100%), inhibitor tripsin

(57%), dan saponin (90%). Selain itu, pengayakan dilakukan dengan

menggunakan ayakan 100 mesh untuk menghasilkan ukuran partikel yang lebih

lembut. Proses pembuatan tepung kacang merah disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Proses pembuatan tepung kacang merah (Ekawati 1999)

Pembuatan Pati Ganyong

Pembuatan tepung pati ganyong dilakukan dengan memodifikasi

pembuatan pati ganyong pada penelitian Utami (2009) yang berjudul

“Peningkatan Mutu Tepung Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) Melalui Perbaikan

Proses Produksi”. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan melakukan proses

pemasakan pati ganyong selama 30 menit dan mengeringkannya dengan drum

dryersetelah proses pengeringan dengan sinar matahari. Pemasakan dan

pengeringan drum bertujuan untuk menghasilkan pati yang siap disajikan

sebagai makanan instan bayi. Pati masak yang telah dikeringkan dengan drum

Tepung kacang merah

Dikupas kulit dan dicuci

Direbus 30 menit dalam air

Dikeringkan (drum dryer)

Digiling & diayak (100 mesh)

Direndam dengan perbandingan kacang merah:air = 1:5 selama 12 jam

Dibuang kulit ari

Kacang merah

15

dryer selanjutnya diayak dengan ayakan 100 mesh. Proses pembuatan tepung

pati ganyong disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3Proses pembuatan pati ganyong (Modifikasi Utami 2009)

Umbi ganyong

Disaring, diendapkan dan dipisahkan dari air

Dimasak suhu 1000C selama 30 menit

Dicuci dan dikupas

Bubur (slurry) ganyong

Direndam dalam larutan Na metabisulfit 1000 ppm

Dicuci dan dikupas

Endapan pati

Dicuci dan dikeringkan

Pati ganyong kering

Pati ganyong masak

Diayak dengan ayakan 100 mesh

16

Formulasi Bubur Instan

Bubur instan MP-ASI komposit tepung kacang merah dan pati ganyong

terdiri atas 3 formula berdasarkan modifikasi hasil penelitian Kusumaningrum dan

Rahayu (2007). Penentuan jenis formula dilakukan dengan memodifikasi

komposisi tepung komposit sebagai bahan utama dan mengontrol komposisi

bahan pendukung dan bumbu.

Formula uji dibedakan menjadi 3 macam perlakuan dengan memodifikasi

komposisi komposit yang terdiri atas tepung kacang merah dan pati ganyong.

Batas bawah komposisi tepung kacang merah didasarkan pada perhitungan

minimal jumlah protein yang diperoleh dari formula dapat mencukupi 20% nilai

acuan label gizi protein bayi usia 7-23 bulan untuk satu kali penyajian. Formula

F1 menggunakan perbandingan tepung kacang merah dan pati ganyong sebesar

2:1. Komposisi tepung kacang merah ditingkatkan dengan perbandingantepung

kacang merah dan pati ganyong berturut-turut pada formula F2 dan F3 sebesar

3:1 dan 4:1. Formulasi bubur instan disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Formulasi bubur instan MP-ASI tepung kacang merah dan pati ganyong

Bahan pangan Formula

F1 (2:1) F2 (3:1) F3 (4:1) Tepung kacang merah 40 45 48 Pati ganyong 20 15 12 Susu skim 20 20 20 Gula halus 19.8 19.8 19.8 Flavor 0.1 0.1 0.1 Garam 0.1 0.1 0.1

*Formula modifikasi Kusumaningrum & Rahayu (2007)

Dry mixing dan Uji Homogenitas

Proses pembuatan bubur instan dilakukan dengan beberapa tahapan,

yaitu persiapan bahan, dry mixing, serta uji homogenitas. Komposit tepung

kacang merah dan pati ganyong dicampur dengan bahan lain yaitu susu skim,

gula halus, flavor vanilla, dan garam. Proses pencampuran dilakukan secara

manual dengan mengocok bahan dalam kantong plastik selama kurang lebih

lima menit. Campuran yang telah dikocok diuji kehomogenannya sebelum

dilanjutkan untuk uji organoleptik.Proses pembuatan bubur instan disajikan pada

Gambar 4.

17

Gambar 4 Proses pembuatan bubur instan modifikasi Kusumaningrum & Rahayu (2007)

Untuk menentukan homogenitas bubur instan, dilakukan uji homogenitas

terhadap setiap formula bubur instan hasil dry mixing.Mula-mula masing-masing

formula bubur ditebar dalam sebuah nampan persegi yang mendatar. Bubur

yang telah ditebar dibagi menjadi lima cluster dan dari masing-masing cluster

diambil kurang lebih 10 gram sampel untuk dianalisis viskositasnya. Viskositas

dari lima titik dalam satu formula tersebut diukur dengan Rapid Viscosity Analizer

dan hasilnya diuji sidik ragam. Apabila tidak terdapat perbedaan nilai viskositas

antara kelima titik tersebut, maka formula tersebut dinyatakan homogen dan

dapat dilanjutkan untuk analisis berikutnya. Langkah-langkah uji homogenitas

bubur diilustrasikan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Uji homogenitas bubur instan

Pati ganyong, tepung kacang merah, sususkim, gula halus, flavor, dan garam ditimbang

Dikocok dalam kantong plastik dengan selama 5 menit

Diuji homogenitas campuran

Bubur instan

Bubur instant ditebar dalam nampan persegi

Dibagi dalam 5 cluster

Diambil sampel dari masing-masing cluster

Analisis viskositas sampel bubur dari 5 cluster

Uji sidik ragam

Viskositas tidak berbeda

Viskositas berbeda

Uji organoleptik Dry mixing ulang

18

Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji kesukaan yang terdiri atas uji

hedonik dan uji mutu hedonik.Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesukaan panelis terhadap karakteristik produk, sedangkan uji mutu hedonik

ditujukan untuk mengetahui respon panelis terhadap karakteristik produk yang

lebih spesifik.Skala hedonik yang digunakan dalam penilaian mendeskripsikan

nilai dalam suatu kontinum karakteristik.Penilaian dilakukan terhadap

karakteristik warna, aroma, tekstur, dan rasa.

Panelis uji organoleptik produk adalah panelis semi terlatih yaitu

mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat IPB sebanyak 29 orang. Menurut

Setyaningsih et al (2010), uji organoleptik dengan panelis tidak terlatih

membutuhkan panelis sejumlah 25 orang. Penambahan 4 orang panelis dalam

penelitian ini dimaksudkan sebagai antisipasi jika terjadi kesalahan dalam

pengisian data.Uji dilakukan dengan menyajikan formula bubur dalam bentuk

seduh.Formulir penilaian uji organoleptik disajikan dalam Lampiran 3.

Uji kesukaan produk juga dilakukan terhadap panelis tidak terlatih yaitu

30 orang ibu yang memiliki bayi berusia 7-12 bulan di Desa Babakan Kecamatan

Dramaga.Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui kesukaan panelis sebagai calon

konsumen terhadap produk terbaik. Pemilihan ibu bayi sebagai panelis

berdasarkan pertimbangan bahwa pemilihan makanan bayi usia 7-12 bulan

masih ditentukan oleh ibu.

Analisis Fisik dan Kandungan Gizi Bubur

Analisis fisik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: uji seduh

(Mirdhayati 2009), waktu rehidrasi (Mirdhayati 2009), daya serap air (Rasper

1980), serta densitas kamba (Wirakartakusumah et al 1992). Analisis kimia yang

dilakukan meliputi: kadar air (AOAC 1995), kadar abu metode gravimetri (AOAC

1995), kadar protein metode mikro Kjeldahl (Fardiaz et al 1989), kadar lemak

(AOAC 1995), kadar serat pangan total metode enzimatis (AOAC 1995), kadar

karbohidrat by difference, kadar pati metode Luff Schorl (AOAC 1995), kadar

kalsium metode AAS (Apriyantono et al 1989), kadar besi metode AAS

(Apriyantono et al 1989), kadar seng metode AAS (Apriyantono et al 1989), kadar

fosfor metode spektrofotometri. Analisis mutu zat gizi yang dilakukan meliputi

analisis daya cerna pati (Muchtadi 1989), analisis daya cerna protein secara

enzimatis (Hsu et al 1977), serta analisis total plate count (TPC).

19

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah

rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan 3 formulasi bubur instan MP-

ASI dan dua kali ulangan. Model statistik yang digunakan adalah:

Yij = µ + Ai + Eij

dimana,

Yij = nilai pengamatan respon karena pengaruh perbandingan pati

ganyong dan tepung kacang merah ke-i pada ulangan ke-j

µ = rataan sebenarnya

Ai = pengaruh jenis tepung komposit (perbandingan tepung pati

ganyong dan kepung kacang merah) ke-i

Eij = galat percobaan

i = jenis komposit berupa perbandingan tepung kacang merah dan

pati ganyong (i= 1, 2, 3)

j = banyaknya ulangan (j=1,2)

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil penilaian organoleptik diolah dengan Microsoft Excell 2007 dan

dianalisis menggunakan analisis sidik ragam menggunakan software SPSS 16

for Windows. Jika ada beda nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji lanjut

Duncan.

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Formula dan Produk Bubur Bayi Instan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pembuatan formula dan produk

bubur bayi instan menggunakan komposit tepung kacang merah dan pati

ganyong. Sebelum membuat formula dan produk bubur, terlebih dahulu

dilakukan pembuatan bahan dasar yaitu tepung kacang merah dan pati ganyong.

Pembuatan Tepung Kacang Merah

Kacang merah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kacang

merah segar yang diperoleh dari Pasar Anyar Bogor. Kacang merah yang

digunakan adalah kacang yang masih memiliki kulit luar. Pembuatan tepung

kacang merah dilakukan dengan modifikasi metode drum dryer. Menurut Ekawati

(1999), metode drum dryer menghasilkan tepung yang memiliki rendemen dan

kandungan protein yang lebih besar daripada metode oven dengan harga

produksi yang lebih ekonomis.

Sebelum dimasak dan dikeringkan, kacang merah yang telah dibersihkan

direndam dalam air dengan perbandingan berat kacang merah: air sebesar 1:5

selama 12 jam yang bertujuan untuk mengurangi kadar zat anti gizi dan

meningkatkan daya cerna protein kacang merah. Menurut Shimelis dan Rakshit

(2006), perlakuan perendaman terhadap kacang merah dapat menurunkan kadar

raffinosa, stakiosa, asam fitat, dan tanin. Penurunan ini diduga akibat difusi zat

anti gizi ke dalam air selama proses perendaman. Raffinosa dan stakiosa

merupakan oligosakarida yang dapat menimbulkan flatulensi, sehingga

penurunan kadarnya diharapkan dalam bahan makanan bayi.

Setelah direndam, kacang merah mengalami proses pengupasan kulit ari

untuk menurunkan kandungan serat dan zat anti gizi (Krupa 2008). Kacang

merah yang telah dikupas kulit arinya dimasak selama 30 menit yang bertujuan

untuk mematangkan kacang merah sebelum dikeringkan untuk menghasilkan

bahan makanan instan. Selain itu, menurut Shimelis dan Rakshit (2007),

kombinasi perlakuan perendaman dan pemasakan pada kacang merah dapat

menurunkan kadar zat anti gizi dan meningkatkan daya cerna protein.

Pembuatan tepung kacang merah dalam penelitian ini menghasilkan

rendemen sebesar 10.39% dari berat basah. Sementara itu, Ekawati (1999)

menyatakan bahwa rendemen tepung kacang merah adalah sebesar 28.6%. Hal

ini disebabkan derajat kehalusan tepung yang dihasilkan dalam penelitian ini

adalah sebesar 100 mesh, sedangkan dalam penelitian Ekawati (1999) derajat

21

kehalusan tepung hanya mencapai 60 mesh. Pengayakan tepung hingga 100

mesh bertujuan menghasilkan ukuran partikel yang lebih halus sehingga lebih

mudah dicerna oleh bayi. Derajat kehalusan ini juga diseragamkan dengan

bahan bubur lainnya sehingga diharapkan dapat menghasilkan campuran yang

homogen.

Karakteristik kimia tepung kacang merah yang dianalisis meliputi: kadar

air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, serta kadar karbohidrat.

Perbandingan karakteristik kimia tepung kacang merah dalam penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik kimia tepung kacang merah

Karakteristik Kadar (%)Air 14.40 Abu 2.19 Protein 2.23 Lemak 2.10 Karbohidrat 79.09

Kadar Air. Astawan (2009) menyatakan bahwa produk dengan kadar air

yang lebih rendah akan memiliki daya tahan simpan yang lebih lama karna

aktivitas mikroorganisme dan reaksi-reaksi kimia akan terjadi lebih lambat. Kadar

air tepung kacang merah yang dihasilkan dalam penelitian ini tergolong tinggi

mencapai 14.40%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian

Ekawati yang menyatakan kadar air tepung kacang merah dengan drum dryer

adalah sebesar 9.98%. Demikian pula apabila dibandingkan dengan SNI tepung

hunkwe (pati kacang hijau) yang mensyaratkan kadar air maksimal 14%. Kadar

air yang cukup tinggi diduga karena durasi waktu pemanasan yang singkat dalam

drum dryer meskipun suhu yang digunakan tinggi.

Kadar Abu. Kadar abu mengindikasikan kandungan senyawa anorganik

dalam bahan pangan. Kadar abu tepung kacang merah dalam penelitian ini

(2.19%) lebih rendah dibandingkan kadar abu penelitian Ekawati (1999) yaitu

2.48%. Hal ini diduga karena adanya proses perendaman hingga 12 jam

sehingga mineral dalam kacang dapat larut dalam air perendam.

Kadar Protein. Kadar protein tepung kacang merah hasil analisis adalah

2.23%. Kadar ini sangat kecil dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya

yaitu 18.05%. Rendahnya kadar protein diduga karena banyaknya protein yang

rusak akibat pemasakan selama proses pengeringan karena kadar protein bahan

asal tergolong tinggi yaitu 23.1%. Hal ini sesuai dengan temuan Shimelis dan

22

Rakshit (2007) yang menyatakan bahwa zat anti gizi yang berupa protein seperti

hemaglutinin dan anti tripsin menurun kadarnya dengan perlakuan perendaman

dan pemasakan.

Kadar Lemak. Kadar lemak tepung kacang merah dalam penelitian ini

adalah 2.10%, hanya sedikit lebih rendah dibandingkan kadar lemak dalam

penelitian sebelumnya yaitu 2.42% (Ekawati 1999). Kadar ini lebih tinggi

daripada kandungan lemak bahan asalnya yaitu 1.7%.

Kadar Karbohidrat. Kadar karbohidrat total ditentukan berdasarkan

pengurangan 100% dengan kadar air, abu, lemak, dan protein. Oleh karena itu,

kadar karbohidrat sangat ditentukan oleh komposisi zat gizi lainnya. Kadar

karbohidrat dalam tepung kacang merah hasil penelitian ini adalah 79.09%, lebih

tinggi dari hasil penelitian sebelumnya yaitu 67.09%. Perbedaan kadar

karbohidrat yang cukup jauh disebabkan perbedaan kandungan beberapa

komponen yaitu kadar air dan protein.

Pembuatan Pati Ganyong

Pati ganyong yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan dari umbi

ganyong segar. Umbi ganyong berasal dari petani di kelurahan Balumbang Jaya

Bogor. Umbi yang digunakan berusia kurang lebih 8 bulan. Menurut Flach dan

Rumawas (1996), usia 8 bulan merupakan usia optimal untuk melakukan

pemanenan karena umbi ganyong akan mengalami perbesaran maksimal.

Untuk menghasilkan serbuk siap saji dalam formula bubur instan,

dilakukan pemasakan terhadap pati ganyong. Pati ganyong yang telah diayak

dimasak dalam air mendidih hingga membentuk bubur. Bubur pati ganyong

selanjutnya dikeringkan dengan drum dryer untuk mendapatkan bentuk bubuk.

Proses pemasakan dilanjutkan pengeringan dengan drum dryer dimaksudkan

untuk menghasilkan tepung instan yang telah matang dan dapat disajikan

bersama campuran bahan lainnya hanya dengan penyeduhan dengan air panas.

Menurut Tang et al (2003), metode drum drying merupakan salah satu metode

terbaik dalam pengeringan bahan pangan yang berbentuk puree atau memiliki

viskositas tinggi, seperti pasta dan pati masak atau tergelatinisasi.

Rendemen pati ganyong mentah yang dihasilkan dalam penelitian ini

sangat kecil yaitu 4.18%. Menurut Richana dan Sunarti (2004), ganyong

merupakan salah satu umbi yang potensial dikembangkan sebagai pati karena

rendemen yang cukup tinggi yaitu 7.04–12.93% (Richana & Sunarti 2004;

Anggraini 2007; Utami 2009). Rendahnya rendemen pati yang dihasilkan dalam

23

penelitian ini diduga karena perbedaan kualitas ganyong dan usia pemanenan.

Menurut Suhartini dan Hadiatmi (2010), panen umbi ganyong dapat dilakukan

pada usia 8-10 bulan, tetapi untuk mendapatkan pati yang lebih tinggi panen

sebaiknya dilakukan pada usia tanam lebih dari 1 tahun (Sastrapraja et al 1997).

Karakteristik kimia pati ganyong yang dianalisis meliputi: kadar air, kadar

abu, kadar protein, kadar lemak, serta kadar karbohidrat. Pati ganyong dianalisis

dalam dua bentuk, yaitu pati ganyong sebelum dimasak (mentah) dan setelah

dimasak dan dikeringkan dengan drum dryer (masak). Pati ganyong yang

digunakan dalam formula bubur instan adalah pati masak. Karakteristik kimia pati

ganyong disajikan dalam Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Karakteristik kimia pati ganyong

Karakteristik Kadar (%) Air 6.50 Abu 0.63 Protein 0.42 Lemak 2.99 Karbohidrat 89.46

Kadar Air. Kadar air pati ganyong masak dalam penelitian ini (6.50%)

lebih rendah dibandingkan dengan kadar air pada penelitian sebelumnya yaitu

pada rentang 8.34-8.98% (Richana & Sunarti 2004; Utami 2009). Hal ini

disebabkan pati ganyong yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati

ganyong yang telah dimasak dan dikeringkan dengan drum dryer. Proses

pengeringan dengan drum dryer menyebabkan kadar air berkurang karena

interaksi dengan permukaan drum yang panas (Tang et al 2003).

Kadar Abu. Kadar abu pati ganyong masak adalah sebesar 0.63%.

Perbandingan dengan kadar abu sebelum dimasak pada penelitian sebelumnya

yaitu 0.18-0.20% menunjukkan kadar abu pati ganyong masak lebih tinggi. Hal ini

diduga karena penurunan kadar air pada ganyong masak menyebabkan

perbandingan berat abu menjadi lebih besar. Selain itu, diduga perbedaan ini

juga disebabkan perbedaan tempat tumbuh, varietas, serta umur panen umbi

(Lingga et al 1989).

Kadar Protein. Ganyong merupakan umbi yang memiliki kadar protein

sangat rendah. Hal ini menyebabkan rendahnya kadar protein dalampati

ganyong. Kadar protein pati ganyong masak dalam penelitian ini hanya mencapai

0.42%. Nilai ini sedikti lebih tinggi dibandingkan dengan pati ganyong mentah

yang hanya berkisar 0.05-0.08% (Richana & Sunarti 2004; Utami 2009).

24

Kadar Lemak. Kadar lemak umbi ganyong cukup tinggi dalam rentang

5.89-6.96% (Utami 2009). Rendahnya kadar lemak dalam pati ganyong masak

(2.99%) diduga karena pengaruh pemasakan dan pengeringan drum serta

perbedaan karakteristik umbi mentah.

Kadar Karbohidrat. Pati merupakan sumber karbohidrat sehingga

sebagian besar komposisi penyusun pati ganyong adalah karbohidrat. Kadar

karbohidrat pati ganyong diketahui dengan mengurangi total pati dengan kadar

air, abu, protein, serta lemak. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kadar

karbohidrat pati ganyong masak adalah sebesar 89.46%. Angka ini berada dalam

rentang kadar karbohidrat dalam penelitian sebelumnya yaitu sebesar 88.27-

90.63% (Richana & Sunarti 2004; Utami 2009).

Pembuatan Bubur Instan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula dan produk bubur bayi

instan sumber protein dengan bahan dasar tepung komposit pati ganyong dan

tepung kacang merah. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perbandingan tepung kacang merah dan pati ganyong dalam formula bubur

instan. Tepung komposit sebagai campuran kedua bahan tersebut ditetapkan

dalam jumlah 60% sebagai bahan dasar bubur instan. Bahan pendukung dan

bumbu yaitu susu skim, gula halus, garam, dan flavor ditentukan sebagai faktor

tetap.

Definisi MP-ASI bubuk instan menurut SNI (2005) adalah MP-ASI yang

telah diolah sehingga dapat disajikan seketika dengan hanya penambahan air

minum atau cairan lain yang sesuai. Sebagaimana telah dijelaskan dalam

pembuatan tepung kacang merah dan pati ganyong, bahan baku pembuatan

bubur bayi instan telah mengalami proses pemasakan sebelumnya. Bahan lain

yang terdiri atas susu skim, gula halus, garam, dan flavor tidak dimatangkan

sebelumnya karena dianggap telah layak untuk dikonsumsi bayi meskipun hanya

dengan penambahan air panas.

Pembuatan bubur instan dilakukan dengan mencampur seluruh bahan

dengan metode dry mixing. Dry mixing merupakan metode pencampuran bahan

pangan dalam kondisi kering. Proses dry mixing dalam penelitian ini dilakukan

secara manual dengan mengocok campuran bahan seberat 800 gram dalam

kantong plastik berukuran 5 kg. Menurut Clark (2009), bahan yang dicampur

dengan metode dry mixing menempati maksimal 50% dari total volume wadah

pencampur.

25

Bahan-bahan yang dicampur dalam proses dry mixing umumnya berupa

padatan (solids) atau bubuk (powders). Clark (2009) membagi bahan yang

digunakan dalam proses pencampuran menurut komposisinya dalam formula.

Bahan yang digunakan lebih dari 10% disebut sebagai bahan mayor, antara 1-

10% sebagai bahan minor, dan kurang dari 1% sebagai bahan mikro. Bahan

mayor dalam formula bubur bayi instan adalah komposit tepung kacang merah

dan pati ganyong, susu skim, serta gula halus, sedangkan yang termasuk bahan

mikro adalah flavor dan garam.

Komposisi formula bubur bayi yang terdiri atas beberapa bahan

menyebabkan homogenitas bahan menjadi penting karena masing-masing

bahan dapat mempengaruhi sifat fungsional campuran. Selain beberapa bahan

mayor yang memiliki perbedaan sifat, jumlah bahan mikro yang sangat kecil

menyebabkan dispersi yang merata adalah hal yang cukup krusial (Clark 2009).

Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu uji untuk mengetahui homogenitas

campuran.

Gula dan garam sebagai bahan mayor dan mikro dalam formula bubur

diketahui memiliki sifat higroskopis atau mudah menyerap air. Sifat mudah

menyerap air pada bahan yang higroskopis menyebabkan viskositas campuran

meningkat karena permukaan bahan menjadi lebih lengket (Fitzpatrick et al

2006). Kondisi ini dikhawatirkan menyebabkan campuran menjadi kurang

homogen. Oleh karena itu, analisis viskositas digunakan menguji homogenitas

campuran hasil dry mixing manual sebelum dilakukan uji organoleptik.

Karakteristik Organoleptik Produk

Uji organoleptik yang digunakan untuk menguji produk bubur bayi instan

ini adalah uji mutu hedonik dan uji hedonik (kesukaan). Parameter yang diukur

dalam uji mutu hedonik dan hedonik terdiri atas 4 parameter utama, yaitu warna,

aroma, rasa, dan tekstur. Untuk uji mutu hedonik, beberapa parameter dijabarkan

secara lebih spesifik, yaitu: aroma bumbu dan aroma langu untuk parameter

aroma; kemanisan dan rasa kacang merah untuk parameter rasa; serta

kekentalan dan kelembutan untuk parameter tekstur. Skala yang digunakan

dalam uji ini meliputi garis kontinum dengan nilai 1-9 yang menghubungkan dua

titik ekstrim sesuai masing-masing parameter.

Warna

Setyaningsih (2010) menyatakan bahwa warna adalah parameter yang

paling cepat dan mudah memberikan kesan. Tepung kacang merah dan pati

g

d

d

d

p

s

b

r

G

p

m

p

p

p

k

p

h

p

t

h

ganyong ya

dan penge

dengan war

ditentukan b

pengukuran

sangat cera

berkisar ant

rata penilaia

Ket: supeGambar 6 R

w

Kece

perbandinga

merah. Aka

perbandinga

pada kecera

penggunaan

kecerahan w

Uji

penerimaan

hingga aga

perbedaan

tabulasi sil

hubungan

ang digunak

ringan den

rna kecokla

berdasarkan

adalah 1-9

ah. Penilaia

ara 5.08 hin

an panelis di

erscript (a) yaRataan skor warna

erahan war

an pati gan

an tetapi, h

an pati gany

ahan warna

n kedua jen

warna bubur

hedonik te

panelis te

ak suka). H

penerimaan

ang yang

positif dan

a

kan sebagai

gan penge

tan. Penguk

n kualitas ke

9 yang berm

n panelis te

ngga 5.63, y

sajikan pada

ng sama menpenilaian m

rna semaki

nyong dan

hasil analis

yong dan te

pada selan

nis tepung d

r.

erhadap pa

erhadap wa

Hasil analisi

n panelis te

menghubu

signifikan

bahan uta

ring drum

kuran param

ecerahan wa

makna amat

erhadap pro

yang berarti

a Gambar 6

nunjukkan ratmutu hedon

n menurun

meningkatny

is sidik rag

pung kacan

ng kepercay

dalam komp

rameter wa

rna berada

is sidik rag

erhadap ket

ngkan para

antara pa

a

ma telah m

sehingga

meter warna

arna bubur y

t sangat tida

oduk bubur

sedang hing

.

taan tidak berik terhadap

n dengan s

ya perband

gam (Lamp

g merah tid

yaan 95% (p

posit tidak m

arna menu

pada rent

gam tidak

iga taraf pe

ameter kec

arameter ke

mengalami p

menghasilka

a untuk mut

yang dihasil

ak cerah hin

bayi yang

gga agak ce

rbeda nyata (parameter

semakin m

ingan tepun

piran 1) me

ak berpeng

p>0.05). Hal

mempengar

njukkan ra

tang 5.10-5

menunjukka

erlakuan (p>

cerahan wa

ecerahan w

a

26

pemasakan

an tepung

tu hedonik

kan. Skala

ngga amat

dihasilkan

erah. Rata-

p>0.05) kecerahan

menurunnya

ng kacang

enunjukkan

aruh nyata

l ini berarti

ruhi tingkat

ataan skor

.50 (biasa

an adanya

>0.05). Uji

arna pada

warna dan

p

s

A

o

h

b

g

b

s

p

G

b

a

b

h

a

n

m

p

penerimaan

semakin me

Aroma

Arom

oleh syaraf-

hedonik dib

bumbu ada

garam, dan

berasal dari

Skala

sangat tidak

parameter a

Ket: supeGambar 7 R

b

Berd

bumbu prod

agak harum

bubur sehin

hasil uji sid

aroma bumb

Sem

nilai amat

mengilustras

panelis terh

panelis te

enyukai warn

ma adalah b

-syaraf olfak

edakan men

lah aroma

n flavor van

senyawa vo

a penilaian

k harum hin

aroma bumb

erscript (a) yaRataan skorbumbu

dasarkan ha

duk dengan

. Bahan-bah

gga jumlahn

dik ragam y

bu untuk ket

entara itu, a

sangat lang

sikan penila

hadap aroma

a

rhadap war

na bubur yan

au yang diti

ktori pada r

njadi dua, y

yang ditimb

nila, sedang

olatil pada p

parameter

ngga 9=ama

u diilustrasik

ng sama menr penilaian

asil uji orga

kisaran 5.

han bumbu d

nya sama un

ang menun

tiga formula

aroma langu

gu dan 9 u

aian panelis

a langu ber

rna (Lampira

ng cerah.

mbulkan ole

rongga hidu

yaitu aroma

bulkan oleh

gkan aroma

roduk kacan

aroma bum

at sangat ha

kan dalam G

nunjukkan ratmutu hedo

anoleptik, p

15 hingga 5

ditentukan s

ntuk seluruh

jukkan tidak

selang kepe

diukur deng

untuk amat

s terhadap

rada pada r

a

an 1). Hal

eh rangsang

ng. Aroma

bumbu dan

bahan-baha

a langu me

ng-kacangan

mbu berkisa

arum. Penil

Gambar 7.

taan tidak beronik terhad

panelis mem

5.36 yang b

ebagai baha

formula. Ha

k adanya p

ercayaan 95

gan skala 1-9

sangat tid

aroma lan

rentang nila

ini bermak

gan kimia ya

dalam peni

n aroma lan

an bumbu

erupakan ar

n.

ar mulai nil

aian panelis

rbeda nyata (ap parame

mberikan n

berarti seda

an tetap dala

al ini diperku

perbedaan n

% (p>0.05).

9, dengan n

dak langu.

ngu produk.

i 3.56 – 4.0

a

27

na panelis

ang tercium

laian mutu

gu. Aroma

yaitu gula,

roma yang

ai 1=amat

s terhadap

p>0.05) eter aroma

ilai aroma

ang hingga

am formula

uat dengan

nyata pada

ilai 1 untuk

Gambar 8

Penilaian

09 dengan

k

b

p

d

a

d

p

G

s

a

n

(

d

a

p

p

P

h

l

s

R

m

kisaran lang

bahwa penil

perbandinga

dengan has

aroma langu

dapat memb

produk tertu

Ket: supeGambar 8 R

Uji h

skor penilaia

agak suka.

nyata pada

(p>0.05). Uj

dengan arah

aroma bum

parameter a

panelis cen

Panelis juga

hubungan in

langu yang

sehingga tid

Rasa

Rasa

manusia. Pe

gu hingga s

laian panelis

an tepung k

sil uji sidik r

u antar prod

bedakan aro

tup oleh aro

erscript (a) yaRataan skor

hedonik yang

an panelis b

Berdasarka

kesukaan p

ji tabulasi s

h positif anta

mbu pada u

aroma denga

nderung sec

a cenderung

ni tidak kua

berasal dar

dak diharapk

a makanan

enentuan ra

a

sedang. Aka

s terhadap a

kacang mera

ragam yang

duk (p>0.05

oma langu d

oma lain.

ng sama menpenilaian m

g dilakukan

berada pada

an hasil ana

panelis terha

silang menu

ara paramet

uji mutu he

an aroma lan

cara kuat m

g menyukai

at. Menurut

ri kacang-ka

kan dalam su

dapat dike

asa yang te

an tetapi, be

aroma langu

ah terhadap

g menunjukk

5). Penyebab

alam produk

nunjukkan ratutu hedonik

terhadap p

a rentang 5

alisis sidik ra

adap param

unjukkan ad

ter aroma pa

edonik dan

ngu (Lampir

menyukai ar

aroma bub

Kusumaning

acangan cen

uatu produk

enali dan d

pat dapat m

a

erdasarkan

u tidak linier

p pati ganyo

kan tidak ad

bnya diduga

k yang disaj

taan tidak berterhadap pa

produk bubu

.54-5.9 yang

agam, tidak

meter aroma

danya hubu

ada uji hedo

positif, teta

ran 1). Hal in

roma bumb

bur yang leb

grum dan R

nderung tida

pangan.

dibedakan

meningkatka

ilustrasi gra

terhadap pe

ong. Hal ini

danya perbe

a karena pa

ikan atau ar

rbeda nyata (arameter aro

r menunjukk

g berarti bia

ada perbed

antara ketig

ngan nyata

onik dengan

api tidak n

ni menunjuk

bu yang leb

bih tidak lan

Rahayu (200

ak disukai ol

oleh indra

an daya terim

a

28

afik, terlihat

eningkatan

dibuktikan

edaan nilai

anelis tidak

roma langu

p>0.05) oma langu

kan rataan

asa hingga

daan yang

ga formula

a dan kuat

parameter

yata pada

kan bahwa

bih harum.

ngu, tetapi

07), aroma

leh panelis

pengecap

ma produk

p

p

u

b

d

m

d

d

s

t

g

m

G

k

f

F

d

p

g

f

m

s

pangan, me

pemilihan m

uji mutu he

berkaitan de

dalam formu

merah dan

diduga timbu

diukur deng

sangat man

tidak kkuat h

Peni

gambar 9. R

manis hingg

Ket: sup

Gambar 9 R

Berd

ketiga formu

formula F2 d

Formula F2

dibandingka

perbandinga

ganyong da

faktor teta

menyumban

sehingga me

eskipun umu

makanan dila

edonik ada

engan adan

ula serta gu

pati ganyon

ul akibat ada

an skala 1-

is, sementa

hingga amat

laian panel

Rataan penil

ga agak man

perscript (a,b) y

Rataan skor

dasarkan ana

ula bubur ba

dan F3 tida

2 dan F3 d

an formula F

an tepung

alam formula

p. Perban

ngkan lebih

enghasilkan

a

umnya bayi

akukan oleh

alah keman

nya gula se

la yang terd

ng. Sementa

anya kacang

9 yang berm

ra rasa kaca

t sangat kua

lis terhadap

laian panelis

nis).

yang berbeda

penilaian m

alisis sidik r

ayi instan (p<

k berbeda, t

inilai paneli

F1. Perbeda

kacang m

a karena ju

dingan ka

h banyak k

produk yan

belum dapa

pengasuh. P

isan dan r

ederhana be

dapat pada b

ara itu, rasa

g merah dala

makna amat

ang tanah d

at.

p paramete

s berkisar pa

a menunjukka

utu hedonik

agam, terda

<0.05). Uji la

tetapi kedua

s memberik

aan kemani

merah dan

umlah gula d

cang mera

komponen

g lebih man

b

at memilih

Parameter ra

rasa kacang

erupa sukro

bahan utam

kacang me

am formula.

t sangat tida

diukur dalam

r kemanisa

ada rentang

an rataan berb

terhadap pa

apat perbeda

anjut Duncan

anya berbed

kan kemani

san terjadi

menurunny

dalam ketig

ah yang

gula seder

is.

rasa makan

asa yang diu

g merah. K

sa yang dit

a yaitu tepu

erah adalah

Parameter

ak manis hi

m rentang am

an ditunjukk

g 4.85-5.62 (

beda nyata (p

arameter ke

aan yang ny

n menunjukk

da dengan fo

san yang le

karena me

ya perbandi

ga formula m

lebih tingg

rhana dalam

b

29

nan karena

ukur dalam

Kemanisan

tambahkan

ung kacang

rasa khas

kemanisan

ngga amat

mat sangat

kan dalam

(agak tidak

p<0.05)

manisan

yata antara

kan bahwa

ormula F1.

ebih tinggi

ningkatnya

ingan pati

merupakan

gi diduga

m formula

s

p

t

p

t

k

b

G

b

m

(

b

B

d

d

A

i

m

A

k

Sem

sebesar 5.

perbandinga

terlihat dar

peningkatan

tetapi, hasil

kacang pad

benar-benar

Ket: supeGambar 10

Kesu

berkisar pa

menunjukka

(p<0.05). Ha

berbeda nya

Berdasarkan

dibandingka

Uji ta

dan kuat ant

Artinya, pan

itu, uji tabu

menunjukka

Artinya, pa

kecenderung

entara itu, p

01-5.42 ya

an tepung k

ri peningka

n perbanding

analisis si

a ketiga for

r membedak

erscript (a) yaRataan skkacang me

ukaan pane

ada rataan

an adanya p

asil uji lanju

ata, tetapi ke

n uji terseb

an formula F

abulasi silan

tara parame

nelis cenderu

ulasi silang

an hubunga

nelis cende

gan ini tidak

a

parameter ra

ang berarti

acang mera

atan kekuat

gan kacang

dik ragam

mula (p>0.0

kan rasa kac

ng sama menkor penilaiaerah

elis terhadap

5.33-6.16

perbedaan k

ut Duncan m

eduanya ber

but diketahu

1.

ng menunju

eter rasa dan

ung lebih m

antara par

an yang nya

erung meny

k terlalu kuat

asa kacang m

sedang h

ah memberik

tan rasa

g merah da

tidak menu

05). Hal ini d

cang dalam p

nunjukkan ratan mutu he

p paramete

(biasa hing

kesukaan ter

menyatakan

rbeda nyata

ui bahwa fo

ukkan bahwa

n kemanisan

menyukai ras

rameter ras

ata dan posi

yukai rasa

t.

a

merah mem

hingga aga

kan rasa ka

kacang me

alam formula

njukkan ad

diduga kare

produk bubu

taan tidak beredonik terha

r rasa bub

gga suka).

rhadap rasa

bahwa form

a dengan for

ormula F2

a terdapat

n dengan ara

sa bubur ya

a dan rasa

tif, tetapi tid

kacang ya

iliki rataan n

k kuat. Pe

acang lebih

erah seiring

a (Gambar

anya perbe

na panelis t

ur.

rbeda nyata (adap param

ur dalam u

Analisis sid

a ketiga form

mula F2 da

rmula F1 (La

dan F3 leb

hubungan y

ah positif (La

ang manis. S

a kacang m

dak kuat (La

ang lebih k

a

30

nilai panelis

eningkatan

kuat yang

g dengan

10). Akan

edaan rasa

tidak dapat

p>0.05) meter rasa

uji hedonik

dik ragam

mula bubur

n F3 tidak

ampiran 1).

bih disukai

yang nyata

ampiran 1).

Sementara

merah juga

ampiran 1).

kuat tetapi

T

k

k

d

d

K

h

s

b

k

k

p

G

k

b

d

p

D

d

P

l

d

Tekstur

Bayi

karena kete

karena itu, p

dapat memb

dalam uji m

Kelembutan

hingga ama

sangat kenta

Para

berarti seda

kecenderung

kacang m

perbedaan y

Ket: s

Gambar 11

Rata

kisaran 3.12

bubur menu

dan penuru

perbedaan

Duncan men

dengan F2

Perbandinga

lebih kenta

dibandingka

belum dap

rbatasan ala

pemilihan te

bantu daya t

mutu hedonik

diukur den

at sangat le

al hingga am

ameter kelem

ang hingga

gan mening

erah. Akan

yang nyata a

superscript (a) y

Rataan skor

aan penilaian

2-4.18 yang

run seiring

nan pati ga

yang nyata

nyatakan ba

2, sementar

an pati gany

al karena p

an tepung k

a

pat menerim

at pencerna

kstur yang l

terima prod

k meliputi d

ngan skala

mbut, seda

mat sangat e

mbutan mem

agak lemb

gkat seiring

tetapi, ha

antara ketiga

yang sama me

r penilaian m

n panelis te

berarti ken

dengan pen

anyong. Has

antara keti

ahwa formula

ra F2 tida

yong yang

pati ganyon

kacang mer

ma makana

aan yang be

lembut dan

uk bubur int

dua atribut y

1-9 yang b

ngkan keke

encer.

miliki rataan

but (Gambar

dengan pe

sil analisis

a formula (p>

enunjukkan rata

mutu hedonik

erhadap para

ntal hingga s

ningkatan pe

sil analisis s

iga formula

a F1 berbed

ak berbeda

lebih tinggi

ng memilik

rah. Pengo

a

n dengan t

lum berkem

kekentalan y

tan. Parame

yaitu kelemb

berarti amat

entalan dinila

penilaian 5

r 11). Peni

ertambahan

sidik ragam

>0.05).

aan tidak berbe

k terhadap p

ameter keke

sedang (Ga

erbandingan

sidik ragam

bubur insta

da dengan F

dengan f

diduga mem

i kadar pa

lahan pati

tektur keras

mbang semp

yang tepat d

eter tekstur y

butan dan k

t sangat tid

ai dengan s

5.01 hingga

laian paneli

perbanding

m tidak me

eda nyata (p>0

parameter ke

entalan bubu

ambar 12). K

tepung kac

menunjukka

an (p<0.05)

3, tetapi tida

formula F1

mberikan te

ati yang le

ganyong d

a

31

s atau liat

urna. Oleh

diharapkan

yang dinilai

kekentalan.

dak lembut

skala amat

5.41 yang

is memiliki

gan tepung

enunjukkan

.05)

elembutan

ur memiliki

Kekentalan

cang merah

an adanya

. Uji lanjut

ak berbeda

dan F3.

kstur yang

ebih tinggi

an tepung

k

m

y

s

(

p

t

f

r

l

(

k

(

d

b

h

d

m

kacang mer

mengalami g

yang larut d

sehingga te

(Yuliani 201

Ket: sup

Gambar 12

Uji h

panelis sebe

terhadap te

formula F2 d

ragam yang

lanjut Dunca

(Lampiran 1

Uji

kesukaan te

(Lampiran 1

dan kuat te

bermakna p

hubungan t

dengan ara

menyukai te

rah dengan

gelatinisasi.

dalam air a

pung denga

1).

perscript (a,b) y

Rataan sko

hedonik terh

esar 4.96-5.6

ekstur tidak

dan kesukaa

g menunjukk

an menyatak

), sementara

tabulasi sil

erhadap teks

). Kesukaan

erhadap para

panelis sema

tekstur deng

ah positif ya

ekstur yang l

a

panas seb

Saat meng

kan menye

an kandunga

yang berbeda

or penilaian m

hadap param

69 (agak tid

bersifat lin

an terendah

kan adanya

kan formula

a nilai kesuk

lang diguna

stur dengan

n panelis ter

ameter kele

akin menyuk

gan kekent

ang bermak

ebih encer m

belum prose

alami prose

babkan pen

an pati lebih

a menunjukka

mutu hedon

meter tekstu

ak suka hing

ier karena

adalah form

perbedaan

F1 berbeda

kaan F2 lebi

akan untuk

parameter

rhadap tekst

embutan den

kai tekstur b

talan bubur

kna bahwa

meskipun hu

a,b

es dry mixin

es gelatinisas

nambahan k

h banya aka

an rataan berb

ik terhadap

ur menunju

gga agak su

kesukaan t

mula F1. Aka

nyata antar

a nyata deng

h tinggi diba

k menyelid

kelembutan

tur memiliki

ngan arah h

bubur yang l

memiliki h

panelis me

ubungan ters

ng menyeba

si, kandunga

kekentalan (

n menjadi le

beda nyata (p

parameter k

kkan rataan

uka). Kesuka

tertinggi be

an tetapi, an

r formula (p

gan formula

andingkan fo

iki hubunga

dan kekent

hubungan y

hubungan p

embut. Sem

hubungan ti

emiliki kece

sebut tidak k

b

32

abkan pati

an amilosa

(viskositas)

ebih kental

p<0.05)

kekentalan

n penilaian

aan panelis

rada pada

nalisis sidik

p<0.05). Uji

F2 dan F3

ormula F3.

an antara

talan bubur

yang nyata

positif yang

mentara itu,

idak nyata

nderungan

kuat.

33

Keseluruhan

Skor penerimaan panelis terhadap keseluruhan atribut bubur instan

disajikan dalam Gambar 13. Skor penerimaan panelis terhadap bubur instan

berkisar dalam rentang 5.24-5.86. Analisis sidik ragam menunjukkan adanya

perbedaan nyata pada penerimaan keseluruhanpanelis. Uji lanjut Duncan

menyatakan bahwa formula F2 dan F3 tidak berbeda nyata, dan keduanya

berbeda nyata dengan formula F1. Nilai penerimaan formula F2 dan F3 lebih

tinggi dibandingkan formula F1.

Ket: superscript (a,b) yang berbeda menunjukkan rataan berbeda nyata (p<0.05)

Gambar 13 Rataan kesukaan panelis terhadap atribut keseluruhan

Pemilihan produk terbaik untuk kepentingan analisis lebih lanjut

didasarkan pada dua pertimbangan yaitu penerimaan panelis dan penggunaan

pati ganyong sebagai umbi lokal yang diutamakan dalam komposisi bahan dasar.

Berdasarkan penerimaan panelis, ketiga produk bubur instan dapat diterima

karena memiliki rataan penerimaan lebih dari 5 (netral). Akan tetapi, formula F2

dan F3 memiliki penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan F1. Pertimbangan

kedua adalah pemilihan produk terbaik memiliki tekstur lebih disukai oleh panelis

yaitu formula F2 (Lampiran 1). Tekstur merupakan salah satu komponen yang

penting dalam makanan bayi. Selain itu formula F2 juga menggunakan

perbandingan pati ganyonglebih banyak sebagai bagian dari pemanfaatan umbi

lokal. Karena formula F2 menggunakan lebih banyak pati ganyong dibandingkan

dengan formula F3, maka formula F2 dipilih sebagai produk terbaik yang akan

dianalisis lebih lanjut.

a

a,b b

5,245,78 5,86

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

F1 F2 F3

34

Uji kesukaan ibu bayi dilakukan terhadap formula terpilih F2. Sebanyak

30 orang ibu bayi usia 7-12 bulan diminta untuk menilai kesukaan terhadap

aspek warna, aroma, rasa, dan tekstur jika bubur instan akan disajikan sebagai

makanan pendamping ASI bagi anaknya. Ibu menilai dalam lima skala yaitu 1-5

yang bermakna sangat tidak suka hingga sangat suka. Rataan penilaian ibu

terhadap bubur yang disajikan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.

Gambar 14 Rataan kesukaan ibu bayi terhadap atribut uji kesukaan

Berdasarkan hasil uji kesukaan, diketahui bahwa rataan penilaian ibu

terhadap parameter warna (4.37), aroma (4.23), rasa (4.60), dan tekstur (4.07)

berada dalam rentang suka hingga sangat suka. Demikian pula kesukaan ibu

secara keseluruhan (4.34) menunjukkan bahwa formula terpilih dapat diterima

oleh ibu calon konsumen produk. Ibu memiliki peran penting dalam menentukan

jenis makanan yang akan diberikan kepada calon konsumen yaitu bayi. Penilaian

ibu yang menunjukkan kesukaan terhadap produk dapat dijadikan pedoman

dalam pemasaran produk secara komersial.

Sifat Fisik, Kimia, Mutu Gizi dan Mikrobiologi Bubur Bayi Instan

Bubur bayi instan terbaik dianalisis sifat fisik, kimia, mutu gizi, serta

mikrobiologinya untuk mengetahui perbandingannya dengan standar menurut

SNI. Analisis ini akan menentukan kelayakan mutu produk bubur bayi terbaik dan

dapat dijadikan sebagai saran untuk perbaikan dalam proses formulasi dan

produksi.

4,37 4,23

4,60

4,074,34

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan

35

Sifat Fisik Bubur Bayi Instan

Sifat fisik bubur instan berkaitan erat dengan penyajian dan daya terima

produk oleh bayi. Penentuan sifat fisik bubur instan terpilih dapat dijadikan

sebagai acuan dalam saran penyajian produk. Analisis sifat fisik yang dilakukan

terhadap produk bubur bayi instan meliputi uji seduh, waktu rehidrasi, densitas

kamba, serta daya serap air. Nilai sifat fisik produk bubur terpilih disajikan dalam

Tabel 8.

Tabel 8 Sifat fisik bubur bayi instan terbaik

Sifat fisik Satuan Nilai Volume seduh ml/g 3.00 Waktu seduh detik 62.00 Densitas kamba g/ml 0.61 Daya serap air g/g 4.67

Uji Seduh dan Waktu Rehidrasi. Uji seduh merupakan metode untuk

mengetahui rasio jumlah air yang ditambahkan dengan jumlah bahan setiap

penyajian untuk merehidrasi bubur instan. Banyaknya jumlah air yang

ditambahkan ditentukan oleh kelarutan dan kapasitas pengikatan air bahan-

bahan penyusun bubur (Mirdhayati 2004). Acuan yang digunakan dalam uji

rehidrasi ini adalah saran penyajian bubur bayi merk A. Penyajian bubur merk A

menggunakan perbandingan air dan bubur sebesar 3:1. Penyeduhan bubur

instan dilakukan hingga mendapatkan tekstur bubur yang relatif sama dengan

bubur merk A. Penyeduhan dilakuan sesuai dalam satu takaran saji menurut

saran penyajian bubur merk Ayaitu 20 gram bubur dalam 60 gram air masak

hangat.

Perbedaan bahan dasar menyebabkan tekstur dan penampakan seduh

bubur dengan acuan berbeda. Meskipun demikian, ditetapkan volume air yang

memiliki tekstur relatif sama dengan tekstur bubur merk A adalah 3 ml/1 gram

bubur, atau 60 ml air/20 gram untuk satu takaran saji bubur. Perbandingan air

dan bubur dalam jumlah tersebut menghasilkan tekstur bubur yang tidak terlalu

kental atau terlalu encer. Jumlah air yang ditambahkan berada dalam rentang

jumlah air pada penyeduhan bubur instan pati garut yang berkisar antara 12.5-75

ml/24 gram per takaran saji atau dalam rasio 0.52-3.12 ml/gram (Mirdhayati

2004).

Untuk mendapatkan bubur instan siap saji diperlukan waktu untuk

merehidrasi bubur instan yang masih berupa bubuk kering. Waktu rehidrasi

bubur berkaitan dengan kemampuan partikel bubur untuk menyerap air yang

ditambahkan. Menurut Mirdhayati (2004), lama penyerapan air bubur instan

36

sangat dipengaruhi ukuran dan sebaran partikel bubuk, proses pencampuran

bahan, serta komposisi bahan penyusun. Waktu rehidrasi yang diperlukan untuk

menghasilkan satu takaran saji bubur adalah sebesar 62 detik. Waktu rehidrasi

bubur ini lebih cepat dibandingkan dengan waktu rehidrasi bubur instan pati garut

yang berkisar pada rentang 110-183 detik (Mirdhayati 2004).

Densitas Kamba. Densitas kamba (bulk density) merupakan ukuran yang

menyatakan besarnya nilai massa partikel yang menempati suatu unit volume

tertentu (Wirakartakusumah et al 1992). Densitas kamba merupakan kebalikan

dari derajat kamba (bulikiness) atau sifat kekambaan yang dimiliki produk.

Densitas kamba yang tinggi menunjukkan sedikitnya ruang udara di antara

partikel produk sehingga produk menempati ruang yang relatif kecil. Produk

makanan bayi dengan densitas kamba tinggi cenderung diharapkan karena

dapat menempati lebih sedikit ruang dalam saluran cerna bayi lebih banyak zat

gizi yang dapat diterima bayi.

Nilai densitas kamba produk bubur bayi instan ini adalah sebesar 0.61

g/ml. Nilai ini berada pada rentang nilai densitas kamba bubur instan pati garut

yang berkisar antara 0.47-0.67. Sementara itu, menurut Hadingsih (2004), bubur

bayi instan memiliki densitas kamba dalam rentang 0.57-0.59. Penelitian lain oleh

Afrian (2002) menyatakan bahwa bubur kacang hijau instan memiliki densitas

kamba sebesar 0.35. Dengan demikian, bubur bayi instan yang dihasilkan dalam

penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian yang dilakukan

sebelumnya.

Daya Serap Air. Daya serap air memiliki kaitan erat dengan densitas

kamba dan volume bubur yang akan masuk ke dalam saluran cerna bayi. Sama

halnya dengan derajat kamba, daya serap air yang tinggi kurang diharapkan

karena akan meningkatkan volume bubur seduh sehingga bayi lebih cepat

kenyang sementara zat gizi hanya masuk dalam jumlah kecil. Komposisi bahan

dalam formula bubur juga mempengaruhi daya serap air, salah satunya adalah

kadar karbohidrat dan protein yang tinggi. Karbohidrat mampu menyerap air

hingga enam kali daya serap protein, sementara protein menyarap air terutama

melalui gugus-gusus polar dalam sisi asam aminonya (Mirdhayati 2004).

Daya serap air formula bubur bayi instan terbaik dalam penelitian ini

adalah 4.67 g/g. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa penelitian

sebelumnya tentang MP-ASI bubuk berbahan dasar pati garut, yaitu antara 4.12-

4.17 (Rosyidah 2000) dan 0.59-3.53 (Mirdhayati 2004). Akan tetapi, nilai ini lebih

37

kecil dibandingkan dengan produk komersil yaitu sebesar 6.18 g/g (Mirdhayati

2004). Daya serap air berkaitan dengan sifat kelarutan tepung saat ditambah air.

Nilai daya serap air yang semakin besar menunjukkan bahwa bubur semakin

mudah larut dalam air sehingga memudahkan pada saat proses penyeduhan

(Kusumaningrum & Rahayu 2007).

Sifat Kimia Bubur Bayi Instan

Sifat kimia bubur bayi instan terbaik berkaitan dengan kandungan zat gizi

bubur yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sifat kimia yang dianalisis

dalam penelitian ini meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,

kadar karbohidrat, kadar pati, kadar serat pangan, kadar kalsium, kadar zat besi,

kadar seng, serta kadar fosfor. Sifat kimia produk bubur bayi terbaik disajikan

dalam Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Sifat kimia bubur bayi instan terbaik

Parameter Satuan Kadar Air %bb 7.92Abu %bb 3.19Protein %bb 16.57Lemak %bb 1.48Karbohidrat %bb 70.84Pati %bb 67.33Serat Pangan Total %bb 21.79Kalsium mg/100g 197.70Seng mg/100g 8.17Besi mg/100g 16.48

Kadar air. Kadar air produk berhubungan erat dengan daya simpannya

(Astawan 2009). Semakin rendah kadar air suatu produk maka daya simpannya

diperkirakan akan lebih lama. Kadar air produk bubur bayi terbaik adalah 7.92%.

Nilai ini lebih tinggi dari nilai yang disyaratkan dalam SNI yaitu sebesar 4%.

Metode pengeringan pati ganyong dan tepung kacang merah diduga

memberikan kontribusi terhadap tingginya kadar air. Hsu et al. (2003)

menyatakan bahwa metode pengeringan drum cocok digunakan untuk

mengeringkan bahan berbentuk pasta, tetapi menghasilkan tepung dengan kadar

air lebih tinggi dibandingkan metode pengeringan lain.

Kadar abu. Kadar abu mengindikasikan kandungan mineral dalam bahan

pangan. Kadar abu dalam produk bubur bayi instan terbaik adalah sebesar

3.19%. Nilai ini telah sesuai dengan batas maksimal SNI yaitu sebesar 3.5%.

Kadar protein. Kadar protein bubur bayi instan terbaik adalah sebesar

16.57%. Nilai ini termasuk dalam rentang yang disyaratkan oleh SNI yaitu

sebesar 8-22%. Menurut peraturan BPOM mengenai Klaim kandungan zat gizi,

nilai protein dalam suatu bahan pangan dapat dikatakan tinggi apabila memenuhi

38

35% nilai acuan label gizi (ALG) per 100 gram untuk golongan konsumen

tertentu. Berdasarkan kriteria ini, maka produk terpilih dapat diklaim sebagai

pangan sumber protein.Protein berkualitas tinggi sangat penting bagi bayi karena

diperlukan dalam pembentukan jaringan baru, enzim, hormon, antibodi, dan

fungsi-fungsi lain dalam tubuh (WHO 2009).

Kadar lemak. Kadar lemak dalam produk terbaik tergolong rendah yaitu

hanya sebesar 1.48%. SNI mengenai MP-ASI bubuk instan mensyaratkan

kandungan lemak tidak kurang dari 6% dan tidak lebih dari 15%. Rendahnya

kadar lemak dalam produk ini diduga karena rendahnya kandungan lemak bahan

utama yang tidak didukung dengan sumber lemak dari bahan lain.

Kadar karbohidrat. Kadar karbohidrat ditentukan menggunakan metode

by difference dengan mengurangkan 100 dengan jumlah air, abu, protein, serta

lemak. Perhitungan tersebut menghasilkan kadar karbohidrat total dalam formula

terbaik sebesar 70.84%. SNI mengenai produk MP-ASI bubuk instan tidak

mensyaratkan jumlah karbohidrat total yang harus dipenuhi dalam produk bubur

instan. WHO (2009) menyatakan bahwa karbohidrat diperlukan oleh bayi sebagai

sumber utama energi yang memungkinkan penggunaan protein secara optimal

untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Kadar pati. Kadar pati produk bubur instan terbaik adalah sebesar

67.33%. Kadar pati ini cukup tinggi karena karena adanya bahan utama berupa

pati ganyong dan tepung kacang merah. Akan tetapi jumlah pati yang terukur

diduga termasuk komponen pati resisten yang tidak dapat tercerna. Kandungan

pati total juga tidak disyaratkan dalam SNI.

Kadar serat pangan total. Kadar serat pangan total menunjukkan jumlah

karbohidrat yang tidak dapat dicerna dalam saluran cerna manusia. Kadar serat

perlu menjadi perhatian dalam produk pangan untuk bayi karena sistem

pencernaan bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan

diare apabila ditemukan dalam jumlah besar. Kadar serat pangan total formula

bubur instan bayi adalah sebesar 21.79%. Nilai ini melebihi batas yang telah

ditetapkan SNI yaitu sebesar 5%. Kadar serat pangan yang tinggi selain berasal

dari bahan asal diduga juga berasal dari komponen pati resisten yang terbentuk

selama proses produksi yaitu pemasakan dan drum drying. Hal ini sejalan

dengan temuan Mohammed et al. (2009) yang menyatakan bahwa proses

pemasakan dilanjutkan dengan pengeringan drum dryer dapat meningkatkan

kadar serat dalam tepung komposit.

39

Kadar kalsium. Kalsium merupakan salah satu mineral makro yang

penting bagi pertumbuhan bayi. Kadar kalsium produk bubur bayi instan adalah

sebesar 197.7 mg/100g bahan produk. Kadar ini kurang dari jumlah yang

disyaratkan SNI yaitu sebesar 200 mg/100 g produk.

Kadar seng. Mineral seng sangat diperlukan dalam pembentukan daya

tahan bayi. Kadar seng dalam produk bubur bayi instan terbaik adalah sebesar

8.17 mg/100 g. Jumlah ini telah memenuhi syarat minimal SNI yaitu sebesar 2.5

mg/100 g.

Kadar besi. Memasuki usia empat hingga enam bulan, cadangan zat

besi dalam tubuh bayi semakin berkurang, sehingga perlu asupan zat besi dari

makanan luar (Grueger 2013). Kadar besi dalam formula bubur bayi instan

terpilih adalah sebesar 16.48 mg/100 g. Jumlah ini telah memenuhi batas

minimal SNI untuk kandungan zat besi yaitu 5 mg/100 g bahan. Penggunaan

kacang merah diduga memberikan sumbangan zat besi terhadap bubur

sebagaimana dinyatakan oleh El Obeid et al. (2009) bahwa penambahan tepung

Phaseolus vulgaris dalam formulasi mie secara signifikan meningkatkan kadar

dan bioavailabilitas zat besi.

Mutu Gizi & Mikrobiologi Bubur Bayi Instan

Selain jumlah kandungan gizi, mutu gizi yang terdapat dalam pangan juga

penting diperhatikan. Mutu gizi akan menentukan jumlah gizi yang benar-benar

dapat diserap oleh tubuh. Mutu gizi dan mikrobiologis yang dianalisis dalam

peneltiian ini adalah daya cerna pati, daya cerna protein, serta kadar bakteri

dengan uji total plate count.

Daya cerna pati. Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh.

Karbohidrat utama yang berasal dari bahan dasar bubur adalah pati. Daya cerna

pati menunjukkan persentase pati yang dapat diubah menjadi energi dalam tubuh

melalui proses pencernaan. Daya cerna pati secara in vitro produk bubur bayi

instan adalah sebesar 55.63%. Nilai kecernaan pati yang kecil diduga karena

banyaknya komponen tidak tercerna dalam campuran bubur. Selain kadar serat

pangan yang tinggi, diduga penurunan daya cerna pati terjadi akibat munculnya

pati resisten akibat adanya proses pemasakan dan pemanasan pada saat

pembuatan tepung kacang merah dan pati ganyong.

Daya cerna protein. Daya cerna protein mengindikasikan kemampuan

enzim–enzim dalam mencerna protein yang terdapat dalam formula bubur bayi

instan. Komposisi protein yang sebagian berasal dari kacang merah

40

dikhawatirkan menurunkan daya cerna protein karena adanya kandungan zat

anti gizi dalam kacang–kacangan. Akan tetapi, selama proses persiapan telah

dilakukan perlakuan-perlakuan untuk meminimalisasi aktivitas zat–zat anti gizi.

Daya cerna protein dalam formula ini adalah sebesar 79.83%. Nilai ini

lebih besar dibandingkan standar yang telah ditetapkan dalam SNI yaitu 70%.

Tingginya daya cerna protein diduga karena aktivitas zat anti gizi terhambat

selama proses pembuatan bahan dengan perlakuan perendaman, pemasakan,

serta pemanasan (Shimelis & Rakshit 2006). Hal ini juga sejalan dengan temuan

Mohammed et al. (2009) bahwa proses pemasakan disertai dengan pengeringan

drum dryer dapat meningkatkan daya cerna protein in vitro pada tepung

komposit.

Total plate count. Adanya mikroba patogen dalam pangan bayi

dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan karena sistem pertahanan dalam

tubuh bayi belum sempurna. Oleh karena itu, pemberian pangan yang aman dan

mengandung seminimal mungkin mikroba patogen sangat ditekankan pada

pangan bayi, SNI mensyaratkan produk bubur bayi mengandung tidak lebih dari

104 koloni/gram produk. Akan tetapi, produk bubur bayi yang dihasilkan dalam

penelitian ini memiliki nilai TPC sebesar 1.7x105 koloni/gram. Besarnya angka

lempeng total mengindikasikan adanya kontaminasi produk, baik yang terjadi

selama proses penyimpanan maupun karena proses pembuatan yang kurang

higienis.

Kontribusi Zat Gizi Bubur Instan terhadap Acuan Label Gizi (ALG)

Penentuan ukuran takaran saji penting dilakukan untuk kepentingan

saran penyajian dan pelabelan pangan. Takaran saji bubur instan terbaik

ditentukan berdasarkan perhitungan kontribusi energi bubur instan terhadap

kecukupan energi bayi usia 7-12 tahun. Bayi pada usia tersebut memerlukan

tambahan energi sebesar 30-45% yang dibagi dalam 2-3 kali waktu makan

(WHO 2009). Satu takaran saji bubur instan ditentukan sebesar 27 gram yang

dapat menyumbangkan 15% kecukupan energi bayi usia 7-11 bulan menurut

AKG 2004. Jumlah dan kontribusi zat gizi bubur instan terbaik per takaran saji

terhadap ALG anak usia 7-23 bulan disajikan dalam Tabel 10.

Berdasarkan analisis kontribusi zat gizinya, bubur instan terbaik memberi

kontribusi protein sebesar 22.25% ALG anak usia 7-23 bulan sehingga dapat

diklaim sebagai pangan sumber protein. Menurut BPOM (2011), pangan yang

dapat mencukupi 20-35% protein ALG untuk kategori usia tertentu dikategorikan

41

sebagai pangan sumber protein. Sementara itu, BPOM (2011) menyatakan

syarat klaim untuk pangan dengan kandungan mineral tertentu adalah lebih dari

15% sebagai sumber mineral dan lebih dari 30% sebagai pangan tinggi mineral.

Dengan demikian, produk bubur terpilih dapat diklaim sebagai pangan sumber

seng (27.63%) dan pangan tinggi zat besi (55.25%).

Tabel 10 Kandungan zat gizi bubur instan dan kontribusinya terhadap ALG anak 7-23 bulan per takaran saji

Zat gizi Satuan Kandungan zat gizi/100 g

Jumlah zat gizi/takaran saji

ALG 2007

% ALG

Energi kkal 363 98 800 12.25Karbohidrat g 70.84 19.03 120 15.86Lemak g 1.48 0.40 27 1.48Protein g 16.57 4.45 20 22.25Besi mg 16.48 4.42 8 55.25Seng mg 8.17 2.21 8 27.63Kalsium mg 197.70 53.10 480 11.06

42

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Bubur bayi instan sumber protein dapat dibuat dengan bahan dasar

komposit tepung kacang merah dan pati ganyong menggunakan metode

pencampuran kering (dry mixing). Bahan-bahan yang digunakan dalam proses

dry mixing merupakan bahan yang telah diinstanisasi sebelumnya sehingga

dapat langsung dikonsumsi hanya dengan menyeduh dengan air panas. Formula

terbaik berdasarkan penerimaan terbaik melalui uji organoleptik, kesesuaian sifat

fisik dan kimia adalah formula F2 (pati ganyong 15%: tepung kacang merah

45%).

Perbandingan berat air dan bahan yang digunakan dalam penyeduhan

produk terbaik adalah sebesar 3 ml air/1 gram bahan dengan waktu seduh

selama 62 detik. Produk terbaik memiliki densitas kamba sebesar 0.61 g/ml dan

daya serap air sebesar 4.67 g/g. Karakteristik kimia produk terbaik adalah kadar

air 7.92%, kadar abu 3.19%, kadar protein 16.57%, kadar lemak 1.48%,

karbohidrat by difference 70.84%, kadar pati 67.33%, serat pangan 21.79%,

kalsium 197.7 mg/100 g, seng 8.17 mg/100 g, serta besi 16.48 mg/100g. Daya

cerna pati adalah sebesar 55.63% dan daya cerna protein sebesar 79.83%. TPC

bubur sebesar 1.7x105 koloni/gram. Berdasarkan kontribusi per takaran sajinya

terhadap ALG bayi usia 7-23 bulan, formula bubur instan terbaik dapat diklaim

sebagai pangan sumber protein dan seng, serta tinggi zat besi.

Saran

Perbaikan proses produksi untuk mengurangi kadar air dan menurunkan

total serat pangan perlu dilakukan untuk memenuhi syarat mutu produk sesuai

SNI. Penambahan minyak atau sumber lemak lain perlu dilakukan untuk

menutupi kekurangan lemak dalam produk. Perbaikan hygiene selama proses

produksi diperlukan untuk mengurangi cemaran mikrobiologi dalam produk.

Penggunaan komposit tepung kacang merah dan pati ganyong dapat

dikembangkan sebagai formulasi makanan tambahan untuk kelompok umur yang

memerlukan serat dalam jumlah lebih besar.

42

DAFTAR PUSTAKA

Afrian RN. 2002. Mempelajari sifat kimia, mutu gizi, sifat fisik dan organoleptik bubur kacang hijau instant [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Almatsier S. 2011. Gizi bayi. Dalam Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M, editor. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anggraini RW. 2007. Resistant starch tipe III dan tipe IV pati ganyong (Canna edulis), kentang (Solanum tuberosum), dan kimpul (Xanthosoma violaceum Schott) sebagai prebiotik [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official Method of Analysis of Association of Official Analytical Chemist 14th edition. Airington: AOAC Inc.

Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Yasni S dan Budiyanto S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi.

Astawan M. 2009. Sehat dengan Kacang dan Biji-Bijian. Jakarta: Penebar Swadaya.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan.

______. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan tentang Pengawasan Klain dalam Label dan Iklan Pangan Olahan.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI: 01-7111.1-2005. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2: Bubuk Instan. Jakarta: Dewan Standar Nasional Indonesia.

Budiyati R. 2010. Formulasi tepung komposit berbasis pati ganyong (Canna edulis Ker.) termodifikasi heat moisture treatment dan tepung kacang tunggak (Vigna unguiculata) pada pembuatan mi kering [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Clark JP. 2009. Case Study in Food Engineering. New York: Springer Science & Bussiness Media.

[DEPDIKBUD] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

[DEPKES] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Surat Keputusan No. 224/MENKES/SK/II/2007 tentang Spesifikasi Teknis MP-ASI.

Ekawati D. 1999. Pembuatan cookies dari tepung kacang merah (Phaseolus vulgaris L) sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

44

El Obeid T, Fakhrawi D, Berghofer E. 2009. Iron bioavailability and organoleptic properties of sorghum and white beans noodles. Interernational Journal of Arts and Sciences 1(6): 262 – 271.

Ernawati ATD, Darwan. 2007. Uji kualitas chicken nuggets dengan perbandingan tepung terigu dan pati ganyong selama penyimpanan. Prospect 3 (5): 17-26.

Fardiaz D, Apriyantono A, Puspitasari NL, & Budianto S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisa Pangan. Bogor: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB.

Fitzpatrick JJ, Twomey M, Cerqueira PSM, Descamps N, Roos YH. 2006. Glass transition and the caking of food powder.Proceeding of International Conference of Conceying and Handling of Particulate Solids. Sorento, Italy.

Flach M, Rumawas F. 1996. Plant Resources of South East Asia. London: Backhuys Publisher.

Gamble Y, Bunyapen C, Bhatia J. 2008. Feeding the term infant. Berdanier et al, Editor. Handbook of Nutrition and Food 2nd Edition. New York: CRC Press.

Grueger B. 2013. Weaning from the breast.Paediatr Child Health 18 (4): 210.

Hadiningsih N. 2004. Optimasi formula makanan pendamping ASI dengan menggunakan Response Surface Methodology (RSM) [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hendy. 2007. Formulasi bubur instan berbasis singkong (Manihot esculenta Crantz) sebagai pangan pokok alternative [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hermann M. 1996. Starch noodles from edible canna. Di dalam Janick J (ed). Progress in New Crops. Arlington: ASHS Press.

Hidayat N, Nurika I, Purwaningsih I. 2008. Potensi ganyong sebagai sumber karbohidrat dalam upaya menunjang ketahanan pangan [Makalah seminar]. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

Hsu CL, Chen W, Weng YM, Tseng CY. 2003. Chemical composition, physical properties, and antioxidant activity of yam flour as affected by different drying method. Food Chemistry (83): 85–92.

Hsu HW, Vavak DL, Satteriee LD, and Miller GA. 1977. A multienzyme technique for estimating protein digestibility. Journal of Food Science 5 (42): 1269.

Hung PV, Morita N. 2005. Physicochemical properties and enzimatic digestibility of starch from edible canna (Canna edulis) grown in Vietnam. Carbohydrate Polymers (61): 314–321.

Krisnayudha K. 2007. Mempelajari potensi garut (Maranta arundiacea L.) dan ganyong (Canna edulis Ker) untuk mendukung pertumbuhan bakteri asam

45

laktat [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Krupa U. 2008. Main nutritional and antinutritional composition of bean seeds: A review. Polish Journal of Food and Nutrition Science Vol 58 (2): 149-155.

Kusumaningrum A, Rahayu WP. 2007. Penambahan kacang-kacangan dalam formulasi makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) berbahan dasar pati aren (Arenga pinnata (Wurmb) Mar). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan XVIII (2): 73-80.

Lingga P, Sarwono B, Rahardi F, Raharja C, Anfiastini JJ, Rini W, dan Apriadji WH. 1989. Bertanam Umbi-Umbian. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lathifah HN. 2009. Pembuatan bioetanaol dari sirup glukosa umbi ganyong (Canna edulis Ker.) menggunakan khamir Schizosaccharomyces pombe [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mirdhayati I. 2004. Formulasi dan karakteristisasi sifat-sifat fungsional bubur garut (Maranta arundinaceae Linn) instan sebagai makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Insititut Pertanian Bogor.

Mohammed MA, Makki HMH, Mustafa AI. 2009. Effect of cooking and drum drying on the nutritive value if sorghum-pigeon pea composite flour. Pakistan Journal of Nutrition 8 (7): 988–992.

Muchtadi D. 1989.Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

_______. 2006. Karbohidrat dalam makanan bayi. Bogor: Foodreview vol I (3): 44-45.

Pangesthi LT. 2009. Pemanfaatan pati ganyong (Canna edulis) pada pembuatan mie segar sebagai upaya penganekaragaman pangan non beras. Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner 1 (1): 1-7.

Perdana. 2003. Dampak penerapan ISO 9001 terhadap peninggakatan mutu yang berkesinambungan pada proses produksi bubur bayi instan PT. Gizindo Prima Nusantara [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Purwantari SE, Susilowati A, Setyaningsih R. 2004. Fermentasi tepung ganyong (Canna edulis Ker.) untuk produksi etanol oleh Aspergillus niger dan Zygomonas mobilis. Bioteknologi 1 (2): 43-47.

Putri LSE, Sukandar D. 2008. Konversi pati ganyong (Canna edulis Ker.) menjadi bioetanol melalui hidrolisis asam dan fermentasi. Biodiversitas 9 (2): 112-116.

Rasper VF, de Man JM. 1980. Effect of granule size of substituted starch on the rheologixcal character of composit dough. Cereal Chen (57): 331-340.

46

Richana N, Sunarti TC. 2004. Karakterisasi sifat fisikokimia tepung umbi dan tepung pati dari umbi ganyong, suweg, ubi kelapa, dan gembili. J.Pascapanen 1 (1): 29-37.

Rodiahwati W. 2011. Mutu tepung dan bubur instan ganyong (Canna edulis Kerr.) hasil pengeringan drum [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Roisah. 2009. Produksi dan karakterisasi sohun dari pati ganyong (Canna edulis Ker.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rosyidah U. 2000. Pemanfaatan tepung ikan mujair (Oreochromis mossambicus) untuk pembuatan makanan tambahan bayi dengan bahan dasar pati garut (Maranta arundinacea L.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Setyaningsih D, Apriyantono A, dan Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press.

Shimelis EA, Rakshit SK. 2006. Effect of processing on antinutrient and in vitro protein digestibility of kidney bean (Phaseolus vulgaris L.) varieties grown in East Africa. Food Chemistry (103): 161-172.

Siddiq M, Ravi R, Harte JB, Dolan KD. 2010. Physical and functionl characteristics of selected dry bean (Phaseolus vulgris L.) flours). Food Science and Technology (42): 232–237.

Slamet A. 2010. Pengaruh perlakuan pendahuluan pada pembuatan tepung ganyong (Canna edulis) terhadap sifat fisik dan amilografi tepung yang dihasilkan.Agrointek 4 (2): 100-103.

Suhaeti RN. 1983. Daya simpan dan daya terima bahan makanan campuran yang berasala dari tepung ganyong (Canna edulis), tepung ikan pepetek (Leiognathus spp.) serta tepung tempe kedele (Glycine max) [skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo. 1988. Petunjuk Laboratorium Pemberian Makanan untuk Bayi dan Anak-Anak. Bogor: Laboratorium Gizi Masyarakat, PAU Pangan dan Gizi IPB.

Sundari. 2008. Formulasi biscuit prebiotik berbasis umbi-umbian sebagai makanan tambahan balita gizi kurang [skripsi]. Surabaya: Universitas Airlangga.

Sunaryo ES. 2006. Seluk beluk makanan bayi. Bogor: Foodreview Indonesia Vol 1 (3): 40-43.

Tang J, Feng H, Shen GQ. 2003. Drum drying. Encyclopedia of Agricultural, Food, and Biological Engineering. New York: Marcel Dekker Inc.

Tejasari. 2003. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

47

Tramhs CM, Mc Kean KN. 2008. Nutrition during Infancy.Mahan LK, Escott-Stump S, editor.Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th Edition. Missouri: Saunders, Elsevier Inc.

Utami PY. 2009. Peningkatan mutu pati ganyong (Canna edulis Ker) melalui perbaikan proses produksi [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Wardayanie NIA, Susanti I, Aviana T, Herman AS. 2008. Potensi umbi-umbian dan serealia dalam menunjang diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal. Jurnal Riset Industri 2 (1): 35–43.

Winarno FG. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wirakartakusumah MA, Abdullah A, dan Syarif AM. 1992. Sifat Fisik Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi.

Yuliani E. 2011. Pengaruh jenis pati dan waktu inkubasi terhadap kadar amilosa hasil analisis hidrolisis enzimatis menggunakan enzim pullulanase [skripsi]. Malang: Univeritas Islam Negeri Malang.

Zakaria RF. 1999. Produksi MP-ASI lokal sebagai terobosan untuk menanggulangi masalah kekurangan gizi. Prosiding seminar nasional teknologi pangan. Jakarta. PATPI 12-13 Oktober.

41

LAMPIRAN

48

Lampiran 1 Uji Sidik Ragam Rataan Hedonik Bubur Bayi Instan

Sum of

Squares Df Mean

Square F Sig. Warna Between Groups 5.779 2 2.889 1.437 .240 Within Groups 343.760 171 2.010 Total 349.539 173 Aroma Between Groups 4.403 2 2.202 .745 .476 Within Groups 505.524 171 2.956 Total 509.927 173 Rasa Between Groups 20.814 2 10.407 4.431 .013 Within Groups 401.621 171 2.349 Total 422.435 173 Tekstur Between Groups 17.954 2 8.977 3.283 .040 Within Groups 467.521 171 2.734 Total 485.475 173 Overall Between Groups 13.546 2 6.773 4.215 .016 Within Groups 274.760 171 1.607 Total 288.306 173

Lampiran 2 Uji Lanjut Duncan Rataan Hedonik Bubur Bayi Instan

Warna

Duncan Kode N Subset for alpha = .05 1 11.00 58 5.10172.00 58 5.46293.00 58 5.5095Sig. .146

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

Aroma

Duncan Kode N Subset for alpha = .05 1 1 1.00 58 5.54482.00 58 5.86123.00 58 5.9000Sig. .298

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

49

Lampiran 2(Lanjutan) Rasa

Duncan

Kode N Subset for alpha = .05 1 2 1 1.00 58 5.33282.00 58 5.90343.00 58 6.1603Sig. 1.000 .368

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

Tekstur

Duncan

Kode N Subset for alpha = .05 1 2 1 1.00 58 4.96033.00 58 5.57932.00 58 5.6905Sig. 1.000 .718

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

Overall

Duncan

Kode N Subset for alpha = .05 1 2 1 1.00 58 5.24032.00 58 5.78713.00 58 5.8689Sig. 1.000 .729

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

50

Lampiran 3Uji Sidik Ragam Rataan Mutu Hedonik Bubur Bayi Instan

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig. Kecerahan_Warna Between

Groups 10.104 2 5.052 .206 .814

Within Groups

4186.406 171 24.482

Total 4196.510 173 Aroma_Bumbu Between

Groups 1.300 2 .650 .232 .794

Within Groups

480.257 171 2.809

Total 481.557 173 Aroma_Langu Between

Groups 9.328 2 4.664 1.443 .239

Within Groups

552.871 171 3.233

Total 562.198 173 Kemanisan Between

Groups 18.523 2 9.261 3.288 .040

Within Groups

481.720 171 2.817

Total 500.242 173 Rasa_Kacang Between

Groups 5.009 2 2.505 .911 .404

Within Groups

470.047 171 2.749

Total 475.056 173 Kelembutan Between

Groups 4.807 2 2.403 .846 .431

Within Groups

485.735 171 2.841

Total 490.542 173 Kekentalan Between

Groups 33.243 2 16.622 4.892 .009

Within Groups

581.037 171 3.398

Total 614.280 173

Lampiran 4 Uji Lanjut Duncan Rataan Mutu Hedonik Bubur Bayi Instan

Kecerahan_Warna

Duncan

Kode N Subset for alpha = .05 1 1 3.00 58 5.07842.00 58 5.17501.00 58 5.6310Sig. .575

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

51

Lampiran 4 (Lanjutan) Aroma_Bumbu

Duncan Kode N Subset for alpha = .05 1 1 1.00 58 5.15342.00 58 5.30603.00 58 5.3569Sig. .542

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

Aroma_Langu

Duncan

Kode N Subset for alpha = .05 1 12.00 58 3.55691.00 58 3.97593.00 58 4.0974Sig. .128

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

Kemanisan

Duncan

Kode N Subset for alpha = .05 1 2 1 1.00 58 4.85172.00 58 5.0328 5.03283.00 58 5.6164Sig. .562 .063

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

Rasa_Kacang

Duncan

Kode N Subset for alpha = .05

1 1 1.00 58 5.01382.00 58 5.13623.00 58 5.4190Sig. .218

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

52

Lampiran 4(Lanjutan) Kelembutan

Duncan

Kode N Subset for alpha = .05 1 1 1.00 58 5.01382.00 58 5.27593.00 58 5.4147Sig. .231

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

Kekentalan

Duncan

Kode N Subset for alpha = .051 2 1

1.00 58 3.11812.00 58 3.7905 3.79053.00 58 4.1759Sig. .051 .262

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.000.

Lampiran 5 Uji Tabulasi Silang Parameter Hedonik dan Mutu Hedonik Bubur Bayi Instan

Warna*Kecerahan_Warna Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Warna * Kecerahan_Warna 174 100.0% 0 .0% 174 100.0%

Symmetric Measures

ValueAsymp. Std.

Error(a) Approx.

T(b) Approx.

Sig. Interval by Interval Pearson's R .234 .033 3.150 .002(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .525 .069 8.091 .000(c)Measure of Agreement

Kappa .(d)

N of Valid Cases 174 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. d Kappa statistics cannot be computed.They require a symmetric 2-way table in which the values of the first variable match the values of the second variable.

53

Lampiran 5(Lanjutan) Aroma*Aroma Bumbu& Langu

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Aroma * Aroma_Bumbu

174 100.0% 0 .0% 174 100.0%

Aroma * Aroma_Langu 174 100.0% 0 .0% 174 100.0% Aroma*Aroma_Bumbu

Symmetric Measures

Value Asymp. Std.

Error(a) Approx.

T(b) Approx.

Sig. Interval by Interval Pearson's R .772 .041 15.917 .000(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .757 .042 15.205 .000(c)Measure of Agreement

Kappa .(d)

N of Valid Cases 174 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. d Kappa statistics cannot be computed.They require a symmetric 2-way table in which the values of the first variable match the values of the second variable. Aroma*Aroma_Langu Symmetric Measures

Value Asymp. Std.

Error(a) Approx.

T(b) Approx.

Sig. Interval by Interval Pearson's R .079 .084 1.046 .297(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .077 .082 1.014 .312(c)Measure of Agreement

Kappa .(d)

N of Valid Cases 174

a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. d Kappa statistics cannot be computed.They require a symmetric 2-way table in which the values of the first variable match the values of the second variable. Rasa Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Rasa * Kemanisan 174 100.0% 0 .0% 174 100.0%Rasa * Rasa_Kacang 174 100.0% 0 .0% 174 100.0%

54

Lampiran 5(Lanjutan) Rasa*Kemanisan Symmetric Measures

Value Asymp. Std.

Error(a) Approx.

T(b) Approx.

Sig. Interval by Interval Pearson's R .749 .036 14.805 .000(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .736 .039 14.279 .000(c)Measure of Agreement

Kappa .(d)

N of Valid Cases 174

a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. d Kappa statistics cannot be computed.They require a symmetric 2-way table in which the values of the first variable match the values of the second variable. Rasa*Rasa_Kacang Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Error(a) Approx.

T(b) Approx.

Sig. Interval by Interval Pearson's R .366 .074 5.164 .000(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .375 .072 5.302 .000(c)Measure of Agreement

Kappa .(d)

N of Valid Cases 174 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. d Kappa statistics cannot be computed.They require a symmetric 2-way table in which the values of the first variable match the values of the second variable.

Tekstur Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Tekstur * Kelembutan 174 100.0% 0 .0% 174 100.0%Tekstur * Kekentalan 174 100.0% 0 .0% 174 100.0%

Tekstur*Kelembutan Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Error(a) Approx.

T(b) Approx.

Sig. Interval by Interval Pearson's R .684 .050 12.300 .000(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .684 .049 12.313 .000(c)Measure of Agreement

Kappa .(d)

N of Valid Cases 174 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. d Kappa statistics cannot be computed.They require a symmetric 2-way table in which the values of the first variable match the values of the second variable.

55

Lampiran 5 (Lanjutan) Tekstur*Kekentalan Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Error(a) Approx.

T(b) Approx.

Sig. Interval by Interval Pearson's R .173 .077 2.302 .023(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .110 .081 1.453 .148(c)Measure of Agreement

Kappa .(d)

N of Valid Cases 174

a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. d Kappa statistics cannot be computed.They require a symmetric 2-way table in which the values of the first variable match the values of the second variable.

56

Lampiran 6 Metode Analisis Fisik dan Kandungan Gizi Bubur

Uji Seduh (Mirdhayati 2009). Uji seduh mengacu pada petunjuk

penyajian bubur bayi MP-ASi komersial sebagai kontrol.Sebanyak satu takaran

saji bubur kontrol (30 g) ditambahkan dengan air hangat sebanyak 100 ml (60-

800C), diaduk hingga terbentuk larutan bubur yang kental. Sampel dalam jumlah

yang sama ditambahkan air dan diaduk hingga kekentalannya sama dengan

bubur kontrol. Banyaknya air yang ditambahkan merupakan jumlah air yang

dibutuhkan untuk penyajian.

Waktu rehidrasi (Mirdhayati 2009).Sebanyak 30 gram sampel

ditambahkan dengan air panas sejumlah yang telah diketahui dalam uji seduh,

diaduk merata menjadi bubur kental.Waktu rehidrasi dihitung saat sampel mulai

diberi air hingga menjadi bubur.

Uji densitas kamba (Wirakartakusumah et al 1992). Penentuan

densitas kamba produk dilakukan dengan mengukur volume 10 gram sampel

dalam gelas ukur 50 ml. Penetapan densitas kamba dilakukan dengan

perhitungan:

Densitas Kamba =

Uji daya serap air (Rasper 1980). Perhitungan didasarkan pada hasil

penentuan kadar air sebelumnya. Cawan aluminium dikeringkan dalam oven 105

C selama 10 menit, lalu didinginkan dalam desikator. Sampel sebanyak 3 gram

dimasukkan ke dalam air mendidih, direbus selama 6 menit pada 100 C,

kemudian ditiriskan, lalu ditimbang (A). Sampel yang telah ditiriskan, dimasukkan

kedalam oven 105 C selama 6 jam sampai diperoleh berat konstan (B).

Penetapan absorbsi air berdasarkan perhitungan:

Daya Serap Air = %100)100(

)()(x

ntohkadaraircoontohberatawalc

hberatcontontohkadaraircoba

Dimana: a = berat sampel sebelum dikeringkan

b = berat sampel setelah dikeringkan

Analisis Kimia

Analisis kadar air (AOAC 1995). Penentuan kadar air dilakukan dengan

metode oven dimana cawan kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven

selama 15 menit lalu didinginkan dalam desikator. Cawan yang kering yang telah

didinginkan ditimbang. Penimbangan dilanjutkan dengan penimbangangn analat

homogen secara cepat sebanyak 5 g ke dalam cawan. Cawan berisi analat

dikeringkan dalam oven selama 6 jam. Pengeringan dilakukan sampai diperoleh

57

Lampiran 6 (Lanjutan)

berat konstan. Cawan beserta isi yang telah dikeringkan diangkat dan

didinginkan dalam desikator sebelum ditimbang berat akhirnya. Kadar air

dinyatakan sebagai persen kadar air (dry dan wet basis). Penetapan kadar air

berdasarkan perhitungan:

Kadar air (%) : c

ab )(

Dimana : a = berat wadah dan sampel awal

b = berat wadah dan sampel setelah dikeringkan

c = berat sampel

Analisis kadar abu metode gravimetri (AOAC 1995). Penentuan kadar

abu didasarkan pada metode tanur. Cawan disiapkan untuk pengabuan yang

dibakar dalam tanur selam 10 menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang

Sebanyak 3.0-5.0 gram sampel dimasukkan dalam cawan tersebut dan diabukan

dalam tanur bersuhu 5000 C selama 6 jam. Cawan berisi abu didinginkan dalam

desikator dan ditimbang. Penetapan kadar abu berdasarkan perhitungan:

Kadar abu (%) = Bobot abu (g) x 100% Bobot sampel (g)

Analisis kadar protein metode mikro Kjeldahl(Fardiaz et al 1989).

Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode mikro kjeldahl. Sejumlah kecil

sampel (0.2 g) ditimbang dan ditempatkan dalam labu kjeldahl 30 ml.

Ditambahkan 1.9±0.1 K2SO4, 40±10 mg HgO dan 2.0±0.1 ml

H2SO4.Ditambahkan pula beberapa batu didih.Sampel dididihkan selama 1 -1.5

jam sampai cairan menjadi jernih.Dilakukan pendinginan cairan yang dihasilkan

untuk kemudian ditambahkan 8-10 ml NaOH-Na2S2O3 dan beberapa tetes

indikator merah metil.Ujung selang kondensor harus terendam larutan tersebut

untuk menampung hasil destilasi sekitar 15 ml. Hasil destilasi kemudian dititrasi

dengan HCl 0.02 M sampai terbentuk warna abu-abu. Prosedur sama juga

dilakukan terhadap blanko (yang tidak mengandung sampel). Penetapan kadar

protein berdasarkan perhitungan:

% N = (ml HCl-ml blanko) x normalitas x 14.007 x 100 mg sampel

% Protein = % N x faktor konversi atau

Protein (%) = (Vol titrasi x 0.014 x N HCl x 6.25 x 100)/berat sampel (mg)

Analisis kadar lemak (AOAC 1995). Penentuan kadar lemak dilakukan

berdasarkan metode akstrksi soxhlet. Labu takar dikeringkan dalam oven.

58

Lampiran 6 (Lanjutan)

Sampel ditimbang sebanyak 5 g dalam bentuk tepung dibungkus dengan kertas

saring dan ditutup dengan kapas bebas lemak. Kertas saring berisi sampel

diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet yang dirangkai dengan kondensor.

Pelarut hexane dimasukkan ke dalam labu secukupnya kemudian dilakukan

refluks selama minimal 5 jam. Labu takar akan berisi lemak hasil ekstraksi dan

kemudian dipanaskan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dengan lemak

sampel. Penetapan kadar lemak berdasarkan perhitungan:

Kadar lemak (%) = berat lemak (g) x 100% berat sampel (g)

Analisis kadar serat pangan (Total Dietary Fiber – TDF) (AOAC 1995).

Penentuan kadar serat pangan dilakuan dengan metode enzimatis. Sampel

kering diekstrak lemaknya denganpelarut petroleum eter padasuhu kamar

selama 15 menit kemudiandikeringkan pada suhu ruang.Sejumlah 1 g sampel

bebas lemak (w) dimasukkan ke dalam erlenmeyer,kemudian ditambahkan 25 ml

0.1 M buffer fosfat pH 6 dan dibuat suspensi.Lalu ditambahkan 0.1 ml termamyl,

ditutup dengan alufo dan diinkubasi padasuhu 100 oC selama 15 menit, diangkat

dan didinginkan, kemudianditambahkan 20 ml akuades dan pH diatur menjadi

1.5 dengan menambahkanHCl 4 M. Selanjutnya ditambahkan 100 mg pepsin,

ditutup dan diinkubasipada suhu 40oC dan diagitasi selama 60 menit. Kemudian

ditambahkan 20 ml akuades dan pH diatur menjadi 6.8, lalu ditambahkan 100 mg

pankreatin, ditutup dan diinkubasi pada suhu 40 oC selama 60 menit sambil

diagitasi, dan terakhir pH diatur dengan HCl menjadi 4.5. Selanjutnya disaring

dengan kertas saring Whatman No.42 yang sebelumnya telah diketahui bobot

keringnya kemudian dicuci dengan 2 x 10 ml aquades, 2 x 10 ml etanol 95%, dan

2 x 10 ml aseton, lalu dikeringkan pada suhu 105 oC sampai berat tetap (sekitar

12 jam) dan ditimbang setelah didinginkan dalam desikator (D1/B1). Kemudian

diabukan dalam tanur 500 oC selama minimal 5 jam dan ditimbang setelah

didinginkan dalam desikator (I1/B2). Nilai blanko diperoleh dengan cara yang

sama namun tanpa menggunakan sampel. Nilai TDF dihitung dengan:

TDF (% bb) = ((D1 – B1) – (I1 – B2)/w) x 100%

Dimana : D1 = berat sampel setelah dioven

B1 = berat blanko setelah dioven

I1 = berat sampel setelah ditanur

B1 = berat blanko setelah ditanur

Lampiran 6 (Lanjutan)

59

Analisis kadar karbohidrat. Penentuan kadar karbohidrat total

dilakukan secara by different. Penetapan kadar karbohidrat dilakuakn dengan

perhitungan:

Kadar karbohidrat (%) = 100% - A – B – C – D

Dimana: A = kadar air (%)

B = kadar abu (%)

C = kadar protein (%)

D = kadar lemak (%)

Analisis kadar pati metode Luff Schorl (AOAC 1995). Sampel

ditimbang sebanyak 3 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer

dan ditambahkan HCl 3%. Erlenmeyer dihubungkan dengan kondensor dan

dididihkan selama 3 jam dan dinetralkan dengan NaOH 0.4N. Selanjutnya larutan

ditambahkan 1 ml asam asetat pekat dan ditera dengan labu takar 250 ml.

Larutan yang telah ditera disaring dengan kertas saring berlipat dan residunya

dipipet sebanyak 10 ml ke dalam labu erlenmeyer 200 ml.

Residu dalam labu erlenmeyer ditambah dengan 25 ml larutan Luff dan

15 ml akuades. Erlenmeyer dihubungkan dengan kondensor dan dipanaskan

selama 10 menit. Ke dalam larutan ditambahkan 10 ml larutan KI 30% dan 25 ml

H2SO4 4 N. Proses terakhir adalah titrasi dengan larutan Tio 0.1 N dengan

indikator larutan kanji. Volume titrasi dicatat sebagai a ml. Blanko dikerjakan

dengan metode yang sama tetapi larutan sampel diganti dengan akuades. Kadar

pati dihitung dengan rumus ebagai berikut:

Pengubahan menjadi jumlah ml Tio 0.1 N

Z ml tio 0.1N pada daftar ekuivalen dengan y mg glukosa

Analisis Kadar Ca Metode Atomic Absorbsion Spectrofotometry

(AAS) (Apriyantono et al. 1989). Preparasi sampel untuk kadar kalsium

ilakukan dengan menggunakan pengabuan basah. Sampel yang mengandung

50 gram padatan ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjedhal. Lalu

ditambahkan larutan 10 mL H2SO4, 10 ml HNO3 serta beberapa batu didih.

Larutan kemudian dipanaskan sampai tidak berwarna gelap dan ditambahkan 10

Lampiran 6 (Lanjutan)

60

ml aquades sampai larutan tidak berwarna atau berwarna kuning, lalu panaskan

kembali sampai berasap. Larutan dibiarkan sampai dingin kembali dan

tambahkan 5 ml aquades, didihkan sampai berasap.Larutan disaring dengan

kertas whatman 42 kemudian dibaca dengan menggunakan AAS.

Kadar Ca = (a – b) x V 10 x W

Keterangan: a = Konsentrasi Larutan Blanko (mg/ml) b = Konsentrasi Larutan Sampel (mg/ml) v = Volume Ekstrak w = Berat Sampel Analisis Kadar Besi Metode dan Seng (Zn) Atomic Absorbsion

Spectrofotometry (AAS) (Apriyantono et al. 1989). Preparasi sampel untuk

penetapan kadar zat besi dilakukan dengan pengabuan basah. Sampel

ditambahkan sebanyak ± 0.2 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian

ditambahkan 10 ml H2S04 dan 10 ml HNO3, dipanaskan perlahan-lahan sampai

larutan tidak berwarna gelap lagi (semua zat organik telah teroksidasi) larutan

ditambahkan aquades sehingga menjadi tidak berwarna atau menjadi kuning dan

didihkan sampai berasap. Setelah itu didinginkan kemudian diencerkan dalam

labu takar 100 ml sampai tanda tera, blanko dipersiapkan seperti proses di atas

dan juga larutan standar besi. Sampel dan blanko diukur dan dibuat kurva.

Zat Besi (ppm) = (absorban sampel – absorban blanko) x fp x 100% x 1000 ppm mg sampel

Analisis daya cerna pati (Tejasari 2003). Penentuan daya cerna pati

dilakuan dengan metode enzimatis. Suspensi pati (1% dalam air destilat)

dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit sampai mencapai suhu yang

diiinginkan (60, 75, 900C) kemudian didinginkan. Diambil sebanyak 2 ml larutan

tepung dan dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 1 ml air destilat dan 5 ml

larutan buffer Na-fosfat 0.1 M pH 7.0. Kemudian diinkubasi dalam penangas air

370C selama 30 menit. Dari campuran tersebut diambil 1 ml dan ditempatkan

pada tabung reaksi lain. Kemudian ditambah 2 ml pereaksi dinitrosalisilat dan

selanjutnya dipanaskan dalam penangas air 1000C selama 10 menit. Setelah

didinginkan, campuran reaksi diencerkan dengan menambahkan 1 ml air destilat.

Warna orange merah yang terbentuk dari campuran reaksi diukur absorbansinya

menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Kadar

maltose dari campuran reaksi dihitung dengan mengeplotkan abs pada larutan

maltose standar. Kurva standar diperoleh dengan cara mereaksikan larutan

Lampiran 6 (Lanjutan)

61

maltose standar dengan pereaksi dinitrosalisilat dengan menggunakan prosedur

yang sama. Konsentrasi maltose standar dibuat nol hingga 10 mg dalam 10 ml

air destilata. Perhitungan daya cerna pati adalah sebagai berikut:

100%

A = kadar maltose sampel a = kadar maltose blanko sampel B = kadar maltose pati murni b = kadar maltose blanko pati murni

Analisis daya cerna protein secara enzimatis (Hsu et al 1977).

Penentuan daya cerna protein dilakukan dengan metode enzimatis secara in

vitro. Sampel digiling halus (lolos ayakan 80 mesh) dan kontrol. Sampel

disuspensikan dalam air destilata sehingga konsentrasinya 6.25 mg protein/ml.

Diambil 50 ml suspense sampel ditaruh dalam gelas piala 100 ml, pH diatur 8.0

dengan HCl atau NaOH 0.1 N. Diatur sampel dalam penangas air 370C dan

diaduk dengan magnetic stirrer selama 5 menit. Ditambahkan 5 ml larutan multi

enzim (saat penambahan enzim sebagai waktu nol ke dalam suspense protein

sambil tetap diaduk dalam penangas air 370C. catat pH suspense sampel pada

menit ke-10. Perhitungan daya cerna protein adalah:

y = 210.464 – 18.103x

Dimana: y = daya cerna protein

x = pH suspense sampel pada menit ke-10

62

Lampiran 7 Formulir Uji Mutu Hedonik

FORMULIR UJI ORGANOLEPTIK BUBUR INSTAN SUMBER PROTEIN

Nama Panelis : Jenis Kelamin : L/P Tanggal Pengujian : Kode Sampel : Dihadapan saudara/I disajikan 6 sampel bubur instan. Anda diminta untuk menilai sampel tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Beri tanda silang pada garis atau nomor yang disediakan dari 1-9 yang tepat menggambarkan persepsi saudara/i

2. Silahkan untuk berkumur atau minum terlebih dahulu sebelum anda menilai sampel berikutnya.

3. Mohon tidak membandingkan antar sampel saat anda melakukan penilaian.

Mutu Hedonik

Kecerahan Warna sangat tidak cerah Sedang Sangat cerah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aroma bumbu Sangat tidak harum Sedang Sangat harum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aroma langu sangat tidak langu Sedang Sangat langu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kemanisan Sangat hambar Sedang Sangat manis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rasa kacang merah sangat lemah Sedang Sangat kuat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kelembutan sangat kasar Sedang Sangat lembut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kekentalan Sangat kental Sedang Sangat encer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Komentar .................................................................................................................................

.................................................................................................................................

TERIMA KASIH

63

Lampiran 8 Formulir Uji Hedonik

FORMULIR UJI ORGANOLEPTIK BUBUR INSTAN SUMBER PROTEIN

Nama Panelis : Jenis Kelamin : L/P Tanggal Pengujian : Kode Sampel : Dihadapan saudara/I disajikan 6 sampel bubur instan. Anda diminta untuk menilai sampel tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Beri tanda silang pada garis atau nomor yang disediakan dari 1-9 yang tepat menggambarkan persepsi saudara/i

2. Silahkan untuk berkumur atau minum terlebih dahulu sebelum anda menilai sampel berikutnya.

3. Mohon tidak membandingkan antar sampel saat anda melakukan penilaian.

Hedonik

Warna Sangat tidak suka Biasa Sangat suka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aroma Sangat tidak suka Biasa Sangat suka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rasa Sangat tidak suka Biasa Sangat suka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tekstur Sangat tidak suka Biasa Sangat suka 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Keseluruhan Sangat tidak suka Biasa Sangat suka 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Komentar

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

TERIMA KASIH

64

Lampiran 9 Formulir Uji Kesukaan

FORMULIR UJI KESUKAAN IBU BAYI

Tanggal :

Nama Panelis :

Nama Produk : Bubur Bayi Instan

Instruksi : Nyatakan penilaian Ibu dengan memberikan tanda (√) pada

keterangan yang sesuai jika bubur ini akan diberikan kepada bayi

Ibu.

Atribut Sangat tidak suka Tidak suka Biasa Suka Sangat suka

Aroma

Warna

Rasa

Tekstur

Keterangan:

*Warna adalah warna penampakan bubur

*Aroma adalah aroma atau bau yang tercium dari bubur

*Rasa adalah rasa bubur

*Tekstur adalah kasar atau lembutnya bubur dan kental atau encernya bubur

*TERIMA KASIH*