format uji udara

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam fermentasi dan sebagainnya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasannya melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Gobel, 2008). Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau (wadah). Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengelolahan produk makanan atau industry (Gobel, 2008). Berdasarkan tujuan tersebut di atas maka dilaksanakan percobaan tersebut untuk mengetahui uji sanitasi lingkungan mengenai cara uji kontaminasi udara, tangan, serta kebersihan alat laboratorium. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan sterilisasi ? 2. Apakah yang dimaksud dengan desinfeksi ?

Upload: marina-fitriani

Post on 15-Sep-2015

243 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Format Uji Udara

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangUdara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam fermentasi dan sebagainnya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasannya melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Gobel, 2008).

Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau (wadah). Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengelolahan produk makanan atau industry (Gobel, 2008).

Berdasarkan tujuan tersebut di atas maka dilaksanakan percobaan tersebut untuk mengetahui uji sanitasi lingkungan mengenai cara uji kontaminasi udara, tangan, serta kebersihan alat laboratorium.B. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan sterilisasi ?

2. Apakah yang dimaksud dengan desinfeksi ?

3. Bakteri apa saja yang ada di dalam udara ?

4. Bagaimana cara melakukan teknik uji sterilisasi alat ?

5. Bagaiomana cara cara melakukan sterilisasi alat ?

6. Bagaiman cara pengujian terhadap udara ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan sterilisasi

2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan desinfeksi

3. Untuk mengetahui bakteri apa saja yang ada di dalam udara

4. Untuk mengetahui cara melakukan teknik uji sterilisasi alat

5. Untuk mengetahui cara cara melakukan sterilisasi alat

6. Untuk mengetahui cara pengujian terhadap udara

D. Batasan Masalah

Dalam makalah ini, penulis hanya membatasi pada tujuan dilakukannya pemeriksaan uji udara dan sterilisasi alat kesehatan . selain daripada tujuan tidak akan dibahas pada makalah ini

E. Manfaat

1. Bagi Instansi:Untuk menambah referensi tentang pentingnya pengujian udara dan sterilitas alat dan bahan, terutama alat alat yang ada di dalam laaboratorium.2. Bagi Peneliti: Untuk menambah kemampuan tentang cara melakukan pengujian terhadap udara dan alat alat atau bahan bahan3. Bagi Masyarakat :Untuk menambah pengetahuan tentang adanya kuman yang bisa saja menginfeksi melalui udara yang biasa dihirup dan alat serta bahan yang ada disekitarBAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Uji sterilitas alatDekontaminasi adalah proses menghilangkan atau membunuh mikroorganisme sehingga objek aman untuk ditangani, tujuannya untuk melindungi praktikan yang melakukan percobaan menggunakan bakteri atau semacamnya. Tiga metode umum dalam proses dekontaminasi yaitu sterilisasi, desinfeksi dan sanitasi. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikrob) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Pemanasan dapat dilakukan dengan cara pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas, dan menggunakan uap air panas bertekanan (Agalloco, 2008). Salah satu teknik sterilisasi yang umum digunakan adalah metode sterilisasi menggunakan uap air panas bertekanan atau menggunakan prinsip kerja autoclav. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121oC atau 249,8 oF adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100oC, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121oC. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121oC untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121oC dan tekanan 15 psi selama 15 menit (anonim, 2011). Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel (anonim, 2011). Menurut Tim Penyusun Praktikum Mikrobiologi tahun 2011, sterilisasi ada dua jenis yaitu: 1. Sterilisasi dengan cara fisik A. Pemanasan Air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu relatif singkat, alat yang akan disterilkan akan mencapai suhu yang diinginkan. Udara adalah penyalur panas yang kurang baik. Oleh karena itu, untuk mecapai suhu yang diinginkan akan membutuhkan waktu yang cukup lama. 1. Panas kering Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas kering yang tinggi. Sterilisasi panas kering dibedakan atas : a. Panas membara Dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan dalam nyala api bunsen sampai merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit, jarum, ujung pinset dan ujung gunting.b. Melidah apikan Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak sampai menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut tabung dan mulut botol.c. Udara kering Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari kotak logam, udara yang terddapat di dalamnya mendapat udara panas melalui panas dari nyala listrik. Alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet, scalpel dari logam, gunting dan botol. Pemanasan satu jam dengann temperatur 160oC dianggap cukup. 2. Panas Basah Yang dimaksud panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air adalah media penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein protoplasma mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu 121oC. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu: a. Panas basah 100oC Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga biasa dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini menggunakan tangki yang diisi dengan uap air yang disebut autoclave. Alat yang disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media pembenihan, cairan injeksi, dan bahan makananB. Filtrasi / Penyaringan Penyaringan dilakukan dengan mengalirka larutan melalui suatu alat penyaringan yang memiliki pori pori cukup kecil. Untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan yang umum digunakan tidak dapat menyaring virus. Penyaringan dilakukan dengan untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap pemanasan dengan suhu tinggi seperti : serum, larutan yang mengandung enzim, toksin kuman, ekstrak sel, antibiotik dan asam amino.C. Radiasi / Penyinaran Mikroorganisme dapat dibunuh dengan penyinaran yang memakai sinar ultrraviolet yang panjang gelombangnya antara 220 290 nm. Radiasi paling efektif adalah 253,7 nm. Sinar matahari langsung mengandung sinar ultraviolet 290 nm, sehingga sinar matahari adalah sinar yang bersifat bakterida yang baik. 2. Sterilisasi Dengan Cara Kimia Zat kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi dapat berwujud :a. Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas. b. Larutan : deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3 dan merkuroklorid Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba disenfektan ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu.Beberapa contoh desinfektan yang digunakan antara lain : Desinfektan lingkungan misalnya : 1. Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol. 2. Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain 3. Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium dan etil alkohol 70%.

B. Uji udaraUdara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sunber kontaminasi udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984).

Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia (Lay, 1992).

Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).

Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh lain udara di sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988).Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk membersihkan udara yaitu (Volk dan Wheeler, 1984) :1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.

Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984).

Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad penyebab penyakit melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa yang disebarkan oleh udara adalah infeksi streptococus tonsil dan tenggorokan, difteria, batuk rejam dan meningitis epidermik. Tuberculosis mempunyai arti penting dari segi transpor udara, karena mikroorganisme dapat hidup lama di luar tubuh. Organisme initahan terhadap kekeringan dan mungkin tetap bertahan berbulan-bulan dalam ludah kering dan pertikel debu (Volk dan Wheeler, 1984).

Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar, 1988).

Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982).

Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab banyak sekali proses biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan kesinambungan kehidupan sebagaimana yang kita kenal dimuka bumi ini. Mikroorganisme misalnya merupakan penyebab terjadinya mineralisasi di dalam tanah dan perairan, yaitu proses pembebasan unsur-unsur dari senyawa-senyawa molekuler organik yang kompleks sehingga menjadi tersedia bagi kehidupan tanaman yang baru, yang pada gilirannya menunjang kehidupan hewan baru (Bonang, 1982)..

Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam lingkungannya hanya selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru itu (Pelczar, 1988).

Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984).

Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan germisidal. Dalam pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak, melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Volk dan Wheeler, 1984).

Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas, halogen (khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen amonium quarternair (Gobel, 2008).

BAB III

METODOLOGI

A. Tempat Praktikum: Laboratorium Media dan Bakteriologi

B. Waktu Praktikum

: Tanggal 21 24 September 2014

C. Alat & Bahan

Adapun alat yang digunakan untuk pemeriksaan uji udara dan uji sterilitas alat yaitu : inkas, inkubator, korek api dan lampu spirtus.Berikut ini adalah bahan yang digunakan pada pemeriksaan uji udara dan uji sterilitas alat yaitu : Media NA, bahan cotton bood, media cook meat dan media NB.D. Prosedur & Skema Kerja

Prosedur :

1. Hari pertama

Dilakukan pembuatan media NA, media cookmeat, dan media NB

Disimpan dalam kulkas di laboratorium media

2. Hari kedua

a. Uji sterilitas alat

Disiapkan media NB dan media cookmeat

Dimasukkan ke dalam inkas

Dimasukkan ke dalam media cookmeat dan NB secara aseptik bahan yang akan disterilkan

Dipotong menjadi beberapa bagian apabila baha yang digunakan terlalu besar

Diinkubasi media NB ke dalam inkubator pada suhu 37C selama 24 jam

Diinkubasi media Cookmeat ke dalam dexicator selama 24 jam dengan cara semua bahan dimasukkan dalam dexicator kenudian dinyalakan lilin didalamnya kemudian ditutup dengan penutupnya dan ditunggu sampai lilin mati yang menandakan mulai berlangsungnya inkubasi anaerob

b. Uji udara

Disiapkan media NB

Dipilih tempat yang akan dijadikan sebagai tempat yang akan diuji udaranya

Dibuka penuh tutup media NA dan dibiarkan selama 30 menit

Diinkubasi selama 24 jam 37C di inkubator Skema :

a. Uji sterilitas alat

b. Uji udara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1) ISOLASI UJI STERILITAS ALAT

Bahan pemeriksaan ditanam pada media :

a. NB dan diinkubasi pada inkubator 37C selama 24 jam

b. Cook meat diinkubasi pada dexicator selam 24 jam

Hasil pembiakan :

a. Media NB

Tidak terjadi kekeruhan setelah inkubasi

b. Media cookmeat

Terjadi kekeruhan setelah inkubasi

2) ISOLASI UJI UDARA

a. Media NA diinkubasi 37C selama 24 jam

Hasil pembiakan :

Koloni

: Kecil

Warna

: Mengkilat

Permukaan: Cembung

B. Pembahasan

1) UJI STERILITAS ALAT

2) UJI UDARABAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN1. Uji Sterilitas alat

Jadi dari pemeriksaan uji sterilitas dengan bahan cottonbood pada media NB steril dan pada media cookmeat tidak steril

2. Jadi dari pemeriksaan uji udara di laboratorium media didapatkan jumlah koloni bakteri sebanyak 1- 2 koloni/menitB. SARAN1. Sebaiknya praktikan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebelum melakukan pemeriksaan.

2. Pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur yang ada.

3. Jagalah kebersihan selama melakukan praktikum

4. Lakukan praktikum dengan hati hati dan selalu jaga kesterilan dari media untuk mencegah kontaminasi

5. Hindari bermain main dengan spesimen yang dikerjakanDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

PEMBUATAN MEDIA

Disiapkan media cook meat dan NB

Secara aseptik alat yang akan disterilkan dimasukkan ke media cook meat dan media NB

Media NB diinkubasi di inkubator 37 C selam 24 jam

Media cook meat diinkubasi di dexicator selama 24 jam

Diamati ada dan tidaknya kekeruhan pada media tersebut

Media NA dipersipakan

Ditentukan ruangan yang akan diuji udaranya

Media NA dibuka penuh tutupnya selama 30 menit

Diinkubasi 37 C selama 24 jam

Dihitung jumlah koloni pada media NA