foramen magnum meningioma
DESCRIPTION
yyTRANSCRIPT
![Page 1: Foramen Magnum Meningioma](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/5695d1441a28ab9b0295cfbf/html5/thumbnails/1.jpg)
FORAMEN MAGNUM MENINGIOMA & SCHWANNOMA : POST APP
Pendahuluan
Sekitar sepertiga dari semua neoplasma pada region foramen magnum adalah tumor jinak
extramedullary. Mayoritas dari tumor ini adalah jenis meningioma dan schwannomas yang dapat
dilepaskan dengan pembedahan dengan rasio sekitar tiga banding satu. Menurut definisi, tumor
foramen magnum termasuk lesi-lesi yang memanjang sampai kedua fossa posterior dan kanalis
servikalis atas. Subdivisi lebih lanjut dibagi menjadi jenis craniospinal dan spinocranial, yang baru dapat
ditentukan berdasarkan lokasi utama dari massa tumor. Sebagian besar schwannomas adalah tipe
spinocranial, dengan mayoritas timbul dari akar saraf C-2. Dua-pertiga dari meningioma juga merupakan
tipe spinocranial dan ditemukan pada aspek anterolateral dari foramen magnum. Tumor dieksklusikan
dari neoplasma foramen magnum apabila tumor tersebut muncul dari dalam atau berdekatan dengan
sudut cerebellopontine, foramen jugularis, vermis, dan sumsum tulang belakang servikal tinggi.
Terdapat dominansi untuk jenis kelamin perempuan pada penyakit ini (3: 2), dengan usia rata-rata onset
terjadi pada dekade kelima. Karena ruang subarachnoid yang bersifat luas pada daerah sekeliling
foramen magnum, tumor ini bisa mencapai proporsi yang sangat besar sebelum menunjukan gejala yang
dapat diidentifikasi secara klinis. Penegakan diagnosis berdasarkan klinis sulit dilakukan karena sifat
gejala dan tanda-tanda yang beragam, yang disebabkan oleh lokasi tumor ini. Presentasi yang paling
umum adalah nyeri suboksipital atau servikal dengan atau tanpa dysesthesia pada tangan.
Perkembangan penyakit biasanya melibatkan kelemahan dan atrofi otot-otot tangan intrinsik, terutama
pada kelainan tumor yang terletak pada segmen anterior.
Gejala dan tanda-tanda lainnya termasuk Astereognosis dan inkoordinasi pada tangan, defisit sensorik
atau motorik pada keempat ekstremitas, nystagmus, kelumpuhan saraf kranial yang lebih rendah, dan
![Page 2: Foramen Magnum Meningioma](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/5695d1441a28ab9b0295cfbf/html5/thumbnails/2.jpg)
long tract signs. Biasanya perkembangan penyakit bersifat kronis. Namun, remisi dapat terjadi, yang
kemudian akan memberikan kesan klinis yang membingungkan. Diagnosis banding berdasarkan gejala
klinis termasuk spondylosis servikal, multiple sclerosis, syringomyelia, tumor intramedulla, tipe I
malformasi Chiari, hidrosefalus tekanan normal, amyotrophic lateral sclerosis, dan degenerasi kombinasi
subakut.
EVALUASI PRA OPERASI
Sebelum munculnya computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI), diagnosis
meningioma foramen magnum atau schwannoma sering tertunda atau terlewat begitu saja. Hal ini
terjadi karena radiografi rutin kurang dapat menemukan kelainan, dan juga karena fakta bahwa
Pantopaque myelography sering tidak dilakukan dalam posisi terlentang untuk mendiagnosa lesi yang
terletak pada posterior atau foramen tersebut tidak cukup tergambarkan pada posisi pronasi karena
kesulitan teknis dalam memegang media kontras secara optimal pada foramen magnum.
Saat ini, CT mielografi dan MRI saling melengkapi temuan studi (Gambar. 1, A dan B). CT mielografi
memungkinkan penggambaran yang tepat dari delineasasi dari tumor-cord interface dan perpanjangan
cephalad-kaudal dari proses patologis. Namun, artefak tulang dapat ditemukan pada craniovertebral-
junction. MRI mampu menghindari artefak dan memberikan resolusi tinggi dan informasi anatomi rinci
termasuk anatomi pembuluh darah (Gambar. 2, A dan B). Sebuah tumor, terutama meningioma, dapat
berisi kepadatan proton yang sebanding dengan jaringan saraf didekatnya, dan tidak terlihat oleh teknik
pencitraan MRI rutin. Jika terdapat kemungkinan adanya tumor, intravena gadolinium akan
memastikannya.
![Page 3: Foramen Magnum Meningioma](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/5695d1441a28ab9b0295cfbf/html5/thumbnails/3.jpg)
TEKNIK BEDAH
Keputusan pemberian steroid dan diuretik ditentukan oleh keparahan dari temuan klinis dan jumlah
kompresi saraf yang ditunjukan oleh studi neurodiagnostic. Perekaman elektromiografi intraoperatif dari
saraf kranial rendah dan pemantauan potensi pembangkitkan somatosensori kolom posterior
diperlukan. Dalam posisi duduk, Doppler sonografi digunakan untuk mendeteksi emboli udara dan
penempatan kateter atrium kanan pra operasi digunakan untuk memantau fungsi jantung dan untuk
penarikan emboli udara. Sebuah echocardiogram pra operasi akan menentukan foramen ovale yang
paten dan memungkinkan ahli bedah untuk menentukan posisi bedah yang paling tepat, baik pronasi
atau duduk. Jika posisi duduk yang dipilih, tingkat fleksi leher dari posisi netral dibatasi oleh 1) tingkat
osteoartrthitic spurring dari interspaces servikal dan risiko terkait kompresi sumsum tulang belakang
anterior, dan 2) habitus tubuh, yaitu, pendek atau panjangnya leher dengan risiko carotid dan kompresi
jugularis yang bervariasi pada setiap pasien. Kepala diamankan dalam perangkat pinion fiksasi dan
daerah bedah disiapkan dan dibungkus dari Inion sampai vertebra toraks atas.
Sikap leher dan fleksi lateral disesuaikan dengan posisi tumor dan hubungannya dengan batang otak dan
juga sumsum servikal atas. Jika letaknya anterior terhadap saraf dan sten, rotasi kepala ke sisi lesi
memaksimalkan visualisasi tumor dan mengurangi kebutuhan untuk retraksi batang otak. Sebuah garis
tengah insisi linear terbuat dari Inion untuk spinosus proses level C-5 (Gambar. 3). Sayatan dilakukan
pada fasia dari otot paraspinous dan klip hemostatik ditempatkan di sepanjang margin kulit. Otot-otot
kemudian dipisahkan dari prosesus spinosus dan disingkirkan ke lateral, yang ditempatkan pada posisi
tersebut oleh refraktor self-retaining. Hubungan dengan trapezium, semispinalis capitis, dan otot
splenius capitis ditinggikan dari squamae oksipital secara subperiosteal. Dengan adanya segitiga oksipital
dalam yang terekspos, sehingga perhubungan otot ke tepi posterior foramen magnum, lengkungan C 1,
![Page 4: Foramen Magnum Meningioma](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/5695d1441a28ab9b0295cfbf/html5/thumbnails/4.jpg)
dan proses spinosus dan lamina dari C-2 yang tersisa dipotong dengan memanfaatkan diseksi tajam,
tumpul, dan elektrokauter. Pembedahan subperiosteal dari lengkungan dari C- 1 dilakukan secara lateral
sampai ditemukan kantung jaringan areolar longgar, yang berada di dekat arteri vertebralis.
Pemotongan otot-otot Spino-oksipital dapat dilakukan secara lateral pada squamae oksipital sampai
proses mastoid dilakukan (Gambar. 4).
Lengkungan C-I kemudian diangkat oleh reseksi rongeur dan / atau penggunaan bor berlian. Umumnya,
perpanjangan inferior dari tumor membuat diperlukannya sebuah laminectomy lengkap pada C-2.
Perawatan harus dilakukan untuk mengidentifikasi pleksus vena yang ada diantara vertebra C 1 dan C-2.
Pleksus ini dapat masuk tanpa disadari, terutama secara lateral, dan menjadi sumber okultisme emboli
udara. Craniectomy suboksipital dilakukan dengan menempatkan beberapa lubang burr dan cincin
rongeu dari tulang oksipital yang dilakukan intervensi atau dengan memanfaatkan burrr berlian.
Mayoritas tumor akan muncul pada bagian anterior dari foramen magnum sepanjang alur basilar. Untuk
tumor di lokasi ini, perpanjangan secara lateral dari pengangkatan tulang sepanjang lengkungan-C 1 dan
tepi foramen magnum harus diambil selateral mungkin untuk memungkinkan eksposur yang memadai
dari tumor dan vaskular nya. Luas eksposur secara lateral juga membantu menurunkan manipulasi dari
medula dan sumsum tulang belakang servikal saat dilakukan pengangkatan tumor. Dura. dibuka dengan
bentuk standar Y dengan flap superior yang tercermin ke atas dan diletakan pada margin tulang atau
otot. Margin lateral dural ditempelkan pada otot-otot paraspinous. Setelah membuka arachnoid, tumor
kemudian akan diidentifikasi sebagai suatu yang timbul terutama dari origin anterior atau posterior yang
berhubungan dengan medula dan sumsum tulang belakang servikalis. Mayoritas tumor yang terletak
pada posisi anterolateral akan menjadi meningioma. Sebaliknya, schwannomas akan lebih umum
ditemukan pada lokasi posterolateral. Penilaian awal dari asupan vaskular untuk tumor sangat penting.
Tumor yang timbul di bagian posterior dari foramen magnum biasanya mendapatkan suplai pembuluh
![Page 5: Foramen Magnum Meningioma](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/5695d1441a28ab9b0295cfbf/html5/thumbnails/5.jpg)
darah mereka dari arteri meningeal posterior yang merupakan cabang dari arteri vertebralis di bawah
foramen magnum. Tumor yang terletak anterior mendapatkan suplai darah mereka dari cabang
meningeal anterior dari arteri vertebralis yang timbul secara inferior menuju inisial genu dari arteri
vertebralis. Arteri ini kira-kira berada pada axis level. Arteri ini cenderung mengarah ke medial dan
superior di sepanjang garis tengah, mensuplai dura mater dari foramen magnum anterior. Usaha yang
besar harus dilakukan untuk menyelamatkan tulang belakang, posterior cerebellar inferior, tulang
belakang anterior, dan arteri tulang belakang posterior. Tumor dengan letak posterior dapat
diidentifikasi secara langsung. Namun, tumor dengan letak anterior cenderung mendorong dan
memutar saraf dan medula ke arah posterior, meregang ligamen dentate, akar servikal pertama dan
kedua, dan saraf kesebelas yang berada diatas tumor (Gambar. 5). Divisi dari ligamen dentate
memungkinkan akses ke sumur arachnoidal anterior serta menyediakan penunjang sumsum tulang
belakang selama diseksi tumor.
Pada saat itu akan diperlukan pengangkatan akar servikalis pertama atau kedua dan mungkin rootlets
motorik dari saraf aksesori. Massa ini diangkat sedikit demi sedikit dengan cara diseksi dan aspirasi
teknik tajam. Aspirator ultrasonik dan laser CO2 berguna dalam pengangkatan tumor. Jika
memungkinkan, tumor-dural interface dapat dikembangkan dengan bantuan koagulasi bipolar,
meninggalkan tumor sebagai retractor dari batang dari batang otak bawah dan servikal cord atas (Gbr.
6). Ketika tidak mungkin atau tidak dapat dilakukan dengan lengkap, maka diperlukan pengerukan tumor
menggunakan koagulasi bipolar dan diseksi tajam. Meninggalkan spinal cord / batang otang tetap utuh
sampai tumor telah di devascularisasi dan debulked akan memungkinkan pemisahan tumor dari arteri
spinalis anterior. Tumor besar sering mengganggu suplai darah dari pembuluh darah pial dan perlu
dilakukan penanganan untuk mengidentifikasi arteri ini (Gbr. 7). Traksi yang tidak perlu dilakukan pada
arteri ini dan pecahnya arteri akan membuat identifikasi sumber perdarahan menjadi sulit atau tidak
![Page 6: Foramen Magnum Meningioma](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/5695d1441a28ab9b0295cfbf/html5/thumbnails/6.jpg)
mungkin dilakuakn, jika pasien dengan okultisme perdarahan subpial, maka berpotensi terjadinya hasil
yang tidak diharapkan.
meningtomas yang berposisi Posterolateral memerlukan reseksi dural yang meliputi asal tumor. Dura
tersebut tentu akan ditinggalkan utuh pada meningioma yang terletak anterior tetapi harus dikauterisasi
untuk mengurangi kemungkinan kekambuhan. Untuk schwannomas foramen magnum, asal akar saraf
harus dikorbankan dengan margin distal dan proksimal yang memadai untuk mencakup ekstensi tumor
di sepanjang akar. Setelah menyelesaikan pengangkatan tumor, hasil hemostasis lengkap harus
diperoleh (Gbr. 8). Wajib untuk sebuah penutupan kedap air dari dura, baik primer ataupun dengan
graft fasia lata. Otot capitis dan trapesium kemudian kembali didekatkan pada garis tengah di lapisan
dengan garis jahitan tegang. Satu harus memulai pada dasar sayatan dan bekerja superior dengan setiap
baris jahitan berturut-turut, memastikan bahwa otot-otot tidak mengkompres baik otak kecil, batang
otak, atau saraf servikal. Garis jahitan dilakukan superior sampai aposisi otot yang tidak mungkin lagi.
Lapisan yang paling penting adalah ligamentum nuchae inferior dan superior galea. Lapisan ini harus
ditutup cermat sebagai struktur tunggal. Jaringan subkutan kemudian reapproximated dan akhirnya kulit
ditutup.
KOMPLIKASI
Komplikasi perioperatif sebagian besar dapat dicegah dengan perhatian kompulsif yang detail selama
prosedur. Komplikasi meliputi perdarahan pasca operasi pada wilayah persimpangan cervicomedullary
dan kebocoran cairan serebrospinal dari luka. Jika salah satu dari ini terjadi, pengobatan pilihan adalah
re-eksplorasi luka dengan teknik penutupan yang ditingkatkan. Infeksi adalah sekuel potensial dari
operasi ini dan harus dibedakan dari meningitis aseptik. Akhirnya, salah satu yang harus siap untuk
![Page 7: Foramen Magnum Meningioma](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/5695d1441a28ab9b0295cfbf/html5/thumbnails/7.jpg)
menghindari pengembangan embolus udara yang dapat terjadi pada setiap titik dari prosedur, terutama
selama pembukaan dura mater dan pembedahan dari sinus melingkar (circular sinus).