food waste sari

Upload: sharrie-permata

Post on 14-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

food waste

TRANSCRIPT

  • 1TUGAS MANAJEMEN FOODSERVICE 2. SUB BAB SISA MAKANAN

    Solusi Permasalahan Sisa Makanan Terkait Faktor UkuranPorsi Makanan dan Praktek Perilaku

    Take Home The Leftovers

    Dosen Pengampu : Adriyan Pramono, M.Si.

    oleh :Sari Puspitasari A.P

    22030111130074

    PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG2014

  • 2Solusi Permasalahan Sisa Makanan Terkait Faktor Ukuran Porsi Makanandan Praktek Perilaku Take Home The Leftovers

    Sisa makanan atau food waste menjadi salah satu masalah yang cukup

    besar pada penyelenggaraan makanan di berbagai negara. Akibat yang

    ditimbulkan oleh masalah sisa makanan akan sangat berpengaruh terhadap

    ketahanan pangan, ekonomi dan lingkungan, terutama bagi negara berkembang

    yang belum mempunyai solusi terhadap permasalahan sisa makanan. Padahal,

    jika dikelola dengan baik, maka sisa makanan akan sedikit sekali terjadi dan

    permasalahan yang ditimbulkan dapat diselesaikan dengan cara-cara solutif. Oleh

    karena itu, perlu diketahui faktor-faktor penyebab sisa makanan dan solusi yang

    dapat ditempuh terutama dalam penyelenggaraan makanan komersial yang

    berpengaruh cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat.

    Secara umum, sisa makanan didefinisikan sebagai makanan yang telah

    dibeli namun pada akhirnya tidak dikonsumsi dan dibuang. Sisa makanan dapat

    dihasilkan dari berbagai tahapan dan faktor yang berpengaruh dalam proses

    penyelenggaraan makanan. UN Food and Agriculture Organization (FAO) adalah

    badan yang pertama kali membuat definisi tentang sisa makanan. UN FAO

    mendefinisikan sisa makanan sebagai semua makanan yang sehat dan aman

    dikonsumsi, yang memang ditujukan untuk dikonsumsi manusia, namun pada

    akhirnya dibuang, hilang, terdegradasi, atau dikonsumsi oleh parasit pada setiap

    tahap rantai makanan (Buchner 2012).

    Seiring perkembangan studi, Swedish Institute for Food and

    Biotechnology (SIK) yang dikomisi oleh FAO membedakan definisi antara food

    losses dan food waste. Food losses didefiniskan sebagai makanan yang terbuang

    selama proses produksi pertanian, pasca panen, dan tahapan proses pada rantai

    suplai makanan, yang disebabkan oleh keterbatasan logistik dan infrastruktur.

    Sementara itu, food waste didefenisikan sebagai makanan yang terbuang pada

    akhir rantai makanan (distribusi, penjualan, dan konsumsi akhir) yang disebabkan

    oleh faktor perilaku (Buchner 2012).

    Definisi lain tentang food losses dipaparkan oleh BCFN, yaitu sebagai

    suatu kehilangan yang terjadi pada awal rantai suplai makanan, terutama ketika

    panen, proses, dan tahapan transformasi pertanian primer (Buchner 2012). Hal

    tersebut berkaitan dengan faktor iklim dan lingkungan, serta kecelakaan yang jika

  • 3ditelusuri ke belakang merupakan hasil dari keterbatasan teknologi pertanian dan

    infrastruktur pada daerah tersebut. Sedangkan food waste diartikan sebagai sisa

    makanan yang dihasilkan selama proses industri, distribusi, dan konsumsi akhir.

    Hal-hal yang termasuk dalam food waste antara lain adalah pilihan intentional,

    berdasarkan makanan mana yang dapat dikonsumsi namun kemudian

    disingkirkan dan dibuang.

    Terdapat beberapa faktor penyebab food losses dan food waste yang

    terjadi di setiap tahapan dalam rantai suplai makanan. Faktor-faktor tersebut

    dikelompokkan berdasarkan tahapan dalam rantai suplai makanan (Buchner

    2012), yaitu:

    a. Pertanian dan pemanenan

    b. Proses pasca panen dan industri

    c. Distribusi dan penjualan

    d. Konsumsi rumah tangga dan katering

    Berdasarkan pengertian food waste, yang dapat kita ambil sebagai faktor

    penyebab khusus food waste adalah faktor yang termasuk dalam tahapan

    distribusi, penjualan, serta konsumsi rumah tangga dan katering. Namun,

    pembahasan kali ini akan lebih difokuskan untuk mengulas seputar faktor

    penyebab sisa makanan yang dapat terjadi pada tahapan konsumsi katering. Sisa

    makanan yang dihasilkan dalam konsumsi katering meliputi semua sisa makanan

    akibat konsumsi yang tidak optimal yang terjadi di hotel, restoran, dan kafetaria/

    kantin. Berikut merupakan faktor-faktor penyebab sisa makanan dalam tahapan

    konsumsi katering (Buchner 2012):

    a. Ukuran porsi makanan yang disajikan terlalu besar atau banyak sehingga

    konsumen akan menyisakan sebagian makanan tersebut.

    b. Kurangnya praktek perilaku konsumen untuk membawa pulang makanan

    yang disisakannya.

    Pelaku yang berkontribusi terhadap kedua faktor penyebab sisa

    makanan tersebut adalah pihak penyelenggara makanan (hotel, restoran, dan

    kafe/ kantin) dan pihak konsumen. Manajemen pihak penyelenggara makanan

    dan perilaku konsumen yang berkaitan dengan konsumsi makanan akan

    menentukan bagaimana ukuran porsi makanan dan praktek perilaku untuk

  • 4membawa pulang makanan yang tidak dihabiskan dapat berpengaruh terhadap

    terjadinya sisa makanan.

    A. Manajemen Pihak Penyelenggara MakananManajemen pihak penyelenggara makanan yang berkaitan dengan

    penentuan ukuran porsi makanan dan aturan yang mendukung bagi praktek

    perilaku take home the leftovers oleh konsumen akan sangat berpengaruh

    terhadap jumlah dan frekuensi dari sisa makanan yang dihasilkan.

    1. Manajemen terkait dengan ukuran porsi makanan

    Ukuran porsi makanan didefinisikan sebagai ukuran fisik dari suatu

    makanan dan pilihan terhadap ukuran penyajian yang berbeda.2

    Penentuan ukuran porsi yang disajikan akan sangat dipengaruhi oleh

    konsep ukuran porsi umum, jenis menu, perhitungan harga jual, serta

    sistem pelayanan makanan.

    a. Konsep ukuran porsi umum

    Sebelum menentukan besar porsi makanan yang dijual, pihak

    penyelenggara makanan harus menentukan konsep ukuran porsi yang

    umum di masyarakat. Pertanyaan tentang bagaimana gambaran ukuran

    potongan atau porsi dari setiap bagian makanan yang disajikan (nasi,

    daging/ lauk, sayuran, dan lain-lain), proporsi dari tiap-tiap elemen dalam

    makanan yang disajikan, ukuran piring/ alat saji, perbedaan ukuran porsi

    berdasarkan gender atau kelompok usia akan membantu pihak

    penyelenggara dalam menentukan ukuran porsi yang disajikan.

    b. Jenis menu

    Jenis menu pada institusi penyelenggara makanan komersil juga

    berkontribusi dalam penentuan ukuran porsi makanan. Misalnya, pada

    sajian menu ala carte dan table dhote, ukuran porsi makanan telah

    dipertimbangkan dan ditetapkan oleh pihak penyelenggara makanan.

    Sedangkan pada menu prasmanan/ buffet menu, ukuran porsi makanan

    tiap konsumen ditentukan oleh konsumen sendiri, tetapi total ukuran

    porsi makanan yang disediakan ditentukan oleh pihak penyelenggara

    makanan.

    c. Perhitungan harga jual

  • 5Harga jual yang ditentukan untuk masing-masing pilihan makanan juga

    menentukan ukuran porsi makanan. Harga pokok bahan makanan, biaya

    operasional dan gaji, serta laba harus termuat dalam setiap unit

    makanan yang dijual. Oleh karena itu, ukuran porsi makanan yang dijual

    juga menyesuaikan dengan harga jualnya. Jika seluruh komponen dalam

    harga jual telah terpenuhi dan bisa mendapatkan laba yang banyak

    dalam porsi yang berukuran lebih kecil dari porsi umumnya, maka ada

    kemungkinan bagi pihak penyelenggara makanan untuk menambah

    ukuran porsi yang dijual agar terlihat lebih banyak tetapi tetap memiliki

    harga jual yang murah/ terjangkau dengan tujuan lebih menarik minat

    pembeli.

    d. Sistem pelayanan makanan

    Sistem pelayanan makanan yang berkaitan dengan porsi adalah ada

    atau tidaknya pelayanan yang menyediakan variasi ukuran porsi sesuai

    dengan permintaan konsumen. Jadi, pada setiap pilihan makanan

    (terutama makanan utama) terdapat pilihan ukuran porsi yang tertera

    pada lembar menu sehingga konsumen dapat memilih sendiri porsi yang

    diinginkannya. Karyawan yang bertugas melayani juga wajib

    menanyakan jenis ukuran porsi mana yang dipilih oleh konsumen.

    2. Manajemen terkait dengan praktek perilaku take home the leftovers

    Ada atau tidaknya pelayanan yang berkaitan dengan praktek perilaku

    take home the leftovers yang ditetapkan oleh pihak penyelenggara

    makanan akan cukup mempengaruhi kejadian sisa makanan. Pelayanan

    seperti pencantuman pesan Makanan yang tidak habis dapat dibawa

    pulang pada lembar menu atau mengingatkan pesan tersebut melalui

    karyawan yang melayani akan sangat membantu konsumen agar selalu

    ingat atau tidak malu untuk meminta sisa makanannya dikemas sehingga

    dapat dibawa pulang.

    B. Perilaku Konsumen1. Perilaku konsumen terkait dengan ukuran porsi makanan

    Persepsi seseorang akan berpengaruh terhadap cara berperilaku,

    begitupula yang terjadi pada perilaku konsumsi. Terdapat berbagai

    persepsi tentang ukuran porsi makanan yang disajikan bagi konsumen.

  • 6Gambaran dan persepsi konsumen yang berkaitan dengan ukuran porsi

    (Giorgi 2013) antara lain meliputi tentang:

    a. Ukuran besar, sedang, kecil

    b. Ukuran piring/ alat saji

    c. Porsi standard hanya pada menu yang memiliki rangkaian makanan

    d. Porsi anak, dewasa, dan lansia

    e. Bervariasi pada setiap orang

    f. Bervariasi pada setiap tempat makan

    g. Bergantung pada selera makan

    h. Sesuatu yang dapat dimakan dan dihabiskan

    i. Mengetahui apa saja yang didapatkan

    j. Satu piring penuh

    k. Sebanding/ senilai dengan uang yang dikeluarkan

    l. Besar kalori

    m. Konsumsi untuk diet

    n. Harapan mendapat porsi yang pantas, tepat, ataupun cukup

    o. Penyajian atau tampilan

    Berdasarkan gambaran tersebut, maka konsumen akan menghabiskan

    makanannya sesuai dengan kemampuan dan persepsi yang dimilikinya

    mengenai ukuran porsi makanan yang tepat.

    2. Perilaku konsumen terkait dengan praktek perilaku take home the leftovers

    Persepsi konsumen kembali berperan dalam hal ini. Konsumen yang

    mempunyai persepsi baik/ positif tentang makanan yang tidak dapat

    dihabiskannya akan meminta pelayan untuk mengemas sisa makanannya

    agar dapat dibawa pulang dan dikonsumsi kembali ketika merasa lapar.

    Namun, tidak semua konsumen memiliki persepsi yang positif. Persepsi

    positif tersebut juga dibentuk dan dipengaruhi oleh persepsi lingkungan dan

    jenis makanan yang dikonsumsi.

    Persepsi lingkungan yang menganggap makanan sisa sebagai

    makanan yang sudah tidak layak dikonsumsi akan menghasilkan perilaku

    konsumen seperti meninggalkan sisa makanannya ketika sudah tidak dapat

    menghabiskannya lagi. Jenis makanan yang dikonsumsi juga sangat

    berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Jika makanan yang dikonsumsi

    adalah makanan berkuah, misalnya mie kuah, maka sisa makanan tersebut

  • 7sesedikit apapun tidak akan membuat konsumen berkeinginan untuk

    membawa pulang sisa makanannya. Hal itu terjadi karena jenis makanan

    tersebut mempunyai kecenderungan untuk berubah penampilan dan

    flavornya ketika tidak dikonsumsi langsung setelah disajikan.

    Diperlukan usaha yang cukup besar, tersistem, serta menjangkau pihak

    penyelenggara makanan dan konsumen untuk dapat mengurangi julah dan

    frekuensi sisa makanan yang dihasilkan dari penyelenggaraan makanan komersil.

    Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi food waste yang dihasilkan akibat

    konsumsi katering/ institusi komersial yang tidak optimal antara lain meliputi:

    A. Perubahan Manajemen Pihak Penyelenggara Makanan

    1. Perubahan ukuran porsi makanan yang disajikan

    - Restoran yang menyediakan menu ala carte dapat menawarkan ukuran

    porsi makanan yang lebih kecil dengan harga yang lebih rendah dan tetap

    menyediakan porsi normal/ lebih besar dengan harga yang sesuai

    (Lipinski 2013). Penyesuaian tersebut bisa saja dilakukan tidak pada

    semua pilihan makanan yang dijual, tetapi terbatas untuk beberapa pilihan

    makanan saja. Penyesuaian tersebut hendaknya diterapkan pada pilihan

    makanan yang berpotensi untuk menghasilkan sisa dalam jumlah besar

    dan frekuensi yang tinggi. Data tentang jumlah sisa makanan dan jenis

    pilihan makanan yang sering menghasilkan sisa, diperlukan untuk

    menentukan besar porsi yang akan disajikan selanjutnya (Creedon n.d.).

    Penyesuaian atau modifikasi yang dilakukan dilakukan dengan tujuan

    mengurangi sisa makanan dan menghemat biaya.

    - Restoran/ hotel/ katering yang menyediakan menu buffet memang tidak

    dapat menentukan dengan pasti besar porsi konsumen karena konsumen

    menentukan sendiri ukuran porsi makanan yang mereka beli. Namun

    karyawan yang melayani tetap dapat berkontribusi dalam mengurangi sisa

    makanan, yaitu dengan memasang tanda informasi yang mengingatkan

    konsumen untuk mengambil makanan sesuai dengan selera makan yang

    dimilikinya. Selain itu dapat pula disediakan piring dengan ukuran yang

    lebih kecil bagi konsumen yang mengambil makanan dengan berorientasi

    pada penuh atau tidaknya piring mereka. Cara lain yang dapat diterapkan

    di kantin sekolah yang juga menyediakan buffet menu adalah dengan

  • 8tidak memberikan plato/ alat saji yang memiliki bagian-bagian yang

    lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur, buah) sehingga murid dapat memilih

    sendiri makanan yang ingin dimakan tanpa menyisakan makanan yang

    tidak diinginkannya. Penetapan sistem pembayaran sesuai dengan berat

    makanan yang diambil juga dapat menjadi solusi sisa makanan, dengan

    memberi konsumen dorongan ekonomi yang jelas untuk tidak mengambil

    makanan lebih dari jumlah yang dapat dikonsumsinya (Lipinski 2013).

    2. Mendukung praktek perilaku take home the leftovers

    Penyediaan kemasan dan informasi yang berisi himbauan untuk membawa

    pulang sisa makanan yang masih layak untuk dikonsumsi dapat

    mendukung gerakan untuk mencegah terjadinya sisa makanan yang

    ditinggalkan konsumen.

    B. Perubahan Perilaku Konsumen

    Persepsi konsumen sangat berpengaruh pada perilaku konsumsinya.

    Dengan demikian, perubahan perilaku konsumen dapat dicapai dengan

    mengubah persepsinya terlebih dahulu. Kampanye tentang kesadaran

    perilaku konsumsi dapat menjadi salah satu caranya. Melalui ajakan atau

    himbauan untuk mengonsumsi makanan sesuai dengan jumlah/ ukuran porsi

    yang dapat dihabiskan dan membawa pulang makanan yang tidak dihabiskan

    dengan tujuan mencegah timbulnya sisa makanan, konsumen akan

    terstimulasi untuk mengubah perilakunya. Selain himbauan, dapat pula

    disisipkan isu tentang dampak sisa makanan terhadap lingkungan, ekonomi,

    dan sosial, yang akan semakin menyadarkan konsumen tentang pentingnya

    pencegahan food waste. Kampanye tersebut dapat dilakukan dengan cara

    memasang himbauan dan informasi terkait sisa makanan di tempat-tempat

    makan atau tempat umum, ataupun dalam bentuk aksi yang dilakukan pada

    acara-acara umum. Semakin sering seseorang terpapar dengan informasi

    maka semakin meningkat pula pengetahuan dan kesadaran seseorang

    terhadap informasi terkait.

  • 9DAFTAR PUSTAKA

    1. Buchner, B. et. al., 2012. Food waste: causes, impacts and proposals. pp.53

    61.

    2. Creedon, M. et. al. Less Food Waste More Profit: A Guide to Minimising Food

    Waste in the Catering Sector, CIT Press, Cork Institute of Technology.

    3. Giorgi, S., 2013. Understanding out of home consumer food waste.

    4. Lipinski, B. et. al., 2013. Reducing Food Loss and Waste. (May), pp.140.