limbah elektronik (e-waste)

31
LIMBAH ELEKTRONIK [ E-WASTE ] NAMA : ALVIRA NOER EFFENDI NPM : 153112620150023 FAKULTAS : BIOLOGI MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

Upload: alvira-noer-effendi

Post on 23-Jan-2018

1.351 views

Category:

Science


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Limbah Elektronik (e-Waste)

LIMBAH ELEKTRONIK[ E-WASTE ]

NAMA : ALVIRA NOER EFFENDINPM : 153112620150023FAKULTAS : BIOLOGIMATA KULIAH : PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

Page 2: Limbah Elektronik (e-Waste)

Sejak 1990-an, peralatan listrik dan elektronik telah merevolusi kehidupan masyarakat. Produk-produk ini terdapat diseluruh sistem rumah tangga, kantor, rumah sakit, transportasi sistem danjaringan komunikasi dalam mendukung pembangunan di seluruh dunia, namun dengan semakinmeningkat inovasi teknologi dan dengan meningkatkannya angka penjualan, limbah elektronik atau e-waste telah menjadi salah satu limbah yang tumbuh paling cepat.

Limbah elektronik (E-waste) mengandung banyak bahan kimia beracun dan logam berat yangsangat tidak baik bagi kesehatan. Dalam suatu komputer desktop terdapat kandungan bahanberbahaya dan beracun (B3), seperti merkuri, timbal, kromium, kadmium, arsenik, PVC danbrominated flame-retardants.

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsunganperikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta pemanasan global yang semakin meningkatyang mengakibatkan perubahan iklim dan hal ini akan memperparah penurunan kualitas lingkunganhidup. Untuk itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder).

MENGAPA ?

Page 3: Limbah Elektronik (e-Waste)
Page 4: Limbah Elektronik (e-Waste)
Page 5: Limbah Elektronik (e-Waste)
Page 6: Limbah Elektronik (e-Waste)
Page 7: Limbah Elektronik (e-Waste)
Page 8: Limbah Elektronik (e-Waste)
Page 9: Limbah Elektronik (e-Waste)
Page 10: Limbah Elektronik (e-Waste)

1LIMBAH

ELEKTRONIK

Page 11: Limbah Elektronik (e-Waste)

Saat ini limbah elektronik sudah mendapatkan perhatian luas dari dunia. Limbahelektronik (e-waste) merupakan bXarang elektronik yang sudah tidak terpakai dengan baikdalam keadaan rusak maupun tidak rusak.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 pasal 1 ayat 20,→ limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.→ Limbah elektronik umumnya dipahami sebaXgai peralatan elektronik dan elektrik yang

tidak dipakai dan atau tidak berfungsi atau tidak diinginkan lagi karena telah menjadibarang yang kedaluwarsa dan perlu dibuang, baik itu dalam bentuk utuh maupunbagian.

→ Berdasarkan sistem perundangan di Indonesia, saat ini belum ada definisi yang spesifiklimbah elektronik.

Sebagian besar limbah elektronik dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya danBeracun (B3) karena mengandung komponen atau bagian yang terbuat dari substansiberbahaya (seperti timbal, merkuri, kadmium dan lainnya).

LIMBAH ELEKTRONIK

Page 12: Limbah Elektronik (e-Waste)

2TIMBULAN

LIMBAH

ELEKTRONIK

Page 13: Limbah Elektronik (e-Waste)

DATA GLOBAL E-WASTE YANG DIHASILKAN

TAHUNE-WASTE YANG

DIHASILKAN(JUTA TON)

POPULASI(MILYAR)

E-WASTE YANG DIHASILKAN

(KG/JIWA

2010 33.8 6.8 5.0

2011 35.8 6.9 5.2

2012 37.8 6.9 5.4

2013 39.8 7.0 5.7

2014 41.8 7.1 5.9

2015 43.8 7.2 6.1

2016 45.7 7.3 6.3

2017 47.8 7.4 6.4

2018 49.8 7.4 6.7

E-waste stasistic: Guidelines on classifications, reporting and indicators.Bonn: United Nations University.

TIMBULAN LIMBAH ELEKTRONIK

Page 14: Limbah Elektronik (e-Waste)

3BAHAN

BERACUN

BERBAHAYA

Page 15: Limbah Elektronik (e-Waste)

Teknis pemrosesan yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut umumnyaberdampak burup bagi lingkungan dan kesehatan (pelaku maupun masyarakatsekitar). Berbagai unsur atau senyawa berbahaya terlepas atau dibuang kelingkungan tanpa kendali.

• Proses pembakaran kabel untuk mendapatkan logam tembagamisalnya, melepaskan asap yang mengandung dioksin.

• Proses pelelehan aki bekasmisalnya, mengemisikan asap yang mengandung logam berat timbal (Pb).

• Ekstraksi dengan larutan asammenghasilkan limbah berupa logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb),khromium (Cr), dan cadmium(Cd) dan dioksin ke tanah dan air.

BAHAN BERACUN BERBAHAYA

Page 16: Limbah Elektronik (e-Waste)

4

DAMPAK

B3 BAGI

KESEHATAN

Page 17: Limbah Elektronik (e-Waste)

Banyak perangkat elektronik yang cukup tinggi mengandung tingkat bahan beracun sepertisebagai timah, barium, kadmium, dan merkuri yang membuat mereka berbahaya biladibuang.

1. Kadmium : mengakibatkan pernapasan parah dapat merusak paru dan menyebabkankematian.

2. Timah : Menyerang sistem saraf di kedua orang dewasa dan anak-anak.3. Timbal : Seorang anak yang menelan timbal dalam jumlah besar akan menyebabkan

darah anemia, kerusakan ginjal, sakit perut parah, kelemahan otot dan kerusakan otakyang cukup parah untuk membunuh anak.

Timbal adalah neurotoksin (racun penyerang saraf) yang bersifat akumulatif dan merusakpertumbuhan otak. Penyerapan timbal ke dalam darah manusia terutama melalui saluranpencernaan dan saluran napas. Sejak lama timbal dituding sebagai penyebab turunnyaangka Intellectual Quotient (IQ).

Dan berdasarkan penelitian, ketika dibakar sampah elektronik yang mengandung logamberat ini menimbulkan polusi udara (pencemaran timbal) yang sangat berbahaya. Jikadibuang akan menghasilkan lindi (cairan yang berasal dari dekomposisi sampah dan infiltrasiair eksternal dari hujan). Cairan yang sangat konduktif ini masuk ke dalam tanah danmenyebabkan pencemaran air tanah.

DAMPAK B3 BAGI KESEHATAN

Page 18: Limbah Elektronik (e-Waste)

Logam berat memiliki sifat beracun, karsinogenik (menyebabkan kanker), dan mutagenik(menyebabkan cacat bawaan).• Logam merkuri (Hg) dikenal dapat merusak sistem saraf otak, dan menyebabkan cacat

bawaan seperti yang terjadi pada kasus Teluk Minamata, Jepang.• Logam berat timbal (Pb) sangat buruk dampaknya bagi kesehatan. Gejala awal kontak

dengan logam berat tersebut adalah anorexia, otot sakit, malaise, dan sakit kepala.Sementara itu, dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan intelegensi,gangguan sistim syaraf dan pada kadar yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan otakdan kematian.

• Khromium (Cr) dapat dengan mudah terabsorpsi ke dalam sel sehingga mengakibatkanberbagai efek racun, alergi, dan kerusakan DNA. Lantas kadmium adalah logam beracunyang merusak ginjal.

• Dioksin atau PCDD/F bersifat persisten, terakumulasi secara biologis, dan bersifatkarsinogen. Selain itu dioksin juga mengganggu sistim hormon, mempengaruhipertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi, dan sistim kekebalan tubuh.Sementara itu PBDE, suatu senyawa yang digunakan untuk mengurangi tingkat panas(flammability) pada bagian produk elektronik diduga dapat merusak sistem endokrin danmereduksi level hormon tiroksin sehingga perkembangan tubuhnya menjadi terganggu.

Dampak eksternalnya juga tidak kalah mengerikan yaitu berupa degradasi kualitas lingkungandan kesehatan masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Tanah, air dan udara di sekitar lokasipemrosesan limbah elektronik pun umumnya telah tercemar logam berat dan senyawa-senyawa beracun seperti PCB, PCDD/F, PAH, PBDE, BFR dan logam berat.

Page 19: Limbah Elektronik (e-Waste)

5

CONTOH

KASUS

LIMBAH

ELEKTRONIK

Page 20: Limbah Elektronik (e-Waste)

Berbagai kasus akibat logam berat atau senyawa beracun dari daur ulang limbah elektroniktelah muncul di berbagai negara.

1. Seorang ibu yang bekerja di lokasi daur ulang limbah elektronik di Vietnam, misalnya,air susunya terdeteksi telah mengandung PCB (polychlorinated biphenyls), Brominatedflame retardans (BFR) seperti Polybrominated diphenyl ether (PBDE) danHexabromocyclododecane (HBCD).

2. Para pekerja limbah elektronik di India dan Guiyu (Cina) di dalam darahnyamengandung logam berat dan senyawa beracun seperti PCB, PCDD/F, PBDE, danPolycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) dan logam berat.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Hal ini terjadi karena mereka umumnya tidakmengenakan pakaian pelindung, tidak memiliki keahlian spesifik, dan teknik pemrosesanlimbah elektronik yang tidak ramah lingkungan.

CONTOH KASUS

Page 21: Limbah Elektronik (e-Waste)

1. Munjul, Jakarta Timur (2000-an)Beberapa air sumur terdeteksi tercemar logamberat karena adanya aktivitas daur ulang limbahelektronik di sana.• Timbal• Kadmium• Seng

Dampak langsungnyaberupa :• timbulnya gatal-gatal di badan• penyakit saluran nafas

2. Cinangka, Bogor dan Curug, Tangerang (2009-2010)Blacksmith Institute bekerja sama dengan Indonesian Lead Infoemation Center

melakukan sampling kandungan timbal dalam darah murid sekolah di kedua kampungtersebut. Kedua kampung tersebut merupakan kampung yang di dalamnya terdapataktivitas peleburan aki (accu) bekas.

Hasil samplingnya sangat memprihatinkan karena seluruh anak yang dites (40 anak)memiliki kandungan timbel dalam darahnya melebihi ambang batas WHO yaitu di atas 10mikrogram perdesiliter. Di Kampung Cinangka, rata-rata kandungan timbel dalam darahmereka 36,62 mikrogram perdesiliter, sedangkan di Kampung Curug 24,18 mikrogramperdesiliter. Kandungan timbal di dalam sampel tanahnya juga di atas ambang batas (400ppm). Kandungan timbal rata-rata dari 1300 sampel tanah adalah 4.179 ppm.

Page 22: Limbah Elektronik (e-Waste)

3. Serpong, Tangerang Selatan (2005)Udara ambiennya terdeteksi mengandung timbel di atas ambang batas yaitu 1,8 – 6mg/m3 . Standar baku mutu lingkungan menurut WHO adalah 0,5-1,5 mg/m3 . Haltersebut disinyalir berasal dari kegiatan peleburan aki bekas yang ada di sekitar daerahtersebut. Di daerah tersebut dan DKI Jakarta tercatat lebih dari 70 buah lokasi peleburantimbal dari aki bekas. Tingginya kadar timbel di udara disinyalir sebagai penyebabtingginya kadar timbel di dalam darah anak-anak SDN Setu 01 dan SDN Puspiptek yangsecara berturut-turut adalah 7,1 mikrogram per desiliter dan 9,0 mikrogram per desiliter.

4. Pasarean, TegalHal yang mirip juga terjadi Kampung Pesarean (Kabupaten Tegal), suatu kampung yangdi dalamnya terdapat kegiatan peleburan alumunium, timbel, tembaga dan seng.Kandungan logam dalam sampel tanah di sekitar peleburan sangat tinggi dan disinyalirjuga telah meracuni tubuh penduduk di kampung tersebut. Kejadian-kejadian tersebutsungguh memprihatinkan, karena efek dari logam berat umumnya bersifat jangkapanjang. Beberapa kasus seperti kanker, cacat bawaan, menurunnya fungsi syaraf, idiot,dan sebagainya dapat muncul setelah beberapa puluh tahun. Oleh karena itu, haltersebut tidak boleh dibiarkan dan harus dicarikan solusinya segera.

Page 23: Limbah Elektronik (e-Waste)

6

PENGELOLAAN

LIMBAH

ELEKTRONIK

Page 24: Limbah Elektronik (e-Waste)

Oleh karena dampaknya yang buruk bagi kesehatan dan lingkungan, sertaperedaran ilegal lintas batas negara, limbah elektronik telah mendapatkan perhatianinternasional.

Umumnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, belum memilikiregulasi khusus yang mengatur pengelolaan limbah elektronik. Akibatnya, sistempengelolaan yang baik tentang limbah elektronik yang meliputi pengumpulan dantransportasi, pemretelan (dismantling), daur ulang, dan pemrosesan akhir masihbelum berjalan baik. Mengingat dampak buruk yang diakibatkan oleh sektor informaldalam pengelolaan limbah elektronik, diperlukan langkah yang tegas dan terarah.

Industri pengelolaan limbah elektronik seharusnya berdiri sebagai bagian dariindustri pengelola limbah B3. Industri tersebut harus memiliki lisensi pengumpulandan pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan.

KEBIJAKAN GLOBAL

PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK

Page 25: Limbah Elektronik (e-Waste)

Di negara maju, kegiatan pengelolaan limbah elektronik diatur dengan ketat danregulasi yang jelas. Namun, biaya investasi dan O&M-nya tinggi karena mengoperasikanteknologi yang ramah lingkungan. Karena pembiayaannya mahal, maka tidak jarangbeberapa industri nakal melakukan ekspor limbah elektronik ke negara lain secara ilegalseperti ke Ghana, Nigeria, India, Cina, Thailand dan Indonesia. Negara-negara tersebutmenjadi sasaran ‘pembuangan’ limbah beracun dan berbahaya. Kegiatan ekspor-imporlimbah elektronik dilarang dalam Konvensi Basel, Kovensi Stokholm dan juga UU No. 32tahun 2009. Namun walaupun dilarang, kegiatan tersebut masih terjadi denganmemanfaatkan keteledoran pengawasan dan celah hukum. Hal tersebut misalnyaterjadi di Kawasan Industri di Jawa Timur, Batam dan Pare-pare. Impor ilegal limbahelektronik di Jawa Timur berasal dari Amerika Serikat dan di Batam berasal dariSingapura dan Malaysia. Barang elektronik bekas diimpor dalam dokumen impor limbahlogam (scrap metal) untuk industri baja atau peralatan kantor.

Sebagian produk-produk tersebut kemudian direkondisi dan diekspor ke Cina,Taiwan dan Hongkong serta dipasarkan di dalam negeri. Sebagian lagi didaur ulang dandi-recovery material berharganya sedangkan residu limbahnya dan ditimbun ataudibakar.

Page 26: Limbah Elektronik (e-Waste)

Di Indonesia jumlah Industri yang mengantongi ijin pemanfaatan (dismantling, daurulang dan recovery) masih sedikit. Operasinya pun belum dapat maksimal karena kesulitanjumlah bahan baku (limbah elektronik) yang mencukupi untuk mengoperasikan peralatannya.Bahan baku masih terbatas dari sektor industri elektronik. Sebagai contoh, sebuah unit mesincanggih pengolahan papan sirkuit elektronik (printed circuit board) yang bernilai milyaran diPT Teknotama Lingkungan Internusa di Majalengka belum dapat dioperasikan secara kontinyukarena sedikitnya bahan baku yang terkumpul dan biaya pengoperasiannya.

Semestinya, industri pengolah limbah elektronik selain mendapatkan bahan baku darisektor industri juga mendapatkan bahan bakunya dari rumah tangga. Namun limbahelektronik dari sektor rumah tangga hampir seluruhnya diserap oleh sektor informal karenamereka berani membayarnya dengan harga tinggi dan belum terciptanya sistempengumpulan dan pengangkutan limbah elektronik yang terarah. Mereka mampumembayarnya dengan harga tinggi karena mampu menekan biaya daur ulang limbahelektroniknya dengan tidak mempedulikan faktor keselamatan lingkungan dan keselamatankerja, tidak membayar pajak, tidak membayar biaya pengumpulan dan pengangkutan, danresidu limbah dibuang secara ilegal. Sementara itu, sektor formal sangat terikat pada prinsipperlindungan lingkungan sehingga memerlukan biaya ekstra pada setiap langkahpengelolaannya.

PERMASALAHAN BAHAN BAKU INDUSTRI

PENGELOLA LIMBAH ELEKTRONIK

DI INDONESIA

Page 27: Limbah Elektronik (e-Waste)

EPR adalah tanggung jawab produsen yang diperluas pada mata rantai produksi secarafisik dan pembiayaannya hingga pada tahap setelah penggunaannya. Sayangnya wacana EPRyang bersifat wajib (mandatory) masih belum diterima oleh Gabungan Pengusaha ElektronikIndonesia dengan alasan akan membebani biaya produksi barang elektronik, ketatnyapersaingan pemasaran produk-produk elektronik, dan beragamnya skala produksi industrielektronik.

Namun bagi industri elektronik transnasional seperti Dell Computer, Hewlett Packard,dan Nokia, pelaksanaan EPR disambut baik karena akan meningkatkan imej masyarakatsebagai industri hijau. Di beberapa negara Asia Tenggara, perusahaan-perusahaan tersebutsedang mengembangkan program Take Back yaitu pengambilan kembali produk elektronikyang telah menjadi limbah.

Beberapa negara di Asia dan Eropa yang telah menerapkan EPR adalah Jepang, Korea,dan Taiwan. Di Jepang, pengangkutan dan daur ulang limbah elektronik dibayar olehkonsumen. Sedangkan di Korea dan Taiwan daur ulang limbah elektronik dibiaya olehprodusen. Di Swiss, organisasi yang mengelola limbah elektronik adalah organisasi gabunganyang dibentuk oleh para produsen atau importir barang elektronik yang kemudianpengolahannya diserahkan kepada industri daur ulang berlisensi.

PROGRAM EXTENDED PRODUCER

RESPONSIBILITY (EPR)

Page 28: Limbah Elektronik (e-Waste)

Regulasi tentang EPR di negara-negara tersebut sudah jelas dan penerapannya punserius. Di Indonesia, salah satu payung hukum yang mengatur EPR adalah PeraturanPemerintah No. 81 Tahun 2012 sebagai turunan dari UU No 18 tahun 2008. Akan tetapiperaturan tersebut diperuntukan untuk mengatur pengelolaan sampah rumah tangga dansejenis sampah rumah tangga, bukan sampah spesifik seperti limbah elektronik. Dalamperaturan tersebut, produsen wajib menarik kembali (take back) sampah untuk digunaulang dan dilaksanakan secara bertahap sesuai peta jalan (road map) persepuluhtahunan.

EPR tentang produk elektronik memerlukan regulasi yang spesifik. Saat ini sedangdilakukan proses formulasi dan pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)pengelolaan B3 dan Limbah B3 dan Dumping B3; RPP Sampah Spesifik, dan RancanganUndang-undang (RUU) Bahan Kimia. Dalam RPP dan RUU tersebut hendaknya terdapatpasal-pasal yang dapat memayungi program EPR.

Perumusan program EPR hendaknya mencakup perumusan tata laksana sistempengumpulan limbah elektronik, sistem take back dengan memberikan insentif untukmeningkatkan kepedulian masyarakat, sistem public private partnership sepertimenyediakan penampungan di supermarket untuk pengumpulan, menyediakan teknologiyang berwawasan lingkungan kepada industri pengolah limbah elektronik, skema subsididari pemerintah, dan sebagainya.

Perumusan tersebut juga perlu mengintegrasikan sektor informal sebagai pemaineksisting misalnya sebagai bagian dari kegiatan pengumpulan limbah dari sektor rumahtangga. Namun tidak tertutup kemungkinan, sektor informal yang telah memenuhisyaratsyarat tertentu dapat diformalkan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Page 29: Limbah Elektronik (e-Waste)

7 KESIMPULAN

Page 30: Limbah Elektronik (e-Waste)

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan gaya hidup, limbah elektronik semakinmeningkat jumlahnya dan semakin beragam jenisnya. Umumnya, limbah elektronikdikategorikan sebagai limbah B3 sehingga dapat mencemari lingkungan hidup danmembahayakan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan limbah elektronik yang tidak memperhatikan tata kelola lingkungan akanmengakibatkan pencemaran logam berat dan senyawa beracun yang tidak terkendali yangbersifat lintas batas negara. Untuk itu berbagai upaya global dan lokal telah dan sedangdilakukan untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan yang semakin buruk.

Berdasarkan ketentuan dalam tentang Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 TentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaan pengelolaansampah elektronik di Indonesia pada dasarnya dapat diberlakukan berdasarkan prinsipEPR. Meskipun belum ada peraturan pelaksanaannya, pengelohaan sampah elektronikberdasarkan prinsip EPR seharusnya dapat diberlakukan. Pada kenyataannya banyak terjadikasus sampah elektronik yang melanggar ketentuan dalam Pasal 60 dan 69 Undang-Undang No. 32 lahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup danperaturan pelaksanaannnya.

KESIMPULAN

Page 31: Limbah Elektronik (e-Waste)

“ Manusia dalam mengkomsi dan memanfaatkan sumber daya alam tidak lagi hanya sekedar untuk hidup dan sesuai dengan kebutuhan tapi sudah lebih dari sekedar memenuhi

tuntutan gaya hidup.”

TERIMA KASIH