hazardous waste management

35
Hazardous Waste Hazardous Waste Management Management Ahmad Erlan Afiuddin, ST.,MT Ahmad Erlan Afiuddin, ST.,MT . . POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA (PPNS) (PPNS)

Upload: megarahayu

Post on 15-Jul-2015

730 views

Category:

Environment


3 download

TRANSCRIPT

Hazardous Waste Hazardous Waste ManagementManagement

Ahmad Erlan Afiuddin, ST.,MTAhmad Erlan Afiuddin, ST.,MT..

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA (PPNS)(PPNS)

DEFINISI

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) : adalah bahan yang karena sifat dan atau

konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya

DEFINISI

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) : sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang

mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain

AKTIVITAS MANUSIA (INDUSTRI, DLL)

BAHAN AWAL B3 TIMBULAN LIMBAH B3

MINIMALISASI B3 : REDUKSI PADA SUMBER SUBSTITUSI BAHAN TEKNOLOGI BERSIH

PEMBUANGAN LANGSUNG

DEGRADASI LINGKUNGAN

PENGELOLAAN PENGELOLAAN BAHAN / LIMBAH B3BAHAN / LIMBAH B3

GANGGUAN KESEHATAN

MANUSIA

DEFINISI

Pengelolaan limbah B3 adalah

rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3

PENGELOLAAN LIMBAH B3

Penghasil Penyimpanan sementara Pengumpul

Pengangkut

Pengolah Pemanfaat Penimbunan

From Cradle to The Grave

PENGUMPUL

PEMANFAAT(WASTE EXCHANGE)

PENIMBUN

PENGOLAH(treatment & disposal))

PENGHASILPENGHASIL

Abu incenerator, Sisa/hasil reaksi kimia, dll

Limbah yang tidak habis bereaksi, dll

Sistem Pengawasan Limbah B3

PENGANGKUT

From Cradle to Grave Dalam Pengawasan Kegiatan Pengelolaan Limbah B3

Limbah B3 selalu diawasi mulai dari saat dihasilkan sampai dengan tujuan akhir pengelolaannya;

Setiap limbah B3 harus memiliki tujuan akhir pengelolaan;

Setiap pelaku kegiatan pengelolaan limbah B3 harus memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan termasuk memiliki izin sesuai kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan;

Secara khusus, mekanisme pengawasan perpindahan limbah B3 dilakukan melalui sistem notifikasi/ dokumen limbah B3;

PERTUMBUHAN INDUSTRI

TIMBULAN LIMBAH B3

STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN :

Pelaksanaan Program-Program Pengelolaan

Lingkungan secara Terpadu

IMPORT LIMBAH B3

DEGRADASI LINGKUNGAN – Pencemaran Lingkungan -

Kontaminasi Lingkungan

Pertumbuhan Industri harus Berlandaskan pada Pembangunan

Industri yang Berkelanjutan dan

Berwawasan Lingkungan

Hal-Hal Pokok yang Melatarbelakangi Peraturan tentang Pengelolaan Limbah B3

Meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada berbagai kegiatan, misal kegiatan industri, pertambangan, kesehatah, rumah tangga

Meningkatnya upaya pengendalian pencemaran udara dan air, yang akan menghasilkan lumpur/sludge yang berbahaya dan beracun

Dampak penting atau pencemaran akibat pembuangan limbah B3 terhadap lingkungan dan manusia

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah

Dokumen yang berisi informasi teknis mengenai

sifat racun, bahaya fisik dan cara penanganan

yang aman dari suatu bahan / produk kimia

yang dibuat oleh pabrik asal pembuatan bahan

kimia tersebut

MSDS

MSDS

Bagaimana cara menggali informasi B3 ?

- Informasi dari produsen (buku katalog

bahan / CD)

misal : Merck, JT Baker dll

- Literatur / buku tentang Health and Safety

- Material Safety Data Sheet (MSDS)

MDSD sebagai sumber informasi pengelolaan B3

PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH B3

Minimisasi Limbah Pengelolaan Limbah B3 dekat dengan

sumber Pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan “From Cradle to Grave” mulai dihasilkan

sampai penimbunan

PENGENDALIAN LIMBAH B3

Perijinan dalam pengelolaan limbah B3 Pengawasan dalam pengelolaan limbah B3 Penyimpanan limbah B3 Pengangkutan limbah B3

Undang-undang RI No. 32 / 2009 ttg “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”.PP RI No. 18 / 1999 Jo. PP No. 85 / 1999 ttg “Pengelolaan Limbah B3”PP RI No. 27 /1999 ttg “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”.PP 38 Tahun 2007 ttg “Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/KotaPermen LH No. 18/2009 ttg Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3Permen LH No. 30/2009 ttg Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3 oleh Pemerintah DaerahPermen LH No. 33 Tahun 2009 tentang “Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3”.Permen LH No. 05/2009 tentang “Pengelolaan Limbah di Pelabuhan”.Permen LH No. 02/2008 ttg Pemanfaatan Limbah B3Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 ttg “ Tata Cara & Persyaratan Teknik Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3”Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 ttg “Dokumen Limbah B3”.Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995 ttg Persyaratan teknis pengolahan Limbah B3Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995 ttg Tata Cara Penimbunan Hasil Pengolahan Limbah B3.Kepdal 05/BAPEDAL/09/1995 ttg “Simbol dan Label Limbah B3”.

REGULASI REGULASI PENGELOLAAN LIMBAH B3PENGELOLAAN LIMBAH B3

URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LH DALAM PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PEMERINTAHPEMERINTAH

PROPINSIPEMERINTAH

KAB/KOTA

Penetapan Kebijakan Nasional Pengelolaan B3 dan LB3

Penetapan LB3 dan status B3 Notifikasi B3 dan limbah B3. Menyelenggarakan registrasi

B3. Pengawasan pengelolaan (B3). Ekspor dan Impor B3 dan LB3 Pengawasan LB3 skala nasional Izin pengumpul skala nasional Izin pengolahan, pemanfaatan,

pengangkutan dan penimbunan LB3

Pengawasan pemulihan pencemaran LB3 skala nasional

Izin dan rekomendasi izin pengumpulan LB3

Pengawasan PLB3, Pengawasan sistem

tanggap darurat, penanggulangan kecelakaan PLB3, pemulihan pencemaran LB3 skala propinsi

Izin penyimpanan LB3

Izin lokasi PLB3 Pengawasan PLB3, Pengawasan

sistem tanggap darurat, penanggulangan kecelakaan PLB3, pemulihan pencemaran LB3 skala Kab/Kota

Kewenangan dalam Perizinan dan Pengawasan PLB3

Pengelolaan Limbah B3

Perizinan Pengawasan

Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota

Penyimpanan v v v vPengumpulan v v v v v vPengangkutan v v v vPemanfaatan v v v vPengolahan v v v v

Penimbunan v v v v

Cat : izin Pengumpulan oli bekas masih pusat

KASUS- KASUS PENCEMARAN AKIBAT

LIMBAH B3

KASUS-KASUS PENCEMARAN LIMBAH B3

Teluk Minamata (Jepang)

Pabrik pupuk kimia bernama Chisso Chemical Corporation, menghasil limbah mengandung Hg berdiri akhir tahun 1930, kasus keracunan pada nelayan terdeteksi tahun 1953 – 1960.

KASUS-KASUS PENCEMARAN LIMBAH B3

Kasus Kabut Dioksin di Seveso (Italia) Akhir 1960, industri farmasi Swiss, Hoffman-La

Roche memilih Seveso sebagai lokasi pabriknya, guna memproduksi 2,4,5-triklorofenol untuk desinfektan, kosmetik, dan herbisida.

Pabrik ini menghasilkan asap yang berbau. Kecelakaan terjadi pada tanggal 10 Juli 1976,

sekitar 1 kg dioksin terbuang ke udara membentuk kabut melewati jarak ribuan hektar.

A child from Seveso (Italy), after a big fire in a chlorine factory in 1976.

Zobrazeno: 133 - last: Jun 27, 2007

KASUS-KASUS PENCEMARAN LIMBAH B3

Kasus Kepone di Hopewell (USA) Perusahaan bernama Allied

mensubkontrakan pembuatan pestisida ke LSP (Kepone). Ternyata secara ilegal Kepone membuang limbahnya ke sungai James.

Di samping itu, banyak pekerja yang keracunan pestisida, sehingga tahun 1975 ditutup

KASUS-KASUS PENCEMARAN LIMBAH B3

Kasus Penyebaran EDB di USA Ethylene dibromide (EDB) menjadi maslah

di USA pada tahun 1983/1984, dengan ditemukannya residu EDB di makanan yang terbuat dari gandum.

EDB merupakan pestisida yang bersifat karsinogenik.

Data tahun 1982 mengungkapkan bahwa EDB telah mencemari air tanah.

KASUS-KASUS PENCEMARAN LIMBAH B3

Kasus Site Stringfellow di California (USA) Site Stringfellow di Glen Avon (California) telah

digunakan untuk menimbun limbah cair B3 dari tahun 1965-1972.

Selama itu sekitar 30 juta galon (113.550 m3) limbah cair telah ditimbun.

Ternyata terjadi pencemaran air tanah akibat evaluasi awal yang tidak akurat terhadap site.

Lahan ini berlokasi di atas akuifer Chino Basin yang merupakan sumber air minum bagi sekitar 500.000 penduduk.

KASUS-KASUS PENCEMARAN LIMBAH B3

Kasus Love Canal di dekat Niagara Falls di USA Love Canal merupakan saluran sepanjang 2 km

yang digunakan untuk membuang limbah pabrik kimia Hooker pada periode tahun 1940 – 1950-an.

Setelah ditutup, di atasnya didirikan sekolah dan terdapat permukiman.

Akhir tahun 1970, sering tercium bau zat kimia. Setelah dianalisis ternyata tanah-tanah di lokasi

telah tercemar senyawa kimia yang beresiko tinggi terhadap kesehatan.

Bagaimana Kasus-Kasus Pencemaran B3 di Indonesia ?

Permasalahan (isu) dalam Pengelolaan LPermasalahan (isu) dalam Pengelolaan Limbah imbah B3B3

Pembuangan atau penimbunan Limbah B3ke media lingkungan (open dumping)Pembakaran Limbah B3 tanpa memenuhi persyaratan (open burning)Ketidaktersedian fasilitas Pengelolaan LB3Pengelolaan Limbah B3 tanpa izin baik yang

dilakukan sendiri maupun pihak ke-3Pembuangan limbah B3 (limbah RS) ke TPA Menuntut delisting Limbah B3 dari daftar PP 85/1999Impor LB3 dengan modus bahan bakuatau produkKurangnya pemahaman ttg PLB3 dari

pelaku Pengelolaan Limbah B3 atau aparat pengawas

Kasus Pencemaran di Indonesia

Pencemaran Hg1. Di Pongkor, Jawa Barat, dilaporkan bahwa [Hg] di

sedimen sungai berkisar 0 – 2,688 ppm, di tanah 1 – 1300 ppm (Gunradi, 2001)

2. Di Sulawesi Utara (sungai Talawaan), air tanah mengandung [Hg] di atas standar baku mutu dan juga ditemukan di dalam siput dan ikan (Hadi’atullah, dkk, 2001)

Kasus Pencemaran di Indonesia

Pencemaran laut Penelitian Kunaefi dan Herto (2001) : Perairan di Kepulauan Seribu menunjukkan bahwa beberapa

konsentrasi logam berat sudah melampaui standar. 6 jenis ikan yang biasa dikonsumsi ternyata mengandung Cd, Cu, Pb, Zn, dan Hg dalam konsentrasi jauh lebih besar dari yang diperbolehkan

Penelitian Djuangsih (2000) : Kualitas pantai utara Tanggerang tidak lagi memenuhi persyaratan

untuk perikanan, biota laut, dan pariwisata, dengan telah melampaui batas sebanyak 45 % - 91 %

Pantai Timur Kenjeran Surabaya

Pembuangan dari 60 lebih industri berpotensi mengandung logam berat pencemar. Pantai Timur Surabaya telah tercemar oleh logam berat. Seperti diberitakan Harian Pagi Surya, 15 Juni 1999, penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian dari Jerman pada tahun 1998 terhadap masyarakat Kenjeran menunjukkan bahwa Air Susu Ibu (ASI) dari ibu menyusui telahmengandung kadmium (Cd) sebanyak 36,1 ppm, sehingga dikhawatirkan akan membahayakan kesehatan anak-anak masyarakat Kenjeran karena dapat menyebabkan penurunan kecerdasan anak dan kerusakan jaringan tubuh.

Penelitian Mahasiswa S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga tahun 1996 juga menunjukkan bahwa sampel darah penduduk Kenjeran mengandung tembaga (Cu) sebesar 2511,07 ppb dan merkuri (Hg) sebanyak 2,48 ppb. Kandungan tembaga (Cu) dalam darah warga telah melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 800-1200 ppb. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kenjeran telah mengkonsumsi hewan laut di sekitar Pantai Timur Surabaya yang telah terkontaminasi logam berat.

Limbah pertambangan :

Kasus Teluk Buyat

2000-5000 kubik ton limbah setiap hari di buang oleh PT NMR ke perairan di teluk Buyat yang di mulai sejak Maret 1996. Menurut PT. NMR, buangan limbah tersebut, terbungkus lapisan termoklin pada kedalaman 82 meter. Nelayan setempat sangat memprotes buangan limbah tersebut. Apalagi diakhir Juli 1996, nelayan mendapati puluhan bangkai ikan mati mengapung dan terdampar di pantai. Kematian misterius ikan-ikan ini berlangsung sampai Oktober 1996. Kasus ini terulang pada bulan Juli 1997.

Kronologi Ikan Mati di Teluk Buyat

NoWaktu dan Tanggal Jumlah ikan dengan nama jenis setempat

1. 29 Juli 1996 Puluhan ekor jenis kerapu, tato, kuli paser dan nener

2. 16 Agustus 1996 Puluhan ekor jenis kakatua dan kuli paser

3. 17 Agustus 1996 Puluhan ekor jenis lumba-lumba

4. 3 September 1996 Puluhan ekor jenis kerapu dan kuli paser

5. 7 September 1996 Puluhan ekor jenis kerapu, tato dan kuli paser

6. 17 September 1996 Puluhan ekor jenis kerapu

7. 3 Juli 1997 100-an ekor dengan jenis berbeda: uhi, bobara, wora, talahuro, tikus-tikus, bete bukokong,

8. 3 Agustus 1997Jam 08.00 Puluhan ekor jenis uhi, bobara, wora, talahuro, tikus-tikus, bete bukokong dan nener.

9. 6 Agustus 1997Jam 15.00 Puluhan ekor jenis uhi, bobara, wora, talahuro, tikus-tikus, bete bukokong dan nener.

10. 7 Agustus 1977Jam 09.00 Puluhan ekor jenis uhi, bobara, wora talahuro, tikus-tikus, bete bukokokong dan nener

Kasus Pencemaran di Indonesia

Insektisida Terjadinya pencemaran air sumur penduduk dan sayuran oleh

insektisida

Penelitian berbagai sayuran menunjukkan bahwa terdapat residu berkisar antara 0,125 – 9,5 ppm, yang berarti telah melampaui ADI = Acceptable Daily Intake (0,001 – 0,002 ppm) dan MRL = Maximum Residual Limit (0,045 – 0,13 mg/kg)