folklor lisan sunda dan rusia: tinjauan...

59
LAPORAN PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN PERBANDINGAN MOTIF Oleh: Ketua : Tri Yulianty K., S.S.. Anggota I : Asep Yusup Hudayat, S.S. Anggota II : Trisna Gumilar, S.S. Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2007 Berdasarkan SPK No: 261/J06.14/LP/PL/2007 Tanggal 3 April 2007 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Nopember 2007

Upload: trantuyen

Post on 02-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

LAPORAN PENELITIAN

PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD

FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA:

TINJAUAN PERBANDINGAN MOTIF

Oleh:

Ketua : Tri Yulianty K., S.S..

Anggota I : Asep Yusup Hudayat, S.S.

Anggota II : Trisna Gumilar, S.S.

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran

Tahun Anggaran 2007

Berdasarkan SPK No: 261/J06.14/LP/PL/2007

Tanggal 3 April 2007

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Fakultas Sastra

Universitas Padjadjaran

Nopember 2007

Page 2: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD

SUMBER DANA DIPA UNPAD

TAHUN ANGGARAN 2007

a. Judul Penelitian : Folklor Lisan Sunda dan Rusia:

Tinjauan Perbandingan Motif

b. Macam Penelitian : ( ) Dasar (X) Terapan ( ) Pengembangan

c. Kategori : I

1. Katua Peneliti

a. Nama lengkap dan Gelar :Tri Yulianty K., S.S.

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Golongan pangkat dan NIP : IIIa/Penata Muda/132310586

d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

e. Jabatan Struktural : -

f. Fakultas/Jurusan : Sastra/Sastra Rusia

g. Pusat Penelitian : Unpad

2. Jumlah Anggota Peneliti

a. Nama Anggota Peneliti I : Asep Yusup Hudayat, S.S. NIP 132310587

b. Nama Anggota Peneliti II : Trisna Gumilar, S.S. NIP

132306082

3. Lokasi Penelitian : Wanaraja Garut dan Perpustakaan Fasa Unpad

4. Kerjasama dengan Institusi lain

a. Nama institusi : -

b. Alamat : -

c. Telepon/Fas/e-mail : -

5. Lama Penelitian : 8 (delapan) bulan

6. Biaya yang diperlukan : Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

a. Sumber dari Unpad : Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

b. Sumber lain : -

Bandung, 15 November 2007

Mengetahui Ketua Peneliti,

Dekan Fakultas Sastra

Universitas Padjadjaran

Dr. . Dadang Suganda, M.Hum. Tri Yulianty K., S.S.

NIP 131472358 NIP 132310586

Menyetujui

Ketua Lembaga Penelitian

Universitas Padjadjaran

Prof. Oekan Soekotjo Abdoellah, M.A., Ph.D.

NIP 130937900

Page 3: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Folklor Lisan Sunda dan Rusia: Tinjauan

Perbandingan Motif. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan motif-motif

cerita Rusia dan Sunda. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

struktur naratif menyangkut menyangkut motif dan motefemes. Asumsi dasar

dalam konteks perbandingan ini adalah isi-isi cerita yang berbeda dapat

mempunyai struktur yang identik.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa motifeme lack

dan lack liquidated ditunjukkan oleh dua kultur yang berbeda memuat motif-

motif kekurangan tokoh-tokoh yang akhirnya terbebaskan dari kekurangan

berkat keajaiban, pengabulan permohonan, dan perjuangan keras penuh ujian.

Page 4: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

ABSTRACT

The title of this research is Sundanese and Russian’s Folklore: Motif

Comparison Review. The objective of this research is to compare motifs of

Sundanese and Russian folklore. Narrative structure theory applied in this

research. This theory concerning motifs and motifemes. Basic assumption in

this comparison context is contents of different stories can have identical

structure.

Based on result of analysis obtained conclusion that lack and lack

liquidated shown by two different cultures loads lacks motifs of figures that is

finally is struck from lack of blessing of miracle, application grant, and storm

and stress full of test.

Page 5: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

KATA PENGANTAR

Laporan penelitian ini berjudul Folklor Lisan Sunda dan Rusia:

Tinjauan Perbandingan Motif. Penelitian ini didanai oleh DIPA Universitas

Padjadajaran melalui SPK No. 261/J06.14/LP/PL/2007. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada ketua Lembaga

Penelitian Universitas Padjadjaran, Prof. Oekan Soekotjo Abdoellah, M.A.,

Ph.D. Terima kasih peneliti sampaikan pula kepada Dr. Dadang Suganda,

M.Hum. selaku Dekan Fakultas Sastra, Tim Evaluator Penelitian Fakultas

Sastra, dan semua pihak yang telah membantu dalam seluruh rangkaian

kegiatan penelitian ini.

Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat memberi pemahaman baru

menyangkut perbedaan kultur yang keuniversalan nilai-nilai kemanusiaannya

masih tampak.

Bandung, 15 Nopember 2007

Tim Peneliti

Page 6: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

DAFTAR ISI

hlm

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN.............................i

ABSTRAK......................................................................................... ii

ABSTRACT....................................................................................... iii

KATA PENGANTAR...................................................................... iv

DAFTAR ISI..................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN..................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah..................................... 1

1.2 Perumusan Masalah............................................ 2

1.3 Landasan Teori................................................. 3

1.4 Tujuan Penelitian................................................. 4

1.5 Kontribusi Penelitian........................................... 4

1.6 Metode Penelitian............................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................. 6

2.1 Ciri Pengenal Tradisi Lisan................................. 6

2.2 Cerita Rakyat....................................................... 7

2.3 Motif dalam Perspektif Folklor ........................ 8

2.4 Teks dan Masyarakat dalam Mediasi Sosial....... 9

BAB III METODOLOGI ………...........……………………. 13

3.1 Teknik Pupuan Data .............................……….. 13

3.2 Teknik Kajian …………….......……………….. 13

Page 7: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

BAB IV FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA:

TINJAUAN PERBANDINGAN MOTIF......……... 15

4.1 Motifemes Dongeng Sunda ............................. 15

4.1.1 Aki Kendang Jaya (AKJ).......….……. 15

4.1.2 Si Jaka (SJ)...................................... 17

4.1.3 Гуси-лебеди (Angsa-angsa)…………. 19

4.1.4 Сивка-бурка (Sivka-Burka)…………. 21

4.2 Perbandingan Motif-motif Dongeng Sunda

Dan Rusia........................................................... 23

4.2.1 Cerita Aki Kendang Jaya (AKJ) dan

Гуси-лебеди (Angsa-angsa)………….23

4.2.2 Cerita Si Jaka (SJ) dan

Сивка-бурка (Sivka-Burka)………….25

BAB V PENUTUP................................................................. 27

5.1 Simpulan...................….......………………….... 28

5.2 Saran …………..…………......……………….. 34

DAFTAR PUSTAKA ………………………....………………….. 29

LAMPIRAN ………………………………....……………………. 31

Page 8: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Menyoal kehidupan manusia yang direpresentasikan melalui folklor

(tradisi lisan) dalam konteks lintas budaya pada hakekatnya adalah membaca

persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan yang

memadai akan mengarahkan pemahaman lebih mendalam tentang hakekat

manusia yang dalam hubungan tertentu digariskan untuk sama, namun pada

kondisi lain perbedaan yang tampak merupakan hal yang tidak dapat dielakkan

lagi dan menjadi hak tiap ras dan bangsa untuk merasa berbeda.

Cerita rakyat, salah satu kategori dalam folklor, menjadi bagian dari

fenomena budaya tiap bangsa yang kebertahanannya terus dibuktikan melalui

kehadirannya melintasi peradaban jaman terbaru. Transformasi di dalamnya

pun menjadi wujud nyata bahwa cerita rakyat menempati fungsinya secara

nyata. Namun demikian, adakalanya anggota kolektif cerita rakyat tertentu

merasa bahwa cerita yang diwariskan oleh nenek moyangnya dan

ditumbuhkembangkan ke generasi yang lebih muda merupakan cerita milik

bangsanya. Di sisi lain, masyarakat tertentu terus menelusuri asal-usul cerita

yang dirasakan sudah menjadi miliknya namun kenyataan lain menunjukkan

bahwa di wilayah lain yang dipisahkan oleh lautan luas dan benua, cerita yang

nyaris serupa tumbuh dan berkembang pula dengan pengakuan

kepemilikannya.

Page 9: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Menyikapi fenomena tersebut, dua budaya yang direpresentasikan

melalui cerita rakyat Sunda dan Rusia dapat dijadikan suatu bukti nyata untuk

dibandingkan dan ditelusuri kesamaan dan perbedaan di dalamnya, terutama

menyangkut motif ceritanya. Terdapat permasalahan dasar manusia yang

menunjukkan persamaan antara cerita rakyat dalam khazanah folklor Sunda

dan Rusia. Permasalahan dasar yang dimaksud di antaranya berhubungan

dengan bagaimana manusia menghadapi tantangan hidup dan berusaha

mengatasi sejumlah kekurangan. Permasalaha dasar tersebut secara tipikal

dapat terakomodir dalam

Penelitian yang mengarahkan perhatiannya kepada upaya mengungkap

perbedaan antara dua budaya melalui folklor masing-masing, folklor Sunda dan

folklor Rusia, merupakan kegiatan yang penting dalam terus mengupayakan

pemahaman yang memadai menyangkut hakekat manusia yang memiliki

perbedaan dan persamaan dalam menyikapi dan menghadapi hidupnya. Upaya

pemahaman yang memadai tersebut perlu ditopang oleh praktik pemaknaan

yang telah difasilitasi oleh studi budaya. Memperlajari kebudayaan sama

artinya dengan meneliti bagaimana makna diproduksi secara simbolis dalam

bahasa sebagai suatu sistem pemaknaan. Oleh karena itu, menelusuri motif

cerita dalam folklor Sunda dan Rusia merupakan salah satu bagian dari upaya

memahami kedua budaya yang melahirkan folklor tersebut. Membandingkan

struktur cerita kedua budaya (Sunda dan Rusia) pada hakikatnya adalah

mengkomunikasikan dua budaya melalui praktik pemaknaan di dalamnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. motif-motif apa yang muncul pada cerita rakyat Sunda dan Rusia?

2. persamaan dan perbedaan motif apa saja yang ditunjukkan cerita rakyat

Sunda dan Rusia?

Page 10: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

1.3 Landasan Teori

Dongeng, sebagai bagian dari cerita rakyat, oleh Alan Dundes dipecah

menjadi bagian-bagian yang disebut motifemes atau rangka-rangka. Setiap

dongeng terdiri dari deretan motifeme. Seperti sebuah kotak, motifeme dapat

diisi dengan beraneka ragam motif atau allomotif (motif pengganti). Metode

analisis strukturalis Alan Dundes ini adalah berdasarkan metode analisis

strukturalis yang pernah dikembangkan Vladimir Propp. Empat motifeme yang

ditunjukkan Dundes atas dongeng Indian Amerika adalah: (1) interdiction

(larangan), (2) violation (pelanggaran), (3) consequence (akibat), dan (4)

attempted escape (berusaha melarikan diri). Dundes menyatakan, sekurang-

kurangnya dongeng-dongeng Indian Amerika menunjukkan dua motifeme,

yaitu lack (kekurangan) dan lack liquidated (kekurangan dihilangkan). Dundes

mampu menunjukkan bahwa dari isi-isi cerita yang berbeda dapat mempunyai

struktur yang identik. (Danandjaja, 1994: 93-94).

Dalam konteks perbandingan motif cerita -meski di antara dua kultur

yang berbeda sebagaimana ditunjukkan pada contoh di atas- teori survival

kebudayaan yang dikemukakan Andrew Lang menjadi penting dalam konteks

ini. Menurut teori ini, setiap kebudayaan di dunia ini mempunyai kemampuan

untuk berevolusi. Oleh karenanya, masing-masing folk mempunyai

kemampuan untuk melahirkan unsur-unsur kebudayaan yang sama dalam

taraf evolusi yang sama. Jadi jika sampai ada motif cerita yang sama dari

beberapa negara, maka hal itu disebabkan masing-masing negara mempunyai

kemampuan untuk menciptakannya secara berdiri sendiri maupun sejajar

(Danandjaja, 1994: 58).

Page 11: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah:

1. mengetahui motif-motif yang muncul pada cerita rakyat Sunda dan

Rusia,

2. mengetahui persamaan dan perbedaan motif yang ditunjukkan dalam

cerita rakyat Sunda dan Rusia,

1.5 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini dapat memberi konstribusi terhadap pemahaman masyarakat

atas folklor dan perkembangan teoritik menyangkut folklor. Konstribusi yang

dimaksud adalah:

a. komunikasi lintas budaya yang direpresentasikan melalui

perbandingan cerita-cerita yang dihasilkan dari dua budaya yang

berbeda;

b. melalui (a) studi folklor dapat memberi sumbangan pemikiran

terhadap teori sastra lisan terutama menyangkut motif index yang telah

disusun para ahli atas dongeng-dongeng seluruh dunia;

c. mengarahkan pemahaman bagi masyarakat pembaca atas folklor,

yaitu bahwa folklor dapat menempati fungsinya pada masyarakat

kolektifnya, salah satunya bertindak sebagai sarana refleksi

kolektifnya sejalan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan yang

melingkupinya.

1.6 Metode Penelitian

Hal pokok menyangkut metode dalam penelitian ini adalah

penelusuran motif secara struktural dan pengungkapan fenomena folklor dalam

konteks lintas budaya. Dengan demikian, karya sastra dapat dianalisis dengan

dua cara, yaitu (1) analisis unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra dan

(2) analisis karya melalui perbandingannya dengan unsur-unsur di luarnya,

yaitu kebudayaan pada umumnya. Dua cara tersebut memberikan pemahaman

Page 12: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

yang seimbang menyangkut unsur dalam teks dan masyarakat yang

menghasilkan teks tersebut.

Beranjak dari metode strukturalisme yang menyepakati bahwa unsur

dapat dipahami semata-mata dalam proses antarhubungannya, maka

penelusuran motif menjadi salah satu bagian penting dari sekian banyak unsur

yang membentuk sebuah totalitas karya. Dalam kerangka kerja analisis motif

yang dimaksud, peristiwa-peristiwa dalam cerita menjadi pusat perhatian.

Sejumlah kategori yang terikat secara definitif terhadap motif (narrative

elements) menjadi pertimbangan berikutnya. Kategori yang dimaksud tidak

akan lepas dari kekhasan sebuah peristiwa, konsep di dalamnya, tipe tokoh

tertentu, dan struktur tertentu. Mekanisme penelusuran motif tersebut

dipusatkan kepada peristiwa-peristiwa yang menunjukkan konsep-konsep

tertentu, tipikal tokoh tertentu, atau bahkan struktur tertentu yang dibentuk oleh

rangkaian peristiwa tertentu pula yang bertindak sebagai elemen penceritaan.

Penelaahan terhadap pespektif perbandingan motif dan fenomena

antarbudaya membutuhkan pemahaman yang memadai perihal budaya yang

melingkup masing-masing teks yang dihasilkan dari dua budaya yang berbeda.

Dengan demikian, perspektif studi budaya menjadi bagian penopang dalam

penelitian ini. Studi budaya menaruh perhatian kepada praktik-praktik

pemaknaan, terutama melalui tanda-tanda bahasa. Memperlajari kebudayaan

sama artinya dengan meneliti bagaimana makna diproduksi secara simbolis

dalam bahasa sebagai suatu sistem pemaknaan.

Page 13: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ciri Pengenal Tradisi Lisan

Rusyana (1981: 17) mengemukakan ciri dasar sastra lisan yaitu: (1)

sastra lisan tergantung kepada penutur, pendengar, ruang dan waktu; (2) antara

penutur dan pendengar terjadi kontak fisik, sarana komunikasi dilengkapi

paralinguistik; dan (3) bersifat anonim. Junus (1981: 144) mengemukakan ciri

cerita rakyat, yaitu: (1) terikat kepada lokasi tertentu; (2) berhubungan dengan

masa tertentu, biasanya sudah lampau; dan (3) partisipasi seluruh masyarakat

dengan kemungkinan pengenalan kelompok umum.

Lebih luasnya (dalam cakupan folklor di mana sastra lisan menjadi

bagiannya), Danandjaja (1994 2-4) dengan merujuk beberapa pendapat,

mengemukakan ciri pengenalnya, yaitu:

1) penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan atau

disertai gerak isyarat dan alat pembantu pengingat;

2) bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau

dalam bentuk standar, disebarkan di antara kolektif tertentu dalam

waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi);

3) berada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda;

4) bersifat anonim;

5) biasanya mempunyai bentuk berumus dan berpola;

6) mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif;

7) bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai

dengan logika umum;

Page 14: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

8) menjadi milik bersama kolektif tertentu, setiap anggota kolektif yang

bersangkutan merasa memilikinya; dan

9) pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga seringkali tampak

kasar, dan terlalu spontan.

2.2 Cerita Rakyat

Yus Rusyana dalam himpunan makalahnya tentang cerita rakyat

mengemukakan dua pengertian tentang cerita rakyat. Ia menyebutkan

pengertian cerita rakyat Nusantara dan cerita rakyat Sunda. Menurutnya, cerita

rakyat Nusantara adalah cerita yang berkembang dan menyebar secara lisan

yang lahir dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia (1981: 19). Adapun yang

dimaksud dengan cerita rakyat Sunda adalah cerita rakyat dalam ruang tradisi

lisan yang hidup di kalangan masyarakat berbahasa Sunda (!981: 45). Sejalan

dengan pendapat di atas, cerita rakyat Rusia pun dapat diartikan sebagai cerita

rakyat dalam ruang tradisi lisan yang hidup di kalangan masyarakat berbahasa

Rusia.

Dalam kerangka penganalisisan, dengan merujuk pendapat Maranda

(1971: 17), Yus Rusyana mengemukakan bahwa penganalisisan terhadap cerita

rakyat harus mempertimbangkan pendukung tradisi dan pendengarnya, tingkah

laku dan reaksi masyarakatnya, serta keseluruhan budaya kelompoknya (1981:

44).

William R. Bascom, menggolongkan cerita rakyat ke dalam tiga

golongan besar, yaitu: (1) mite; (2) legenda; dan (3) dongeng. Mite adalah

cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh

empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa.

Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau dunia yang bukan seperti yang kita

kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Sedangkan legenda adalah prosa

rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap suci.

Legenda ditokohi manusia, walaupun adakalanya mempunyai sifat-sifat luar

biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya

Page 15: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

adalah di dunia yang seperti yang kita sekarang karena waktu terjadinya belum

terlalu lampau Danandjaja, 50-66).

Jan Harold Brunvand membagi legenda ke dalam empat golongan,

yaitu: legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan, dan

legenda setempat (Danandjaja, 1994: 67-75). Adapun Anti Aarne dan Stith

Thompson menyebutkan dongeng sebagai bagian cerita prosa rakyat yang tidak

dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita, dan tidak terikat oleh waktu

maupun tempat. Selanjutnya mereka membagi dongeng ke dalam empat

golongan besar, yaitu: dongeng binatang, dongeng biasa, lelucon dan anekdot,

dan dongeng berumus (Danandjaja, 1994: 50-51).

2.3 Motif dalam Perspektif Folklor

Yang dimaksud dengan motif dalam ilmu folklor adalah unsur-unsur

suatu cerita (narrative elements). Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur

dari cerita yang menonjol dan tidak biasa sifatnya. Unsur-unsur itu dapat

berupa benda, hewan luar biasa, suatu konsep (larangan atau tabu), suatu

perbuatan, penipuan terhadap suatu tokoh, tipe orang tertentu, atau sifat

struktur tertentu (Danandjaja, 1994: 53).

Dongeng, sebagai bagian dari cerita rakyat, oleh Alan Dundes dipecah

menjadi bagian-bagian yang disebut motifemes atau rangka-rangka. Setiap

dongeng terdiri dari deretan motifeme. Seperti sebuah kotak, motifeme dapat

diisi dengan beraneka ragam motif atau allomotif (motif pengganti). Metode

analisis strukturalis Alan Dundes ini adalah berdasarkan metode analisis

strukturalis yang pernah dikembangkan Vladimir Propp. Motifeme dari Dundes

dapat disamakan dengan funtion dari Propp. Istilah motifeme dipinjam Dundes

dari Kenneth L, Pike. Empat motifeme yang ditunjukkan Dundes atas dongeng

Indian Amerika adalah: (1) interdiction (larangan), (2) violation (pelanggaran),

(3) consequence (akibat), dan (4) attempted escape (berusaha melarikan diri).

Dundes menyatakan, sekurang-kurangnya dongeng-dongeng Indian Amerika

menunjukkan dua motifeme, yaitu lack (kekurangan) dan lack liquidated

(kekurangan dihilangkan). Dundes mampu menunjukkan bahwa dari isi-isi

Page 16: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

cerita yang berbeda dapat mempunyai struktur yang identik. (Danandjaja,

1994: 93-94).

Philip Frick McKean menerapkan cara penganalisisan strukturalis Alan

Dundes terhadap dongeng-dongeng Kancil dari khazanah folklor Jawa. Dari

struktur dongeng-dongeng Kancil, motifeme-motifeme yang ditunjukkannya

adalah secara beruturan dari lack liquidates (LL) ke lack liquidates (LL)

kembali. Menurutnya, berdasarkan urutan motifeme tersebut dapat

disimpulkan bahwa ideal folk Jawa selalu mendambakan keadaan keselarasan.

Dari isi dongeng-dongeng Sang Kancil, diketahui bahwa kancil mewakili tipe

ideal orang Jawa atau melayu-Indonesia sebagai lambang kecerdikan yang

tenang, yang McKean sebut sebagai cool mintelligence dalam menghadapi

kesukaran, selalu dapat dengan cepat memecahkan masalah yang rumit tanpa

banyak ribut-ribut tanpa banyak emosi (McKean, 1971-83-84 dalam

Danandjaja, 1994: 96).

2.4 Teks dan Masyarakat dalam Mediasi Sosial

Pemahaman terhadap karya dengan lingkungan yang telah melahirkan

karya tersebut bertalian dengan model interpretasi yang diberlakukan dalam

upaya pemahaman yang dimaksud. Dalam hal ini, di manakah interpretasi

harus kita mulai? Teeuw mempertimbangkan metode yang dipilih dalam

meraih pemahaman yang dimaksud. Menurutnya, interpretasi keseluruhan

tidak dapat dimulai tanpa pemahaman bagian-bagiannya, tetapi interpretasi

bagian mengandaikan lebih dahulu pemahaman bagian-bagiannya (1984: 123).

Dengan demikian, dalam proses pemahaman terhadap karya sastra, sejumlah

konvensi yang melingkupinya (konvensi bahasa, sastra, dan budaya) harus

benar-benar diperhatikan.

Grebstein berpendapat bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara

selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan kebudayaan atau

peradaban yang telah menghasilkannya (Damono, 1979: 4). Demikian juga

dengan Goldmann; ia berpendapat setiap karya sastra adalah suatu keutuhan

yang hidup yang dapat dipahami lewat anasirnya. Karya sastra merupakan

Page 17: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

kesatuan dinamis yang bermakna sebagai perwujudan nilai-nilai dan peristiwa-

peristiwa penting jamannya (Damono, 1979: 43). Oleh karenanya, pemaknaan

terhadap teks tidak boleh dilepaskan dari pemahaman konvensi-konvensi yang

melingkupi karyanya. Dan tentunya, hanya dengan bekal pemahaman makna

secara memadai terhadap teks suatu karya, maka penginterpretasian dapat

dilakukan secermat dan sebaik mungkin.

William R. Bascom (Danandjaja, 1994: 19) mengemukakan fungsi

folklor, terutama folklor lisan, adalah (1) sebagai sitem proyeksi, yakni sebagai

alat pencermin angan-angan suatu kolektif, (2) sebagai alat pengesahan

pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (3) sebagai alat pendidikan

anak, dan (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma

masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Merujuk pada uraian di atas, perbandingan cerita rakyat Sunda dan

Rusia dalam penelitian ini selain diarahkan kepada kajian struktural juga

diarahkan kepada kajian studi budaya dalam komunikasi lintas budaya. Melalui

kajian studi budaya ini, persamaan dan perbedaan motif yang ditunjukkan

secara struktural dari masing-masing cerita rakyat Sunda dan Rusia dapat

dihubungkan ke dalam tataran yang lebih luas, yaitu menyangkut tipikal

masing-masing subjek kolektif yang direpresentasikan dalam cerita-cerita yang

dihasilkan dari dua budaya tersebut. Representasi yang dimaksud tidak akan

terlepas dari nilai-nilai dasar kemanusiaan yang melingkupinya.

Berhubungan dengan nilai-nilai dan peristiwa penting jamannya yang

direkam dalam karya sastra, Rokeach mencoba menyoroti nilai-nilai tersebut

secara sosio-kebudayaan. Ia membedakan nilai-nilai manusia dalam dua

golongan, yaitu (1) nilai yang merupakan jalan (modus) untuk mencapai

sesuatu tujuan tertentu; dan (2) nilai-nilai yang merupakan keadaan terakhir

yang hendak dicapai seseorang. Moeis (1990: 45-47) merujuk pendapat

Rokeach, mengurutkan konsep-konsep nilai yang dimaksud seperti di bawah

ini:

Page 18: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

TERMINAL VALUE

(keadaan terakhir yang hendak

dicapai seseorang)

INSTRUMEN VALUE

(modus untuk mencapai sesuatu

tujuan)

1 comportable life (a prosperous life)

kesejahteraan

Ambitious (hard-working, aspiring)

Keberhasilan

2 An exciting life (a stimulating, active

life)

Produktivitas

Broad minded (open minded)

Berpandangan luas

3 A sense of accomplishment (lasting

contribution)

Puas menyelesaikan tugas

Capable (competent, effective)

Kemampuan

4 A world at peace (free of war and

conflict)

Keseimbangan dan keselarasan

Cheerful (lighthearted, joyful)

Keceriaan

5 A world of beauty (beauty of nature

and the arts)

Keindahan

Clean (neat, tidy)

Kerapihan

6 Equality (brotherhood, equal

opportunity for all)

Kesamaan kesempatan

Courageous (standing up for your beliefs)

Keandalan keyakinan

7 Family security (taking care of loved

ones)

Keamanan keluarga

Forgiving (willing to pardon others)

Tenggang rasa

8 Freedom (independence, free choice)

Kebebasan

Helpful (working for the welfare of others)

Amal

9 Happiness (contentedness)

Kebahagiaan

Honest (sincere, truthful)

Kejujuran

10 Inner harmony (freedom from inner

conflict)

Stabilitas mental

Imaginative (daring, creative)

Kreativitas

11 Mature love (sexual and spiritual

intimacy)

Kedewasaan lahir bathin

Independent (self-reliant, self sufficient)

Kemandirian

Page 19: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

12 National security (protection from

attack)

Keamanan pertahanan

Intellectual (intelligent, reflective)

Kecerdasan

13 Pleasure (an enjoyable, leisurely life)

Kepuasan hidup

Logical (consistent rational)

Keruntutan nalar

14 Salvation (saved, eternal life)

Kehidupan abadi

Loving (affectionate, tender)

Cinta kasih

15 Self-respect (self-esteem)

Harga diri

Obedient (dutiful, respectful)

Kepatuhan

16

Social recognition (respect,

admiration)

Pengakuan sosial

Polite (courteous, well mannered)

Kesopanan

17 True friendship (close

companionship)

Persaudaraan sejati

Responsible (dependable, reliable)

Bertanggung jawab

18 Wisdom (a mature understanding of

life)

Kearifan

Self-controlled (restrained-self-disciplines)

Pengendalian diri

Sehubungan dengan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam dunia

rekaan dengan logika ceritanya yang khas sekalipun, berpeluang untuk tetap

memunculkan nilai-nilai dasar kemanusiaan yang ditunjukkan oleh masing-

masing budaya yang menghasilkannya.

Page 20: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

BAB III

METODOLOGI

3.1 Teknik Pupuan data

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lisan dan

tulisan berbentuk sastra lisan berkategori dongeng. Dengan demikian, teknik

pupuan data yang dipilih adalah teknik perekaman dan pencatatan. Berdasarkan

hasil perekaman menyangkut dongeng Sunda, data ditranskripsi ke dalam

model pentranskripsian disertai sejumlah anotasi pada tiap-tiap cerita. Adapun

teknik pencatatan dihasilkan dari sejumlah media cetak dan multimedia yang

memuat data berbentuk dongeng yang berasal dari Rusia.

Sample data yang digunakan dipilih berdasarkan sejumlah anasir teks

yang menunjukkan bahwa data tersebut secara potensial cukup mewakili

kebutuhan penelitian. Anasir-anasir yang dimaksud yang sejalan dengan

kebutuhan penelitian dipersyaratkan memiliki sejumlah kesamaan selain juga

perbedaannya. Persamaan yang dimaksud dapat dilacak melalui: (1) persamaan

secara genetis bahwa teks yang dimaksud lahir dari tradisi lisan, (2) persamaan

struktur cerita menyangkut elemen naratif dan sejumlah motif di dalamnya, dan

(3) persamaan tematik cerita.

3.2 Teknik Kajian

Sejalan dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

menyangkut telaah struktural atas cerita rakyat, maka model telaah yang

digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan model rancangan Dundes.

Model yang dimaksud memiliki tahapan sebagai berikut:

Page 21: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

1. tiap sample cerita dipecah menjadi bagian-bagian yang disebut

motifemes atau rangka-rangka

2. memilah motifeme-motifeme ke dalam kategori: (1) interdiction

(larangan), (2) violation (pelanggaran), (3) consequence (akibat), dan

(4) attempted escape (berusaha melarikan diri) dengan memperhatikan

unsur lack (kekurangan) dan lack liquidated (kekurangan dihilangkan)

3. menelusuri motif-motif yang terkandung di setiap kategori motifeme

Pada tahap perbandingan dilakukan langkah-langkah berikut:

1. membandingkan satu cerita (Sunda) dengan cerita lainnya (Rusia)

untuk dijajaki persamaan dan perbedaannya, menyangkut: (motifemes

dan motif-motif di setiap ceritanya

2. membuat catatan-catatan khusus yang menunjukkan adanya persamaan

identik dan perbedaan yang signifikan sesuai dengan hasil

perbandingan cerita pada tahap pertama dan

3. merujukkan persamaan dan perbedaan pada tahap dua ke dalam konteks

budaya yang lebih luas (perbandingan dua kultur).

Page 22: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

BAB IV

FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA:

TINJAUAN PERBANDINGAN MOTIF

4.1 Motifemes Dongeng Sunda

4.1.1 Aki Kendang Jaya (AKJ)

Motifeme-motifeme yang terkandung dalam AKJ dapat ditelusuri

melalui pencermatan atas peristiwa-peristiwa di dalam AKJ. Peristiwa-

peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang memunculkan

permasalahan penting sehingga sejumlah kategori dapat diungkap sejalan

dengan pemetaan motifeme-motifeme di dalamnya.

Bagan berikut ini menunjukkan urutan peristiwa-peritiwa yang

merepresentasikan bagian motifeme yang terikat secara kategorial:

Urutan peristiwa motif Motifeme

Aki meminta dipijiti

permintaan terabaikan

Kekurangan Nini tidak menghiraukan

Aki pergi dari rumah pelarian

Nini mencari dan

Aki ditemukan

pencarian Kekurangan teratasi

Nini ditikam dengan

golok oleh si Aki

pembunuhan

akibat

Page 23: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Karena motif harus memiliki potensi yang khas di dalam cerita, maka

motif-motif dalam AKJ yang menunjukkan potensi khasnya, yaitu (1) tokoh

kakek nenek dalam pengabaian hasrat untuk dipijiti, (2) pencarian jejak dan

bertanya kepada setiap orang yang ditemui dalam latar agraris, dan (3)

pasangan hidup sebagai pelaku pembunuhan.

Motif-motif tersebut secara tipikal menggulirkan alur dengan kerangka

yang secara khas memuat prototype kehidupan pasangan tua renta dalam kultur

agraris dengan masalah kesehatan, kebutuhan perhatian, pelarian, dan derita

akibat ketidakpedulian. Motifeme interdiction (larangan) tidak secara

signifikan menampung motif yang terhubung ke dalamnya. Motifeme ini

diganti oleh motifeme perintah. Dua kondisi yang berbeda tersebut

sesungguhnya secara substansi menunjukkan hal yang sama, yaitu kebutuhan

untuk dipatuhi. Adapun motifeme violation (pelanggaran) ditampilkan dalam

cerita ini menjadi sebuah rangka yang mengindikasikan pengabaian atau

penolakan.

Sehubungan dengan itu, motifeme-motifeme yang menjadi tipikal cerita

AKJ ini adalah: (1) perintah, (2) pengabaian, (3) akibat. Namun demikian,

ruang-ruang cerita yang dimungkinkan motif-motif lain dapat tertampung ke

dalamnya sehingga motifeme-motifeme yang ada masih dapat menunjukkan

sifat universalnya adalah berupa lack (kekurangan) dan lack liquidated

(kekurangan dihilangkan). Dua motifeme ini sesungguhnya berhubungan erat

dengan ketiga model motifeme sebelumnya. Hubungan yang dimaksud yang

ditunjukkan dalam cerita AKJ adalah: (1) perintah si kakek mengimplikasikan

kekurangan, (2) pengabaian si nenek mengimplikasikan pelanggaran, (3)

pelarian si kakek mengimplikasikan kekurangan, (4) pencarian si nenek

mengimplikasikan kekurangan, (5) pertemuan kembali nenek dengan kakek

mengimplikasikan kekurangan teratasi, dan (6) tindakan pembunuhan si kakek

terhadap si nenek mengimplikasikan motifeme akibat.

Page 24: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

4.1.2 Si Jaka

Melalui urutan peristiwa yang terdapat dalam SJ, motifeme-motifeme

yang menampung sejumlah motif di dalamnya ditunjukkan melalui dua bagian

besar, yaitu (1) peristiwa keberangkatan tokoh si Jaka dan kakaknya ke hutan

untuk mencari seekor burung yang disayembarakan hingga si Jaka menemukan

burung yang dicarinya dan (2) peristiwa kematian si Jaka hingga pernikahan si

Jaka dengan putri raja.

Pada bagian pertama, motifeme-motifeme diisi oleh motif-motif: (1)

kepergian mencari burung yang disayembarakan, (2) larangan melewati jalan

sebelah kiri, (3) perintah dan persyarat yang menyelamatkan, (4) bantuan

kelong dalam pencarian, (5) berhasil mendapatkan burung yang dicari, dan (6)

janji pertolongan kembali.

Pada bagian kedua, motifeme-motifeme diisi oleh motif-motif: (1)

perebutan benda (burung) yang disayembarakan, (2) pembunuhan yang

dilakukan kakak terhadap adik, (3) pertolongan kelong, (4) persembahan benda

yang disayembarakan oleh tokoh palsu. (5) kajahatan terbongkar, (6)

memenangkan sayembara, dan (7) pemuda jelata menikah dengan putri raja.

Urutan-urutan peristiwa yang dimaksud tampak seperti dalam bagan

berikut ini:

Urutan Peristiwa Motif Motifeme

Si Jaka dan Kakaknya

Berkelana mencari

burung berparuh intan

dan bersayap emas

berkelana mencari

burung berparuh intan

bersayap emas yang

disayembarakan

kekurangan

Memilih arah jalan

dalam pengembaraan

Seorang kakek sebagai

petunjuk jalan

Kekurangan

Memilih jalan kiri Penempuhan arah yang

beresiko

Bantuan kelong pertolongan tokoh sakti

karena penyebutan “ibu”

Kekurangan teratasi

Si Jaka mendapatkan

burung yang dicarinya

Berhasil mendapatkan

burung yang

disayembarakan

Page 25: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Urutan Peristiwa Motif Motifeme

Kakak si Jaka merebut

burung dan membunuh

si Jaka

perebutan benda

sayembaran dan

pembunuhan kakak

terhadap adik

Kekurangan

Si Jaka kembali ditolong

Kelong dan hidup

kembali

Pertolongan tokoh sakti Kekurangan teratasi

Kakak si Jaka menemui

putri raja

Tokoh palsu

melaksanakan niat

utama

Kekurangan teratasi

Kepalsuan kakak si Jaka

terbongkar

Kepalsuan terbongkar Kekurangan teratasi

Kakak si Jaka dibunuh

ayahnya

Pembunuhan terhadap

hero palsu

(akibat) hukuman

Si Jaka menikah dengan

putri raja

Tokoh jelata menikahi

putri raja

(akibat) Ganjaran dan

hukuman

Bagian motif yang khas dalam cerita SJ adalah: (1) sayembara

mendapatkan burung berparuh intang bersayap emas, (2) pelanggaran atas

larangan memilih jalan kiri yang mendatangkan pertolongan kelong, (3) syarat

penyebutan “ibu” untuk menyelamatkan diri dan mendapat simpati, dan (4)

ayah membunuh anak karena terbongkarnya kepalsuan.

Motif-motif khas tersebut memungkinkan secara spesifik motifeme-

motifeme yang mewadahinya berupa: kekurangan yang diatasi kemudian

muncul lagi kekurangan lainnya dan dapat diatasi kembali hingga

menghasilkan akibat berupa ganjaran dan hukuman. Motifeme menyangkut

larangan dan pelanggaran yang diekspresikan dalam cerita ini berupa larangan

yang tidak dipatuhi tetapi menyebabkan rasa simpati dari tokoh kakek untuk

memberi jalan keselamatan dengan pemberian nasihat kepada si Jaka agar

ketika mendapat ancaman dari kelong harus cepat mengatakan “ibu”. Adapun

motifeme usaha melarikan diri dalam cerita ini tidak ditunjukkan secara

siginifikan.

Page 26: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

4.1.3 Гуси-лебеди (Angsa-angsa)

Cerita Rusia dengan judul Гуси-лебеди (Angsa-angsa) ini memuat

pengulangan peristiwa dengan objek yang berbeda. Motifeme kekurangan dan

kekurangan dapat diatasi digulirkan melalui motif-motif pencarian dan

pertolongan bersyarat. Motif-motif khas cerita ini adalah (1) pencurian bayi

oleh angsa yang diperintah oleh seorang nenek, (2) pencarian gadis cilik atas

adiknya yang hilang dengan menemui sejumlah tempat dan bertanya kepada

tempat-tempat itu, (3) pertolongan bersyarat dari tempat-tempat yang ditemui

si gadis cilik (tungku, pohon apel, dan sungai susu) yang tidak membuat si

gadis harus terus mencari, (4) gadis cilik tidak mengetahui rumah yang

dimasukinya adalah rumah penculik adiknya, (5) pertolongan bersyarat dari

tikus untuk memberikan informasi tentang adiknya dan penculik, (6)

pengelabuan seekot tikus terhadap penculik, dan (7) pertolongan bersyarat dari

tungku, pohon apel, dan sungai susu yang dipenuhi syaratnya oleh si gadis

cilik. Bagan berikut ini menunjukkan secara lengkap bagian peristiwa, motif,

dan motifeme dalam cerita Гуси-лебеди (Angsa-angsa).

Peristiwa Motif Motifeme

Perintah menjaga adik

dan larangan keluar

rumah

Perintah penjagaan adik

yang diabaikan

Kekurangan (perintah

yang diabaikan-larangan

yang dilanggar)

Sang adik dibawa

terbang angsa

Angsa mencuri

anak kecil

Kekurangan dan akibat

Si gadis cilik berusaha

mencari dan bertanya

kepada tungku

Pencarian si gadis dan

diberikan syarat oleh

tungku

Si gadis cilik berusaha

mencari dan bertanya

kepada pohon apel

Pencarian si gadis dan

diberikan syarat oleh

pohon apel

Si gadis cilik berusaha

mencari dan bertanya

kepada sungai susu

Pencarian si gadis dan

diberikan syarat oleh

sungai susu

Si gadis menemui di

Baba Yaga yang

mengambil adiknya

tetapi si gadis tidak

menyadari hal itu

Gadis kecil berada di

rumah nenek penculik

yang jahat

Page 27: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Seekor tikus

menceritakan kejahatan

Baba Yaga dan

menyuruh si gadis cilik

cepat membawa pergi

adiknya

Pertolongan tikus dan

syarat pembebasan

Kekurangan diatasi

Tikus mengelabui Baba

Yaga

Pengelabuan tikus

terhadap tokoh jahat

Baba Yaga mengetahui

kejadian sesungguhnya

dan menyuruh angsa

untuk mengejar adik dan

si gadis itu

Pengejaran kembali

angsa terhadap gadis

cilik dan adiknya

kekurangan

Si gadis meminta sungai

susu untuk

menyembunyikan

dirinya dan adiknya

Penyelamatan bersyarat

oleh sungai susu dan

diluluskan permintaan

Kekurangan diatasi dan

akibat

Si gadis meminta pohon

apel untuk

menyembunyikan

dirinya dan adiknya

Penyelamatan bersyarat

oleh pohon apel dan

diluluskan permintaan

Si gadis meminta tungku

untuk menyembunyikan

dirinya dan adiknya

Penyelamatan bersyarat

oleh tungku dan

diluluskan permintaan

Si gadis cilik berhasil

menyelamatkan adiknya

sampai pulang kembali

ke rumah

Penyelamatan akhir atas

adik

Hal yang paling menonjol dalam cerita ini adalah bentuk pengulangan

pemberian pertolongan yang bersyarat. Dua model peristiwa menunjukkan

perbedaanya, yaitu (1) peristiwa di mana gadis kecil tidak mendapat petunjuk

apa-apa dari sejumlah tempat karena syarat yang tidak dipenuhi dengan baik

oleh si gadis kecil dan (2) peristiwa di mana gadis kecil mendapat petunjuk

dari sejumlah tempat karena syarat yang dipenuhi dengan baik oleh si gadis

kecil. Dua perbedaan tersebut menunjukkan bagaimana kesungguhan

memperjuangkan pencariannya menjadi pembeda penting dalam peraihannya.

Pada kondisi pertama, si gadis memenuhi syarat untuk memakan makanan

yang terhubung ke tempat-tempat yang ditanyanya tetapi dengan sikap

menggerutu dengan jalan memberi alasan tentang apa-apa yang sesungguhnya

Page 28: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

tidak biasa ia makan. Pada kondisi kedua, si gadis cilik benar-benar memenuhi

syarat yang diajukan tanpa menggerutu.

Menyangkut motifeme kekurangan dan kekurangan dapat diatasi

ditunjukkan oleh cerita ini dalam dua persepktif, yaitu: (1) kekurangan:

ketidakpatuhan memenuhi perintah, pencarian yang tidak mendapatkan

petunjuk, dan persembunyian yang terus diketahui si penculik dan (2)

kekurangan dapat diatasi: pemenuhan syarat untuk penyelamatan dan

persembunyian yang mengantarkan penyelamatan akhir.

Pada sejumlah motif, motifeme yang melingkupinya memiliki dua

tataran yaitu masuk ke wilayah kekurangan dengan ditunjukkan pula akibat

atas kondisi tersebut. Hal yang dimaksud adalah peristiwa tidak dipenuhinya

syarat bagi si gadis kecil untuk mendapatkan informasi merupakan

kekurangan. Kondisi tersebut menempatkan peristiwa-peristiwa tersebut masuk

ke dalam wilayah akibat di mana si gadis benar-benar tidak menerima

informasi apa-apa meski ia telah menjalankan syarat meski tidak mencukupi

seperti syang disyaratkan.

Dengan demikian, motifeme-motifeme dalam cerita tersebut merupakan

rangka-rangka universal tetapi ditempati motif-motif yang tidak seluruhnya

berlaku general meski substansi konflik yang dibentangkan sepanjang alur

cerita masih menunjukkan generalitasnya.

4.1.4 Сивка-бурка (SIVKA-BURKA)

Cerita Rusia dengan judul Сивка-бурка (SIVKA-BURKA) ini memuat

lima motif-motif menyangkut: (1) perdayaan kakak atas adik bungsunya untuk

menggantikan tugasnya, (2) pemberian agen sakti sebagai ganjaran, (3) tokoh

mengikuti sayembara dan mendapatkan bantuan dari agen sakti, (4) tanda luka

sang hero dan pengungkapan tanda luka, dan (5) pernikahan si bungsu dengan

putri raja.

Cerita ini tidak memuat motifeme larangan dan pelanggaran tetapi

digantikan dengan motifeme perintah dan pengabaian. Perintah dan

pengabaian yang dimaksud ditunjukkan melalui perintah sang ayah yang telah

Page 29: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

mati kepada anak-anaknya untuk bergiliran menemui makamnya. Kedua

kakaknya mengabaikan perintah tersebut dan menugaskan kepada adiknya

untuk menggantikan tugasnya. Adapun motifeme kekurangan lebih

direpresentasikan melalui sudut pandang si ayah yang tidak benar-benar

dikunjungi oleh kedua anak pertamanya; kekurangan dapat diatasi

ditunjukkan melalui pemenuhan tugas anak bungsu untuk menemui ayahnya

dan peristiwa-peristiwa di nama anak bungsu tersebut hingga ia

mempersunting putri raja. Berikut ini bagan yang menunjukkan keterhubungan

motif-motif dengan peristiwa-peristiwa dan motifeme-motifemenya.

Urutan Peristiwa Motif Motifeme

Menggantikan tugas

sang kakak untuk

menemui kuburan

ayahnya

Anak bungsu diperdaya

kakak untuk

melaksanakan tugas

Kekurangan

(pengabaian perintah)

Menggantikan tugas

sang kakak kainnya

untuk kedua kalinya

menemui kuburan

ayahnya

Menggantikan tugas

sang kakak kainnya

untuk kedua kalinya

menemui kuburan

ayahnya

Ivan mendapatkan

seekor kuda sebagai

hadiah dari mendiang

ayahnya karena telah

memenuhi tugasnya

Ganjaran hadiah berupa

benda sakti

Kekurangan teratasi dan

akibat

Ivan mengikuti

sayembara kerajaan

Mengikuti sayembara

kerajaan

Ivan mendapatkan

cedera akibat putri raja

luka di bagian tubuh dan

pengungkapan tanda

luka

kekurangan

Putri raja mencari

pemuda yang mendapat

cedera di bagian dahi

Putri mendapatkan

pemuda yang dicari

Pernikahan rakyat jelata

dengan putri raja

Kekuarangan teratasi

dan akibat Ivan menikah dengan

putri raja

Page 30: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Motifeme akibat yang merujuk pada pengertian hasil dari apa yang

dikerjakan atau diupayakan dengan atau tanpa tujuan pencapaiannya

ditunjukkan melalui dua persepektif, yaitu (1) akibat yang tanpa tujuan

pencapainya, seperti diberikannya agen sakti kepada si bungsu oleh ayahnya

meski agen sakti bukan tujuan pencapaian si bungsu yang menjalankan

tugasnya dan bahkan menggantikan tugas kakak-kakaknya dan (2) akibat dari

upaya pencapaian tujuan yang jelas, seperti diikutinya sayembara demi

mendapatkan putri raja dan berhasil.

4.2 Perbandingan Motif-motif Dongeng Sunda dan Rusia

4. 2.1 Cerita AKJ dan Гуси-лебеди (Angsa-angsa)

Berdasarkan uraian pada subbab 4.1 menyangkut motif-motif cerita

AKJ dan Гуси-лебеди (Angsa-angsa) dapat jajaki adanya persamaan dan

perbedaan motif meskipun motifeme yang melingkupinya menunjukkan

persamaan. Bagan berikut menunjukkan ilustrasi perbandingan yang

dimaksud:

Motifeme Motif

Persamaan Perbedaan

Kekurangan

(peristiwa awal)

perintah Perintah dalam AKJ berupa

keinginan dilayani

Perintah dalam Гуси-лебеди

keharusan menjaga

pengabaian perintah Pengabaian dalam AKJ karena

keasyikan memasak;

Pengabaian dalam Гуси-лебеди

karena keasyikan bermain

kekurangan

kehilangan anggota

keluarga

kehilangan dalam AKJ ditunjukkan

oleh minggatnya si kakek dari

rumah;

kehilangan dalam Гуси-лебеди

karena penculikan adik si gadis

kecil oleh seekor angsa

Page 31: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Motifeme Motif

Persamaan Perbedaan

Kekurangan

Pencarian terhadap

anggota keluarga

yang hilang dengan

bertanya kepada

setiap yang ditemui

Pencarian dan bertanya dalam AKJ

dilakukan ke setiap orang yang

ditemui; pencarian dan bertanya

dalam Гуси-лебеди di lakukan ke

setiap tempat (tungku, pohon,

sungai)

Pencarian tidak

membuahkan hasil

Pencarian dan bertanya dalam AKJ

dilakukan ke setiap orang yang

ditemui tidak membuahkan hasil

karena ketidaktahuan orang-orang

tersebut; pencarian dan bertanya

dalam Гуси-лебеди tidak

membuahkan hasil karena syarat

yang tidak dipenuhi dengan baik

oleh si gadis cilik

Kekurangan

teratasi (awal)

Menemukan orang

yang dicari

Penemuan orang yang dicari dalam

AKJ dengan petunjuk dari

seseorang yang ditanya

sebelumnya;

Penemuan orang yang dicari dalam

Гуси-лебеди tidak tidak sengaja

dan kemudian diberitahu sang tikus

dengan sebuah syarat

akibat

Menemukan orang

yang dicari dan

berhadapan dengan

akibatnya

Penemuan orang yang dicari dalam

AKJ berakibat si nenek dibunuh

karena kekecewaan si kakek; si

nenek meninggal

Penemuan orang yang dicari dalam

Гуси-лебеди berakibat si gadis

cilik harus menyelamatkan diri dan

adiknya dari nenek penculik dan

angsanya; gadis cilik dan adiknya

selamat sampai di rumah

Berdasarkan bagan di atas dapat diketahui bahwa penempatan motif-

motif pada setiap motifeme memiliki konsekuensi logis terhadap kepentingan

bagaimana cerita diusung sejalan dengan alur yang diberlakukannya

menyangkut konflik awal hingga penyelesaiannya.

Page 32: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

4.2.2 Cerita SJ dan Сивка-бурка (SIVKA-BURKA)

Perbandingan cerita SJ dan Сивка-бурка (SIVKA-BURKA) berpusat

pada motifeme-motifeme menyangkut kekurangan hingga akibat. Persamannya

ditunjukkan melalui potensi peristiwa yang mengindikasikan kualitas

pelaksanaan tugas, perjuangan, dan hasil pencapaiannya. Adapun

perbedaannya terletak pada agen sakti dan cara memberdayakan pertolongan

agen sakti dalam meraih tujuan utama tokoh. Berikut ini bagan yang

mengilustrasikan persamaan dan perbedaan yang dimaksud.

Motifeme Motif

Persamaan Perbedaan

Kekurangan

Pemenuhan tugas

Pemenuhan tugas dalam SJ

berpusat pada kepentingan

mengikuti sayembara;

Pemenuhan tugas dalam Сивка-

бурка berupa kepatuhan

menjalankan perintah sang kakak

Kekurangan

teratasi

Mendapatkan agen

sakti

dalam SJ agen sakti yang muncul

dan membantu tokoh utama adalah

kelong sebagai wujud kecintaan;

dalam Сивка-бурка agen sakti

berupa seekor kuda sebagai wujud

kecintaan dan teriakasih

Kekurangan

mendapat petaka

dalam SJ tokoh utama mendapat

petaka berupa kematian yang harus

diterimanya dalam upaya

pencapaian pencariannya;

dalam Сивка-бурка petaka berupa

pencederaan anggota tubuh sebagai

tanda

Kekurangan

teratasi

pengungkapan

dalam SJ, tokoh hero palsu berhasil

terungkap kejahatannya melalui

kepemilikan sesungguhnya burung

yang disayembarakan;

dalam Сивка-бурка, tokoh utama

berhasil ditemukan putri raja

melalui pengenalan tanda luka

Page 33: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Motifeme Motif

Persamaan Perbedaan

akibat

Kemenangan dalam

sayembara untuk

mempersunting putri

raja

Pernikahan dengan putri raja dalam

SJ dihasilkan dari kemenangan

sayembara mempersembahkan

burung berparuh intan bersayap

emas;

Pernikahan dengan putri raja dalam

Сивка-бурка dihasilkan melalui

ketangkasan mencium putrid raja di

area yang sulit dijangkau

Kedua perbandingan yang dihasilkan tersebut tentunya didasarkan pada

motif-motif yang benar-benar memiliki potensi persamaan untuk kemudian

ditelusuri perbedaan yang terdapat dari keduanya. Dengan perbandingan

tersebut, dapat diketahui bahwa latar budaya yang berbeda dapat ditunjukkan

melalui motif-motif yang berbeda atau sebaliknya, dengan motif yang berbeda,

latar perbedaan budaya dapat di tunjukkan di dalamnya. Namun demikian,

dalam perbedaan itu sendiri masih secara potensial ditemukan nilai-nilai dasar

kemanusiaan yang bersifat universal atau bahkan perbedaan itu sendiri

merupakan energi komunikasi lintas budaya yang harus diperdayakan

keterhubungannya satu dengan lainnya.

Page 34: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada subbab 4, menyangkut perbandingan motif

dapat disimpulkan:

1. Motif-motif cerita Sunda dan Rusia untuk motefeme-motifeme yang

sama diisi oleh motif-motif khas yang berlatar kultur yang berbeda.

Motif-motif yang dimaksud berhubungan erat dengan peristiwa yang

menunjukkan kekurangan yang dialami tokoh-tokoh di dalamnya, upaya

mengatasi kekurangan, dan akibat dari upaya yang diperjuangkan untuk

mencapai tujuannya.

2. Motif larangan dan pelanggaran diubah bentuk menjadi perintah dan

pengabaian. Bentuk perintah dan pengabaian berkorelasi dengan

motifeme kekurangan

3. Motifeme kekurangan teratasi diisi olehmotif-motif yang berhubungan

dengan upaya pencarian tokoh atas anggoota keluarga yang hilang dan

penyelamatan

4. Motifeme akibat ditunjukkan secara variatif ke dalam motif hukuman

berupa kematian, ganjaran dan keselamatan, dan pernikahan dengan putri

raja

5. Persamaan motif yang ditunjukkan dalam cerita Sunda dan Rusia

berpusat pada kehilangan anggota kekuarga dan penemuannya kembali,

mengikuti sayembara demi mendapatkan putri raja hingga keberhasilan

mempersunting putri raja

6. perbedaan motif yang ditunjukkan dalam cerita Sunda dan Rusia

berpusat pada bentuk dan upaya pencarian tokoh yang hilang dan agen

Page 35: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

sakti yang berperan menolong keberhasilan pencapaian mendapatkan

putri raja.

5.2 Saran

Penelitian ini hanya menjangkau penelaahan menyangkut perbandingan

motif. Meujuk kepada berbagai pendekatan studi lintas budaya, maka

penelitian lanjutan yang perlu dilakukan adalah menyangkut: (1) fenomena

budaya yang bagaimana yang ditunjukkan masing-masing cerita rakyat Sunda

dan Rusia dan (2) bagaimana komunikasi lintas budaya dapat ditunjukkan

melalui masing-masing cerita rakyat Sunda dan Rusia sejalan dengan nilai-nilai

dasar kemanusiaan yang terkandung di dalam masing-masing cerita rakyat

Sunda dan Rusia?.

Kedua pertanyaan secara mendasar tersebut akan mengarahkan

pemahaman kita terhadap keuniversalan sebuah nilai di samping kekhususan

yang direpresentasikan oleh berbagai khazanah budaya di seluruh penjuru

dunia, termasuk di dalamnya menyangkut khazanah folklornya.

Page 36: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

DAFTAR PUSTAKA

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta:Bentang.

Bauman, Richard. 1989. Story, Performance, and Event. Contextual Studies of

Oral Narrative. Cambridge-New York-Melbourne: Cambridge

University Press.

Cassier, Ernest. 1990. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang

Kebudayaan. Diterjemahkan oleh Alois A. Nugroho. Jakarta:

Gramedia.

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.

Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-

lain. Jakarta: Grafiti.

Dundes, Alan. 1980. Interpretating Folklore. Bloomington & London: Indiana

University Press.

------------ 1984. Sacred Narrative: Reading in the Theory of Myth. Berkeley-

Los Angeles-London: University of California Press.

Ekadjati, Edi S. 1984. Masyarakat Sunda dan Kebudayaan. Jakarta: Girimukti

Pasaka.

Fang, Liaw Yoct. 1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta:

Erlangga.

Faruk. 1994. Pengantar Sosilogi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Finnegan, Ruth. 1984. Oral Traditions and The Verbal Arts: A Guide to

Research Practices. London and New York: Routledge.

Foley, John Miles. 1988. The Theory of Oral Composition: History and

Methodology.Bloomington and Indianapolis: Indiana University

Press.

Page 37: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Iser, Wolgang. 1987. The Act of Reading: A Theory of Aesthetic Response.

Baltimore and London: The Johns Hopkins University Press.

Moes, Diana N. 1990. Fungsi Folklor di dalam Masyarakat Pendukung.

Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Mustopa, Hasan. 1991. Adat istiadat Sunda. Diterjemahkan oleh Maryati

Ssatrawijaya. Bandung: Alumni.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan

Teknik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosidi, Ajip. 2000. Ensiklopedi Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sweeney, Amin. 1987. A Full Hearing: Orality and Literary in the Malay

World. Berkeley-Los Angeles-London: University of California

Press.

Warnaen, S., dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin

dalam Tradisi Lisan dan Sastra Lisan Sunda. Bandung: Proyek

penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda.

Yayasan Kebudayaan rancage. 2001. Pewarisan Budaya di tengah Arus

Globalisasi. Laporan Konferensi Internasional Budaya Sunda.

Bandung: Yayasan Kebudayaan Rancage.

Page 38: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Lampiran Data Folklor Sunda

AKI KENDANG JAYA

Di jaman baheula, aya nini jeung aki-aki. Si aki teh gering. “Nini, geuwat geura pupukan!” “Engke, keur mirun sueneu.” “Nini, geuwat geura pupukan!”

“Engke, keur ngisikan.” “Nini, geuwat geura pupukan!”

“Engke, keur nyangu.” “Nini, geuwat geura pupukan!” “engke, keur masak.” Geus sababaraha kali teu didenge ku nini-nini teh. Si aki-aki teh

ambekeun. Si aki teh kabur ka leuweung, mamawa karanjang, ngajingjing

bengkong. Si nini teh neangan. “Nu keur babad… nu keur babad… teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong. Deudeuh teuing, teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur macul.” “Nu keur macul….nu keur macul…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong. Deudeuh teuing teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur ngored.” “Nu keur ngored….nu keur ngored…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong. Deudeuh teuing teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur ngaseuk.” “Nu keur ngaseuk….nu keur ngaseuk…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong. Deudeuh teuing teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur mangkek.” “Nu keur mangkek….nu keur mangkek…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong. Deudeuh teuing teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur ngageugeus.”

Page 39: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

“Nu keur ngageugeus….nu keur ngageugeus…. Teu manggihan Aki Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong. Deudeuh teuing teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur ngasah.” “Nu keur ngasah….nu keur ngasah…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong. Deudeuh teuing teu dipupukan.”

Sabaraha kali teu ditembalan. Si nini teh ngadeukeutan. Terus dikadek si nini-nini teh ku aki-aki. Aki-aki teh padahal Aki Kendang Jaya.

Terjemahan Aki Kendang Jaya

AKI KENDANG JAYA Pada jaman dahulu ada seorang nenek dan seorang kakek. Si jajej sakit. “Nek, cepat pijati saya!” Nanti, sedang menyalakan api.” “Nek, cepat pijati saya!”

“Nanti, sedang mencuci beras.” “Nek, cepat pijati saya!” “Nanti, sedang menanak nasi.” “Nek, cepat pijati saya!” “Nanti, sedang memasak.” Sudah beberapa kali memanggilnya, tetapi si nenek membiarkannya saja. Si kakek jadi marah. Si kakek kabur ke hutan membawa keranjang dan menjinjing golok. Si nenek kemudian mencarinya. “Wahai yang sedang membabad…. yang sedang membabad… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.” Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang mencangkul.” “Wahai yang sedang mencangkul…. yang sedang mencangkul… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.”

Page 40: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang menyiangi.” “Wahai yang sedang menyiangi... yang sedang menyiangi… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.” Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang menyemai benih.” “Wahai yang sedang menanam benih…. yang sedang menanam benih… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.” Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang mengikat padi.” “Wahai yang sedang mengikat padi…. yang sedang mengikat padi… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.” Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang menyatukan ikata padi.” “Wahai yang sedang menyatukan ikatan padi…. yang sedang menyatukan ikatan padi… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.” “Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang mengasah.” “Wahai yang sedang mengasah…. yang sedang mengasah… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.” Beberapa kali si nenek bertanya tetapi tidak dijawabnya. Kemudian ia mendekatinya. Si nenek dibacok si kakek. Ternyata kakek tersebut adalah Aki Kendang Jaya

Page 41: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

SI JAKA

Kacaritakeun aya hiji kolot boga anak dua, lalaki kabeh. Si kolotna teh tuluy neangan manuk titiran anu jangjangna emas, pamatukna inten. Lamun anu meunang manuk titiran, jangjangna emas, pamatukna inten dek dikawinkeun ka putri anak raja. Nya, budak teh indit neangan manuk titiran eta. Anu saurang ngaler, nu saurang ngidul. Ari nu cikal mah teu kacaritakeun. Kacaritakeun nu bungsu. Manehna papanggih jeung hiji jalma di jalan. Si budak teh papakeanana geus darekil da geus leuleuweungan neangan manuk titiran anu jangjangna emas, pamatukna inten. “kuring mah rek saleumpang-leumpangna we ka mana nepina.” “arek ngaliwat ka dieu? Kade ulah anu ngenca! Nu katuhu! Anu ngenca mah ulah disorang, bahaya!” Kitu beja ceuk nu di jalan teh. “ah, wios abdi mah bade ku naon ku naon ge, tos pasrah da jalma sangsara kieu.” Nya, ngaliwatalan nu ngenca. “Nya, atuh ari keukeuh mah rek jalan ngenca. Lamun aya itu-ieu kudu gancang nyebut „Ibu‟!” “Mangga.” Barang nepi kana tangkal kiara anu caneom, si budak teh jol gapruk we ti luhur dirawu kukelong. Barang kitu teh inget kana papatah tadi, kudu gancang nyebut ibu. “Aduh, Ibu... nuhun teuing abdi teh keur sangsara, keur balangsak. Hirup kadungsang-dungsang. Untung ditulungan ku Ibu. Ibu haat ka abdi, nulungan ka abdi.” Teu tulus ku kelong dihakanna teh da disebut Ibu; kalahka dipikanyaah. Ditanya ku kelong teh pamaksudan. “Abdi teh bade neangan manuk titiran anu jangjangna emas, pamatukna inten. Lamun saha-saha nu meunang jangjang emas, pamatukna inten, erek dikawinkeun ka putri anakna raja.” “Aduh, beurat ieu mah, manuk titiran jangjangna emas pamatukna inten teh!” ceuk si ratu kelong teh. “Ayeuna ge meuntas lautan; lain deukeut-deukeut. Nya, moal burung dibelaan ku Ibu. Ka mana wae ge, keun bae jeung Ibu. Hayu urang teangan!” Gancangna carita, dianteurkeun jeung si Jaka ka sabrang, neangan manuk tikukur. “Sok, naek kana tonggong Ibu! Peureum!” Hiber we si Jaka teh dibawa ku kelong ka tempat namuk titiran. Barang nepi ka ditu, meunang manuk titiran. Dianteurkeun deui ka tempat kiara basa manehna dirawu kelong.

Page 42: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

“Ayeuna geus nepi ka waktuna, Ujang papisah wae jeung Ibu. Manuk titiran geus beunang ku Ujang. Wayahna wae papisah jeung Ibu, beurat-beurat ge embung papisah.” “Euh, Ibu... sonona mah abdi teh nataku. Alim papisah jeung Ibu teh. Sakitu belana; gede kanyaah ka abdi. Raja butuheun manuk titiran da disaembarakeun tos teu aya nu sanggup meunang. Kenging soteh da ditulungan ku Ibu. Da tugas abdi, kedah dipasrahkeun.” “Ngan kade ujang, lamun aya ririwit, papait, aya bancang pakewuh di jalan, sambat wae Ibu tilu kali. Engke ge geus nyambat Ibu mah moal nanaon. Salamet!” Kacaritakeun budak teh balik. Di jalan papanggih jeung lanceukna. Lanceukna mah teu hasil ngala manuk teh. Nya, da sirik adina meunang manuk, rek dikawin ku anak raja, adina teh dipaehan we di jalan ku lanceukna teh. Dikubur dijero-jero, diaru ku batu da sieun kapangiheun. Caritana balik we si lanceukna mah mawa manuk meunang ngarebut. Di jero kubur adina nyambat ratu kelong. “Duh, Ibu... tulungan abdi! Abdi teh mendak kasangsaraan.” Bray we batu teh langsung haliber. Manehna ge kabawa hiber. Budak teh cageur ngan bajuna we rangsak. Tunda lalampahan adina. Ayeuna nyaritakeun lanceukna. Caritana geus nepi ka kolotna, mawa manuk titiran. “Aduh, geuning si Ujang geus datang.” “Enya, Bapa. Ieu hasil.” “Nya, mana adi maneh?” “Ah, duka da teu papanggih. Da papisah ti barang indit ge jeung abdi mah.” “Engke heula! Bapa mah moal waka rusuh nganteurkeun bisi enya oge si Ujang geus mawa sabab can datang nu saurang.” “Ah, Bapa... pan jangjina ge kitu. Kuring mah lamun geus meunang manuk titiran rek kawin jeung anak raja. Ayeuna mah ah rek ka ditu, rek mikeun manuk.” Budak teh keukeuh maksa. Caritana indit ka raja bari nyetorkeun titiran. Barang geus pesta rek kawinan, jebul adina pandeuri datang. Manehna nyaritakeun yen eta manuk titiran milik manehna nu direbut ku lanceukna nepi ka manehna dipaehan di jalan, ngan aya nu nulungan. Keur mah putri teh teu pati bogoheun ka lanceukna mah; hayangna mah ka adina. Lanceukna mah ku bapana dipaehan da tadina maehan adina. Terus adina mah kawin jeung anak raja.

Page 43: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Terjemahan Si Jaka

SI JAKA

Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai dua orang putra. Orang tua anak tersebut mencari burung perkutut yang bersayap emas berparuh intan. Siapa saja yang mendapatkan burung tersebut akan dinikahkan kepada putri raja. Kemudian anaknya mecari burung perkutut itu. Salah seorang anaknya pergi ke arah utara dan yang lainnya ke arah selatan. Mengenai perjalanan kakaknya tidak diceritakan. Tersebutlah si bungsu.ia bertemu dengan seseorang di jalan. Ia berpakaian kumal karena sudah berkeliaran di hutan, mencari burung perkutut yang bersayap emas dan berparuh intan. “Saya ini berjalan tak tentu arah. Ke mana saja sampainya.” “Akan melalui jalan mana? Awas jangana memilih jalan kiri! Pilih saja jalan kanan! Jangana menggunakan jalan kiri sebab berbahaya!” demikianlah kata orang yang berada di jalan. “Ah, biarlah akan terjadi apapun terhadapku.saya sudah pasrah sebab saya sudah sengsara begini.” Akhirnya ia melewati jalan kiri. “Ya, kalau tetap akan menggunakan jalan kiri, jika terjadi apa-apa harus segera menyebut „Ibu‟!” “Baiklah.” Setibanya dipohon kiara yang rindang, tiba-tiba anak itu disambar dari atas oleh kelong. Tetapi ia cepat ingat akan nasihat tadi; harus menyebut „Ibu‟. “Aduh, Ibu... terima kasih selaki. Saya ini sedang merana. Hidup terlunta-lunta. Untunglah Ibu menolongku. Ibu peduli terhadap saya, menolongku.” Kelong tidak jadi memakannya karena dipanggil ibu. Anak itu malah disayanginya. Si kelong menanyakan maksud anak itu. “aduh... burung bersayap emas dan berparuh intan itu sukar diperolehnya!‟ kata si ratu kelong, “tempatnya ada di seberang lautan; tempat yang cukup jauh. Tetapi akan Ibu usahakan. Ke mana pun, biarlah bersama Ibu. Mari kita cari. Singkat cerita, ratu kelong mengantarkan si Jaka ke seberang lautan mencari burung perkutut. “Ayo, naiklah ke punggung Ibu! Pejamkan matamu!” Si Jaka dibawanya terbang ke tempat burung perkutut. Sesampainya di sana, mereka pun mendpatkannya. Si Jaka

Page 44: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

diantarkannya lagi ke tempat pohon kiara, tempat ketika ia disambar kelong. “Sekarang sudah tiba waktunya kamu berpisah dengan Ibu. Kamu sudah mendapatkan burung perkutut itu. Relakan berpisah dengan Ibu walau berat hati.” “Oh, Ibu... saya akan sangat merindukanmu. Memang, saya tidak ingin berpisah dengan Ibu. Ibu rela berkorban dan besar kasihnya kepadaku. Tetapi raja memerlukan burung perkutut sampai membuat sayembara dan tak seorang pun yang memenangkannya. Saya mndapatkannya berkat bantuan Ibu. Kini menjadi tugasku untuk menyerahkannya.” “Tetapi ingatlah, nak... jika kamu menghadapi hambatan dan gangguan di jalan, panggil saja Ibu sebanyak tiga kali. Setelah memanggil Ibu, tidak akan terjadi apa-apa. Selamat!” Anak tersebut kemudian pulang. Di jalan ia berjumpa dengan kakaknya. Kakaknya tidak berhasil memperoleh burung yang dimaksud. Karena merasa iri kepada adiknya yang meperoleh burung dan tentunya akan dinikahi anak raja, adiknya dibunuhnya di jalan. Kemudian dikuburnya di tanah yang dalam; ditutupi dengan batu karena takut mudah ditemukan orang. Kemudian kakaknya pulang smabil membawa burung yang direbut dari adiknya. Di dalam kubur adiknya memanggil ratu kelong. “Oh, Ibu... tolonglah saya! Saya mendapat musibah.” Tiba-tiba batu beterbangan. Ia pun terbawa terbang. Naka tersebut sehat kembali tetapi bajunya rombeng. Ditunda kisah adiknya. Sekarang diceritakan kakaknya. Ia sudah tiba di rumah orang tuanya sambil membawa burung perkutut. “Wah... ternyata anakku sudah datanf.” “Ya, pak. Ini hasilnya.” “Mana adikmu?” “Ah, tak tahulah karena saya tidak bertemu dengannya. Sejak beragkat, saya berpisah dengannya.” “Nanti dulu! Bapa tidak akan tergesa-gesa mengantarkannya walaupun kamu sudah mendapatkannya sebab belum datang adikmu.” “Ah, Bapa... bukankah janjinya begitu. Jika saya sudah mendapatkan burung perkutut, saya akan menikahi putri raja. Sekarang saya akan pergi ke sana untuk menyerahkan burung itu.” Anaknya terus memaksa. Akhirnya ia pegi juga ke raja sambl menyerahkan burung perkutut. Ketika pesta perkawinan sudah dimulai, muncullah adiknya yang datang belakangan. Ia menceritakan bahwa burung tersebut adalah miliknya yang direbut kakaknya sampai ia dibunuh di jalan tetapi ada yang menolongnya.

Page 45: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Putri raja menginginkan adiknya apalai karena ia kurang begitu senang terhadap kakaknya. Kakaknya dibunuh oleh ayahnya karena sebelumnya telah membunuh adiknya. Kemudian adiknya menikahlah dengan putri raja.

Page 46: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Lampiran Data Folklor Rusia

Сивка-бурка

Жил-был старик, у него было три сына. Старшие занимались хозяйством, были тороваты и щеголеваты, а младший Иван-дурак был так себе – любил в лес ходить по грибы, а дома все больше на печи сидел.

Пришло время старику умирать, вот он и наказывает сыновьям: - Когда помру, вы три ночи подряд ходите ко мне на могилу,

приносите мне хлеба.

Старика этого схоронили. Приходит ночь, надо большому брату идти на могилу, а ему не то лень, не то боится, он и говорит младшему брату:

- Ваня, замени меня в эту ночь, сходи к отцу на могилу. Я тебе пряник куплю.

Иван согласился, взял хлеба, пошел к отцу на могилу. Сел, дожидается. В полночь земля расступилась, отец поднимается из могилы и говорит:

- Кто тут? Ты ли, мой большии сын? Скажи, что делается на Руси: собаки ли лают, волки ли воют, или чадо мое плачет?

Иван отвечает: - Это я, твой сын. А на Руси все спокойно. Отец наелся хлеба и лег в могилу. А Иван нравился домой,

дорогой набрал грибов. Приходит - старший сын его спрашивает: - Видел отца? - Видел. - Ел он хлеб? - Ел. До сыта наелся. Настала второй ночь. Надо идти среднему брату, а ему не то

лень, не то боится, он и говорит: - Ваня, сходи за меня к отцу. Я тебе лапти сплету. - Ладно. Взял Иван хлеба, пошел к отцу на могилу. Сел, дожидается. В

полночь земля расступилась, отец поднимается и спрашивает: - Кто тут? Ты ли, мой средний сын? Скажи, что делается на

Руси: собаки ли лают, волки ли воют, или чадо мое плачет? Иван отвечает: - Это я, твой сын. А на Руси все спокойно. Отец наелся хлеба и лег в могилу. А Иван пошел домой,

дорогой опять набрал грибов. Средний брат его спрашивает: - Отец ел хлеб? - Ел. До сыта наелся.

Page 47: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

На третью ночь настала очередь идти Ивану. Он говорит братьям:

- Я две ночи ходил. Ступайте теперь вы к отцу на могилу, а я отдохну.

Братья ему отвечают: - Что ты, Ваня, тебе стало там знакомо, иди лучше ты. - Ну ладно. Иван взял хлеба, пошел. В полночь земля расступается, отец

поднялся из могилы: - Кто тут? Ты ли, мой младший сын Ваня? Скажи, что делается

на Руси: собаки ли лают, волки ли воют, или чадо мое плачет? Иван отвечает: - Здесь твой сын Ваня. А на Руси все спокойно. Отец наелся хлеба и говорит ему: - Один ты исполнил мой наказ, не побоялся три ночи ходить ко

мне на могилу. Выдь в чистое поле и крикни: < Сивка-бурка, вещая каурка, стань передо мной, как лист перед травой! > Конь к тебе привежит, ты залезь ему в правое ухо, а вылезь в левое. Станешь куда какой молодец. Садись на коня и поезжай.

Иван взял узду. Поблагодарил отца и пошел домой, дорогой опять набрал грибов. Дома братья его спрашивают: - Видел отца? - Видел. - Ел он хлеб? - Отец наелся до сыта и больше не велел приходить. В это время царь кликнул клич всем добрым молодцам,

холостым, неженатым, съезжаться на царский двор. Дочь его, Несравненная Красота, велела построить себе терем о двенадцати столбах, о двенадцати венцах. В этом тереме она сядет на самый верх и будет ждать, кто было с одного лошадиного скока доскочил до нее и поцеловал в губы. За такого наездника, какого бы роду он ни был, царь отдаст в жены свою дочь. Несравненную Красоту, и полцарства в придачу.

Услышали об этом Ивановы братья и говорят между собой: - Давай попытаем счастья. Вот они добрых коней овсом накормили, выводили, сами

оделись чисто, кудри расчесали. А Иван сидит на печи за трубой и говорит им:

- Братья, возьмите меня с собой счастья попытать! - Дурак, запечина! Ступай лучше в лес за грибами, нечего

людей смешить. Братья сели на добрых коней, шапки заломили, свистнули, гикнули – только пыль столбом. А Иван взял узду и пошел в чистое поле. Вышел в чистое поле и крикнул, как отец его учил:

- Сивка-бурка, вещая каурка, стань передо мной, как лист перед травой!

Page 48: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Откуда ни возьмись конь бежит, земля дрожит, из ноздрей пламя пышет, из ушей дым столбом валит. Стал как вкопанный и спрашивает:

- Чего велишь? Иван коня погладил, взнуздал, влез ему в правое ухо, а в левое

вылез и сделался таким молодцом, что ни вздумать, ни взгадать, ни пером написать. Сел на коня и поехал на царский двор. Сивка-бурка бежит, земля дрожит, горы-долы хвостом застилает, пни-колоды промеж ног пускает.

Приезжаеть Иван на царский двор, а там народу видимо-невидимо. В высоком тереме о двенадцати столбах, о двенадцати венцах на самом верху в окошке сидит царевна Несравненная Красота.

Царь вышел на крыльцо и говорит: - Кто из вас, молоды, с разлету на коне доскочит до окошка да

поцелует мою дочь в губы, за того отдам ее замуж и полцарства в придачу.

Тогда добрые молодцы начали скакать. Куда там – высоко не достать!

Попытались Ивановы братья, до середины не доскочили. Дошла очередь до Ивана.

Он разогнал Сивку-бурку, гикнул, ахнул, скакнул – двух венцов только не достал. Взвился опять, разлетелся в другой раз – одного венца не достал. Еще завертелся, закружился, разгорячил коня и дал рыскача – как огонь, пролетел мимо окошка, поцеловал царевну Несравненную Красоту в сахарные уста, а царевна ударила его кольцом в лоб, приложила печать.

Тут весь народ закричал: - Держи, держи его! А его и след простыл. Прискакал Иван в чистое поле, влез Сивке-бурке в левое ухо, а

из правого вылез и сделался опять Иваном- Дураком. Коня пустил, а сам пошел домой, по дороге набрал грибов. Обвязал лоб тряпицей, залез на печь и полеживает.

Приезжают его братья, рассказывают, где были и что видели. - Были хороши молоды, а один лучше всех - с разлету на коне

царевну в уста поцеловал. Видели, откуда приехал, а не видели, куда уехал.

Иван сидит за трубой и говорит: - Да не я ли это был? Братья на него рассердились: - Дурак – дурацкое и орет! Сиди на печи да ешь свои грибы. Иван потихоньку развязал тряпицу на лбу, где его царевна

кольцом ударила, - избу огном осветило. Братья испугались, закричали:

- Что ты, дурак, делаешь? Избу сожжешь!

Page 49: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

На другой день царь зовет к себе на пир всех бояр и князей и простых людей, и богатых и нищих, и старых и малых.

Ивановы братья стали собираться к царю на пир. Иван им говорит:

- Возьмите меня с собой! - Куда тебе, дураку, людей смешить! Сиди на печи да ешь свои

грибы. Братья сели на добрых коней и поехали, а Иван пошел пешком.

Приходит к царю на пир и сел в дальний угол. Царевна Несравненная Красота начала гостей обходить. Подносит чашу с медом и смотрит, у кого на лбу печать.

Обошла она всех гостей, подходить к Ивану, и у самой сердце так и защемило. Взглянула на него – он весь в саже, волосы дыбом.

Царевна Несравненная Красота стал его спрашивать: - Чей ты? Откуда? Для чего лоб завязал? - Ушибся. Царевна его лоб развязала – вдруг свет по всему дворцу. Она

и вскрикнула: - Это моя печать! Вот где мой суженый! Царь подходит и говорит: - Какой это суженый! Он дурной, весь в саже. Иван говорит царю: - Дозволь мне умыться. Царь дозволи. Иван вышел на двор и крикнул, как отец его

учил: - Сивка-бурка, вещая каурка, стань передо мной, как лист перед

травой! Откуда ни возьмись конь бежит, земля дрожит, из ноздрей

пламя пышет, из ушей дым столбом валит. Иван ему в правое ухо влез, из левого вылез и сделался таким

молодцом, что ни вздумать, ни взгадать, ни пером написать. Весь народ так и ахнул.

Разговоры тут были коротки: веселым пирком да за свадебку.

Page 50: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Terjemahan Сивка-бурка

SIVKA-BURKA

Hiduplah seorang lelaki tua yang punya tiga anak laki-laki. Dua anak tertua menjadi pedagang dan perlente, sedangkan anak bungsunya, si bodoh Ivan, hidup seadanya. Ia suka pergi ke hutan mengumpulkan jamur, dan di rumah ia selalu duduk di dapur dekat tungku. Tiba waktunya si tua itu wafat. Sebelumnya ia berpesan pada anak-anaknya: “Bila aku mati, selama tiga malam kalian harus bergiliran datang ke makamku dan membawakan roti untukku.” Begitulah, orang tua itu telah dikuburkan. Malam tiba. Anak yang tertua harusnya pergi ke kuburan, tapi dia entah malas entah takut, berkata pada adik bungsunya: “Ivan, gantikan aku malam ini, datanglah ke makam ayah, nanti akan kubelikan kamu kue jahe.” Ivan setuju. Ia membawa roti, lalu peri ke makam ayahnya. Ia duduk dan menunggu. Tengah malam tanah kuburan bergerak, terbuka, ayahnya bangkit dari kubur dan berkata: “Siapa itu? Kamukah anak pertamaku? Ceritakanlah, apa yang terjadi di Rus: apakah anjing-anjing menggonggong? Serigala melolong? Atau bayi-bayi menangis?” Ivan menjawab: “Ini aku, anakmu. Di Rus semuanya baik-baik saja.” Ayahnya memakan habis roti dan kembali berbaring di kuburnya. Ivan kembali ke rumah. Di sepanjang jalan ia mengumpulkan jamur. Kakak tertuanya datang dan bertanya: “Kamu bertemu ayah?” “Ya.” “Rotinya dia makan?” “Ya. Dimakan habis sampai kenyang.” Tiba malam kedua. Yang harus pergi anak kedua, tapi dia entah malas entah takut berkata: “Ivan, pergilah menggantikan aku ke makam ayah. Nanti aku akan memberimu peralatan kasti.” “Baiklah.” Ivan mengambil roti, lalu pergi ke makam ayahnya. Ia duduk, menunggu. Tengah malam tanah bergerak, terbuka, ayahnya bangkit dan bertanya:

Page 51: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

“Siapa itu? Kamukah anak keduaku? Ceritakanlah, apa yang terjadi di Rus: apakah anjing-anjing menggonggong? Serigala melolong? Atau bayi-bayi menangis?” Ivan menjawab: “Ini aku, anakmu. Di Rus semuanya baik-baik saja.” Ayahnya memakan roti sampai habis dan kembali berbaring di kuburnya. Ivan pulang ke rumah dan di sepanjang jalan ia mengumpulkan jamur. Kakak keduanya bertanya: “Ayah memakan rotinya?” “Ya. Dimakan habis sampai kenyang.” Malam ketiga tiba giliran Ivan yang harus pergi. Ia berkata pada kakak-kakaknya: “Sudah dua malam aku pergi. Sekarang kalianlah yang pergi ke makam ayah, aku akan istirahat.” Kakak-kakaknya menjawab: “Bagaimana kamu ini Ivan, kamu sudah tahu keadaan di sana, sebaiknya kamu sendirilah yang pergi.” “Ya, baiklah.” Ivan mengambil roti, lalu pergi. Tengah malam tanah kuburan bergerak, terbuka. Ayahnya bangkit dari kubur: “Siapa itu? Kamukah Ivan, anak bungsuku?” Ceritakanlah, apa yang terjadi di Rus: apakah anjing-anjing menggonggong? Serigala melolong? Atau bayi-bayi menangis?” Ivan menjawab: “Ini aku, anakmu, Ivan. Di Rus semuanya baik-baik saja.” Ayahnya memakan roti sampai habis dan berkata: “Hanya kamu yang memenuhi amanatku, kamu tidak takut selama tiga malam datang ke makamku. Jika kamu ke lapangan yang kosong, berserulah „Sivka-burka, berdirilah di hadapanku seperti daun di hadapan rumput!‟, akan datang seekor kuda menghampirimu, mendekatlah ke telinga kanan kuda itu, lalu ke telinga kirinya. Kamu akan menjadi seorang yang gagah berani. Duduklah di atas kuda itu dan pergilah.” Ivan mengambil tali kekang, berterima kasih pada ayahnya, dan pulang ke rumah sambil mengumpulkan jamur di sepanjang jalan. Di rumah kakak-kakaknya bertanya: “Kamu bertemu ayah?” “Bertemu.” “Dia memakan rotinya?” “Ayah memakannya habis sampai kenyang dan tidak menyuruh kita datang lagi.” Pada saat itu tsar menyerukan pada semua pemuda pemberani yang masih bujangan untuk datang ke istana. Anak gadisnya,

Page 52: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Nesravnennaya Krasota (Kecantikan Yang Tak Ada Bandingannya), memerintahkan untuk membuat tempat seperti seperti sangkar di menara dengan duabelas susun tonggak kayu dan duabelas susun batang kayu. Di dalam menara itu ia akan duduk dan menunggu orang yang bisa meraihnya dan mencium bibirnya sambil menunggangi kuda. Hadiahnya – Nesravnennaya Krasota dan setengah kerajaan. Saudara-saudara Ivan mendengar itu dan berkata: “Ayo kita coba keberuntungan.” Begitulah, mereka memberi makan kuda-kuda terbaik mereka dengan havermouth dan memberinya minum. Mereka sendiri berpakaian bagus dan menyisir rapi rambut mereka, sedangkan Ivan duduk di dapur dekat tungku, menghisap pipa, dan berkata pada kakaknya: “Kak, ajaklah aku untuk mencoba keberuntungan!” “Orang bodoh tidak dibolehkan! Lebih baik kamu pergi ke hutan mengumpulkan jamur, tak ada yang akan menertawakanmu.” Kakak-kakaknya duduk di atas kuda, mengenakan topi, bersiul, bersuit, lalu – tinggal debu yang tertinggal. Ivan mengambil tali kekang dan pergi ke lapangan kosong. Ia berseru seperti yang diajarkan ayahnya: “Sivka-burka, berdirilah di hadapanku seperti daun di hadapan rumput!” Dari suatu tempat datanglah seekor kuda, tanah bergetar, dari lubang hidung dan telinganya keluar uap panas. Dia berdiri tegak dan bertanya: “Apa yang anda perintahkan?” Ivan memandang kuda itu, memasangkan tali kekang, dan mendekat ke telinga kanannya, lalu ke telinga kirinya, dan …dia berubah menjadi seorang yang gagah berani yang sebelumnya tak terpikirkan, tak terduga, dan tak terlukiskan. Ia duduk di atas kuda dan pergi ke istana tsar. Sivka-burka berlari, tanah bergetar, bukit-bukit tampak seperti ekor, bagian bawah sepatu di antara kaki seperti akan lepas. Ivan tiba di istana tsar, di sana banyak sekali orang. Di menara yang tinggi dengan duabelas susun tonggak kayu dan duabelas susun batang kayu duduk putri Nesravnennaya Krasota. Tsar keluar ke balkon dan berkata: “Siapa di antara kalian, para pemberani, dengan menunggang kuda bisa sampai di atas menara dan mencium bibir putriku, dialah yang akan menjadi suaminya dan mendapatkan setengah kerajaanku.” Para pemuda pemberani mulai menunggang kuda, ke tempat yang tinggi, tapi tidak berhasil! Kakak-kakak Ivan ikut mencoba, sampai setengah jalan pun mereka tidak berhasil. Tiba giliran Ivan.

Page 53: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Ia mempercepat Sivka-burka, bersuit, berseru, melompat – tinggal melewati dua susun batang kayu. Mencoba lagi, kali ini tinggal mencapai satu susun lagi. Dia berputar lagi, berkeliling, menyemangati kudanya, mencari celah, lalu melesat ke dekat tingkap menara dan mencium putri Nesravnennaya Krasota di bibirnya yang manis. Tapi, sang putri dengan cincin di jari menampar dahinya, dan meninggalkan bekas. Di bawah orang-orang berteriak: “Tahan, tahan dia!” Tapi Ivan terus pergi menghilang. Ivan pergi ke lapangan kosong, ia naik lewat sisi kanan Sivka-burka, dan turun lewat sisi kiri, dan ia kembali menjadi si bodoh Ivan. Kuda menghilang, dan ia sendiri pulang ke rumah sambil mengumpulkan jamur di sepanjang jalan. Ia membalut dahinya dengan kain, berbaring-baring di dapur dekat tungku. Kakak-kakaknya datang dan menceritakan apa yang telah mereka lihat. “Ada banyak pemberani yang baik, tapi satu yang paling baik dari semuanya – dengan menunggang kuda dia bisa mencium sang putri. Semua melihat dari mana dia datang, tapi tak ada yang melihat kemana dia pergi.” Ivan duduk sambil menghisap pipa dan berkata: “Bukankah orang itu aku?” Kakak-kakaknya marah: “Bodoh, tak tahu malu! Duduklah di dapur dekat tungku dan makanlah jamur-jamurmu!” Diam-diam Ivan membuka kain balutan di dahinya, dimana cincin sang putri telah meninggalkan bekas, lalu ia menyalakan api di dalam pondok. Kakak-kakaknya kaget dan berteriak: “Apa yang kamu lakukan, bodoh? Kamu akan membuat rumah kebakaran!” Esok harinya tsar mengundang semua bangsawan, tuan tanah, dan rakyat biasa yang kaya maupun yang miskin, yang tua dan yang muda, ke pesta besar. Kakak-kakak Ivan bersiap-siap menghadiri pesta itu. Ivan berkata pada mereka: “Ajaklah aku bersama kalian!” “Kemana pun kamu pergi, hai bodoh, orang-orang akan menertawakanmu! Duduklah di dapur dekat tungku dan makanlah jamur-jamurmu.” Kakak-kakaknya duduk di atas kuda terbaik mereka dan pergi, sedangkan Ivan berjalan kaki. Ia datang ke pesta tsar dan duduk di pojok yang jauh. Putri Nesravnennaya Krasota mulai berkeliling mendekati para tamu. Ia membawa cawan berisi madu dan mencari

Page 54: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

siapa yang dahinya mempunyai tanda cincin bekas pukulannya. Ia mengitari para tamu, lalu mendekati Ivan, hatinya begitu berdebar. Ia memandang Ivan. Ivan, yang wajahnya hitam karena jelaga, berdiri bulu romanya. Putri Nesravnennaya Krasota mulai bertanya: “Siapa kamu? Darimana kamu? Mengapa dahimu dibalut?” “Terbentur.”

Sang putri membuka balutan di dahi Ivan – tiba-tiba seluruh istana menjadi ramai. Putri berseru: “Ini tanda yang kubuat! Inilah calon suamiku!” Tsar mendekati dan berkata: “Calon suami apa! Dia orang bodoh, hitam penuh jelaga!” Ivan berkata pada tsar: “Izinkan saya untuk membersihkan diri.” Tsar mengizinkannya. Ivan keluar dari istana dan berseru seperti yang diajarkan ayahnya: “Sivka-burka, berdirilah di hadapanku seperti daun di hadapan rumput!” Dari suatu tempat datanglah seekor kuda, tanah bergetar, dari lubang hidung dan telinganya keluar uap panas. Ivan mendekat ke telinga kanan kuda, lalu ke telinga kirinya, dan kembali ia menjadi seorang yang gagah berani yang tak terpikirkan, tak terduga, tak terlukiskan. Orang-orang takjub. Pendek cerita, diadakanlah pesta besar pernikahan.

Page 55: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Гуси-лебеди

Жили мужик да баба. У них была дочка да сынок маленький. - Доченька,- говорила мать, - мы поидем на работу, береги

брата! Не ходи со двора, будь умницей – мы купим тебе платочек. Отец с матерью ушли, а дочка позабыла, что ей приказывали:

посадила братца на травке под окошко, сама побежала на улицу, заигралась, загуляла. Налетели гуси-лебеди, подхватили мальчика, унесли на крыльях.

Вернулась девочка, глядь – братца нету! Ахнула, кинулась туда – сюда – нету! Она его кликала, слезами заливалась, причитывала, что чудо будет от отца с матерью, братец не откликнулся.

Выбежала она в чистое поле и только видела: метнулась вдалеке гуси-лебеди и пропала за темным лесом. Тут она догадалась, что они унесли ее братца: про гусей-лебедей давно шла дурнала слава – что они они пошаливали, маленьких детей уносили.

Бростлась девочка догонять их. Бежала, бежала, увидела – стоит печь.

Печка, печка, скажи, куда гуси-лебеди полетели? Печка ей отвечает: - Съешь моего ржаного пирожка – скажу. - стану я ржанной пирог есть! У моего батюшки и пшеничные

не едятся... Печка ей не скажала. Побежала девочка дальше – стоит

яблоня. - Яблоня, яблоня, скажи, куда гуси-лебеди полетели? - Поешь моего лесного яблочка – скажу. - У моего батюшки и садовые не едятся... Яблоня ей не

сказала. Побежала девочка дальше. Течет молочная река в кисельных берегах.

- Молочная река, кисельные берега, куда гуси-лебеди полетели?

- Поешь моего простого киселька с молочком – скажу. - - У моего батюшки и сливочки не едятся... Долго она бегала по

полям, по лесам. День клонился к вечеру, делать нечего – надо идти домой. Вдруг видит – стоит избушка на курней ножке, об одной окошке, кругом себя поворачивается.

В избушка старая баба – яда прядет кудель. А на лавочке сидит братец, играет серебяными яблочками. Девочка вошла в избушку:

- Здравствуй, бабушка! - Здравствуй, девица! Зачем на глаза явилась? - Я по мхам, по болотам ходила, платье измочила, пришла

погреться.

Page 56: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

- Садись покуда кудель прясть. Баба-яга дала ей веретено, а сама ушла. Девочка прядет – вдруг из-под печки выбегает мышка и говорит ей:

- Девица, девица, дай мне кашки, я тебе добренькое скажу. Девочка дала ей кашки, мышка ей сказала: - Баба-яга пошла баню топить. Она тебя вымоет выпарит, в

печь посадит, зажарит и съест, сама на твоих костях покатается. Девочка сидит ни жива ни мертва, плачет, а мышка ей опять: - Не дожидайся, бери братца, беги, а я за тебя кудель попряду. Девочка взяла братца и побежала. А Баба-яга подойдет к

окошку и спрашивает: - Девица, попрядешь ли? Мышка ей отвечает: - Пряду, бабушка... Баба-яга баню вытопила и пошла за

девочкой. А в избушке нет никого. Баба-яга закричала: - Гуси-лебеди! Летите в погоню! Сестра братца унесла!.. Сестра с братцем добежала до молочной реки. Видит – летят

гуси-лебеди. - Речка, матушка, спрячь меня! - Поешь моего простого киселька. Девочка поела и спасибо сказала. Река укрыла ее под

кисельным бережком. Гуси-лебеди не увидали, пролетели мимо. Девочка с братцем

опять побежали. А гуси-лебеди воротились навестречу, вот – вот увидят. Что делать? Беда! Стоит яблоня...

- Яблоня, матушка, спрячь меня! - Поешь моего лесного яблочка. Девочка поскорее съела и

спасибо сказала. Яблоня ее заслонила ветвями, прикрыла листами.

Гуси-лебеди не увидали, пролетели мимо. Девочка с братцем опять побежала. Бежит, бежит, уж недалеко осталось. Тут гуси-лебеди увидали ее, загоготали – налетают, крыльями бьют, того гляди, братца из рук вырвут. Добежала девочка до печки:

- Печка, матушка, спрячь меня! - Поешь моего ржаного пирожка. Девочка скорее – пирожок в рот, а сама с братцем в печь, села

в устьице. Гуси-лебеди полетали – полетали, покричали – покричали и ни

с чем улетели к бабе-яге. Девочка сказала печи спасибо и вместе с братцем прибежала

домой. А тут и отец с матерью пришли.

Page 57: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

Terjemahan Гуси-лебеди

ANGSA-ANGSA

Hidup sepasang suami istri. Mereka mempunyai seorang anak perempuan dan anak laki-laki kecil. “Putriku,” kata ibunya, “kami akan pergi bekerja, jagalah adikmu! Jangan keluar dari pekarangan, jadilah anak pintar, nanti kamu akan kami belikan baju.” Lalu ayah dan ibunya pergi. Tapi, gadis cilik itu lupa akan pesan orang tuanya: ia mendudukan adiknya di atas rumput di bawah jendela, dan ia sendiri berlari ke jalan, bermain, dan berjalan-jalan. Datang berterbangan angsa-angsa, mencengkeram anak laki-laki itu, dan membawa anak itu di atas sayapnya. Gadis cilik itu kembali, melihat – adiknya tidak ada! Ia berseru, mencari ke sana kemari – tidak ada! Dia memanggil-manggil adiknya, tapi tak ada balasan dari adiknya. Air matanya berlinang, menangisi akan mendapatkan hal yang buruk dari ayah dan ibunya. Ia berlari ke ladang, tapi hanya melihat angsa-angsa yang berjalan mondar-mandir di kejauhan dan menghilang ke dalam hutan lebat. Iia menduga bahwa mereka telah membawa adiknya, sudah lama terdengar desas-desus tentang angsa-angsa itu, yang berbuat jahat dan membawa anak-anak kecil. Gadis cilik itu pergi mengejar mereka. Ia berlari, berlari, dan melihat – berdiri sebuah tungku. “Tungku, tungku, katakanlah, kemana angsa-angsa itu terbang?” Tungku menjawab: “Makanlah pastel gandum hitamku, nanti akan kukatakan.” “Aku akan memakan pastel gandum hitammu! Di rumahku pastel terigu tidak dimakan…” Tungku tidak mengatakan apapun pada gadis cilik itu. Gadis cilik itu berlari lagi – berdiri pohon apel. “Pohon apel, pohon apel, katakan, kemana angsa-angsa itu terbang?” “Makanlah buah apel hutanku ini, nanti akan kukatakan.” “Di rumahku buah apel kebun tidak dimakan…” Pohon apel itu tidak mengatakan apa-apa. Gadis cilik itu berlari lagi. Mengalir sungai susu dengan jelai di tepinya. “Sungai susu, tepian jelai, kemana angsa-angsa itu terbang?” “Makanlah jelai dengan susuku ini, nanti akan kukatakan.” “Di rumahku susu asam tidak diminum…” Lama ia berlari-lari di ladang, di hutan. Siang mendekati sore, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia harus pulang ke rumah. Tiba-tiba ia

Page 58: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

melihat ada sebuah pondok, dengan satu jendela, di atas kaki ayam. Ia mengitari pondok itu. Di pondok itu seorang nenek tua, Baba Yaga, sedang memintal rami. Di atas bangku kecil duduk adiknya yang sedang memainkan apel-apel perak. Gadis cilik itu masuk ke pondok: “Hai, nenek!” “Hai, gadis cilik! Mengapa kamu datang kemari?” “Aku berjalan-jalan di rawa, bajuku basah, aku datang untuk menghangatkan diri.” “Duduklah kemari, pintallah rami ini. Baba Yaga akan memberimu alat pemintal, dan aku sendiri akan pergi.” Lalu gadis cilik itu memintal. Tiba-tiba dari bawah tungku keluar seekor tikus dan berkata padanya: “Gadis cilik, gadis cilik, beri aku bubur, aku akan menceritakan sesuatu padamu.” Gadis cilik itu memberinya bubur, dan tikus itu berkata: “Baba Yaga pergi memanaskan air. Dia akan membersihkanmu, mengukusmu, meletakkanmu di atas tungku, memasakmu dan memakanmu, lalu dia sendiri akan memakan habis tulang-tulangmu.” Gadis cilik itu duduk tak bergerak, ia menangis, lalu tikus itu berkata lagi: “Jangan tunggu lagi, bawa adikmu, larilah, aku akan menggantikanmu memintal rami.” Gadis cilik itu membawa adiknya dan berlari. Sementara itu, Baba Yaga mendekat ke tingkap jendela dan bertanya: “Gadis cilik, kamu masih memintalkah?” Tikus menjawab: “Aku masih memintal, nenek…” Baba Yaga selesai memanaskan air dan kembali menemui gadis cilik itu. Tapi, di dalam pondok itu tak ada siapa-siapa. Baba Yaga berteriak: “Angsa-angsa! Kejarlah! Anak gadis itu membawa adiknya!” Gadis cilik dan adiknya berlari sampai sungai susu. Ia melihat angsa-angsa yang terbang. “Wahai sungai, sembunyikan aku!” “Makanlah jelaiku ini.” Gadis itu memakannya dan mengucapkan terima kasih. Sungai menutupinya di bawah tepian jelai. Angsa-angsa itu tidak melihatnya, mereka terbang melewatinya. Gadis cilik dan adiknya berlari lagi. Tapi, angsa-angsa kembali dan melihatnya. Apa yang harus dilakukan? Sial! Berdiri pohon apel… “Wahai pohon apel, sembunyikan aku!” “Makanlah buah apel hutanku ini.” Gadis itu segera memakannya dan mengucapkan terima kasih. Pohon apel lalu melindunginya dengan ranting-ranting dan menutupinya dengan daun-daun. Angsa-angsa tidak melihatnya, mereka terbang melewatinya. Gadis cilik itu kembali berlari. Berlari, berlari, tinggal sedikit lagi. Tapi, angsa-angsa melihatnya, tertawa-

Page 59: FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA: TINJAUAN …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/folklor_lisan_sunda... · persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan

tawa, dan berterbangan di atasnya, mengepak-ngepakkan sayap, melihat, dan hendak merebut adiknya dari tangannya. Gadis cilik itu berlari sampai tungku. “Wahai tungku, sembunyikan aku!” “Makanlah pastel gandum hitamku.” Gadis cilik itu segera memasukkan pastel ke mulutnya, lalu ia sendiri dan adiknya masuk ke tungku dan duduk dekat lubang tungku. Angsa-angsa itu terbang, terbang, berteriak, berteriak, dan terbang kembali pada Baba Yaga tanpa hasil. Gadis cilik itu mengucapkan terima kasih pada tungku dan bersama adiknya lari pulang ke rumah. Lalu ayah dan ibunya datang.