folklor kayori pada masyarakat taa di kabupaten …lib.unnes.ac.id/26482/1/full.pdffolklor kayori...

35
FOLKLOR KAYORI PADA MASYARAKAT TAA DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA ( Identitas Masyarakat, Bentuk, Fungsi, dan Makna) TESIS diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Oleh ABDUL RASYID HASAN 0204513007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Upload: duongthuan

Post on 08-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FOLKLOR KAYORI PADA MASYARAKAT TAA DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

( Identitas Masyarakat, Bentuk, Fungsi, dan Makna)

TESIS

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Oleh

ABDUL RASYID HASAN

0204513007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

i

PENGESAHAN UJIAN TESIS

Tesis dengan judul “Folklor Kayori pada Masyarakat Taa di Kabupaten Tojo Una-Una” (Identitas Masyarakat, Bentuk, Fungsi, dan Makna) karya,

Nama : Abdul Rasyid Hasan

NIM : 0204513007

Program Studi : Pendidikan Seni, S2

Telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana,

Universitas Negeri Semarang pada hari Senin, tanggal 14 Desember 2015

Semarang, 22 Desember 2015

Ketua, Sekretaris, Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. Prof. Dr. Tjetjep Rohendi R, M.A. NIP. 19590301 198511 1 001 NIP. 19480915 197903 1 001 Penguji I, Penguji II, Dr. Wadiyo, M. Si. Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M.Pd. NIP. 19591230 198803 1 001 NIP.19641027 199102 1 001 Penguji III,

Dr. Sunarto, M.Hum. NIP.19691215 199903 1 001

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap

menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, 22 Desember 2015 Yang membuat pernyataan, Abdul Rasyid Hasan NIM. 0204513007

iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN Moto :

“ Seni itu membutuhkan proses penghayatan, latihan, dan kerja keras tidak ada jalan pintas dan sensasi “ (Addie MS) Persembahan: Secara khusus tesis ini saya persembahkan untuk: 1. Pemerintah Daerah Kabupaten Tojo Una-Una; 2. Bapak dan Ibu tercinta (Alm), serta kakak-kakak yang telah membantu baik

secara materi maupun non materi, kiriman doa dan motivasi kepada saya untuk menyelesaikan tulisan ini.

3. Anak-Anakku tercinta (Tyas Diaztira, Rival Cikall Akbar, Si kembar Dandhy Alfatah dan Rachmareza) yang menaruh harapan besar kepada saya.

iv

ABSTRAK Hasan, Abdul Rasyid. 2015. “Folklor Kayori pada Masyarakat Taa di Kabupaten

Tojo Una-Una (Identitas Masyarakat, Bentuk, Fungsi dan Makna. Tesis Program Studi Pendidikan Seni. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dr. Sunarto, M. Hum., Pembimbing II Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M. Pd

Kata kunci : Folklor, Kayori, Identitas, Etnis Taa, Tojo Una-Una

Kayori merupakan ucapan syukuran tahunan pertanian yang masih hidup dan berkembang pada masyarakat Taa di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Kepesatan arus balik budaya global dan sikap apatis generasi muda terhadap kayori mengakibatkan tradisi itu terancam kelestariannya. Fenomena itu salah satu yang melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian tentang folklor kayori. Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan dan memahami folklor kayori dalam kaitannya sebagai identitas masyarakat Taa; (2) mengidentifikasi dan memahami bentuk, fungsi, dan makna folklor kayori pada masyarakat Taa di Kabupaten Tojo Una-Una.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnomusikologi. Metode pengumpulan data adalah pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi, sedangkan teknik pengumpulan data adalah teknik rekam dan simak-catat. Sumber data utama adalah masyarakat Taa yang berdomisili di kelurahan Ampana, Ratolindo, dan desa Pusungi yang terdapat di kecamatan Ampana Kota dan Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-Una yang diwakili empat orang informan kunci.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertunjukkan folklor kayori yang dilaksanakan secara periodik merupakan media penyebaran aspek-aspek moral dan etika kepada masyarakat. Dalam penyajiannya folklor kayori yang merupakan identitas masyarakat setempat berfungsi sebagai alat komunikasi, tradisi, penjaga stabilitas budaya, pengendalian sosial juga bermakna sebagai pelestarian budaya dalam membangun ikatan sosial masyarakat yang kuat. Folklor kayori yang sarat dengan makna edukasi sangat bermanfaat dalam kehidupan serta membuka peluang terhadap pemahaman warisan tradisi masa lalu yang mampu menjawab persoalan kekinian sehari-hari masyarakat Taa.. Folklor kayori merupakan pernyataan pendapat/saran seseorang dan atau kelompok, bertujuan membicarakan kapan serta waktu yang tepat untuk; (1) syukuran panen raya (padungku); (2) menanam/membuka lahan; (3) dan pranikah (peminangan). Dalam aktualisasinya tradisi ini disampaikan secara santun sehingga pesan yang disampaikan mudah dihayati serta dipahami. Uniknya pertunjukkan ini (kayori) secara otomatis dengan sendirinya akan berhenti setelah ada titik temu (kesepakatan). Waktu pelaksanakannya setelah bada Isya (20.00) sampai dengan dini hari atau sebelum tiba waktu sholat shubuh. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber rujukan dalam melakukan penelitian tentang makna estetis tarian dan nyanyian rakyat yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat.

v

ABSTRACT

Hasan, Abdul Rasyid. 2015. Kayori Folklore in the society of Taa at Tojo Una Una Regency (Social Identity, Form, Function, and Mening). Thesis, Study Program of Art Education, Postgraduate Program, Semarang State University. Supervisor Dr. Sunarto, M.Hum., Co-Supervisor Prof. Dr. Totok Sumaryanto, F, M.Pd.

Key words : social identity, folklore, kayori, Taa Ethnic, Tojo Una Una. Nowadays, Kayori Folklore which is the form of cultural inheritage of Taa

society has been coming to its extinction. The negative impact of globalization and social aphatetic of Taa old generation to this trafition causes a gap to this cultural heritage. This researh aims at describing and understanding: (1) Kayori Folklore as Taa society identity; (2) the function, form, and meaning of it for the Taa society in Tojo Una Una Regency.

This researh applies qualitative method with cultural approach. Data is collected through observation and structured interview with the aransement of research schedule in form pd matrix and the uaw of writer documents, and audio, video documents. Data validity is made by triangulation, and it is analyzed by using intetactive mod approach through 3 flow model: (1) data reduction; (2) data display; and (3) drawing con lusion.

The result shows that the performance of Kayori Folkore done periodically becomes a media to disseminate ethic and moral aspects to society It is full of esthetic value which becomes the identity of local society. It is a way to build a strong society . Kayori Folklore is used to discuss about the punctual time to: (1) have harvest celebration (padungku); (2) to open a new field and to plant; and (3) propose a wedding proposal. In fact, this kind of tradition is held through a polite way, so that the messages conveyed could be received and understood easily. It will stop automatically if there has been a solution. The time to hold it is after Isya (8 p.m.) and until morning before Shubuh.

Kayori Folklore is full of meaning which is very useful for social life, especially for understanding about the traditional heritages. The inheritance and cekultural awareness of it must be increased in order to appreciate the local awareness as one way of cultural resistance. It should be long-lasted and increased as a filter towards western cultures which are not appropriate, especially with the culture of Taa society and generally for Tojo Una Una Regency.

vi

PRAKATA

Dengan kerendahan hati dan keiikhlasan yang mendalam penulis

memanjatkan puji syukur ke Hadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan setitik

ilmu bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga dicurahkan-Nya kepada junjungan kita, Nabi besar

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan kita para pengikutnya sampai

akhir zaman nanti.

Ada rasa kebahagiaan dan kelegaan yang penulis rasakan, dan sukar untuk

dilukiskan, ketika penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “Folklor

Kayori pada Masyarakat Taa di Kabupaten Tojo Una-Una (Identitas Masyarakat,

Bentuk, Fungsi, dan Makna)”, Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan

meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni S-2

Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Hanya puji syukur kepada

Illahi Rabbi sebagai puncak pengungkapannya.

Penulis sadar bahwa di dalam penyelesaian tesis ini banyak orang dan

instansi yang terlibat, oleh sebab itu dalam kesempatan ini sudah sepantasnyalah

penulis dengan hati yang tulus ikhlas mengucapkan banyak-banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, sehingga

dapat mewujudkan tesis seperti sekarang ini.

Dengan tidak bermaksud mengadakan pengistimewaan, penulis ingin

mengucapkan terima kasih secara khusus kepada :

vii

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum Rektor Universitas Negeri Semarang,

atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di

Pascasarjana jurusan Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. H. Achmad Slamet, M. Si Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang, atas dukungan kelancaran yang diberikan

penulis dalam menempuh studi.

3. Prof. Dr. Tjejep Rohendi Rohidi, MA Ketua Program Studi Pendidikan Seni

S-2 Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah

memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

4. Dr. Sunarto, M. Hum selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dengan tulus memberikan arahan cara berpikir logis, bimbingan,

berbagai pertanyaan kritis dan saran melalui diskusi yang sangat bermanfaat

dan kontributif dalam penulisan tesis ini.

5. Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M. Pd selaku pembimbing II yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan, mendorong, dan

memberikan masukan yang sangat berharga ide-ide kritisnya, koreksi, dan

komentar-komentar yang diberikan demi percepatan penulisan tesis ini.

6. Dr. Wadiyo, M. Si , yang telah meluangkan waktu dengan tulus memberikan

masukan, kesempatan berkonsultasi, kritik dan saran khususnya dalam aspek

penggunaan metode dan teori yang bermanfaat dan kontributif dalam

penulisan tesis ini.

viii

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Seni S-2 Program

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan

bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

8. Pemerintah Kabupaten Tojo Una-Una dalam hal ini SKPD Badan

Kepegawaian Daerah Kabupaten Tojo Una-Una yang telah memberikan

bantuan finansial berupa pembiayaan tugas belajar sehingga meringankan

beban penulis dalam menyelesaikan studi ini.

9. Bapak Drs. Ramli Panende, M.Si beserta isteri yang telah membukakan jalan

dan memberikan kesempatan penulis untuk mendapatkan beasiswa.

10. Bapak Ir. Munawar Mapu, Bapak Asriman, M. Si, Bapak Tasman Dawe,

S.Pd, Bapak Denan T. Lasima, A. Ma. Pd, Bapak Kamarudin Rengka, Bapak

Kusno Rengka, Ibu Samria Laongi, A.Ma.Pd yang telah memberikan

informasi tentang data lapangan kepada penulis serta Bapak Husen Karno

yang telah memberikan kontribusi berupa kiriman CD/ video kayori.

11. Kakak serta anak-anakku tersayang yang telah memberikan dorongan,

semangat, do’a, serta pengertian dan kesabarannya dalam menunggu sejak

mulai studi hingga selesainya tesis ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa S-2 Pendidikan Seni angkatan 2013, yang telah

memberikan kritik, saran serta semangat untuk menyelesaikan tesis ini. Pada

kesempatan ini penulis mohon maaf atas kesalahan yang terjadi, ketika masa-

masa kebersamaan kita.

ix

13. Segenap handai taulan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu

yang selama ini telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis dalam

hal membantu penyelesaian tesis ini.

Peneliti sadar bahwa tesis ini mungkin masih terdapat kekurangan, baik isi

maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat sumbangan dari

semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa

selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu

pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Semarang, 22 Desember 2015

Abdul Rasyid Hasan

x

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

PRAKATA ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

GLOSARIUM ........................................................................................................ xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xviii

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xx

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 10

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 11

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 11

1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................................. 11

1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................... 12

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka .............................................................................................. 13

2.2 Kerangka Teoretis ......................................................................................... 19

2.2.1 Etnomusikologi .................................................................................... 19

2.2.2 Folklor………………………………………. .................................... 28

2.2.2.1 Ciri-Ciri Folklor ...................................................................... 29

2.2.2.2 Bentuk Folklor......................................................................... 31

2.2.2.2.1 Folklor Lisan ................................................................ 31

2.2.2.2.2 Folklor Setengah Lisan................................................. 31

2.2.2.2.3 Folklor Bukan Lisan ..................................................... 31

2.2.2.3 Fungsi Folklor ........................................................................ 32

2.2.3 Identitas................................................................................................ 34

2.2.3.1 Identitas Budaya ..................................................................... 38

2.2.3.2 Identitas Sosial ....................................................................... 39

2.2.3.3 Identitas Diri ........................................................................... 40

2.2.4 Bentuk Pertunjukkan ........................................................................... 41

2.2.5 Teori Fungsi ......................................................................................... 43

2.2.6 Konsep Makna ..................................................................................... 45

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 49

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 52

3.2. Desain Penelitian .......................................................................................... 54

3.3. Fokus Penelitian............................................................................................ 55

xii

3.4. Data dan Sumber Data .................................................................................. 56

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 57

3.5.1. Observasi ............................................................................................ 58

3.5.2. Teknik Wawancara ............................................................................. 60

3.5.3. Dokumentasi ....................................................................................... 61

3.6 Teknik Keabsahan Data ................................................................................ 62

3.7 Teknik Analisis Data .................................................................................... 63

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Alam Kabupaten Tojo Una-Una ........................................................ 66

4.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk ............................................................. 73

4.3 Asal Usul ........................................................................................................ 78

4.3.1. Kerajaan Tojo ..................................................................................... 78

4.3.2. Kerajaan Togean ................................................................................. 79

4.4. Agama….. ....................................................................................................... 80

4.5 Sistem Mata Pencaharian ................................................................................ 81

4.6 Sistem Pengetahuan ........................................................................................ 82

4.7 Bahasa…. ........................................................................................................ 82

4.8 Objek Wisata ................................................................................................... 85

4.8.1. Lokasi Wisata Pantai Pasir Putih Matako .......................................... 86

4.8.2. Lokasi Wisata Goa Tou Mulangke .................................................... 87

4.8.3. Lokasi Wisata Air Terjun Toliba ....................................................... 87

4.8.4. Lokasi Wisata Air Panas Marowo ..................................................... 88

4.8.5. Lokasi Wisata Pantai Pasir Putih Keke ............................................. 89

xiii

4.8.6. Lokasi Wisata Air Jatuh Sansarino .................................................... 90

4.8.7. Lokasi Wisata Tanjung Api ............................................................... 90

4.8.8. Lokasi Wisata Permandian Malotong ................................................ 91

4.8.9. Lokasi Wisata Sungai Bongka ........................................................... 92

4.8.10 Lokasi Wisata Dataran Bulan ............................................................ 93

4.8.11 Lokasi Wisata Pulau Malenge ........................................................... 94

4.8.12 Lokasi Wisata Pulau Kadidiri ............................................................ 94

4.8.13 Lokasi Wisata Pulau Una-Una........................................................... 95

4.8.14 Lokasi Wisata Pulau Anam ............................................................... 96

4.8.15 Lokasi Wisata Pulau Pagempa........................................................... 96

4.8.16 Lokasi Wisata Tanjung Keramat ....................................................... 97

BAB V HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Folklor Kayori dalam Hubungannya dengan Identitas Masyarakat Taa .. …99

5.1.1 Folklor Kayori Berkait Identitas Budaya ........................................... 105

5.1.2 Folklor Kayori Berkait Identitas Sosial ............................................. 114

5.2 Bentuk, Fungsi, dan Makna Folklor Kayori .............................................. 118

5.2.1 Bentuk Folklor Kayori secara Periodik ............................................. 118

5.2.2 Fungsi Komunikasi ........................................................................... 137

5.2.3 Fungsi Tradisi .................................................................................... 150

5.2.4 Fungsi Hiburan .................................................................................. 155

5.2.5 Fungsi Penjaga Stabilitas Budaya ..................................................... 156

5.2.6 Fungsi Pengendalian Sosial ............................................................... 157

5.2.7 Makna Edukasi .................................................................................. 163

xiv

5.2.8 Makna Pelestarian Budaya ................................................................ 166

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ................................................................................................. 170

6.2. Saran ........................................................................................................... 172

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 176

LAMPIRAN ........................................................................................................ 182

xv

GLOSARIUM

Baku binti : Permainan adu kekuatan kaki/betis

Baree : Suku (penduduk asli) yang mendiami Kabupaten

Poso dan sebagian tersebar di wilayah bagian barat

Tojo Una-Una

Collective : Secara bersama

Estetis : mengenai keindahan; menyangkut apresiasi

keindahan (alam, seni, dan sastra); 2 mempunyai

penilaian terhadap keindahan

Folk : Sebagian kebudayaan yang diwariskan turun

temurun secara lisan atau melalui contoh yang

disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu

pengingat

Function : Kegunaan

Gasing : mainan terbuat dari kayu dan sebagainya yang diberi

berpasak (paku atau kayu) yang dapat dipusingkan

dengan tali

Geso-Geso : alat musik gesek menyerupai biola bertali satu,

biasanya digesek dengan cara ditegakkan di lantai

Gesture : Gerak - Isyarat

Identity : Identitas

Interpolation : Penambahan

Inuyu : Nasi yang dimasak/dibakar dalam bambu

xvi

Kayori : Pertunjukkan berbalas pantun yang menampilkan

berbagai unsur pertunjukkan tradisional yang ada

pada masyarakat Taa, yang diselenggarakan pada

acara tertentu seperti : pesta panen (padungku) dan

pasca perkawinan, dll.

Lalove : Seruling yang mempunyaai tiga lubang dan ditiup

lewat hidung

Lore : Tradisi

Main Kantar : Permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri

dengan kepandaian menangkis, mengelak, dan

sebagainya dengan menggunakan perisai

Mailogo : Permainan yang terbuat dari batok kelapa yang

berbentuk segitiga dimainkan dengan cara dipukul

dengan kayu.

Malaolita : Seni berbalas pantun pada saat memetik padi.

Mangkoni mangkeni : Makan sepuasnya dan membungkus (bawa) pulang

makanan sebagai oleh-oleh.

Mnemonic Device : Alat (perangkat) yang membantu ingatan

Oral Tradition : Tradisi Lisan

Padungku : Berasal dari kata dungku (bahasa Taa), yang berarti

semua sudah rapi, tertib, sudah usai (selesai).

Artinya petani di seluruh negeri sudah selesai

memanen, alat-alat pertanian seperti pemaras padi,

xvii

ani-ani, alat pembajak, mesin penggiling, semua

sudah disimpan atau ditempatkan di bawah rumah

(kolong rumah)

Primitive Culture : Kebudayaan primitif

Role : Peran

Senggona : Alat musik tiup yang terbuat dari bambu yang

mempunyaai empat lubang

Sivia Patuju : Kemampuan/keinginan yang sama dalam

pembangunan

Suling : Alat musik tiup yang terbuat dari buluh/bambu

Taa : Sub etnis dari kelompok etnolinguistik Pamona yang

mendiami wilayah-wilayah sekitar sungai Bongka,

Ulubongka, Bungku Utara dan Barong.

Tamburu : Alat musik yang terbuat dari bambu mirip

Celempung. Tamburu dilengkapi dengan senar yang

dibuat dari sembilu bambu. Dimainkan dengan cara

dipukul dengan alat pemukul. Alat musik ini tidak

dimainkan sendiri melainkan ini sebagai pengatur

irama lagu pada tarian Salonde

Tradisionalisme : Paham (ajaran dan sebagainya) yang berdasar pada

tradisi

xviii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Matrik Pengumpulan Data .................................................... 46

2. Tabel 4.1 Nama-Nama Sungai di Kabupaten Tojo Una-Una ............... 57

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 2.1 Diagram Teoritik .................................................................. 59

xix

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 4.1 : Perbandingan Luas Kab. Tojo Una-Una.......................... ..69

2. Grafik 4.2 : Jumlah Penduduk Kab. Tojo Una-Una ............................ ..75

3. Grafik 4.3 : Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan ............................. 76

4. Grafik 4.4 : Sex Ratio Penduduk Kab. Tojo Una-Una .......................... 77

5. Grafik 4.5 : Piramida Penduduk Kab. Tojo Una-Una ........................... 78

6. Grafik 4.6 : Piramida Penduduk Menurut Agama ............................... 82

xx

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 Prosedur Analisis Data Model Interaktif .......................... 66

2. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tojo Una-Una ......................... 67

3. Gambar 4.2 Baju Adat........................................................................... 85

4. Gambar 4.3 Wisata Pantai Pasir Putih Matako .................................... 88

5. Gambar 4.4 Wisata Goa Tou Mulangke .............................................. 89

6. Gambar 4.5 Wisata Air Terjun Toliba ................................................. 90

7. Gambar 4.6 Wisata Air Panas Marowo ............................................... 90

8. Gambar 4.7 Wisata Pantai Pasir Putih Keke ........................................ 91

9. Gambar 4.8 Wisata Air Jatuh Sansarino ............................................... 92

10. Gambar 4.9 Wisata Tanjung Api .......................................................... 93

11. Gambar 4.10 Wisata Permandian Malotong ......................................... 94

12. Gambar 4.11 Wisata Sungai Bongka ................................................... 94

13. Gambar 4.12 Wisata Dataran Bulan...................................................... 95

14. Gambar 4.13 Wisata Pulau Malenge ..................................................... 96

15. Gambar 4.14 Wisata Pulau Kadidiri .................................................... 97

16. Gambar 4.15 Wisata Pulau Una-Una ................................................... 97

17. Gambar 4.16 Wisata Pulau Anam ........................................................ 98

18. Gambar 4.17 Wisata Pulau Pagempa ................................................... 99

19. Gambar 4.18 Wisata Tanjung Kramat ............................................... 100

20. Gambar 5.1 Kayori Pembeda Masyarakat Taa dengan Etnis lain ...... 103

21. Gambar 5.2 Strategi Mempertahankan Kayori dari Kepunahan ......... 113

22. Gambar 5.3 Kayori Membentuk Ikatan Sosial yang Kuat ................. 117

23. Gambar 5.4 Nasi Bambu (Inuyu) ....................................................... 123

24. Gambar 5.5 Antusias Masyarakat pada Acara Padungku .................. 124

25. Gambar 5.6 Keikutsertaan dan Kepedulian Muspida ........................ 125

26. Gambar 5.7 Generasi Tua Kayori ...................................................... 126

27. Gambar 5.8 Kayori Membentuk Ikatan yang Kuat ............................. 127

28. Gambar 5.9 Bentuk Pola Lantai Kayori .............................................. 128

29. Gambar 5.10 Kayori Lintas Generasi.................................................. 131

xxi

30. Gambar 5.11 Kayori disampaikan dengan kata-kata yang santun ...... 143

31. Gambar 5.12 Folklor kayori tradisi yang harus tetap dijaga ............... 155

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin penelitian ............................................................ 185

Lampiran 2 Jadwal Penelitian ................................................................ 186

Lampiran 3 Instrumen Penelitian dan Data wawancara ......................... 187

Lampiran 4 Biodata Informan ................................................................ 190

Lampiran 5 Lirik Kayori “Tama Due Rapatongku” ............................. 194

Lampiran 6 Lirik kayori“Tojo Una-Una & Tende Bomba” ................... 195

Lampiran 9 Lirik Kayori ....................................................................... 196

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pola kehidupan sosial budaya sehari-hari masyarakat Tojo

Una-Una khususnya masyarakat Taa telah menunjukkan berbagai pengaruh yang

sangat kuat, yang disebut sebagai pola kehidupan global. Warga masyarakat

mengalami berbagai perubahan cara hidup, gaya hidup, bahkan pandangan hidup

mereka. Maka, perubahan tersebut telah mengancam keberadaan tradisi lokal,

antara lain warisan budaya, kebiasaan, nilai, identitas, dan simbol-simbol

kehidupan masyarakatnya, (Giddens, 2003:9-15).

Kayam (1999:7-15) mengungkapkan bahwa benturan tersebut terjadi pada

aspek perbedaan antara tradisi dan modern, yang dikatakannya sebagai berikut:

“Modernisasi menuntut hidup yang lugas (zakelijk), rasional, dan memandang jauh kedepan dalam perkembangan. Modernisasi merobek robek kosmos yang bulat integral menjadi kotak pembagian kerja yang disebut spesialisasi dan berbagai keahlian. Sedangkan seni tradisional adalah bentuk seni dalam kenikmatannya. Ia tidak terlalu berkepentingan dengan kecepatan waktu serta kecepatan perombakan. Ia mengabdi kepada harmoni serta keseimbangan abadi dari sang kosmos” Globalisasi telah menimbulkan pergulatan antara nilai-nilai budaya lokal

dan global yang semakin tinggi intesitasnya. Sistem nilai budaya lokal yang

selama ini digunakan sebagai acuan atau panutan oleh masyarakat pendukungnya

tidak jarang mengalami perubahan karena nilai-nilai budaya global dengan

kemajuan teknologi informasi yang semakin mempercepat proses perubahan

tersebut (Nashir, 1999:176).

2

Menurut Giddens (2003:67) dan Arivia (2004:25) globalisasi membawa

prinsip budaya modernitas sehingga memunculkan segudang permasalahan sosial

dan mengancam peradaban manusia. Melalui ideologi kultural konsumerisme,

globalisasi telah banyak menimbulkan konflik, kesenjangan dan bentuk-bentuk

stratifikasi baru. Globalisasi telah membersihkan hampir semua tatanan sosial

tradisional dan mengiring umat manusia pada pola homogenitas kultural yang

menentang nilai-nilai dan identitas parochial. Hal ini mengancam keberadaan

budaya lokal yang mengantarkannnya menuju kepunahan.

Di era global seperti sekarang ini muncul kecenderungan bahwa

masyarakat ingin memahami kebudayaan diluar lingkungannya. Pengaruh

globalisasi dengan dunia hiburan bentuk baru nyaris mengendalikan selera

masyarakat baik dikota maupun pada lingkungan pedesaan. Sebagian hiburan

bentuk baru tersebut disodorkan kepada masyarakat melalui perangkat elektronik

yang bisa dibeli oleh masyarakat dengan harga yang semakin murah. Serbuan

hiburan melalui perangkat elektronik berlangsung secara terus-menerus, kondisi

semacam inilah yang pada akhirnya menjadi penghambat eksistensi kesenian

tradisional.

Pengaruh globalisasi ini, disatu sisi membawa kemudahan dalam berbagai

aspek kehidupan, namun disisi lain memberikan pengaruh negatif yang sangat

signifikan pada aspek-aspek kebudayaan. Bukan hanya berdampak pada

kemunduran nilai-nilai budaya lokal tetapi juga akan mengancam terjadinya

kepunahan berbagai aspek kebudayaan, kesenian tradisional yang berkembang

secara turun-temurun sebagai bentuk warisan budaya dari generasi sebelumnya.

3

Kesenian merupakan salah satu sistem kebudayaan universal yang terdapat

di setiap masyarakat di dunia. Salah satu kesenian yang berperan besar dalam

kehidupan masyarakat adalah kesenian tradisional. Sakralitas kebudayaan dan seni

tradisi terletak pada apresiasi masyarakat terhadap sejarah masa lalunya, bukan

pada obyek yang diapresiasi. Dari sudut historis kesenian tradisional merupakan

sumber sejarah yang penting yang menyimpan keberlangsungan dan dinamika

serta identitas budaya pemiliknya. Sementara secara kultural, kesenian tradisional

biasanya menjadi wahana transmisi pewarisan nila-nilai dari generasi ke generasi.

Kesenian tradisional adalah kesenian yang hidup dalam masyarakat secara

turun temurun. Kesenian tradisional merupakan hasil karya manusia yang

melibatkan pola pikir manusia itu sendiri baik secara pribadi maupun kelompok.

Berkaitan dengan hal itu Kayam (1981:39) mengungkapkan bahwa:

“Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat sebagai salah satu bagian yang terpenting dari kebudayaan. Kesenian adalah ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri”

Kesenian dalam kehidupan manusia merupakan ciri khas sesuatu daerah

dimana dengan berkesenian orang dapat mengenal kebudayaan yang tumbuh dan

berkembang sesuai dengan nilai-nilai adat-istiadat yang berlaku pada daerah

tersebut. Keberagaman kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang disuatu

daerah merupakan aset dan kebanggan dari masyarakat pendukungnya serta

menjadi ciri khas daerah tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian itu. Hal

tersebut seperti yang dikatakan oleh antropolog terkemuka Tylor dalam bukunya

Primitive Culture yang terbit tahun 1924, bahwa kebudayaan adalah kompleks

yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat,

4

kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota

masyarakat (Sulasman dan Gumilar, 2013:13).

Banyak terdapat kesenian tradisional yang pendukungnya masih loyal

terhadap kelompoknya, tetapi terdapat pula kesenian tradisional yang

pendukungnya mulai surut. Kesenian yang pendukungnya mulai surut pelan-pelan

akan hilang terkikis oleh perkembangan dan akan tergantikan dengan kesenian

yang baru. Kondisi semacam ini bukanlah hal yang sangat menghawatirkan

karena merupakan sesuatu yang alamiah. Hanya kesenian yang mampu

beradaptasi dengan perubahanlah yang akan tetap eksis.

Menurut Supratno (1996) faktor kepunahan seni pertunjukkan disebabkan

antara lain karena: (1) semakin berkembang atau kebudayaan popular, (2) semakin

banyaknya hiburan melaui televise atau dan video, (3) seni pertunjukkan tidak

dapat beradaptasi dengan kebudayaan modern (hanya begitu-begitu saja), (4)

masyarakat sudah semakin maju dan sangat sibuk sehingga tidak dapat menonton

hiburan seni pertunjukkan tradisional, dan (5) masyarakat jarang mau menanggap

seni pertunjukkan tradisionl karena pada umumnya sudah berpikir secara praktis

dan hemat.

Kabupaten Tojo Una-Una merupakan salah satu wilayah di Sulawesi

Tengah yang memiliki keragaman seni dan budaya luar biasa banyaknya dan juga

memiliki ciri khas yang berbeda dari daerah lain. Tradisi yang menyangkut aspek

kehidupan diwariskan secara turun-temurun dan terpelihara dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari. Struktur adat istiadat yang kuat dan tumbuh berkembang

ditengah-tengah masyarakat adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan

5

dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta

pengaruh agama. Adat-istiadat dan budaya masyarakat masih berjalan

berkelanjutan menurut peran dan fungsi sebagai manifestasi dan nilai-nilai tradisi

yang melekat dan terus dipertahankan, sekaligus memberikan corak tradisi suatu

etnisitas.

Ditinjau dari etnisitas bahwa penduduk yang berdomisili Kabupaten Tojo

Una-Una adalah suku Taa (penduduk asli) dan Baree, sedangkan yang lainnya

adalah suku pendatang (Gorontalo, Bugis, Kaili, Pamona, Bali dan Jawa).

Masyarakat Tojo Una-Una bersifat terbuka, bersahabat dan tidak ekslusif karena

dapat menerima dan terbuka serta memiliki tenggang rasa yang tinggi terhadap

masyarakat pendatang lainnya. Dengan semakin terbukanya akses masyarakat

pendatang, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang

merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat.

Walaupun berbeda adat dan budaya satu sama lainnya namun seluruh

elemen masyarakat berkeinginan menciptakan masyarakat Tojo Una-Una yang

madani dengan berpijak pada moto/falsafah Sivia Patuju yakni

kemampuan/keinginan yang sama dalam pembangunan Kabupaten Tojo Una-Una.

Hal ini terlihat dari suasana kehidupan masyarakat yang hidup rukun antar

penduduk asli dengan penduduk pendatang, sehingga kehidupan masyarakat

semakin dinamis dan sangat heterogen.

Kabupaten Tojo Una-Una yang sebelumnya adalah wilayah Kabupaten

Poso memiliki segudang keunikan budaya yang berasal dari adat istiadat

masyarakat lokal serta menjadi kebanggaan yang ada ditengah-tengah masyarakat

6

diantaranya adalah malaolita, main kantar, karatu, mentompo, tende bomba,

ganda potaru, mailogo, baku binti, main gasing, dan padungku. Demikian juga

halnya dengan instrumen musik yang unik dan beragam diantaranya geso-geso,

kapondo, senggona, talalo, lalove, dan suling. Sayangnya, kekayaan tak ternilai

itu ternyata banyak yang tak dipelihara dengan baik. Sangat disayangkan,

kekayaan ini mulai tidak mendapat tempat di hati masyarakat salah satu

diantaranya adalah folklor kayori.

Folklor kayori sebagai bagian dari kearifan lokal yang dapat

diperhitungkan sebagai realitas nilai budaya alternatif dalam kehidupan global

berada dalam dua sistem budaya yang harus dipelihara dan dikembangkan, yakni

sistem budaya nasional dan sistem budaya lokal. Nilai budaya nasional berlaku

secara umum untuk seluruh bangsa, sekaligus berada diluar ikatan budaya lokal

manapun. Nilai-nilai kearifan lokal tertentu akan bercitra Indonesia karena dipadu

dengan nilai-nilai lain yang sesungguhnya diwariskan dari nilai-nilai budaya

lokal.

Folklor kayori adalah buah atau hasil budi daya nenek moyang yang

membawa nilai-nilai kehidupan masyarakat daerah setempat yang perlu dijaga dan

dilestarikan. Sebagai produk kultural yang dihasilkan bertatanan tradisional, yang

pada prinsipnya folklor kayori memiliki karakteristik umum yang sama dengan

sastra lisan daerah lain di tanah air. Sebagai sastra lisan, keberadaan folklor

kayori pada masyarakat Taa merupakan kristalisasi kultural dalam kehidupan

sosial yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemapanan tradisi

masyarakatnya. Pada saat tradisi berproses secara alami mengalami stagnasi

7

akibat perubahan sosial, maka keberadaan folklor kayori sebagai tradisi lisan turut

melemah. Hal semacam ini berakibat fatal terhadap perkembangan folklor kayori

yang semakin teralienasi dari masyarakat Tojo Una-Una (etnis Taa), akibat

dampak dari modernisasi.

Dewasa ini folklor kayori tidak lagi sesuai dengan minat generasi muda

yang cenderung menaruh minat pada hal-hal yang mengandung unsur budaya pop

(barat) dan media elektronik. Sebagaian besar generasi muda di ranah Tojo Una-

Una apalagi yang dirantau, tidak lagi mengetahui atau memahami makna yang

terkandung dalam folklor kayori bahkan cenderung tidak ingin memiliki kesenian

asli yang merupakan budaya lokal masyarakat Tojo Una-Una.

Tak kenal maka tak sayang seperti itulah pandangan remaja terhadap

folklor kayori. Kesemuaannya tentu tidak lepas dari minat para pelaku budaya itu

sendiri yang sudah semakin jauh meninggalkan tradisi tersebut. Ini tercermin pada

pertunjukkan foklor kayori yang semakin jarang dijumpai pada masyarakat Tojo

Una-Una khususnya di kecamatan Ampana Kota, Ampana Tete, Ratolindo dan

Ulubongka. Faktor utama penyebabnya tak lain adalah karena semakin

berkurangnya pelaku/seniman tradisi ini terutama dari generasi muda (Taa) itu

sendiri.

Perkembangan folklor kayori hanya menjadi bagian terkecil dari

perkembangan budaya lokal pada satu komunitas Taa. Hal ini diperparah lagi

dengan tidak didukungnya folklor kayori menjadi bagian integral dari proses

perkembangan budaya dalam satu komunitas yang cenderung bergerak dinamis

saat ini.

8

Bersamaan dengan semakin gencarnya arus moderenisasi di bidang

teknologi dan informasi yang merasuki wilayah budaya lokal, maka keberadaan

folklor kayori ini, sudah mulai terpinggirkan bahkan sudah mulai menunjukan

gejala-gejala terlupakan. Ini bisa dilihat dari seniman/pelaku folklor kayori di

Tojo Una-Una pada umumnya tidak mengalami perkembangan secara kuantitas

bahkan bisa dianggap tidak ada generasi penerus yang mampu melanjutkan

folklor kayori. Data otentik tentang pelaku/seniman kayori pun sangat sulit

ditemukan dan kalaupun ada hanyalah generasi tua yang lebih mengerti dan mau

menikmatinya.

Dewasa ini, generasi muda (Taa) Tojo Una-Una apalagi yang tinggal di

daerah perkotaan (Ampana Kota) bersifat apatis dan sudah tidak menginginkan

lagi folklor kayori yang dianggap sebagai tradisi kuno. Hal ini tercermin pada

hajatan promosi keindahan alam laut, seni dan budaya yang tertuang dalam

Festival Bahari Togean (FBT) ke VII tahun 2012 pada lomba tersebut hanya

diikuti oleh satu kelompok peserta saja yakni dari Kecamatan Tojo dan ini

pertanda kalau kesenian kayori sudah mulai ditinggalkan (Radar Sulteng Online,

2012 ).

Keadaan diatas terjadi karena kurangnya tindakan-tindakan pewarisan

budaya dari generasi ke generasi. Ditambah lagi adanya sikap kurang peduli oleh

generasi muda terhadap warisan budaya yang dimiliki. Adalah suatu kenyataan

bahwa budaya diperoleh melalui proses belajar dari masyarakat dan lingungannya.

Jadi ketidaktahuan generasi muda ini tidak segera dijawab, Maka, bukan hal

mustahil folklor kayori apabila tidak dilakukan pelestarian dan kurang mendapat

9

perhatian, akan ditinggalkan perlahan-lahan lalu hilang karena tidak terjadi

pewarisan pengetahuan budaya dan akhirnya nilai-nilai budaya yang kita miliki

hanya dapat tampil sebagai suatu kisah sejarah saja.

Folklor kayori sebagai kesenian identitas Tojo Una-Una khususnya

masyarakar Taa merupakan aset negeri yang bernilai estetika tinggi yang perlu

dipertahankan kelestariannya. Berkait dengan itu menurut Rohidi (2011:135).

pada seni melekat ciri-ciri khas suatu kebudayaan, yaitu seni adalah milik bersama

yang memiliki seperengkat nilai, gagasan dan dasar berpijak bagi tingkah laku

berkesenian; ia merupakan acuan yang dimiliki bersama yang membuat tindakan

atau karya seni individual dipahami, dan sekaligus juga menjadi pemahaman

terhadap kelompok masyarakatnya.

Untuk mempertahankan folklor kayori dibutuhkan kepedulian berbagai

kalangan, baik dari masyarakat maupun pemerintah. Namun, yang menjadi

persoalan utama dan kunci utama pelestarian folklor kayori adalah menyangkut

sikap masyarakat pendukungnya. Apakah mereka mau melestarikan budayanya

atau tidak menganggap perlu lagi karena menjadi bagian dari masa lalu. Tentu

saja upaya pelestarian (mempertahankan) akan bisa dilaksanakan jika folklor

kayori itu masih ada dan belum mati atau masih memiliki ahli waris.

Dengan merujuk pada beberapa fakta dan fenomena yang dipaparkan di

atas sebagai latar pikir, penelitian ini berusaha mengkaji keberadaan folklor kayori

dengan vokus kajian identitas masyarakat, bentuk, fungsi, dan makna. Identitas,

bentuk, fungsi, dan makna dipilih menjadi fokus kajian dalam penelitian ini

karena folklor kayori sebagai konteks situasi tradisi yang melatarinya masih

10

dilaksanakan secara periodik oleh masyarakat Taa setiap tahun pada setiap acara

syukuran panen padi (padungku).

Peneliti tertarik melakukan penelitian khusus dan mendalam tentang

folklor kayori masyarakat Taa dengan beberapa alasan. Pertama, folklor kayori

memiliki bentuk, fungsi, dan makna khas sebagai lambang identitas internal atau

permarkah kedirian dan lambang identitas eksternal atau fitur pembeda

masyarakat Taa dengan etnik-etnik lain, terutama beberapa etnik yang tercakup

dalam masyarakat Tojo Una-Una pada umumnya. Kedua, folklor kayori

merupakan identitas masyarakat Taa yang patut dilestarikan dan dikembangkan

sebagai filterisasi terhadap kesenian asing yang tidak sesuai dengan budaya

masyarakat Taa. Ketiga, meskipun foklor kayori adalah produk dan praktek

budaya lokal milik sosial-kolektif masyarakat Taa, di dalamnya terkandung

seperangkat sistem nilai universal seperti nilai kejujuran yang dapat digunakan

sebagai ramuan dasar dalam merancang model pendidikan karakter bangsa

Indonesia berbasis kearifan budaya lokal masyarakat Taa. Keempat, belum ada

hasil penelitian yang mengkaji secara khusus dan mendalam tentang folklor

kayori (tradisi lisan) masyarakat Taa dengan sasaran kajiannya meliputi aspek

identitas masyarakat, bentuk, fungsi, dan makna. Kelima, peneliti tertarik untuk

mendeskripsikan dan menganalisis sekaligus mempromosikan folklor kayori.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pentingnya kontribusi untuk melestarikan folklor kayori,

maka perlu dilaksanakan penelitian yang di pandu dengan pertanyaan pada

rumusan masalah, antara lain :

11

1.2.1 Bagaimanakah folklor kayori dalam hubungannya dengan identitas

masyarakat Taa di Kabupaten Tojo Una-Una?

1.2.2 Bagaimanakah bentuk, fungsi, dan makna folklor kayori pada masyarakat

Taa di Kabupaten Tojo Una-Una?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan dan memahami folklor kayori dalam hubungannya

dengan identitas masyarakat Taa di Kabupaten Tojo Una-Una.

1.3.2 Untuk mengidentifikasi dan memahami bentuk, fungsi, dan makna folklor

kayori pada masyarakat Taa di Kabupaten Tojo Una-Una.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak

yang terkait dengan penelitian ini, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Beberapa manfaat secara teoritis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1.4.1.1 Sebagai salah satu upaya penyelamatan dan pemeliharaan folklor kayori

sebagai lambang identitas internal atau pemarkah kedirian dan lambang

identitas eksternal atau fitur pembeda masyarakat Taa, dari ancaman

kepunahan sebagai dampak modernisasi dan globalisasi

1.4.1.2 Bagi masyarakat umum di luar daerah sebagai pengenalan kesenian

tradisional Tojo Una-Una dan peningkatan apresiasi musik tradisional.

1.4.1.3 Sebagai tambahan khasanah hasil penelitian yang menggunakan teori

folklor dan teori tradisi lisan dalam memerikan etnografi budaya yang

12

bersifat lokal-ideografis, yakni perian etnografi, budaya lokal budaya Taa

yang dibuat berdasarkan sudut pandang masyarakat Taa.

1.4.1.4 Bagi dunia pendidikan, bertambahnya materi yang memadai untuk

pendidikan seni dan bidang keilmuan lain yang menitikberatkan pada

potensi budaya lokal.

1.4.1.5 Bagi dunia akademik, yaitu tersedianya referensi yang mendalam tentang

salah satu karya seni budaya sehingga dapat dikembangkan kajian

selanjutnya dari sudut pandang yang lain untuk memperkaya penelitian-

penelitain yang pernah ada.

1.4.2 Manfaat Praktis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1.4.2.1 Memberikan masukan dan pertimbangan bagi penentu kebijakan terutama

yang berkaitan dengan kebudayaan daerah

1.4.2.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai reverensi kepada

peneliti lain yang relevan dengan penelitian ini

1.4.2.3 Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

pengembangan tradisi lisan sehingga nantinya tidak lagi menjadi tradisi

minoritas yang tersubordinasi.

1.4.2.4 Bagi pengelola dan pelaku/seniman kayori, hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan dokumentasi yang akan memberikan informasi sehingga

dapat memperhatikan dan melestarikan folklor kayori di Kabupaten Tojo

Una-Una.