foke atau jokowi.pdf

146
Tim AJI Jakarta

Upload: rudi-umar-susanto

Post on 25-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tentang mereka

TRANSCRIPT

Page 1: FOKE atau JOKOWI.pdf

JOKO

WI ATA

U FO

KE?M

ENG

UJI KEBERIM

BAN

GA

N M

EDIA

DA

LAM

PEMILIH

AN

GU

BERNU

R JAK

ARTA

2012

Tim AJI Jakarta

Page 2: FOKE atau JOKOWI.pdf
Page 3: FOKE atau JOKOWI.pdf

FOKE ATAU

JOKOWI?Menguji Keberimbangan Media

Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) JakartaNovember 2012

Tim AJI Jakarta

Page 4: FOKE atau JOKOWI.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta

Pasal 2:1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk men-

gumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undan-gan yang berlaku.

KETENTUAN PIDANA Pasal 72:1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimak-

sud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp l.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait seb-agaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 5: FOKE atau JOKOWI.pdf

JOKO

WI ATA

U FO

KE?M

ENG

UJI KEBERIM

BAN

GA

N M

EDIA

DA

LAM

PEMILIH

AN

GU

BERNU

R JAK

ARTA

2012

“Pesan utama dari kesimpulan riset isi media yang ditampilkan di dalam buku ini ialah, AJI Jakarta mengajak jurnalis untuk

menjaga independensi, keberimbangan, dan profesionalisme dalam setiap pemberitaan. Temuan yang menunjukkan

ketidakberimbangan di suatu media di dalam riset ini perlu menjadi pelajaran berharga bagi jurnalis dan media massa

di masa yang akan datang”(Umar Idris, Ketua AJI Jakarta)

Tim AJI Jakarta

Page 6: FOKE atau JOKOWI.pdf

iv JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

FOKE ATAU JOKOWI?Menguji Keberimbangan Media dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Tim Penulis

Editor Wahyu Dhyatmika

Penulis Ign. Haryanto, Rika Theo, Abdul Malik

Periset :Agung Budiono, Aryo Subarkah, Vicky Rachman, Qayuum Amri, Arthur Gideon, dan Lutviah

Tata LetakKGS. M. Riduan

Ilustrasi CoverKendra Paramita

ISBN978-979-3530-24-6

Tebal Bukux + 150 hlm. 12,5 x 19,5 cm

PenerbitAliansi Jurnalis Independen (AJI) JakartaJl. Kalibata Timur IV G No. 10 KalibataJakarta Selatan 12740Telp./Fax : 021-798 4105

Page 7: FOKE atau JOKOWI.pdf

vDAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................Kata Pengantar ....................................Bab 1. Pentingnya Pemilihan

Gubernur Jakarta .............Bab 2. Para Kandidat .....................Bab 3. Media Massa dan

Perannya .................................Bab 4. Metodologi Riset ............... Bab 5. Hasil Riset Kuantitatif ....Bab 6. Di Balik Angka ....................Bab 7. Kesimpulan Riset ...............Lampiran: Wawancara Tim

Sukses Kandidat ..........

iiivii

111

2145517587

91

DAFTAR ISI

Page 8: FOKE atau JOKOWI.pdf

vi JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Page 9: FOKE atau JOKOWI.pdf

viiDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Pemilihan Gubernur Jakarta 2012 lalu merupakan momentum paling tepat untuk melihat keberimbangan me-dia massa di Jakarta. Bagaimana tidak,

proses demokrasi lokal ini sangat kompetitif, meli-batkan hingga enam pasangan calon, dan diikuti oleh dua calon independen non-partai. Selama proses pemilihan berlangsung, media memainkan peran yang sangat strategis bagi setiap kandidat: sebagai vote getter, medium perang opini, hingga pendidikan politik.

AJI Jakarta tak ingin proses penting ini terle-watkan begitu saja. Sebagai organisasi profesi, AJI Jakarta ingin mengajak setiap media tetap

Page 10: FOKE atau JOKOWI.pdf

viii JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

berimbang dan independen selama pilkada. Dengan bantuan pendanaan dari Yayasan Tifa, tim riset AJI Jakarta pun melihat berita-berita yang muncul di media. Pemantauan berita dilaku-kan dalam empat bagian. Bagian pertama adalah 1-15 Juni 2012, lalu 16-30 Juni 2012. Bagian ketiga analisa dilakukan untuk periode 1-31 Juli 2012 dan terakhir pada 1-13 September 2012. Meski be-gitu, pembahasan atas hasil analisa tetap dilaku-kan berdasarkan dua periode saja: yakni sekitar putaran pertama Pilkada Jakarta selama dua bu-lan (1 Juni 2012-31 Juli 2012) dan sekitar putaran kedua Pilkada selama satu bulan (1 Agustus-13 September 2012).

Pantauan dilakukan terhadap berita dan foto media cetak dan online serta tayangan berita di televisi. Total ada 16 media yang diteliti. Sebanyak 4 media online, 8 media cetak, dan 4 televisi na-sional ditelisik dengan cermat untuk memperoleh informasi mengenai intensitas dan pola pemberi-taan mereka.

Adapun media yang diteliti adalah detik.com, kompas.com, viva.co.id dan okezone.com untuk kategori media online. Sedangkan untuk media cetak lokal Jakarta, ada Warta Kota, Pos Kota, Indo Pos dan Koran Jakarta. Media nasional yang diteliti

Page 11: FOKE atau JOKOWI.pdf

ixDAFTAR ISI

adalah Kompas, Koran Tempo, Suara Pembaruan dan Republika. Terakhir, untuk kategori media televisi, peneliti menelisik MetroTV, TV One, JakTV dan RCTI.

Kesimpulan penelitian ini, secara umum, me-dia di Jakarta belum berimbang (lihat Bab 6 buku ini). Dari sample berita-berita yang diteliti oleh tim AJI Jakarta, ada media dengan konsisten memuat foto kandidat tertentu lebih dominan dibanding-kan foto kandidat lain. Temuan lain yang cukup penting ialah media memberitakan satu topik lipu-tan hanya dari satu sisi narasumber, tidak melaku-kan konfirmasi pada berita-berita kontroversial.

Ada dugaan, kue iklan memainkan peran sig-nifikan dalam pemberitaan media selama Pilkada. Namun dugaan ini perlu pembuktian dan peneli-tian lebih lanjut, karena ada kandidat yang menge-luarkan biaya iklan cukup besar tetapi merasa tidak mendapatkan porsi yang positif dalam pem-beritaan media.

Pesan utama dari data-data riset isi media yang ditampilkan di dalam buku ini ialah, AJI Jakarta mengajak media untuk menjaga independensi, keberimbangan, dan profesionalisme dalam se-tiap pemberitaan. Temuan yang menunjukkan

Page 12: FOKE atau JOKOWI.pdf

x JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

ketidakberimbangan di suatu media di dalam riset ini perlu menjadi pelajaran berharga bagi jurna-lis dan media massa saat menghadapi pesta de-mokrasi yang lebih besar dan lebih kompetitif lagi, yakni pemilu legislatif dan pemilu presiden 2014, termasuk pemilihan kepala daerah di berbagai provinsi dan kabupaten.

AJI Jakarta mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Tifa yang telah membiayai kegiatan ini. Juga kepada Ignatius Hariyanto yang menjadi konsultan riset selama penelitian ini berlangsung hingga penyusunan sebagian isi buku ini. Tak ter-lupakan kepada tim riset AJI Jakarta: Rika Theo, Arthur Gideon, Qayuum Amri, Agung Budiono, Vicky Rahman, Lutviah, Aryo Subarkah, dan Abdul Malik. Terimakasih kepada Wahyu Dhyatmika yang telah menyunting naskah buku ini hingga menjadi buku di tangan Anda ini.

Akhir kata, selamat membaca.

Umar IdrisKetua AJI Jakarta

Page 13: FOKE atau JOKOWI.pdf

1BAB 1|Pentingnya Pemilihan Gubernur Jakarta

BAB 1 Pentingnya Pemilihan

Gubernur Jakarta

Pemilihan Gubernur Jakarta pada 2012 lalu mencatat sejarah baru dalam per-jalanan demokrasi Indonesia. Pemilihan ini disebut-sebut sebagai pemilihan

kepala daerah paling panas, paling dinamis, sekal-igus paling demokratis dalam sejarah politik di era reformasi negeri ini yang baru berusia 14 tahun.

Ada banyak alasan untuk mendukung kesim-pulan itu. Pertama-tama, tentu banyaknya kandi-dat yang berlaga menunjukkan keberagaman po-sisi politik dan tawaran perubahan yang tersaji di hadapan warga. Untuk pertama kalinya dalam era reformasi, partai politik tampaknya berusaha keras

Page 14: FOKE atau JOKOWI.pdf

2 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

memenuhi ekspektasi publik dengan menyodor-kan kandidat-kandidat dengan rekam jejak yang lumayan jelas dan meyakinkan.

Lihat saja Partai Demokrat yang menyorong-kan sang Gubernur inkumben Fauzi Bowo alias Foke. Lepas dari segala kekurangannya, harus diakui Foke memang punya latar belakang pen-didikan dan pengalaman yang mumpuni untuk menjadi nahkoda Jakarta.

PDIP tak mau kalah dan menawarkan Joko Widodo alias Jokowi, Walikota Solo yang pamornya tengah kinclong berkat berbagai terobosan kebi-jakannya yang pro-rakyat. Dia berpasangan den-gan Basuki Tjahaja Purnama, bekas Bupati Belitung Timur yang dikenal bersih dan antikorupsi.

Sementara Golkar mencalonkan Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin. Ini juga bukan pilihan sembarangan. Bintang Alex tengah bersinar karena dianggap berhasil mengangkat ekonomi Kabupaten Musi Banyuasin tempat dia pernah jadi Bupati. Sebagai gubernur, dia juga sedang naik daun setelah sukses menggelar pesta olahraga Asia Tenggara, Sea Games, di Palembang. Dia berdamp-ingan dengan Nono Sampono, eks Komandan

Page 15: FOKE atau JOKOWI.pdf

3BAB 1|Pentingnya Pemilihan Gubernur Jakarta

Pasukan Pengaman Presiden, yang dikenal punya jejaring luas dan karir militer yang cukup cemerlang.

Sempat terdesak karena tak punya calon, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lalu membetot perhatian setelah mengusung Hidayat Nur Wahid alias HNW sebagai calon Gubernur Jakarta. Siapa yang tak ke-nal HNW? Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini dikenal sebagai politikus ulung yang bersahaja. Pamornya makin mengkilap karena dia menggandeng Didik J Rachbini, ekonom kondang yang disorongkan oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Faktor berikutnya yang juga mendukung kesimpulan soal demokratisnya Pilkada Jakarta adalah partisipasi publik yang tinggi. Sejak awal pencalonan, pendaftaran pemilih sampai pencob-losan dan penghitungan suara, warga Jakarta aktif terlibat. Banyak orang yang semula apatis dan tak peduli pada politik, bersemangat mengikuti jalan-nya Pilkada ini.

Selain karena meningkatnya kesadaran, aktifnya partisipasi warga ini juga dimungkinkan dengan ad-anya media sosial. Cukup dengan berkicau di Twitter atau mengetik status tertentu di Facebook, warga Ibu Kota bisa ikut meramaikan suatu isu, menggemakan

Page 16: FOKE atau JOKOWI.pdf

4 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

pentingnya suatu topik, atau malah melaporkan suatu kejanggalan seputar jalannya pemilihan DKI-1.

Kombinasi antara kesediaan partai politik mencalonkan jago-jago terbaiknya dan riuhnya respon warga yang dengan aktif berpolitik, mem-buat Pemilihan Gubernur Jakarta 2012 jadi se-buah catatan sejarah tersendiri dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

***

Demikianlah, sejak awal, Pemilihan Gubernur Jakarta sudah menyedot perhatian khalayak ra-mai. Kesibukan partai-partai berebut calon, berne-gosiasi di balik layar, menyusun strategi pemenan-gan, membangun pencitraan, menjadi sumber berita yang tak putus-putus.

Tengok misalnya bagaimana media habis-habisan meliput buyarnya rencana Partai Demokrat yang sebelumnya sudah rapi untuk berkoalisi den-gan PDIP dan bersama-sama mengusung pasangan calon DKI-1 yakni Fauzi Bowo dan Adang Ruchiatna. Adang dikenal sebagai salahsatu petinggi PDIP.

Tapi rencana itu berantakan oleh manuver cerdik Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo

Page 17: FOKE atau JOKOWI.pdf

5BAB 1|Pentingnya Pemilihan Gubernur Jakarta

Subianto yang menyodorkan Ahok jadi pendamp-ing Jokowi. Di pemilihan kepala daerah lain, kabar-kabar semacam ini biasanya luput dari soro-tan media.

Pada Pilkada Jakarta, jurnalis mengendus ber-bagai kabar, mulai soal persiapan penyelenggara-an pemilihan, dugaan pelanggaran aturan pemili-han, independensi penyelenggara pemilu, sampai kabar bentrok massa pendukung calon. Semua diberitakan, dijadikan isu publik dan dilempar ke forum terbuka untuk dibaca, didiskusikan dan diperdebatkan.

Pesta demokrasi di Ibu Kota juga kian sema-rak ketika Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) melo loskan dua calon gubernur non-partai: Faisal Basri dan Hendarji Supandji. Faisal yang eko-nom dan Hendarji yang eks Komandan Pusat Polisi Militer, membawa warna tersendiri untuk Pemilihan Gubernur Jakarta.

Mereka membuat Pemilihan Gubernur Jakarta jadi menarik buat massa anti-partai yang biasanya menghindar dari hiruk pikuk pemilu. Para massa mengambang ini jadi tertarik berpartisipasi, kare-na merasa terwakili oleh Faisal dan Hendardji yang

Page 18: FOKE atau JOKOWI.pdf

6 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

mencalonkan diri dari jalur perseorangan ini.

Posisi Jakarta sebagai Ibu Kota negara juga jadi faktor khusus yang membuat Pemilihan Gubernur di sini terasa istimewa. Sejak tahap permulaan per-siapan, semua media massa nasional memberikan porsi pemberitaan yang relatif besar untuk pesta demokrasi ini. Begitu masa kampanye dimulai pada Juni 2012 lalu, tak ayal semua koran, radio, televisi dan situs berita bergegas menyoroti para kandidat, menguliti program dan profil mereka, dan berlomba menyajikan setiap detail informasi yang menarik perhatian publik.

Juga jangan lupa fakta bahwa pelaksanaan pemilihan Gubernur Jakarta yang hanya dua ta-hun sebelum perhelatan akbar Pemilu 2014. Sadar atau tidak sadar, ini juga menjadi faktor tersendiri. Semua partai politik tampaknya ingin menggu-nakan ajang Pemilihan Gubernur Jakarta ini seb-agai pemanasan sebelum pertarungan sebena-rnya di tingkat nasional.

Karena itulah, para calon gubernur dan par-tai pendukung mereka tampil habis-habisan. Sebagian bahkan tak segan untuk melakukan kampanye negatif untuk menjelek-jelekkan

Page 19: FOKE atau JOKOWI.pdf

7BAB 1|Pentingnya Pemilihan Gubernur Jakarta

lawan. Para pendukung calon gubernur juga siap merogoh kocek dalam-dalam untuk menanam bibit simpati buat jago mereka masing-masing.

Tak bisa dipungkiri, semua faktor itu membuat Pemilihan Gubernur Jakarta “panas” sejak awal. Publik terbawa eforia dan terbelah jadi kubu-kubu pendukung. Demikian juga media massa. Banyak yang terjebak dalam kepentingan politik sesaat, atau sekadar memanfaatkan kucuran dana politik yang berlimpah, dan tanpa malu-malu menjadi pendukung salahsatu kandidat gubernur.

Jika disimpulkan ada setidaknya lima faktor yang membuat Pemilihan Gubernur Jakarta men-arik dicermati. Kelima faktor itu adalah:

Pertama, jumlah peserta atau kandidatnya merupakan yang paling banyak sejak pemilihan kepala daerah di Jakarta dilakukan secara lang-sung. Enam pasang kandidat gubernur dan wakil gubernur maju untuk memperebutkan suara ma-syarakat Jakarta.

Kedua, untuk pertama kalinya Pilkada DKI dii-kuti oleh dua calon independen sekaligus. Faisal Basri dan Hendardji Supandji mencalonkan diri

Page 20: FOKE atau JOKOWI.pdf

8 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

menjadi Gubernur Jakarta tanpa kendaraan par-tai politik. Mereka berhasil memenuhi syarat yakni mengumpulkan KTP pendukung sebanyak 4 pers-en dari total jumlah penduduk Jakarta.

Ketiga, pilkada kali ini diikuti kandidat den-gan latar belakang paling beragam. Ini membuat publik merasa terwakili oleh wajah-wajah baru yang memperebutkan suara masyarakat Jakarta yang heterogen.

Patut dicatat, ada tiga kepala daerah aktif yang ikut berlaga pada Pilkada Jakarta. Selain in-kumben Fauzi Bowo, ada Walikota Solo Jokowi dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin. Pemilihan Gubernur Jakarta ini bisa jadi merupak-an satu-satunya pilkada di Indonesia yang diikuti oleh tiga kepala daerah sekaligus.

Keempat, pemilihan gubernur ini berlang-sung di tengah periode kebangkitan ekonomi kelas menengah Indonesia. Kelas menengah ini memang terutama hidup di kota besar, seperti Jakarta. Perbaikan ekonomi Indonesia dalam be-berapa tahun terakhir mendorong kenaikan taraf hidup dan pendapatan masyarakat.

Page 21: FOKE atau JOKOWI.pdf

9BAB 1|Pentingnya Pemilihan Gubernur Jakarta

Perbaikan ekonomi ini punya konsekuensi politik. Soalnya kelas menengah baru ini rata-rata peka terhadap perubahan dan modernitas, cen-derung berpikiran terbuka serta rasional. Cara berpikir ini tercermin dari pilihan politik mereka. Golongan masyarakat ini tak mudah dibujuk den-gan bujuk rayu dan janji-janji calon. Mereka teliti melihat rekam jejak kandidat dan memilih ber-dasarkan kalkulasi politik rasional.

Dengan demikian, peningkatan pendapatan warga kelas menengah ini juga menjadi faktor sig-nifikan yang mempengaruhi perilaku politik mer-eka. Pemilihan Gubernur Jakarta menjadi menarik karena perhelatan politik ini menjadi laboratorium pertama untuk menguji sejauhmana peningkatan taraf hidup masyarakat berperan dalam pilihan politik warga.

Kelima, Pemilihan Gubernur Jakarta digelar di tengah perkembangan teknologi baru dan me-dia sosial yang semakin pesat. Penggunaan pon-sel dengan akses layanan data yang makin murah terus meluas terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.

Sebagai negara dengan pengguna Face book

Page 22: FOKE atau JOKOWI.pdf

10 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

terbesar keempat dunia, menarik melihat bagai -mana proses politik dipengaruhi oleh ke cen-derungan teknologi komunikasi ini. Selain itu, mengingat Jakarta juga disebut Twitter City --kota dengan kicauan paling aktif sedunia—mena rik untuk melihat bagaimana media sosial berperan membentuk pilihan politik warga Ibu Kota. n

Page 23: FOKE atau JOKOWI.pdf

11BAB 2|Para Kandidat

BAB 2 Para Kandidat

Total ada enam pasang calon gubernur dan wakil gubernur yang mempere-butkan kursi DKI-1 dan DKI-2 dalam Pemilihan Gubernur Jakarta perten-

gahan 2012 lalu. Mereka berasal dari empat koalisi partai politik dan dua calon perseorangan.

Enam kandidat untuk sebuah pemilihan ke-pala daerah tergolong banyak. Dengan waktu sosialisasi dan kampanye yang relatif pendek, tak mudah buat publik untuk benar-benar mengenal mereka dan secara serius menimbang kompetensi

Page 24: FOKE atau JOKOWI.pdf

12 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

mereka untuk jadi punggawa Jakarta. Nah di sini-lah peran media menjadi penting.

Lewat media, keenam pasangan calon ini ber-harap bisa memukau warga –yang notabene meru-pakan para juri dalam kontes politik ini. Sebagai gambaran, berikut ini profil singkat mereka:

Faisal Basri dan Biem Benjamin Ekonom Faisal Basri sebenarnya sudah

digadang-gadang menjadi calon Gubernur Jakarta sejak pemilihan 2007 lalu. Tapi ketika itu, Faisal me-milih mengadu peruntungan menjadi bakal calon gubernur di salahsatu partai. Sayangnya, dia ga-gal. Tak ada satu partai politik pun yang rela tiket pencalonannya dipakai Faisal. Sebagai aktivis dan dosen, jelas penghasilan Faisal tak akan cukup un-tuk “membeli” tiket pencalonan dari partai politik.

Lima tahun berlalu, Faisal kini maju dari jalur non-partai. Dengan telaten, bersama tim suksesnya, dia mengumpulkan lembar demi lembar kartu tan-da penduduk, sebagai syarat pencalonannya. Dia bahkan rela menjual rumahnya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan untuk modal kampanye.

Untuk posisi calon Wakil Gubernur, Faisal Basri

Page 25: FOKE atau JOKOWI.pdf

13BAB 2|Para Kandidat

menggandeng Biem Benyamin. Kehadiran Biem yang punya dukungan massa akar rumput Betawi diharapkan bisa mendongkrak elektabilitas pas-angan ini. Biem sendiri mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah dari DKI Jakarta. Popularitasnya disokong fakta bahwa dia adalah putra dari seni-man legendaris Betawi, Benyamin Suaeb.

Hendardji Soepandji dan Ahmad Riza Patria

Sejak awal pencalonan, kubu Hendarji Soe-pandji dan Ahmad Riza Patria tampaknya sadar ka-lau mereka berada di posisi underdog. Dukungan dana dan media, semuanya jauh dari jangkauan. Karena itulah, pasangan non-partai ini getol ber-manuver dengan menggunakan pesan-pesan politik kontroversial yang bisa menggerakkan so-rotan media ke arah mereka.

Salahsatunya adalah dengan menggunakan slogan kampanye ‘Jakarta Tidak Berkumis’. Berkumis di sini memiliki dua makna. Makna pertama adalah sindiran kepada kandidat petahana, Fauzi Bowo, yang dikenal berkumis tebal. Makna kedua di balik slogan itu adalah ‘Berantakan, Kumuh dan Miskin’. Dengan pesan sederhana ini, Hendardji

Page 26: FOKE atau JOKOWI.pdf

14 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

menegaskan bahwa dia bisa menjadi Gubernur Jakarta yang lebih baik ketimbang Fauzi Bowo.

Namun tampaknya semua manuver itu be-lum cukup untuk menaikkan popularitas mereka. Sejak sebelum Pemilihan Gubernur Jakarta dige-lar, memang tak banyak orang yang kenal siapa Hendardji dan Patria. Dalam karir mereka, ked-uanya juga relatif tak terlalu banyak bersinggun-gan dengan media dan publik. Karena itu, pesan-pesan kontroversial mereka tak terlampau berhasil mendongkrak perolehan suara.

Alex Noerdin dan Nono Sampono

Ketika maju menjadi calon Gubernur Jakarta, Alex Noerdin masih menjabat sebagai Gubernur Sumatera Selatan. Di partainya, Partai Golkar, pamor politikus muda ini disebut melejit bak meteor sejak memenangkan kursi Gubernur di Sumatera Selatan. Sebelumnya, dia hanya seorang bupati di Kabupaten Musi Banyuasin.

Pencalonan Alex cukup mengejutkan dan ti-dak diperhitungkan banyak orang. Soalnya, di Jakarta namanya nyaris tak dikenal. Semua survei politik juga tak memperhitungkan namanya yang

Page 27: FOKE atau JOKOWI.pdf

15BAB 2|Para Kandidat

konsisten terpuruk di baris bawah. Tapi di saat-saat terakhir, tampaknya dia berhasil meyakinkan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie untuk memil-ih dia sebagai kandidat DKI-1.

Golkar sendiri sebenarnya tak kekurangan calon berkualitas. Sebelum Alex menyalip di tikungan dan merebut tiket pencalonan, dua politikus Golkar, Tantowi Yahya dan Priya Ramadhani, disebut-sebut berpeluang jadi calon DKI-1 dari Partai Beringin.

Tantowi adalah selebritas nasional yang naman-ya cukup bergaung di antara khalayak ramai. Dia anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Golkar. Sementara Priya adalah besan Aburizal. Anaknya, Nia Ramadhani menikah dengan Ardi Bakrie, anak Aburizal. Priya juga Ketua Golkar Jakarta. Keduanya mental disapu pencalonan Alex Noerdin.

Untuk kursi DKI-2, Golkar menggandeng Nono Sampono yang mengantongi dukungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Proses pencalo-nan Nono juga amat cepat dan nyaris luput dari perhatian publik. Sebelumnya Nono yang dike-nal dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, sempat mengikuti proses uji ke-layakan di PDIP sebagai calon Gubernur. Tapi di

Page 28: FOKE atau JOKOWI.pdf

16 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

detik-detik terakhir, Nono mendadak dipinang jadi jago PPP untuk disandingkan dengan Alex Noerdin.

Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama

Pasangan ini muncul di saat-saat terakhir menjelang penutupan registrasi calon Gubernur Jakarta. Sebelumnya nyaris tidak ada tanda-tanda kalau Jokowi bakal punya peluang untuk dicalonk-an menjadi pemimpin Jakarta. Soalnya dia baru saja terpilih menjadi Walikota Solo untuk masa ja-batan kedua.

Selain itu, menjelang pemilihan, PDIP sendiri kabarnya sudah punya calon. Seperti sudah di-tulis di berbagai media, PDIP bakal mencoba berkoalisi dengan Partai Demokrat untuk men-calonkan Foke sebagai DKI-1 untuk periode kedua. Hubungan Foke dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memang cukup dekat. Apalagi, pada 2007 lalu, Foke maju dengan tiket PDIP.

Tapi di saat-saat terakhir, terjadi perubahan drastis. Megawati kabarnya dibujuk oleh orang-orang dekatnya –termasuk Ketua Dewan Pembina Gerindra Letjen (Purn) Prabowo Subianto—untuk

Page 29: FOKE atau JOKOWI.pdf

17BAB 2|Para Kandidat

mencalonkan Joko Widodo. Gerindra sendiri me-nyodorkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, seorang anggota DPR dari Fraksi Golkar. Yang unik, Basuki adalah warga Jakarta keturunan Tionghoa. Inilah untuk pertama kalinya, seorang keturunan Tionghoa dicalonkan menjadi pemimpin Jakarta.

Kemunculan duet Jokowi-Ahok langsung menggairahkan suasana pemilihan Gubernur Jakarta. Berbagai media massa dengan berseman-gat menyoroti pasangan calon ini. Koalisi pendu-kung Foke yang semula sudah solid menyokong pencalonan kembali sang gubernur pun beran-takan. Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional, belakangan memilih untuk mencalonk-an kandidat mereka sendiri.

Pasangan Jokowi-Ahok mempromosikan diri sebagai pemimpin daerah yang sederhana, ber-sih, tegas dan berhasil melakukan perbaikan besar di kota masing-masing. Jokowi memang terkenal karena keberhasilannya mengubah wajah Solo. Sedangkan Basuki atawa Ahok adalah mantan bupati Belitung Timur yang dikenal dengan ge-brakannya menyediakan pendidikan dan kesehat-an gratis di sana.

Page 30: FOKE atau JOKOWI.pdf

18 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli Fauzi Bowo alias Foke sebenarnya calon incum-

bent yang punya peluang amat besar untuk mem-pertahankan kursinya sebagai Gubernur Jakarta. Apalagi dia didukung Partai Demokrat, dan koalisi partai-partai kecil dan menengah.

Pengalamannya sebagai Sekretaris Daerah lalu Wakil Gubernur di era Gubernur Sutiyoso mem-buatnya dipandang mampu menyelesaikan berb-agai persoalan di Ibu Kota. Selain itu, dia juga per-nah menjadi kepala dinas selama bertahun-tahun.

Sayangnya mendekati masa-masa pemili-han Gubernur, dia didera berbagai isu tak sedap. Sebagian terutama berpangkal dari perseteruan-nya dengan Wakil Gubernur Prijanto. Secara ter-buka di media massa, Prijanto mengaku tidak ban-yak mendapat peran sebagai wakil kepala daerah di Jakarta. Saran dan nasehatnya pun tak digubris Foke. Puncaknya, Prijanto mengundurkan diri dari kursi wakil gubernur.

Konflik ini jelas mencederai reputasi Foke. Akibatnya, dia digambarkan sebagai pemimpin yang arogan, kasar dan tidak bisa bekerjasama dengan orang lain. Pencitraan ini amat merugikan

Page 31: FOKE atau JOKOWI.pdf

19BAB 2|Para Kandidat

posisi Foke menjelang momen pemilihan Guber-nur yang amat krusial.

Pencalonan Foke juga terganggu oleh sengketa soal calon wakil gubernur yang bakal mendampingin-ya. Semula ada dua tokoh yang disebut-sebut bakal mendampingi dia: Tri Wisak sana alias Sani dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Adang Ruchiatna dari Partai Demokrasi Indo nesia Perjuangan (PDIP).

Apapun yang dipilih Foke, koalisi Demokrat-PKS atau Demokrat-PDIP, keduanya jelas akan amat menguntungkan posisi politik lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. Namun, apa lacur. Belakangan, di hari-hari terakhir menjelang pencalonan, PDIP berbalik arah dan mengusung calonnya sendiri yakni Jokowi-Ahok.

Walhasil, Foke kebingungan mencari pen-damping. Negosiasi politik dengan PKS rupa-nya buntu. Atas saran Dewan Pembina Partai Demokrat, Foke akhirnya memilih Nachrowi Ramli, Ketua Demokrat Jakarta. Jadilah, pasangan Foke-Nara mengadu peruntungan mereka di bursa DKI-1.

Page 32: FOKE atau JOKOWI.pdf

20 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini

Ini juga pasangan yang muncul di detik-detik terakhir pencalonan Gubernur Jakarta. Sempat dik-abarkan akan mengusung pasangan Foke-Nara, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akhirnya memutuskan mencalonkan jago mereka sendiri. Tidak tanggung-tanggung, mereka menugaskan bekas Presiden PKS dan mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid untuk berlaga di Ibu Kota.

Untuk posisi Wakil Gubernur, HNW –begitu Hidayat biasa disapa—menggandeng tokoh kelas berat juga. Dialah Didik J. Rachbini, pentolan Partai Amanat Nasional (PAN), ekonom dan mantan ang-gota DPR yang dikenal dekat dengan Amien Rais.

Dari komposisi PKS-PAN ini, jelas kalau pasan-gan HNW-Didik sedang berusaha menyasar basis massa pemilih Islam di Jakarta. Itu juga tampak jelas dalam setiap kampanye mereka. Hidayat dan Didik selalu dicitrakan sebagai pemimpin bersih, bertakwa dan berpengalaman. Untuk menarik warga, pasangan ini menggunakan seragam batik bermotif Monas berwarna oranye. Warna oranye sendiri adalah warna khas suporter Persija Jakarta, klub sepak bola kebanggaan warga Ibu Kota. n

Page 33: FOKE atau JOKOWI.pdf

21BAB 3|Media Massa dan Perannya

BAB 3 Media Massa dan Perannya

Hingar-bingar Pemilihan Gubernur Jakarta mewarnai berita politik Indonesia sepanjang 2012. Sejak masa pendaftaran calon pada awal

tahun, masa kampanye sampai pemilihan putaran pertama pada 11 Juli 2012, media massa seperti tak pernah putus memberitakan kompetisi politik bergengsi ini.

Perhatian media yang luar biasa ini bisa dipa-hami. Pemilu Jakarta memang disebut-sebut sebagai babak pemanasan politik menjelang

Page 34: FOKE atau JOKOWI.pdf

22 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Pemilihan Umum pada 2014 depan. Tak heran jika semua partai mengerahkan kekuatan terbaiknya untuk memenangkan pertarungan menentukan memperebutkan kursi DKI-1.

Pada Juli 2012, ketika pencoblosan putaran pertama tidak konklusif, pertarungan pun berlan-jut. Pasalnya, tak ada satupun dari keenam calon yang meraih suara lebih dari 50 persen. Sesuai undang-undang, pemilihan Gubernur Jakarta pun harus dilakukan dua putaran. Babak perpanjangan waktu ini memberi kesempatan tambahan pada media untuk menyoroti kedua kandidat yang ter-sisa: Jokowi dan Foke.

Jarak yang cukup panjang antara putaran pertama dan hari pencoblosan putaran kedua pada September 2012 membuat kompetisi poli-tik Pilkada Jakarta makin panas. Berbagai isu pun muncul silih berganti untuk keuntungan dan keru-gian kedua kandidat. ‘Pertarungan udara’ –begitu biasanya para politikus menyebut adu kekuatan para kandidat di media—penuh dengan saling se-rang dari kedua kandidat.

Terlebih, kedua kandidat memang punya kans yang sama untuk menang. Sepanjang jeda dua

Page 35: FOKE atau JOKOWI.pdf

23BAB 3|Media Massa dan Perannya

bulan itu, Jokowi dan Foke bersaing keras untuk menarik simpati pemilih. Jarak suara mereka cu-kup tipis. Pada putaran pertama pencoblosan, Foke meraih 1, 4 juta suara (34 persen), sementara Jokowi unggul sedikit dengan 1, 8 juta suara (42,6 persen).

Panasnya persaingan mereka sudah terasa pada hari ketika pencoblosan putaran pertama usai, pertengahan Juli 2012. Ketika itu, partai-partai pengusung kandidat yang kalah langsung diperebutkan. Belum lagi semua suara selesai dihi-tung, Jokowi langsung bermanuver cepat dengan merangkul Hidayat Nur Wahid dari PKS.

Hidayat penting didekati karena dia meraih suara terbanyak ketiga dengan 500 ribu suara (11, 7 persen). Dukungan semua kandidat yang tersisih --Faisal Basri (215 ribu suara), Alex Noerdin (202 ribu suara) dan Hendardji (85 ribu suara)-- juga diperebutkan.

Meski kalah start, Foke tak menyerah. Bela-kangan, dia malah berhasil menyalip di tiku-ngan. Satu demi satu, dia mendekati partai politik pengu sung lawannya di Pilkada DKI. Dalam waktu kurang dari satu bulan, dia berhasil membuat PPP,

Page 36: FOKE atau JOKOWI.pdf

24 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

PAN, Golkar dan PKS mengalihkan dukungan pada dirinya. Hanya para calon independen, Faisal dan Hendardji, yang menolak untuk mengalihkan su-ara pendukung mereka pada pasangan calon yang masih berlaga. Dengan demikian, pada putaran kedua, Jokowi dan PDIP dikeroyok oleh koalisi par-tai politik yang mendukung Foke.

Di tengah hiruk pikuk perhelatan politik ini, media punya peran menentukan. Persepsi positif atau negatif yang disuarakan media sedikit ban-yak mempengaruhi opini publik. Ini disadari benar oleh penyokong kedua calon gubernur.

Karena itu, kedua kubu kandidat secara hati-hati mengatur pencitraan mereka di hadapan publik. Setiap penampilan, pernyataan, pidato, dari para kandidat dijaga sedemikian rupa untuk menampilkan citra paling positif di mata media.

Foke misalnya dilatih khusus agar tidak lupa tersenyum ketika disorot kamera. Kumisnya, yang menjadi trade mark kampanye sang petahana, di-tangani khusus. Sementara Jokowi juga tak lepas dari polesan. Ada tim khusus yang mengawasi jatuhnya poni di kepala Jokowi misalnya.

Page 37: FOKE atau JOKOWI.pdf

25BAB 3|Media Massa dan Perannya

Kebutuhan untuk mengontrol pesan politik dan penampilan kandidat menjadi semakin vital di era digital seperti sekarang. Pasalnya, para khalayak Twitter dan Facebook tampaknya punya logika sendiri dalam menilai para calon gubernur. Mereka bergerak sendiri mencari informasi, dan membagikan semua yang mereka temukan kepada sesama pengguna media sosial lain secara online. Karena itulah, mau tak mau para kandidat harus berusaha 24 jam 7 hari sepekan untuk tampil prima di hadapan publik.

Meski begitu, sepanjang kampanye Pemilihan Gubernur Jakarta lalu, ada beberapa isu menge-nai para kandidat yang tetap menyeruak di ten-gah ketatnya pengendalian pesan para kandidat. Sumber isunya beragam. Ada yang muncul dari media arus utama lalu diperbincangkan secara luas di media sosial. Ada juga yang sebaliknya, muncul dari media sosial dan menjadi isu besar setelah media mainstream memuatnya.

Apapun, isu-isu ini memberi tambahan infor-masi buat pemilih mengenai para calon gubernur. Meski sebuah isu terbukti tak akurat misalnya, cara kandidat menanggapi isu tersebut memberi

Page 38: FOKE atau JOKOWI.pdf

26 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

informasi mengenai gaya kepemimpinan dan pri-oritas mereka. Berikut ini beberapa isu yang mem-pengaruhi persepsi pemilih mengenai kandidat Pemilihan Gubernur Jakarta 2013:

Isu yang pertama, menyangkut masalah sen-timen suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Isu ini semula muncul dari media arus utama yang kemudian diramaikan di media sosial. Keriuhan di media sosial, pada gilirannya, berperan makin membesarkan magnitude atau nilai berita isu ini di media arus utama.

Jadi, di sini terjadi proses interaksi yang dina-mis antara media sosial dan media arus utama. Masing-masing platform memainkan perannya untuk mengangkat isu ini menjadi topik yang hangat diperbincangkan publik.

Isu ini berawal dari laporan tim sukses Jokowi yang melaporkan satu ceramah Rhoma Irama yang bernuansa SARA di sebuah masjid di Tanjung Duren, Jakarta Barat, akhir Juli 2012. Ini jadi ma-salah karena Rhoma dikenal luas sebagai pendu-kung Foke meski namanya tak tercantum resmi dalam daftar tim sukses.

Page 39: FOKE atau JOKOWI.pdf

27BAB 3|Media Massa dan Perannya

Ketika berceramah di sana, Rhoma mengimbau umat muslim untuk tidak memilih pasangan yang tidak beragama Islam. Tak cukup sampai di sana, dia mengaku punya informasi kalau ibu Jokowi adalah seorang non-muslim. Selain itu, dia juga menyoroti agama calon wakil gubernur Jokowi, Basuki Tjahaja, yang kebetulan Kristen dan keturunan Tionghoa.

Laporan tim sukses Jokowi ke panitia penga-was pemilu ini diberitakan secara luas dan me-micu diskusi panjang di media sosial. Sejumlah se-lebritas dan tokoh politik yang punya akun twitter dan jumlah follower puluhan ribu turut meramai-kan diskusi. Isu ini juga yang mewarnai kampanye kedua kandidat pada putaran kedua.

Menjelang hari pencoblosan, hembusan isu SARA makin gencar terasa. Propaganda isu SARA beredar lewat SMS, brosur, media sosial, baliho, hingga selebaran. Bahkan, dua hari menjelang pencoblosan, polisi berhasil menangkap beberapa orang yang sengaja membagikan selebaran bernu-ansa SARA di perempatan jalan. Sulit menepis ke-san bahwa ada tim sukses –entah dari calon guber-nur yang mana—yang memang menggunakan isu SARA untuk kepentingan kampanye mereka.

Page 40: FOKE atau JOKOWI.pdf

28 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Pada debat kandidat terakhir, empat men-jelang hari pemilihan, Calon Wakil Gubernur Nachrowi Ramli keseleo lidah dan menggunak-an kalimat yang menjurus pada pelecehan etnis Basuki Tjahaja. Ketika memulai tanggapannya un-tuk Ahok, Nara berkata, “Haiya Ahok...” Nada suar-anya pun dibuat mirip suara orang Tionghoa.

Akibat insiden itu, keesokan harinya, Foke ter-paksa berkeliling Jakarta dan mengunjungi sejum-lah tempat ibadah, mulai vihara, pura sampai ge-reja, untuk menetralisir dampak negatif ulah calon pendampingnya. Semua manuver kandidat ini menjadi perhatian media, baik media sosial mau-pun media mainstream.

Isu kedua, adalah soal independensi lembaga survei. Isu ini dipicu oleh salahnya semua prediksi lembaga survei mengenai hasil pilkada Jakarta putaran pertama. Pasalnya sepekan sebelum hari pencoblosan putaran pertama, sejumlah lem-baga survei merilis hasil jajak pendapat mereka. Semuanya seragam menunjukkan Foke-Nara akan muncul sebagai pemenang. Bahkan ada lembaga survei yang memprediksi pasangan inkumben ini akan menang dalam satu putaran saja.

Page 41: FOKE atau JOKOWI.pdf

29BAB 3|Media Massa dan Perannya

Seperti sudah kita ketahui, prediksi itu meleset. Foke melorot di posisi kedua, di bawah Jokowi. Kesalahan prediksi ini kontan menjadi buah bibir masyarakat. Walhasil, banyak yang mempertan-yakan independensi lembaga survei.

Publik menuding sejumlah lembaga survei ti-dak bisa independen karena merangkap sebagai konsultan politik. Isu ini awalnya muncul di media sosial, dan sempat banyak mendapat ruang di me-dia mainstream.

Isu ketiga, soal putra daerah. Tim sukses Foke-Nara yang pertama kali mengangkat isu ini pada hari-hari terakhir menjelang pencoblosan 20 September 2012. Dalam pidatonya di sejumlah or-ganisasi Betawi, Nachrowi berulangkali menekank-an asal sukunya sebagai orang Betawi. Dia mene-gaskan bahwa Jakarta harus dipimpin oleh orang Betawi. Bukan kebetulan kalau Nachrowi adalah Ketua Badan Musyawarah Betawi, kumpulan or-ganisasasi Betawi di Ibu Kota.

Ketika dikritik di media, Nachrowi berkilah pernyataan itu dia sampaikan di forum tertutup untuk perkumpulan Betawi. Menurutnya wajar saja dia mengingatkan warga Betawi agar memilih

Page 42: FOKE atau JOKOWI.pdf

30 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

orang Betawi sebagai Gubernur Jakarta. Tentu dari perspektif persatuan dan kemajemukan (bhineka tunggal ika), cara pandang macam ini bisa dinilai picik dan chauvanistik.

Lagi-lagi kasus ini menunjukkan bahwa ber-bagai pidato dan pernyataan para calon --meski ditujukan pada komunitas terbatas dan disam-paikan dalam pertemuan tertutup-- selalu berpo-tensi bocor ke publik. Suasana kompetisi politik yang ketat membuat setiap tim selalu mengintip

Nada Sumbang Dakwah Ulama: Unjuk rasa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu, 9 September 2012. Dalam aksinya mereka menghimbau kepada relawan kedua calon cagub dan cawagub dalam pilkada DKI Jakarta untuk tidak mengusik, mengganggu, dan menghina umat Islam yang sedang berdakwah dan mengingatkan umat. [TEMPO/STR/Dasril Roszandi; DS2012090939]

Page 43: FOKE atau JOKOWI.pdf

31BAB 3|Media Massa dan Perannya

apa yang dilakukan lawannya dan memanfaatkan setiap blunder untuk keuntungan politik mereka.

Begitu sebuah informasi kontroversial dibo-corkan ke media, apalagi sampai ke internet, ham-pir bisa dipastikan isu ini akan jadi bahan pem-bicaraan di mana-mana. Semakin kontroversial sebuah isu, semakin banyak orang yang tertarik membicarakan dan meneruskan info ini ke orang lain. Kalau cukup banyak orang yang membicara-kannya di media sosial, maka hampir bisa dipas-tikan isu ini akan diliput juga oleh media online mainstream.

Isu keempat, soal jejak rekam Ahok sebagai politikus. Isu ini muncul di media sosial dan kemu-dian belakangan terangkat ke media arus utama, pasca hasil putaran pertama pemilihan diumum-kan, akhir Juli 2012. Isu ini pertama kali diangkat sejumlah akun twitter yang menggunakan nama samaran (akun anonim) seperti @triomacan2000 dan @cinta8168. Mereka menyerang Ahok dan menyebutnya sebagai politisi kutu loncat karena selalu berpindah partai.

Di awal karir politiknya, Ahok memang semula anggota Partai Indonesia Baru (PIB). Dia diusung

Page 44: FOKE atau JOKOWI.pdf

32 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

partai ini ketika menjadi Bupati Belitung Timur. Ketika menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan, dia menggunakan kendaraan partai Golkar. Nah, saat menjadi Wakil Gubernur, Ahok dipinang Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Fakta itu kemudian dimanfaatkan tim sukses Foke untuk menyoroti inkonsistensi pandangan politik Ahok.

Isu Twitter ini kemudian merembet menjadi isu media umum dan diperbincangkan secara luas. Peralihan dari isu media sosial ke media main-stream biasanya membuat suatu isu bisa berkem-bang ke dua arah: makin ramai dibahas atau justru mati. Pasalnya ketika memberitakan sesuatu, jur-nalis dituntut memperoleh konfirmasi dari sumber berita yang dituduh. Dengan begitu, secara sadar atau tidak, sejumlah media mainstream bertindak sebagai clearing house. Ketika sebuah isu ternyata tidak punya dasar faktual, biasanya isu itu tidak lagi menarik diperbincangkan.

Isu kelima, soal prestasi Jokowi di Solo. Ini juga isu yang disebarkan sejumlah akun dengan nama samaran di media sosial, pada awal September 2012, sekitar tiga pekan sebelum pencoblosan

Page 45: FOKE atau JOKOWI.pdf

33BAB 3|Media Massa dan Perannya

putaran kedua. Dikabarkan kalau Jokowi sebena-rnya tidak terlalu banyak berprestasi di Solo, ber-lawanan dengan berbagai pemberitaan selama ini. Berbagai inisiatifnya diisukan tak berlanjut dan hanya berhasil di awal peluncurannya.

Tuduhan ini disertai sejumlah data statistik untuk memperkuat kredibilitasnya. Namun, infor-masi ini pun tidak mampu menggoyahkan popu-laritas Jokowi. Apalagi ketika terbukti data-data itu hanya daur ulang dari sejumlah informasi lawas yang sudah pernah dibahas di Solo.

Sekali lagi di sini, media mainstream berperan be-sar untuk menjernihkan informasi atau berperan seb-agai clearing house. Memang ada media yang terjebak menjadi penyebar kampanye hitam dan propaganda politik dari kedua tim sukses yang bertanding. Tapi tak sedikit yang dengan berhati-hati memilih dan memi-lah isu-isu itu. Hanya informasi yang sudah terverifikasi saja yang dimuat di media massa.

Dengan upaya verifikasi dan konfirmasi yang dengan sendirinya tersebar juga melalui media so-sial, pada akhirnya publik bisa memilah mana isu yang akurat dan mana yang hanya merupakan ba-gian dari kampanye hitam para kandidat.

Page 46: FOKE atau JOKOWI.pdf

34 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Banyaknya media di Jakarta dan relatif luas-nya penetrasi media sosial di Ibu Kota membuat banyak kampanye hitam tak berhasil sampai mengubah opini dan persepsi khalayak. Berbeda dengan banyak Pilkada di daerah lain. Biasanya, keberadaan sebuah isu yang menyesatkan dan berpotensi menimbulkan keraguan di benak pemilih, baru disadari pada detik-detik terakhir menjelang pencoblosan, ketika sudah tak mung-kin lagi dinetralisir.

Isu keenam, soal rekayasa kebakaran di Jakarta. Sepanjang pilkada Jakarta, mungkin ini salah satu isu yang paling rawan menyebabkan gesekan dan konflik yang serius. Isu ini bermula dari serangkaian kebakaran yang membumihan-guskan sejumlah permukiman padat dan kumuh di Jakarta pada Agustus 2012. Potensi kebakaran di Jakarta memang meningkat berkali-kali lipat pada musim kemarau.

Nah, di tengah upaya mengatasi kebakaran itu, beredar pesan berantai melalui blackberry message yang mengaitkan kebakaran itu den-gan upaya mengintimidasi warga agar tidak me-milih Jokowi. Agar meyakinkan, dalam pesan itu

Page 47: FOKE atau JOKOWI.pdf

35BAB 3|Media Massa dan Perannya

disebarkan pula data-data hasil pemilihan pada putaran pertama. Kebakaran ditengarai terjadi di kantong-kantong pemilih Jokowi.

Isu ini makin menjadi setelah Foke keceplo-san menanyakan pilihan politik seorang warga korban kebakaran dalam kunjungannya ke lokasi kebakaran di dekat Tanah Abang, Jakarta Pusat pada pekan pertama Agustus 2012. Di sana, dia menjanjikan bantuan rekonstruksi rumah korban kebakaran. Foke, dengan gaya khasnya, lalu ber-tanya, “Kemarin nyolok siapa? Kalau nyolok Jokowi mah bangun (rumah--) di Solo aja sono,” katanya.

Meski sempat jadi isu panas, publik rupanya tidak mudah terpancing dengan kabar provoka-tif macam ini. Apalagi sejumlah media dengan cermat menekankan fakta bahwa kebakaran di semua titik di Jakarta adalah problem yang selalu terjadi setiap tahunnya. Masalahnya, instalasi lis-trik di kampung-kampung itu memang tumpang tindih dan rawan korsleting.

Meski begitu, di media sosial dan beber-apa media mainstream, isu ini tetap digoreng sedemikian rupa untuk mempengaruhi persepsi khalayak. Pada hari-hari kampanye macam ini,

Page 48: FOKE atau JOKOWI.pdf

36 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

blunder sekecil apapun memang dieksploitasi habis-habisan untuk keuntungan salahsatu pihak.

Isu ketujuh, video intimidasi pemilih Tionghoa di Youtube. Video ini beredar menjelang pada akhir Agustus, sebulan sebelum pencoblosan. Video yang beredar di Youtube itu berjudul ‘Koboy Cina Pimpin Jakarta’. Isinya benar-benar penuh ancaman dan in-timidasi untuk pemilih Tionghoa agar tidak memilih Ahok sebagai calon Wakil Gubernur. Video itu seolah mengancam jika Ahok sampai terpilih maka kerusu-han yang melanda Jakarta pada 1998 akan terulang dan kaum keturunan Tionghoa akan jadi korban.

Berutung, Ahok sendiri tampak ringan dan percaya diri menghadapi gempuran isu SARA ini. Dia malah menanggapinya dengan enteng dan mengaku sudah kenyang digoyang karena latar belakang etnisitasnya. Dengan demikian, tujuan propraganda ini pun tidak tercapai.

Senada dengan video itu adalah penyebaran spanduk bertuliskan: ‘Warga Tionghoa dan Umat Kristiani Bangga Menjadi Pendukung Jokowi-Ahok. Ayo Buktikan Lagi di Putaran Kedua’. Ratusan spanduk di atas kain putih dengan huruf merah ini ditemukan di seantero Jakarta sejak awal Agustus

Page 49: FOKE atau JOKOWI.pdf

37BAB 3|Media Massa dan Perannya

2012. Tak ada satu pun kubu yang mengakui span-duk itu sebagai bagian dari kampanye mereka.

Berbagai isu ini menunjukkan bahwa kompe-tisi politik yang panas memang memicu berbagai upaya intimidasi dan disinformasi. Fenomena ini sebenarnya tidak khas Jakarta. Hampir selalu ada isu-isu seram yang berusaha mendiskreditkan para kandidat dalam pemilihan politik seperti ini.

Lagi-lagi, berbeda dengan daerah lain, di Jakarta sebagian besar dari para pemilih terkonek-si satu sama lain melalui media sosial. Setiap isu yang jadi viral dan dibahas di media sosial hampir pasti akan dicheck langsung dan dikonfirmasi oleh media arus utama.

Lepas dari akurasi maupun keberimbangan peliputan media mainstream, setidaknya model interaksi macam ini membuat tidak ada isu gelap yang bermain di kompetisi politik ini. Semua dibu-ka dan dibahas secara transparan. Di media sosial, para netizen atau pengguna internet juga biasan-ya akan mencari informasi yang bisa memperkuat atau melemahkan isu yang berkembang.

***

Page 50: FOKE atau JOKOWI.pdf

38 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Ketujuh isu di atas hanya sebagian dari ber-bagai isu politik yang muncul selama Pilkada Jakarta. Jarak waktu antara pemilihan gubernur putaran pertama sampai putaran kedua yang cukup lama membuat berbagai kabar beraneka rupa sempat mewarnai ruang publik, dan bere-but perhatian khalayak. Pilkada putaran kedua berlangsung pada 20 September 2012, lebih dari dua bulan dari pemungutan suara putaran pertama.

Akhirnya, setelah pencoblosan, kita semua tahu pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama meme nangkan Pemilihan Gubernur Jakarta 2012. Berdasarkan penghitungan atau rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta, Jokowi-Ahok mem peroleh 2,47 juta su-ara, sedangkan Foke-Nara hanya mendapat 2,12 juta suara. Jokowi dan Ahok juga dinyatakan lebih unggul di lima wilayah Jakarta, dan hanya kalah di satu wilayah yaitu di Kepulauan Seribu.

Selama Juli hingga September 2012, bahkan sampai buku ini ditulis, Pilkada DKI masih menjadi isu sentral dalam pemberitaan media lokal mau-pun nasional. Bisa dibilang media memberi ruang

Page 51: FOKE atau JOKOWI.pdf

39BAB 3|Media Massa dan Perannya

jauh lebih besar bagi pemberitaan Pilkada DKI ketimbang pilkada-pilkada lainnya.

Peran Media Tak bisa dipungkiri, media punya peran tera-

mat penting dalam pembentukan opini publik pada masa Pemilihan Gubernur Jakarta. Ketujuh isu yang diulas sebelumnya menjadi bukti bagaimana persepsi positif maupun negatif calon pemilih amat tergantung pada informasi macam apa yang dipublikasikan media.

Meski belakangan media sosial juga memaink-an peran vital, keberadaan media mainstream dan perannya untuk menambah maupun mengurangi peluang seorang kandidat masih amat berpenga-ruh. Daya jangkaunya yang luas dan akses para jurnalis media mainstream pada sumber informasi yang tak bisa ditembus para jurnalis warga (citizen journalists) membuat media mainstream masih dianggap sebagai acuan informasi utama di mata publik. Keberadaan versi online dari media main-stream juga berperan penting menjaga tingkat pengaruh media di era Twitter dan Facebook sep-erti sekarang.

Page 52: FOKE atau JOKOWI.pdf

40 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Karena itulah, tak heran jika sedari awal, sejak proses pemilihan gubernur Jakarta pertama kali bergulir, para operator tim sukses kandidat su-dah berusaha mendekati pengelola media massa. Macam-macam cara dan strategi digunakan. Mulai pembelian slot waktu siaran, pembelian halaman koran, blocking time di media audiovisual, kerjasa-ma pembuatan advertorial dan macam-macam lagi.

Penting untuk ditekankan di sini, bahwa ker-jasama yang tegas di wilayah iklan, jelas bukan sesuatu yang pantas dikhawatirkan. Akan tetapi masalah mulai muncul ketika kerjasama tim sukses kandidat dengan media, mulai memasuki wilayah jurnalistik atau pemberitaan.

Ketika sebuah berita sengaja dibuat untuk keuntungan salahsatu kandidat yang sudah mem-bayar redaksi, maka publik dirugikan. Kepentingan khalayak untuk mendapat peliputan yang impar-sial, obyektif dan jujur mengenai semua kandidat –agar mereka punya cukup informasi sebelum menjatuhkan pilihan pada salahsatu kandidat—akhirnya tak terpenuhi.

Penting untuk dicatat, ideologi politik redaksi

Page 53: FOKE atau JOKOWI.pdf

41BAB 3|Media Massa dan Perannya

media sebenarnya tak sepenuhnya haram. Pada 1950-1960an, lazim saja jika ada media yang me-mang mengusung ideologi politik tertentu. Kita pernah mengenal Harian Rakyat yang dekat den-gan Partai Komunis Indonesia, Harian Pedoman yang konon berafiliasi dengan Partai Sosialis Indonesia, dan koran-koran politik lain.

Itu semua berubah ketika Orde Baru berkuasa. Soeharto dan aparatur propaganda Orde Baru me-larang media punya afiliasi politik selain Pancasila. Semua redaksi media harus bekerja untuk menja-ga stabilitas politik, atau dengan kata lain ikut me-mastikan status quo –yakni kekuasaan Golkar—tetap langgeng.

Walhasil, sejak itu redaksi media tak pernah secara terbuka mendukung seorang kandidat atau partai politik. Imparsialitas model ini merupakan warisan jaman Orde Baru yang memang melarang politik praktis memasuki ruang redaksi.

Tradisi imparsialitas redaksi di Indonesia ini berbeda dengan kebijakan editorial media massa di sebagian Eropa dan Amerika. Media massa di sana bisa terang-terangan menyatakan dukun-gannya pada salahsatu kandidat di penghujung

Page 54: FOKE atau JOKOWI.pdf

42 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

sebuah musim kampanye. Tentu –secara teoritis— dukungan itu diberikan berdasarkan pertimban-gan idelogis dan garis kebijakan editorial media tersebut.

Ada perbedaan mendasar antara sikap redaksi yang mendukung seorang kandidat politik, karena ideologi atau karena melayani kepentingan pem-bayar iklan tertinggi. Ketika media memilih men-dukung seorang kandidat karena aspek bisnis, maka akurasi dan integritas media itu menjadi ta-ruhannya. Di sini independensi media dalam pem-beritaan menjadi terancam dan jurnalis bisa turun derajat hanya menjadi corong bagi kandidat.

Masalahnya, tak mudah membongkar ker-jasama khusus antara redaksi media –ingat, reda-ksi, bukan bagian iklan-- dan tim sukses kandidat. Yang bisa dilakukan untuk mengendus kongka-likong model ini adalah mengungkap indikasi ad-anya relasi spesial antara media tertentu dan tim sukses kandidat tertentu.

Salahsatu cara yang bisa dipakai adalah dengan menganalisa pola pemberitaan suatu media terhadap kandidat. Intensitas pemberitaan, arah pemberitaan, dan berimbang tidaknya berita yang dimuat bisa jadi

Page 55: FOKE atau JOKOWI.pdf

43BAB 3|Media Massa dan Perannya

petunjuk soal ada tidaknya kerjasama spesial antara media dan kandidat gubernur.

Untuk itulah, riset ini dilakukan. Penelitian ini mencoba mencari apakah ada media yang secara berlebihan menunjukkan dukungan atau kecenderungan pada salahsatu kandidat dalam Pemilihan Gubernur Jakarta. Hasil riset analisis isi media ini kemudian dipadukan dengan wawan-cara kualitatif untuk mencaritahu ada apa di balik pola pemberitaan media tersebut.

Total ada 16 media yang diteliti. Sebanyak 4 media online, 8 media cetak, dan 4 televisi nasional ditelisik dengan cermat untuk memperoleh infor-masi mengenai intensitas dan pola pemberitaan mereka. Keberimbangan adalah kata kunci riset ini.

Adapun media yang diteliti adalah detik.com, kompas.com, viva.co.id dan okezone.com untuk kategori media online. Sedangkan untuk media cetak lokal Jakarta, ada Warta Kota, Pos Kota, Indo Pos dan Koran Jakarta. Media nasional yang diteliti adalah Kompas, Koran Tempo, Suara Pembaruan dan Republika. Terakhir, untuk kategori media televisi, peneliti menelisik MetroTV, TV One, JakTV dan RCTI.

Page 56: FOKE atau JOKOWI.pdf

44 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Ke-16 media ini dipilih berdasarkan kebera-gaman kepemilikan mereka, keberagaman kecen-derungan politik editorial mereka, luasnya cakupan media-media ini, dan kedekatan pemberitaan media tersebut dengan isu Jakarta. n

Page 57: FOKE atau JOKOWI.pdf

45BAB 4|Metodologi Riset

BAB 4 Metodologi Riset

Sebagai organisasi jurnalis yang menge­depankan independensi dan integritas, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menaruh perhatian besar pada keberim­

bangan liputan media sepanjang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012.

AJI Jakarta menyadari bahwa media berper­an besar untuk menyampaikan informasi kepada warga mengenai proses sebuah kompetisi politik dan latar belakang para kandidat. Akan tetapi, sep­erti sudah ditegaskan pada bagian sebelumnya,

Page 58: FOKE atau JOKOWI.pdf

46 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

potensi perselingkuhan media dengan tim sukses para kandidat untuk mempengaruhi opini publik, juga patut diwaspadai.

Jika dibiarkan tanpa koreksi, suara miring mengenai integritas dan kredibilitas media bisa menggerus kepercayaan publik (public trust) pada media massa. Ini jelas sesuatu yang tak bisa dibiarkan. Demokrasi membutuhkan peran media yang imparsial dan independen.

Kusut Masai Daftar Pemilih: Direktur Eksekutif Pusat Pergerakan Pemuda Indonesia (P3I) Achmad Nur Hidayat saat memberikan keterangan kepada wartawan mengenai Carut Marut Daftar Pemilih Pilkada DKI Jakarta di Jakarta, Kamis, 17 Mei 2012. Berdasarkan temuan P3I menyimpulkan telah terjadi kesalahan sistematis dan masif dalam penentuan jumlah data pemilih sementara dalam menyelenggarakan pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2012 sehingga pembatalan Pilkada wajib dilakukan. [TEMPO/STR/Dasril Roszandi; DS2012051703]

Page 59: FOKE atau JOKOWI.pdf

47BAB 4|Metodologi Riset

Ketika nilai dasar jurnalisme dipertanyakan, ketika publik merasa kepentingannya dipinggirkan dalam peliputan media, maka warga tak lagi punya acuan yang bisa dipercaya dalam memilah lautan informasi di era keterbukaan macam sekarang. Publik yang terombang­ambing ini rawan sekali diarahkan untuk kepentingan politik salahsatu kubu yang piawai memanipulasi informasi.

Tentu saja, peran menyediakan informasi untuk kepentingan publik ini bukan hanya tanggung jawab media mainstream semata. Namun, ketika daya jangkau jurnalisme warga (citizen journalism) dan media sosial belum terlalu luas, peran media mainstream masih teramat vital.

AJI sendiri punya kepentingan untuk senan­tiasa menjaga ruh independensi media. Sejak berdiri pada 7 Agustus 1994 sebagai reaksi atas pembreidelan majalah Tempo, Detik dan Editor oleh rejim Orde Baru/Soeharto, AJI konsisten membela kebebasan pers, melawan jurnalisme suap/amplop, dan mempromosikan pentingnya profesionalisme dan serikat pekerja bagi pekerja media.

Page 60: FOKE atau JOKOWI.pdf

48 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

MetodologiPenelitian ini pertama­tama menggunakan

analisis isi kuantitatif terhadap berita­berita dari media yang sudah dipilih menjadi sample. Analisis berita itu dilakukan dengan lembar koding untuk mengambil data­data berita yang relevan terkait dengan tujuan penelitian.

Kemudian, peneliti memasukkan lembar kod­ing tersebut pada proses pengolahan data SPSS (Statistic Package for Social Science).

Untuk mengukur pola peliputan media yang menjadi obyek penelitian, ada sejumlah param­eter yang menjadi acuan riset ini. Pertama, jumlah pemberitaan tentang Pilkada DKI Jakarta untuk masing­masing media yang menjadi obyek pene­litian ini. Kedua, topik atau tema pemberitaan yang dimuat oleh media obyek penelitian. Ketiga, porsi pemberitaan dihitung dari jumlah foto kan­didat yang dimuat. Keempat, porsi pemberitaan berdasarkan pemuatan berita tunggal mengenai kandidat. Kelima, keberimbangan berita yang diriset. Keberimbangan diukur dari ada tidaknya konfirmasi pada berita­berita yang dinilai kontro­verial. Selain itu, keberimbangan juga dilihat dari

Page 61: FOKE atau JOKOWI.pdf

49BAB 4|Metodologi Riset

sisi topik/angle berita yang dipilih serta nada/tone pemberitaan media mengenai para kandidat.

Riset dilakukan secara regular untuk setiap berita yang dimuat oleh ke­16 media yang men­jadi obyek penelitian dalam kurun waktu Juni­September 2012. Periode itu mencakup masa pendaftaran kandidat, kampanye, pemungutan suara, dan penghitungan suara pada putaran per­tama dan menjelang putaran kedua Pilkada. Total ada 7.396 berita yang menjadi obyek riset ini.

Untuk mencari tahu kaitan antara pola pember­itaan media dan relasi khusus yang dibangun tim sukses kandidat dengan media massa, penelitian ini juga melakukan wawancara dengan setiap tim sukses kandidat Pilkada dan para pengelola redaksi, orang­orang yang ada di balik pemberitaan media.

Wawancara tim sukses kandidat dilakukan un­tuk mengetahui bagaimana pola hubungan tim sukses dengan media, strategi komunikasi tim suk­ses, dan hasil evaluasi mereka mengenai dampak pemberitaan media terhadap kampanye kandidat.

Sedangkan wawancara dengan pemimpin re­daksi, atau wakil pemimpin redaksi atau redaktur

Page 62: FOKE atau JOKOWI.pdf

50 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

pelaksana dari media yang diteliti bertujuan untuk meminta konfirmsi dan respon atas temuan riset kuantitatif. Wawancara dengan elite media juga dilakukan untuk mengetahui apa nilai­nilai yang mempengaruhi media ketika memutuskan menu­runkan pemberitaan tertentu mengenai pilkada Jakarta. n

Page 63: FOKE atau JOKOWI.pdf

51BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

BAB 5 Hasil Riset Kuantitatif

Memeriksa ribuan berita untuk sebuah periode peliputan yang panjang tentu bukanlah perkara yang gampang. Untuk itu, demi

memudahkan analisa, periode riset ini dibagi menjadi empat bagian.

Bagian pertama adalah 1-15 Juni 2012, lalu 16-30 Juni 2012. Bagian ketiga analisa dilakukan un-tuk periode 1-31 Juli 2012 dan terakhir pada 1-13 September 2012.

Page 64: FOKE atau JOKOWI.pdf

52 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Meski begitu, pembahasan atas hasil analisa tetap dilakukan berdasarkan dua periode saja: yakni sekitar putaran pertama Pilkada Jakarta selama dua bulan (1 Juni 2012-31 Juli 2012) dan sekitar putaran kedua Pilkada selama satu bulan (1 Agustus-13 September 2012).

PUTARAN PERTAMA

A. Jumlah Berita

3965

848787

100113

127162

218219

261443

610794

851

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Jak TVTV One

Koran JakartaKompas

Suara PembaruanMetro TV

Koran TempoRCTI

RepublikaPoskota

WartakotaIndopos

Vivanews.comOkezone.com

Detik.comKompas.com

Dari hasil analisa mengenai jumlah berita saja, tampak bahwa mayoritas pemberitaan Pilkada Jakarta didominasi oleh media online. Baru disusul oleh jumlah berita di koran lokal, koran nasional dan kemudian televisi.

Page 65: FOKE atau JOKOWI.pdf

53BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

Ini klop dengan sifat alamiah dari ketiga plat-form media ini. Media online memang unggul dari sisi kuantitas berita dan peliputan langsung, sementara koran memiliki halaman yang terbatas, namun bisa memprioritaskan isu tertentu dan me-nambah halaman bila perlu. Hanya televisi yang ruang pemberitaannya memang dibatasi oleh waktu dan frekuensi penyiaran yang terbatas.

Dengan demikian, wajar saja jika jumlah pem-beritaan tentang isu ini paling sedikit di televisi. Tapi belum tentu, proporsi pemberitaan Pilkada Jakarta, dibandingkan total persentase pemberi-taan di stasiun televisi itu, rendah.

Empat media yang beritanya paling banyak soal Pilkada adalah media online. Kompas.com menjadi juara di sini.Sementara dari kategori koran lokal, Indo Pos ada di urutan teratas. Kategori me-dia cetak nasional dikuasai Republika. Sementara untuk televisi, RCTI yang mendominasi dari sisi jumlah berita Pilkada DKI Jakarta.

Page 66: FOKE atau JOKOWI.pdf

54 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

B. Tema Pemberitaan

Dari sisi tema pemberitaan, riset ini menemu-kan sejumlah topik yang mendominasi pemberita-an media sekitar dua bulan masa putaran pertama Pilkada 2012. Ada soal kampanye para kandidat (ini juga mencakup latar belakang, visi-misi dan program mereka), pelaksanaan Pilkada sendiri (persiapan KPU Jakarta, logistik, pro kontra soal daftar pemilih tetap), perebutan dukungan menjelang putaran kedua, pendaftaran kandidat, regulasi dan kecurangan.

Hasil analisa kuantitatif menunjukkan bahwa sebagian besar media lebih fokus pada isu kam-panye Pilkada ketimbang isu lain. Ini wajar saja karena kampanye Pilkada yang terjadi setiap hari pada periode ini mau tak mau mendikte materi pemberitaan media.

Page 67: FOKE atau JOKOWI.pdf

55BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

Meskipun tak kalah penting, secara kuantitas, sulit untuk memaksakan ada materi berita menge-nai kecurangan Pilkada, atau pro kontra mengenai regulasi atau logistik Pilkada, setiap saat. Itulah se-babnya topik pemberitaan mengenai kampanye para calon Gubernur Jakarta jadi terkesan mendo-minasi pada periode ini.

C. Foto Kandidat

Pada kategori ini, hal pertama yang menarik perhatian adalah perbedaan porsi pemuatan foto kandidat di tiga periode yang diteliti.

Pada periode pertama Pilkada Jakarta (1-15 Juni), jumlah foto calon Golkar Alex Noerdin men-dominasi. Pada periode berikutnya (16-30 Juni), giliran jumlah foto calon Demokrat Fauzi Bowo

Page 68: FOKE atau JOKOWI.pdf

56 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

yang paling banyak muncul di media massa. Nah, pada periode final (1-31 Juli 2012), justru foto calon PDIP Jokowi yang paling sering dimuat.

Dari hasil analisa kualitatif berdasarkan wawa-ncara dengan redaksi media, perbedaan ini mun-cul karena periodisasi kerjasama antara tim sukses kandidat dan para media. Pada awal masa kampa-nye, tim sukses Alex Noerdin gencar memasang iklan di media. Menjelang pemilihan putaran per-tama, giliran tim sukses Fauzi Bowo yang rajin me-masang iklan. Pada detik-detik mendekati hari pe-mungutan suara, tim Jokowi menyalip di tikungan.

D. Berita Tunggal Kandidat

Page 69: FOKE atau JOKOWI.pdf

57BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

Analisa atas pemuatan berita tunggal (tidak ada liputan tentang kandidat lain dalam berita yang sama) tentang para kandidat Gubernur Jakarta menunjukkan hasil yang persis sama den-gan analisa mengenai jumlah foto kandidat pada periode pertama.

Pada periode pertama Pilkada Jakarta (1-15 Juni), jumlah berita tunggal tentang Alex Noerdin paling banyak. Pada periode berikutnya (16-30 Juni), giliran jumlah berita tunggal mengenai Gubernur inkumben Fauzi Bowo yang paling sering muncul di media massa. Nah, pada periode final (1-31 Juli 2012), lagi-lagi berita tunggal ten-tang Jokowi yang jadi jawara. Ini sama dengan ha-sil analisa mengenai pemuatan foto kandidat.

Penjelasan untuk tren ini bisa dicari pada kon-trak iklan kampanye yang kabarnya memang di-dominasi pasangan Alex Noerdin-Nono dan Foke-Nara pada pekan-pekan pertama Pilkada Jakarta. Sementara kemunculan Jokowi sebagai pemenang putaran pertama Pilkada Jakarta pada 11 Juli 2012 bisa menjelaskan mengapa berita tunggal dan foto mengenai Walikota Solo ini jadi melebihi semua pe-saingnya pada kurun waktu 1-31 Juli 2012.

Page 70: FOKE atau JOKOWI.pdf

58 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Sementara jika dilihat per media, hasilnya ber-beda lagi.

3846

57

2011 12 16 10

86

4961

4939

26 22 2022 27

5 10

35

68

46

6

Detik.Com Kompas.Com Okezone.Com Vivanews.Com

Fauzi Bowo-Nachrowi R Hendardji S-A. Riza Patria Joko Widodo-Basuk Tjahja P

Hidayat Nurwahid-Didik JR Faisal Basri-Biem Benyamin Alex Noerdin-Nono Sampono

Pada kelompok media online, tampak bahwa detik.com, okezone.com dan viva.co.id paling ban-yak memuat berita tunggal tentang Jokowi. Hanya Kompas.com yang paling banyak memuat berita tunggal mengenai Alex Noerdin.

0

6

12

5

20

64

2 3

8

15

20

9

1

8

0

9

31

5

16

4

Kompas Koran Tempo Republika Suara Pembaruan

Fauzi Bowo-Nachrowi R Hendardji S-A. Riza PatriaJoko Widodo-Basuk Tjahja P Hidayat Nurwahid-Didik JRFaisal Basri-Biem Benyamin Alex Noerdin-Nono Sampono

Pada kelompok koran nasional, Kompas jus-tru paling banyak memuat berita tunggal mengenai Faisal Basri. Ini mengindikasikan, meski satu grup,

Foto : Antara/Prasetyo Utomo/ www.republika.co.id

Page 71: FOKE atau JOKOWI.pdf

59BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

kecenderungan pilihan editorial redaksi Kompas.com dan Harian Kompas belum tentu sama. Bisa juga perbedaan ini bukan soal kebijakan redaksi, melainkan lebih karena tingginya frekuensi kegiatan Alex yang diliput Kompas.com sebagai media online.

Justru –sama dengan Kompas.com—Harian Republika yang paling banyak memuat berita tunggal mengenai Alex Noerdin.

Sementara Harian Suara Pembaruan paling banyak menampilkan Jokowi dan Koran Tempo paling sering memuat berita tunggal tentang Fauzi Bowo.

25

0

49

2731

0

1916

21

0

13

23

30

0

15

25

4

42

159

35

0

1519

Indopos Koran Jakarta Poskota Wartakota

Fauzi Bowo-Nachrowi R Hendardji S-A. Riza Patria Joko Widodo-Basuk Tjahja PHidayat Nurwahid-Didik JR Faisal Basri-Biem Benyamin Alex Noerdin-Nono Sampono

Untuk kategori koran lokal, nampak bahwa Indo Pos paling sering memuat berita tunggal mengenai Alex Noerdin. Sementara Warta Kota

Page 72: FOKE atau JOKOWI.pdf

60 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

dan Pos Kota kompak memuat berita Fauzi Bowo lebih sering. Koran Jakarta memilih menampilkan kandidat Faisal Basri lebih banyak.

3

6 7

0

31

6

2

8

5

10

21 2

6

11 2

6

12 3

9

0

Jak TV Metro TV RCTI TV One

Fauzi Bowo-Nachrowi R Hendardji S-A. Riza Patria Joko Widodo-Basuk Tjahja P

Hidayat Nurwahid-Didik JR Faisal Basri-Biem Benyamin Alex Noerdin-Nono Sampono

Pada kategori televisi, berita tunggal menge-nai Jokowi paling sering muncul di JakTV dan RCTI. Metro TV paling sering memuat berita tunggal tentang Fauzi Bowo. Sementara TVOne menampil-kan berita tunggal tentang Jokowi dan Hendardji Soepanji lebih sering ketimbang yang lain.

Dengan demikian, tampaklah bahwa selama periode pertama (1 Juni-31 Juli 2012) dari aspek pemuatan berita tunggal, kandidat Fauzi Bowo paling sering muncul di Warta Kota, Pos Kota, Koran Tempo dan MetroTV. Sementara kandidat Alex Noerdin pal-ing sering muncul di Kompas.com, Republika dan Indo Pos. Kandidat Jokowi mendominasi di media online: detik.com, viva.co.id dan okezone.com, juga di Harian Suara Pembaruan, JakTV, RCTI dan TVOne.

Page 73: FOKE atau JOKOWI.pdf

61BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

Dari hasil itu, tampak bahwa tiga kandidat yang diusung partai besar ini (Jokowi-PDIP, Alex-Golkar dan Foke-Demokrat) membagi rata pendekatan tim suksesnya ke media online, koran/teve lokal dan koran/teve nasional.

Strategi serupa tak nampak dari para calon independen. Berita tunggal mengenai calon inde-penden Faisal Basri misalnya hanya sering dimuat Harian Kompas dan Koran Jakarta. Sementara calon independen Hendardji Soepandji hanya sering dimuat sebagai berita tunggal di TVOne.

E. KeberimbangaSalahsatu faktor yang juga dicermati dalam

riset ini adalah soal keberimbangan pemberitaan. Artinya, ketika sebuah media mempublikasikan sebuah informasi yang bernada menuduh pihak tertentu, dibutuhkan konfirmasi dari si tertuduh secepatnya. Idealnya, verifikasi dan konfirmasi dari pihak tertuduh dimuat dalam berita yang sama.

Kenyataannya, faktor ini masih belum bisa sepenuhnya dilaksanakan media massa yang men-jadi obyek riset ini. Sepanjang periode pertama ri-set, ada 74 persen berita yang ditulis secara tidak

Page 74: FOKE atau JOKOWI.pdf

62 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

berimbang. Dari jumlah itu, hampir 60 persen di antaranya terjadi di media online.

 

74%

16%

10%

Satu  sisi

Dua  sisi

Lebih  dari  dua  sisi

Yang lebih gawat, media masih seringkali abai melakukan konfirmasi meski berita yang dimuat mengandung kontroversi. Pada periode ini, ada 2.141 berita mengandung kontroversi dari total 5.445 berita yang diteliti. Dari jumlah itu, hanya 588 berita atau 27, 5 persen yang dimuat dengan konfirmasi. Sisanya sebanyak 72, 5 persen berita dimuat langsung tanpa memperhatikan faktor keberimbangan.

Lepas dari soal mengandung kontroversi atau tidak, riset ini mencatat ada 64 persen berita se-lama periode pertama ini yang tidak berimbang.

Page 75: FOKE atau JOKOWI.pdf

63BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

PUTARAN KEDUAA. Jumlah Berita

768733

619422

256130

1039894

785858565346

25

0 200 400 600 800 1000

Okezone.comDetik.com

Kompas.comVivanews.com

IndoposPoskota

Koran TempoMetro TV

TV OneSuara …

Koran JakartaRCTI

WartakotaRepublika

KompasJak TV

Pada periode kedua ini, ada 3.597 berita ten-tang Pilkada Jakarta yang harus ditelisik. Tak ber-beda jauh dibandingkan putaran pertama, media online lagi-lagi mendominasi jumlah berita men-genai Pilkada.

Tapi jawara untuk periode kedua ini adalah Okezone.com. Situs berita yang merupakan ba-gian dari grup MNC milik konglomerat Harry Tanoesudibjo ini menggeser dominasi Kompas.com yang pada periode sebelumnya mempublika-sikan berita terbanyak.

Sementara dari kategori koran lokal, Indo Pos tetap ada di urutan teratas, sama dengan periode

Page 76: FOKE atau JOKOWI.pdf

64 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

sebelumnya. Kategori media cetak nasional di-kuasai Koran Tempo, yang menggusur Republika. Sementara untuk televisi, MetroTV menggantikan posisi RCTI yang mendominasi dari sisi jumlah ber-ita Pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini.

Dinamika seputar media yang lebih banyak mempublikasikan berita soal Pilkada DKI Jakarta pada putaran kedua ini menandakan makin pan-asnya kompetisi politik ini. Banyaknya berita di dua stasiun televisi berita, MetroTV dan TVOne, misalnya, menunjukkan makin besarnya perhatian publik pada proses ini.

B. Tema Pemberitaan

1698628

324202188

140117

1017974

22

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

Lainnya

Dukungan untuk putaran kedua

Isu SARA

Kampanye

Regulasi

Pendaftaran

Kecurangan

Pelaksanaan Pemilu

Masalah logistik

Kecurangan pada hari H Pemilu

Sengketa Pemilu

Dari sisi tema pemberitaan, sebulan masa putaran kedua Pilkada Jakarta 2012 yang ditelisik menampilkan beragam topik baru

Page 77: FOKE atau JOKOWI.pdf

65BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

Ada lebih dari 10 jenis tema pemberitaan yang muncul. Mulai dari soal sengketa hasil Pilkada putaran pertama, kecurangan, regulasi, isu Suku Agama Ras dan Antar-golongan (SARA) yang men-dominasi kampanye dan banyak lagi.

Tapi hasil analisa kuantitatif menunjukkan bahwa sebagian besar media lebih fokus pada isu-isu sepu-tar Pilkada yang mereka kembangkan sendiri. Itulah sebabnya “isu lain-lain” menduduki perangkat teratas dari survei ini. Topik yang dikembangkan sendiri ini mencakup penekanan pada visi dan misi kandidat, program unggulan yang hendak dijalankan kandidat, harapan warga atas gubernur baru, dan seterusnya.

C. Foto Kandidat

52%48%

Fauzi Bowo –Nachrowi R.

Joko Widodo – Basuki Tjahaja

Berbeda dengan periode pertama, dimana ada enam kandidat yang berebut perhatian, kini

Page 78: FOKE atau JOKOWI.pdf

66 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

hanya ada dua kandidat yang saling berhadapan: Jokowi vs Foke. Keduanya sudah bersaing ketat pada putaran pertama.

Pada periode kedua ini, tampak bahwa inten-sitas pemuatan foto Foke di media massa kembali menyalip Jokowi. Ada 52 persen foto Fauzi Bowo di berbagai media yang jadi obyek riset ini. Pada putaran sebelumnya, tiga kandidat: Alex Noerdin, Foke dan Jokowi bergiliran jadi primadona media, dengan Jokowi mendominasi pekan-pekan tera-khir menjelang dan sesudah pencoblosan putaran pertama.

D. Berita Tunggal Kandidat

51%49%

Fauzi Bowo –Nachrowi R.

Joko Widodo – Basuki Tjahaja

Lagi-lagi, sama dengan periode pertama, kandi-dat yang paling sering muncul sebagai berita tung-gal di media massa sama dengan kandidat yang fotonya paling sering dimuat. Ada korelasi antara

Page 79: FOKE atau JOKOWI.pdf

67BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

intensitas pemuatan foto dan berita tunggal dari satu kandidat. Sepanjang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, ada 51 persen berita tunggal tentang Foke, dibandingkan 49 persen tentang Jokowi.

Perbedaan yang tipis –hanya 2 persen—ini menandakan ketatnya kompetisi kedua kandidat dalam memperebutkan ruang pemberitaan me-dia. Saking ketatnya kompetisi ini, jika periode ri-set diperpanjang sampai hari pencoblosan pada 20 September 2012, hasil akhirnya bisa saja berbeda.

214

104

228

71

202

116

233

90 Fauzi Bowo-Nachrowi R

Joko Widodo-Basuki Tjahja P

Jika diperhatikan per media, maka tampak bahwa berita tunggal tentang Fauzi Bowo lebih banyak di detik.com saja. Sementara tiga media online lain yang diteliti: Okezone.com, Kompas.com dan viva.co.id lebih banyak menampilkan berita tunggal tentang Jokowi.

Page 80: FOKE atau JOKOWI.pdf

68 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Hasil ini berbeda dibandingkan putaran perta-ma, ketika detik.com, okezone.com dan viva.co.id paling banyak memuat berita tunggal tentang Jokowi. Hanya Kompas.com yang paling banyak memuat berita tunggal mengenai Alex Noerdin. Artinya ada pergeseran di detik.com dan Kompas.com, sementara Viva dan Okezone konsisten lebih banyak memuat berita tunggal mengenai Jokowi.

1

13

2

11

1

9

3

16

Kompas Koran Tempo

Republika Suara Pembaruan

Fauzi Bowo-Nachrowi R

Joko Widodo-Basuki Tjahja P

Dari empat koran nasional yang diteliti, tam-pak bahwa hanya Koran Tempo yang memuat ber-ita tunggal tentang Fauzi Bowo lebih banyak dari Jokowi. Republika dan Suara Pembaruan memberi ruang lebih banyak untuk berita tunggal tentang Jokowi, sementara Kompas bersikap netral dan memberi ruang sama banyak untuk kedua kandidat.

Jika dibandingkan dengan hasil riset pada putaran pertama, ada sejumlah pergeseran. Harian

Page 81: FOKE atau JOKOWI.pdf

69BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

Kompas sebelumnya lebih banyak memuat kandi-dat independen Faisal Basri. Begitu Faisal tak lolos ke putaran kedua, koran terbesar ini tampaknya me-milih memberi ruang yang berimbang untuk kedua kandidat. Pergeseran juga terjadi pada Republika, yang pada putaran pertama lebih banyak memuat berita tunggal mengenai Alex Noerdin.

Konsistensi nampak pada Suara Pembaruan dan Koran Tempo. Sejak putaran pertama, Suara Pembaruan memang lebih banyak memuat berita Jokowi dan Koran Tempo memang lebih sering menulis berita tunggal tentang Fauzi Bowo.

80

3

62

4

45

28 11

Indopos Koran Jakarta Poskota Wartakota

Fauzi Bowo-Nachrowi R

Joko Widodo-Basuki Tjahja P

Dari analisis isi atas empat koran lokal Jakarta, nampak bahwa Indo Pos, Koran Jakarta, dan Pos Kota memberi ruang lebih besar untuk Fauzi Bowo dan hanya Warta Kota yang memberi porsi pem-beritaan tunggal lebih banyak untuk Jokowi.

Page 82: FOKE atau JOKOWI.pdf

70 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Jika dibandingkan dengan putaran pertama, konsistensi diperlihatkan Pos Kota yang memang se-jak awal memberi porsi berita tunggal lebih banyak pada Foke. Pergeseran terjadi pada Indo Pos (semula Alex Noerdin, lalu berpindah pada Foke), Warta Kota (semula Foke, lalu berubah lebih ke Jokowi) dan Koran Jakarta (semula Faisal Basri, lalu condong pada Foke).

Sekali lagi, bisa saja pergeseran ini lebih dise-babkan oleh intensitas peliputan yang memang berubah sesuai dengan banyaknya event yang di-gelar para kandidat di lapangan. Jadi, belum tentu pergeseran ini menandakan perubahan kebijakan editorial atau perubahan kontrak iklan antara media itu dengan salahsatu tim sukses kandidat misalnya. Dugaan macam itu membutuhkan data tambahan, yang akan dielaborasi pada bagian selanjutnya.

2

118

11

2

24

9

26

Jak TV Metro TV RCTI TV One

Fauzi Bowo-Nachrowi R

Joko Widodo-Basuki Tjahja P

Dari sisi penayangan berita tunggal di televisi,

Page 83: FOKE atau JOKOWI.pdf

71BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

nampak bahwa Jokowi mendominasi frekuensi penyiaran. Semua televisi yang diteliti, lebih sering menampilkan berita tunggal mengenai Jokowi, ketimbang Foke. Hanya JakTV saja yang sama-sa-ma memberikan ruang setara untuk berita men-genai kedua kandidat.

Ini berbeda dibandingkan putaran pertama. Ketika itu, justru JakTV paling sering memuat ber-ita tunggal tentang Jokowi. Konsistensi diperlihat-kan TVOne dan RCTI yang sejak putaran pertama memberi ruang pemberitaan lebih untuk berita tunggal Jokowi. MetroTV yang semula lebih ban-yak menampilkan berita Fauzi Bowo, kini pada putaran kedua, lebih banyak memberi ruang un-tuk berita tunggal tentang Jokowi.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa selama periode kedua (1 Agustus-13 September 2012) dari aspek pemuatan berita tunggal, kandi-dat Fauzi Bowo paling sering muncul di detik.com, Koran Tempo, Indo Pos, Pos Kota, dan Koran Jakarta.

Sementara kandidat Jokowi paling sering ditampilkan sebagai berita tunggal di okezone.com, Kompas.com, Viva.co.id, Republika, Suara Pembaruan, Warta Kota, MetroTV, TVOne dan RCTI.

Page 84: FOKE atau JOKOWI.pdf

72 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Ada dua media yang memberikan ruang sama persis untuk kedua kandidat yakni Harian Kompas dan JakTV.

Dari komposisi ini bisa dilihat pula strategi pemberitaan kedua tim sukses. Tim sukses Jokowi mendominasi pemberitaan di media online dan televisi. Tiga dari empat media yang diteliti di kedua kategori ini memberi ruang lebih untuk tim Jokowi. Sementara tim sukses Fauzi Bowo bermain habis-habisan di koran lokal, dimana tiga dari em-pat media yang diteliti memberi ruang lebih untuk tim Foke. Meski dominan juga di koran nasional, tim Jokowi hanya unggul di dua dari empat media yang diteliti.

E. KeberimbanganDari sisi keberimbangan, performa media-

media yang diteliti pada periode kedua belum menunjukkan perkembangan berarti. Jumlah ber-ita yang mengandung satu sisi pemberitaan saja masih mencapai 75 persen dari total berita yang diteliti. Ini hanya bergeser 1 persen dibandingkan hasil pada putaran pertama, dimana ada 74 pers-en berita yang hanya menampilkan satu sisi dari topik yang diangkat.

Page 85: FOKE atau JOKOWI.pdf

73BAB 5|Hasil Riset Kuantitatif

75%

18%

7% Satu Sisi

Dua sisi

Lebih dari dua sisi

Sementara jika dilihat dari ada tidaknya konfir-masi yang dilakukan pada berita yang mengand-ung topik kontroversial, performa media yang diteliti pada putaran kedua menunjukkan sedikit perbaikan dibandingkan pada putaran pertama.

Pada putaran kedua ini, ada 874 berita yang mengandung kontroversi di 16 media yang diteli-ti. Dari jumlah itu, ada 379 berita atau 43, 4 persen yang berisi konfirmasi dari pihak yang dituding. Ini lebih baik ketimbang persentase berita kontrover-sial berisi konfirmasi pada periode pertama yang hanya 27, 5 persen.

Selain persentase berita satu sisi dan berita tanpa konfirmasi, keberimbangan media dalam riset ini juga dinilai dari nada negatif atau positif yang diterima kandidat dalam pemberitaan.

Page 86: FOKE atau JOKOWI.pdf

74 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Pada pemberitaan media menjelang putaran kedua Pilkada Jakarta, Fauzi Bowo mendapat pemberitaan dengan nada positif dan negatif lebih banyak dari Jokowi. Tapi apabila hasil putaran kedua dijumlahkan dengan putaran pertama, maka akan tampak hasil yang berbeda.

Secara total, Jokowi menerima pemberitaan positif jauh lebih banyak ketimbang Fauzi, yaitu dengan porsi 810 berita dibandingkan Fauzi Bowo yang hanya 660 berita. Sebaliknya, Fauzi memperoleh pemberitaan negatif yang juga jauh lebih banyak ketimbang Jokowi, yaitu 260 berita ketimbang Jokowi yang hanya berjumlah 172 berita n

Page 87: FOKE atau JOKOWI.pdf

75BAB 6|Di Balik Angka

BAB 6 Di Balik Angka

Angka dan persentase hasil riset kuan-titatif pada bab sebelumnya membu-ka mata kita bahwa media tidak bisa sepenuhnya mengklaim diri telah

berimbang dalam peliputan Pilkada Jakarta 2012.

Ada media yang konsisten menempatkan ber-ita tunggal dan foto mengenai satu kandidat lebih dominan dibandingkan kandidat lain. Ada yang kecenderungan fokus beritanya berubah mema-suki putaran kedua pemilihan. Tapi temuan yang

Page 88: FOKE atau JOKOWI.pdf

76 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

paling penting tentu terkait tidak berimbangnya media dalam menampilkan semua sisi dari sebuah topik, kurangnya konfirmasi dalam pemberitaan kontroversial dan begitu kontrasnya nada pem-beritaan yang bisa positif atau negatif mengenai satu kandidat.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah ketakberimbangan dan positif/negatifnya pemberitaan itu merupakan desain redaksi media yang bersangkutan, atau merupakan konsekuensi dari intensitas kampanye dan realitas di lapangan?

Kemungkinan pertama, secara riil di lapangan, tim Jokowi lebih sering mengadakan acara dan ke-giatan yang pantas diliput media. Akibatnya, tentu saja produksi berita hasil peliputan media tentang Jokowi juga otomatis lebih banyak ketimbang tim Foke. Tapi kemungkinan ini kecil.

Kemungkinan kedua, secara riil di lapangan, jumlah narasumber yang netral tidak banyak. Jika narasumber yang bisa bercerita positif ten-tang pencapaian Foke lebih sedikit dibanding-kan Jokowi, tentu tidak bisa dihindari akan mun-cul pencitraan yang lebih positif untuk Jokowi ketimbang Foke. Kemungkinan ini juga kecil.

Page 89: FOKE atau JOKOWI.pdf

77BAB 6|Di Balik Angka

Kemungkinan ketiga, redaksi memang ber-pihak. Pertanyaannya, apakah keberpihakan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan editorial atau dorongan pengiklan. Nah, data penting yang dibutuhkan untuk memetakan relasi antara tim sukses kandidat dan redaksi media adalah besaran belanja iklan media para kandidat.

Masalahnya, sulit sekali mencari angka pasti berapa total dana yang digelontorkan para kandi-dat untuk beriklan di media. Yang jelas, dana kam-panye para kandidat tidak sedikit dan sebagian memang mengalir ke kocek media.

Sebagai gambaran, hasil survei lembaga ri-set AC Nielsen hingga semester pertama 2012 menunjukkan ada lonjakan nilai belanja iklan pada Mei dan Juni. Periode ini bertepatan dengan pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta putaran pertama pada 11 Juli 2012.

Seperti dilansir tabloid ekonomi Kontan edisi 01/08 pada Agustus 2012, total belanja iklan di media pada Mei dan Juni 2012 mencapai angka yang tertinggi dibandingkan bulan-bulan sebel-umnya. Nilai belanja iklan di media pada Mei 2012 mencapai Rp 7,53 triliun dan pada Juni 2012 naik

Page 90: FOKE atau JOKOWI.pdf

78 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

sedikit menjadi Rp 7,89 triliun. Disebutkan oleh riset tersebut bahwa kenaikan ini ditopang oleh naiknya belanja iklan kategori pemerintah dan or-ganisasi politik.

Jika belanja iklan kategori pemerintah dan organ-isasi politik ini diteropong lebih seksama, akan nam-pak bahwa persentase iklan kategori ini terus bert-ambah sejak April 2012. Pada April, persentase iklan pemerintah dan politik hanya 4 persen dari total be-lanja iklan di semua teve nasional. Sebulan kemudian, persentase iklan kategori ini naik menjadi 5 persen, dan naik lagi menjadi 7 persen pada Juli 2012.

Daftar nilai belanja iklan di media televisi dan cetak

Sumber: Nielsen

Dari data itu, Nielsen mencatat pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli ternyata paling banyak beriklan di televisi

Page 91: FOKE atau JOKOWI.pdf

79BAB 6|Di Balik Angka

dan media cetak. Belanja iklan mereka mencapai 4 persen dari total nilai iklan di media pada periode itu. Itu sama dengan sekitar 1.275 spot iklan.

Di urutan berikutnya, ada pasangan Golkar, Alex Noerdin-Nono Sampono dengan pangsa 2 persen atau sejumlah 828 spot iklan. Posisi ke-tiga ditempati oleh pasangan Faisal Basri-Biem Benjamin dengan pangsa kurang dari 2 persen atau sekitar 434 spot.

Berikutnya ada pasangan yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini dengan pangsa 1 persen atau 254 spot, Hendardji Soepandji-A. Riza Patria dengan pangsa 0,27 persen atau 213 spot. Dan terakhir, barulah pa-sangan PDIP, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dengan pangsa iklan 0,16 persen atau 59 spot.

Riset ini juga menemukan bahwa iklan para kandidat itu paling banyak ditayangkan pada pro-gram hard news di televisi sebesar 31 persen atau sekitar 5.386 spot. Iklan-iklan kampanye Pilkada Jakarta juga banyak terlihat pada program bin-cang-bincang berita sebanyak 12 persen atau 2.123 spot dan program serial sebanyak 9 persen atau 1.581spot.

Page 92: FOKE atau JOKOWI.pdf

80 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Selain beriklan di media komersial, para kandi-dat juga gencar memanfaatkan media sosial. Hasil riset Nielsen mengungkapkan total pesan kampa-nye di media sosial mencapai 17.790 pesan, dan 90 persen di antaranya berupa kicauan di Twitter.

Tren perbincangan di media sosial mencapai puncaknya pada periode 13-19 Mei dengan jumlah pesan lebih dari dua kali lipat menjadi 1.307 pesan dibandingkan pekan sebelumnya. Sementara topik utama yang diperbincangkan saat itu adalah kekacauan daftar pemilih tetap (DPT).

Besarnya belanja iklan para kandidat ini kurang lebih juga tergambar dalam laporan dana kampanye para kandidat kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta. Pada lapo-ran per 10 Juli 2012 –atau pada putaran pertama Pilkada-- pasangan yang memiliki dana kampanye terbesar adalah Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli sebe-sar Rp 62,6 miliar, kemudian disusul Jokowi-Basuki Rp 27,5 miliar. Adapun pasangan dengan dana kampanye terkecil adalah Hendardji Supandji-A Riza dengan dana kampanye sebesar Rp 3 miliar.

Tentunya, laporan dana kampanye ini be-lum menggambarkan seluruh pengeluaran dan

Page 93: FOKE atau JOKOWI.pdf

81BAB 6|Di Balik Angka

pemasukan tim sukses para kandidat. Pasalnya, seringkali sumbangan berupa barang langsung, maupun sumbangan yang diberikan langsung kocek kandidat tak terdaftar dengan baik dalam pembukuan dana kampanye tim sukses maupun partai politik.

Laporan Dana Kampanye Calon Gubernur DKI Jakarta (per Juli 2012)

Sumber : Kontan.co.id

Jika data-data di atas dikaitkan dengan hasil riset kuantitatif riset ini, bisa disimpulkan ada kai-tan antara belanja iklan para kandidat dan nada serta kuantitas pemberitaan media. Tentu butuh riset lebih lanjut untuk memastikan apakah iklan adalah satu-satunya faktor yang berperan dalam ketidakberimbangan media ini.

Indikasi pertama adanya korelasi terlihat dari pemberitaan mengenai Fauzi Bowo. Riset kuanti-tatif menemukan bahwa selama periode kedua (1 Agustus-13 September 2012) dari aspek pemuatan

Page 94: FOKE atau JOKOWI.pdf

82 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

berita tunggal, kandidat Fauzi Bowo paling sering muncul di detik.com, Koran Tempo, Indo Pos, Pos Kota, dan Koran Jakarta. Artinya tiga dari empat koran lokal yang diteliti menampilkan lebih ban-yak berita Foke ketimbang Jokowi.

Temuan ini cocok dengan pengakuan tim suk-ses Fauzi Bowo yang memang mengaku mem-prioritaskan pemasangan iklan pada koran-koran

Kisah Hibah dari Betawi: Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (kiri) dan Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Betawi yang juga calon wakil Gubernur DKI Jakarta pasangan Fauzi Bowo, D.J. Nachrowi Ramli, menghadiri acara Lebaran Betawi yang bertema “Lebaran di Kampung Betawi” di Lapangan Eks Djabesmen, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading Jakarta Utara, Senin 10 September 2012. Kegiatan yang berlangsung pada 9-10 September 2012 tersebut diselenggarakan rutin setiap tahun oleh Bamus Betawi dengan anggaran bersumber dari APBD DKI Jakarta. [TEMPO/STR/Marifka Wahyu Hidayat; MW2012091004

Page 95: FOKE atau JOKOWI.pdf

83BAB 6|Di Balik Angka

lokal di Jakarta. Selain media cetak, tim Foke men-gaku juga memasang iklan di semua portal berita yang berpengaruh.

Indikasi kedua tampak dari pemberitaan menge-nai Jokowi. Untuk periode yang sama misalnya, kan-didat Jokowi paling sering ditampilkan sebagai beri-ta tunggal di tiga situs berita (okezone.com, Kompas.com, Viva.co.id), tiga teve (MetroTV, TVOne dan RCTI), dua koran nasional (Republika, Suara Pembaruan), dan satu koran lokal (Warta Kota). Dengan demikian, bisa disimpulkan tim sukses Jokowi mendominasi pemberitaan di media online dan televisi. Tiga dari empat media yang diteliti di kedua kategori ini mem-beri ruang lebih untuk tim Jokowi.

Belakangan, dari pengakuan tim sukses Jokowi yang diwawancarai oleh tim riset ini, kita tahu bahwa belanja iklan mereka memang difokuskan pada media non-cetak, seperti televisi.

Sekali lagi, ini baru indikasi awal bahwa ada korelasi antara pemasangan iklan dan nada serta kuantitas pemberitaan media. Jelas perlu ada penelitian lebih jauh untuk mempertegas ada tida-knya korelasi ini. Terlebih karena ada juga temuan yang membantah korelasi ini.

Page 96: FOKE atau JOKOWI.pdf

84 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Misalnya, ada kandidat yang sudah memasang iklan di media tertentu, namun pemberitaan me-dia tersebut sama sekali tidak terpengaruh. Simak pengakuan tim sukses pasangan kandidat Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini yang mengaku me-masang iklan di Harian Republika. Kenyataannya pada periode pertama, koran Republika lebih banyak menurunkan tulisan mengenai kandidat Alex Noerdin. Demikian juga kandidat lain seperti Hendardji Soepandji, yang mengaku memasang iklan di koran Suara Pembaruan. Kenyataannya koran itu lebih banyak menulis berita tentang Jokowi.

Bagaimana dengan pengakuan redaksi media itu sendiri? Tim riset ini mewawancarai tujuh pe-mimpin redaksi media massa. Ada Totok Suryanto (Wakil Pemimpin Redaksi TV One), Budiman Tanuredjo (Wakil Pemimpin Redaksi Kompas), Ariyanto (Redaktur Pelaksana Indopos), Arifin Asydhad (Pemimpin Redaksi Detik.com), Deddy Pristiwanto (Pemimpin Redaksi Warta Kota), Arys Hilman (Wakil Pemimpin Redaksi Republika), dan Marthen Slamet (Pemimpin Redaksi Koran Jakarta).

Semuanya memastikan bahwa pemasangan

Page 97: FOKE atau JOKOWI.pdf

85BAB 6|Di Balik Angka

iklan tidak bisa mempengaruhi berita, bahwa anggota redaksi tidak bisa menjadi tim sukses dan bahwa ada garis api yang tegas yang memisahkan urusan keredaksian dengan urusan pemberitaan. “Itu ruang komersial, yang tidak ada urusannya dengan redaksi,” kata Budiman Tanuredjo.

Meski begitu, para pimpinan media massa ini agak sedikit berbeda pendapat ketika ditanya soal sah tidaknya sebuah media berpihak dalam kontestasi politik seperti Pemilihan Kepala Daerah. Ada media seperti Republika dan Koran Jakarta, yang tegas-tegas menilai tidak ada salahnya sebuah koran menyatakan keberpihakannya. Syaratnya, keberpihakan itu merupakan hasil diskusi mandiri di ruang redaksi, bebas dari kepentingan pemodal maupun pengiklan. “Kami tidak hidup di ruang hampa, koran punya sistem sosialnya sendiri,” kata Arys Hilman.

Tapi ada juga media yang tegas-tegas menyatakan imparsialitas adalah harga mati. Kompas, misalnya, menilai mendorong seorang kandidat bukanlah urusan media. TV One juga mengakui bahwa sebagai media penyiaran, mereka tidak boleh berpihak pada salahsatu

Page 98: FOKE atau JOKOWI.pdf

86 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

kandidat. “Ada pembatasan di UU Penyiaran. TV di Indonesia tidak seperti di Amerika,” kata Totok Suryanto.

Meski dari hasil wawancara tim riset ini, ada penegasan yang sangat membesarkan hati dari para elite media tentang pentingnya etika jurnalistik dan pemisahan urusan bisnis dan redaksi, tendensi ke arah yang mengkhawatirkan juga terasa. Mereka mengakui bahwa ada bujukan dan rayuan dari kandidat yang ingin memanfaatkan media massa demi kepentingan mereka. Ada juga kesadaran bahwa afiliasi politik pemilik media bisa mempengaruhi pemberitaan.n

Page 99: FOKE atau JOKOWI.pdf

87BAB 7|Kesimpulan

BAB 7 Kesimpulan

Riset ini dimulai dengan pertanyaan: apakah media di Jakarta meliput Pemilihan Gubernur dengan cukup berimbang? Untuk menjawab per-

tanyaan itu, penelitian ini mengukur sejumlah pa-rameter yang menjadi acuan riset ini.

Pertama, jumlah pemberitaan tentang Pilkada DKI Jakarta untuk masing-masing media yang menjadi obyek penelitian ini. Kedua, topik atau tema pemberitaan yang dimuat oleh media obyek

Page 100: FOKE atau JOKOWI.pdf

88 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

penelitian. Ketiga, porsi pemberitaan dihitung dari jumlah foto kandidat yang dimuat. Keempat, porsi pemberitaan berdasarkan pemuatan berita tunggal mengenai kandidat. Kelima, keberimban-gan berita yang diriset.

Berdasarkan riset ini, bisa disimpulkan beber-apa hal. Pertama, bahwa jumlah total berita yang diteliti dalam kurun waktu Juni-September 2012 ada 7.396 berita.

Pada periode pertama riset (1 Juni 2012-31 Juli 2012), berita terbanyak diproduksi Kompas.com (online), Indopos (koran lokal), Republika (koran nasional) dan RCTI (teve). Sedangkan pada peri-ode kedua riset (1 Agustus-13 September 2012), jumlah berita Pilkada Jakarta terbanyak dimuat di okezone.com (online), Koran Tempo (koran na-sional), Indopos (koran lokal) dan Metro TV (teve).

Kedua, pemberitaan yang cukup dominan pada periode ini adalah yang menyangkut masalah SARA, yaitu pemberitaan yang menggambarkan adanya serangan atas identitas dari calon wakil gu-bernur pasangan Joko Widodo, yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang adalah seorang ketu-runan Tionghoa dan seorang beragama Kristen.

Page 101: FOKE atau JOKOWI.pdf

89BAB 7|Kesimpulan

Besar kemungkinan serangan atas identitas Ahok tersebut merupakan bagian dari upaya politik sa-lahsatu kandidat untuk mengkondisikan pilihan warga terhadap kandidat yang ada.

Ketiga, dari sisi pemuatan foto, secara umum kandidat Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama unggul tipis dibanding Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.

Keempat, dari aspek pemuatan berita tunggal (hanya berita mengenai kandidat tertentu, tanpa informasi pendamping tentang kandidat lain), kandidat Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama unggul dibanding Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.

Kelima, dari aspek keberimbangan tampak bahwa pemberitaan satu sisi ternyata masih men-dominasi pemberitaan di media yang diteliti teru-tama di media online. Selain itu, riset menemukan ada media yang secara profesional melakukan konfirmasi dan ada media yang tidak melakukan konfirmasi, terutama pada berita kontroversial.

Yang menarik, jika dilihat dari nada pemberi-taan, Joko Widodo mendapat lebih banyak pem-beritaan positif ketimbang Fauzi Bowo. Sebaliknya,

Page 102: FOKE atau JOKOWI.pdf

90 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

kalau pemberitaan negatif yang diukur, maka tam-pak bahwa Fauzi Bowo lebih banyak ditulis negatif ketimbang Jokowi.

Kelima parameter ini menunjukkan bahwa Jokowi memang mendapat banyak keuntun-gan dari media, selama pelaksanaan Pemilihan Gubernur Jakarta 2012. Pertanyaannya mengapa?

Sejumlah wawancara kualitatif menemukan ada korelasi antara pemasangan iklan dengan nada pemberitaan media. Ini dibantah habis-habisan oleh para pengelola redaksi yang diwawa-ncarai untuk riset ini. Agar bisa menjadi kesimpu-lan yang konklusif, perlu ada riset tambahan untuk memastikan bagaimana peran iklan media dalam mempengaruhi nada pemberitaan di redaksi. n

Page 103: FOKE atau JOKOWI.pdf

91LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

LAMPIRAN WAWANCARA DENGAN TIM SUKSES JOKO WIDODO

M. Taufik: Kami Menang Berkat Media

Bagaimana garis besar strategi kampanye Jokowi-Ahok dalam Pilkada 2012?

Kami menyadari bahwa posisi Jokowi dan Ahok sebagai pendatang baru, datang dari luar daerah, maka kami harus memberikan sesuatu yang lain. Dalam strategi kampanye, muncullah gagasan pak Jokowi untuk mendatangi pemilih. Ini menurut saya sesuatu yang baru dalam berde-mokrasi. Dari tahun ke tahun kan kami tidak per-nah seperti ini. Biasanya kan orang didatangkan ke suatu tempat kemudian kandidatnya berpidato.

Sekarang kami balik, kami yang datang ke tempat kelompok-kelompok marginal di mana masyarakat ada dan berkumpul. Dan itulah kam-panye yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok. Di

Page 104: FOKE atau JOKOWI.pdf

92 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

samping itu, tentunya kami juga menggunakan media untuk percepatan informasi agar masyara-kat tahu ada yang namanya Jokowi dan Ahok.

Apakah Anda memasang advertorial? Di media mana?

Tidak, kami tak memasang advertorial. Bukan kami enggak mau masuk, tapi pintunya semua su-dah tertutup.

Apakah Anda menggandeng sebuah media un-tuk menjadi partner khusus kampanye Anda?

Pertama, jujur saja, kami tidak punya uang un-tuk membeli slot khusus di media. Akhirnya, kami justru melepas soal ini, kami hanya adakan keg-iatan menunjukkan bahwa ini lo sosoknya Jokowi-Ahok, silakan diliput.

Yang parah itu, justru ada orang yang membeli media--ada satu koran lokal di Jakarta—khusus un-tuk mukulin saya dan Gerindra selama masa pilka-da. Satu halaman setiap hari, Anda bayangkan saja.

Jadi Anda sebenarnya berniat bikin kontrak ker-jasama khusus, tapi terlambat karena semua

Page 105: FOKE atau JOKOWI.pdf

93LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

media sudah punya komitmen dengan kandidat lain?

Iya. Berdasarkan pemetaan media kami, rasanya sulit untuk melakukan kerjasama yang permanen misalnya dengan membeli halaman ko-ran atau sebagainya. Soalnya, semua sudah habis, ada kandidat yang pegang media ini, ada kandidat yang pegang media itu.

Jadi akhirnya kami lepas saja, sosok Jokowi dan Ahok saja yang kami jual. Anda boleh cek, cuma kami yang enggak ada deal khusus dengan media. Tapi justru karena itulah media membantu kami.

Jadi Anda mengakui kemenangan Jokowi berkat media?

Saya selalu sampaikan bahwa kemenangan Jokowi itu berkat dua faktor. Pertama, dihantarkan oleh partai politik dan masyarakat yang ingin pe-rubahan dan, kedua, berkat media.

Padahal, tidak ada yang istimewa dalam strategi kampanye kami. Saya melakukan sesuatu yang biasa-biasa saja, kunjungan ke kampung-kampung, tapi itu kemudian menarik buat media.

Page 106: FOKE atau JOKOWI.pdf

94 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Kabarnya Tim Jokowi pernah berusaha meng-gandeng koran lokal?

Waktu itu Pos Kota sudah dibeli oleh pak Fauzi (Fauzi Bowo). Jadi saat itu memang siapapun tidak bisa masuk. Kalau koran Nonstop, malah selalu menghajar Taufik dan Gerindra.

Pernah berusaha melakukan hak jawab dan somasi?

Enggak, saya biarkan saja. Buat saya semakin mereka melakukan itu justru semakin menarik.

Anda punya tips khusus untuk mendekati media?

Jujur saja, kami tidak ada budget untuk kon-trak khusus dengan media. Kami hanya ada dana untuk kebutuhan teknis di media center.

Berapa?

Terus terang, untuk media cetak tidak ada, atau tidak teranggarkan secara baik, karena un-tuk kebutuhan komunikasi saja. Di teve memang ada iklan, tapi tidak terlalu besar. Hanya sebagai reminding.

Page 107: FOKE atau JOKOWI.pdf

95LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

Pencitraan macam apa yang Anda bangun un-tuk media?

Jokowi itu pertama figur yang sederhana. Ahok itu figur yang jujur. Figur yang dekat dengan rakyat. Itulah sosok yang ingin ditampilkan.

Apa saja pertimbangan Anda dalam memilih media sebagai tempat beriklan?

Berangkat dari pemetaan media. Menurut pemetaan media kami, cuma media besar saja yang saat itu masih netral. Dari analisa kami, Alex Noerdin menguasai Rakyat Merdeka, Fauzi Bowo mengusai Warta Kota. Kompas netral.

Televisi, memang banyak yang membantu kami. Anda boleh cek. Saya senang gambar dan pemberitaan di teve positif untuk Jokowi. Semua kami rekam di media center, untuk dievaluasi.

Dari analisa kami, Fauzi Bowo lebih banyak mun-cul di koran-koran, tapi fotonya selalu tidak bagus. Berita kegiatannya bisa positif, bagus, tapi foto yang dipasang selalu yang mimik wajahnya tidak bagus.

Apakah Tim Jokowi memiliki tim khusus yang ber-hubungan atau mengatur pemberitaan di media?

Page 108: FOKE atau JOKOWI.pdf

96 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Tidak ada tim khusus, hanya saya sebagai juru bicara. Saya terus berkomunikasi dengan wartawan secara intens dan baik. Saya selalu open untuk dihubungi media, kalau ada sehari 25 jam saya siap dihubungi media. Jadi ada telpon selalu jawab. Kami tahu, media memberikan andil untuk kemenangan Jokowi.

Bagaimana evaluasi berita dilakukan?

Setiap hari ada evaluasi. Misalnya, hari ini ada berita Pak Jokowi di teve, tapi wajahnya marah. Langsung kami berikan rekomendasi, “Pak kurang-nya begini dan begitu.”

Apa yang anda lakukan ketika ada pemberitaan negatif?

Saya langsung ngomong ke wartawannya. Sambil berkelakar saya bilang begini, “Emang kagak ada foto Pak Jokowi yang lagi senyum?” Hehehe..tapi selalu sambil berkelakar.

Kami juga kasih evaluasi ke Pak Jokowi, “Lihat gambar teve begini pak.” Ini kan soal komunikasi. Karena kami di media center itu 24 jam. Tapi, ka-lau menyangkut apa yang jadi kebijakan redaksi,

Page 109: FOKE atau JOKOWI.pdf

97LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

ya nggak ada masalah, kami baik-baik saja. Kami enggak perlu protes atau apa. Kami diam.

Media apa yang Anda rasa paling efektif dalam membantu kampanye Tim Jokowi?

Televisi. Kami diuntungkan oleh televisi. Kalau media cetak, itu rata-rata sudah dipetakan con-dong ke siapa. Non Stop-Poskota- Warta Kota ke Fauzi Bowo. Indopos ada Alex Noerdin. Rakyat Merdeka ada Alex Noerdin dan Faisal Basri. Kami tidak bisa masuk.

Kalau sudah begitu, saya pernah coba sindir redaksinya. Saya bilang, “Emang nggak ada ya berita gue yang pantas masuk di media elu ya?” Sesekali bosnya saya telpon juga. “Emang enggak ada ya yang bisa masuk tempat lu?” kata saya.

Ada hasilnya?

Sulit. Menurut saya, kalau bisa, berita media jangan dibelilah. Masak, satu halaman isinya han-ya kandidat tertentu, tidak ada penyeimbangnya? Buat penyeimbang, pasanglah berita Jokowi kecil saja. Tapi tetap tidak bisa.

Saya pernah senggol Pos Kota, tapi tak bisa.

Page 110: FOKE atau JOKOWI.pdf

98 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Hanya Pak Fauzi Bowo yang bisa masuk ke sana. Padahal saya sudah kasih tawaran lebih tinggi tapi kata mereka, sudah kadung kontrak dengan Pak Fauzi. Warta Kota, Rakyat Merdeka, Indopos, Nonstop juga begitu.

Praktek pembelian media ini membuat pem-beritaan mereka jadi lucu. Misalnya ada media yang dibeli untuk menggebuk Jokowi dan Gerindra. Tapi di halaman lain, redaksinya menggebuk kinerja Pemda DKI. Kan lucu. Saya tidak tahu bagaimana kebijakan redaksinya, kok bisa seperti itu. Kalau saya yang beli medianya, saya akan protes, “Kok tidak utuh pemberitaannya? Harusnya kasih beres semua dong.” n

Page 111: FOKE atau JOKOWI.pdf

99LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

LAMPIRAN WAWANCARA DENGAN TIM SUKSES FAUZI BOWO

Kahfi Siregar: Media Kurang Berpihak Pada Kami

Bagaimana kampanye media Tim Fauzi di per siapkan?

Sejak awal, visi misi Pak Fauzi itu adalah Jakarta lebih sejahtera, lebih aman, lebih nyaman dan leb-ih maju. Dari situ, kami bikin turunan konsepnya untuk disampaikan kepada masyarakat.

Pertama, sosialisasi kami lakukan lewat media mainstream. Ada yang lewat iklan --seperti adver-torial--, ada yang lewat pemberitaan. Kedua,via so-sial media. Pada awal-awal kampanye, kami tidak terlalu fokus main di media sosial, tapi ini berubah di putaran kedua.

Ada strategi khusus?

Page 112: FOKE atau JOKOWI.pdf

100 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Strategi media kami tidak ada yang khusus. Kami mengerjakan media relation, media monitoring, so-cial media, public speaking, iklan, dan ghost writer.

Apakah ada kerjasama dengan media untuk pemberitaan?

Kalau dengan media mainstream, kami pas-ang iklan. Selain iklan, ya advertorial. Kami pasang iklan di hampir semua koran, kecuali harian Rakyat Merdeka dan Indopos. Mereka tidak mau terima dari kami karena sudah ada kerjasama dengan tim Alex Noerdin.

Untuk media online, kami pasang iklan di Detik.com, Kompas.com, Tempo.co, tetapi tidak ter-lalu gencar.

Kerjasama dalam bentuk pemberitaan dilaku-kan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Mereka bikin film dokumenter mengenai busway misal-nya. Itu bukan bagian kami.

Kabarnya Tim Fauzi punya kerjasama khusus dengan redaksi Pos Kota?

Setahu saya, tidak ada kerjasama khusus Pos Kota dengan tim media. Mungkin mereka ada

Page 113: FOKE atau JOKOWI.pdf

101LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

kerjasama dengan Humas atau Balai Kota.

Kok bisa tidak tahu? Bukankah itu bagian dari tugas Tim Media?

Saya hanya bertanggungjawab soal media center dan merangkap sebagai juru bicara. Saya juga mengurus social media, termasuk komentar berita dan masuk ke situs Youtube dan Twitter. Bahkan di Twitter, saya pakai akun pribadi, dan langsung pasang badan. Sementara tim sukses lain malu-malu dan menggunakan akun palsu.

Apakah ada perubahan strategi pada putaran kedua?

Ada. Sebelum mulai proses pilkada, semua kegiatan Pak Fauzi kita blow up habis-habisan, wa-laupun tidak terlalu penting. Kegiatan Pak Fauzi ketemu dengan RT (rukun tetangga) dan RW (ru-kun warga) kita ambil.

Begitu masuk kampanye kita lebih selektif. Tim media hanya mempublikasikan kegiatan yang jadi fokus tim kampanye. Masuk ke putaran kedua, jadi lebih fokus lagi karena lawannya cuma satu. Jadi itu benar-benar head to head.

Page 114: FOKE atau JOKOWI.pdf

102 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Tampaknya pada putaran kedua, iklan juga di-genjot di televisi?

Memang teve itu lebih strategis karena orang tidak perlu beli seperti koran. Apalagi sekarang belum tentu berita koran dipercaya. Sementara berita teve itu gambar hidup jadi lebih dapat dipercaya.

Kami pasang iklan di hampir semua stasiun teve. Sementara iklan di radio itu dipasang di tujuh stasiun radio seperti Elshinta, Sonora, Bens Radio. Pendengar radio itu ada kelas menengah bawah dan kelas menengah ke atas.

Kami menyasar keduanya dengan memasang iklan di radio pada jam-jam yang tepat. Misalnya, untuk kelas bawah, kami pasang jam 10 pagi ke-tika ibu-ibu sibuk memasak. Kami berharap kelas menengah ke atas memilih kami pada putaran kedua, tapi pengaruh media sosial sulit diatasi.

Berapa jumlah orang yang bekerja dalam tim media yang Anda pegang?

Ada 24 orang. Sebanyak 8 orang membawahi social media. Lalu ada 5 orang di media relation, 3 orang penulis rilis. Selain itu, ada 2 orang media

Page 115: FOKE atau JOKOWI.pdf

103LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

monitoring, 3 orang dokumentasi –satu fotografer dan dua kameraman--. Sisanya bagian program khusus, yang mendampingi Pak Fauzi dan Bang Nara jika diundang jadi narasumber di media.

Siapa saja mereka?

Ada mantan wartawan, konsultan, aktivis partai politik, dan orang-orang yang kita rekrut. Kebanyakan anggota tim ini sama dengan tim pemenangan Fauzi Bowo pada 2007.

Bagaimana cara kerja tim ini?

Setiap hari, kami membahas hasil pemberita-an media dengan tim sukses keseluruhan, terma-suk Ketua Tim Sukses, wakil, sekretaris dan tujuh ketua bidang. Evaluasi berita dilakukan setiap hari. Saya juga menyiapkan run down kegiatan selama sebulan yang kita diskusikan.

Kita ada agenda jumpa pers setiap Jumat. Selain itu, kita berusaha agar berita liputan Pak Fauzi selaku gubernur juga menyangkut berita tentang Pilkada Jakarta. Biasanya jika Pak Fauzi datang ke pabrik tempe, saya minta tolong pada wartawan agar juga menanyakan soal pilkada. Tapi

Page 116: FOKE atau JOKOWI.pdf

104 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

tak semua wartawan mau diminta begitu. Karena itu, saya sering sampaikan ke Pak Fauzi agar meny-elipkan agenda Pilkada ketika sedang di-door stop oleh wartawan.

Apa kendalanya?

Lebih banyak soal karakter ya. Pak Fauzi itu kurang bisa ngomong waktu doorstop. Pada akhirnya, yang sering keluar adalah tone nega-tif. Kadang ada berita cuma empat alinea tetapi menohok. Berbeda dengan Jokowi yang sangat media darling.

Bagaimana upaya perbaikannya?

Ada evaluasi di tim inti dan Pak Fauzi ikut eval-uasi. Buktinya, dia berubah pada putaran kedua. Tetapi kata teman-teman wartawan, terlambat. Coba dari putaran pertama.

Apakah soal karakter ini tidak diperhatikan se-jak awal?

Hanya Pak Fauzi yang bisa mengubahnya, ka-lau kami sekadar menyarankan. Dia sadar sudah salah, tetapi sebenarnya dia itu bukan orang yang

Page 117: FOKE atau JOKOWI.pdf

105LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

sombong. Memang begitu karakternya. Teman-teman wartawan balaikota juga paham karakter dia.

Apakah tim media kerepotan memoles karakter itu?

Kami tidak menyalahkan kandidat. Kami hanya menyarankan supaya semestinya seperti apa. Dalam banyak peristiwa, media juga tidak utuh. Apalagi berita media online kan memang sepotong-sepotong.

Kami menemukan ada banyak isu SARA yang dimainkan pada putaran kedua Pilkada... Itu bukan kami yang bikin. Yang disampaikan Rhoma Irama dan Pak Fauzi sebenarnya bukan isu SARA. Kami capek juga mengklarifikasi hal ini, karena setiap hari keluarnya SARA di berita.

Bukankah Pak Fauzi pernah minta pemilih yang pro Jokowi untuk pulang saja ke Solo?

Kami akui itu fakta, dan Pak Fauzi memang salah ngomong. Karakter orang Betawi memang ceplas ceplos dan suka bercanda. Kalau dilihat ber-itanya secara utuh --dan kebetulan saya ada juga di situ-- Pak Fauzi itu kan sebenarnya bercanda

Page 118: FOKE atau JOKOWI.pdf

106 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

sambil bertanya ke korban kebakaran, “Eh di putaran pertama kamu pilih siapa? Pilih Jokowi ya, kalau pilih Jokowi pindah saja ke Solo.” Yang dit-anya bilang, “Ah enggak pak, kami pilih Bapak.”

Tapi media memberitakannya tidak utuh. Apalagi video itu dimasukkan ke Youtube dan dipakai terus oleh lawan.

Apa sebenarnya strategi Anda untuk menangkal pemberitaan negatif macam itu?

Yang jelas, kami tidak melawan dengan me-nyebarkan kejelekan kandidat lawan. Paling-paling, kami sebar iklan kami di Youtube. Selain itu, kami juga tonjolkan achievement Pak Fauzi, seperti proyek Kanal Banjir Timur, MRT, pendidi-kan gratis. Tapi memang waktu yang ada terbatas. Seharusnya kinerja positif ini disosialisasikan sejak awal lewat acara di teve, dan pidato Gubernur.

Ada kandidat yang khusus menyerang Pak Fauzi, dengan membuat slogan ‘ Jakarta jangan berkumis’...

Itu sudah dilaporkan ke Panwaslu, tapi tak mempan. Malah jadi sering diberitakan. Pada

Page 119: FOKE atau JOKOWI.pdf

107LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

akhirnya kami tidak berdaya juga, kalau kami la-wan malahan makin rusak.

Jadi apa yang Anda lakukan untuk membalik pemberitaan buruk tentang Pak Fauzi?

Ya lebih baik didiamkan saja. Saya sering min-ta teman-teman wartawan, jangan pasang berita seperti itulah. Apalagi berita seperti itu sebenarnya tidak boleh dimuat karena menjatuhkan orang.

Berapa dana kampanye Tim Foke yang dihabis-kan untuk media?

Ada laporannya di KPU. Saya tidak tahu per-sis karena yang mengelola itu dari tim keuangan. Kami punya program apapun, yang bayar tim keuangan.

Apa sampai Rp 20 miliar?

Enggak sampai sebesar itu. Tapi memang pal-ing banyak dana habis buat iklan.

Apa evaluasi Anda soal pemberitaan media?

Ada kesalahan persepsi teman-teman media online soal cover both sides. Mereka pikir cover both

Page 120: FOKE atau JOKOWI.pdf

108 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

sides itu diterjemahkan begini: jika ada satu berita tentang Foke di media itu, maka nanti harus ada satu berita soal Jokowi.

Seharusnya enggak boleh seperti itu dong. Seharusnya, jika ada berita negatif tentang Pak Fauzi, konfirmasi harus dilakukan pada berita yang sama. Kenyataannya, tidak begitu. Akibatnya, mes-ki sekilas, jumlah berita Jokowi dan Foke hampir berimbang, secara tone atau nada pemberitaan, kami dirugikan.

Apa yang Anda lakukan untuk memperbaiki situasi seperti itu?

Di putaran pertama, kami kerjasama den-gan Inilah.com hanya memang tidak terlalu besar. Sementara pada putaran kedua, kami bekerjasa-ma dengan Detik.com.

Dari tim media, apa evaluasi Anda?

Sebenarnya tidak ada yang terlalu signifikan. Semua bagus-bagus saja kok sesuai yang diren-canakan. Apalagi kekalahan ini tidak diakibatkan semuanya oleh tim media. Memang kekurangan kami adalah terlambat masuk social media.

Page 121: FOKE atau JOKOWI.pdf

109LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

Anda menilai media tidak berimbang selama Pilkada Jakarta?

Memang media itu kurang berpihak kepada kita dan lebih condong kepada tim lawan. Itu bisa dilihat dari hasil riset mengenai jumlah berita dan nada pemberitaan.n

Page 122: FOKE atau JOKOWI.pdf

110 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

LAMPIRAN WAWANCARA DENGAN TIM SUKSES HIDAYAT NUR WAHID

Hartono: Pengaruh Teve Paling Dahsyat

Apa strategi utama tim media untuk kampanye Pak Hidayat Nur Wahid?

Kami menggunakan semua media sosial sep-erti Twitter, Facebook dan menggunakan distribusi direct selling sebagai program below the line-nya. Kader-kader PKS digerakkan masuk ke rumah-rumah warga untuk memperkenalkan calon kami.

Anda tidak terlalu mengandalkan iklan?

Iklan di media cetak ada, tapi kan bisa dilihat sendiri, kuantitasnya enggak dahsyat-dahsyat banget. Kami pasang di Sindo, Republika, Indopos. Memang tidak di semua media, karena uangnya enggak ada juga... hahaha...

Page 123: FOKE atau JOKOWI.pdf

111LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

Apa alasan memilih ketiga koran itu?

Yang harganya murah saja. Indopos agak mu-rah karena diskonnya gede. Republika juga begitu. Kompas kita enggak bisa pasang karena diskonnya kecil dan mahal. Jadi kita cari media yang terjang-kau saja. Memang seharusnya kami pasang iklan di media yang banyak dibaca orang, tapi kekuatan dana kami tidak mencukupi. Mau apa lagi?

Apakah ada keuntungan pemberitaan yang Anda rasakan dari media yang memasang iklan kampanye Pak Hidayat?

Tidak juga. Koran-koran itu kan memang men-empatkan wartawannya di hampir semua kandi-dat, bukan hanya Pak Hidayat. Apalagi saat pilkada kemarin, koran-koran punya halaman khusus yang harus diisi dengan berita Pilkada Jakarta. Jadi berita soal Pak Hidayat ya berita biasa mengin-formasikan tentang pasangan calon kami. Kami juga tidak bikin perjanjian khusus dengan media agar setelah menerima iklan, mereka lebih banyak memberitakan kami.

Berapa nilai total iklan Tim Hidayat?

Page 124: FOKE atau JOKOWI.pdf

112 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Itu urusan agency (biro iklan--), saya enggak berani mengungkap. Kalau saya buka, agency bisa marah, karena mereka biasanya punya hubungan khusus dengan media terkait persentase profit mereka, diskon dan seterusnya.

Apakah ada media yang menawarkan ker-jasama di luar iklan? Soal pemberitaan mungkin?

Banyak, tapi paling-paling kerjasama adver-torial. Bukan dalam bentuk pengaturan pemberi-taan. Tempo sempat menawarkan advertorial, tapi harganya tinggi-tinggi.

Media apa yang menurut Anda paling efektif se-lama Pilkada Jakarta?

Kalau saya lihat, peran teve luar biasa. Ini sesuai dengan tingkat pendidikan masyarakat kita, yang memang mencari informasi itu di televisi. Tapi itu untuk masyarakat bawah yang di grass root level. Kalau kelas menengah, media sosial lebih efektif: Facebook, Twitter, Youtube lebih banyak disimak orang.

Berapa orang tim Media kampanye Pak Hidayat?

Di kami, ada yang stay, dan ada yang relawan.

Page 125: FOKE atau JOKOWI.pdf

113LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

Tim inti saja 50 orang. Ada divisi media relation, social media, PKS TV, terus ada tim supporting atau tim umum. Untuk social media, kami punya 20 staf tetap, sementara yang lain relawan. Kami memang andalkan social media, karena ini lebih menguntungkan ketimbang media cetak. Berita disebar dengan di-retweet, ini model getok tular dan bisa dipercaya.

Bagaimana strategi kampanye Anda di media sosial?

Ada beberapa tahapan. Kami perkenalkan dulu sosok HNW terutama soal kapasitas dan ke-mampuannya dalam bidang apa saja. Lalu visi dia sebagai leader apa. Imej yang ingin dibentuk adalah kandidat kita yang terbaik, mampu men-jalankan tugas dengan baik. Pesan-pesan intinya itu aja.

Selain itu, kita ingin menyampaikan pesan kita bahwa HNW diterima, didukung banyak pihak. Makanya dalam iklan di TV, ada adegan Hidayat-Didik di mana-mana. Itu pesan sentral yang ingin disampaikan, bahwa Hidayat diterima di mana-mana oleh berbagai kalangan.

Page 126: FOKE atau JOKOWI.pdf

114 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Berapa dana yang disediakan untuk tim Media?

Sekitar Rp 5 miliaran. Itu sudah untuk iklan dan segala macam. Dana iklan teve dan di koran, termasuk operasional untuk media center

Evaluasinya?

Kalau iklan sedikit tentu tidak efektif. Namun, kalau intensitasnya sering tentu efektif, tapi lebih mahal. Jadi intensitasnya perlu lebih sering.

Apakah Anda pasang iklan juga di radio?

Kita pasang di Radio Kayu Manis dan Radio Safari. Itu radio wayang yang punya komunitas pendengar Jawa cukup besar. Kami ingin masuk di sana.

Lewat iklan radio itu, kami ingin menyasar kelas bawah. Karena itu iklannya banyak soal program yang bakal riil mereka rasakan. Kalau iklan untuk kalangan atas, isinya lebih mengulas visi-misi.

Menurut Anda, media apa yang lebih efektif un-tuk kampanye?

Kalau dari sisi readership, tentu di media on-line, karena tren pembaca media cetak terus

Page 127: FOKE atau JOKOWI.pdf

115LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

turun. Sementara media online kan bisa diakses di mana saja. Jadi meski ada kelemahan soal kedala-man berita, tapi media online lebih banyak dibaca.

Bagaimana dengan media sosial seperti Youtube?

Kami punya tim yang khusus mengerjakan kanal PKS TV di Youtube. Sayangnya, di Indonesia ini faktor jaringan internet bermasalah. Jadi kalau koneksi buruk, sulit mengakses Youtube. Kami bikin PKS TV karena tidak punya stasiun teve sendiri. Kami punya koresponden PKS TV di seluruh Indonesia.

Apakah ada konsultan komunikasi yang bekerja di tim Media?

Ya kita-kita saja. Kebetulan temen-temen di media center punya pengalaman di bidang jurnal-istik dan komunikasi. Sedikit banyak punya pen-galaman di bidang media. Jadi setiap isu yang ada kita diskusikan, ambil angle-nya begini. Setelah itu kita kirim lewat email blast.

Sehari tim mengirim berapa rilis ke media?

Tergantung situasi dan hasil rapat mingguan. Kami juga punya grup Blackberry Mesenger,

Page 128: FOKE atau JOKOWI.pdf

116 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

karena posisi kami terpencar. Jadi bisa rapat vir-tual. Pernah sehari, kami kirim lima rilis kegiatan.

Bagaimana evaluasi tim soal pemberitaan me-dia dilakukan?

Setelah sebuah rilis dimuat jadi berita, kami pelajari. Yang mana yang tak sesuai dengan angle kami. Dari situ kami perhatikan, mana kegiatan yang kurang menarik dan menarik untuk media. Semua itu dievaluasi. Akhirnya kami jadi tahu me-dia sukanya seperti apa. Begitu pula untuk foto.

Bagaimana tim merespon berita negatif soal Pak Hidayat?

Pernah satu kali ada berita yang menuding Pak Hidayat mengunjungi hutan kota di Srengseng Sawah sebagai kampanye. Padahal beliau hanya meninjau. Kami kirim hak jawab dan klarifikasi. Sebenarnya tidak banyak berita negatif soal Pak Hidayat di media. Mungkin temen-temen media masih sayang pada beliau.

Apakah pemberitaan media selama Pilkada Jakarta sudah berimbang?

Page 129: FOKE atau JOKOWI.pdf

117LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

Kalau yang berkaitan dengan media, ya kita ta-hulah media itu siapa yang punya. Apalagi kepemi-likan media sekarang terpusat di tangan segelintir orang dengan kepentingan politik tertentu.

Dalam situasi seperti sekarang kontrol media harus kuat. AJI yang independen bisa menyu-arakan kepentingan orang-orang yang enggak punya akses ke media. Selain itu, seharusnya ada undang-undang yang memastikan semua kandi-dat mendapat kesempatan yang sama untuk di-beritakan media. n

Page 130: FOKE atau JOKOWI.pdf

118 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

LAMPIRAN WAWANCARA DENGAN TIM SUKSES FAISAL BASRI

Faisal Basri: Kami Memanfaatkan Media Sosial

Bagaimana garis besar strategi kampanye Anda?

Pertama, karena dana terbatas, kami banyak menggunakan sosial media dan blog yang gra-tis semua. Jadi semua program kita masukkan di Youtube.

Misalnya saya direkam terus jadi video yang dimasukkan ke Youtube. Ini dibantu oleh timnya mas Angga Sasongko. Itu kegembiraan yang luar biasa bagi kami walaupun dari seluruh Jakarta yang akses Youtube cuma sedikit. Ohya, semua re-lawan tidak ada yang dibayar.

Apa strategi lainnya?

Page 131: FOKE atau JOKOWI.pdf

119LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

Kalau Anda beriklan di satu media online, bi-ayanya sampai Rp 100 juta. Nah, kami menggu-nakan metode yang beda. Kami menggunakan space-space yang kosong di Google yang biayanya cuma sekitar Rp 80 ribu. Di Facebook, kami meng-gunakan fasilitas dimana orang yang me-like page tertentu bisa langsung melihat iklan saya. Jadi itu yang kami lakukan. Pesan pentingnya, media sosial memang makin berperan penting, namun penggunaannya belum banyak.

Kedua, kami menggunakan iklan konvension-al. Ada yang dibiayai sendiri seperti di Kompas.com dan Kompas TV. Itu juga karena mereka mem-beri potongan diskon yang luar biasa. Ada iklan-iklan lain di teve.

Ada juga iklan yang dipasang oleh orang lain. Jadi ada orang menyumbang iklan di beber-apa media, salah satunya Kompas. Iklan tersebut dibayar oleh orang lain, bukan sumbangan dari medianya itu sendiri. Tapi isi iklannya disepakati, jadi dikonsultasikan dengan saya.

Dari tim Anda, apakah ada mengeluarkan uang untuk media-media tertentu?

Page 132: FOKE atau JOKOWI.pdf

120 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Sangat tidak ada. Untuk memberi amplop wartawan, mengontrak media, itu tidak ada.

Apa pertimbangan Anda dalam memilih media yang dipasangi iklan?

Salah satunya diskon. Karena waktu itu Kompas TV kan baru masuk TV terestrial jadi se-dang banting harga. Untuk iklan media gak sam-pai miliaran kok. Ditota- total hampir Rp 200 juta-lah paling-paling.

Selain itu, kami juga memilih berdasarkan segmentasi. Misalnya kalau mau masuk ke ke-las menengah bawah ya pasang iklan di MNC TV. Kalau kelas menengah atas di Metro TV dan RCTI. Standar sajalah.

Apakah Anda juga membuat advertorial?

Tidak pernah. Kalaupun kita punya uang, sep-ertinya kita enggak bikin advertorial deh, kayaknya nggak efektif.

Apakah ada media yang digandeng khusus ke-tika berkampanye?

Enggak ada sama sekali.

Page 133: FOKE atau JOKOWI.pdf

121LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

Tapi ada tawaran?

Yang mengajukan sih banyak.

Evaluasi Anda soal strategi media Anda selama kampanye seperti apa?

Idealnya ada yang namanya serangan udara dan serangan darat. Serangan darat harus dilaku-kan konsisten, seperti kandidat-kandidat lain se-tiap hari melakukan pembentukan opini, mema-sang iklan, dan lain-lain.

Yang kedua serangan udara. Serangan udara itu lewat televisi, karena bagaimanapun televisi itu yang paling efektif. Nah perencanaannya ini harus built in gitu, satu sama lain harus saling men-dukung. Serangan udara tanpa serangan darat ya kurang efektif. Kemudian serangan udara harus di-lanjutkan dengan serangan darat, atau sebaliknya.

Nah itu yang dimiliki oleh Fauzi Bowo dan Jokowi, keduanya jalan. Kita ada juga serangan udara, tapi sudah tersengal-sengal. Ya apa adanya, jadi enggak efektif begitu.

Berapa kira-kira budget yang dipersiapkan un-tuk kampanye lewat media?

Page 134: FOKE atau JOKOWI.pdf

122 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Ya kalau di proposal sih gede. Kalau mau efek-tif sekitar Rp 20 miliar. Untuk teve itu miliaran, yang lainnya Rp 200 jutaan-lah. Kita akui serangan udara memang paling mahal.

Imej apa yang ingin dibentuk dalam kampanye kemarin?

Sebelum bicara citra, yang pertama adalah pengenalan. Karena popularitas saya itu relatif rendah. Jadi pada awal setahun sebelum pilka-da, popularitas saya hanya 30 persen. Jadi orang Jakarta yang kenal saya di Jakarta hanya 30 persen.

Jadi program pertamanya adalah mengenal-kan saya. Nah mengenalkan itu kan bisa brosur, kunjungan, dan lain sebagainya, kemudian lewat media. Tapi baru sadar saya sekarang, konsisten-sinya nggak ada.

Sewaktu di Pos Kota iklan saya pernah ada, di TV juga. Waktu itu saya puas banget, buat satu iklan tiga menit, tapi syutingnya tiga hari. Ditayangkan di televisi hanya 10 hari, dan itu pun jauh sebelum pilkada, jadi orang sudah pada lupa.

Tapi serangan udara itu memang mahal sekali. Kami tidak punya kemewahan untuk menjalankan

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES

Page 135: FOKE atau JOKOWI.pdf

123LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

semua perencaan iklan karena soal dana.

Ketika itu apa yang Anda lakukan?

Saya diuntungkan karena saya sering diun-dang televisi. Kalau orang kan masuk teve bayar, kalau saya justru dibayar. Beberapa bulan terakhir sebelum Pilkada, saya sering diundang oleh teve sebagai pembicara. Hampir tidak pernah block-ing time. Pernah sesekali blocking time tapi itu-pun karena ada orang yang mau membayari saya. Pernah waktu itu di Metro TV saya muncul dalam acara debat.

Itu semua memberikan ekspos lebih banyak bagi saya. Kata mereka, kalau gak ada saya nggak rame. Saya ini kan kalau ngomong apa adanya, lu-gas, berdasarkan fakta.

Apakah ada banyak donatur yang membantu membiayai?

Ada beberapa, misalnya dari komunitas pasar modal.

Apakah ada tim khusus untuk mengurus kampa-nye di media?

Page 136: FOKE atau JOKOWI.pdf

124 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Ada. Jadi mereka yang membuat pertimban-gan placement iklannya dimana, saya yang ap-prove isi iklannya. Ada tim khusus yang mengurus media. Mereka terbagi tiga, yang mengurus media cetak, media online, dan media sosial.

Apakah Anda mempekerjakan jurnalis aktif di tim media?

Tidak ada yang masih aktif bekerja di media, paling mantan. Misalnya Dani tadinya bekerja di Rakyat Merdeka, tapi sudah lama keluar. Tapi tidak ada wartawan aktif disana.

Bagaimana evaluasi Anda atas pemberitaan media soal Pilkada Jakarta?

Kami memiliki instrumen khusus untuk men-gevaluasi media. Namanya MediaTrack. Dengan aplikasi itu, saya bisa melihat pemberitaan ten-tang saya di media apa saja, dan juga pemberitaan tentag kompetitor.

Apakah ada strategi khusus dalam menghadapi berita-berita tertentu di media?

Ada. Jadi ada tim di Twitter yang bertugas

Page 137: FOKE atau JOKOWI.pdf

125LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

merespon kalau ada akun Twitter yang menyerang saya.

Media mana yang paling efektif untuk berkampanye?

Nggak tau saya, itu harus dievaluasi. Tapi se-ingat saya, yang paling efektif itu ya sosial media. Misalnya saja, saya itu tidak pernah kenal dengan seleb seperti Pandji, Glenn Fredly, dan lain-lain.

Tapi mereka ini pendukung setia saya di Twitter. Banyak anak muda yang kritis yang tertarik pada politik lewat sosial media ini. Kalau dilihat di exit poll, rata-rata yang memilih saya itu berusia di bawah 27 tahun.

Jadi kami merasa perjuangan kami tidak sia-sia karena berhasil membangunkan semangat anak muda. Dan kami sampai sekarang terus ber-hubungan. Saya sering diundang di Provokatif/Proactive, di Hardrock Cafe, dan lain-lain. Ini untuk membuktikan bahwa Pilkada itu sebuah medium perjuangan, bukan akhir dari perjuangan. Dan kami bangga karena sampai sekarang kami diper-hitungkan. Karena bagi kami independen itu pili-han, untuk mengimbangi partai politik. n

Page 138: FOKE atau JOKOWI.pdf

126 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

LAMPIRAN WAWANCARA DENGAN TIM SUKSES HENDARDJI

SOEPANDJI

Hendardji Soepandji: Kerjasama Media itu Mahal

Bagaimana strategi Anda dalam kampanye Pilkada DKI Jakarta?

Kembali pada ilmu perang, mesin organ-isasi tidak akan bergerak kalau tidak ada dana. Kalau dalam strategi perang, logistik tidak akan memenangkan peperangan, tetapi tanpa logistik Anda sulit menang. Dalam Pilkada kemarin, sulit menggerakkan manusia karena logistik tidak ada.

Saya berusaha mendekati warga tetapi warga juga pragmatis. Kalau tidak ada logistiknya, mer-eka tidak mau. Itu jadi penilaian tersendiri. Jokowi itu bisa mengumpulkan dana Rp 17 miliar dalam dua minggu, namun dia tetap tampil seolah-olah

Page 139: FOKE atau JOKOWI.pdf

127LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

sederhana. Padahal saya saja mengumpulkan Rp 3 miliar sudah ngos-ngosan.

Berapa dana yang Anda alokasikan untuk media?

Saya lupa detailnya, tapi kecil. Kurang lebih Rp 500 juta.

Apa imej yang ingin Anda bentuk lewat media?

Yang paling penting adalah bahwa saya bisa bekerja untuk rakyat. Tapi saya tidak ingin berori-entasi pada pencitraan. Karena itu, di media, saya selalu sampaikan tema: “Jakarta jangan berkumis.” Berkumis itu artinya: berantakan, kumuh dan miskin.

Darimana Anda dapat konsep “Berkumis” ini?

Dari pengalaman setahun terakhir, sejak saya turun ke bawah. Saya jadi tahu misalnya, yang na-manya berobat gratis itu omong kosong. Buktinya masih ada suami istri tinggal satu rumah bersama orangtua. Ketika istri kena sakit kanker, dia mesti bayar Rp 15 juta. Saya melihat masalahnya adalah pejabat tidak dekat dengan rakyat, ada kesenjan-gan komunikasi.

Page 140: FOKE atau JOKOWI.pdf

128 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Apakah Anda punya kerjasama khusus dengan media?

Saya berusaha bekerjasama dengan semua media, tapi ada saja kendala yang dihadapi. Itu mengapa saya sempat datang ke AJI. Menurut saya, media sekarang sudah terlalu komersial. Misalnya saja, ada satu media yang minta Rp 1 mil-iar per bulan itu untuk kerjasama. Coba bayang-kan Rp 1 miliar itu duit darimana?

Seharusnya kerjasama itu berangkat dari nilai idealisme. Bahwa ada pengeluaran itu memang se-harusnya. Orang Jawa mengatakan jer basuki mawa bea artinya tidak ada suatu kegiatan tanpa biaya, tetapi ya jangan mengarah kepada aji mumpung.

Riset menunjukkan pemberitaan soal Anda cu-kup menonjol di Indopos....

Ada wartawan di sana, kenalan saya, yang membantu.

Anda bekerjasama dengan media apa saja?

Ada tiga media, Indopos, Suara Pembaruan dan Sinar Harapan.

Page 141: FOKE atau JOKOWI.pdf

129LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

Bagaimana kerjasama ini terbentuk?

Saya kenal dengan wartawannya. Mereka pernah jadi wartawan olahraga sehingga kenal dan dekat dengan saya. Dulu saya aktif di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Hubungan saya dengan rekan-rekan wartawan ini sudah puluhan tahun. Mereka sering saya ajak ke luar negeri kalau ada ada kegiatan karate. Pada 2010, saya menjadi Ketua Umum Federasi Olahraga Karate Indonesia (Forki). Pada 2012, saya menjabat Presiden Asosiasi Karate Asia Tenggara.

Detail kerjasama ini seperti apa?

Sebenarnya tidak ada kerjasama resmi. Koran-koran ini sering memberitakan tema kampanye saya, ‘Jakarta jangan berkumis’. Mereka juga menu-lis profil saya kendati saya tidak pernah bayar mer-eka apapun.

Ada kerjasama serupa dengan media online dan teve?

Tidak ada.

Bapak sempat pasang iklan di teve?

Page 142: FOKE atau JOKOWI.pdf

130 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Ya sekali saja karena slotnya mahal. Saya juga sempat pasang iklan di koran soal ‘Jakarta jangan berkumis’, tapi diprotes.

Apakah slogan kontroversial ini sudah diper hitungkan?

Ya. Buktinya, iklan sekali, tapi beritanya pan-jang. Jadi saya memang cari yang kontroversial. Setelah iklan saya dicabut, beritanya tahan sampai sebulan.

Apa kendala Anda dalam memastikan kampa-nye Anda dimuat media?

Saya ingin kegiatan kampanye saya diliput, karena bikin kegiatan tanpa berita itu konyol. Tapi kalau terlalu berorientasi kepada pemberitaan, itu bisa konyol juga. Contohnya, ada kandidat yang hanya jalan kaki di Senayan muncul jadi berita be-sar di koran, tetapi kandidat yang memberi santu-nan untuk orang miskin tidak muncul beritanya.

Kenapa? Karena yang jalan kaki itu membayar uang lebih besar, sedangkan yang beri santu-nan tidak bisa bayar medianya, hanya bisa bayar wartawan saja. Akhirnya berita wartawan dicekal

Page 143: FOKE atau JOKOWI.pdf

131LAMPIRAN|Lampiran Wawancara

sama Pemimpin Redaksinya, karena si Pemred merasa tidak dapat bagian.

Ini pengalaman Anda di lapangan selama Pilkada?

Loh iya. Karena yang dapat hanya wartawan tetapi Pemred tidak, beritanya masuk laci.

Apakah Anda selalu melakukan media monitoring?

Ya selalu monitoring.

Siapa yang melakukan?

Ada tim khusus yang bertugas memonitor pemberitaan.

Dari monitoring tadi, bagaimana Anda men-gevaluasi kampanye Anda?

Saya dirugikan karena banyak media men-jalin kerjasama pemberitaan dengan kandidat, yang berdasarkan kepentingan finansial. Saya ingin praktek premanisme media macam itu dihapuskan.

Page 144: FOKE atau JOKOWI.pdf

132 JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

Sebenarnya, berdasarkan hasil riset, pemberi-taan soal Anda cukup menonjol pada putaran pertama...

Iya. Terutama karena slogan ‘Jakarta jangan berku-mis’. Walaupun saya jarang tampil lagi tapi masyarakat Jakarta ingat dengan slogan tadi. Dari anak kecil sam-pai orang dewasa ingat itu. Sayangnya, banyak yang tidak tahu kalau saya yang mencetuskan slogan itu.

Anda pernah diberitakan negatif?

Paling-paling soal slogan ‘Jakarta jangan ber-kumis’ itu. Di lapangan, justru ada intimidasi atas pendukung saya. Spanduk saya dengan slogan itu, dicopoti.

Anda mengaku kesulitan masuk media main-stream karena tidak ada dana, bagaimana den-gan media sosial?

Waktu itu saya menilai Twitter kurang membu-mi dan masyarakat yang saya bidik itu kelas bawah. Saya mendekati golongan masyarakat miskin karena jumlahnya lebih besar. Sayangnya, mereka memang lebih pragmatis dan mudah dipengaruhi politik uang. Saya tewas di soal ‘wani piro?’ n

Page 145: FOKE atau JOKOWI.pdf
Page 146: FOKE atau JOKOWI.pdf

d JOKOWI ATAU FOKE?Menguji Keberimbangan Media Dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012

JOKO

WI ATA

U FO

KE?M

ENG

UJI KEBERIM

BAN

GA

N M

EDIA

DA

LAM

PEMILIH

AN

GU

BERNU

R JAK

ARTA

2012

Tim AJI Jakarta