fobiafobia
DESCRIPTION
gilaTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya, sholawat serta salam atas nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dr. Ni Wayan Ani P SpKJ atas kesediaan, waktu, dan kesempatan yang
diberikan sebagai pembimbing referat ini, kepada teman sesama kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Jiwa dan perawat yang selalu mundukung, memberi saran, motivasi, bimbingan dan kerjasama
yang baik sehingga dapat terselesaikannya referat ini.
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Jiwa di RS Jiwa Islam Klender yang merupakan salah satu prasyarat kelulusan.
Referat ini membahas dan menganalisa berbagai hal mengenai “Fobia”. Bahasan dalam referat
ini diambil dari berbagai sumber.
Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan demi memperbaiki referat ini.
Semoga referat ini berguna bagi semua pihak terkait.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, Mei 2015
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap orang pernah mengalami kecemasan. Sebagian besar dari kita menerimanya sebagai sesuatu yang normal dan dapat diatasi tanpa banyak kesulitan. Namun terdapat sejumlah besar manusia yang tidak dapat mengendalikan kecemasan mereka hingga timbul perasaan tertekan dan terganggu hidupnya. Kelainan ini disebut gangguan cemas dengan salah satu bentuknya adalah fobia. 1
Fobia merupakan rasa ketakutan yang bersifat menetap, berlebihan, serta tidak realistik terhadap suatu objek, seseorang, binatang atau situasi tertentu. . Fobia adalah rasa takut yang menetap terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya Fobia yaitu perasaan takut dan menghindar terhadap objek atau situasi yang realita atau kenyataannya tidak berbahaya. , Fobia Spesifik dan Fobia Sosial. Fobia termasuk dalam tipe gangguan anxietas dan dibedakan dalam tiga jenis berdasarkan jenis objek dan situasi ketakutan yaitu Agrofobia, Fobia Spesifik dan Fobia Sosial.. 2,3,4
Agrofobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkir ketempat aman. Menurut DSM-IV-TR, agrofobia berhubungan erat dengan gangguan panic, namun ICD 10 tidak mengkaitkan gangguan panic dengan agrofobia dan kasus-kasus agrofobia didapati dengan atau tanpa serangan panik. 2
Fobia spesifik (specific phobia) adalah ketakutan irasional dan menetap pada objek yang khusus, aktivitas, atau situasi yang menyebabkan respons kecemasan yang tiba-tiba, menyebabkan gangguan yang signifikan dalam performa, dan menghasilkan perilaku menghindar. Fobia sosial adalah ketakutan irasional pada situasi sosial tertentu. 2,5
Penyebab dari fobia diantara disebabkan oleh faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. Penelitian epidemiologis baru-baru ini telah menemukan bahwa fobia adalah gangguan mental tunggal yang paling sering di Amerika Serikat. Diperkirakan 5 sampai 10 persen populasi menderita gangguan yang mengganggu dan kadang-kadang menimbulkan ketidakberdayaan tersebut Diperkirakan prevalensi agrofobia adalah 2-6%, sedangakn fobia spesifik sekitar 11% dan fobia social adalah 3-13%. Walaupun fobia sering dijumpai namun sebagian besar pasien tidak mencari bantuan untuk mengatasinya atau tidak terdiagnosis secara medis. Kecenderungan fobia adalah menjadi kronik dan dapat terjadi kormobiditas dengan gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan alcohol dan obat bila tidak mendapat terapi. 2
BAB 2
2.1. Definisi
Fobia (dari bahasa Yunani, Phobos, rasa takut atau mengerikan takut), adalah
irasional, intens, terus-menerus takut situasi tertentu, kegiatan, benda, atau orang. Gejala
utama gangguan ini adalah yang berlebihan, tidak masuk akal keinginan untuk menghindari
subjek yang ditakuti. Ketika rasa takut berada di luar kendali seseorang, dan jika rasa takut
yang mengganggu kehidupan sehari-hari, maka diagnosis di bawah salah satu gangguan
kecemasan dapat dibuat. 2
Fobia adalah rasa takut yang menetap terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini
tidak sebanding dengan ancamannya, perasaan takut dan menghindar terhadap objek atau
situasi yang realita atau kenyataannya tidak berbahaya 3,4
2.2. Etiologi
Patogenesis fobia berhubungan dengan faktor-faktor perilaku, Psikoanalitik,
Neurokimiawi, Neuroendokrin dan genetik.
Faktor Perilaku
Beberapa penelitian melaporkan adanya kemungkinan ciri tersendiri pada anak-anak
yang mempunyai pola perilaku menahan diri (behavioral inhibition). Anak-anak yang
mempunyai sifat demikian sering mempunyai orang tua menderita gangguan panik dan anak
tersebut akan berkembang menjadi sangat pemalu. Beberapa orang fobia sosial juga
menunjukkan perilaku menahan diri semasa kanak-kanaknya. Juga ada data yang
menunjukkan bahwa orang tua pasien fobia sosial kurang memperhatikan/menjaga anaknya
(less caring), lebih menolak (more rejecting) atau over protective terhadap anak-anaknya.6
Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud mengatakan bahwa gangguan ansietas (salah satunya gangguan
fobia) sebagai akibat konflik yang berasal dari kejadian-kejadian pada fase perkembangan
psikoseksual yang tidak terselesaikan dengan baik; pada pasien fobia mekanisme pertahanan
ego yang dipakai adalah displacement (memindahkan situasi yang tidak bisa diterima ke
situasi yang lebih bisa diterima). Beberapa penelitian melaporkan hubungan dengan
kebiasaan menghalanghalangi anak pada masa kecilnya . Freud pertama kali membahas
rumusan teoritis terbentuknya fobia pada kasusnya yang terkenal, “Little Hans”, bercerita
tentang seorang anak laki-laki usia 5 tahun yang takut terhadap kuda. Hans pernah melihat
seekor kuda jatuh dan kemudian berkembang satu ketakutan bahwa kuda akan jatuh dan
menggigitnya. Freud dapat menunjukkan bahwa kuda tidak ada hubungannya dengan
ketakutan Hans yang sebenarnya, tetapi sebagai simbol menggantikan ayahnya yang
ditakutinya secara tidak sadar. Gigitan kuda menjadi simbol (secara tidak sadar) ancaman
kastrasi oleh ayahnya. Ketakutan terhadap si ayah telah direpresi dan diganti ke objek lain.
Freud percaya bahwa baik dorongan seksual atau agresif, atau gabungan keduanya
bersamaan, menjadikan adanya kekuatan bertahan dalam melawan dorongan tersebut.
Prinsip teori psikoanalitik adalah ide/pikiran yang merupakan sumber asli ketakutan telah
digantikan (replaced) menjadi fobia objek lain yang memunculkan (represent) sumber
aslinya secara simbolik; melalui represi dan displacement, sumber asli ketakutan tersebut
tidak diketahui oleh individu. 6,7
Faktor Neurokimiawi
Hipersensitif terhadap penolakan oleh orang lain diperkirakan dipengaruhi oleh
sistem dopaminergik. Kekurangan dopamin telah ditemukan pada tikus yang punya sifat
pemalu dan inilah yang membedakannya dari mereka yang bersifat lebih agresif; bila sistem
dopamin pada tikus yang agresif diputus secara farmakologik maka binatang tersebut akan
menjadi lebih patuh/tunduk. Penelitian lain menunjukkan bahwa kadar metabolit dopamin
dalam cairan spinal meninggi pada orang-orang ekstrovert dengan gangguan depresif
dibandingkan dengan orang-orang introvert. Dopamin bertanggung jawab terhadap beberapa
fungsi motivasi dan dorongan/ rangsangan (incentive) susunan saraf pusat, minat sosial yang
tinggi; keinginan berteman/ berkumpul dengan kelompok dan kepercayaan diri bisa
mencerminkan pengaruh tersebut. Pasien fobia penampilan/perbuatan (performance anxiety)
melepaskan lebih banyak norepinefrin dan epinefrin sentral ataupun perifer dibandingkan
orang nonfobik; pasien ini bisa sangat sensitif terhadap rangsang adrenergik normal.
Keadaan ini berhubungan dengan tanda karakteristik, seperti denyut jantung yang cepat,
banyak keringat, dan tremor jika penderita tampil.6,7
Faktor Neuroendokrin
Anak-anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan (growth hormone deficiency,
GHD) mempunyai kecenderungan mengidap gangguan penyesuaian psikologik. Anak-anak
tersebut mempunyai sifat imatur, tergantung (dependent), pemalu (shy), menarik diri
(withdrawal), dan terisolasi sosial (socially isolated). Anak-anak ini menunjukkan
ketidakmampuan kognitif dan perilaku. Orang dewasa pengidap growth hormone deficiency
yang diobati dengan pemberian growth hormone melaporkan adanya perbaikan status
kesehatan dan perasaan senang (wellbeing) secara psikologik. Berdasarkan hal ini, diduga
growth hormone punya pengaruh terhadap neuroendokrin sentral. Di kelompok dewasa yang
pernah mengalami defisiensi growth hormone, ditemukan insidens fobia sosial yang cukup
tinggi. 6
Faktor Genetik
Keluarga tingkat pertama (first degree relatives) penderita fobia sosial kira-kira tiga kali
lebih sering menderita fobia sosial dibandingkan keluarga tingkat pertama orang tanpa
gangguan mental/kontrol. Penelitian pada 1.427 orang anak kembar (898 monozigot dan 529
dizigot) menemukan kasus gangguan kepribadian menghindar sebanyak 2,7% dan fobia
sosial 5%.4 Meta-analisis ikatan gen pada pasien gangguan fobia menemukan kelainan pada
kromosom 16q.8
2.3. Klasifikasi
Para ahli psikologi dan ahli psikiatri membagi fobia menjadi tiga kategori 2, yakni :
1. Fobia spesifik, ketakutan irasional terhadap objek tertentu, seperti hewan, pesawat
terbang, ketinggian, melihat darah dan lain-lain.
2. Fobia sosial, ketakutan irasional pada situasi irasional tertentu seperti tampil di depan
orang banyak, gagap, halnya anxietas dalam penampilan, anoreksia nervosa, bulimia
nervosa dan lain-lain.
3. Agorafobia, ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan
untuk segera menyingkir ke tempat aman, yang bersifat umum seperti keluar rumah
atau bau badan, dan serangan rasa panik yang tak terelakkan yang terus mengikuti.
Agorafobia merupakan fobia yang hanya dengan pengobatan secara teratur yang
dapat mengembalikan kondisi medisnya.
2.4. Gejala Klinis
Fobia ditandai dengan timbulnya ansietas berat jika pasien terpapar situasi atau objek
spesifik atau jika mengantisipasi akan terpapar dengan situasi atau objek. Pemaparan atau
mengantisipasi dengan stimulus fobik sering menimbulkan serangan panik pada orang yang
rentan terhadap serangan panik. Orang dengan fobia berusaha untuk menghindari stimulus
fobik. 2
Pasien dengan agrofobia menghindari situasi pada saat sulit untuk mendapatkan
bantuan 2:
Lebih suka ditemani kawan atau anggota keluarga di tempat tertentu, seperti jalan
yang ramai, took yang padat, ruang tertutup, kendaraan tertutup
Menghendaki ditemani setiap kali harus keluar rumah
Perilaku tersebut sering menyebabkan konflik perkawinan dan keliru diagnosis
sebagai masalah primer
Pada keadaan parah mereka menolak keluar rumah dan mungkin ketakutan akan
menjadi gila
Pasien dengan fobia spesifik, ketakutan yang jelas dan menetap dan tak beralasan
terbatas pada objek atau situasi yang spesifik dan terbagi dalam tipe 2:
Hewan
Lingkungan alam
Darah
Injeksi
Luka dan
Situasional
Pasien dengan fobia sosial2:
Adanya ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil di depan orang-orang yang
belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau
menjadi pusat perhatian
Merasa takut bahwa ia akan berperilaku memalukan atau menampakkan gejala
ansietas atau bersikap yang dapat merendahkan dirinya
Diperkirakan sepertiga dari semua orang dengan fobia social menderita gangguan
depresi berat. Pada pemeriksaan mental didapati adanya ketakutan yang irasional dan
kondisi ego distonik terhadap situasi, aktivitas atau objek. Depresi seringkali ditemukan
pada sepertiga dari pasien dengan fobia. 2
2.5. DiagnosisAgrofobia
a. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi darinya keungkianna meloloskan
diri adalah sulit atau saat mungkin tidak mendapat pertolongan jika mendapat serangan
panik atau gejala mirip panik yang tidak diharapkan atau secara situasional. Ketakutan
agrofobia biasanya mengenai kelompok karakteristik situasi seperti di luar rumah
sendirian, berada di tempat ramai atau berdiri di sebuah barisan, berada di atas jembatan
atau bepergian dengan bis, kereta atau mobil.
b. Situasi dihindari atau jika dilakukan dengan penderitaan yang jelas atau dengan
kecemasan mendapat serangan panik atau gejala mirip panik atau perlu didampingi
teman.
c. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental
lain seperti fobia sosial, fobia spesifik, gangguan obsesif kompulsif, ganggua stress paska
trauma atau gangguan cemas perpisahan
Fobia Spesifik
a. Rasa takut yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan, ditunjukkan oleh
adanya atau antisipasi suatu objek atau situasi tertentu (misalnya, naik pesawat terbang,
ketinggian, binatang, mendapatkan suntikan, melihat darah).
b. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respons kecemasan yang
segera, yang dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi. Catatan :
pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan oleh menangis, tantrum, membeku, atau
mengendong.
c. Orang menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan : pada
anak-anak, ciri ini mungkin tidak ada.
d. Situasi fobik dihindari, atau jika tidak dapat dihindari, dihadapi dengan kecemasan atau
penderitaan yang kuat.
e. Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara
bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau
aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas
karena menderita fobia.
f. Pada individu yang berusia di bawah 18 tahun, durasi sekurangnya adalah 6 bulan.
g. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik berhubungan dengan objek atau
situasi spesifik adalah tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti
gangguan obsesif-kompulsif ( misalnya, takut kepada kotoran pada seseorang dengan
obsesi tentangkontaminasi), gangguan stres pascatraumatik (misalnya, menghindari
stimuli yang berhubungan dengan stresor yang berat), gangguan cemas perpisahan
(misalnya, menghindari sekolah), fobia sosial (misalnya, menghindari situasi sosial
karena takut merasa malu), gangguan panik dengan agorafobia, atau agorafobia tanpa
riwayat gangguan panik.
Fobia Sosial
a. Ketakutan irasional yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau
kinerja dimana orang bertemu dengan orang yang tidak dikenal atau dengan
kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Individu merasa takut bahwa ia akan bertindak
dalam cara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang akan memalukan atau
merendahkan. Catatan : pada anak-anak untuk melakukan hubungan sosial yang sesuai
dengan usia dengan orang yang telah dikenalnya dan kecemasan harus terjadi dalam
lingkungan teman sebaya, dan tidak dalam interaksi dengan orang dewasa.
b. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan kecemasan,
yang dapat berupa serangan panik yang berikatan dengan situasi atau dipredisposisikan
oleh situasi. Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis,
tantrum, membeku, atau menarik diri dari situasi sosial dengan orang yang tidak dikenal.
c. Orang menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan : pada
anak-anak, ciri ini mungkin tidak ditemukan.
d. Situasi sosial atau kinerja yang ditakuti adalah dihindari, atau jika tidak dapat dihindari
dihadapi dengan kecemasan atau penderitaan yang kuat.
e. Penghindaran, antisipasi fobik, atau penderitaan dalam situasi sosial atau kinerja secara
bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (akademik), atau
aktivitas sosial dan hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan dalam situasi
sosial atau kinerja secara bermakan menganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan
(akademik), atau aktivitas sosial dan berhubungan dengan orang lain, atau terdapat
penderitaan yang jelas tentang menderita fobia.
f. Pada individu di bawah 18 tahun, durasi sekurangnya adalah 6 bulan.
g. Rasa takut atau penghindaran adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, dan tidak
dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan panik
dengan atau tanpa agorafobia, gangguan cemas perpisahan, gangguan dismorfik tubuh,
gangguan perkembangan pervasif, atau gangguan kepribadian skizoid).
h. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental lain, rasa takut dalam
kriteria A adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau menunjukkan
perilaku makan abnormal pada anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.
2.6. Penatalaksanaan
Fobia termasuk dalam tipe gangguan anxietas, dan merupakan gangguan mental
yang paling umum. Banyak orang yang salah mengerti mengenai gangguan ini dan orang
berfikir bisa mendapatkan gejala-gejala tersebut jika mereka memiliki nyali yang tipis.
Tetapi, gejala-gejala ini tidak dapat diinginkan atau diharapkan.Gangguan anxietas diobati
melalui dua cara, dengan obat-obatan dan dengan psikoterapi tipe-tipe tertentu (kadang-
kadang disebut "talk therapy"). Kadang hanya satu cara pengobatan yang digunakan atau
kedua pengobatan dikombinasikan. Secara umum terapi Fobia meliputi 2:
A. Terapi Psikologik
a. Terapi perilaku merupakan terapi yang paling efektif dan sering diteliti. Seperti
desensitisasi sistematik yang sering dilakukan: terapi pemaparan, imaginal
exposure, participant modelling, guided msstery, imaginal flooding
b. Psikoterapi berorientasi tilikan
c. Terapi lain: hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan.
B. Farmakoterapi
Obat-obatan yang efektif adalah: SSRI (Serotonin Selective Re-uptake Inhibitor)
Khususnya untuk fobia sosial umum merupakan pilihan utama.2
Benzodiazepine, Venlafaxine, Buspirone, MAOI, Antagonis b-adrenergik reseptor
dapat diberikan satu jam sebelum terpapar dengan stimulus fobia, misalnya berbicara di
depan publik. 2
Terapi Agrofobia
Anti ansietas
Antidepresan
Psikoterapi khususnya terapi kognitif perilaku
Terapi Fobia spesifik
Terapi pemaparan, diajarkan teknik relaksasi, mengontrol pernafasan
Anti Ansietas untuk jangka pendek
Terapi Fobia Sosial
Beta Blocker = Propanolol sebelum tampil di muka umum
Anti ansietas
Anti depressan
2.7. Komplikasi
Beberapa jenis fobia sangat berpengaruh terhadap kemampuan kerja atau fungsi
sosial. Beberapa obat-obatan medikamentosa dapat menyebabkan ketergantungan.
Berikut beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada penderita fobia :
1. Penggunaan minuman beralkohol guna menghilangkan rasa cemas
2. Ketergantungan terhadap minuman beralkohol dan obat-obatan
3. Menarik diri dari pergaulan dan isolasi sosial
2.8. PrognosisBelum banyak diketahui tentang prognosis fobia, namun kecenderungannya adalah
menjadi kronik dan dapat terjadi komorbiditas dengan gangguan lain seperti depresi,
penyalahgunaan alkohol dan obat bila tidak mendapat terapi. Menurut National Institute of
Mental Health, 75% orang dengan fobia spesifik dapat mengatasi ketakutannya dengan
terapi kognitif perilaku dan 80% dengan fobia membaik dengan farmakoterapi, terapi
kognitif perilaku atau kombinasi. Agrafobia dengan gangguan panik yang mendapat terapi
30% hingga 4% akan bebas dari gejala untuk waktu lama, dan 50% masih ada gejala ringan
yang secara bermakna tidak mengganggu kehidupan sehari-hari. Hanya 10% hinggs 20%
yang tidak membaik. Gangguan fobia mungkin disertai dengan lebih banyak morbiditas dan
tergantung pada perilaku fobik apakah dapat mengganggu kemampuan seseorang berfungsi,
menyebabkan ketergantungan finansial pada orang lain dan timbulnya berbagai gangguan
dalam kehidupan sosial, bidang pekerjaan dan akademik. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. American Psychiatric Association (1994), Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th ed, American Psychiatric Association, Washington, DC.
2. Elvira, S. D dan Hadisukanto, G. (2014). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI.
3. Nevid., Spencer, AR., dan Greene, B. (2003). Psikologi Abnormal Ed 5 Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
4. Davison, G.C & Neale J.M. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
5. Halgin, Richard P., & Whitbourne, Susan Krauss. (2010). Psikologi Abnormal. Jakarta:
Salemba Humanika.
6. Kaplan & Sadock’s. (2007) Anxiety disorder. In: Synopsis of psychiatry. 10th ed.
Philadelphia-USA: Lippincott Williams & Wilkins.
7. Shelton RC. Anxiety disorder. In: Ebert MH, Nurcombe B, Loosen PT, Leckman JF,
editors. (2008). Current diagnosis & treatment psychiatry. 2nd ed. The Mc Graw Hill Co.
Inc.
8. Smoller JW, Sheidley BK, Tsuang MI. (2008). Anxiety disorder. In: Psychiatry genetics
application in practical practice. USA: American Psychiatric Publishing Inc.