fix laporan praktikum fisiologi

15
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI REFLEKS Disusun oleh : KELOMPOK 1 1. AYU FITRYANITA (G1F009003) 2. TRI AYU APRIYANI (G1F009004) 3. MITHA MAULIDYA (G1F009008) 4. RIKA TRIYANA PURI (G1F009009) 5. YOHAN BUDHI ALIM (G1F009018) 6. ESTER CHRISTIANAWATI (G1F009019) 7. IKE AMELIA (G1F009021) 8. AYU MAYANGSARI (G1F009022) 9. AGUNG MUHARAM (G1F009028) 10. GALIH PRIANDANI (G1F009029) 11. RETNA PANCAWATI (G1F009034) 12. RUPA LESTY (G1F009059) NAMA ASISTEN : I GEDE K. A. S. N. (G1H007060) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2010

Upload: nisadiyah-faridatus-shahih

Post on 28-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

TRANSCRIPT

Page 1: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

REFLEKS

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

1. AYU FITRYANITA (G1F009003)

2. TRI AYU APRIYANI (G1F009004)

3. MITHA MAULIDYA (G1F009008)

4. RIKA TRIYANA PURI (G1F009009)

5. YOHAN BUDHI ALIM (G1F009018)

6. ESTER CHRISTIANAWATI (G1F009019)

7. IKE AMELIA (G1F009021)

8. AYU MAYANGSARI (G1F009022)

9. AGUNG MUHARAM (G1F009028)

10. GALIH PRIANDANI (G1F009029)

11. RETNA PANCAWATI (G1F009034)

12. RUPA LESTY (G1F009059)

NAMA ASISTEN : I GEDE K. A. S. N. (G1H007060)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2010

Page 2: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

I. JUDUL PRAKTIKUM

Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Refleks Patologis

II. WAKTU PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Jum’at, 19 Maret 2010

III. TUJUAN

1. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks fisiologis

2. Indikasi pemeriksaan refleks fisiologis

3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fiologis dengan baik dan benar

4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks fisiologis

5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis

6. Mampu melakukan pemeriksaan refleks patologis

IV. DASAR TEORI

Tubuh kita menerima informasi lingkungan (eksternal dan internal) melalui

reseptor sensorik yang sensitif terhadap rangsang mekanik, termal, listrik, dan kimia.

Respon tubuh terhadap rangsang tidak selalu membutuhkan intervensi yang disadari.

Respon motorik spesifik yang merupakan jawaban atas rangsangan adekuat pada

reseptor saraf yang tidak disadari, yang relatif sederhana, tanpa proses pembelajaran

disebut refleks.

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi

tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,

yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak.

Kemudian hasil olahan otak yang berupa tanggapan atau respon dibawa oleh saraf

motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis

terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi, dapat dikatakan

gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh

gerak refleks, misalnya berkedip, bersin atau batuk. Gerak refleks ini merupakan gerak

yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh

sekuen dari neuron sensorik, interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan

impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana hanya

memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks

Page 3: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan. Refleks ada yang tidak direlay

sampai ke otak tetapi hanya sampai pada medulla spinalis yang disebut dengan refleks

spinal.

Pembagian refleks berdasar distribusi organ efektor di tubuh, yaitu:

1. Refleks somatik otot skeletal, meliputi: refleks kornea, refleks faringeal, refleks

patella, dan refleks tendo akhiles)

2. Refleks viseral (otonom), meliputi : otot polos, otot jantung, organ viseral, dan

kelenjar.

Pembagian refleks berdasarkan jumlah sinap atau neuron:

1. Monosinaptik

2. Polisinaptik

Unit dasar setiap kegiatan refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung

refleks ini terdiri dari alat indera, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat

di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen dan efektor. Pada

mamalia, hubungan (sinaps) antara neuron somatik aferen dan eferen biasanya terdapat

di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui

radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis. Sedangkan badan selnya

akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau melalui nervus cranial

yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks

ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hokum Bell-Magendie.

Komponen lengkung refleks adalah:

1. Reseptor : Bereaksi terhadap rangsangan dan mengubah menjadi impuls

listrik.

2. Saraf aferen : Meneruskan informasi yang dibawa reseptor ke pusat

pengolahan.

3. Pusat : Menerima impuls sensorik dan mengubahnya menjadi impuls

motorik.

4. Saraf eferen : Meneruskan informasi yang keluar dari pusat pengolahan ke

organ efektor.

5. Organ efektor : Berupa otot atau kelenjar yang memberikan respon terhadap

rangsang. Syarat untuk melakukan refleks, otot-otot harus dalam

keadaan lemas (relaksasi).

Page 4: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

Lengkung Refleks

Paling sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai satu sinaps antara

neuron aferen dan eferen. Lengkung refleks semacam itu dinamakan monosinaptik

sedangkan refleks yang terjadi disebut refleks monosinaptik. Lengkung refleks yang

mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan

polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis

lengkung refleks, terutama pada lengkung refleks polisinaptik. Kegiatan refleksnya

dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan

bawah ambang (subliminal fringe) dan oleh berbagai efek lain.

V. ALAT DAN BAHAN

Palu refleks yang terbuat dari karet

VI. CARA KERJA

A. Pemeriksaan Refleks Fisiologis

1. Refleks Fisiologis Ekstrimitas Atas

a. Refleks Biseps

Pasien duduk santai.

Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi,

lengan diletakkan diatas lengan pemeriksa.

Ibu jari pemeriksa diletakkan diatas tendo bisep, lalu pukullah ibu jari

tadi dengan palu refleks.

b. Refleks trisep

Pasien duduk santai.

Lengan pasien diletakkan diatas lengan pemeriksa.

Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani.

c. Refleks Brachioradialis

Posisi pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep

Pukulah tendo brachioradialis pada radius distal dengan palu refleks

d. Refleks Periosteum Radialis

Lengan bawah sedikit difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit

di pronasikan

Ketuk periosteum ujung distal os. radialis

Page 5: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

e. Refleks Periosteum Ulnaris

Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara

supinasi dan p;ronasi

Ketukkan pada periosteum os. Ulnaris

2. Refleks Fisiologis Ekstrimintas Bawah

a. Refleks Patela

Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai

Raba daerah kanan kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat

Tangan pemeriksa memegang paha pasien

Ketuk patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain

b. Refleks Kremaster

Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial

c. Refleks Plantar

Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks

d. Refleks Gluteal

Bokong pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks

Refleks anal eksterna

B. Pemeriksaan Refleks Patologis

1. Refleks Patologis Eksrimitas Atas

a. Refleks Hoffman Tromer

Tangan ditumpu oleh tangan pemeriksa

Kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung

jari tengah tangan penderita

b. Grasping Refleks

Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa di antara ibu

jari dan telunjuk penderita

c. Refleks Palmomental

Menggaruk telapak telapak tangan pasien

d. Refleks Snouting/Menyusu

Ketukan hammer pada tendo insertion m.orbicularos oris, akan timbul

refleks menyusu

Page 6: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

e. Mayer Refleks

Fleksikan jari manis di sendi metacarpopalangeal

2. Refleks Patologis Ekstrimitas Bawah

a. Refleks Babinsky

Gores telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral

b. Refleks Oppenhein

Gores sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah dengan

kedua jari telunjuk dan tengah

c. Refleks Gordon

Melakukan goresan atau memencet otot gastronemius

d. Refleks Schaefer

Lakukan pemencetan pada tendo achiles

e. Refleks Chaddock

Lakukan goresan sepanjang tepin lateral punggung kaki di luar

telapak kaki dari tumit ke depan

f. Refleks Rossolimo

Pukulkan hammer refleks pada dorsal kaki pada tulang cuboit

VII. HASIL PRAKTIKUM

A. Pemeriksaan Refleks Fisiologis

1. Refleks Fisiologis Ekstrimitas Atas

a. Refleks bisep

Respon : Fleksi ringan di siku

b. Refleks Trisep

Respon : Ekstensi lengan bawah di siku

c. Refleks Brachioradialis

Respon : Muncul gerakan menyentak pada lengan

d. Refleks Periosteum Radialis

Respon : Fleksi lengan bawah dan supinasi lengan

e. Refleks periosteum ulnaris

Respon : Pronasi tangan

Page 7: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

2. Refleks Fisiologis Ekstrimitas Bawah

a. Refleks Patella

Respon : Penguji merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai

bawah

b. Refleks Plantar

Respon : Plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki.

B. Pemeriksaan Refleks Patologis

1. Refleks Patologis Ekstrimitas Atas

a. Refleks Hoffman Tromer

Respon : Fleksi jari-jari lain dan aduksi dari ibu jari

b. Grasping Refleks

Respon : Tidak ada respon

c. Refleks Palmomental

Respon : Tidak ada kontraksi pada musculus mentali ipsilateral

d. Refleks Menyusu/snouting

Respon : Tidak ada respon

e. Mayer Refleks

Respon : Aduksi dan aposisi dari ibu jari

2. Refleks Patologis Ekstrimitas bawah

a. Refleks Babinski

Normal : fleksi jari-jari kaki

Patologis : plantar dan jari-jari mengalami hiperekstensi

b. Refleks Oppenheim

Normal : tidak ada respon

Patologis : refleks sama seperti babinsky

c. Refleks Gordon

Normal : tidak ada respon

Patologis : refleks sama seperti babinsky

d. Refleks Schaefer

Normal : tidak ada respon

Patologis : refleks seperti babinsky

Page 8: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

e. Refleks Chaddock

Normal : fleksi jari-jari kaki

Patologis : ibu jari mengalami hiperekstensi, jari-jari kaki melebar

f. Refleks Rossolimo

Normal : tidak ada respon

Respon : fleksi jari-jari kaki di sendi-sendi interphalangeal

VIII. PEMBAHASAN

A. Mekanisme Gerak Reflek

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling

sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron dan

neuron motor yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak

refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron

sensor dan neuron motor.

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya

mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya, bila kaki menginjak paku, secara

otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita

membaui makanan enak dengan keluarnya air liur tanpa disadari.

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-

tiba di luar kesadaran kita. Refleks fleksor, yaitu penarikan kembali tangan secara

refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan.

Refleks ekstensor (polisinaps) adalah rangsangan dari reseptor perifer yang dimulai

dari refleks pada anggota badan . Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme

pertahanan badan dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup

mata pada saat terkena debu.

Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut :

1. Organ sensorik, yaitu yang menerima impuls, misalnya kulit.

2. Serabut saraf sensorik, yaitu yang menghantarkan impuls tersebut menuju sel

sel ganglion, radiks posterior dan serabutnya. Sel sel akan meneruskan impuls-

impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis.

3. Sumsum tulang belakang menghubungkan antara impuls menuju komu

anterior medulla spinalis.

4. Sel saraf motorik menerima impuls dan menghantar impuls-impuls ini melalui

serabut motorik.

Page 9: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

5. Organ motorik melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf

motorik.

Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks.

Dengan kegiatan refleks dimungkinkan terjadinya hubungan kerja yang baik dan

tepat antara berbagai organ yang terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan

dengan keadaan sekelilingnya. Refleks adalah respons yang tidak berubah terhadap

perangsangan yang terjadi di luar kehendak. Rangsangan ini merupakan reaksi

organisme terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun di luar organisme

yang melibatkan sistem saraf pusat dalam memberikan jembatan (respons)

terhadap rangsangan. Refeks dapat berupa peningkatan maupun penurunan

kegiatan, misalnya kotraksi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan

adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap

berbagai perubahan diluar maupun di dalam tubuh disertai adaptasi perubahan

tersebut. Dengan denikian seberapa besar peran sistem saraf pusat dapat mengatur

kehidupan organisme.

B. Lengkung Refleks

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung

refleks. Komponen-komponen yang dilalaui refleks:

1. Reseptor rangsangan sensoris yang peka terhadap suatu rangsangan, misalnya

kulit.

2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju ke

sususnan saraf menuju pusat (medulla spinalis sampai batang otak).

3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensoris dan dianalisis

kembai ke neuron eferen.

4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer.

5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh oleh suatu

serat otot atau kelenjar.

Reseptor adalah suatu struktur kusus yang peka terhadap suatu bentuk energi

tertentu dan dapat mengubah bentuk energi menjadi aksi-aksi potensial listrik atau

impuls-impuls saraf. Efektor percabangan akhir serat-serat eferen (motorik) di

dalam otot serat lintang, otot polos dan kelenjar (alat efektor). Refleks dapat

dikelompokkan dalam berbagai tujuan berdasarkan :

Page 10: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

1. Letak reseptor yang menerima rangsangan :

a. Refleks ekstroseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor permukaan

tubuh.

b. Refleks interoreseptif (viseroreseptif), timbul karena rangsangan pada alat

alat dalam atau pembuluh darah misalnya dinding kandung kemih dan

lambung.

c. Refleks proreseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor otot rangka,

tendon dan sendi untuk keseimbangan sikap.

2. Bagian saraf pusat yang terlibat :

a. Refleks spinal, melibatkan neuron di medulla spinalis

b. Refleks bulbar, melibatkan neuron di medulla oblongata

c. Refleks kortikal, melibatkan neuron korteks serebri. Sering terjadi refleks

yang melibatkan berbagai bagian pada saraf pusat. Dengan demikian

pembagian diatas tidak dapat digunakan.

3. Jenis atau ciri jawaban :

a. Refleks motorik, efektornya berupa otot dengan jawaban berupa relaksasi

atau kontraksi otot.

b. Refleks sekretorik, efektornya berupa kelenjar dengan jawaban yang

berupa peningkatan/penurunan sekresi kelenjar.

c. Refleks vasomotor, efektornya berupa pembuluh darah dengan jawaban

berupa vasodilatasi/vasokontriksi.

4. Refleks telah timbul sejak lahir, ada juga muncul setelah memenuhi persarafan

yang diperlukan dan refleks yang terakhir didapat selama makhluk

berkembang berupa pengalaman hidup. Berdasarkan hal tersebut di atas,

refleks dibagi dalam:

a. Refleks tidak bersyarat, yaitu refleks yang dibawa sejak lahir, bersifat

mantap tidak pernah berubah dan dapat ditimbulkan bila ada rangsangan

yang cocok misalnya mengisap jari pada bayi.

b. Refleks bersyarat, yaitu refleks yang didapat selama pertumbuhan

berdasarkan pengalaman hidup, memerlukan proses belajar. Mempunyai

ciri-ciri :

bersifat individual (seseorang memiliki belum tentu orang lain

memiliki),

Page 11: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

tidak mantap (dapat diperkuat dan bisa hilang), dan

dapat timbul oleh berbagai jenis rangsangan pada berbagai jenis

reseptor asal disusuli oleh rangsangan bersyarat.

5. Jumlah neuron yang terlibat :

a. Refleks monosinaps melalui satu sinaps dan dua neuron (satu neuron

aferen, satu neuron eferen) yang langsung berhubungan pada saraf pusat.

Contohnya, refleks regang.

b. Refleks polisinaps melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa interneuron

yang menghubungkan neuron aferen dengan neuron eferen, semua refleks

lebih dari satu sinaps kecuali refleks regang otot

Gradasi refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat, yaitu :

Nilai Deskripsi

0 Tidak ada respon

1+ atau + Hipoaktif

2+ atau ++ Normal

3+ atau +++ Hiperaktif tanpa klonus

4+ atau ++++ Hiperaktif dengan klonus

Gradasi gangguan motorik menurut rekomendasi British Medical Research

Council :

0 = tidak ada aktivitas

1 = terihat secara visual kontraksi tanpa adanya efek motoris.

2 = gerakan tanpa bisa melawan gravitasi

3 = gerakan bisa melawan gravitasi

4 = gerakan melawan tahanan

5 = normal

IX. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pemeriksaan refleks dan refleks patologis adalah

1. Gerak refleks adalah gerak yang tak disadari dan bekerja diluar kehendak kita.

Namun demikian, kita masih dapat mengontrol gerak refleks itu sesuai kemamuan

kita.

Page 12: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

2. Refleks terbagi dua, yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis. Refleks fisiologis

adalah refleks yang bekerja pada orang yang normal. Sedangkan refleks patologis

adalah refleks yang terjadi pada orang yang mengalami penyakit atau kelainan

saraf dan merupakan salah satu jenis kelainan fungsi karena refleks ini tak

ditemukan pada orang yang sehat.

3. Refleks timbul sebagai hasil interaksi antara reseptor dengan stimulus dari

lingkungan luar.

4. Refleks terjadi secara cepat dalam waktu singkat melalui cara penyinyalan yang

sangat sederhana dan dibedakan menjadi beberapa gradasi yang dikelompokkan

berdasarkan respon yang ditimbulkannya.

X. APLIKASI KLINIK

1. Stroke

Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke adalah setiap kelainan otak

akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa

penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya

dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah

dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri.

Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat

bersifat primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder

akibat proses lain seperti peradangan, aterosklerosis, hipertensi dan diabetes

melitus. Karena itu penyebab stroke sangat kompleks.

Manifestasi klinik stroke sangat tergantung kepada daerah otak yang

terganggu aliran darahnya dan fungsi daerah otak yang menderita iskemia tersebut.

Karena itu pengetahuan dasar dari anatomi dan fisiologi aliran darah otak sangat

penting untuk mengenal gejala-gejala klinik pada stroke. Berdasarkan vaskularisasi

otak, maka gejala klinik stroke dapat dibagi atas dua golongan besar :

a. stroke pada sistem karotis atau stroke hemisferik

b. stroke pada sistem vertebro-basilar atau stroke fossa posterior

Pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis: pada fase akut refleks fisiologis

pada sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis

akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.

Page 13: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

2. Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan

progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta

mengakibatkan gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku. AD mengganggu tiga

proses penting yaitu hubungan antar sel saraf, metabolisme, dan proses perbaikan.

Gangguan ini akhirnya menyebabkan banyak sel saraf yang tidak berfungsi,

kehilangan kontak dengan sel sraf lain,dan mati. Awalnya AD merusak saraf –

saraf pada bagian otak yang mengatur memori, khususnya pada hipokampus dan

struktur yang berhubungan dengannya.

3. Sindrom Guillain Barre (SGB)

Gejala awal SGB dapat didominasi oleh keluhan gejala gangguan rasa

(sensorik) seperti rasa kesemutan kaki atau seluruh tungkai atau nyeri punggung

yang terbatas. Pada saat awal, dapat juga telah terjadi kelumpuhan. Kelumpuhan

yang timbul mendadak (akut) merupakan tanda, dipertegas dengan pemeriksaan

yang mendapatkan lumpuh layuh (flaccid paralysis), antara lain berciri dengan apa

yang dinamakan penurunan refleks fisiologis.

Memang sulit untuk menegakkan diagnosis SGB bila hanya berdasarkan

gambaran klinis saja. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau infeksi yang lain,

yang terjadi sebelum kelumpuhan dapat mengisyaratkan bahwa kelumpuhan itu

adalah SGB. Karena SGB terjadi akibat adanya reaksi autoimun. Reaksi autoimun

merupakan reaksi tubuh dalam upaya mengadang serangan (infeksi) dari luar.

Tetapi ''salah alamat'' melibatkan dan mengganggu jaringan yang sehat.

Pada SGB, reaksi autoimun mengakibatkan selubung serabut-serabut saraf

yang disebut mielin itu mbrodoli dari ujung saraf merambat ke pangkal. Karena

awal mbrodoli itu dari ujung ke pangkal, dari bawah ke atas, maka gejala klinis

kelumpuhan pada SGB disebut asenderen (menaik dari bawah ke atas). Berbahaya

bila kemudian kelumpuhan mengenai otot-otot pernapasan, penderita kesulitan

bernapas hingga tak jarang ada penderita yang memerlukan alat bantu napas

(ventilator). Karena keadaan ini SGB sering dimasukkan sebagai kegawatan dalam

bidang penyakit saraf.

Page 14: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

Bermula dari adanya ISPA atau infeksi yang lain, perjalanan penyakit SGB

melalui empat fase.

a. Fase laten, yakni setelah ISPA hingga munculnya gambaran klinis

(kelumpuhan atau gangguan rasa).

b. Fase progresif, yakni bertambah beratnya gejala dan tanda, yang dapat

berlangsung beberapa jam sampai hari, sering-sering sekitar 3-4 minggu.

c. Fese plateau dengan gejala dan tanda tidak lagi mengalami perburukan seolah-

olah menetap, berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan.

d. Fase rekonvalesens, yakni tahap penyembuhan yang dapat berlangsung hingga

12 bulan.

Refleks itu diperiksa antara lain dengan mengetok (tendo) di daerah lutut

dengan palu refleks yang kalau orang normal akan timbul reaksi bergeraknya

tungkai bawah pada sendi lutut ke arah depan. Penderita SGB bila diketok di

tempat tersebut, tungkai melemah geraknya (hiporefleksi) atau malah tak bergerak

sama sekali (arefleksi).

Page 15: Fix Laporan Praktikum Fisiologi

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F.2001Revieuw of Medical Physiology.San Fransisco:Mc Graw Hill

Guyton & Hall.2007. Buku ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta :EGC

Misbach, Jusuf. 1999. Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

J.C.E Underwood.1990.Patologi Umum dan Sistematik Edisi II. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC

Staf Pengajar. 1973. Patolog i. Jakarta : Fakultas Kedokteran Umum UI

Http://MEDINFO.UFL.EDU/YEAR1/BCS/CLIST/NEURO.HTML#AA1

Http://MEDINFO.UFL.EDU/YEAR/BCS/CLIST/INDEX.HTML”PHYSICAL EXAM

STUDY GUIDES

Http://NINETA.MULTIPLY.COM/JOURNAL/ITEM/95

Http://ninarusmayanti.blogspot.com

Http:LIBRARY.USU.AC.ID/DOWNLOAD/FK/BEDAHISKANDAR%20

JAPARDI23.PDF

Http://thetom022.wordpress.com