five stars doctor

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga pelayanan kesehatan yang paling utama adalah profesi dokter. Dokter dianggap sebagai “pusat” konstelasi tenaga profesi kesehatan. Itulah sebabnya mengapa tenaga kesehatan seperti para perawat dan bidan sering disebut sebagai tenaga “paramedik”. Dalam sistem pelayanan kesehatan di negara manapun, tenaga pelayanan kesehatan yang utama adalah dokter. Oleh sebab itu, salah satu indikator utama dalam menilai baik buruknya sistem pelayanan kesehatan di suatu komunitas atau negara adalah rasio jumlah dokter dan jumlah penduduk. Di negara maju, dengan sistem pelayanan kesehatan yang lebih teratur dan berjalan baik, tenaga utama pemberi pelayanan kesehatan adalah dokter, baik di tingkat primer apalagi di tingkat sekunder dan tersier. Oleh sebab itu, pendidikan dokter harus selalu mengacu pada upaya bagaimana agar lulusan dokter dapat turut memperkuat sistem pelayanan kesehatan. 1 Badan Kesehatan Dunia, WHO pada tahun 1996 dalam artikelnya telah merekomendasikan lima kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap dokter masa depan agar mampu menjawab berbagai tantangan. Kompetensi dasar tersebut akan menjadi identitas the five-stars doctor. 2 Setiap dokter diharapkan mampu memberikan beberapa peran. Pertama, sebagai pemberi pelayanan (care provider), yang memperlakukan pasien secara holistik, baik sebagai individu maupun bagian integral dari keluarga dan

Upload: evan-marpaung

Post on 04-Sep-2015

105 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Five Stars Doctor

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tenaga pelayanan kesehatan yang paling utama adalah profesi dokter.

    Dokter dianggap sebagai pusat konstelasi tenaga profesi kesehatan. Itulah

    sebabnya mengapa tenaga kesehatan seperti para perawat dan bidan sering disebut

    sebagai tenaga paramedik. Dalam sistem pelayanan kesehatan di negara

    manapun, tenaga pelayanan kesehatan yang utama adalah dokter. Oleh sebab itu,

    salah satu indikator utama dalam menilai baik buruknya sistem pelayanan

    kesehatan di suatu komunitas atau negara adalah rasio jumlah dokter dan jumlah

    penduduk. Di negara maju, dengan sistem pelayanan kesehatan yang lebih teratur

    dan berjalan baik, tenaga utama pemberi pelayanan kesehatan adalah dokter, baik

    di tingkat primer apalagi di tingkat sekunder dan tersier. Oleh sebab itu,

    pendidikan dokter harus selalu mengacu pada upaya bagaimana agar lulusan

    dokter dapat turut memperkuat sistem pelayanan kesehatan.1

    Badan Kesehatan Dunia, WHO pada tahun 1996 dalam artikelnya telah

    merekomendasikan lima kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap dokter

    masa depan agar mampu menjawab berbagai tantangan. Kompetensi dasar

    tersebut akan menjadi identitas the five-stars doctor.2

    Setiap dokter diharapkan mampu memberikan beberapa peran. Pertama,

    sebagai pemberi pelayanan (care provider), yang memperlakukan pasien secara

    holistik, baik sebagai individu maupun bagian integral dari keluarga dan

  • 2

    komunitas. Setiap dokter diharapkan mampu memberikan pelayanan bermutu

    tinggi, menyeluruh, berkelanjutan dan perawatan individual berjangka panjang

    berdasar kepercayaan yang diberikan pasien. Kedua, pengambil keputusan

    (decision maker), yang mampu memilih teknologi tepat sesuai etika dengan

    mempertimbangkan cost effectiveness tanpa mengabaikan mutu pelayanan.

    Ketiga, komunikator (communicator), yang mampu memperbaiki gaya hidup

    sehat melalui pendidikan kesehatan dan advokasi yang efektif, sehingga dapat

    memberdayakan setiap individu dan kelompok untuk secara mandiri

    meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Keempat, pemimpin masyarakat

    (community leader), yang setelah mendapat kepercayaan dari masyarakat

    sekitarnya, mampu berinisiatif memenuhi kebutuhan kesehatan mereka. Kelima,

    manajer yang mampu bekerja sama secara harmonis dengan perorangan dan

    organisasi, baik di dalam maupun di luar sistem pelayanan kesehatan guna

    memenuhi kebutuhan komunitasnya.2

    1.2 Permasalahan

    Bagaimana peran dan fungsi dokter dalam the five-star doctor ?

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1 Dokter Bintang Lima (Five-Stars Doctor)

    Pembentukan dokter bintang lima di Indonesia sangat memerlukan

    penekanan pada pembentukan karakter jiwa Pancasila. Salah satu contoh

    penerapan adalah seorang dokter yang menjalani fungsinya sebagai health care

    provider dan berkarakter Pancasila akan menampilkan kepercayaaan dan

    ketaqwaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengakui dan memperlakukan

    pasien sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

    Esa, serta mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap

    pasien, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis

    kelamin, kedudukan sosial, warna kulit. Di samping itu, sanggup dan rela

    berkorban dalam memberi pelayanan kesehatan untuk kepentingan negara dan

    bangsa dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain serta mengembangkan

    sikap adil terhadap sesama. Intinya dokter akan dibina sebagai seorang yang

    profesional, seseorang yang bisa memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai

    dengan standar operating prosedur atau standar pelayanan medis dan standar etika

    profesi. Selain itu, dokter memiliki jiwa kepemimpinan untuk memimpin

    pasiennya ketika pengobatan, berkomunikasi efektif dengan pasien untuk

    membentuk suatu kerja sama yang optimal dalam program promotif, preventif,

    kuratif dan rehabilitatif.1,2

  • 4

    Dokter biasanya terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit.

    Banyak dokter yang meyakini bahwa ilmu kedokteran hanya terfokus pada

    masalah penyakit. padahal idealnya selain melakukan intervensi fisik, dokter

    harus berperan dalam intervensi moral dan sosial di tengah masyarakat, yang

    menerapkan trias peran dokter, di mana ia dapat sebagai agen perubahan (agent of

    change), agen pembangunan (agent of development), dan agen pengobatan (agent

    of treatment).2

    Di University of Califonia at Irvine, Medical Center, Medical Group, Dokter

    keluarga, "the five star doctors" (dokter keluarga di Amerika Serikat biasanya

    berbasis hospital) dilukiskan sebagai: 2

    1. para dokter yang bekerja dan terlatih khusus untuk pelayanan kedokteran

    tingkat pertama (front lines) dalam hal-hal pencegahan, diagnosis dan

    pengobatan.

    2. Mereka adalah para dokter yang pandai-cerdas, senantiasa mendengarkan

    dengan seksama, mengerti akan ucapan, keinginan dan keluhan

    pasiennya.

    3. Mereka dapat bercakap-cakap dalam bahasa pasiennya dalam suasana

    kekeluargaan dan senantiasa siap melayani kebutuhan pasiennya. Baik

    dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit.

    4. Mereka dapat merujuk pasiennya ke pelayanan dokter tingkat kedua,

    pada saat yang tepat atau atas kehendak pasiennya.

    Mereka bekerja dengan sistem pencatatan dokter yang baik, mempunyai

    staf yang terlatih untuk hal-hal demikian. 2

  • 5

    2.1.1 Dokter sebagai Care Provider

    Dokter dituntut untuk menangani pasien secara holistik, baik sebagai

    individu maupun sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, serta mampu

    menyediakan perawatan berkelanjutan yang berkualitas dalam lingkup hubungan

    dokter-pasien yang berdasarkan kepercayaan dan saling menguntungkan. Dokter

    sebagai seseorang yang mampu mengobati pasiennya yang merupakan bagian

    integral dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya dengan kualitas pelayanan

    kesehatan yang memadai serta melakukan berbagai pencegahan khusus dalam

    jangka waktu yang cukup lama.2,3,4

    Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain menghargai kepercayaan

    pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut penyakitnya, serta penggunaan

    bahasa yang santun, mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien sesuai dengan

    umur, tingkat pendidikan. Selain itu, seorang dokter harus mempertimbangkan

    faktor-faktor yang dapat mempengaruhi psikologis pasien. Kewajiban yang harus

    dipenuhi yaitu pelayanan yang maksimal sesuai kondisi pasien, menjawab segala

    pertanyaan pasien maupun keluarga, jujur atau memberi informasi apa adanya.2,3,4

    Dokter Kepala Puskesmas berperan dalam memelihara dan meningkatkan

    kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Dalam melakukan

    pemeriksaan dan tindakan pengobatan hendaknya mempergunakan semua fasilitas

    yang ada dan kemampuan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Hal ini sangat

    penting untuk memupuk kepercayaan masyarakat dan para pejabat di lingkungan

    kecamatan kepada dokter Puskesmas yang bersangkutan. Bila ada penderita yang

    tidak dapat diatasi dengan fasilitas dan kemampuan yang ada, maka penderita

  • 6

    perlu dikirim ke Rumah Sakit yang diperkirakan memiliki kemampuan untuk

    mengatasi penderita tersebut dengan persetujuan penderita setelah cukup diberi

    pengertian dan motivasi. Ilmu pengetahuan terus berkembang dengan pesat, maka

    perlu diusahakan untuk mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh IDI

    setempat, atau membaca buku, majalah-majalah bidang klinik maupun bidang

    kesehatan masyarakat. 5

    2.1.2 Dokter sebagai Decision Maker

    Dokter dituntut untuk mampu memilih teknologi tepat guna untuk

    digunakan dalam mempertinggi pelayanan kesehatan yang layak dan berbiaya

    terjangkau. Dengan kata lain, dokter adalah pengambil keputusan dalam

    menentukan teknologi mana yang akan dipakainya dalam pengobatan pasien

    dengan memperhatikan cost-effectiveness. Dalam melakukan prosedur klinis,

    seorang dokter (dalam hubungannya sebagai Decision Maker) mengambil sikap

    dan tindakan sesuai masalah, kebutuhan pasien, serta sesuai kewenangannya.2,3,4

    2.1.3 Dokter sebagai Communicator

    Dokter dituntut sebagai seorang yang mampu meningkatkan gaya hidup

    yang sehat dengan penyuluhan yang efektif dan nasehat yang tepat dalam konteks

    budaya dan ekonomi. Dengan demikian, kesehatan perorangan dan masyarakat

    akan meningkat dan terjaga sehingga dapat membantu individu maupun kelompok

    masyarakat dalam mengubah gaya hidupnya ke arah perilaku sehat. Sebagai

    Communicator, dokter diharapkan mampu menguasai area komunikasi efektif

    yaitu menggali dan bertukar informasi secara verbal atau non verbal dengan

  • 7

    pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain.

    Proses yang harus diperhatikan, baik dalam berkomunikasi dengan pasien maupun

    keluarganya, yaitu rasa kesinambungan, pengumpulan informasi, mendiagnosa,

    dan memberi penjelasan.2,3,4

    2.1.4 Dokter sebagai Community Leader

    Dokter sebagai seseorang yang karena kehormatan dan kepercayaan

    masyarakat setempat mampu mengetahui kebutuhan kesehatan perorangan

    maupun kelompok, sehingga dapat berperan dalam memotivasi masyarakat untuk

    turut berpartisipasi meningkatkan kesehatan umum serta khususnya pada

    masyarakat.2,3,4

    2.1.5 Dokter sebagai Manager

    Dokter sebagai seorang yang dapat bekerja secara efektif dan harmonis

    dengan orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem pelayanan

    kesehatan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan masyarakat. Dokter

    menjadi orang yang dapat memperdalam dan mengembangkan ilmunya untuk

    mengetahui berbagai penyakit yang berada di lingkungannya dalam upaya

    meningkatkan pelayanan kualitas hidup manusia. Dokter bukan hanya menjadi

    seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit saja, tetapi juga dididik untuk

    berpikir bagaimana memerdekakan masyarakat atau lingkungannya dari berbagai

    penyakit.2,3,4

  • 8

    2.1.5.1 Organisasi dan tatalaksana

    Puskesmas mempunyai wilayah satu Kecamatan atau sebagian dari

    kecamatan yang langsung bertanggung jawab dalam bidang teknis kesehatan

    maupun administratif kepada kepala Dinas Kesehatan Dati II. Puskesmas

    Pembantu dan Bidan di Desa dalam wilayah kerja Puskesmas adalah bagian

    integral dari Puskesmas. Puskesmas Pembantu melaksanakan sebagian tugas-

    tugas Puskesmas sesuai dengan kemampuan tenaga dan fasilitas yang ada dalam

    wilayah tertentu yang merupakan sebagian dari wilayah kerja Puskesmas. 5

    Jenis dan jumlah tenaga Puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama

    untuk tiap puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas

    daerah yang dicakup serta keadaan geografis dan sarana transportasi di wilayah

    kerjanya. Namun demikian jumlah tenaga yang tersedia belum dapat memenuhi

    kebutuhan pada hingga saat ini, maka untuk sementara diadakan pola tenaga yang

    seragam bagi setiap Puskesmas. Yang penting tenaga tersebut bekerja dalam suatu

    tim, berarti pekerjaan tenaga yang satu dapat mengisi kekurangan dari tenaga

    yang lain dan sebaliknya. Walupun pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda akan

    tetapi semuanya dalam kerangka satu tujuan, yakni meningkatkan kesehatan

    masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dan di bawah satu pimpinan yakni Kepala

    Puskesmas. 5

    Dalam Struktur Puskesmas, Kepala puskesmas perlu melakukan

    pembagian tugas bersama-sama stafnya disesuaikan dengan jenis dan jumlah

    tenaga serta kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan pula

    lokasi pekerjaan dan waktu pekerjaan, sehingga bisa diadakan pembagian tugas

  • 9

    dan giliran kerja yang merata di antara tenaga kerja Puskesmas yang ada dan

    pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. 5

    Pertemuan berkala antara Kepala Puskesmas dengan segenap stafnya,

    termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa perlu dilakukan secara teratur

    setidaknya sebulan sekali. Pembagian tugas dan penjadwalan pertemuan

    dilakukan melalui media Mini Lokakarya Puskesmas. 5

    Tujuan pertemuan berkala tersebut, antara lain adalah: 5

    - Menampung masalah / hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan

    pekerjaan sehari-hari untuk dipecahkan bersama.

    - Merencanakan bersama kegiatan yang perlu dilakukan dalam bulan

    berikutnya atau minggu yang akan datang.

    - Menilai hasil-hasil pekerjaan yang telah dilakukan dalam bulan yang lalu.

    - Meneruskan informasi / instruksi / petunjuk dari atasan untuk diketahui dan

    dilaksanakan bersama.

    2.1.5.2 Bimbingan teknis dan supervisi

    Selain pertemuan berkala dengan staf Puskesmas yang dilakukan di

    Puskesmas, Kepala Puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan memberi

    bimbingan kepada staf Puskesmas secara berkala di tempat mereka bekerja di

    Puskesmas, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu, di lapangan maupun di

    rumah penduduk dalam rangka kunjungan rumah. Hal ini penting sekali dilakukan

    secara teratur untuk memelihara disiplin kerja staf Puskesmas dalam

    melaksanakan tugas. Dalam kunjungan ini dimanfaatkan pula untuk

    meningkatkan sistem rujukan (referral system) dimana konsultasi dari staf

  • 10

    Puskesmas dapat dilakukan di tempat mereka bekerja, disamping melimpahkan

    pengetahuan dan ketrampilan kepada staf Puskesmas berdasarkan referensi terkini

    dan dapat dipertanggung jawabkan. 5

    2.1.5.3 Hubungan kerja antar instansi tingat Kecamatan

    Seorang Camat meerupakan koordinator dari semua instansi / dinas di

    tingkat Kecamatan, Kepala puskesmas bertanggung jawab secara teknis kesehatan

    dan administrative kepada Kepala Dinas kesehatan Dati II. Hubungan dengan

    Camat adalah hubungan koordinasi, namun demikian tanggung jawab secara

    moril dokter Kepala Puskesmas terhadap Camat tetap ada. 5

    Hubungan kerja sama yang baik perlu dipupuk antara Puskesmas dengan

    semua instansi di tingkat Kecamatan. Kepala Puskesmas harus secara aktif

    mencari hubungan kerjasama dengan instansi-instansi di tingkat Kecamatan.

    Usaha kesehatan tidak dapat berjalan sendiri dan perlu kerjasama dengan instansi

    lain. Pertemuan berkala antar instansi tingkat Kecamatan perlu diadakan di bawah

    koordinasi Camat. 5

    2.1.5.4 Dokter Puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah

    kerjanya

    Disamping hubungan langsung antara dokter Kepala puskesmas dan staf

    dengan anggota masyarakat sebagai pengunjung Puskesmas dalam rangka

    pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan, perlu pula dilakukan

    hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam rangka membantu masyarakat

    agar dapat menolong diri mereka sendiri dalam bidang kesehatan. Khususnya

    dengan pemuka masyarakat dalam rangka memperbaiki nasib mereka, baik dalam

  • 11

    ruang lingkup kesehatan maupun dalam hal-hal yang berhubungan dengan

    kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat. 5

    Seringkali masyarakat belum dapat mengenal masalah yang mereka

    hadapi, dan belum bisa menentukan prioritas masalah yang perlu ditanggulangi.

    Dokter Kepala Puskesmas beserta segenap staf bekerja sama dengan instansi-

    instansi terkait, perlu memberi bimbingan kepada masyarakat untuk mengenal

    masalahnya dan menentukan prioritas masalah yang perlu ditanggulangi sesuai

    kemampuan swadaya mereka sendiri. Untuk itu perlu dilakukan pertemuan-

    pertemuan, baik secara individu dengan para pemuka masyarakat maupun secara

    kelompok. Bila diperlukan latihan, maka Kepala Puskesmas dan segenap stafnya

    harus dapat melayaninya. 5

  • 12

    BAB III

    KESIMPULAN

    Dokter sebagai tenaga kesehatan yang paling utama diharapkan mampu

    menjalani berbagai peran terutama dalam sistem pelayanan kesehatan. Dimana

    peran dokter ini dijelaskan dalam identitas dokter sebagai the five-stars doctor,

    yakni : yang pertama sebagai pemberi pelayanan (care provider), kedua sebagai

    pengambil keputusan (decision maker), ketiga sebagai komunikator

    (communicator), keempat sebagai pemimpin masyarakat (community leader), dan

    kelima sebagai manajer.

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lubis F. Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung Dalam Sistem

    Pelayanan Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia, 2008;58(2):27-34.

    2. Boelen C. Dr. THE FIVE-STAR DOCTOR: An asset to health care

    reform? WHO, Geneva, Switzerland :1-12.

    3. Anonymous. Doctors For Health: A WHO Global Strategy for changing

    medical education and medical practice for health for all. WHO, Geneva,

    1996:1-22.

    4. Huggard P. Secondary Traumatic Stress: Doctors at Risk. New Ethic

    Journal, Auckland, 2003 : 9-14.

    5. Hatmoko. Materi Kuliah Manajemen Kesehatan Mahasiswa Program Studi

    Kedokteran Universitas Mulawarman: Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar

    Puskesmas. 2006. Samarinda: IKM PSKU Universitas Mulawarman