fistum pemasakan buah
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
MENGATUR KEMASAKAN BUAH DENGAN MENGGUNAKAN ZAT PENGATUR TUMBUH
Oleh :
Mung Farida B1J013139Anis Khotimah B1J013181Rombongan : VIIKelompok : 1Asisten :
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pemasakan buah merupakan proses pengakumulasian gula dengan
merombak pati menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tidak seperti buah pada umumnya
yang mengakumulasi gula secara langsung dari pengiriman asimilat hasil fotosintesis di
daun yang umumnya dikirim ke organ lain dalam bentuk sukrosa (Sumadi et al., 2010).
Menurut Abidin (1982), etilen merupakan hormon tumbuh yang dalam keadaan
normal berbentuk gas serta mempunyai struktur kimia yang sangat sederhana, yaitu yang
terdiri dari 2 atom Carbon dan 4 atom hydrogen. Etilen digolongkan sebagai hormon yang
aktif dalam proses pematangan. Menurut Wareing dan Philips (1981) ada dua hipotesa
tentang hubungan antara etilen dan pematangan buah. Hipotesa pertama, pematangan
merupakan proses kelayuan yang mengakibatkan organisasi antara sel menjadi terganggu.
Gangguan ini merupakan pelopor hidrolisa pati, klorofil, pektin dan tanin oleh enzim-enzim
di dalamnya yang akan menghasilkan bahan-bahan seperi etilen, pigmen, energi dan
polipeptida. Hipotesa kedua, pematangan di artikan sebagai suatu fase akhir dari proses
penguraian substrat dan proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesa enzim-
enzim spesifik, yang diantaranya akan digunakan dalam proses kelayuan.
Jumlah atau kandungan etilen pada tiap buah tidaklah sama selama proses
pematangan. Etilen pada banyak macam buah hanya sedikit dihasilkan sampai tepat
sebelum terjadi klimaterik respirasi yang mengisyaratkan dimulainya pemasakan, yaitu
ketika kandungan gas ini diruang udara antara sel meningkat tajam dari jumlah hampir tak
terlacak sampai sekitar 0,1-1µl per liter. Konsntrasi ini umumnya memacu pemasakan buah
berdaging dan tak berdaging, yang menunjukkan klimaterik respirasinya, yaitu jika buah-
buahan tersebut cukup berkembang untuk dapat menerima gas etilen (Salisbury dan Ross,
1991).
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat pengatur tumbuh yang
mampu mempercepat kemasakan buah.
I. TINJAUAN PUSTAKA
Etilen merupakan fitohormon berbentuk gas yang mudah menguap yang
menyebabkan pemasakan buah lebih cepat. semua bagian dari tumbuhan spermatophyta
menghasilkan etilen. hormon ini mempunyai fungsi menghambat perpanjangan akar dan
batang dan bertangggung jawab terhadap pematangan buah. Struktur kimia ethylene
sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen seperti gambar di
bawah ini :
Pematangan adalah permulaan proses kelayuan ,organisasi sel terganggu, dimana
enzim bercampur, sehingga terjadi hidrolisa, yaitu pemecahan klorofil, pati, pektin dan
tanin, membentuk: etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida, sedangkan pematangan
buah menurut setiawati dan deswaty, 2007 merupakan suatu variasi dari proses penuaan
yang melibatkan perubahan amilum menjadi glukosa, pelunakan dinding-dinding sel, atau
perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga jaringan
mengering. Pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi kedalam ruang-
ruang antar sel buah. Gas tersebut dapat berdifusi melalui udara dari satu buah ke buah
lainnya. Buah akan lebih matang dengan cepat jika disimpan yang menyebabkan gas etilen
terakumulasi. Gas etilen dapat berinteraksi dengan fitohormon lainnya untuk memicu
respon pertumbuhan yang spesifik, misalnya interaksi antara etilen dan ABA dapat
mengkontrol kerontokan daun, interaksi etilen dan auksin akan memicu inisiasi
pembuangan , atau interaksi etilen dan giberelin dapat mengkontrol rasio bunga jantan dan
bunga betina pada tummbuhan satu rumah (monoecus).
Buah pisang mempunyai sifat yang mudah rusak setelah panen. Hal ini merupakan
salah satu kendala dalam penyediaan buah pisang dengan mutu prima kepada konsumen.
Buah pisang Barangan merupakan buah klimakterik Penyimpanan pada suhu kamar dan
udara yang lembab dapat mempercepat proses respirasi dan meningkatkan kehilangan
hasil. Sifat ini perlu diantisipasi, mengingat dalam distribusi pemasaran dibutuhkan masa
simpan minimal 3 minggu hingga lebih dari 1 bulan (Napitupulu,2013).
Mekanisme penyerapan atau pengikatan etilen yang dihasilkan buah-buahan
terjadi karena KMnO 4sebagai pengoksida dapat bereaksi atau mengikat etilen dengan
memecah ikatan rangkap yang ada pada senyawa etilen menjadi bentuk etilen glikol dan
mangan dioksida (Abeles et al.1992). Asam askorbat merupakan oxygen scavenger yang
mampu menyerap O2 di dalam kemasan dan dianggap paling aman untuk digunakan. Pada
prinsipnya, reaksi yang terjadi ialah asam L-askorbat dioksidasi menjadi asam dehidro L-
askorbat dengan bantuan enzim oksidase atau peroksidase (Vermeiren et al. 1999). Reaksi
ini menunjukkan bahwa keberadaan asam L-askorbat aktif dan O2 di dalam kemasan
menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam L-askorbat, berkurangnya O2
menyebabkan proses respirasi pada buah berjalan lambat, sehingga akan memperpanjang
masa simpan. Selain sebagai pengikat dan pereduksi O2, asam askorbat juga dapat
berfungsi sebagai antioksidan, pro antioksidan, dan pengikat logam di dalam sel hidup
(Barus 2009). Penurunan konsentrasi O2 dengan aplikasi asam askorbat atau sebaliknya,
terjadi peningkatan konsentrasi CO 2. Peningkatan CO2 yang berlebih dapat memicu
fermentasi pada pengemasan buah-buahan. Aplikasi Ca(OH)2 merupakan salah satu
alternatif untuk mengikat CO2 yang ada dalam wadah kemasan, dengan reaksi sebagai
berikut : Ca(OH)2+ CO2 CaCO3+ H2O. Teknik pengurangan CO2 pada aliran biogas
diaplikasikan menggunakan larutan Ca(OH)2 (Masyhuri et al. 2012). Penundaan
kematangan pada buah pisang dengan aplikasi penyerap etilen telah banyak dilaporkan
(Scott et al.1970, Satyan, et al. 1992, Sjaifullah et al.1992, Napitupulu 2009), tetapi belum
tersedia informasi dalam upaya memperpanjang daya simpan buah pisang dengan
beberapa bahan penundaan kematangan seperti penyerap etilen dipadukan dengan
penyerap oksigen dan karbondioksida dikemas dalam plastik PE densitas rendah.
Proses pematangan diartikan sebagai suatu fase akhir dari proses penguraian
substrat dan merupakan suatu proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesis
enzim-enzim yang spesifik yang diantaranya digunakan dalam proses kelayuan.
Perubahan yang secara umum mudah diamati dalam proses pematangan ini diantaranya
berubahnya warna kulit yang tadinya berwarna menjadi semakin terang, buah yang
tadinya bercita rasa asam menjadi manis, tekstur yang tadinya keras menjadi lunak,
serta timbulnya aroma khas karena terbentuknya senyawa-senyawa volatil atau
senyawa-senyawa yang mudah
menguap. Selain mengalami pematangan, setelah pemanenan buah-buahan pun
mengalami laju respirasi.
Laju respirasi lebih cepat jika suhu penyimpanan tinggi, umur panen muda,
ukuran buah lebih besar, adanya luka pada buah dan kandungan gula awal yang
tinggi pada produk (Winarno dan Aman, 1981). Metode yang umum digunakan untuk
menurunkan laju respirasi buah-buahan segar adalah pengontrolan suhu ruang
penyimpanan. Pengontrolan suhu untuk mengendalikan laju respirasi produk hasil
pertanian sangat penting artinya dalam usaha memperpanjang umur simpan produk
tersebut. Metode yang umum digunakan adalah penyimpanan dengan pendinginan
karena sederhana dan efektif. Menurut Broto (2003), prinsip penyimpanan dengan
pendinginan adalah mendinginkan lingkungan secara mekanis dengan penguapan gas
cair bertekanan (refrigerant) dalam sistem tertutup.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah beker glass, koran
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini larutan Ethrel (100,200,300 ppa)
B. Metode
Cara kerja dalam praktikum kali ini :
1. Disiapkan 2 buah pisang yang masih belum masak dan matang.
2. Disiapkan larutan Ethrel dengan konsentrasi 300,600 dan 900 ppm.
3. Dicelupkan salah satu pisang tersebut ke larutan konsentrasi ethrell 300 untuk
kelompok 1. Selama 5 menit (yang dicelupkan sebagai buah perlakuan dan yang
tidak sebagai kontrol).
4. Dibungkus pisang tersebut dengan menggunakan koran.
5. Diamati kurang lebih 5-7 hari. Dicatat perubahan yang terjadi pada buah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil
Tabel 4.1 Data Pemasakan Buah
No Perubahan yang
terjadi
Konsentrasi
0 ppm 300 ppm 600 ppm 900 ppm
1 Warna ++ +++
2 Rasa +++ ++
3 Tekstur +++ +++
Interpretasi:
+ : perubahan buah cukup baik
++ : perubahan buah baik
+++ : perubahan buah baik sekali
b. Pembahasan
Zat pengatur tumbuh atau etilen yang digunakan saat praktikum adalah 0 ppm
(sebagai kontrol), 300 ppm, 600 ppm dan 900 ppm. Berdasarkan pengamatan hasil
menunjukkan bahwa pisang yang diberi etilen lebih cepat matang dibandingkan pisang
kontrol. Pisang yang diberi etilen lebih cepat menunjukkan perubahan aroma, tekstur dan
warna yang dijadikan sebagai indikator, namun perubahan rasa menunjukan yang tidak di
beri etilen terasa lebih manis dari pada yang diberi etilen. Hal tidak tersebut sesuai dengan
Abidin (1985) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi etilen yang diberikan
maka buah akan cepat matang. Umumnya, buah akan masak dengan optimal pada keadaan
jumlah etilen 400-800 ppm. Pemasakan buah terlihat dengan adanya buah yang menjadi
lunak. Kusumo (1990) yang menyatakan bahwa proses pemecahan tepung dan
penimbunan gula yang terjadi merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai dengan
terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan
buah. Kecepatan pemasakan buah disebabkan zat pengatur tumbuh mendorong
pemecahan tepung dan penimbunan gula.
Tingkat warna merupakan indikasi dari komposisi komponen di dalam pisang.
Magnesium merupakan komponen penting dari klorofil sehingga pisang mentah memiliki
nilai lebih tinggi untuk magnesium. Hasil pematangan dari pigmen hijau pada pisang
mentah diubah menjadi karotenoid dalam pisang matang, karena adanya kandungan seng
sebagai komponen dari karotenoid. Hal ini bisa terjadi karena terjadi pembentukan oleh
ikatan kovalen non-enzimatik dengan klorofil sehingga terjadi perubahan warna adanya
konversi dari pigmen pisang mentah ke karotenoid menjadi pisang matang (Adeyemi,
2009).
Menjadi lunaknya buah disebabkan oleh perombakan propektin yang tidak larut
menjadi pektin yang larut, atau hidrolisis zat pati (seperti buah waluh) atau lemak (pada
adpokat). Perubahan komponen-komponen buah ini diatur oleh enzim-enzim antara lain
enzim hidroltik, poligalakturokinase, metil asetate, selullose. Flavour adalah suatu yang
halus dan rumit yang ditangkap indera yang merupakan kombinasi rasa (manis, asam,
sepet), bau (zat-zat atsiri) dan terasanya pada lidah. Pemasakan biasanya meningkatkan
jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis, penurunan asam-asam organik dan
senyawa-senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan masam, dan kenaikan zat-zat
atsiri yang memberi flavour khas pada buah (Isbandi, 1983).
Proses pematangan buah meliputi dua proses, yaitu etilen mempengaruhi
permeabilitas membran. Hal ini menyebabkan daya permeabilitas menjadi lebih besar.
Selain itu, kandungan protein meningkat karena etilen telah merangsang sintesis protein.
Protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karena akan meningkatkan
enzim yang menyebabkan respirasi klimaterik (Wereing et al., 1970). Mekanisme kerja
etilen dalam prosesnya diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu jangka
waktu yang diperlukan bagi etilen untuk menyelesaikan proses pematangan, etilen
mempunyai sifat-sifat yang sangat unik di dalam proses pematangan buah dan dalam
bagian tanaman lainnya, terdapat rangsangan terhadap aktivitas fisiologis dalam
konsentrasi yang sangat rendah dan sensitivitas jaringan tanaman terhadap etilen yang
konsentrasinya sangat rendah yang bervariasi sesuai dengan umurnya (Abidin,1985).
Mekanisme kerja etilen dalam hunungannya dengan permeabilitas sel ialah karena
etilen adalah senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan memban dari sel terdiri dari
senyawa lemak. Oleh karena itu etilen dapat larut dan menembus ke dalam membran
mitokondria. Apabila mitokondria pada fase pra klimakterik diekraksi kemdian
ditambah etilen, ternyata terjadi pengembangan volume yang akan meningkatkan
permeablitas sel sehingga bahan-bahan dari luar mitokondria akan dapat masuk. Dengan
perubahan-perubahan permeabilitas sel akan memungkinkan interaksi yang lebih besar
antara substrat buah dengan enzim-enzim pematangan. Dengan kata lain etilen dapat
menginduksi perubahan permeabilitas membran mitokondria, jadi memberikan
kesempatan perpindahan ATP dan oleh sebab itu mendorong berlangsungnya klimakterik
dan juga berbagai reaksi sintesa lainnnya (Tranggono, 1989).
Selama produksi etilen berlangsung bersamaan dengan kenaikan klimakterik proses
penuaan buah, maka kedua proses tersebut saling berkaitan satu sama lain. Namun
demikian, ada kemungkinan terdapatnya proses penghambatan pada salah satu dari dua
proses tersebut tanpa mempengaruhi proses lainnya. Produksi etilen juga dipengaruhi oleh
faktor suhu dan oksigen. Suhu rendah maupun suhu tinggi dapat menekan produksi
etilen. Pada kadar oksigen di bawah sekitar 2 % tidak terbentuk etilen, Pada 400C
produk etilen dapat dihentikan, sementara itu proses respirasi masih tetap aktif. Hal ini
menunjukkan bahawa produksi etilen dapat dihambat dengan tanpa mempengaruhi
kecepatan laju respirasi, sedangkan proses sebaliknya adalah tidak mungkin (Tranggono,
1989). Etilen selain dapat memulai klimakterik, juga dapat mempercepat terjadinya
klimakterik terutama pada buahbuahan yang mempunyai pola respirasi klimakterik.
Sedangkan pada buah-buahan yang tergolong non klimakterik dengan penambahan
etilen pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan perubahan pola respirasi.
Buah dapat dibagi menjadi dua perilaku pematangan yang berbeda ,klimakterik
dan jenis non - klimakterik . buah klimakterik seperti pisang dan tomat umumnya
menunjukkan etilena dan respirasi lonjakan selama pematangan tetapi non - klimakterik
buah seperti anggur dan capsicum tidak . Hormon etilen juga mengatur tingkat pematangan
klimakterik buah tapi fungsinya selama pematangan non - klimakterik masih tidak cukup
dipahami ( Aizat et al,. 2013)
Fase selama proses klimaterik adalah fase dimana banyak sekali perubahan yang
berlangsung. Fase-fase pada proses klimaterik meliputi fase peralihan dari proses
pertumbuhan menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen yang
dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA (Heddy, 1989). Tahap klimaterik
ditandai dengan pecahnya kloroplas menjadi bagian yang lebih kecil, rusaknya retikulum
endoplasmik dan penuhnya sitoplasma dengan pecahan kloroplas sedangkan mitokondria
masih tetap utuh serta terjadi perubahan fisik dan kimia pada buah seperti perubahan
tekanan turgor sel karena berubahnya komposisi dinding sel, perubahan zat pati, protein,
warna senyawa turunan fenol dan asam-asam organik (Frenkel et al., 1968). Disimpulkan
bahwa klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana
selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan
buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah,
sehingga disebut buah klimaterik. Apabila pola respirasi berbeda karena setelah CO2
dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut digolongkan non-
klimaterik (Zimmermar,1961).
Menurut Abidin (1982), etilen merupakan hormon tumbuh yang dalam keadaan
normal berbentuk gas serta mempunyai struktur kimia yang sangat sederhana, yaitu yang
terdiri dari 2 atom Carbon dan 4 atom hydrogen. Etilen digolongkan sebagai hormon yang
aktif dalam proses pematangan. Praktikum kali ini menggunakan larutan etilen sintetik yaitu
ethrel. Ethrel/ethepon adalah suatu larutan yang megandung bahan aktif 2 chloro ethyl
phosporic acid yang dapat menghasilkan etilen secara langsung pada jaringan tanaman.
Kematangan buah akan dipercepat dengan timbulnya etilen (Suyanti dan Ahmad Supriyadi,
2008). Menurut Winarno (1979) dan Wareing dan Philips (1981) ada dua hipotesa tentang
hubungan antara etilen dan pematangan buah. Hipotesa pertama, pematangan merupakan
proses kelayuan yang mengakibatkan organisasi antara sel menjadi terganggu. Gangguan ini
merupakan pelopor hidrolisa pati, klorofil, pektin dan tanin oleh enzim-enzim di dalamnya
yang akan menghasilkan bahan-bahan seperi etilen, pigmen, energi dan polipeptida.
Hipotesa kedua, pematangan di artikan sebagai suatu fase akhir dari proses penguraian
substrat dan proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesa enzim-enzim spesifik,
yang diantaranya akan digunakan dalam proses kelayuan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemasakan dan pematangan adalah
respirasi dan produksi etilen. Buah yang tergolong klimakterik akan menunjukkan
peningkatan CO2 sehingga akan terjadi proses pemasakan atau pematangan. Buah
klimakterik akan menghasilkan produksi etilen yang lebih banyak dibandingkan dengan
produksi buah non klimakterik. Buah non klimakterik akan menurunkan produksi CO2.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan respirasi digolongkan menjadi 2 faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari tingkat perkembangan, komposisi
kimia jaringan, ukuran produk, lapisan alami dan jenis jaringan. Faktor eksternal terdiri dari
suhu, etilen, ketersediaan oksigen, karbon dioksida, zat pengatur tumbuh dan kerusakan
fisik (Santoso dan Purwoko, 1993).
Yang mempengaruhi aktifitas etilen yaitu:
1. Suhu. Suhu tinggi (>350C) tidak terjadi pembentukan etilen. Suhu optimum
pembentukan etilen (tomat,apel) 320C, sedangkan untuk buah-buahan yang lain
lebih rendah.
2. Luka mekanis dan infeksi. Buah pecah, memar, dimakan dan jadi sarang ulat
3. Sinar radioaktif
4. Adanya O2 dan CO2. Bila O2 diturunkan dan CO2 dinaikkan maka proses pematangan
terhambat. Dan bila keadaan anaerob tidak terjadi pembentukan etilen
5. Interaksi dengan hormon auxin. Apabila konsentrasi auxin meningkat maka etilen
juga akan meningkat
6. Tingkat kematangan
III. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Zat pengatur tumbuh jenis Etilen dapat mempercepat proses pemasakan buah pisang.
2. Konsentrasi yang dapat memberikan hasil maksimal pada proses pemasakan buah
pisang adalah 900 ppm.
DAFTAR REFRENSI