fister darah ii

Upload: gietalala-genzie

Post on 15-Jul-2015

682 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Latar Belakang Darah merupakan suatu jaringan berbentuk cair yang beredar melalui jantung, arteri, dan vena yang berfungsi untuk memasukkan oksigen dan bahan makanan keseluruhan tubuh serta mengambil karbondioksida dan metabolik dari jaringan. Dalam tubuh yang sehat, 60% dari berat badan manusia adalah air. Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses fisiologis didalam tubuh. Untuk menjaga agar cairan tubuh relative konstan dan komposisinya stabil maka kesehatan sangat perlu untuk diperhatikan. Dalam system pengaturan yang mempertahankan kekonstanan cairan tubuh diperlukan adanya pengaturan volume cairan tubuh, cairan ekstraseluler, pengaturan keseimbangan asam basa dan control pertukaran antara kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler. Di dalam darah biasa terjadi hemolisa dan krenasi yang mana hemolisa terjadi disebabkan karena cairan yang bersifat hipotonik sedangkan krenasi terjadi karena cairan yang bersifat hipertonik. Darah merupakan cairan ekstrasel yang mensuplay sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi sebelum digunakan zat-zat ini harus ditransfort melalui membran sel dengan dua proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfort aktif. Hal inilah yang melatar belakangi sehingga praktikum Fisiologi Ternak mengenai hemolisa dan krenasi, tekanan osmotik eritrosit, golongan darah, serta tekanan darah.

Tujuan dan Kegunaan A. Hemolisa dan Krenasi Tujuan dari praktikum Hemolisa dan Krenasi adalah untuk melihat pengaruh larutan hipotonis, hipertonis, dan isotonis terhadap terjadinya hemolisa dan krenasi. Kegunaan dari praktikum Hemolisa dan Krenasi adalah agar kita dapat mengetahui larutan hipotonis, hipertonis, dan isotonis terhadap terjadinya hemolisa dan krenasi B. Tekanan Osmotik Eritrosit Tujuan dari praktikum Tekanan Osmotik Eritrosit adalah untuk melihat dan mengamati pengaruh kadar NaCl terhadap tekanan osmotik sel darah dan perubahan yang terjadi. Kegunaan dari praktikum Tekanan Osmotik Eritrosit adalah agar kita dapat mengetahui perubahan yang terjadi dalam sel darah dengan pemberian kadar NaCl yang berbeda. C. Golongan Darah Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis golongan darah seseorang berdasarkan ada tidaknya aglutinasi. Kegunaan yaitu agar mengetahui proses penentuan golongan darah pada manusia berdasarkan sisten ABO.

D. Tekanan Darah Tujuan dari praktikum Tekanan Darah adalah untuk mengetahui tekanan dari darah tehadap dinding pembuluh darah.

Kegunaan dari praktikum Tekanan Darah adalah agar mengetahui tekanan

dara terhadap dinding pembuluh darah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum Darah II (Hemolisa dan Krenasi Darah, Tekanan Ostmotik) dan Praktikum V (Golongan Darah, Tekanan Darah) dilaksanakan pada hari jum`at tanggal 27 Februari 2010 pukul 08.00 WITA sampai Selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Praktikum Alat yang digunakan pada Praktikum Darah II & V ini adalah Mikroskop, lanset pan, Gelas objek, Gelas arloji, tabung reaksi dan raknya, serta pipet, sphygmomanometer. Stetoskop, haemocytometer Bahan yang digunakan pada Praktikum Darah II & V ini adalah Larutan NaCl 0,3%, 0,45%, 0,9% dan I,5%, Citras Natricus 3,8%, Larutan Ureum 1,8 % dalam aquadest, Alkohol dan Kapas, sampel darah Manusia), larutan Ureum 1,8% dalam NaCl 0,9%, dan sabun.

Metode Praktikum A. Hemolisa dan Krenasi Mengambil gelas arloji bertanda A, B, C, kemudian menuangkan masing-masing 1 tetes darah pada setiap bagian dalam gelas arloji, tetapi sebelumnya memberikan 1 tetes aquadest pada bagian A, 1 tetes NaCl 3% pada tabung B, dan membiarkan tabung C sepereti semula, Kemudian mencampur larutan tersebut dengan samprl darah dan mengamatinya di atas kertas putih. Mengamati apakah terdapat endapan dan terjadi kekeruhan. Lalu mengamati terus dan mengambil masing-masing setetes dari gelas arloji tadi kemudian mengamatinya di bawah miskroskop dan menggambarnya apa yang kemudian terlihat atau nampak. B. Tekanan Osmotik Eritrosit Memberi nomor seri pada tabung reaksi yang bersih 1-6, kemudian memasukkan larutan NaCl 3% dalam tabung. Kemudian memasukkan aquadest pada setiap tabung dari seluruh larutan menjadi 5 cc, mencampur larutan tersebut dengan baik dan menghitung kadar NaCl dari setiap tabung. Lalu membersihkan tangan sengan alcohol 70% dan menusuk jari telunjuk dengan menggunakan lanset pan dan meneteskan darah yang keluar dari ujung jari ke dalam setiap tabung sebanyak 1 tetes, lalu mencampurnya dengan sangat hati-hati. Setelah 3 menit, kemudian mengamati setiap tabung apakah terlihat lapisan merah pada bagian atas atau tidak. Lalu mengamati perubahan yang terjadi pada tabung 1-6.

C. Tekanan Darah Tekanan darah arteri brachialis pada berbagai macam sikap yaitu : 1. Berbaring terlentang Teman yang menjadi sampel percoban disuruh baring terlentang selama 10 menit. Kemudian dipasangkan lanset dilengannya dan ditetapkan tekanan darahnya. Dicatat hasil pemeiksaan tekana darahnya 2. Duduk Setelah percobaan pertama orang percobaan kemudian disuruh duduk dengan tenang selama 3 menit. Selanjutnya dicatat nilainya 3. Berdiri Sekarang orang percobaan disuruh berdiri tenang selama 2-3 menit. Selanjutnya ditetapkan tekanan darahnya dan di catat nilainya. Tekanan darah arteri brachialis pada berbagai macam kerja yaitu 1. Berpikir Selanjutnya pada percobaan berpikir orang percobaan disuruh kerja soal perhitungan yang sulit dengan memberikan waktu 3 menit, setelah habis waktunya diperiksa kembali tekanan darahnya kemudian akan dibandingkan dengan selama hanya duduk diam. 2. Berlari Berikutnya pada orang yang sama disuruh melakukan kerja otot (jongkok berdiri) selama 1 menit. Di catat nilainya.

D. Golongan Darah Kita menggunakan onyek glass yag tertulis serum anti A, anti B, dan serum anti D. Kemudian meneteskan masing-masing 1 tetes darah ketiga anti serum tersebut. Untuk anti serum A ditambah serum anti A, untuk serum B ditambah serum B dan untuk serum D ditambah dengan anti D dan mengamati apakah obyek glass tersebut terjadi penggumpalan atau koagulasi atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hemolisa dan Krenasi 1. Secara Makroskopik Hasil

Berdasarkan Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai hemolisa dan krenasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Gambar 6. Pengamatan pada Sel Darah Merah Secara MakroskopisLABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

A

B

C

Keterangan :A. Satu tetes darah + NaCl 0,15%

Terjadi Hemolisa Tidak terjadi Hemolisa dan Krenasi

B. Satu tetes darah + NaCl 0,9%

C. Satu tetes darah + NaCl 3%

Terjadi Krenasi

Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009 Pembahasan

Berdasarkan gambar yang ada di atas pada sampel A yang telah diberikan satu tetes darah kemudian ditambah dengan larutan hipotonis yaitu NaCl dengan konsentrasi 0,15 % menyebabkan sel menjadi bengkak karena larutan yang ada di sekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi larutan yang dikandung di dalam sel sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar sel masuk ke dalam sel. Pada sampel B, darah ditambahkan dengan larutan isotonik atau larutan NaCl yang berkonsentrasi 0,9 % . dengan penambahan larutan isotonik pada sel tidak menyebabkan terjadinya konsentrasi yang dikandung dalam sel sehingga tidak terjadi hemolisa dan krenasi karena larutan yang ada di luar sel seimbang dengan cairan yang dikandung di dalam sel. Pada sampel C, darah ditambahkan dengan larutan naCl dengan konsentrasi 3 % mengakibatkan sel menjadi mengkerut karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel tertarik ke luar, dan menyebabkan sel menjadi mengkerut atau biasa disebut dengan krenasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf ( 1995 ) yang menyatakan bahwa larutan yang apabila sel dimasukkan ke dalamnya akan menyebabkan sel menjadi bengkak disebut larutan hipotonis, disebabkan karena osmolaritas cairan ekstrasel akan berkurang dan cairan ekstrasel akan masuk kedalam sel. Larutan NaCl yang konsentrasinya kurang dari 0,9% disebut larutan hipotonis. Dan menurut pendapat Gani ( 1995 ) yang menyatakan bahwa larutan hipertonis merupakan larutan yang bila sel dimasukkan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi mengkerut oleh karena osmolalitas cairan ekstrasel akan meningkat dan menyebabkan osmosis air keluar dari sel menuju ke cairan ekstrasel.

Kemudian menurut Siregar (1995), yang menyatakan bahwa bila sel dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis, oleh karena tidak terjadi perubahan osmosis, yang terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel. Larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5% merupakan contoh larutan isotonis. Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat diinfuskan kedalam darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan intrasel ( Siregar, 1995).

2. Secara Mikroskopik Hasil Berdasarkan Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai hemolisa dan kreasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Gambar 7. Pengamatan pada Sel Darah Merah Secara Mikroskopis LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

Hemolisa Krenasi

Preparat Perbesaran Keterangan

: Darah Manusia : 40X : A. Darah + NaCl 3 % B. Darah + NaCl 0,9 % C. Darah + NaCl 0,15 %

Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009

Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan melalui bantuan mikroskop terlihat pada sampel A sel mengalami krenasi, sel menjadi mengkerut disebabkan karena larutan yang ada disekitarnya bersifat hipertonis. Pada sampel B, sel tidak mengalami krenasi ataupun hemolisa karena konsentrasi yang ada di dalam sel seimbang dengan konsentrasi yang ada di luar sel. Pada sampel C, sel mengalami hemolisa disebabkan karena larutan yang ada di luar sel bersifat hipotonis, sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar sel masuk ke dalam sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyatakan bahwa larutan yang berkonsentrasi tinggi akan menyebabkan sel darah mengalami krenasi, sedangkan air yang masuk ke dalam sel darah akan menyebabkan pembengkakan dan kemudian sel darah merah akan mengalami hemolisa. Tetapi jika keadaan cairan dalam sel dengan di luar sel seimbang maka tidak akan terjadi hemolisa dan krenasi.

B. Tekanan Osmotik Eritrosit Hasil

Berdasarkan Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar tekanan osmotik eritrosit yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Gambar 8. Tekanan Osmotik pada Sel Darah Merah LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

I

II

III

IV

V

VI

Keterangan : Tabung I : 0,3 ml NaCl 3% + aquades + 3 tetes darah Tabung II : 0,4 ml NaCl 3 % + aquades + 3 tetes darah Tabung III : 0,5 ml NaCl 3% + aquades + 3 tetes darah Tabung IV : 0,6 ml NaCl 3% + aquades + 3 tetes darah Tabung V : 0,7 ml NaCl 3% + aquades + 3 tetes darah Tabung VI : 0,8 ml NaCl 3% + aquades + 3 tetes darah Sumber : Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.

Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabung I, II, III dipeoleh hasil yang sama walaupun terdapat sedikit perbedaan, hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah larutan NaCl dan aquades yang diberikan setiap tabung. Dimana pada tabung I, II, dan III berwarna keruh dan memiliki cicin yang disebabkan adanya sifat osmotik eritrosit yang terdapat dalam darah. Sedangkan pada tabung IV, V dan VI karena adanya penambahan larutan pekat dalam jumlah yang banyak menyebabkan sel-sel darah mengkerut sehingga terbentuk cicin. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2009) yang menyatakan bahwa Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah perpindahan pelarut melalui membran ke arah daerah yang mengandung kadar zat terlarut yang lebih pekat. Osmosis adalah gerakan molekul pelarut air melalui membran ke arah daerah yang mengandung kadar zat terlarut yang lebih pekat sedangkan difusi adalah gerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. tekanan osmosis efektif sebuah larutan dibebankan kepada plasma dinyatakan sebagai tonisitas, Jika sel darah merah ditempatkan dalam cairan yang mempunyai tekanan osmotik sama maka membengkak tidak akan terjadi kelebian air yang masuk dan keluar dan sel tidak membengkak atau larutan demikian disebut isotonic terhadap cairan intraseluler sel, jika larutan selulernya mempunyai tekanan lebih besar disebutg hipertonik terhadap sel sebaliknnya jika larutan selulernya mempunyai tekanan lebih kecil disebut hipotonik.

C. Penggolongan Darah

Hasil Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai golongan darah yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Gambar 9. Hasil Pengamatan Darah dalam Gelas Arloji LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009 Wanita

Anti- A

Anti- B

Anti-D

Keterangan Wanita Nama Umur Gol.Darah

: : Kusdianawati : 18 tahun :O

Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai golongan darah, diperoleh golongan darah O karena pada saat diberikan aglutinin atau serum anti A, serum anti B, dan anti serum anti A dan B sel darah merah tidak terjadi aglutinasi atau darah tidak menggumpal. Hal ini disebabkan karena golongan darah O tidak memiliki anti A, B, dan AB dan merupakan golongan darah yang memiliki aglutinin alfa dan aglutinin beta. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadikin ( 2002 ), yang menyatakan bahwa golongan darah O merupakan golongan darah universal karena mampu mendonorkan darahnya ke semua jenis golongan darah, hal ini disebabkan karena golongan darah O tidak memiliki anti A, B, dan AB, sehingga pada saat diberikan aglutinin tidak terjadi penggumpalan tetapi serum dari golongan darah O dapat mengendapkan. Pada membran sel darah menjadi merah terdapat berbagai antigenyang disebut agglutinogen. Sampai sekarang telah diketahui lebih dari 300 jenis antigen yang terdapat pada permukaan membran sel darah merah. Yang paling penting untuk diketahui adalah aglutinogen A dan aglutinogen B, serta factor Rhesus atau Rh. Aglutinogen A dan B juga terdapat pada kelenjar saliva, pancreas, ginjal, hati, sperma dan cairan amnion. Aglutinogen ini ditemukan secara genetik dan hal ini akan menentukan jenis golongan darah seseorang, untuk lebih jelasnya diperhatikan pada tabel di bawah ini

Tabel Penggolongan Darah pada Manusia

Golongan Darah O A B AB

Genotip OO AA atau OA BB atau OB AB

Aglutinogen A B A dan B

Aglutinin Anti-A dan anti B Anti-B Anti-A -

Dari tabel penggolongan darah di atas, dapat dilihat bahwa seseorang dengan golongan darah O tidak membentuk aglutinogen, sedangkan golongan darah B mempunyai 2 jenis aglutinogen. Jadi dasar penggolongan darah menurut system ABO tergantung dari ada tidaknya aglutinogen A atau B. Didalam plasma darah terdapat antibodi yang merupakan gama globulin, disebut agglutinin ini akan menyerang aglutinogen baik secara alamiah maupun terjadi akibat transfuse darah dari golongan darah yang tidak sama. Bila hal tersebut terjadi, akan terjadi proses egglutinasi atau penggumpalan darah. Aglutinasi akan menyebabkan sel darah akan menyumbat kapiler diseluruh tubuh, dan sesudah beberapa waktu sel akan membengkak dan mengalami rupture, dan melepaskan Hb ke dalam sirkulasi. Reaksi ini disebut reaksi hemolisis (Yusuf, 1995). Golongan darah pada manusia dan hewan didefinisikan sebagai jumlah dari semua antigen serological, factor golongan darah, yang melekat pada membrane sel darah merah. Antigen adalah senyawa kimia, biasanya protein yang bila disuntikkan ke suatu individu yang kekurangan antigen tersebut, akan menyebabkan pembentukan senyawa khusus yang menetralisasi antigen, disebut antibodi. Bila antigen diletkatkan

terhadap sel darah merah, reaksi antigen/antibodi menyebabkan kerusakan membrane sel dan melepaskan hameoglobin, Hal ini diketahui sebagai awal pembentukan antibody golongan darah, dapat ditentukan dengan mencampur sel darah merah dalam larutan garam isotonic dalam serum tang diketahui mengandung antibodi. Jika terjadi aglutinasi atau hemolisis golongan darah yang sesuai dapat ditentukan (Sonjaya, 2009).

D. Tekanan Darah

Hasil

Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai golongan darah yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 9. Tekanan Darah pada Wanita LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009 Aktivitas Wanita Duduk Berdiri Lari Baring Berfikir 110/60 110/60 120/70 100/60 110/55

Sumber : Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.

Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa pada perempuan dihasilkan tekanan darah tertinggi pada saat melakukan aktivitas lari yaitu 120/70, sedangkan tekanan darah terendah diperoleh pada saat duduk yaitu 110/60. Tingkat rendahnya tekanan darah tergantung pada kondisi seseorang dan dipengaruhi pula oleh berbagai macam faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Tingginya angka tekanan darah pada wanita pada saat lari disebabkan karena faktor kelelahan. Adapun tekanan darah normal yaitu sebesar 120/80. Hal ini sesuai dengan pendapat Fanderson (1983) yang menyatakan bahwa darah yang normal yaitu 120/80. Lanjut dikatakan bahwa tekanan darah dapat turun dengan cepat bila terjadi pendarahan atau kehilangan darah. Kekurangan zat makanan juga menyebabkan tekanan darah rendah. Adapun cara pengukuran tekanan darah dapat diukur melalui alat spygnomanometer dan stetoskop. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1982) yang menyatakan bahwa pada manusia tekanan darah dapat ditentukan dengan menggunakan alat

spygnomanometer. Hal ini dilakukan dengan cara mendengarkan arteri pada arah distal dari caff yang dikembangkan.

Menurut Wulani (1993) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah darah dan aktivitas memompa jantung yaitu mendorong sepanjang pembuluh darah dan tekanan aliran darah dan selanjutnya dikatakan bahwa tekanan darah adalah gaya yang dilakukan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah. Tekanan darah normal pada pria yaitu 120/80 mmHg dan wanita 110/70 mmHg. Perbedaan tekanan darah yang diperoleh pada percobaan tekanan darah disebabkan karena perbedaan aktivitas pada saat pengukuran tekanan darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu (1) jumlah darah yang berada dalam peredaran darah, (2) aktivitas memompa jantung yaitu mendorong darah sepanjang pembuluh darah, (3) tekanan terhadap aliran darah.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan praktikum mengenai Darah II dan V, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada sampel A terjadi hemolisa disebabkan karena adanya larutan hipotonis dan keluar dan sel tidak membengkak atau larutan demikian disebut isotonic yang terdapat di luar sel. Pada sampel B tidak terjadi hemolisa dan krenasi, karena kadar cairan yang ada di dalam dan di luar sel seimbang yang disebut sebagai larutan isotonis. Pada sampel C, terjadi pengkerutan pada sel disebabkan karena larutan hipertonis yang terdapat pada bagian luar sel. 2. Jika sel darah merah ditempatkan dalam cairan yang mempunyai tekanan osmotik sama maka membengkak tidak akan terjadi kelebian air yang masuk terhadap cairan intraseluler sel, jika larutan selulernya mempunyai tekanan lebih besar disebut hipertonik terhadap sel sebaliknnya jika larutan selulernya mempunyai tekanan lebih kecil disebut hipotonik. 3. Golongan darah yang diperoleh adalah golongan darah O karena pada saat diberikan aglutinin atau serum anti A, serum anti B, dan anti serum anti A dan B sel darah merah tidak terjadi aglutinasi atau darah tidak menggumpal.

4. Tekanan darah yang normal yaitu 120/80 pada wanita dan 110/80 pada pria. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum bahwa pada saat melakukan aktivitas berlari tekanan darahnya juga meningkat dari tekanan darah normal yaitu 120/70 pada wanita, sedangkan pada saat baring diperoleh tekanan darah 100/60. Jadi tekanan darah pada manusia dipengaruhi dari aktivitas yang dilakukannya.

Saran

Saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya alat dan bahan dilengkapi, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar. Saran untuk Asisten yaitu sebaiknya menjelaskan hasil dari praktikum agar praktikan lebih mengerti lagi mengenai praktikum yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2009. Hemolisa dan Krenasi. Http;//wikipedia.org/wiki/item hemolisa dan krenasi/03-02-2009/html Anonimb, 2009. Golongan Darah. Http;//tedbio. Multiply.com/journal/item/Golongan darah/03-02-2009/html Anonimc, 2009, Bahan jar Fisiologi Keperawatan,. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Anonime, 2009. Transfor Aktif Cairan Tubuh. Http;//tedbio. Multiply. Com /journal/ item /Transfor aktif/03-02-2009/html. Anonimf, 2009. Osmosis dan Tekanan osmosis. Http;//www.geocities.com/imam_smanel /Osmosis/html Anonimg, 2009. Difusi Cairan Tubuh. Http;//www.freewebs.com/difusi postmortem/html Anonimh, 2009. Pembagian Golongan Darah. Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi keperawatan_edisi kedua. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta. ________. 1999. Anatomi dan Fisiologi Keperawatan_edisi ketiga. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta. Gani. 1995. Neuro Fisiologi_edisi ketiga. Bagian ilmu faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar. Ganong. 2004. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran:Jakarta. Haffbrand. 2005. Biologi. Erlangga. Jakarta. Mikrajuddin. 2004. Biologi 3SMU. Cempaka Mas. Yogyakarta. Siregar. 1995. Neuro Fisiologi_edisi kelima. Bagian ilmu faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sonjaya, Herry. 2005. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas PeternakanUniversitas Hasanuddin:Makassar Suryo. 1995. Biologi Edisi Ke Lima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Syaifuddin. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika. Jakarta. Watson, R. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat_edisi ke dua. ECG. Jakarta. Yusuf. 1995. Fisiologi Sel Dan Cairan Tubuh. Bagian Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.