bab ii tinjauan pustakarepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/bab ii (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 bab...

23
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah rangkaian proses memindahkan darah atau komponen darah dari donor kepada resipien. Pada kasus-kasus tertentu, transfusi darah dapat sangat bermanfaat atau bahkan menyelamatkan nyawa pasien. Transfusi darah pada praktik klinik dapat menggunakan berbagai jenis komponen, baik darah lengkap ( whole blood), sel darah merah pekat (packed red cells/PRC), sel darah merah yang dicuci ( washed erythrocytes/ WE), trombosit, plasma segar beku (fresh frozen plasma/FFP), kriopresipitat, dan sebagainya sesuai indikasi. Untuk memastikan bahwa transfusi darah dapat memberikan manfaat yang optimal bagi resipien, penyimpanan, penanganan, dan uji kompatibilitas untuk produk darah harus dilaksanakan dengan baik sesuai pedoman. Tujuan transfusi darah secara umum untuk mengembalikan serta mempertahankan volume normal peredaran darah, mengganti kekurangan komponen selular darah, meningkatkan oksigenasi jaringan, serta memperbaiki fungsi homeostasis pada tubuh ( Depkes RI. 2008) Proses transfusi darah harus memenuhi persyaratan yaitu aman bagi penyumbang darah dan bersifat pengobatan bagi resipien. Transfusi darah bertujuan memelihara dan mempertahankan kesehatan donor, memelihara keadaan biologis darah atau komponen komponennya agar tetap bermanfaat, memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran

Upload: others

Post on 02-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

2.1.1. Transfusi Darah

Transfusi darah adalah rangkaian proses memindahkan darah atau komponen

darah dari donor kepada resipien. Pada kasus-kasus tertentu, transfusi darah dapat

sangat bermanfaat atau bahkan menyelamatkan nyawa pasien. Transfusi darah

pada praktik klinik dapat menggunakan berbagai jenis komponen, baik darah

lengkap (whole blood), sel darah merah pekat (packed red cells/PRC), sel darah

merah yang dicuci (washed erythrocytes/WE), trombosit, plasma segar beku

(fresh frozen plasma/FFP), kriopresipitat, dan sebagainya sesuai indikasi. Untuk

memastikan bahwa transfusi darah dapat memberikan manfaat yang optimal bagi

resipien, penyimpanan, penanganan, dan uji kompatibilitas untuk produk darah

harus dilaksanakan dengan baik sesuai pedoman. Tujuan transfusi darah secara

umum untuk mengembalikan serta mempertahankan volume normal peredaran

darah, mengganti kekurangan komponen selular darah, meningkatkan oksigenasi

jaringan, serta memperbaiki fungsi homeostasis pada tubuh ( Depkes RI. 2008)

Proses transfusi darah harus memenuhi persyaratan yaitu aman bagi

penyumbang darah dan bersifat pengobatan bagi resipien. Transfusi darah

bertujuan memelihara dan mempertahankan kesehatan donor, memelihara

keadaan biologis darah atau komponen –komponennya agar tetap bermanfaat,

memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

7

darah (stabilitas peredaran darah), mengganti kekurangan komponen seluler atau

kimia darah, meningkatkan oksigenasi jaringan, memperbaiki fungsi hemostatis,

tindakan terapi kasus tertentu (PMI, 2007).

Ada 5 indikasi umum transfusi darah adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan

perdarahan masih terus terjadi.

2. Anemia berat.

3. Syok septik (Jika cairan Terapi Interavena (IV) tidak mampu mengatasi

gangguan sirkulasi darah dan sebagai tambahan dari pemberian antibiotik).

4. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan,

karena komponen darah spesifik yang lain tidak ada.

5. Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat (Viveronika E, 2017).

2.1.2. Donor Darah

2.1.2.1. Pengertian Donor

Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela

untuk disimpan dibank darah yang digunakan untuk keperluan transfusi darah

(Daradjatun, 2008). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan

komponen darah. Biasanya hal ini sering dilakukan di kalangan remaja sampai

kalangan dewasa, perlunya keinginan pendonor dimulai dari usia remaja akhir

agar terwujud suatu kebiasaan, dan jiwa sosial karena darah diperoleh dari

sumbangan darah para donor darah sukarela maupun donor darah pengganti

(Elfazia, 2009).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

8

Menurut WHO, Departemen Kesehatan ada 3 macam donor darah

(Budiningsih, 2011):

1. Donor keluarga atau donor darah pengganti adalah donor yang

menyumbangkan darahnya untuk mengganti darah yang telah diambil dari

UTD untuk keluarga atau teman mereka. Dalam sistem ini darah yang

dibutuhkan pasien dipenuhi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.

Biasanya keluarga pasien diminta untuk menyumbang darahnya. Ada dua

bentuk utama sistem ini yaitu:

1) Keluarga pasien menyumbangkan darah dengan jumlah yang sama

dengan yang diberikan kepada kerabatnya, oleh UTD darah tersebut

dijadikan persediaan (stok UTD) dan donor tidak diberi tahu identitas

dari penerima darahnya.

2) Donasi khusus (directed donation) bentuk ini donor secara khusus minta

agar darahnya diberikan kepada pasien tertentu, hal ini sangat tidak

dianjurkan oleh WHO dan badan keamanan darah dunia (Global Blood

Safety Initiative).

2. Donor komersial atau donor bayaran adalah donor komersil yang

mengharapkan imbalan uang untuk darah yang disumbangkannya. Mereka

seringkali menyumbangkan darah secara teratur bahkan rentang waktu donor

pun tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan (Budiningsih, 2011). Donor

komersil biasanya termotivasi oleh apa yang akan mereka terima untuk darah

mereka, bukan oleh keinginan menolong orang lain.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

9

3. Donor sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen

darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau

bentuk pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu

mendonorkan darah kepada orang yang tidak mereka kenal dan tidak

menerima sesuatu keuntungan (Budiningsih, 2011).

2.1.2.2. Syarat Donor Darah

Beberapa syarat yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pendonor

dan penerima darah menurut Permenkes RI (2015) adalah sebagai berikut :

1. Umur 17-60 tahun (usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat

izin tertulis dari orang tua).

2. Berat badan minimal 45 kg.

3. Temperatur tubuh berkisar antara 36,6-37˚C.

4. Tekanan darah baik, yang ditunjukkan dengan systole 110-160 mmHg dan

diastole 70-100 mmHg.

5. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50-100 kali/menit.

6. Hemoglobin baik pria maupun perempuan minimal 12,5 gram.

7. Bagi penyumbang darah wanita tidak sedang hadi, hamil atau menyusui.

8. Tidak menderita penyakit jantung, hati, ginjal, paru, kencing manis,

pendarahan, kejang atau penyakit kulit kronis.

9. Tidak pernah menderita penyakit hepatitis B.

10. Tidak pernah menderita penyakit tuberkulosis, sifilis, epilepsi dan sering

kejang.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

10

11. Tidak pernah mengalami ketergantungan obat, alkoholisme akut dan kronik.

12. Tidak pernah menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik)

yang akan ditusuk.

13. Tidak mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya

defisiensi G6PD, thalasemia dan polisitemiavera.

14. Tidak mengidap penyakit HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti

pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril) (Dewi Arini, 2018).

2.1.2.3. Manfaat Donor

Manfaat mendonorkan darah secara rutin setiap tiga bulan sekali maka

menyebabkan tubuh akan terpacu untuk memproduksi sel-sel darah merah baru,

sedangkan fungsi sel-sel darah merah adalah untuk oksigenisasi dan mengangkut

sari-sari makanan. Dengan demikian fungsi darah menjadi lebih baik sehingga

donor menjadi sehat. Selain itu, kesehatan pendonor akan selalu terpantau karena

setiap kali donor dilakukan pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan uji saring

darah terhadap infeksi yang dapat ditularkan lewat darah. Manfaat lainnya dari

mendonorkan darah adalah mendapatkan kesehatan psikologis karena

menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya kepada yang membutuhkan

akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis. Sebuah penelitian

menemukan, orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan

tetap berenergi dan bugar (Gustaman dkk, 2013).

Donor darah juga akan membantu menurunkan resiko terkena serangan

jantung dan masalah jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

11

darah akan mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walaupun masih perlu

penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga berperan

menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol jahat

(LDL) membentuk antikolesterol (plak lemak yang akan menyumbat pembuluh

darah). Menurunnya angka masalah penyakit jantung terutama terlihat pada para

pendonor yang tidak merokok (Dewi Arini, 2018).

2.1.3. Kebutuhan Darah

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 423/Menkes/SK/IV/2007

dalam perkembangan dewasa ini kebutuhan akan pelayanan darah semakin

meningkat khususnya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), penanganan

penyakit degeneratif, cedera akibat kecelakaan, penyakit darah (hemophilia,

thalsemia), memerlukan tranfussi darah untuk tujuan pengobatan dan pemulihan

kesehatan pasien (Kepmenkes 2007).

Jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia telah mencapai sekitar 5,1

juta kantong per tahun atau 2% jumlah penduduk, sedangkan penyediaan darah

dan komponennya saat ini hanya sebanyak 4,6 juta kantong dari 3,05 juta donasi.

Sebanyak 86,20% dari 3,05 juta donasi itu berasal dari donor darah sukarela.

Indonesia masih kekurangan jumlah penyediaan darah secara nasional sekitar 500

ribu kantong (Kemenkes RI, 2016).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

12

2.1.4. Darah

2.1.4.1. Pengertian Darah

Darah merupakan sistem transpor yang berfungsi antara lain membawa zat

makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa produk akhir

metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan yang mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan

mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit, sebagai alat pertahanan

mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh (Handayani et al., 2013).

Gambar 2. 1 Komponen Darah

(Seeley, et al., 2007)

Darah mengandung komponen seluler maupun nonseluler, masing-masing

mempunyai fisiologis yang penting. Darah tersusun dari beberapa komponen yaitu

sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan pelat darah (trombosit)

yang terkandung didalam plasma (Tjay & Rahardja, 2007).

Darah juga melakukan banyak fungsi penting untuk kehidupan dan dapat

mengungkapkan banyak tentang kesehatan tubuh kita. Darah adalah jenis jaringan

ikat, terdiri atas sel-sel (eritrosit, leukosit, dan trombosit) yang terendam pada

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

13

cairan kompleks plasma. Darah membentuk sekitar 8% dari jumlah berat total

tubuh. Pergerakan konstan darah pun ketika mengalir dalam pembuluh darah

menyebabkan unsur-unsur sel tersebar merata di dalam plasma. (Goodenough, J.

McGuire, B. 2012)

2.1.4.2. Komponen Darah

Darah dapat dikatakan sebagai cairan kompleks yang mengandung banyak

substansi di dalamnya dimana secara makroskopis darah terlihat sebagai cairan

yang homogen, merata sedikit kental dan berwarna merah (akibat adanya

erythrocyte). Sedangkan secara mikroskopis darah terdiri dari 2 bagian besar yaitu

bagian cair (plasma darah) (55-60% dari seluruh volume darah) dan bagian padat

(sel atau butir darah) (40-45%) meliputi sel darah merah (erythrocyte), sel darah

putih (leucocyte) dan keping darah (thrombocyte). (Siswanto, 2017).

Gambar 2. 2 Darah yang sudah disentrifugasi

Sumber : (Armaidi, DKK, 2015).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

14

1. Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang

terdapat dalam darah, yang berfungsi sebagai pengangkut atau transportasi

hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru–paru ke jaringan (Guyton,

2007). Sel darah merah merupakan suatu sel yang kompleks, membrannya terdiri

dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel merupakan mekanisme yang

mempertahankan sel selama 120 hari masa hidupnya serta menjaga fungsi

hemoglobin selama masa hidup sel tersebut (Williams, 2007).

Gambar 2. 3 Struktur Eritrosit

(Eva Ayu Maharani, Ganjar Noviar, 2018)

Bentuk sel ini adalah cakram bikonkaf dengan diameter 6-8 μm dan

tebalnya sekitar 2 μm. Eritrosit merupakan sel yang paling kecil jika dibandingkan

dengan sel sel lain dalam tubuh manusia selain trombosit dan juga jumlahnya

paling banyak jika dibandingkan dengan sel darah lainnya (Brecher ME, 2005).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

15

2. Leukosit

Sel darah putih atau leukosit merupakan salah satu bagian dari susunan sel

darah manusia yang memiliki peranan utama dalam hal sistem imunitas atau

membunuh kuman dan bibit penyakit yang ikut masuk ke dalam aliran darah

manusia. Sel darah putih atau yang juga dapat disebut dengan leukosit. Leukosit

dibagi menjadi lima jenis tipe berdasarkan bentuk morfologinya yaitu basofil,

eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit (Gunanti M, Pristita W dan Laksmi S,

2011).

Gambar 2. 4 Jenis-Jenis Leukosit

(Nugraha G, Badrawi I, 2018)

Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.

Granulosit, yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat granula-

granula. Agranulosit, merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai

inti sel satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Leukosit yang termasuk

agranulosit adalah limfosit, dan monosit. Limfosit terdiri dari limfosit B yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

16

membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang membentuk imunitas selular.

Limfosit B memproduksi antibodi jika terdapat antigen, sedangkan limfosit T

langsung berhubungan dengan benda asing untuk difagosit (Tarwoto, 2007).

3. Trombosit

Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti dan

terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 μm, berbentuk

cakram bikonveks dengan volume 5-8 fL. Trombosit setelah keluar dari sumsum

tulang, sekitar 20-30% trombosit mengalami sekuestrasi di limpa (Kosasih, 2008).

Gambar 2. 5 Fisiologis Trombosit Sumber : Sumiyati Sa’adah, 2018

Dalam setiap mililiter darah pada keadaan normal terdapat sekitar 250.000

trombosit (kisaran 150.000 – 350.000/mm³). Trombosit tidak mempunyai inti,

namun terdapat organel dan enzim sitosol untuk menghasilkan energi dan

mensintesis produk sekretorik yang disimpan dalam granul. Trombosit

mengandung aktin dan miosin dalam konsentrasi tinggi sehingga trombosit dapat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

17

berkontraksi. (Sumiyati Sa’adah, 2018). Sel ini memiliki dua fungsi berbeda, yaitu

melindungi integritas endotel pembuluh darah. Interaksi trombosit dengan

pembuluh darah disebut hemostasis primer (Christina D P, Tasrief S, Eko J,

2018).

2.1.4.3. Fungsi Darah

Darah berperan sebagai sistem transpor yang berfungsi sebagai membawa

zat makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa produk akhir

metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan yang mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan

mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit, sebagai alat pertahanan

mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh (Handayani et al., 2013).

2.1.5. Plasma

2.1.5.1. Pengertian Plasma

Yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri dari air (92%), 7%

protein, 1% nutrein, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon- hormon,

faktor pembekuan dan garam-garaman organik. Protein-protein dalam plasma

terdiri dari serum albumin, alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta globulin dan

gamma globulin, fibrinogen, protrombine dan protein esensial untuk koagulasi

(Desmawati, 2013). Plasma juga mengandung sejumlah protein yang berperan

sangat penting untuk menghasilkan tekanan osmotic plasma. Tekanan osmotic

yang ditimbulkan oleh protein disebut tekanan osmotik koloid.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

18

2.1.6. Lipemik

2.1.6.1. Pengertian Lipemik

Plasma / serum lipemik adalah serum yang keruh, putih atau seperti susu

karena hiperlipidemia, penyebab paling umum dari kekeruhan adalah peningkatan

konsentrasi trigliserida. Serum lipemik juga sering diikuti peningkatan kadar

kolesterol. Lipemik disebabkan partikel lipoprotein seperti kilomikron, VLDL

(Very Low Density Lipoprotein), maupun trigliserida (Murray RK, Granner DK,

Rodwell V., 2009).

Lipemik merupakan peningkatan kadar lemak darah untuk sementara.

Serum lipemik yang keruh, putih seperti susu dapat disebabkan karena adanya

kontaminasi bakteri makanan yang baru dikonsumsi, terutama yang mengandung

lemak (WHO,2002).

Gambar 2. 6 Perbedaan Sampel Normal (A) dan Sampel Lipemik (B)

Sumber : Dhurba Giri, 2020

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

19

Kekeruhan yang merata pada serum mengisyaratkan peningkatan

kandungan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Terdapat beberapa jenis

kekeruhan yang dijumpai menurut Sacher dan McPherson (2004) yaitu :

1. Uniform berarti peningkatan VLDL tanpa kilomikron yang signifikan.

2. Krim di atas suatu bahan pemeriksaan yang keruh berarti peningkatan

kilomikron dan VLDL

3. Krim diatas bahan pemeriksaan yang jernih berarti kilomikronemia tanpa

VLDL.

2.1.6.2. Penyebab Lipemik

Sampel lipemik paling sering disebabkan oleh puasa yang tidak sesuai

sebelum pengambilan sampel dan hipertrigliserida (Mainali S, Davis SR and

Krasowski MD., 2017). Hipertrigliserida terdiri atas hipertrigliserida primer dan

sekunder. Hipertrigliseridemia primer disebabkan oleh defek genetik sehingga

metabolisme trigliserida terganggu seperti hiperlipidemia Fredrickson tipe I, IV,

dan V, sedangkan hipertrigliseridemia sekunder disebabkan konsumsi alkohol,

obesitas, sindrom metabolik, diabetes melitus tipe 2, dan obat-obatan (Brahm A,

Hegele RA, 2013).

2.1.6.3. Pengaruh Lipemik Terhadap Pemeriksaan Darah

Sampel lipemik dapat menginterferensi beberapa metode pemeriksaan

melalui tiga cara yaitu pengurangan fraksi aqueos pada sampel, partitioning, dan

gangguan transmisi cahaya, yang kemudian dapat mempengaruhi hasil

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

20

pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium dengan interferensi sampel lipemik

memerlukan interpretasi secara kritis dan tepat sehingga dapat menunjang

diagnosis dan penanganan pasien yang tepat pula (Brahm A, Hegele RA, 2013).

Lipemik juga dapat secara tidak spesifik mengganggu berbagai

immunoassay. Ini dapat terjadi bahkan ketika antibodi terikat pada permukaan

padat. Bergantung pada sifat reaksi, gangguan dapat menyebabkan keduanya,

hasil yang salah atau menurun (Schiettecatte J, Anckaert E, Smitz J., 2012).

Plasma yang diambil dari pasien dengan kadar fibrinogen atau pasien

dengan keadaan disproteinemia dapat menyebabkan pembentukan rouleaux.

Konsentrasi protein yang tidak normal, rasio protein serum yang diubah, atau

adanya berat molekul tinggi dapat menyebabkan agregasi sel darah merah menjadi

tidak spesifik atau yang disebut rouleaux dan menjadi sulit dibedakan dengan

aglutinasi yang asli. Pembentukan rouleaux ini bisa diartikan sebagai penyebab

terjadinya positif palsu (Brecher ME, 2005).

2.1.7. Pemeriksaan Crossmatch

Crossmacth adalah suatu prosedur untuk mereaksisilangkan komponen

darah donor dan pasien. Uji kompatibilitas adalah semua tahapan yang harus

dilakukan sehingga diperoleh darah donor yang benar-benar tepat untuk pasien..

Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa uji kompatibilitas memiliki cakupan

yang jauh lebih luas dan crossmatch merupakan bagian dari uji kompatibilitas

(Mulyantari Kadek, Sutirta Putu Wayan, 2016).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

21

Tujuan utama crossmatch adalah untuk mencegah terjadinya reaksi

transfusi, baik reaksi transfusi yang bersifat mengancam nyawa maupun reaksi

transfusi ringan atau sedang yang dapat mengganggu kenyamanan pasien. Tujuan

yang tidak kalah penting lainnya adalah memaksimalkan masa hidup in vivo sel-

sel darah yang ditransfusikan (Blaney and Howard, 2013).

Prinsip crossmatch ada dua yaitu :

1. Mayor crossmatch merupakan serum pasien direaksikan dengan sel donor,

apabila di dalam serum pasien terdapat antibodi yang melawan terhadap sel

maka dapat merusak sel donor tersebut (Setyati, 2010, Yuan, 2011).

2. Minor crossmatch merupakan serum donor direaksikan dengan sel pasien.

Pemeriksaan antibodi terhadap donor apabila sudah dilakukan maka

pemeriksaan crossmatch minor tidak perlu lagi dilakukan (Setyati, 2010,

Yuan, 2011).

Pemeriksaan ini bisa dilakukan menggunakan metode tabung (metode

konvensional) dan metode gel.

2.1.7.1. Pemeriksaan Crossmatch Metode Tabung

Uji silang serasi (crossmatch) metode tabung konvensional dilakukan dalam

3 fase karena bertujuan mencari antibodi komplit (IgM) atau antibodi inkompit

(IgG) yang mempunyai arti klinis yang dapat menyebabkan uji silang serasi tidak

cocok (inkompatibel). Fase I yaitu fase NaCl Fisiologis 0,85% atau fase suhu

kamar, fase II yaitu inkubasi 37˚C dalam Medium Bovine Albumin dan fase III

yaitu fase AHG. Fase I adalah fase suhu kamar didalam medium NaCl Fisiologis

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

22

0,85% atau NaCl 0,85%. Fase ini akan dapat mendeteksi antibodi komplit yang

bersifat IgM (Cold Antibody) seperti anti-A, anti-B, anti-M, anti-N, anti-Lewis,

anti-P1 dan anti-H.2. Fase II yaitu fase inkubasi 37ºC dalam medium Bovine

albumin. Fase ini akan dapat mendeteksi beberapa antibodi sistem Rhesus seperti

anti-D, anti-E, anti-C dan juga antibodi lainnya seperti anti-Lewis, anti-Kell, anti-

Duffy. Fase III adalah fase Antiglobulin Tes. Semua antibodi inkomplit yang telah

diikat pada sel darah merah (pada fase II) akan beraglutinasi (positip) dengan baik

setelah penambahan Coombs serum (Yuan, 2011).

Prinsip pemeriksaan crossmatch metode tabung adalah sel donor dicampur

dengan serum penerima (mayor crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan

serum donor (minor crossmatch) dalam bovine albumin 20% akan terjadi

aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok.Sel dan

serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan

antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan

bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan

(Setyati,2010).

Bila uji silang serasi mayor dan minor dari fase I sampai fase III dan

validasi tidak menunjukan reaksi hemolisis dan/atau aglutinasi, darah donor

tersebut dinyatakan cocok untuk pasien. Bila ada pada salah satu fase terjadi

reaksi, maka darah tersebut tidak cocok. Bila pada fase I atau fase II terjadi reaksi,

maka fase II (dengan penambahan Bovine Albumin 22%) atau fase III (dicuci 3

kali lalu ditambahkan AHG ) tidak perlu diteruskan (Widjaya, 2008).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

23

2.1.7.2. Pemeriksaan Crossmatch Metode Gel

Yves Lampiere dari Perancis menemukan metode gel dan

mengembangkan metode gel di Switzerland pada akhir 1985 sebagai metode

standar sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat dibaca dengan

mudah. Metode gel pertama kali digunakan untuk pemeriksaan rutin pada tahun

1988, saat ini telah digunakan lebih dari 80 negara termasuk Indonesia (Setyati,

2010).

Metode gel test memiliki banyak kelebihan dibandingkan metode tabung.

Selain menghemat waktu pemeriksaan, prosedur tes juga lebih sederhana dan

pembacaan hasil lebih mudah dilakukan. Tidak ada proses pencucian dan

penambahan CCC. (Mulyantari Kadek, Sutirta Putu Wayan, 2016).

Prinsip pemeriksaan crossmatch metode gel ini adalah sejumlah volume

suspensi sel darah merah dan serum atau plasma dari donor dan pasien

dimasukkan ke dalam microtube diikuti oleh proses inkubasi dan sentrifugasi.

Tahap inkubasi akan memberi kesempatan antigen pada permukaan sel darah

merah berikatan dengan antibodi pada serum atau plasma sehingga membentuk

aglutinasi. Pada tahap sentrifugasi, sel yang beraglutinasi kuat akan tertangkap

pada bagian atas matrik gel sedangkan sel yang beraglutinasi lemah akan pindah

ke bagian bawah matrik gel. Bila aglutinasi tidak terjadi maka semua sel akan

mengendap ke bagian bawah matrik gel (McCullough, 2017; Walker and

Harmening, 2012 ).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

24

2.1.7.3. Pengaruh Lipemik Terhadap Pemeriksaan Darah

Sampel lipemik dapat menginterferensi beberapa metode pemeriksaan

melalui tiga cara yaitu pengurangan fraksi aqueos pada sampel, partitioning, dan

gangguan transmisi cahaya, yang kemudian dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium dengan interferensi sampel lipemik

memerlukan interpretasi secara kritis dan tepat sehingga dapat menunjang

diagnosis dan penanganan pasien yang tepat pula (Brahm A, Hegele RA, 2013).

Lipemik juga dapat secara tidak spesifik mengganggu berbagai

immunoassay. Ini dapat terjadi bahkan ketika antibodi terikat pada permukaan

padat. Bergantung pada sifat reaksi, gangguan dapat menyebabkan keduanya,

hasil yang salah atau menurun (Schiettecatte J, Anckaert E, Smitz J., 2012).

Plasma yang diambil dari pasien dengan kadar fibrinogen atau pasien

dengan keadaan disproteinemia dapat menyebabkan pembentukan rouleaux.

Konsentrasi protein yang tidak normal, rasio protein serum yang diubah, atau

adanya berat molekul tinggi dapat menyebabkan agregasi sel darah merah menjadi

tidak spesifik atau yang disebut rouleaux dan menjadi sulit dibedakan dengan

aglutinasi yang asli. Pembentukan rouleaux ini bisa diartikan sebagai penyebab

terjadinya positif palsu (Brecher ME, 2005).

2.1.7.4. Permasalahan dalam Pemeriksaan Crossmatch

Permasalahan yang terjadi dalam pemeriksaan crossmatch, antara lain

kesalahan administrasi dan pengambilan sampel pasien, meliputi salah dalam

pelabelan, salah mengambil sampel, sampel bermasalah. Reagen atau alat yang

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

25

bermasalah. Prosedur pemeriksaan yang salah. Pasien/donor memiliki antibodi

tertentu atau permasalahan lain dalam darah pasien atau donor (Ritchie, 2014).

Pemeriksaan crossmatch juga dapat memberikan hasil positif (inkompatibel)

selain oleh karena adanya antibodi inkomplit juga dapat terjadi karena adanya

autoantibodi dalam serum pasien, dan adanya antibodi yang tidak termasuk ke

dalam sistem golongan darah (Rosita, 2009).

2.1.7.5. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Crossmatch

Tabel 2. 1 Interpretasi Hasil Crossmatch

Sumber : Permenkes No. 91 Tahun 2015

Pada tabel 2.1 interpretasi hasil pemeriksaan crossmatch, Apabila hasil

Crossmatch Mayor, Minor dan Auto Kontrol = negatif artinya apabila darah

pasien kompatibel dengan darah donor maka darah boleh didonorkan.

Apabila crossmatch Mayor = positif, Minor = negatif, dan Auto Kontrol =

negatif maka darah donor harus diperiksa kembali golongan darah pasien apakah

No. MAYOR MINOR AC/DCT Kesimpulan

1 - - - Kompatibel, boleh ditransfusikan

2 + - - Inkompatibel, darah tidak dapat

ditransfusikan kecuali atas

pertimbangan klinis khusus

3 - + - Inkompatibel, darah boleh

ditransfusikan tapi hanya Packed Red

Cell saja

4 - + + Inkompatibel, darah boleh

ditransfusikan bila derajat aglutinasi

crossmatch minor lebih kecil dari Auto

Control/DCT.

5 + + + Inkompatibel, darah tidak boleh

ditransfusikan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

26

sudah sama dengan donor atau belum, apabila golongan darah sudah sama,

artinya ada irregular antibodi pada serum pasien. Ganti darah donor, lakukan

crossmatch lagi sampai didapat hasil crossmatch negatif pada mayor dan minor.

Apabila tidak ditemukan hasil crossmatch yang kompatibel meskipun darah donor

telah diganti maka harus dilakukan screening dan identifikasi antibodi pada serum

pasien, dalam hal ini sampel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat.

Crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, Auto Kontrol = Negatif,

artinya ada irregular antibodi pada serum / plasma donor. Solusinya yaitu ganti

dengan darah donor yang lain dan ulang kembali pemeriksaan crossmatch.

Bila hasil crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, Auto Kontrol =

Positif, lakukan Direct Coombs Test pada OS. Apabila DCT = positif, hasil positif

pada crossmatch minor dan Auto Kontrol berasal dari autoantibodi. Apabila

derajat positif pada Minor sama atau lebih kecil dibandingkan derajat positif pada

Auto Kontrol / DCT, darah boleh dikeluarkan. Apabila derajat positif pada

Minor lebih besar dibandingkan derajat positif pada Auto Kontrol / DCT, darah

tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai

ditemukan positif pada Minor sama atau lebih kecil dibanding Auto Kontrol /

DCT .

Dan apabila hasil crossmatch menunjukan hasil Mayor, Minor, Auto

Kontrol = positif, periksa ulang golongan darah pasien maupun donor, baik

dengan cell grouping maupun back typing, pastikan tidak ada kesalahan golongan

darah. Lakukan DCT pada pasien, apabila positif, bandingkan derajat positif DCT

dengan Minor, apabila derajat positif Minor sama atau lebih rendah dari DCT,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

27

maka positif pada Minor dapat diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari

autoantibodi. Sedangkan positif pada Mayor, disebabkan adanya Irregular

Antibodi pada serum pasien, ganti dengan darah donor baru sampai ditemukan

hasil Mayor negatif (Syafitri, 2014).

2.2. Kerangka Konsep

Gambar 2. 7 Kerangka Konsep

2.3. Hipotesis

Terdapat pengaruh spesimen darah lipemik terhadap hasil pemeriksaan

crossmatch metode tabung.

Sampel Donor Lipemik

Hasil Pemeriksaan

Crossmatch Metode

Tabung

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepo.poltekkesbandung.ac.id/1509/3/BAB II (1).pdf · 2020. 9. 13. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Transfusi Darah Transfusi darah adalah

28

2.4. Definisi Operasional

Tabel 2. 2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Sampel

darah

Lipemik

Sampel lipemik

adalah serum yang

berwarna putih

keruh yang

disebabkan oleh

adanya partikel

besar lipoprotein

seperti trigliserida

(Ghaedi & Joe,

2016).

Visual Indera

penglihatan

Lipemik : Plasma

berwarna putih susu

Normal : Plasma jernih

Ordinal

Pemerik-

saan

cross-

match metode

tabung

Proses mereaksi-

kan darah donor

dengan darah

pasien secara in vitro yang diperiksa

dengan metode

tabung

Metode

Tabung

-Makroksopis

-Mikroskopis

a. Makroskopis

1. Negatif (-): Suspensi

homogen

2. Positif 1 (1+) : Gumpalan banyak

dan halus, cairan

keruh tampak

berwarna kemerahan.

3. Positif 2 (2+) :

Gumpalan lebih

banyak dan kasar,

cairan agak keruh

4. Positif 3 (3+) :

beberapa gumpalan

besar, cairan jernih 5. Positif 4 (4+) :

Gumpalan besar,

cairan jernih.

6. Kompatibel (-) :

darah pasien dengan

donor cocok dan

dapat ditransfusikan

7. Inkompatibel (+) :

darah pasien dengan

donor tidak cocok

dan tidak dapat

ditransfusikan

b. Mikroskopis 1. Aglutinasi Positif :

Terbentuk Rouleaux

2. Aglutinasi Negatif :

eritrosit terpisah /

tidak terbentuk

Rouleaux

Rasio