fisika dasar 1
DESCRIPTION
konsep fisika dasar 1TRANSCRIPT
FISIKA DASAR 1
“Science without religion is blind. Religion without science is lame”
Albert Einstein
Dalam kuliah pertamaku, aku diampu oleh seorang Professor dalam bidang zat padat
bernama Kamsul Abraha. Dan apa yang kutulis disini sebagian besar adalah kuliah beliau dengan
tambahan sendiri dariku.
“Semua hukum fisika adalah sebuah hubungan antara beberapa besaran fisika. Begitu
beliau berkata. Seperti halnya hukum Newton yang menghubungkan besaran massa dan besaran
percepatan sehingga menghasilkan besaran gaya”
Papan tulis mulai penuh dengan tulisan-tulisan beliau. Diruang kuliahku ini terdapat
empat papan tulis dengan masing-masing berukuran 1,5 x 4 meter. Tulisan yang ada pada
paapntulis itu aku terjemahkan menjadi sebuah tulisan di catatanku yang kurang lebih seperti ini.
“Fisika mempunyai paling tidak empat asas. Yang pertama adalah asas kuantitatif, bahwa
semua yang berhubungan dengan fisika itu adalah hal-hal yang terukur”
Aku teringat pada sebuah statmen yang keluar dari mulut Einstein. Bahwa sesuatu yang
terukur belum tentu dapat dihitung dan sesuatu yang da[at dihitung belum tentu terukur. Aku
sendiri masih bingung dengan statmen ini.
“Yang kedua adalah asas indeterminisme atau asas kesangsian. Bahwa dalam fisika
semua nilai yang didapat baik dari perhitungan maupun dari pengukuran di lab memberikan
sebuah nilai sangsi. Misalnya saja untuk mengukur panjang sebuah bolpoin, saat pertama
mengukur dengan mistar kita dapatkan nilai 20.4 cm. kemudian kita mengukur dengan jangka
sorong nilainya 20.38 cm. dan apabila kita mengulangi pengukuran dengan jangka sorong lagi,
kemungkinan besar akan menghsilkan nilai yang beda lagi. Lalu pertanyaannya apakah panjang
bolpoin ini berubah-ubah? Tentu bukan panjang bolpoin yang beruabah, tapi memang itulah
kenyataan pada fisika, setiap pengukuran tidak mungkin menghasilkan nilai yang pasti.
Kemudian asas ini menelurkan teori ralat dalam fisika”
Begitulah keterangan yang kudapatkan dari beliau. Professor ini terus saja bicara seolah
tiada habisnya bahan pembiccaraanya. Kadang beliau menyisipkan joke-joke yang menyegarkan
suasana. Aku masih sibuk mencatat. Kadang berhenti untukmendengarkan ceramah beliau.
Suasana kelas terasa hening hanya suara Profesor yang menggema dalam ruangan itu. Kulihat
teman-temanku juga melakukan hal yang sama denganku. Mereka terhanyut dalam suasana
fisika ini. baru pertama kali ini sejak aku mulai menyukai fisika, merasakan suasana yang serba
fisika, seorang professor fisika yang tidak remeh pengetahuan fisikanya sedang menjelaskan
keindahan fisika. Dengan sisi yang kadang mengejutkanku.
“Yang ketiga adalah”, beliau mengeraskan suaranya. “Asas probabilistic. Benar asas ini
adalah tentang kemungkinan. Ini berbeda dengan possibility”.
“Apa bedanya?”,pikirku.
“Probability adalah kemungkinan yang mempunyai prosentase kebenaran, artinya
mempunyai nilai harap atau expectation value”. Beliau tersenyum, kemudian melanjutkan, “
Tapi possibility adalah kemungkinan yang hanya mempunyai kemunkinan ya dan kemungkinan
tidak. Jadi prosentase kebenarannya pasti 50%. Kalau probability kita mempunyai nilai harap
yang lebih besar daripada 50%”.
“bisa dimengerti”, ujar beliau.
Semua mahasiswa di ruangan itu mengangguk dan ada sebagian yang tidak
mengnggukkan kepala. Termasuk aku masih mengagumi istilah sering aku dengar dulu waktu
SMA, probabilitas, dan aku baru mengetahuinya sekarang.
“Itulah istilah dalam fisika. Istilahnya dibikin se-spesifik mungkin agar tidak terjadi
kerancuan di dalamnya”.
Pikiranku mengembara ke masa dulu waktu masih duduk dibangku SMA. Aku tidak
sejelas ini mengetahui istilah-istilah dalam fisika. Waktu itu memang aku sudah menyukai hal-
hal yang berhubungan dengan fisika. Bersama seorang temanku, kita sering berdiskusi tentang
fisika. Tak jarang mendiskusikan hal-hal yang sebenarnya belum kita fahami sepenuhnya
misalnya tentang teori bigbang, nukir, kecanggihan komputer. Namun hal itu menjadikan pemicu
bagi kami untuk terus mempelajari fisika. Walupun pada waktu itu kami mempelajarinya lebih
sering dengan cara menghafalkan rumus-rumus. Semangat inilah yang menjadikan kami
semangat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Nanti aku ceritakan tentang masa itu
teman.
Kulihat sang professor duduk dibalik mejanya terdiam. Dan inilah salah satu sikap unik
yang dimiliki oleh professor zat padat ini. Duduk diam, kemudian memandangi kami para
mahasiswa yang masih tenggelam dengan kuliahnya. Ada yang manggut-manggut ada yang diam
tanpa ekspresi ada yang ekspresi pasrah dengan ketidak pahamannya. Disaat itulah sang
professor mulai angkat bicara tapi bukan soal fisika. Soal apa saja yang terlintas dalam
benaknya. Bisa soal pemerintahan Indonesia, pemberitaan yang sedang gencar di media massa,
sampai tentang artis artis yang terlibat skandal juga diperbincangkan. Tujuannya tak lain dan tak
bukan untuk sekedar intermesso. Kadang beliau malah curhat tentang kehidupan beliau. Seperti
saat ini, tiba-tiba saja beliau berujar tentang riwayat pendidikan beliau. Yang aku tuliskan
dengan bahasaku sendiri. Kira-kira jadinya seperti ini.
“Belajar itu memang harus dimulai dengan rasa keingintahuan. Sehingga akan
memunculkan sikap menyukai apa yang akan dipelajari. Seperti halnya mempelajari fisika,
kalian harus menyukai terlebih dahulu fisika. Salah satu cara ya itu tadi, paling tidak kalian
mempunyai rasa ingin tahu. Kalau saya dulu kan kebetulan guru fisika pas SMP tu cantik. Jadi
belajar fisikanya semangat.”
“ha…ha..”, sontak terdengar suara riuh mahasiswa. Setelah beberapa menit jenuh
mendengarkanceramah fisika. Akhirnya kami mendapatkan tawa segar. Paling tidak ini
mengurangi penat an dapat mengusir kantuk. Sekaligus kami menyadari bahwa professor kami
yang sedang memberikan kuliah ini dulunya, menggebu dalam mempelajari fisika hanya karena
guru SMP nya cantik. Dan tentu tidak terjadi padaku karena memang dari SMP sampai SMA,
aku hanya mengenal Pak guru, Tidak ada Bu guru. Kok bisa? Nanti aku ceritakan kawan.
“Jadi dari situ saya mempunayi motifasi belajr fisika. Apalagi waktu SMA saya
dipertemukan dengan seorang guru yang luar biasa pengetahuannya di bidang fisika. Beliau
adalah seorang doctor fisika. Dan tentu dengan sejuta talenta yang dimilikinya. Beliu menguasai
4 bahasa”.
Aku lupa apa saja bahas itu. Jadi tak kutulis bahasa apa saja itu.
“Dari beliau lah saya mulai benar-benar kesengsem sama fisika karena penuturan sang
guru yang fasih dan filosofis tentang fisika”, lanjut professor kamsul. “Apalagi saat itu saya juga
menyukai matematika. Jadi terasa menyenangkan belajar fisika dan kian menyenagkan. Sering
sang guru memberikan cerita-cerita sang peraih nobel fisika. Seprti peraih nobel fisika dari
jepang. Yang awalnya disangsikan banyak orang untuk belajar fisika. Si peraih nobel tersebut
bahkan pada waktu akan memasuki jurusan ilmu fisika, disangsikan oleh guru SMA nya sendiri,
mungkinkarena kebebelannya saat SMA. Dan siapa angka dari kesangsian gurunya itu
membuahkan semangat yang tiada tara memicu belajarnya. Yang akhirnya menghantarkannya
pada peraihan nobel”.
Kami semua diam tercengang mendengarkan cerita beliau, terutama tentang sang peraih
nobel tersebut.
Professor itu masih melajutkan kisahnya. Dan terus berbicara seakan tiada ujungnya
cerita yang dimilikinya.
“Kemudian saya melanjutkan kuliah di Yogyakarta di universitas gadjah mada. Dan tidak
usah ditanya saya mengambil jurusan apa? Dan fisika menjadi pilihan nomor satu saat pengisian
formulir ujian”.
“Grrrrrr….grrr”, kembali terdengar riuh suara mahasiswa. Entah kagum entah meledek
entah hanya pengen tertawa, hanya mereka yang tahu. Dan aku sendiri tertawa, dengan
terjemahan “ ceileh…”.
Sang professor melanjutkan kembali kenangannya.
“Dulunya UGM disegani oleh jurusan fisika di universitas lain. Karena disini ada dua
orang professor kesohor namanya. Adalah Prof.Muslim dengan kepiawaian matematisnya sering
membuai mahasiswa yang tidak paham menuju kantuk yang luar biasa yang menyebabkan
mereka tertidur. Tapi bagi mahasiswa yang bisa mengikuti….seperti saya, ya akan jadi orang “.
“Grrr..grrr”, kembali terdengar suara-suara mahasiswa. Yang kali ini terjemahan grrrr-
nya sepakat yaitu “ ceileh…plis deh”.
Prof. kamsul pun tertawa.
“Tetapi beliau prof Muslim sangat disegani para fisikawan Indonesia semasanya
dikarenakan analitik matematis beliau yang memang hebat. Tak pernah papan tulis kosong
barang sejengkalpun dari ‘angka-angka’ beliau. Ini tentu menimbulkan seni tersendiri dalam
kancah per-fisika-an di Indonesia”.
Beliau berhenti sejenak, kemudian meneruskan.
“Dan yang satunya seoarang professor yang tak kalah nyentriknya dengan professor
Muslim. Namun mempunyai karakteristik mengajar yang sama sekali berbeda dengan professor
Muslim. Beliau adalah Profesor Ahmad Baiquni”.
Aku tersentak mendengar nama tersebut. Aku pernah mendengar nama itu, tapi aku lupa
kapan dan dimana.aku mencoba mengingat-ingat. Sejenak, aku sadar bahwa prof Baiquni pernah
menulis buku fisika modern dan aku pernah membacanya di perpus sekolah dulu.
“prof Baiquni bisa menerangkan fisika tanpa menuliskan sepatah pun angka di papan
tulis. Penjelasan yang easy listening easy understanding alih-alih rumus matematk yang luar
biasa rumitnya. Beliau adalah direktur BATAN Yogayakarta. Dan beliau adalah professor nuklir
pertama di Indonesia. Sepak terjang beliau di dunia fisika Indonesia sangat banyak diantarnya
beliau pelopor fisika teori di bidang nuklir”.
Dan benar saja , buku prof Baiquni yang kubaca enak dibaca. Dan kupilih untuk kubaca
karena matematiknya sedikit.
“Oke..kita kembali ke topik awal, sampai mana tadi kita?”
‘Sampai mana tadi kita’ nantinya akan menjadi kata yang sering terlontar dari prof
kamsul. Karena sering dang lumayan panjang intermessonya. Kemudian kita, para mahasiswa,
akan kelabakan mebuka catatan dan menjawab sahut-sahutan,”Sampai asas dalam fisika yang ke-
tiga, Prof”.
“Jadi sekarang adalah asas yang ke-empat adalah asas social relation atau asas
kerukunan”
Apalagi ini, aku bener-bener ga paham untuk statmen yang ini. Dimana nyambungnya
fisika ama kerukunan. Atau mungkin hanya kalimat-kalimat yang dipaksakan sehingga
menimbulkan kesehubungan. Ah, daripada bermain dengan alam pikiran sendiri lebih baik,
mendengarkan ceramah dari sang professor yang aku tuliskan sebagai berikut.
“Kata kerukunan ini hanyalah sebuaah analogi. Maksud dari asas ini adalah adanya
compactible antara hukuum-hukum yang ada dalam kancah per-fisika-an. Asas ini nantinya yang
akan meng-anak-kan tentang masalah dimensi besaran dalam fisika”.
Sang batara guru yang satu ini menghirup nafas sejenak. Dan kami pun melakukan hal
yang sama. Hanya saja kalau sang professor melakukan hal itu untuk menenangkan fikirannya
agar dapat menyusun kalimat yang mudah kami terima. Sebaliknya, kami menghirup nafas
dalam- dalam adalah semata ingin menghembuskan penat yang ada dalam tempurung kepala
bersama berhembusnya gas karbon dioksida yang keluar dari lubang hidung kami. Dan kayaknya
asas yang satu ini bakal rumit. Palling tidak itu yang sedang terlintas pada pikiranku waktu itu.
Aku tak tahu bagaimana dengan teman-temanku yang lain. Kulihat ada yang dengan serius
menyimak ceramah ini.
Ada seorang yang kulihat, dia santai saja mendengarkan tanpa menulis, bahkan tidak ada
buku catetan di hadapannya. Aku pernah dengar, bahwa orang yang diberi kepandaian lebih
biasanya sering melakukan hal yang serupa, santai pembawaannya namun kena ilmunya. Aku tak
tahu, mungkin nanti akan saya ajak kenalan dia. Dan dia seorang cewek.
“Kuharap kalian sudah paham tentang dimensi besaran “.
Dan semua mahasiswa menganggukkan kepala. Dan kukira mereka pasti pernah
mengenal kata dimensi yang dimaksud oleh prof kamsul. Karena hal ini pasti disinggung pada
waktu SMA. Menurut pemahaman yang kudapat dari sekolah dulu, dimensi adalah huruf yang
disepakati oleh fisikawan untuk lambangan besaran missal untuk massa dimensinya adalah M.
“Oke saya akan gunakan contoh lain. Misalnya besaran gaya yang mempunyai satuan
kilogram meter per second kwadrat (kg m/s2). Apabila kita mencarinya dengan pendekatan
massa da percepatan kita akan mendapatkan satuan tersebut. Jika kita gunakan pendekatan
momentum benda yang berubah terhadap waktu juga akanmenghasilkan satuan serupa. Dengan
kata lain kalian bisa mengukur gaya dengan cara mengalikan massa benda yang bergerak dengan
percepatan geraknya. Massa mempunyai satuan kg, sedang percepatan benda punya satuan m/s2.
Jika dikalikan akan menjadi kg m/s2. Bagaimana dengan perubahan momentum terhadap waktu,
sama artinya momentum dibagi setiap baerjalannya waktu. Satuan momentum adalah kg m/s dan
waktu memiliki satuan s. coba kalian bagikan maka akan menghasilkan kg m/s2 juga. Inilah yang
dinamakan compactable. Mengukur gaya benda yang bergerak, kalian boleh menggunakan cara
manapun. Namun hasilnya akan bersesuaian”.
Udara di ruangan semakin panas, hanya ada dua kipas angin kecil yang berputar di
pojokan. Angin kipas angin itu takmampu mengusir gerah yang kami tak tertangguhkan ini.
Sedang aku sedang asyik mengikuti ceramah dari sang suhu gaek ini. Bagiku bahasanya terlalu
rumit. Mengapa tidak dikatakan bahwa fisika itu adalah hasil kesepakatan misalnya sudah
kesepakatan fisikawan sepakat bahwa sehari ada 24 jam. Toh ini juga didapatkan dari
pengukuran fisika, dan cocok di belahan bumi manapun. Compactable kan? Ini hanya
pendapatku.
****
Kepalaku masih berpusing-pusing setelah mendengarkan ceramah prof kamsul. Namun
aku cukup puas dengan penjelasan beliau.
Mulai jam tujuh aku mengikuti kuliah fisika dasar ini. Dua jam telah berlalu. Tentuya
dalam waktu itu banyak hal yang disampaikan oleh beliau. Mungkin karena kemampuan yang
terbatas, maka aku hanya menuliskan apa yang dapat kuingat saja.
Aku ingin menceritakan dua temanku yang tinggal bersamaku.
Siang itu setelah mengikuti kuliah. Aku keluar kampus dengan menaiki sepeda. Kalau
engkau tahu kawan, kampusku bukanlah kampus yang bisa dikatakan jelek. Cukup lah untuk
dikatakan membanggakan.
Kukayuh sepedaku, melewati gerbang kampus. Menyusuri jalanan trotoar yana berdebu.
Jalan raya ini begitu ramai. Kendaraan lalu lalang. Gas karbonmonoksida menarii-nari di udara,
mengepul dari kenalpot, mengumpul hitam pekat sjenak, kemudian memudar ke udara sekitar.
Terpaksa kututup mulut dan hidungku. Pemandangan ini terus menghiasi kota yang kata orang
adalah kota seni ini.
Setelah menuju arah barat dari kampusku, kubelokkan sepedaku kearah timur danitu
harus menyebrangi jalan raya yang sangat padat ini. setelah menyebrang, kutelusuri jalanan
beraspal, sepi jika dinandingkan dengan jalanan raya tadi. Kulihat hanya beberapa motor yang
lewat, serta sepeda. Bahkan kulihat beberapa orang berjalan kaki. Ini jalanan universitas. Dan
sekarang memang ditutup untuk umum. Dulu memang jalanan ini diperuntukkan untuk umum.
Mungkin pihak universitas tidak menginginkan kepadatan di sekitar kampus,makanya jalnan ini
ditutup.
Jalan tadi berbelk ke kiri kemudian ke kanan, terus melewati masjid kampus, mengitari
masjid itu. Kemudian tembus lagi ke jalan raya. Kukayuhkan sepeda menysuri jalanan tadi. Dan
di seberang itu aku tinggal bersama kedua temanku.
Adalah Salam. Temanku sejak SMP yang mengajakku tinggal di sini, setlah aku tiba di
jogja. Sebelumnyaaku tinggal di tempat pak de ku.
Anak ini luar biasa,teman. Pekerja keras yang selalu ceria, penuh tawa. Lahir di sebuah
desa yang bisa dikatakan terpencil di kota rembang, mengais dan menggali ilmu melintasi kota
demi kota. Dari rmbang dia melompat ke kota pati, daerahku untuk menuntut ilmu. Dia sat SMP
denganku. Dia tidak meminta uang sekolah kepada orang tuanya. Dengan usahanya sendiri, ia
membiayai sekolah.
Di jogja, ia pun bertekad untuk melanjutkan kuliahnya dengan usaha nya sendiri. Di sini
ia bekerja sambilan menjaga konter handpone. Ada cerita unik yang akan ia sampaikan, dan
butuh berlampir-lampir untuk menuliskannya. Maka akan kutulis di bagia tersendiri.
Kusandarkan sepaedaku pada sebuah tiang di parkiran masjid. Ya, inilah tempat kami,
sebuah mesjid yang di diami oleh kedua temanku tersebut . dan aku, diajak oleh salam untuk
tinggal bersamanya.
Temanku yang satunya adalah Nain. Dan kami bertiga berasal dari sekolah yang sama.
Dia anak kedua dari empat bersaudara. Dengan semangat yang sama dengan Salam ia
melanjutkan menuntut ilmu di kota orang ini. ia tak peduli bagaimana cara membiayai, dia hanya
peduli bahwa ia harus melanjutkan kuliah. Dan salah satu pendorong semangatnya adalah tak
lain dari kaakknyaa yang sekarang kuliah di mesir. Nain ingin mendalami ilmu timur tengah dan
ilmu keislaman.
Aku, berjalan menuju kamar yang memang disediakan oleh pengelola mesjid. Keletakkan
tas kudan kemudian membasuh kaki. Masuk mesjid. Aku tertidur.
***** *********
Bab ii
Filsafat fisika
Dr Arif hermnto . SU. Itu nama lengkap beliau. Pak Arif, begitu para mahasiswa memanggilnya.
Kami –mahasiswa- masih menunggu kedatangan beliau. Satu minggu yang lalu beliau tidak
hadir dalam perkuliahan. Yang kudengar beliau lagi sibuk dengan proyek penelitian. Cerita itu
kudapat dari seorang temanku. Yang ceritanya kurang lebih seperti yang kutulis ini.
Beliau adalah ketua prodi kami, beliau yang bertanggung jawab dengankelancaran dan
kurikulum prodi kami. Adalah beliau lulusan sarjana dari universitas yang sekarang ku tempati.
Beliau mengaku bahwa beliau menyukai matematika, namun matematika terapan. Maka dari itu
beliau memilih fisika tempat beliau meneruskan pendalaman ilmu pengetahuannya. Beliau
mengaku bahwa ilmu fisika mampu membawanya kepada keimanan yang kuat terhadap sang
pencipta. Tentang keteraturan alam, tentang keseimbangan alam dan bagaimana dinamika
partikel penyusun semesta yang berjalan kompleks. Yang aku sendiri belum mampu
mendalaminya.
Dan fisika teori menjadi pelabuhan hatinya. Berteori membuat beliau mampu
menelurkan filosofi-filosofi dari hukum-hukum fisika yang kebanyakan orang hanya
mengenalnya sebagai rumus angka-angka yang memuyengkan jika dilihat.
Akhir-akhir ini beliau sibuk menjalankan riset dan sibuk mengurusi adminstrasi prodi.
Beliau ahli dalam teori relativitas. Dan tidak smbarang orang mampu menguasai ilmu ini.
menurut pengakuan teman-temanku, memang mudah mengartikan kata relativitas secara leterleg,
namun sulit menangkkap apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh eistein tentang kata ini.
semakin membuatku penasaran. Dan oleh karena itu kutunggu kedatangan doctor ini.
Kami menunggu kedatangan beliau dengan duduk-duduk di kursi depan kelas kuliah.
“Hey, ntar ada kuliah lagi?”, Tanya seorang teman yang duduk di sebelahku.
Aku menoleh ke arah sumber suara, yang dating dari arah kananku. Dia temanku, laki-
laki dengan wajah bulat. Kujawab, “iya, ntar ada kuliah kalkulus jam satu siang. Kamu dah
ngerjain tugas yang kemarin”.
“belum”.
Belum sempat kita bercakap-cakap lebih lama sang doctor telah memasuki ruangan.dan
kami mengikuti langkah beliau memasuki kelas. Dudukk di tempat sebarang.
Dan seperti yang telah kuduga. Pertama beliau mengucapkan permintaan maaaf atas
ketidakhadirn beliau saat kuliah minggu depan.Dengan menjelaskan alasan mengapa beliau
tidak memberikan kuliah. benar saja apa yang dikatakan oleh tmanku tempo dulu, kalau beliau
sedang melakukan riset bersama timnya.
Setelah itu, beliau memberikan pangntar untuk kuliah kali ini.
“timbulnya ilmu pengetahuan pada manusia itu adalah karena manusia mempunyai rasa
ke-ingin tahu-an yang tinggi terhadap segala sesuatu yang dilihatnya. Dari rasa ini manusia mulai
berpikir. Proses berpikir inilah yang dinamakan berfilsafat. Ada yang bilang bahwa filsafat
adalah induk dari ilmu pengetahuan. Karena hasil dari proses berpikir ini adalah berupa gagasan
yang nantinya membuahkan pemikiran yang lain. Pemikiran lain ini mungkin bisa berupa ilmu
biologi, kedokteran dan lain-lain”
Semua hadirin yang ada dalam ruangan itu mulai hanyut dalam suasana yang dibangun
oleh doctor kawakan ini. aku pun tak mau ketinggalan petuah-petuah yang akan disampaikan
oleh pak Arif. Kukeluarkan alat tulisku untuk menampung aliran arus filsafat yang dibawanya.
Dari kemarin aku penasaran dengan kuliah ini. mungkin dari judul matakuliahnya yang lumayan
unik. Filsafat fisika. Kukira fisika dipandang dari segi filsafat. Ini menurutku. Tapi aku akan
menuliskan apa yang disampaikan oleh sang doctor. Biar kalian bisa menilainya sendiri, teman.
Inilah jadinya tulisan itu.
“Kuliah ini, akan mengajarkan bagaimana seharusnya seorang fisikawa berfikir. Sudah
sejak awal ditemukannya ilmu fisika, seorang fisikawan mengatur pemikiran atau mindset nya
dengan lima tahap. Dimana tahap pertama, pemikiran seseorang belum bisa diterima. Menginjak
tahap kedua baru bisa dipercaya. Begitu seterusnya sampai tahap yang bisa diterima secara
umum”
Sang doctor berhenti sejenak menuliskan sesuatu di paapn tulis. Tulisan itu adalah urutan
tahap tersebut. Pertama hipotesis. Kemudian eksperimen, teori, hukum. Dan yang tertinggi
adalah asas. Kemudian melingkari tulisan hipotesis.
“setiap orang berhak berhipotesis, tetapi pada akhirnya tidak semua mampu berteori.
Artinya tidak semua hipotesis dapat dibuktikan. Kadang harus kandas di tangan eksperimen
sebelum jadi sebuah teori”
“namun berhipotesis pun tidak mudah. Hanya bagi manusia yang mempunyai jiwa ingin
tahu yang kuat yang mampu berhipotesis. Dan bisa membawa mereka pada teori. Seperti
Einstein yang pada awal menemukan tori kondangnya, bernama relativitas. Ia kagum pada
kecepatan cahaya. Dari situ ia membayangkan bagaimana jika ia mengendarai sebuah sepeda di
atas cahaya. Dengan sepeda menpunyai kelajuan sendiri berjalan diatas cahaya yang
berkecepetan tinggi. Pasti akan lebih cepat, tetapi bukankah di atas cahayapun kecepatan cahaya
tetap segitu. Lebih cepat jika dilihat dari tempat yang diam. Ia berpikir bagaiman proses ini
terjadi. Dia berhipotesis ini adalah relativitas. Lalu ia melakukan penguatan atas hipotesis ini.
berjalan dengan berjalanannya waktu. Hipotesis bissa berubah menjadi teori yang mampu
diterima oleh kalayak ramai”
Tanpa jeda beliaupun melanjutkan
“bukan tanpa usaha Einstein memperahankan hipotesis. Dikisahkan bawa ia sampai
berkali-kali menulis paper, kemudian direvisi-revisi lagi dan lagi. Hamper selama sepuluh tahun
ia berkutat dengan teori itu. Akhirny ia bekerja sama denganahli matematika dari jerman
bernama Hilbert. Reputasi Hilbert yang memang sudah diakui public sebagai Begawan
matematika. Tak lebih dari empat bulan. Einstein mempublikasikan pepernya yang berisi rumus
terkenal itu”
Aku masih menikmati arus keterangan ini. hanyut dan tenggelam dalam pusaran
ceritanya.
“Dari cerita itu ada yang bilang bahwa rumus fenomenal itu temuan Hilbert. Dan ada
juga yang mengusulkan bahwa itu temuan mereka berdua”
“Ada pernyatan yang membuat orng berpandangan bahwa rumus itu milik Hilbert.
Hilbert pernah berkata bahwa Einstein adalah seorang fisikawan yang tidak terlalu pandai dalam
bidang matematika. Ini disampaikan setelah Hilbert mengenal Einstein. Namun perlu di catat
bahwa walaupun begitu Einstein tetap memiliki kemampuan matematika di atas rata-rata kita.
Namun Hilbert menegaskan lagi bahwa pernyataan itu diiringi dengan pernyataan lainnya,
bahwa Einstein adalh orang yang memeiliki intuisi fisika yang lebih disbanding siapapun.
Pernyataan yang terakhir ini yang menguatkan bahwa rumus fenomenal itu milik Einstein.
Karena ia penggagas tunggal tentang teorinya”
Aku hanya melongok di tempat dudukku. Dan terperangah mendengarkan cerita tersebut.
Aku baru tahu hal yang seperti itu terjadi. Pengetahuan doctor di depanku ini sungguh luas. Ada
terbesit niatan untuk menggali lebih jauh tentang cerita ini. aku penasaran buku mana yang
menerangkan cerita seperti itu. Aku masih menyimak keterangan beliau. Dengan khidmat.
“ekperimmen mempunyai daya pikat tersendiri. Ini sering dikenal dalam kalangan fisikawan
sebagai bertindak secara fisika. Seorang fisikawan harus mempunyai bekal bagimana ia harus
menyiapakan tindakan eksperimen ini. bekal ini yang akan senantiasa membuat seseorang
berpikir urut. Setelah menduga atau berhipotesis ia harus membuktikannya”.
Aku mengangguk- angguk tanda setuju dengan kalimat beliau.
“Hal ini sering digunakan oleh penegak hukum di negara kita. Missal ada seorang
pejabat yang terduga sebagai koruptor. Maka pihak penegak hukum belum bisa mengambil
keputusan sebagai mestinya. Seorang terduga tersebut tidda boleh dianiaya dalam
penginterogasian. Diperlakukan lemah lembut oleh penegak hukum. Para penegak hukum ini
tentunya terus menerus melakukan pembuktian-pembuktian apakah benar seorang yang terduga
sebagai koruptor itu adalah koruptor. Kadang pembuktian tersebut tidaksegan-segan di beritakan
secara luas oleh media. Sehingga rakyat pun mengetahuinya. Misalnya rekaman suara orang
yang terduga sebagai koruptor yang membuktikan bahwa benar ia melakukan korupsi.sontak
semua orang gembira dengan cara berpikir yang semacam itu oleh para penegak hukumnya. Dan
rakyat berharap untuk orang yang terduga koruptor dan terbukti memang koruptor itu dihukum
dengan seberat-beratnya, bahkan kalau bisa melebihi hukuman dari orang yang maling ayam
atau maling kakao yang konon hukumannya luar biasa tegasnya.
“Ternyata para penegak hukum ini buakn hanya lihai dalam berpikir, namun juga
penyabar. Buktinya setelah geger bukti dari eksperimennya, para penegak hukum ini masih
belum puas. Hrus ada bukti yang lebih kuat, katanya. Orang yang terduga koruptor dan terbukti
koruptor itu pun harus tetep diramahi, jangan dimarahi, tetap diperlakukan seperti manusia dan
tetap lemah lembut, kata penegak hukum ini. dan bagi rakyat juga harus mengikuti para penegak
hukum, sabar, dan jangan melawan. Kalau tidak, maka hukuman tegas menanti mereka.
Begitulah himbauan penegak hukum kita yang sangat penyabar menghadapi kasus korupsi.
Mungkin para penegak hukum ini beranggapan bahwa kasus ini sungguh luar biasa, hingga yang
bersangkutan harus dipakai jas yang rapi, celana licin dan harus berdasi saat persidangan”.
“berhari-hari, berbulan-bulan kasus itu belum juga selesai. Katanya belum cukup bukti
kalau cuma rekman suara. Karena kasus ini bukan kasus orang kecil yang hidup di pinggiran
kota. Ini kasus orang besar. Dan kalaupun nanti di penjara maka orang yang terduga koruptor
dan terbukti korupsi itu temaptnya harus istimewa. Harus ada kulkasnya, kasur empuknya. Kan
mereka tidak bisa tidur nyaman kalau tidak pakai kasur. Mereka harus dikasihani dantidak boleh
teraniaya. Tapi mereka boleh tidak mengasiani dan boleh menganiaya”
“ha…ha…”, terdengar suara tawa mahasiswa di ruangan kelas. Dan tak terkecuali aku.
Dan malu karena belum bisa berbuat intuk menyembuhkan luka bangsa ini akibat ulah “si anak
mas hukum”.