fiqih muamalah
DESCRIPTION
muuamalahTRANSCRIPT
Fiqih Muamalah
Ketika lafadz fiqh dan mu’amalah digabung menjadi satu, maka dia memiliki
pengertian tertentu. Yaitu kumpulan hukum yang disyari’atkan (dikenali lewat pesan-pesan
suci Al Qur’an dan al hadits) dengan metode dan prosedur tertentu oleh orang yang kompeten
(mujtahid) yang mengatur hubungan kepentingan antar sesama manusia. Dari penelusuran
seperti ini, maka fiqh mu’amalah lebih bermuatan isu-isu hukum dari pada isu-isu ekonomi.
Dengan bahasa lain, fiqh mu’amalah adalah aturan yang ditetapkan untuk mengatur
bagaimana orang berinteraksi dengan sesamanya dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Pengertian fiqih muamalah menurut terminologi dapat dibagi menjadi dua:
Fiqih muamalah dalam arti luas
– Menurut Ad-Dimyati, fiqih muamalah adalah aktifitas untuk menghasilkan duniawi
menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi.
– Menurut pendapat Muhammad Yusuf Musa yaitu ketentuan-ketentuan hukum mengenai
kegiatan perekonomian, amanah dalam bentuk titipan dan pinjaman, ikatan kekeluargaan,
proses penyelesaian perkara lewat pengadilan, bahkan soal distribusi harta waris.
– Menurut pendapat Mahmud Syaltout yaitu ketentuan-ketentuan hukum mengenai hubungan
perekonomian yang dilakukan anggota masyarakat, dan bertendensikan kepentingan material
yang saling menguntungkan satu sama lain.
Berdasarkan pemikiran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fiqh muamalah adalah
mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-usaha memperoleh dan
mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang dan jasa penitiapan diantara anggota-anggota
masyarakat sesuai keperluan mereka, yang dapat dipahami dan dalil-dalil syara’ yang terinci.
Aturan-aturan Allah ini ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan
yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemayarakatan. Manusia kapanpun dan
dimanapun harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah sekalipun dalam
perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktifitas manusia akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Dalam Islam tidak ada pemishan antara amal
perbuatan dan amal akhirat, sebab sekecil apapun aktifitas manusia di dunia harus didasarkan
pada ketetapan Allah SWT agar kelak selamat di akhirat.
Fiqih muamalah dalam arti sempit:
Menurut Hudhari Beik, muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling
menukar manfaat.
Menurut Idris Ahmad adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam usahanya mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang
paling baik.
Jadi pengertian Fiqih muamalah dalam arti sempit lebih menekankan pada keharusan
untuk menaati aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan untuk mengatur hubungan antara
manusia dengan cara memperoleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan mal (harta
benda).
Ciri utama fiqih muamalah adalah adanya kepentingan keuntungan material dalam
proses akad dan kesepakatannya. Berbeda dengan fiqh ibadah yang dilakukan semata-mata
dalam rangka mewujudkan ketaatan kepada Allah tanpa ada tendensi kepentingan material.
Tujuannya adalah dalam rangka menjaga kepentingan orang-orang mukallaf terhadap
harta mereka, sehingga tidak dirugikan oleh tindakan orang lain dan dapat memanfaatkan
harta miliknya itu untuk memenuhi kepentingan hidup mereka.
Ruang lingkup
ruang lingkup fiqh muamalah terbagi dua, yaitu ruang lingkup muamalah muamalah
madiyah dan adabiyah.
Ruang lingkup muamalah madiyah ialah masalah jusl beli ( al-ba’i/ al-tijarah) , gadai
(al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman), pemindahan utang (Al-hiwalah),
jatuh bangkrut(taflis) , batasan bertindak (alhajru) , perseroan atau perkongsian (al-syirkah),
perseroan harta tenaga (al –mudhorobah), sewa menyewa tanah (al-mukhorrobah) upah(ujrah
al-amal), gugatan (al-ssssssssuf’ah), sayembara(al-ji’alah) pembagian kekayaan bersama (al-
qismah), pemberian (al-hibah), pembebasan (al-ibra’) damai (as-shulhu), dan di tambah
dengan beberapa masalah kontemporer(al-mu’asirah/ al muhadisah), seperti masalah bunga
bank, dan asuransi kredit.
Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab qobul, saling meridhoi,
tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran, pedagang,
penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia
yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.