filsafat komunikasi - eksistensialisme

43

Click here to load reader

Upload: dyah-putri-mitasari

Post on 17-Sep-2015

119 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

FIlsafat, Komunikasi, Eksistensialisme

TRANSCRIPT

FILSAFAT KOMUNIKASI

MAZHAB EKSISTENSIAL

MAZHABEKSISTENSIAL

MAZHABMenurut kamus bahasa indonesia dalam sumarno et al. (2000: 1.20) golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran, aliran tertentu di bidang ilmu, cabang kesenian, dan sebagainya dan yang berusaha untuk memajukan hal itu.

EksistensialismeContoh Asumsi/Konsep PentingKritikSejarahPengertianTokoh

PENGERTIAN EksistensiEKSSISTENSIDi LuarBerdiri Atau MenempatkanEksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sebagai dirinya sendiri sekaligus di luar dari dirinya.

Suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala sesuatu yang mengiringinya, dan dimana manusia dipandang sebagai suatu makhluk yang harus bereksistensi atau aktif dengan sesuatu yang ada di sekelilingnya, serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada di alam dunia ini dengan kesadaran. Di sini dapat disimpulkan bahwa pusat renungan atau kajian dari eksistensialisme adalah manusia konkret.

selalu melihat cara manusia berada dan eksistensi sendiri disini diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadimanusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai serta didasari dari pengalamaneksistensialisme

Sejarah Eksistensialisme

Pertama dikemukakan Martin Heidegger (1889-1976).akar metodologinya berasal dari metoda fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938)Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche.

bagaimanakah aku menjadi seorang individu?manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan- Kiergaard (1813-1855) -bagaimana caranya menjadi manusia unggul?. manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani.Nitzsche (1844-1900)

Eksistensialisme muncul sebagai reaksi terhadap materialisme

Materialisme menganggap manusia sama dengan benda-benda, seperti; batu, kayu, dll (secara eksplisit). Serta keberadaan manusia dianggap sama seperti keberadaan benda-benda lainnya.Eksistensialisme menganggap keberadaan dan cara manusia berada tidak sama dengan benda-benda lainnya. Karena manusia menyadari dirinya ada di dunia.

Eksistensialisme juga muncul sebagai reaksi terhadap idealisme

Materialisme menganggap manusia sebagai objek.Idealisme memandang manusia sebagai subjek.Eksistensialisme menjadi jalan keluar atas kedua paham tersebut.

TOKOH EKSISTENSIALISME

SOREN A.KIERKEGAARD

Nama:Sren Aabye KierkegaardLahir:Kopenhagen,Denmark,5 Mei1813Meninggal:Kopenhagen,Denmark,11 November1855Aliran/tradisi:Filsafat EropaZaman Keemasan Tradisi Sastra dan Seni, pendahulu dariEksistensialisme,Pasca-modernisme,Pasca-strukturalisme,Psikologi eksistensial,Neo ortodoksi, dan masih banyak lagiMinat utama:Agama,Metafisika,Epistemologi,Estetika,Etika,PsikologiGagasan penting:Dianggap sebagai BapakEksistensialisme,kecemasan, keputusasaan eksistensial. Tiga ranah keberadaan manusia,Ksatria iman,Subyektivitas adalah Kebenaran

PEMIKIRANSREN KIERKEGAARD:Sebuah Kritik Atas Formalitas Agama di Denmark dan HegelianismeMenurut Kierkegaard, agama Kristen sungguh-sungguh menjadi sekular dan duniawi, dan orang yang menyebut dirinya Kristen tidak pernah dengan sungguh-sungguh memikirkan Allah. Dalam situasi seperti ini, agama hanya menjadi persoalan objektif dan lahiriah, dan menurutnya agama hanyalah menyangkut perilaku yang dapat dilihat, bukanlah menyangkut komitmen subjektif manusia.

pertama-tama yang penting bagi manusia adalah keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Akan tetapi, harus ditekankan, bahwa eksistensi manusia bukanlah suatu ada yang statis, melainkan suatu menjadi, yang mengandung di dalamnya suatu perpindahan dari kemungkinan ke kenyataan.

Jadi eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan, yang harus dilakukan setiap orang bagi dirinya sendiri.

MARTIN BUBER

I-Thou and I-ItSaya-Engkau dan Saya-ItuMartin Buber memiliki pengaruh yang cukup besar dalam filosofi kerja, salah satunya melalui karya I-Thou (1923). Tulisan Martin Buber ini didasarkan pada mode eksistensi perbedaan antara dua kata yang saling berpasangan yang menetapkannya pada dua dasar, yaitu Ich-Du (saya-Engkau) dan Ich-Es(saya- Itu).

Saya manusia berbeda dalam kedua mode eksistensi. Saya dapat diambil sebagai ciri yang melekat pada tindakan, atau dapat diambil sebagai kesatuan, keseluruhan, tereduksi. Saya pada hubungan saya-itu merupakan diri yang tertutup, Saya dari Saya-Engkau memiliki hubungan adalah keseluruhan, fokus dan satu orang. Orang tersebut (der Einzelne) merupakan satu orang yang tahu dirinya sebagai subjek.

JEAN PAUL SARTRE

Lahir21 Juni1905Paris, PerancisMeninggal15 April1980 (umur74)Paris, PerancisPekerjaanPenulis, filsufAliran filsafatEksistensialisme, Marxisme

Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi (L'existence prcde l'essence). Artinya, manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih dahulu dan esensinya itu akan muncul ketika manusia mati. Dengan kata lain, manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya pada masa lalu. Karena itu, menurut Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (L'homme est condamn tre libre).

Nausee artinya adalah rasa ingin muntah atau mual La Nausee sebenarnya adalah sebuah judul roman karya Sartre. Dalam novel ini ia menggambarkan bagaimana seseorang secara tiba-tiba dalam hidupnya melihat sekelilingnya menjadi begitu membosankan dan menimbulkan rasa mual. Ketika manusia mengalami dirinya sendiri dan seluruh kenyataannya sebagai sesuatu yang membebani, manusia akan merasa tertindas. Keadaan ini akan membuat membuat manusia merasa mual. Inilah yang oleh Sartre disebut nausee.

1. La Nausse

Etre jika diterjemahkan secara lurus artiya ada atau sesuatu yang ada. Dalam bagian ini Sartre berbicara mengenai realitas. Realitas adalah barang-barang yang ada. Misalnya, manusia dapat mengerti bumi karena mereka menginjak bumi.2. L'Etre-en-soiJika diterjemahkan istilah L'Etre-en-soiberarti pengada yang tidak sadar. Pengada yang tidak sadar gelap bagi dirinya sendiri. Dia tidak dapat dianalisis atau dipikirkan, bahkan tidak mungkin mencari sebab mengapa dia ada. Akan tetapi, konsep pengada yang tidak sadar ini tidak bisa mengarah ke pengertian bahwa yang dimaksud di sini adalah Tuhan.

3. L'etre-pour-soiL'etre-pour-soi berarti pengada yang sadar. Sartre menujuk manusia pengada yang sadar. Sadar akan sesuatu maskudnya terhubung atau berhubungan dengan sesuatu. Menurut Sartre sadar akan sesuatu berarti meniadakan sesuatu. Tindakan manusia adalah dinamis dan berubah. Ketika manusia sadar akan dirinya sendiri maka dia sebenarnya sedang ada dalam peralihan, meniadakan dirinya sendiri. Di sini manusia menjadi objek yang disadari sekaligus subjek yang sadar.

4. La liberta

La liberta artinya kemerdekaan. Dalam bagian ini Sartre membicarakan mengenai kemerdekaan manusia. Manusia bergerak atas kehendaknya sendiri, tidak seperti mesin yang digerakkan. Kemerdekaan menempati posisi sentral dalam diri manusia. Menurut Sartre hidup dan kemerdekaan pada dasarnya sia-sia belaka.Kemerdekaan manusia menurut Sartre adalah ketika manusia dapat menguasai dirinya secara bebas.

5. L'autrui

L'autrui membicarakan mengenai hubungan manusia dengan sesama manusianya. Menurut Sartre hubungan manusia dengan sesama manusianya adalah mutlak. Satre menyatakan bahwa dalam berhubungan dengan manusia lain pilihannya adalah menjadi subjek atau objek. Kemudian Sartre mengatakan bahwa dalam pergaulan konflik dan permusuhan akan muncul secara terus menerus.

Sartre dalam bukunya Being and Nothingness, an Essay on Phenomenological Ontology (1956) menegaskan, bahwa manusia dalam kesadaran dan kebebasannya senantiasa (mau tak mau tetap) akan berhadapan dengan orang lain sesamanya. Kita hanyalah kita karena hubungan kita dengan orang lain. Kita memerlukan orang lain untuk mengerti sepenuhnya struktur dan cara kita berada terhadap orang lain (Sartre, 1956: 222).

ASUMSI/KONSEP PENTING EKSISTENSIALISME

PARA FILOSOF EKSISTENSIALIS MENYEPAKATI TIGA HAL YAITU:

1. Kesedihan danpenderitaan adalah kondisi yang diperlukan yang harus dialami. Ketika seseorang berpura-pura memilih sesuatu di mana hampir tidak ada kesedihan dan penderitaan, orang tersebutsebenarnya tidak memilih sama sekali. Tanpa penderitaan, seorang bisa menjadi apa pun namun bukan yang terbaik.

2. Fungsi nilai eksistensialis adalah membebaskan manusia dari penderitaan yang melemahkan manusia.

3. Nilai eksistensialis menitikberatkan pada kesadaran, membangkitkan hasrat,dan tekad seseorang untuk melibatkan segenap kemampuannya. Kierkegaard mengatakan, dia ingin mendapatkan nilai di mana dia siap untuk hidup dan bahkan bersedia mati. Biarkan orang lain mengeluh bahwa dunia itu kejam, serunya, Keluhanku adalah sungguh celakajika tidak ada hasrat. Atau, dalam kata-kata Nietzsche: Rahasia kemakmuran terbesar dan kebahagiaan terbesar adalah eksistensi hidup dalam bahaya.

CONTOHEKSISTENSIALISME

CONTOH seseorang yang begitu bangga karena ia bekerja di perusahaan besar dan ternama, orang-orang menjadi terkesan padanya hanya karena ia menyandang nama besar perusahaan tempatnya bekerja tersebut. Alangkah malang orang itu sesungguhnya, karena eksistensinya sendiri ditenggelamkan oleh esensi lain dari luar dirinya. La mauvaise foi menjadi alasan dari munculnya kecemasan dalam jiwa manusia. 1

Seorang penumpang menceritakan pengalamannya ketika sedang naik taksi. Di dalam taksi tersebut, ia berbincang-bincang dengan sang supir. Di luar dugaan, ternyata bapak supir tersebut banyak bercerita mengenai pengalamannya ketika berada di zaman perang dulu. Perbincangan kian menarik karena bapak tersebut dapat pula berfilsafat sekaligus memberi pelajaran berharga bagi lawan bicaranya saat itu. Seketika itu juga, esensi bapak itu sebagai supir taksi lenyap dan penumpang itu menemukannya sebagai manusia otentik. Eksistensi bapak tersebut sebagai seorang manusia yang utuh muncul ke permukaan dan diterima secara sadar oleh penumpang itu.

CONTOH 2KRITIK TERHADAP EKSISTENSIALISME

Herbert Marcuse (1898-1979)

Marcuse mengkritik eksistensialisme sebagai aliran yang mengarah pada gaya hidup dimana terciptanya sebuah masyarakat modern yang menekan. Dalam hal ini, Marcuse menekankan pada pernyataan Sartre soal Being dan Nothingness (makhluk dan ketiadaan). Dalam pengertian ini, Sartre menjelaskan bahwa manusia memiliki pilihan dalam hidupnya sebagai seorang makhluk (being), dan dalam pencapaiannya, manusia akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu 'menjadi' atau 'tidak sama sekali' (nothingness).

A.J Ayer dan Rudolf Carnap (1891-1970)

Sebagai penganut positivisme logika, mereka mengklaim bahwa para pencetus aliran ini membingungkan karena makna dari kata meaningless (tidak berarti) dan nothing (tidak ada) merupakan makna yang malah berlawanan dengan aliran eksistensialisme itu sendiri.

Penganut Marxisme

Ketika jaman sesudah perang di Perancis, mereka mendapati bahwa eksistensialisme berlawanan dengan solidaritas dan teori determinasi ekonomi. Lanjutnya, aliran ini menekankan pada pilihan pribadi yang mengarah pada perenungan daripada tindakan. Hal ini mengarah pada kaum borjuis, dimana hanya mereka yang memiliki kekayaan untuk bebas memilih apapun pilihannya. Berujung pada sebuah inti yaitu bahwa eksistensialisme merupakan filosofi kaum borjuis.

Kaum Nasrani

Kaum Nasrani berpendapat bahwa eksistensialisme menggambarkan keadaan manusia dimana mereka mencoba mencari martabat dan berkat dengan usahanya sendiri. Hal tersebut pada dasarnya berasal dari Tuhan. Selain itu, eksistensialisme dianggap tidak cocok dengan moral kehidupan manusia dan pencetus aliran ini menolak bahwa manusia terikat oleh perintah Tuhan.