filsafat
DESCRIPTION
FILSAFAT ILMUTRANSCRIPT
![Page 1: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/1.jpg)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan
seperti : alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak
logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis
adalah sebaliknya.
Ilmu kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah
manfaat yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa
keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang
bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan
kepentingannya terhadap logika.
Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum
yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari
penalaran yang salah, logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani yaitu
Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam perkembangannya,
logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh para filosof.
Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi
pembahasan yang menarik dalam masalah agama.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya,
tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika
menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan
terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari
segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan
serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus
ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur.
![Page 2: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/2.jpg)
Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari solusinya
dengan cara menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat
kita selesaikan dengan menggunakan logika. Apaka sah jika semua
permasalahan dalam hidup ini kita selesaikan dengan menggunakan
logika?
Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan
dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan
yang menarik dan mengandung daya positif.
B. Rumusan Masalah
Logika adalah salah salah satu cabang filsafat yang mampu
membantu manusia dalam memecahkan masalahnya. Pembahasan
filsafat amat luas dan kompleks sehingga menimbulkan beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah arti dari logika sebagai salah satu cabang dalam filsafat?
2. Bagaimana sejarah terlahirnya logika dalam filsafat?
3. Apa macam-macam dari logika?
4. Apakah fungsi logika dalam filsafat ilmu?
5. Apakah kegunaan logika dalam kehidupan sehari-hari?
![Page 3: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/3.jpg)
PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika Dalam Kehidupan Sehari-hari
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu λσγσς (Logos) yang
artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata
dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu,
kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut
sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah
sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu
pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus,
tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk
mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi
untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh
karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian,
putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal
logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada
pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan
lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan
kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan
hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan
logika disebut dengan filsafat yang praktis. Dalam proses pemikiran,
terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan
menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan
logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir
dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran
![Page 4: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/4.jpg)
logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-
hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua
hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika
merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.
B. Sejarah Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani
pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-
cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air
adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam
semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang
kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa
Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta
dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat
Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah
merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa
Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti
dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang
menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah
logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334
SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada
masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua
![Page 5: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/5.jpg)
orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri.
Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang
ikut merintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa
Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Logika dikembangkan secara
progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada abad II Hijriyah.
Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam perkembangan
kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda,
sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram
mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik,
sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup
akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi mempelajari dan
menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih
mendalam oleh Al-Farabi.
Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang.
Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu
digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari Porphirius, Fonts
Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari
Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua
berangkat dan mengembangkan logika Aristoteles.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus,
Roger Bacon, Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika
yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles yang kemudian kita
kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus mengembangkan
metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud
membuktikan kebenaran - kebenaran tertinggi. Francis Bacon
mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk
menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel
Kant menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki
bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman. Selain
![Page 6: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/6.jpg)
itu George Boole (yang mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand
Russel, dan G. Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam
mengembangkan Logika Modern. Pada abad 9 hingga abad 15, buku-
buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus
dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan
kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:
Petrus Hispanus 1210 - 1278)
Roger Bacon 1214-1292
Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars
Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni
diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya
Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concrning
Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan
logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang
menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika
simbolik seperti:
· Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika
aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus.
Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi
dan lebih mempertajam kepastian.
· George Boole (1815-1864)
· John Venn (1834-1923)
· Gottlob Frege (1848 - 1925)
![Page 7: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/7.jpg)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika
Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi
logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil
Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum
mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913
dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan
karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand
Arthur William Russel (1872 - 1970).
C. Macam - Macam Logika
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi,
ternyata didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan.
Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir
secara tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari
luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-
kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia
ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula
bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
![Page 8: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/8.jpg)
2. Logika Ilmiah
Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi
ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati
dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika ilmiah
inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih
mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi.
Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan
mempertajam pikiran dan akal budi.
D. Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang
menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa
makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam
sebuah system pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini
berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika
lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha
untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya,
filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran
yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika
digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang
bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional,
logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap
sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang
berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar
![Page 9: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/9.jpg)
dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang
benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat
menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan.
Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk
memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan
kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
penarikan kesimpulan.
Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk
meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang
benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan
alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul
dari persoalan tentang penyimpulan.
E. Kegunaan Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan
teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan
diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar,
lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng,
karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani,
suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat. Selain
hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini
juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods)
yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal
metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
![Page 10: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/10.jpg)
Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan
berbagai pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-
aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak
saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam
suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan.
Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus
listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen.
Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari
aturan-aturan berpikir benar. Jadi dalam logika kita mempelajari
bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir benar. Subjek inti
ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang selanjutnya
dikembangkan dalam bentuk silogisme.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika
adalah sebagai berikut:
Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap,
tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu berpikir benar. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir
kekeliruan serta kesesatan. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian. Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.
Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa
aturan-aturan berpikir benar maka tidak otomatis seseorang yang
belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam berpikir.
Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan
berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu,
sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam kebenaran.
![Page 11: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/11.jpg)
Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin
bertambah dan dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat
mengambil keputusan dengan benar. Disamping itu belajar logika
juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan juga logika
merupakan dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya
dengan belajar logika kemampuan berpikir dan daya analisis kita
semakin berkembang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa
logika berasal dari bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan
atau sabda. Secara umum logika adalah ilmu yang mempelajari
metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika ini dimulai
dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut sebagai
Bapak Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles
dengan mengenalkan logika sebagai ilmu. Logika terbagi menjadi dua
macam yaitu : logika alamiah dan logika ilmiah. Dalam
perkembangannya logika juga disebut sebagai cabang filsafat. Logika
sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk berpikir lurus, efisien,
tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan.
B. Saran
![Page 12: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/12.jpg)
Logika sebagai cabang dalam filsafat ilmu menuntun kita untuk
berpikir benar dan tidak salah dalam mengambil keputusan. Selain itu
berpikir secara logika mampu melatih kita untuk berpikir secara
lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan
menghindari kekeliruan dalam pemecahan suatu masalah.
C. PENALARAN, LOGIKA, DEDUKTIF, INDUKTIF dan METODE ILMIAHMAKALAH FILSAPAT ILMU
PENALARAN, LOGIKA, DEDUKTIF, INDUKTIF dan METODE ILMIAH
PENDAHULUAN
Filsafat adalah suatu cara berpikir yang radial dan menyeluruh, dengan cara mengupas pengetahuan sedalam-dalamnya Yuyun (1999) sedangkan ilmu dalam pembelajaran filsapat dapat di katakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan oleh dirinya.
Filsafat dapat juga di katakan upaya manusia mnegumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin dalam proses pengaturan kehidupan dalam bentuk sistematik. Filsafat diharapkan dapat membawa manusia kepada pemahaman dan pemahamanan itu tentunnya dapat membawa manusia ke tindakan yang lebih layak.
Secara umum Ilmu adalah pengetahuan yang kita dapatkan dari pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Dari ilmu dapat dilahirkan pengetahuan sehingga pengetahuan dapat menegakan kebenaran. Dalam mempelajari filsafat ilmu diharapkan manusia dapat mengunakan penalarannya untuk dapat menemukan kebenaran, bersifat logika, deduksi dan induksi sebagai landasan dalam bertindak dan akhirnya dapat
![Page 13: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/13.jpg)
mengunakan meteode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Secara umum, berpikir filsafat dapat dilakukan melalui:
1. Pemikiran menyeluruh yaitu antara ilmu satu dengan ilmu lainnya dapat disatukan sehingga ditemukan nilai moral, nilai agama, dan nilai kebenaran sehingga membawa dalam kebahagiaan diri.
2. Mendasar ilmu didasarkan pada suatu kebenaran dia dikatakn benar karena melalui proses yang benar
3. Spekulasi adalah suatu proses berpikir memilih pikiran sebagai titik awal bagi penjelajahan pengatuhan.
Hasil pemikiran yang dimiliki manusia harus dinilai menjadi suatu titik kebenaran. Kebenaran yang tertanam dalam dirinya melalui diawali dari penalaran, logika, deduksi, induksi dan metode ilmiah.
PEMBAHASAN
1. PENALARAN2. Pengertian penalaran
Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Penalaran juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain itu penalaran merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa pengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara bersungguh-sungguh. Namun bukan hanya manusia yang mempunyai pengetahuan binatang juga mempunyai pengetahuan. Perbedaan pengetahuan manusia dan hewan adalah hewan hanya diajarkan hal-hal yang menyangkut kelangsungan hidupnya (survival) contohnya apabila ada bencana mereka akan cepat bersembunyi atau mencari tempat yang aman sedangkan manusia dengan cara mengembangkan pengetahuannya dia akan berusaha menghindari dan mencari penyebab terjadinya bencana sampai bagaimana mengatasinya.
![Page 14: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/14.jpg)
Manusia dalam kehidupannya dia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan kelangsungan hidupnya, contohnya manusia akan selalu memikirkan hal yang baru, mengembangkan budaya dan memberikan makna dalam kehidupan.
1. Contoh Penalaran
Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan Contoh lainnya yang membedakan manusia dengan hewan adalah yaitu apabila terjadi kabut burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tau mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat yang benar.
Penalaran biasanya di awali dengan berfikir kerena berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berfikir untuk mengasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriterianya masing-masing.
1. Ciri-ciri Penalaran
Sebagai suatu kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri:
1. Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir logis, di mana berfikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berfikir menurut suatu pola tertentu.
2. Bersifat analitik[1] dari proses berfikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula. Sifat analitik ini
![Page 15: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/15.jpg)
merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis.
Berdasarkan kriteria penalaran dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berfikir bersifat logis dan analitis. Jadi cara berpikir yang tidak termasuk ke dalam penalaran bersifat tidak logis dan analitik. Dengan demikian maka dapat dibedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Perasaan merupakan penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran umpamanya adalah intuisi[2]. Berpikir intuisi memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikir nonanalitik, yang kemudian sering bergalau dengan perasaan. Jadi secara luas dapat dikatakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat dikategorikan kepada cara berpikir analitik yang berupa panalaran dan cara berpikir yang nonanalitik yang berupa intuisi dan perasaan.
1. Prinsip-prinsip penalaran adalah:
Prinsip dasar pernyataan hanya ada tiga prinsip, yang mengemukakan pertama kali adalah Aristoteles, yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip identitas
Prinsip ini dalam istilah latin ialah principium indentitas. prinsip identitas berbunyi: ’’sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri’’. Dengan kata lain, “sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain”.
1. Prinsip kontradiksi (principium contradictionis)
Prinsip kontradiksi berbunyi: “sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu dan bukan hal hal itu pada waktu yang bersamaan”, atau “sesuatu pernyataan tidak mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama”. Dengan kata lain, “sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan p dan non p”.
1. Prinsip eksklusi (principium exclusi tertii)
Prinsip eksklusi tertii, yakni prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga.
Prinsip ekslusi tertii berbunyi “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah. Dengan kata lain, “sesuatu x mestilah p atau non p tidak ada kemungkinan ketiga”. Arti dari prinsip ini ialah bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu yang dapat dimilikinya.
![Page 16: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/16.jpg)
Disamping ketiga prinsip yang dikemukakan Aristoteles diatas, seorang filusuf Jerman Leibniz menambah satu prinsip yang merupakan pelengkap atau tambahan bagi prinsip identitas, yaitu prinsip cukup alasan (principium rationis sufficientis), yang berbunyi. “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu haruslah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi”. Dengan kata lain, “adanya sesuatu itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu”. [3]
Penalaran merupakan cara berpikir tertentu oleh karena itu untuk melakukan kegiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian disebut sebagai rasionalisme. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme[4].
1.2. Pengertian logika
Nama logika untuk pertama kali muncul pada filusuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita[5].
Selain itu kata logika diturunkan dari kata “logike” (bahasa yunani), yang berhubungan dengan kata benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan yang erat dengan pikiran dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara etimologi, logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa
![Page 17: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/17.jpg)
dikatakan penarikan kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses penalaran.
logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia yang disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek material logika. Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir, manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan penegertian yang lainnya.
Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf di atas (Cicero dan Alexander Aphrodisias) Aristoteles pun telah berjasa besar dalam menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles memakai istilah ‘analika’ dan ‘dialektika’. Analika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya[6].
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga golongan, yaitu ilmu pengetahuan praktis, produktif, dan teoritis. Ilmu pengetahuan produktif menyangkut pengtahuan yang sanggup menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan praktis meliputi etika dan politika. Akhirnya ilmu pengetahuan teoritis mencakup tiga bidang yaitu fisika, matematika, dan ‘filsafat pertama’. Logika tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk berfikir dengan cara ilmiah[7].
Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalasaran, olah para pengikutnya telah dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai berikut:
1. Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian umum.2. On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan hubungan dari
keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles membahas suatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar pertentangan.
3. Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme dalam ragam dan pola-polanya.
4. Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai materi dari silogisme.
5. Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar
6. Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat dasar dan penggolongan sesat piker[8].
![Page 18: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/18.jpg)
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, maka dilakukan penelaahan yang seksama hanya terhadap dua jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika deduktif.
1. Contoh Logika
Contohnya penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang mengalami penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan dengan minum air putih logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk menjaga keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh.
1. DEDUKSI2. Pengertian Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogismus[9]. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai permis mayor dan permis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua permis tersebut. Logika deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah ini di antara suatu kelompok barang sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pertnyaan-pertanyaan yang lebih dahulu diajukan. Pembahasan mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah satu di antara persoalan-persoalan yang menarik.
Guna memenuhi dan membatasi maksud logika deduktif bagian terkenal sebagai logika Aristoteles. Cabang loka ini membicarakan pernyataan-pernyataan yang dapat dijadikan bentuk ‘S’ adalah ‘P’, misalnya, “manusia (adalah) mengenal mati. Tampaklah pada kita bahwa ‘S’ merupakan huruf pertama perkataan ‘Subjek’ dan ‘P’ merupakan huruf pertama perkataan ‘Predikat’. Dari pernyataan-pernyataan semacam itu, kita dapat
![Page 19: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/19.jpg)
memilah empat cara pokok untuk mengatakan sesuatu dari setiap atau sementara subjek yang dapat diterapi simbol ‘S’.
Setiap S adalah P
Setiap S bukan/tidaklah P
Sementara S adalah P
Sementara S bukan/tidaklah P.
1. Contoh Deduksi
Contoh membuat silogismus sebagai berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan udara (Premis mayor)
Dewi adalah makhluk hidup (Premis minor)
Jadi Dewi memerlukan udara (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa si Dewi memerlukan udara adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditasrik secara logis dari dua permis yang mendukungnnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskipun kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya adalah tidak sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan.
.
1. INDUKSI2. Pengertian induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih
![Page 20: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/20.jpg)
umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.
Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut. pernyataan bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Melihat dari contoh bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua manusia mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai mata. Penalaran ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fudamental.
1. Jenis-jenis induksi:2. Penyimpulan secara kausal
Jenis induksi lainnya adalah yang berusaha unutk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pernyataan: “Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus: “Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus?” Ada suatu perangkat apa yang dinamakan canons (aturan, hukum), yang dikenal sebagai metode-metode Mill, yang mengajukan suatu pernagkat kemungkinan unutk melakukan penyimpulan secara kausal. Metode-metode ini kadang kala berguna. Metode-metode tersebut ialah:
![Page 21: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/21.jpg)
Metode kesesuain Metode kelainan Metode gabungan kesesuaian dan kelahiran Metode sisa Metode keragaman beriringan
1. Penalaran berdasarkan probabilitas dan penalaran secara statistik. Digambarkan dengan cara probabilitas dan secara statistik. Misalnya kita mengetahui bahwa John Smith adalah seorang guru dan kita ingin bertaruh bahwa usianya akan mencapai 65 tahun. Berapakah taksiran kita mengenai usianya? Untuk menjawabnya kita perlu mempunyai statistik mengenai panjangnya usia seorang guru. Dari hal-hal ini, yang diringkas dalam bangun matematis yang tepat, dengan mempergunakan teori matematik tetang probabilitas, maka akan dapat dilakukan penaksiran.
2. Analogi dan komparasi
Dua bentuk penyimpulan yang sangat lazim dipakai dalam perenungan kefilsafatan ialah analogi dan komparasi. Penalaran secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan menggantikan apa yang dicoba buktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal tersebut, namun yang lebih dikenal, dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang mengawali penalaran tersebut. Misalnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini dapat mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dorongnya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunanya sangat rumit menunjukan bahwa ada yang membuatnya. Dengan demikian secara analogi adanya dunia juga menunjukan ada pembuatnya; karena dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya berhubungan sangat erat yang satu dengan yang lain secara baik.
1. Metode verifikasi
Agar suatu penalaran dapat diterima maka perlu kiranya untuk mencapai kesimpulan yang dapat diterima, maka perlu kiranya unutk menetapkan tidak hanya lurusnya atau sahnya penalaran seseorang, melainkan juga kebenaran bahan yang mengawali penalaran tadi. Penalaran yang sah yang didasarkan atas fakta-fakta yang diperkirakan benar dapat membwa kita kepada kesimpulan yang sesat atau benar, namun mungkin kita tidak mengetahui yang manakah yang salah dan manakah yang benar. Penalaran yang sah yang didasarkan atas fakta-fakta akan membawa kita kepada kebenaran. Pada dasarnya hanya ada dua metode unutk melakukan verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang satu adalah melalui observasi , dan yang lain, dengan mempergunakan hukum kontradiksi.
1. Observasi (pengamatan)
Suatu pernyataan yang maknanya dapat diuji dengan pengalaman yang dapat diulangi, baik oleh orang yang mempergunakan pernyataam tersebut maupun oleh orang lain, pada prinsipnya dapat dilakukan verifikasi terhadapnya. Jika pernyataan itu lulus dalam ujian pengalaman, maka pengalaman itu dikukuhkan, meskipun tidak sepenuhnya terbukti
![Page 22: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/22.jpg)
benar. Jika saya berkata, “Di luar hujan turun”, dan saya pergi ke luar serta melihat dan merasakan turunnya hujan, maka pernyataan saya tersebut menurut ukuran tadi telah diverifikasi.
1. Penalaran berdasarkan kontradiksi
Metode verifikasi yang kedua, yakni dengan menunjukan kesesatan pernyataan yang dipersoalkan karena bertentangan degan dirinya, atau mengakibatkan pertentangan dengan pernyataan-pernyataan lain yang telah ditetapkan dengan baik. Misalnya, untuk membuktikan bahwa garis-garis yang sejajar tidak pernah bertemu, orang mengambil cara dengan mengandalkan bahwa hal yang demikian ini akan membawa kita kepada kontradiksi. Demikian pula, mengandaikan bahwa suatu sudut didalam segitiga ada yang besarnya nil derajat dan ada yang lebih dari nol derajat.
1. Contoh Induksi
Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan –kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.
1. METODE ILMIAH2. Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Metode ilmiah yang bersifat umum
Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi menjadi dua, yaitu metode analitiko-sintesa dan metode nondeduksi. Metode analitioko-sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesa. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi.
Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis. Pengetahuan analitis itu ada dua macam, yaitu pengetahuan analitik apriori dan pengetahuan analitik aposteriori.
![Page 23: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/23.jpg)
Metode ilmiah di bagi 2 jenis:
1. Metode analisis ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan penegrtian yang lainnya. Pengetahuan analisis apriori misalnya, definisi segitiga mengatakan bahwa segitika itu merupakan sautu bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus saling beririsan yang membentuk sudut berjumlah 180 derajat.
Pengetahuan analitis aposteriori berarti bahwa kita dengan menerapkan metode analisis terhadap sesuatu bahan yang terdapat di alam empiris atau dalam pengalaman sehari-hari memperoleh sesuatu pengetahuan tertentu. Misalnya, setelah kita mengamati sejumlah kursi yang ada, kemudian kita berusaha unutk menetukan apakah yang dinamakan kursi itu? Definisnya misalnya, kursi adalah perabot kantor atau rumah tangga yang khusus disediakan untuk tempat duduk.
Pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode sintesis dapat berupa pengetahuan sintesis apriori dan pengetahuan sintesisi aposteriori.
1. Metode sintesa ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Pengetahuan sinstesis apriori misalnya, pengetahuan bahwa satu ditambah empat sama dengan lima.
Aposteriori menunjuk kepada hal-hal yang adanya berdasarkan atau terdapat melalui pangalaman atau dapat dibuktikan dengan melakukan sesuatu tangkapan indrawi. Pengetahuan sintetis aposterior itu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lain menyangkut hal-hal yang terdapat alam tangkapan indrawi atau yang adanya dalam pengalaman empiris.
1. Metode penyelidikan ilmiah
Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur/metode siklus empiris dan metode vertikal atau yang yang berbentuk garis lempang/metode linier. Yang dinamakan siklus-empiris ialah suatu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan penerapannya terjadi di tempat yang tertutup. Metode penyelidikan ilmiah yang berbentuk daur/metode siklus-empiris, maka pengetahuan yang dapat dihasilkannya akan berupa hipotesa, teori, dan hukum-hukum alam (Soejono Soemargo, 1983)
Perkembangan ilmu-ilmu alam merupakan hasil penggunaan secara sengaja suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yang menggabungkan pengalaman dan akal sebagai pendekatan bersama, dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai penyelesaian-penyelesaian yang disarankan. Dari banyak di antara uraian kita sampai sejauh ini, kita mungkin telah merasakan bahwa kesulitan yang dihadapi oleh filsafat ialah, filsafat tidak bersifat ilmu. Jika orang pernah bekerja di laboratorium ilmu,ia mungkin akan mengeluh, “di dalam ilmu kita membicarakan kenyataan empirirs, di dalam filsafat nampaknya tidak ada suatu cara untuk memperoleh jawaban”. Ini menimbulkan masalah tentang metode
![Page 24: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/24.jpg)
ilmiah sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah jadi metode ilmiah mengikuti prosedur-prosedur tertentu yang sudah pasti yang dipergunakan dalam usaha memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi oleh seorang ilmuan.
Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis[10]. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut[11]. jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara flsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi. Epistomologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan.
Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran[12]. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Dengan demikian maka ilmu merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun dan terorganisasikan dengan baik sebab penemuan yang tidak teratur dapat diibaratkan sebagai “rumah atau batu bata yang cerai berai”[13]. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada obyek yang berada dalam fokus penelaahan.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika menusia mengamai sesuatu[14]. Tentu saja hal ini membawa kita kepada pertanyaan laim: mengapa manusia mulai mengamati sesuatu? Kalau kita telah lebih lanjut ternyata bahwa kita mulai mengamati obyek tertentu kalau kita mempunyai perhatian tertentu terhadap obyek tersebut. Persukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan[15]. Dan pertanyaan ini timbul disebabkan oleh adanya kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan berbagai ragam permasalahan. dapat disimpulkan bahwa karena ada masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan obyek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pulan.
![Page 25: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/25.jpg)
Manusia menghadapi atau menyadari adanya masalah dan bermaksud untuk memecahkan dalam usaha unutk memcahkan masalah tersebut maka ilmu tidak berpaling kepada perasaan melainkan kepada pikiran yang berdasarkan penalaran. Dalam hal ini maka pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah konkret yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawaban pada dunia yang nyata pula. Disinilah pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah:
1. Harus menanamkan rasa ingin tahu dalam suatu hal sehingga memunculkan pertanyaan pada diri dan menjadi dasar untuk melakukan penelitian sehingga dapat merumuskan masalahnya.
2. Mengumpulkan informasi sehingga dapat menyusun kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan permis-permis ilmiah yang telah tealh teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan. Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil permis-permis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.
4. Pengujian hioptesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yangmendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaina apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipoteisi maka hipoteisi itu ditolak. Hipoteisi yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini beluam terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Dengan metode ilmiah sebagai paradigma maka ilmu dibandingkan denganberbagai pengetahuan lainnya dapat dikatakan berkembang cepat.
Salah satu faktor yang mendorong perkembangan ini adalah faktor sosial dari komunikasi ilmiah dimana oenemuan individual segera dapat diketahui dan dikaji oleh anggota masyarakat atau pun ilmuan lainnya. Tersedia laat komukasi tertulis dalam bentuk majalah, buletin, jurnal, mikro film, dan berbagai media masa lainnya sangat menunjang intensitas dan efektivitas komunikasi ini. Suatu penemuan baru di negera yang baru segera dapat diketahui oleh ilmuan di negara-negara lainnya. Penemuan ini segera dapat diteliti kebenarannya oleh kalangan ilmiah di mana saja sebeb prosedur unutk menilai kesahihan penyataan yang dikandung pengetahuan tersebut sama-sama telah diketahui oleh seluruh masyarakat.
![Page 26: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/26.jpg)
1. Contoh metode Ilmiah
Contoh kunyit digunakan untuk pengobatan.
Kunyit dapat dikatakan mampu penyembuhan luka, dapat dibuktikan dilakukan dengan metode ilmiah.
Sinkronisasi metode ilmiah ini dapat disimpulkan dari pengalaman dan kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan kunyit sebagai obat tradisional untuk penyembuhan luka pada organ tubuh bagian dalam. Jadi dengan dilakukan metode ilmiah yang diawali dari asumsi dan kebiasaan masayarakat mengani suatu hal. Misalnya dalam memanfaatkan kunyit sebagai pengobatan tradisional. Diawali dari munculnya pertanyaan. Apakah benar kunyit mampu mengobati luka kemudian mengumpulkan informasi, melakukan hipotesis, melakukan pengamatan dan menyimpulkan. Ditemukan didalam kunyit mengandung zat antibiotik yang mampu menyembuhkan luka yang dialami organ bagian dalam.
KESIMPULAN
Dalam mempelajarai suatu nilai kebenaran manusia dituntut unutk bosa memanfaatkan wahana berpikir yang dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran, penalaran sebagai salah satu langkah menemukan titk kebenaran. Kemampuan penalaran yang dimiliki manusia tentuny akan melahirkan logika yang dpat dimanfaatkan oleh manusai utuk menemukan pengethuan. Pengatahuan ini lah yang sebut dengan ilmu dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.
Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara umum induksi dan induksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Deduksi dihasilkan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan bersifat khusus, sementara induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Metode ilmiah berkaitan dengan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Jadi suetu proses pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah tersebut, dan metode ilmiah juga membuktikan tentang penalaran yang melahirkan logika dibantu dengan metode deduksi dan induksi maka akan menghasilkan pengetahuan yang baru. Dengan metode ilmiah pengetahuan akan dianggap sah adanya.
.
![Page 27: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/27.jpg)
[1] suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
[2] Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola pikir tertentu.
[3] noor Ms Bakry, 1983 dalam buku Surajiyo
[4] Pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman.
[5] K.Bertens, 1975 dalam buku Surajiyo, 2005.
[6] K.Berens,1975 dalam buku Surajiyo, 2005
[7] Bertens, 1975 dalam buku Surajiyo, 2005.
[8] The Liang Gie dan Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang asdi, 1980
[9] Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
[10] Peter R. Senn, Sosial Science and Its Methods (boston:Holbrook, 1971)
[11] Ibid, hlm 6
[12] T. H. Huxly, “The Method of Scientific Investigation”, Science: Method and Meaning, ed. Samuel Rapport dan helen Wright (new York: Washington Square Press, 1964), hlm, 2.
[13] Morris Kline, “The Meaning of Mathematics”, Adventures of the Mind (New York: Vintage, 1961), hlm 83.
[14] Ritchie Calder, science in Our Life (New York :New American Library, 1955), hlm. 37
[15] John Dewey, How We Think (Chicago: Henry regnery, 1933) hlm. 107
PENALARAN DAN LOGIKAoleh : Dirgantara Wicaksono
![Page 28: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/28.jpg)
Sejak kehadirannya di muka bumi ini, manusia sudah menggunakan akal fikirannya untuk melakukan dan menyelesaikan suatu masalah. Walaupun pada saat kehadirannya pertama kali di muka bumi jalanfikiran manusia tidak serevolusioner sekarang ini.
Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula cara berpikir manusia manusia sebagai mahluk yang unik berbeda dari mahluk lainnya. Keunikan manusia terletak pikiran yang dimilikinya. Dalam menggunakan fikiran mungkin saja manusia melakukan kesalahan. Cara belajar dari kesalahan yang di perbuat pada dasarnya merupakan karakteristik yang sama pada semua mahluk hidup. Apakah itu pada binatang tingkat rendah, tingkat tingi, apakah itu pada simpanse atau seorang ilmuwan.
Dalam memecahkan masalah kehidupan, manusia menggunakan akal fikirannya dan logika. Pada makalah ini akan dibahas mengenai :
1. Penalaran 2. logika
1. Pengertian Penalaran.Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, penalaran berasal dari
kata nalar yang berarti pertimbangan baik buruk, budi pekerti dan akal budi. Dari pengertian tersebut terdapat kata akal yang merupakan sarana untuk berfikir. Kemampuan menalar hanya di miliki oleh manusia. Dengan kemampuan menalar manusia dapat mengembangkan pengetahuan lainyang kian hari kian berkembang.
Dari pengetahuan hasil penalaran, manusia dapat menentukan nilai moral, etika dan estetika. Tujuan manusia mengembangkan pengetahuan adalah untuk mengatasi dan memenuhi tantangan hidup.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penalaran akan terus berkembang. Faktor yang menyebabkan pengetahuan berkembang dengan pesat adalah :
1. BahasaBahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif dan penting dalam kehidupan manusia yang berfungsi untuk menyampaikan informasidan jalan fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.
2. Mempunyai kerangka berfikir tertentu Kerangka berfikir yang dimaksud adalah di mulai dengan mengamati fakta dan data, menganalisa hubungan sebab akibat sampai kepada penarikan sebuah kesimpulan.
Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Karekteristik tersebut ditandai dengan pola berfikir yang runtut dengan menggunakan kaidah-kaidah yang baku.
![Page 29: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/29.jpg)
2. Hakikat Penalaran
Pada uraian terdahulu, dijelaskan bahwa penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang menghasilkan pengetahuan. Hakikat dari penalaran adalah berfikir secara logis dan sistematis dengan mengikuti alur tertentu berdasarkan pengamatan dan penginderaan dalam menemukan suatu kebenaran.
Penalaran yang merupakan suatu proses mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya logika 2. Bersifat analitik Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran bersumber pada
rasio dan fakta. Pendapat yang mengatakan rasio sebagai sumber kebenaran melahirkan faham rasionalisme, sdangkan pendapat yang menyatakan fakta yang tertangkap memlalui penginderaan dan pengalaman sebagai sumber kebenaran melahirkan faham empirisme. Pengetahuan ilmiah dibangun berdasarkan rasionalisme dan empirisme dan inilah yang di sebut pengetahuan ilmiah.
3. Pengertian Logika
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu menghadapi perubahan dan permasalahan . Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan pemikiran yang teratur dan terarah agar didapat keputusan yang benar atas penyelesaian masalah tersebut. Cara berpikir yang demikian disebut logika. Logika adalah ilmu kecakapan menalar atau berfikir dengan tepat ( The Science and art of correct thingking ) (Dr.W. Poespoprojo, 1989). Pengertian diatas mengindikasikan bahwa berfikir atau menalaar adalah kegiatan akal budi manusia untuk mengolah pengetahuan yang kita terima melalui panca indra dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran . Berfikir menunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah. Dalam katagori ini hasil lamunan dan hayalan tidak termasuk kegiatan berfikir. Suatu pemikiran dikatakan tepat dan jitu bila dilakukan dengan penganalisaan, pembuktian dengan alasan-alasan tertentu dan adanya kaitan antara yang satu dengan lainnya. Pemikiran yang demikian disebut dengan logis. Jalan pemikiran yang mengesampingkan hal-hal tersebut diatas dikatagorikan pemikiran yang tidak logis. Logika merupakan ilmu yang fundamental yang secara sistematis menyelidiki, merumuskan dan menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan tepat, lurus dan teratur. Maksud dan tujuan logika adalah kecakapan menerapkan aturan-aturan pemikiran yang tepat terhadap persoalan-persoalan
![Page 30: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/30.jpg)
yang kongrit yang kita hadapi , serta pembiasaan sikap ilmiah, kritis dan obyektif.
4. Pembagian Materi Logika
Untuk sampai kepada suatu pemikiran yang tepat , logika menganalisa unsur-unsur pemikiran manusia. Materi logika antara lain :
1. Mengerti Permasalahan Yaitu memahami apa yang menjadi permasalahan yang sedang di hadapi. Kegiatan mengerti ini dapat di bangun melalui penginderaan misalnya dengan mengamati.
2. Adanya kausualitas.Yaitu adanya keterkaitan. Pekerjaan otak selanjutnya setelah mengerti permasalahan adalah membangun hubungan yang ada antara berbagai fakta.
3. Adanya kesimpulanPekerjaan akal yang ketiga adalah membangun kesimpulan . Kesimpulan ini didapat atas serangkaian kegiatan mulai dari mengerti hubungan permasalahan dan fakta yang dari keduanya dapat ditarik kesimpulan.
5. Metode dalam logikaLogika sesuai dengan fungsinya memecahkan masalah
mempunyai dua Metode :1. Metode Deduktif yaitu pengkajian dari suatu yang umum
(general) untuik menghasilkan suatu yang khusus. Berpikir dengan Metode deduktif menggunakan sarana berfikir matematika.
2. Metode Induktif yaitu logika berfikir yang bergerak dari hal-hal yang khusus menghasilkan gegeralisasi yang umum. Berfikir induktif menggunakan sarana berfikir statistika.
Baik matematika maupun statistika bukanlah ilmu melainkan sarana berfikir. Kedua Metode berfikir tersebut dapat diterapkan dalam penelitian Ilmiah yang direalisasikan dalam karya Ilmiah Penelitian.
Logika berfikir deduktif dipakai dalam perumusan hipotesis penelitian yang dideduksi dari teori-teori yang ada. Logika berfikir Induktif di terapkan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan data dan sample. Untuk menyimpulkan kasus yang berdasarkan data dan sample di perlukan sarana statistika. Proses Ilmiah yang secara epistemologis adalah paroses ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat di katagorikan sebagai produk ilmiah yaitu Ilmu.
6. KesimpulanDari uraian diatas dapat di tarik kesimpulan :
![Page 31: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/31.jpg)
1. Dalam menghadapi permasalahan hidup yang kian berkembang manusia menggunakan akal fikirannya .
2. Proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang menghasilkan suatu pengetahuan di sebut penalaran
3. Logika adalah kecakapan berfikir secara tepat dan akurat berdasarkan fakta dan data untuk menghasilkan keputusan yang benar atas permasalahan yang ada.
4. Metode berfikir logika ada dua yaitu : deduktif dan induktif.
Referensi:
Filsafat Ilmu , Yuyun Suriasumantri, 2005
Logika Ilmu Menalar, Poespoprojo., 2006
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.
Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Berpikir Induktif
![Page 32: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/32.jpg)
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
METODE INDUKTIF
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi
dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang luas
diterima, ilmu-ilrnu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila bertolak
dari pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian
orang sampai pada pernyataan pernyataan universal.
![Page 33: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/33.jpg)
David Hume telah membangkitkan pertanyaan mengenai induksi yang membingungkan
para filosof dari zamannya sampai sekarang. Menurut Hume, pernyataan yang berda
observasi tunggal betapapun besar jumlahnya, secara logis tak dapat menghasilkan
suatu pernyataan umum yang tak terbatas. dalam induksi setelah diperoleh
pengetahuan, maka akan dipergunakan ha-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa
kalau logam dipanasi juga akan mengembang, bertotak dari teori ini kita tahu bahwa
logam lain yang kalau dipanasi juga akan mengambang. Dari contoh di atas bisa
diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut juga
dengn pengetahuan sintetik.
Penalaran induktif berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan
teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di
lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut,
konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu
gejala.
Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi,
DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik
untuk beroperasi,
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik
untuk beroperasi.
· METODE DEDUKTIF
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpan bahwa data-data empirik diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif ialah
![Page 34: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/34.jpg)
adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada bentuk logis
teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada
perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan rnenerapkan
secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.
Popper tidak pernah menganggap bahwa kita dapat membuktikan kebenaran teori-teori
dari kebenaran pernyataan-pernyataan yang bersifat tunggal. Tidak pernah dia
menganggap bahwa berkat kesimpulan-kesimpulan yang telah diverifikasikan teori ini
dapat dikukuhkan sebagai benar atau bahkan hanya mungkin benar, sebagai contoh,
harga akan turun. Karena penurunan beras besar. maka harga beras akan turun.
Penalaran deduktif berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil
pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran
induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke
lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep
secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari
pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu
gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak
tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala
merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan
melakukan generalisasi.
Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya
hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
· KORELASI PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Kedua penalaran tersebut seolah-olah merupakan cara berpikir yang
berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari
teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang
tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang
![Page 35: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/35.jpg)
mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang
mengandaikan teori.
Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua
penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling
mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang
menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran
deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran
yang disebut dengan reflective thinking atau berpikir refleksi.
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk
menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat
dalam menalar dapat dipenuhi.
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki
seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang
memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi
adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus
meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material.
Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan
dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti
isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk
mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang
digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa sehingga wujud
penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan
simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang
digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran
menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat
menentukan kebenaran konklusi dari premis.
![Page 36: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/36.jpg)
ESAIDisusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat dan Dasar-Dasar Logika
Judul :
“ Metode Induksi dan Metode Deduksi Sebagai Sebuah Metode Ilmiah dalam
Mendapatkan Kebenaran”
Manusia dalam kehidupannya selalu mencari kebenaran yang pasti sebagai tujuan
dalam menjalani hidupnya. Tanpa kebenaran manusia akan tersesat dan tak tentu arah
karena tidak punya tujuan yang pasti dalam mencapai kehidupan yang nyata ini. Maka
disinilah kebenaran diperlukan. Kebenaran itu merupakan suatu hal yang dikatakan benar
manakala sesuatu dinyatakan salah. Kebenaran yang di cari manusia yang berpikir itu
bukan hanya kebenaran tentang suatu hal tentang ilmu pengetahuan saja, tapi kebenaran
yang bisa menuntunnya dalam menjalani kehidupan seperti kebenaran tentang agama
yang di anut seseorang.
Dalam proses menemukan kebenaran ini terdapat dua metode yang bisa kita pelajari
yang kajiannya berpusat pada penalaran/ pemikiran manusia dan di dalamnya ada proses
mengkomunikasikan penilaian. Metode ini disebut penalaran yang merupakan suatu
proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang hasilnya berupa pengetahuan yang
baru. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan
bertindak. Sikap dan tindakan manusia ini biasanya berasal dari sumber pengetahuan
yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan suatu
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir bukan dengan perasaan, meskipun
dikatakan Pascal, hatipun mempunyai logika tersendiri. Dan harus kita sadari bahwa tidak
semua kegiatan berpikir itu menyandarkan diri pada penalaran, atau pada hakikatnya
Logika tidak mengkaji keseluruhan proses berpikir/bernalar yang dilakukan oleh
manusia. Jadi penalaran itu merupakan suatu karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran.
Berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan kebenaran. Dalam menentukan
suatu kebenaran menurut seseorang dan orang lain pasti berbeda oleh karena itu proses
![Page 37: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/37.jpg)
berpikir dalam menentukan kebenaran setiap orang itupun pasti berbeda-beda. Dapat
dikatakan bahwa dalam menentukan kebenaran itu ada kriteria tertentu, dan kriteria
kebenaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran tersebut.
Metode induksi dan metode deduksi merupakan suatu metode bernalar berpikir untuk
untuk dapat menilai sesuatu hal yang dapat di nilai benar dan salahnya. Wujud dari suatu
penalaran manusia berbentuk pernyataan. Dari pernyataan ini manusia akan
menyampaikan suatu hasil pemikirannya dengan cara berkomunikasi baik lisan maupun
tulisan. Unsur yang paling penting dalam berkomunikasi itu adalah “Bahasa” atau dalam
bentuk yang sederhana bisa kita sebut kalimat.
Kebenaran itu mempunyai karakteristik tertentu :
1. Adanya suatu pola berpikir yang disebut Logika.
2. Proses berpikirnya bersifat analitik.
Adanya suatu pola berpikir yang disebut Logika merupakan kegiatan penalaran
proses berpikir logis. Dimana logis itu merupakan kegiatan berpikir menurut pola tertentu
atau dalam kata lain menurut logika tententu sedangkan Proses berpikirnya bersifat
analitik. Analisis merupakan suatu kegiatan berpikir dengan berdasarkan langkah-langkah
tertentu. Langkah ini salah satunya dengan menggunakan metode penalaran deduksi dan
induksi, Penaran ini termasuk penalaran ilmiah, karena penalaran ilmiah merupakan
gabungan dari penalaran deduksi dan induksi, di mana penalaran deduksi berkaitan
dengan rasionalisme sedangkan penalaran induksi berkaitan dengan empirisme, oleh
karena itu untuk mengetahui lebih jauh tentang cara mendapatkan kebenaran melalui
metode ini maka kita harus tahu dulu apa pengertian dari dua metode ini.
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menemukan hukum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 444 W.J.S.
Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan
atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Observasi dan eksperimen dilakukan untuk
mengenai gejala-gejala dengan tepat dan saksama, sedang hipotesis dan induksi membuat
rumusan dari hukum-hukumnya.
Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu,
![Page 38: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/38.jpg)
penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Contoh dari induksi :
1. Kuda sumba punya jantung
2. Kuda Australia punya sebuah jantung
3. Kuda amerika punya sebuah jantung
Jadi, setiap kuda punya sebuah jantung
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari suatu peristiwa yang bersifat khusus. Penalaran ini di mulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khusus,
khas dan terbatas dalam menyusun suatu argumentasi yang di akhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum. Katakanlah umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing
mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan
berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan
umum bahwa semua binatang mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini
penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah
bahwa pernyataan yang bersifat umum ini ekonomis, kehidupan yang beraneka ragam
dan corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang
dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi
dari fakta-fakta tersebut. Demikian juga mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan
tidak bermaksud membuat reproduksi objek tertentu, melainkan menekankan pada
struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun
lengkap dan cermatnya tidak bisa memproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi
atau pahitnya sebutir pil kita, Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang
bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah
cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir
teoritis. Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersikap umum adalah
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara
induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Umpamanya
melanjutkan contoh kita terdahulu, dari kenyataan bahwa semua binatang mempunyai
![Page 39: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/39.jpg)
mata dan semua manusia mempunyai mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua
makhluk mempunyai mata. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan
secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin
bersifat fundamental.1[1]
Hubungan Logika dengan induktif Hubungan Logika dan Induktif ini sering disebut
juga Logika Induktif atau penalaran induktif. Penalaran induktif adalah penalaran yang
berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Dimulai dengan mengemukakan pernyataan – pernyataan yang mempunyai ruang lingkup
yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum-umum.
Pendapat Francis Bacon, sama dengan John S.Mill (1806-1873) yang merupakan
filsuf yang juga memperkenalkan “proses generalisasi” dengan cara induksi. Dalam
persoalan generalisasi ini, Mill sependapat dengan David Hume yang mempersoalkan
secara radikal.
Mill melihat tugas utama logika lebih dari sekedar menentukan patokan deduksi
silogistis yang tak pernah menyampaikan pengetahuan baru. Ia berharap bahwa jasa
metodenya dalam logika induktif sama besarnya dengan jasa Aristoteles dalam logika
induktif. Menurutnya, pemikiran silogistis selalu mencakup suatu lingkaran setan
(petitio), dimana kesimpulan sudah terkandung di dalam premis, sedangkan premis itu
sendiri akhirnya masih bertumpu juga pada induksi empiris. Tugas logika menurutnya
cukup luas, termasuk meliputi ilmu-ilmu sosial dan psikologi yang memang pada masing-
masing ilmu itu logika telah diletakkan dasar-dasarnya oleh Comte dan James Mill.
Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan
dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang umum. (Kamus umum
bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Deduksi adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif.
Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan siogisme ini disebut premis yang
kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan
1
![Page 40: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/40.jpg)
merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis
tersebut. Dari contoh kita sebelumnya dapat membuat siogismus sebagai berikut:
Semua makhluk mempunyai mata (Premis Mayor)
Si Polan adalah seorang makhluk (Premis Minor)
Jadi Si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa si Polan mempunyai mata adalah sah menurut
penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang
mendukungnya. Pernyataan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini harus
dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis
yang mendukung adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya
juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskipun kedua premisnya benar,
sekiranya penarikan kesimpulannya adalah sah. 2[2]
Dengan demikian maka ketepatan penarikan keismpulan tergantung dari tiga hal
yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
kesimpulan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak
terpenuhi maka kesimpulan yang di tariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan
yang disusun secara deduktif. Argumentasi matematik seperti a sama dengan b dan bila b
sama dengan c maka a sama dengan c merupakan suatu penalaran deduktif. Kesimpulan
yang berupa pengetahuan baru bahwa a sama dengan c pada hakikatnya bukan
merupakan pengetahuan dalam arti yang sebenarnya, melainkan sekadar konsekuensi dari
dua pengetahuan yang sudah kita ketahui sebelumnya, yakni bahwa a sama dengan b dan
b sama dengan c. Tak pernah ada kejutan dalam logika, simpul Wittgenstein, sebab
pengetahuan yang diperole adalah kebenaran tautologis. Namun benarkah ulangan
matematika tak pernah menimbulkan surprise; seperti pernyataan Taufik ismail dalam
sajak Ladang jagung;bagaimana kalau bumi bukan bulat, tapi segi empat?
Hubungan Logika dengan deduksi Menurut Langeveld, logika itu adalah kepandaian
untuk memutuskan secara jitu. Logika mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk mengambil kesimpulan secara benar; atau untuk menghasilkan pengetahuan yang
bersifat ilmiah. Unsur utama logika adalah pemikiran dan keputusan.3[3]
23
![Page 41: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/41.jpg)
Hubungan logika dan Deduktif sering disebut juga Logika Deduktif atau penalaran
deduktif. Penalaran Deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi
argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif dan valid hanya jika kebenaran dari
kesimpulan ditarik atau merupakan konsekunsi logis dari premis – premisnya.
Contoh :
Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup (premis mayor)
Anton adalah seorang makhluk hidup (premis minor)
Jadi, Anton perlu makan untuk mempertahankan hidupnya. (kesimpulan)
Adanya proses penalaran inipun tidak lepas dari sumber-sumber pengetahuan yani
rasio, pengalaman dan waktu. Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang
mendasari lahirnya ilmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan
manusia. Menurut Sumarna (dalam Susanto, 2011: 186) sumber ilmu pengetahuan
terdapatperbedaan antara pandangan filosof dan ilmuwan Barat dengan filosofot dan
ilmuwan muslim.
Menurut filosof dan ilmuwan muslim, sumber utama ilmu pengetahuan adalah
wahyu yang termanifestasikan dalam Alquran dan As-sunnah, selain empiris dan
rasional. Sedangkan menurut filosof dan ilmuwan Barat sumber ilmu pengetahuan hanya
dibatasi pada sumber utama yaitu pengetahuan yang lahir dari pertimbangan rasio (akal
atau deduksi) dan pengetahuan yang dihasilkan melalui pengalaman (empiris dan
induksi).
Menurut Suriasumantri (dalam Susanto, 2011:186) terdapat empat cara pokok dalam
mendapatkan pengetahuan, pertama adalah pengetahuan yang berdasarkan rasio yang
dikembangkan oleh kaum rasionalis yang dikenal dengan rasionalisme. Kedua,
pengetahuan yang berdasarkan pada pengalaman yang dikenal dengan faham empirisme.
Ketiga, pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang
yang sedang terpusatkan pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan
jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan
sehingga intuisi tidak bisa digunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan yang
teratur. Sumber pengetahuan yang keempat adalah wahyu yang merupakan pengetahuan
yang disampaikan tuhan kepada manusia.
![Page 42: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/42.jpg)
Sedangkan Amsal Bakhtiar mengungkapkan ada beberapa pendapat tentang
sumber pengetahuan antara lain: Empirisme Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos,
artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang
dimaksudkan ialah pengalaman inderawi. .Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa
akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Menusia memperoleh penegetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera
dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Intuisi Menurut Henry Bergson intuisi
adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan
insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya.Ia juga mengatakan bahwa
intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan
yang nisbi. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk
menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Wahyu adalah
pengetahuan yang disampaikan oleh ALLAH kepada manusia lewat perantaraan para
nabi. Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang
yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental, seperti
latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan segenap isinya serta kehidupan
diakhirat nanti. Dari uraian diatas, yang dapat dijadikan sumber pengetahuan adalah
wahyu, pengalaman dan rasio. Sedangkan intuisi tidak dapat digunakan sebagai sumber
ilmu pengetahuan karena ia bersifat personal dan tidak bisa diramalkan serta bersifat tiba-
tiba atau seketika.
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa dengan rasa ingin tahunya, manusia berusaha
mencari pengetahuan dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan dan
kelangsungan hidupnya. Penalaran merupakan salah satu proses dalam berpikir yang
menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk
medapatkan pengetahuan baru.
logika merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan
dengan menggunakan akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan secara sistematis.
Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari lahirnya ilmu pengetahuan
yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia. Tedapat tiga sumber
![Page 43: filsafat](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062520/5695d5591a28ab9b02a505e2/html5/thumbnails/43.jpg)
pengetahuan 1.Empiris/pengetahuan, 2.Rasio/akal (pikiran) dan 3.wahyu Kebenaran
merupakan kesesuaian antara pikiran dan kenyataan dan menjadi tujuan dari filsafat.
Untuk menyatakan sesuatu itu benar dapat didasarkan pada teori kebenaran. Pengetahuan
dapat diperoleh dengan jalan penalaran dan logika yang bersumberkan pada pengalaman,
akal dan wahyu sehingga pada akhirnya didapatkanlah suatu kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Jujun S. Suriasumantri. 1998 Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar yang Populer Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Soetriono, Tanpa Tahun. Filsafat ilmu Yogyakarta: Andi Ofset
Hodijah (2014) Filsafat Ilmu (on Line). Tersedia:http://hodijahrisa.wordpress.com/dunia-
pendidikan/filsafat-ilmu/
Nurmalia (2013) Logika, deduksi dan induksi (on Line). Tersedia
http://nurmaliaandriani95.blogspot.com/2013/06/logika-deduksi-dan-induksi.html
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar yang Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998) hal. 484[2] Ibid. hlm 495[3] Soetriono, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Andi, 2007), hal. 125
45