film independen

3
Hak Kekayaan Intelektual yang perlu dilindungi Judul : Film Independen (Dalam perspektif hukum hak cipta dan hukum perfilman Indonesia) Penulis : Dr Rahman M. Ramli,S.H.,M.H. dan Fathurahman P.Ng.J.,S.H. Tahun Terbit : Cetakan Pertama ,September 2005 Nama Penerbit :Ghalia Indonesia, Bogor Selatan Harga Buku : Rp 34.500,00 Tebal Buku : vii +160hlm. Seni merupakan fitrah manusia yang dapat dikembangkan dan menjadikannya sebuah tolak ukur kesenian sebagai bentuk kemajuan sebuah peradaban. Oleh sebab itu, manusia disebut makhluk berkesenian yang bisa menunjukkan kapasitas mental dan kemampuan untuk menciptakan kreasi-kreasi artistik. Keistimewaan ini menghasilkan kekayaan intelektual dalam bentuk apresiasi seni dari ide-ide yang membebaskan ekspresi kreativitas seni setiap individu. Ekspresi kreativitas ini berwujud film independen yang berdurasi kurang dari satu jam dengan berusaha membuat jalan cerita alternatif berlandaskan kebebasan. Film independen merupakan hasil kreasi insan perfilman dengan menjunjung tinggi nilai apresiasi seni tanpa harus terjebak ke dalam paradigma sinema formal. Oleh karena itu, film independen dan hak kekayaan intelektual

Upload: wiswisnu

Post on 06-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Film Independen

TRANSCRIPT

Page 1: Film Independen

Hak Kekayaan Intelektual yang perlu dilindungi

Judul : Film Independen (Dalam

perspektif hukum hak cipta

dan hukum perfilman

Indonesia)

Penulis : Dr Rahman M.

Ramli,S.H.,M.H. dan

Fathurahman P.Ng.J.,S.H.

Tahun Terbit : Cetakan

Pertama ,September 2005

Nama Penerbit :Ghalia Indonesia, Bogor

Selatan

Harga Buku : Rp 34.500,00

Tebal Buku : vii +160hlm.

Seni merupakan fitrah manusia yang dapat dikembangkan dan menjadikannya sebuah tolak ukur kesenian sebagai bentuk kemajuan sebuah peradaban. Oleh sebab itu, manusia disebut makhluk berkesenian yang bisa menunjukkan kapasitas mental dan kemampuan untuk menciptakan kreasi-kreasi artistik. Keistimewaan ini menghasilkan kekayaan intelektual dalam bentuk apresiasi seni dari ide-ide yang membebaskan ekspresi kreativitas seni setiap individu. Ekspresi kreativitas ini berwujud film independen yang berdurasi kurang dari satu jam dengan berusaha membuat jalan cerita alternatif berlandaskan kebebasan. Film independen merupakan hasil kreasi insan perfilman dengan menjunjung tinggi nilai apresiasi seni tanpa harus terjebak ke dalam paradigma sinema formal. Oleh karena itu, film independen dan hak kekayaan intelektual yang perlu dilindungi dengan hukum dan undang-undang tertentu. Namun antara hukum dan seni memiliki sifat berbeda.Hukum yang terkesan dengan aturan-aturan yang bersifat mengikat sedangkan seni yang cenderung terlepas dengan aturan-aturan dan umumnya didominasi dengan citra seni. Buku Film Independen(dalam perspektif hukum hak cipta dan hukum perffilman Indonesia) menjelaskan dengan berusaha mengubah pandangan tersebut karena melalui pendekatan hukum dan seni, maka akan tercipta pola pikir bahwa kehadiran hukum dalam dunia seni bukan seni untuk mempersempit dunia kreativitas, melainkan

Page 2: Film Independen

melindungi kreativitas itu dari eksploitasi ekonomi orang yang tidak berhak.

Buku Film Independen( dalam perspektif hukum hak cipta dan hukum perfilman ) ini terdiri dari 5 bab. Pada bab pertama, buku Film Independen ini menjelaskan tentang dasar terbentuknya kekayaan intelektual yang mewujudkan hasil kreasi insan berupa film independen yang perlu dilindungi dengan hukum melihat geliat sinematografi Indonesia yang ditandai semakin marak industri pertelevisian sehingga memicu pemerintah agar hukum Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) perlu dilindungi dalam menghadapi era globalisasi.

Pada bab kedua, buku ini membahas keterkaitan yang erat antara hak cipta dengan era globalisasi. Menyambut era globalisasi sistem informasi, dalam hak cipta Indonesia juga mengalami beberapa perubahan yang berkaitan dengan sistem informasi karena hak ciptalah yang melindungi program –program komputer berupa film. Sehingga diperlukan urgensi hukum terkait dengan hak cipta dan era globalisasi. Di bab ketiga, buku ini menjelaskan bahwa kedudukan film sebagai hak kekayaan intelektual memiliki rangkaian perlindungan hukum bagi komunitas film independen sebagai bentuk peran serta masyarakat baik berupa lembaga pendidikan dan kritik film yang ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu perfilman.

Pada bab keempat, dibuku ini disebutkan bahwa film independen patut dan perlu diberikan perlindungan hukum, karena film independen itu sendiri adalah hak kekayaan intelektual individu yang harus dilindungi dari eksploitasi ekonomi. Meskipun undang-undang perfilman yang telah dibuat bersifat represif, namun pada undang –undang ini ada pasal-pasal yang memiliki relevansi dengan film independen. Dan terakhir pada bab kelima, buku ini menjelaskan bahwa film independen merupakan sebuah fenomena baru di mata masyarakat yang tentunya memerlukan perlindungan hukum sehingga dengan adanya hukum dan undang-undang yang melindungi film independen walaupun undang-undang perfilman belum berjalan sinergi. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret pemerintah untuk merevisi undang-undang perfilman agar dunia perfilman dapat menuju regulasi perfilman yang mapan.

Keunggulan buku ini adalah memberikan informasi serta pandangan antara seni dan hukum yang saling berkaitan dengan terperinci dan dilengkai dengan dasar –dasar hukum sebagai bukti pentingnya hak kekayaan intelektual individu . Buku ini sagat cocok untuk para mahasiswa jurusan hukm, seni, para sineas muda maupun para pemerhati hukmperfilman Indonesia. Kelemahan buku ini yaitu bahasa yang digunakan terlalu kaku untuk anak SMA yang ingin tahu tentang dunia perfilman Indonesia.

Buku ini ditulis oleh Dr. Ahmad M. Ramli, S.H., M.H. dan Fathurahman P.Ng.J.,S.H. yang memiliki senuah harapan dengan

Page 3: Film Independen

kehadiran buku ini pemahaman masyarakat tentang hukum, sekaligus menjadi langkah dalam membantu supremasi hukum di Indonesia.

Atik Prihatiningrum_XI IPA B