federasi serikat pekerja media independen

38
Saran Pers Aliansi METRO: “Tolak Anjuran Mediator yang Tidak Berakal Sehat” Posted by: Serikat Pekerja Media on: 16/05/2012 In: Release and Statements Comment! Konstitusi menjamin hak setiap warga negara dalam berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Begitu pun dengan hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Namun nasib yang menimpa Luviana, Jurnalis perempuan Metro Tv seolah membuktikan hukum di negeri ini hanya indah di atas kertas. Telah kita ketahui selama ini, Luviana dibebastugaskan lantaran menuntut perbaikan kesejahteraan, manajemen ruang redaksi, serta tengah menggagas berdirinya organisasi pekerja yang mampu memperjuangan aspirasi karyawan di perusahaan televisi milik Surya Paloh, seorang pengusaha yang juga pendiri Partai Nasdem dan tengah gencar menggaungkan slogan Restorasi Indonesia itu. Sudah lebih dari tiga bulan Luviana dibebastugaskan tanpa alasan yang jelas. Tak hanya itu, Manajemen Metro Tv juga tanpa alasan dan dasar hukum yang jelas, telah mengajukan gugatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Luviana di di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Sudinakertrans) Jakarta Barat. Perlakuan yang dialami Luviana mencerminkan betapa rendahnya penghargaan manajemen Metro TV terhadap pelembagaan nilai-nilai hak asasi manusia. Menjadi sangat ironis mengingat Surya Paloh, selaku pemilik MetroTV, selalu gencar mengkampanyekan perubahan Indonesia yang lebih baik melalui gerakan restorasi! Sementara di saat bersamaan, praktik penindasan, kriminalisasi dan perlakuan sewenang-wenang tumbuh subur di perusahaannya. Di saat bersamaan, perundingan bipartite hingga tripartite antara Luviana dan kuasa hukumnya dengan Metro TV menemui jalan buntu. Perusahaan tetap tidak mau mempekerjakan kembali Luviana di bagian redaksi. Ironisnya, pasca perundingan tripartite usai,

Upload: zulkarnaen-alx

Post on 05-Aug-2015

128 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Saran Pers Aliansi METRO: “Tolak Anjuran Mediator yang Tidak Berakal Sehat”Posted by: Serikat Pekerja Media on: 16/05/2012

In: Release and Statements Comment!

Konstitusi menjamin hak setiap warga negara dalam berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Begitu pun dengan hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Namun nasib yang menimpa Luviana, Jurnalis perempuan Metro Tv seolah membuktikan hukum di negeri ini hanya indah di atas kertas. Telah kita ketahui selama ini, Luviana dibebastugaskan lantaran menuntut perbaikan kesejahteraan, manajemen ruang redaksi, serta tengah menggagas berdirinya organisasi pekerja yang mampu memperjuangan aspirasi karyawan di perusahaan televisi milik Surya Paloh, seorang pengusaha yang juga pendiri Partai Nasdem dan tengah gencar menggaungkan slogan Restorasi Indonesia itu.

Sudah lebih dari tiga bulan Luviana dibebastugaskan tanpa alasan yang jelas. Tak hanya itu, Manajemen Metro Tv juga tanpa alasan dan dasar hukum yang jelas, telah mengajukan gugatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Luviana di di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Sudinakertrans) Jakarta Barat.

Perlakuan yang dialami Luviana mencerminkan betapa rendahnya penghargaan manajemen Metro TV terhadap pelembagaan nilai-nilai hak asasi manusia. Menjadi sangat ironis mengingat Surya Paloh, selaku pemilik MetroTV, selalu gencar mengkampanyekan perubahan Indonesia yang lebih baik melalui gerakan restorasi! Sementara di saat bersamaan, praktik penindasan, kriminalisasi dan perlakuan sewenang-wenang tumbuh subur di perusahaannya.

Di saat bersamaan, perundingan bipartite hingga tripartite antara Luviana dan kuasa hukumnya dengan Metro TV menemui jalan buntu. Perusahaan tetap tidak mau mempekerjakan kembali Luviana di bagian redaksi. Ironisnya, pasca perundingan tripartite usai, Mediator Sudinakertrans Jakarta Barat, Suparwanto SH, justru mengeluarkan anjuran yang melegalkan kesewenang-wenangan Metro Tv pada 10 Mei 2012. Mediator tunduk pada logika berpikir perusahaan Metro Tv yang menuduh Luviana melanggar Pasal 65 ayat 1 huruf p Peraturan Perusahaan Metro Tv dengan membocorkan rahasia perusahaan dan mencemarkan nama baik pimpinan perusahaan. Selain itu, Metro Tv menuduh Luviana melanggar pasal 65 ayat 1 huruf f karena dengan sengaja menyebarkan berita melalui media publik, BBM maupun media online lainnya, bahwa perusahaan menolak pembentukan serikat pekerja dan aktivitas berkumpul karyawan. Metro Tv berdalih informasi yang disampaikan pekerja tidak benar karena pekerja yang bersangkutan tidak pernah mengajukan secara resmi baik tertulis maupun lisan maupun pendaftaran serikat pekerja ke instansi tenaga kerja.

Padahal faktanya, Luviana telah diperlakukan sewenang-wenang dengan dikeluarkan dari bagian redaksi (dinon-jobkan) sejak tanggal 1 Februari2012. Metro Tv kemudian mengajukan gugatan PHK terhadap Luviana di Sudinakertrans Jakarta Barat pada 27 Februari 2012. Luviana kemudian pertama kali menggelar konferensi pers terkait kasusnya ketika melaporkan tindakan kezhaliman Metro Tv di Komnas HAM pada 2 Maret

Page 2: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

2012. Luviana juga pertama kali melakukan orasi dan berdemonstrasi menyuarakan kasusnya pada Hari Perempuan Internasional 8 Maret 2012. Pertanyaannya : bagaimana mungkin Metro Tv menggugat PHK Luviana dengan alasan mencemarkan nama baik perusahaan, padahal faktanya Metro Tv sudah menggugat PHK Luviana jauh sebelum Luviana membuka persoalan dirinya ke publik?!

Selain itu, tuduhan Metro Tv bahwa Luviana berbohong karena tidak pernah mendaftarkan serikat pekerja ke instansi tenaga kerja juga patutdipertanyakan. Faktanya, beberapa karyawan yang menginisiasi organisasi Karyawan seperti Matheus Dwi Hartanto, Edi Wahyudi maupun Luviana sendiri tiba-tiba dipanggil Manajer HRD Metro Tv dan dipaksa mengundurkan diri. Jelas Metro Tv mencoba sebisa mungkin mencegah lahirnya Serikat Pekerja dengan mendepak sejumlah karyawan yang dianggap bersikap kritis.

Sementara jika kita merujuk pada UU No 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, tidak ada satupun pasal yang melarang pihak-pihak yang bersengketa baik itu di perundingan bipartite maupun tripartite untuk membuka persoalan ini ke publik. Tidak ada satu pasalpun yang melarang baik pekerja maupun perusahaan untuk melakukan konferensi pers, orasi, atau cara apapun yang diperlukan selama proses perundingan masih berlangsung. Seharusnya jika Metro Tv keberatan dengan berbagai konferensi pers yang digelar Luviana, mereka seharusnya menggelar konferensi pers pula untuk meluruskan apa yang mereka anggap tidak benar. Bukan dengan cara mencari-cari kesalahan Luviana dengan menciptakan tuduhan baru membuka persoalan perusahaan ke publik.

Anjuran Mediator Sudinakertrans Jakarta Barat sekali lagi menunjukkan aparat Negara di Indonesia jarang sekali berpihak kepada pekerja. Selain itu, anjuran tersebut bukanlah sebuah produk hukum yang berlandaskan akal sehat dan hati nurani.

Melihat kondisi tersebut kami yang tergabung dalam Aliansi METRO (Melawan Topeng Restorasi), menyatakan sikap :

1. Mengecam keras anjuran Mediator Sudinakertrans Jakarta Barat yang tunduk pada kepentingan perusahaan!2. Menolak anjuran Mediator Sudinakertrans Jakarta Barat karena tidak berlandaskan hukum dan akal sehat!3. Melaporkan Mediator Sudinakertrans Jakarta Selatan kepada Kementerian Tenaga Kerja terkait ketidak wajaran kinerja yang ditunjukkannya selama proses perundingan tripartite.4. Menuntut Manajemen Metro Tv mengakhiri perselisihan hubungan industrial dengan Luviana dan menerimanya bekerja kembali di redaksi.5. Menuntut Manajemen Metro Tv memberikan ruang kebebasan bersuara dan membentuk Serikat baik bagi Luviana maupun seluruh karyawan Metro Tv.

Demikian pernyataan sikap dari Aliansi METRO dalam kasus Luviana dan Metro TV. Kami akan selalu berjuang membela jurnalis yang memperjuangkan kesejahteraan, kebebasan berpendapat, berekspresi dan kebebasan berserikat di industri media!

Hidup jurnalis! Hidup buruh! Jurnalis Juga Buruh! Lawan penindasan!

Jakarta, 15 Mei 2012

Hormat Kami,

Page 3: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Kustiah

Koordinator Aliansi Metro (Melawan Topeng Restorasi), Hp: 0817 0565 654

Aliansi Metro (Melawan Topeng Restorasi), terdiri atas Kontras, FPPI-Front Perjuangan Pemuda Indonesia, INFID, Salud, Komunitas Kedai Kopi Bhinneka, Migrant Care, Kapal Perempuan, KePPak PEREMPUAN, PBHI Jakarta, AJI Jakarta, AJI Indonesia, Jurnal Perempuan,Inspirasi Indonesia, FMKJ-Forum Masyarakat Kota Jakarta, Aliansi Petani Indonesia, Somasi -solidaritas Mahasiswa Untuk Demokrasi, LBH Pers, DPP Konfederasi Serikat Nasional (KSN), LBH Jakarta, AMAN- Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, Federasi SP Media Independen, Sekar Indosiar, FKI KSPSI Bekasi, Serikat Pekerja KBR 68H, KASBI, SRMI, FSNN-Federasi Serikat Nelayan Nusantara, SPSI, Barisan Perempuan Indonesia, SMI Jakarta, LPM Media Kampus, KASBI, FPBJ Forum Perjuangan Buruh Jakarta, SBTPI Serikat Buruh Transportasi Pelabuhan Indonesia, Poros Wartawan Jakarta(PWJ), SEKBER BURUH, ALWARI (Aliansi Wartawan Radio Indonesia), PAWANG (Paguyuban Warga Anti Penggusuran), HPNS (Himpunan Petani dan Nelayan Sukabumi), Perempuan Mahardika, Jaringan Pro Demokrasi, Jakarta Street Lawyer, APHI, Forum Mahasiswa Alumni Atmajaya Yogyakarta, REPDEM, ANBTI (Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika).

CP:Umar Idris, Ketua AJI Jakarta, 0818 111 201Soleh Ali, Kepala Divisi Litigasi LBH Pers, 0815 8516 0177Khamid Istakhori, Sekjen KSN, 0812 8483 7137Mariana Amiruddin, Jurnal Perempuan, 0817 4914 315Sultoni, Koordinator Sekber Buruh, 0878 7872 5873

Page 4: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

FSPM Independen: Siaran Pers Hari Buruh 1 Mei 2012Posted by: Serikat Pekerja Media on: 01/05/2012

In: Uncategorized Comment!

Siaran Pers 1 Mei 2012FSPMI: Perusahaan Media Harus Memberikan Kesejahteraankepada Pekerjanya dan Menghargai Hak BerserikatNomor: 26/FSPMI-Ext/IV/2012

Kurun waktu 2011 hingga awal 2012 memberi sinyal adanya sejumlah perkembangan baru dalam industri media. Salah satunya adalah dengan makin tumbuhnya media dengan platform online, atau makin digarapnya secara serius media dengan platform yang berbasis internet yang sudah ada sebelumnya. Media online mendapat perhatian lebih oleh dari perusahaan menyikapi boomingnya pemanfaatan internet pada tahun-tahun belakangan ini.

Perkembangan ini dibarengi oleh perubahan pola dan sistem kerja media, dengan mulai diperkenalkannya konvergensi. Secara garus besar, konvergensi merujuk pada cara kerja yang mengintegrasikan sistem kerja antara satu perusahaan media dengan media lainnya yang memiliki platform berbeda di bawah satu korporasi.

Perkembangan ini menjadi contoh nyata bagaimana industri media terlihat kian tumbuh pesat sebagai industri. Namun, apakah perkembangan ini juga diiringi oleh perubahan cukup signifikan terhadap iklim dan suasana kerja bagi pekerja media, itu yang masih menjadi tanda tanya. Malah, sejumlah fakta yang terjadi belakangan ini menunjukkan hal yang kurang menggembirakan.

Dalam kurun waktu satu tahun belakangan ini, setidaknya ada sejumlah isu ketenagakerjaan yang muncul ke permukaan, baik soal pemberangusan serikat pekerja dan pemutusan hubungan kerja (seperti dialami Serikat Pekerja Indonesia Finance Today), penonjoban karena mempersoalkan sistem di dalam perusahaan media (seperti dialami Luviana, Metro TV), dan pertanyaan soal hak sebagai pekerja (seperti diperjuangkan Serikat Pekerja Koresponden Tempo dan pekerja Harian Semarang).

Kasus PHK terhadap 13 pengurus dan anggota Serikat Pekerja Indonesia Finance Today bermula dari tuntutan mereka yang mempersoalkan pemotongan gaji serta meminta pembayaran sejumlah hak yang belum diberikan, yaitu tunjangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan tunjangan kesehatan. Manajemen menyikapi tuntutan itu dengan mengintimidasi anggota serikat, sebelum akhirnya melakukan pemutusan hubungan kerja kerja (PHK) terhadap 13 pekerja yang juga pengurus dan anggota Serikat Pekerja IFT. Serikat pekerja melaporkan tindakan yang bisa dikategorikan sebagai pemberangusan serikat pekerja (union busting) ini ke kepolisian.

Kasus penonjoban Luviana bermula dari sejumlah pekerja Metro TV yang mempertanyakan sejumlah hal di TV berita itu, antara lain soal saluran komunikasi yang tak jalan dan juga karena

Page 5: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

sistem penilaian yang tidak jelas. Ini berimbas pada ketidakjelasan jenjang karir dan tak adanya perbaikan kesejahteraan. Bukannya ditanggapi dengan perbaikan, manajamen Metro TV malah menonjobkan Luviana. Kasus ini kini sedang dalam proses tripartit di Dinas Tenaga Kerja Jakarta Barat.

Perjuangan untuk menuntut hak pekerja dilakukan oleh Serikat Pekerja Koresponden Tempo (Sepak@t). Serikat pekerja yang beranggotakan koresponden Tempo itu menuntut sejumlah hak kepada PT Tempo Inti Media, di antaranya adalah hak untuk mendapatkan asuransi bagi anggotanya (koresponden) yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Hingga kini, Sepak@t masih terus memperjuangkan tuntutan tersebut.

Sedangkan 12 pekerja Harian Semarang menuntut hak atas pesangon setelah mereka diberhentikan oleh perusahaannya. Dengan dalih ‘masa kontrak habis’, mereka tak lagi dipekerjakan di harian yang terbit di Semarang, Jawa Tengah, tersebut. Dengan bantuan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang dan Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia, mereka saat ini sedang memperjuangkan haknya tersebut melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang.

Dengan sejumlah perkembangan di atas, Federasi Serikat Pekerja Media Independen menyerukan:==> Perusahaan harus memberikan apa yang menjadi hak para pekerjanya. Hak itu meliputi hak untuk mendapatkan kesejahteraan yang layak, yang itu ditandai dengan pemberian gaji dan tunjangan yang layak, minimal seperti yang disyaratkan dalam Undang Undang Ketenagakerjaan. Termasuk juga hak untuk mendapatkan pesangon dan hak lainnya jika terjadi pemutusan hubungan kerja. Perubahan cara kerja yang ditimbulkan oleh dampak dari konvergensi atau konglomerasi media juga selayaknya mesti diikuti dengan perbaikan dalam aspek kesejahteraan pekerja.==> Perusahaan media juga harus menghargai hak karyawannya untuk menggunakan haknya berekspresi dan berogranisasi. Hak berekspresi meliputi hak untuk menyampaikan kritik untuk perbaikan iklim kerja. Sedangkan hak berorganisasi meliputi hak untuk mendirikan atau menjadi anggota serikat pekerja. Sebab, hak itu dijamin oleh Konstitusi dan diperkuat oleh Undang Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.==> Meminta pekerja media untuk lebih sadar akan hak-haknya, mulai dari hak untuk mendapatkan gaji dan tunjangan yang layak, serta menggunakan haknya untuk berserikat -baik mendirikan maupun menjadi anggota serikat pekerja. Perjuangan secara kolektif, seperti melalui serikat pekerja, dinilai merupakan cara yang paling ampuh untuk memperjuangkan hak-hak pekerja media.

Jakarta, 1 Mei 2012Ketua Umum, Wakil Sekretaris,

Abdul Manan Muhammad Irham

Federasi Serikat Pekerja Media (FSPM) Independen dideklarasikan pada 25 Juli 2009 di Jakarta. FSPM Independen memiliki 10 anggota: Dewan Karyawan Koran Tempo, Forum Karyawan SWA, Serikat Pekerja Smart FM, Serikat Pekerja KBR68H, Ikatan Karyawan RCTI, Serikat Pekerja Suara Pembaruan, Ikatan Karyawan Solo Pos, Serikat Karyawan Indosiar, Serikat Pekerja Pontianak Post, dan Serikat Pekerja Koresponden Tempo.

Page 6: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Kiat Menjadi OrganiserPosted by: Serikat Pekerja Media on: 01/07/2008

In: Tips and Guidelines Comment!

Oleh Winuranto Adhi, Koordinator Divisi Serikat Pekerja Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta

Untuk memudahkan membangun serikat pekerja media, setidaknya diperlukan kualitas dan ketrampilan yang mumpuni sehingga kawan yang akan diajak bergabung menjadi lebih yakin. Berikut sejumlah ketrampilan yang harus dimiliki seorang organiser:

1. TulusJangan berharap mendapatkan imbalan atau pujian dari orang lain atas apa yang tengah Anda lakukan. Jika terjadi perubahan yang lebih baik, anggap sebagai keberhasilan bersama.

2. Ulet dan tabahMeski menyakinkan kawan sendiri, terkadang akan menjadi pekerjaan yang sangat melelahkan dan membosankan. Sisi emosional Anda kadang akan terkuras habis. Karenanya, seorang organiser harus ulet dan tabah.

3. KreatifSeorang organiser yang baik harus terus mampu mencari bahan pengorganisiran. Pada tahap awal, sebelum bisa meyakinkan untuk membentuk serikat pekerja, buatlah aktivitas yang lebih santai seperti arisan, rujakan dan lain-lain.

4. FleksibelSeorang organiser harus dapat menjaga tingkah laku, tutur kata, dan sikap. Anda harus peka membaca kondisi serta situasi yang terjadi di perusahaan.

5. PenghormatanSeorang organiser harus menghormati kawan lain yang berbeda agama, keyakinan dan suku.

6. HumorisIni penting dimiliki seorang organiser. Dengan rasa humor yang tinggi, organiser dapat mudah menjalin perkawanan. Rasa perkawanan setidaknya mampu menjadi bekal untuk membangun kepercayaan.

7. KomunikasiSeorang organiser harus bisa berperan sebagai seorang komunikator yang dinamis. Komunikasi harus dilakukan dua arah. Jangan sampai merasa lebih pintar dari kawan lainnya.

8. Kemampuan agitasiAgitasi merupakan suatu bentuk komunikasi yang khusus. Agitasi tidak hanya bertujuan membuat orang mengerti suatu persoalan tetapi juga membuat tertarik, antusias untuk terjun dan berperan.

Page 7: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

9. Teliti dan detailKelengkapan data merupakan hal penting dalam sebuah pengorganisiran. Sering kali organiser mengabaikan persaolan ini karena dianggap berbelit-belit dan membosankan. Padahal ini begitu penting. Ingat, sedikit saja Anda membuat kesalahan, bukan tidak mungkin akan meruntuhkan perjuangan yang sedang dibangun.

Page 8: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Membangun Serikat Pekerja MediaPosted by: Serikat Pekerja Media on: 01/07/2008

In: Tips and Guidelines Comment!

Oleh Winuranto Adhi, Koordinator Divisi Serikat Pekerja Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta

Di kalangan jurnalis dan pekerja media banyak yang beranggapan membentuk serikat pekerja sangat sulit, bertele-tele, serta harus melewati rumitnya birokrasi. Anggapan seperti itu tidak sepenuhnya benar. Bila syarat minimal 10 orang anggota sudah terpenuhi, jangan ragu, segera beritahukan dan catatkan serikat pekerja Anda ke kantor Dinas Ketenagakerjaan. Pencatatan ini harus disesuaikan dengan domisili kantor media Anda. Jika berada di wilayah Jakarta Pusat, misalnya, maka catatkanlah pada Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Pusat.

Syarat pencatatan dan pemberitahuan yang harus dilengkapi, antara lain:1. Daftar nama anggota yang membentuk serikat pekerja2. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga3. Susunan dan nama pengurus4. Berita acara rapat pembentukan serikat pekerja

Jika syarat ini sudah terpenuhi, lazimnya dinas ketenagakerjaan akan segera menerbitkan nomor pencatatan serikat pekerja Anda. Serikat ini tidak perlu mendapatkan persetujuan pengusaha media. Bila persyaratan formal sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep. 16/Men/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh sudah terpenuhi, artinya serikat pekerja media Anda sudah sah berdiri.

Ketika sudah berdiri, jangan sampai serikat pekerja kehabisan peluru. Ingat, serikat wajib melindungi dan membela kepentingan anggotanya serta memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota juga keluarganya. Dalam UU Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, serikat memiliki hak:1. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha atau pihak manajemen media.2. Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial.3. Mewakili pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan.4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja.5. Melakukan kegiatan lain di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.6. Dapat berafiliasi atau bekerja sama dengan serikat pekerja internasional atau organisasi internasional lainnya.

Jadi kalau pihak manajemen berusaha menghalang-halangi pekerjanya untuk membentuk, menjadi anggota, atau menjadi pengurus serikat, hal ini bisa dikategorikan sebagai tindak pidana kejahatan. Selama ini bentuk pelanggaran lain kebebasan berserikat yang masih kerap terjadi adalah:1. Melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), memberhentikan sementara, menurunkan

Page 9: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

jabatan atau melakukan mutasi.2. Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja.3. Melakukan intimidasi dalam bentuk apa pun.4. Melakukan kampanye antipembentukan serikat pekerja.

Jangan pernah mundur. Menurut pasal 43 ayat (1) UU No. 21/2000, barang siapa menghalang-halangi aktivitas yang terkait dengan serikat pekerja, dapat dikenai sanksi pidana penjara saling singkat satu tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta, dan paling banyak Rp 500 juta.

Nah, jika Anda mengalami represivitas dari pihak manajemen atau pengusaha media, segera laporkan kepada pihak yang berwajib, baik itu Depnaker atau kepolisian. Jurnalis dan pekerja media bersatu tak bisa dikalahkan!

Ada beberapa cara/modus yang sering dilakukan oleh pihak manajemen di dalam menghambat bahkan memberangus kehadiran serikat pekerja di perusahaan mereka. Umumnya dalam bentuk intimidasi dan diskriminasi. Misalnya jika ada karyawan yang mulai terlihat kasak-kusuk, mengajak teman-teman lainnya berdiskusi untuk membangun sebuah serikat pekerja, biasanya akan dipanggil dan diberi ancaman-ancaman, pemecatan misalnya.Jika kondisi ini yang Anda hadapi, saya mengusulkan agar Anda berdiskusi dan berembug dengan teman-teman Anda di luar jam kerja atau di warung-warung sambil makan nasi pecel. Yang penting Anda dapat mengumpulkan minimal 10 orang yang bersepakat bulat untuk mendirikan sebuah serikat pekerja. Lalu Anda susun AD/ART secara sederhana, bisa njiplak dulu dari teman-teman lainnya yang sudah punya (nanti toh bisa disempurnakan lagi, kan?), lalu daftarkan SP Anda itu ke Disnaker setempat. Nah, setelah Anda punya surat tanda daftar organisasi dari Disnaker, Anda sudah resmi menjadi sebuah SP dan Anda dapat mengirimkan surat pemeritahuan kepada pihak manajemen dengan dilampiri surat tanda daftar tadi. Dengan itu Anda sudah punya kekuatan hukum yang memadai untuk membela diri Anda dan teman-teman Anda dari intimidasi dan diskriminasi yang dilakukan oleh pihak manajemen. Tentunya untuk itu Anda perlu membaca dengan seksama UU No. 21 Thn. 2000 tentang Serikat Buruh/Pekerja.Perlu sekali saya ingatkan di sini, bahwa untuk memdirikan sebuah serikat pekerja di sebuah perusahaan tidaklah diperlukan izin dari pihak manajemen perusahaan. Yang perlu Anda lakukan hanyalah membuat surat pemeritahuan dan melampirkan surat tanda daftar organisasi tadi. Tetapi jangan lupa membuat tanda terima surat itu.

Demikian. Semoga berhasil.Salam Serikat!

Busyra Q. YogaKetua Forum Karyawan SWA

Page 10: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Deklarasi Komite Persiapan Federasi Serikat Pekerja Media-Independen (FSPM-Independen)Posted by: Serikat Pekerja Media on: 30/06/2008

In: Release and Statements Comment!

“Ayo Bersatu dalam Federasi Serikat Pekerja Media-Independen”

Lahirnya sebuah wadah perjuangan bagi pekerja media untuk menyatukan cita-cita bersama menuju pekerja media yang bermartabat dan sejahtera sesungguhnya telah lama diharapkan. Dari waktu ke waktu proses kelahiran wadah yang diharapkan dapat memperjuangkan kesejahteraan pekerja media di Indonesia ini terus digagas dan dirintis. Namun, harus diakui, upaya untuk mewujudkan persatuan bagi seluruh pekerja media tidaklah mudah.

Ada sejumlah faktor yang membuat upaya ini sulit diwujudkan, di antaranya adalah masih adanya pihak-pihak yang memiliki otoritas dalam industri media yang berusaha menghalang-halangi pekerjanya untuk mempersatukan diri dalam serikat pekerja. Hal ini umumnya didasari atas kekhawatiran terganggunya keberlangsungan bisnis media yang tengah dibangun. Sungguh suatu kekhawatiran yang berlebihan.

Faktor lainnya adalah kurang pedulinya pekerja media akan hak-haknya sebagai pekerja dan pentingnya bersatu dalam serikat. Pekerja media yang bersikap apatis, skeptis, tidak peduli dengan hak-haknya-sehingga tidak memiliki posisi tawar-menjadi kendala tersendiri dalam membangun federasi serikat pekerja selama ini.

Kami mencoba belajar dari kegagalan demi kegagalan yang pernah terjadi dalam membangun federasi selama ini. Tentu kami berharap kondisi seperti itu tidak perlu terjadi lagi.

Diorganisir melalui Sekolah Serikat Pekerja Media yang digelar oleh Divisi Serikat Pekerja AJI Jakarta setiap bulan kami mencoba mengonsolidasikan diri kembali. Dari forum ini kami pun membangun pertemuan demi pertemuan untuk mencari bentuk organisasi persatuan yang tepat bagi seluruh pekerja media di Indonesia. Hingga akhirnya kami yang terdiri dari Dewan Karyawan Tempo (Dekat), Forum Karyawan Swa (FKS), Perkumpulan Karyawan Smart FM (PKS), Serikat Pekerja Radio 68H dan Serikat Pekerja Hukumonline bersepakat untuk mendirikan Komite Persiapan Federasi Serikat Pekerja Media-Independen (FSPM-Independen).

Melalui organisasi inilah kami akan berjuang bersama. Metode perjuangan sendiri-sendiri harus kami tanggalkan. Kini saatnya untuk bersatu dan berjuang bersama. Program perjuangan yang kami tawarkan adalah membangun serikat-serikat pekerja media yang kuat dan berwibawa; menghimpun dan menyatukan pekerja media di bidang penerbitan pers, percetakan pers, radio, media online dan televisi; memperjuangkan sistem kerja yang adil, bermartarbat, serta menjunjung tinggi nilai-nilai HAM; membangun solidaritas nasional dan internasional untuk memperjuangkan hak-hak pekerja; serta meningkatkan syarat-syarat kerja dan kondisi kerja yang

Page 11: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

melindungi kelas pekerja. Kehadiran FSPM-Independen ini pun diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar pekerja di hadapan pemodal untuk mewujudkan hubungan kerja yang seimbang, adil dan bermartabat.

Akirnya kami atas nama Komite Persiapan Federasi Serikat Pekerja Media- Independen mengajak kawan-kawan seluruh pekerja media bergabung dalam wadah yang tengah kita bangun bersama-sama ini untuk mencapai cita-cita sebagai pekerja media yang bermartabat dan sejahtera.

Jakarta,18 Maret 2008

“Persatuan Bagi Pekerja Media”

Komite Persiapan Federasi Serikat Pekerja Media-Independen

Jay WaluyoKoordinator

Maria HasugianSekretaris

Page 12: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Deklarasi Komite Persiapan Federasi Serikat Pekerja Media-Independen (FSPM-Independen)Posted by: Serikat Pekerja Media on: 30/06/2008

In: Release and Statements Comment!

“Ayo Bersatu dalam Federasi Serikat Pekerja Media-Independen”

Lahirnya sebuah wadah perjuangan bagi pekerja media untuk menyatukan cita-cita bersama menuju pekerja media yang bermartabat dan sejahtera sesungguhnya telah lama diharapkan. Dari waktu ke waktu proses kelahiran wadah yang diharapkan dapat memperjuangkan kesejahteraan pekerja media di Indonesia ini terus digagas dan dirintis. Namun, harus diakui, upaya untuk mewujudkan persatuan bagi seluruh pekerja media tidaklah mudah.

Ada sejumlah faktor yang membuat upaya ini sulit diwujudkan, di antaranya adalah masih adanya pihak-pihak yang memiliki otoritas dalam industri media yang berusaha menghalang-halangi pekerjanya untuk mempersatukan diri dalam serikat pekerja. Hal ini umumnya didasari atas kekhawatiran terganggunya keberlangsungan bisnis media yang tengah dibangun. Sungguh suatu kekhawatiran yang berlebihan.

Faktor lainnya adalah kurang pedulinya pekerja media akan hak-haknya sebagai pekerja dan pentingnya bersatu dalam serikat. Pekerja media yang bersikap apatis, skeptis, tidak peduli dengan hak-haknya-sehingga tidak memiliki posisi tawar-menjadi kendala tersendiri dalam membangun federasi serikat pekerja selama ini.

Kami mencoba belajar dari kegagalan demi kegagalan yang pernah terjadi dalam membangun federasi selama ini. Tentu kami berharap kondisi seperti itu tidak perlu terjadi lagi.

Diorganisir melalui Sekolah Serikat Pekerja Media yang digelar oleh Divisi Serikat Pekerja AJI Jakarta setiap bulan kami mencoba mengonsolidasikan diri kembali. Dari forum ini kami pun membangun pertemuan demi pertemuan untuk mencari bentuk organisasi persatuan yang tepat bagi seluruh pekerja media di Indonesia. Hingga akhirnya kami yang terdiri dari Dewan Karyawan Tempo (Dekat), Forum Karyawan Swa (FKS), Perkumpulan Karyawan Smart FM (PKS), Serikat Pekerja Radio 68H dan Serikat Pekerja Hukumonline bersepakat untuk mendirikan Komite Persiapan Federasi Serikat Pekerja Media-Independen (FSPM-Independen).

Melalui organisasi inilah kami akan berjuang bersama. Metode perjuangan sendiri-sendiri harus kami tanggalkan. Kini saatnya untuk bersatu dan berjuang bersama. Program perjuangan yang kami tawarkan adalah membangun serikat-serikat pekerja media yang kuat dan berwibawa; menghimpun dan menyatukan pekerja media di bidang penerbitan pers, percetakan pers, radio, media online dan televisi; memperjuangkan sistem kerja yang adil, bermartarbat, serta menjunjung tinggi nilai-nilai HAM; membangun solidaritas nasional dan internasional untuk memperjuangkan hak-hak pekerja; serta meningkatkan syarat-syarat kerja dan kondisi kerja yang

Page 13: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

melindungi kelas pekerja. Kehadiran FSPM-Independen ini pun diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar pekerja di hadapan pemodal untuk mewujudkan hubungan kerja yang seimbang, adil dan bermartabat.

Akirnya kami atas nama Komite Persiapan Federasi Serikat Pekerja Media- Independen mengajak kawan-kawan seluruh pekerja media bergabung dalam wadah yang tengah kita bangun bersama-sama ini untuk mencapai cita-cita sebagai pekerja media yang bermartabat dan sejahtera.

Jakarta,18 Maret 2008

“Persatuan Bagi Pekerja Media”

Komite Persiapan Federasi Serikat Pekerja Media-Independen

Jay WaluyoKoordinator

Maria HasugianSekretaris

Page 14: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Prinsip Organisasi FSPM-IndependenPosted by: Serikat Pekerja Media on: 07/07/2008

In: Agenda and Activism Comment!

Oleh Winuranto Adhi, Koordinator Divisi Serikat Pekerja Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta

Federasi Serikat Pekerja Media-Independen (FSPM-Independen) dijalankan dengan prinsip demokratis, terbuka, serta memperhatikan setiap usulan dan kritik otokritik dari setiap anggota atau organisasi di bawahnya. Prinsip ini sengaja dibangun untuk menghidari agar organisasi tidak terjebak menjadi organisasi yang sentralis. Berikut penjelasan atas prinsip organisasi FSPM-Independen:

1. Organisasi yang lebih rendah dan setiap anggota harus patuh, tunduk, dan mengikuti kepemimpinan organisasi yang lebih tinggi.

2. Organisasi yang lebih tinggi memperhatikan dan mempelajari setiap laporan, data, informasi, usulan, dan kritik dari organisasi yang lebih rendah atau setiap anggota.

3. Organisasi yang lebih tinggi memperhatikan dan mempelajari laporan dari organisasi yang lebih rendah atau setiap anggota sebagai bahan panduan dalam setiap pengambilan keputusan.

4. Keputusan dibuat berdasarkan diskusi yang teliti, mendalam, penuh perhitungan dan atas hasil suara mayoritas.

5. Setiap tingkat struktur FSPM-Independen dijalankan melalui mekanisme evaluasi dan kritik otokritik yang dilaksanakan secara rutin dan berkala sebagai syarat membangun dan memperkuat kolektivisme.

Page 15: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Kronologi Pembebastugasan Luviana oleh Metro TVPosted by: Serikat Pekerja Media on: 28/02/2012

In: Uncategorized Comment!

Kronologi Pembebastugasan (pe-non job-an) Luviana dari Redaksi Metro TV:

Nama saya Luviana. Saya adalah jurnalis Metro TV dan juga anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta. Saya mulai bekerja di Metro TV sejak tanggal 1 Oktober 2002. Saat ini posisi saya sebagai assisten produser. Sejak diangkat sebagai assisten produser di tahun 2007 hingga kini, saya dan sejumlah karyawan Metro TV menemukan beberapa hal krusial yang kami anggap sebagai sumber persoalan di manajemen redaksi Metro TV :

1. Macetnya saluran komunikasi antara manajemen redaksi dengan para jurnalis, terutama dengan para produser/ assisten produser.

2. Ketiadaan penilaian terhadap kinerja karyawan yang dilakukan oleh manajemen redaksi. Kondisi ini berakibat, tidak ada indikator yangsecara obyektif bisa digunakan untuk mengevaluasi kinerja seorang karyawan. Penilaian lebih didasarkan pada rasa suka atau tidak suka.Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan terhambatnya jenjang karir dan penyesuaian gaji karyawan.

Kondisi diatas terjadi bertahun-tahun lamanya, tanpa ada perbaikan dari tingkat manajemen redaksi. Fakta yang kami temukan yang jugamenjadi pengalaman pribadi saya antara lain, ada karyawan yang mulai bekerja di tahun yang sama, namun kemudian mendapatkan posisi dan gajiberbeda. Saya menerima perbedaan dalam contoh kasus tersebut. Jika memang didasarkan pada kemampuan dan kinerja karyawan, saya akanterima. Namun sayangnya, manajemen redaksi tidak bisa menyampaikan alasan pembeda mengapa ada seorang karyawan mendapatkan posisi yang baik dengan gaji yang meningkat dan ada yang tidak. Sekali lagi, manajemen mengambil sebuah keputusan terhadap nasib kehidupan seorang karyawan berdasarkan sistem suka atau tidak suka, bukan pada sebuah sistem penilaian yang terukur.

Berdasar pada situasi inilah, saya dan beberapa teman kemudian melakukan upaya bersama untuk membuat sebuah perubahan di Metro TV:

1.Kami mempertanyakan soal sistem penilaian terhadap para assisten produser dan beberapa jurnalis lainnya kepada manajemen redaksi. Namunpertanyaan kami tidak pernah mendapatkan jawaban. Selanjutnya, bersama 14 orang assisten produser lainnya, pada Agustus 2011 kami mengajukan surat untuk mempertanyakan persoalan ini kepada pihak manajemen redaksi.

Page 16: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

2.Surat yang kami tujukan kepada manajemen redaksi, dijawab dengan pernyataan secara lisan oleh Dadi Sumaatmadja (Kepala Produksi beritasaat itu): bahwasanya kami diminta untuk melakukan introspeksi diri kenapa tidak diangkat menjadi produser hingga sekarang. Pihakmanajemen pun sekali lagi tidak dapat menunjukkan hasil penilaian yang terukur terhadap kinerja dan kemampuan kami.

3.Lebih kurang sebulan lamanya kami tidak mendapatkan jawaban dari manajemen redaksi soal draft penilaian untuk para produser/ assistenproduser ini.

4. Kami kemudian berupaya menemui Direktur utama (Dirut) Metro TV yang baru, Adrianto Machribie. Kami menyatakan bahwa ingin mengadakan pertemuan untuk membahas soal buruknya manajemen redaksi yang berakibat pada terhambatnya penjenjangan karir dan gaji karyawan ini. Dirut Metro TV kemudian mengundang semua produser dan assisten produser untuk bertemu. Pada pertemuan tersebut, semua produser/ assisten produser yang hadir menyatakan kekecewaannya pada manajemen redaksi yang kami nilai menjalankan manajemen dengan buruk (tidak ada penilaian yang terukur, kebijakan yang subyektif hingga macetnya komunikasi di antara kami). Dirut Metro TV berjanji akan memperbaiki manajemen redaksi dan membentuk tim untuk memperbaikinya.

5. Dari berbagai kasus ini, maka saya dan beberapa teman kemudian membentuk organisasi karyawan untuk menyelesaikan beberapa persoalandi redaksi Metro TV, karena masalah ini tak hanya menimpa asissten produser dan produser, namun juga menimpa teman-teman kami yang lainyang punya persoalan dengan gaji, jenjang karir dan status mereka. Organisasi karyawan yang kami bentuk ini sebagai wujud keprihatinankami terhadap buruknya manajemen redaksi Metro. Kami berharap dengan adanya organisasi ini, ke depannya bisa menjembatani komunikasi yang sehat antara manajemen dan karyawan seperti halnya yang ada dalam organisasi Serikat Pekerja.

6. Pada 22 Desember 2011, Dadi Sumaatmadja meminta saya untuk pindah ke program acara Metro Malam. Di saat yang sama, saya juga memberikan evaluasi pada program Metro Malam yang banyak melakukan pelanggaran HAM dan tidak sensitif gender, misal: menayangkan wajah tersangka secara terbuka, menayangkan wajah Pekerja Seks Komersial (PSK) yang sedang dikejar-kejar petugas keamanan secara terbuka dan menayangkan tayangan-tayangan kekerasan secara vulgar. Saya ungkapkan bahwa tayangan seperti ini melanggar Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran serta melanggar Kode Etik Jurnalistik . Namun justru manager HRD menyatakan bahwa oleh manajemen redaksi, saya dinilai membangkang dan terlalu banyak mengkritik. Padahal kritikan ini didasari untuk perbaikan program siaran agar punya perspektif yang baik yang akan disajikan kepada pemirsa Metro TV.

7. Perlakukan manajemen redaksi yang subyektif dan tidak juga memberikan solusi ini akhirnya membuat puluhan produser dan assistenproduser kecewa. Kurang lebih 30 orang produser dan assisten produser Metro TV kemudian memutuskan untuk keluar. Mereka sudah tidak tahan atas perlakukan dan penilaian secara subyektif dari manajemen redaksiMetro TV.

Page 17: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

8. Pada Tanggal 26 Desember 2011, saya mulai bertugas di program siaran Metro Malam. Sementara beberapa pembenahan kemudian mulaidilakukan oleh Direktur Utama Metro TV, Adrianto Machribie, mulai dari pembenahan kedudukan/ organisasional manajemen redaksi, pemberianassesment pada semua karyawan hingga pembenahan ruangan di Metro TV yang kini lebih terbuka.

9. Pada Awal Januari 2012, manajemen redaksi memberikan kenaikan gaji kepada beberapa karyawan. Kenaikan gaji yang dilakukan hanya untukbeberapa assisten produser ini dilakukan secara tertutup dan dengan menggunakan surat khusus dari manajemen redaksi. Kami menyambut baikkenaikan gaji ini, namun amat kami sayangkan, kenaikan gaji ini tidak dilakukan secara transparan dan hanya terjadi pada beberapa orangsaja. Sekali lagi, penilaian dilakukan atas dasar suka dan tidak suka. Hal ini terbukti ketika soal kenaikan gaji tersebut saya tanyakan padapihak HRD Metro TV. Pihak HRD metro TV menyatakan bahwa memang ada surat khusus dari manajemen redaksi untuk menaikkan gaji pada beberapa orang assisten produser saja.

10. Selanjutnya, pada hari Jumat, 27 januari 2012 manajemen redaksi membagikan bonus dari perusahaan. Namun, pembagian bonus ini kaminilai diskriminatif. Hal ini dikarenakan, ada karyawan yang tidak mendapatkan bonus. Ada juga karyawan yang hanya mendapatkan bonus 0,25kali gajinya, namun ada karyawan yg mendapatkan bonus hingga 5 kali gaji. Kami sangat menyayangkan hal ini. Di saat Direktur Utama MetroTV melakukan beberapa pembenahan, justru manajemen redaksi memberikan keputusan yang sangat subyektif dan selalu didasarkan dari rasa suka dan tidak suka.

11. Berangkat dari situasi yang tidak fair ini, saya dan beberapa teman kemudian mempertanyakan soal surat khusus kenaikan gaji beberapaorang assisten produser dan soal pemberian bonus ini kepada kepala produksi berita Dadi Sumaatmadja. Saya juga meminta diadakan pertemuanuntuk menjelaskan penilaian bonus ini, karena hampir semua awak redaksi mempertanyakan soal ini. Namun Dadi menolak bertemu dipertemuan besar. Dadi Sumaatmadja hanya mau ditemui secara personal.

12. Kami bertiga (Edi Wahyudi dan Matheus Dwi Hartanto) dan beberapa teman lain selanjutnya juga mempertanyakan hal ini kepada Wayan EkaPutra (kepala produksi berita yg baru) soal pemberian surat khusus pada beberapa assisten produser dan penilaian pada pemberian bonusyang diskriminatif, namun kami tidak mendapatkan jawaban.Selanjutnya kami meminta untuk diadakan pertemuan dengan pihak manajemen HRD Metro TV dan Wayan Eka Putra pada hari Selasa, 31 Januari 2012.

13. Pada proses selanjutnya, saya dan beberapa teman membuat notulensi soal perkembangan dan rencana pertemuan dengan manajemen redaksi. Notulensi tersebut saya kirimkan kepada dua orang teman melaui sms. Namun sms ini disebarluaskan oleh beberapa teman kepada banyak karyawan di Metro TV. Bahkan ada yang mengunggahnya ke situs jejaring sosial twitter/ facebook.

Page 18: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

13. Pada tanggal 31 januari 2012 pertemuan batal dilakukan. Saya justru dipanggil Manager HRD, Avi Pranantha dan diminta mundur karenamanajemen redaksi akan me-nonaktifkan kami (saya, Edi Wahyudi dan Matheus Dwi Hartanto). Kami akan diberikan pesangon sesuai UU ketenagaKerjaan No 13/ 2003. Saat itu saya menyatakan menolak dan akan melaporkan kasus ini kepada AJI Jakarta.

14. Pada tanggal 1 Februari 2012 : Matheus Dwi Hartanto dan Edi Wahyudi menandatangani surat pesangon. Sedangkan saya mengambil suratpesangon dan belum menandatangani apapun karena belum ada kejelasan soal alasan mengapa saya disuruh mundur. Pada saat yang sama Wayan Eka Putra memberitahu kepada tim produser lain, bahwa sejak tanggal 1 Februari 2012 saya sudah dinyatakan mundur dari Metro TV. Sejakitulah saya sudah tidak diberikan tugas apapun di redaksi.

15. Pada tanggal 3 Februari 2012 saya berinisiatif untuk mengajak Wayan Eka Putra untuk bertemu. Wayan Eka Putra akhirnya bersediamenemui saya. Selama ini manajemen redaksi tidak pernah mau bertemu dan menjelaskan mengapa saya diminta untuk mundur. Wayan menjelaskan bahwa saat ini saya tidak dipecat sebagai karyawan Metro TV, namun menurutnya: saya tidak lagi bekerja di bagian redaksi Metro TV. Dan mulai saat ini, saya menjadi tanggung jawab manajemen HRD Metro TV. Ketika saya tanyakan apa kesalahan saya, Wayan menyatakan tidak tahu. Yang jelas, setelah beredarnya SMS di jejaring sosial twitter/facebook tentang rencana pertemuan para karyawan Metro TV, manajemen redaksi menyerahkan nasib saya ke manajemen HRD. Dalam pertemuan dengan Wayan, saya juga menyatakan bahwa saya tidak menyebarluaskan sms serta tidak mengunggah notulensi hasil rapat ke twitter/facebook. Karena saya memang tidak memiliki akun di kedua jejaring sosial tersebut.

16. 3 Februari 2012 saya bertemu Manajer HRD Avi Pranantha. Avi juga menyatakan bahwa ia tidak tahu kesalahan saya. Menurut keterangan AviPranantha, saya masih menjadi karyawan Metro TV, namun dengan status di non-job-kan.

17. Pada 6 Februari 2012 : AJI Jakarta berinisiatif menghubungi Metro TV untuk melakukan pertemuan atas kasus yang menimpa saya. Pertemuantersebut dihadiri oleh manajemen Metro TV yang diwakili Manager HRD (Avi Pranantha), Kepala Kompartemen redaksi Metro TV (Swasti Astra),saya, AJI Jakarta dan perwakilan LBH Pers. Dalam pertemuan ini tim AJI Jakarta dan LBH Pers meminta agar saya dipekerjakan kembali .Apalagi manajemen redaksi tidak menemukan kesalahan terhadap diri saya. Manajemen Metro TV ketika itu menyatakan akan mendiskusikan danmengupayakan permintaan ini.

18. Pada tanggal 17 februari 2012 , saya bersama Winuranto, Aditya dan Kustiah (AJI Jakarta) kembali bertemu Avi Pranantha. Namun AviPranantha menyatakan bahwa: ia belum menemukan posisi bagi saya di bagian redaksi. Ia masih akan berusaha menanyakan kembali kepadamanajemen redaksi Metro TV agar saya bisa kembali bekerja di bagian redaksi. Kemudian pada kesempatan tersebut saya juga menanyakankembali tentang kesalahan yang saya lakukan sehingga saya kemudian di-nonjobkan. Avi Pranantha kembali menyatakan bahwa : saya tidak

Page 19: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

melakukan kesalahan, namun manajemen redaksi memang tidak mau menerima saya kembali dengan tanpa alasan.

19. Pada tanggal 24 Februari 2012, kami melakukan pertemuan terakhir. Saya, Winuranto dan Kustiah (AJI Jakarta) dan manajemen Metro TV.Namun Avi Pranantha kembali menyatakan bahwa pihak redaksi Metro TV tidak mau menerima saya kembali dengan tanpa alasan. Ketika sayakembali menanyakan apa kesalahan saya, pihak manajemen HRD kembali menyatakan bahwa dari sisi tugas jurnalistik maupun dari sisiadministratif, saya tidak melakukan kesalahan apapun.

Demikian kronologi ini saya buat. Saya telah bekerja kurang lebih 10 tahun di Metro TV dan terbukti manajemen telah menyatakan tidak pernahmenemukan kesalahan saya dari sisi tugas jurnalistik maupun secara administratif. Dengan tidak adanya kesalahan pada diri saya, maka sayamenginginkan untuk dipekerjakan kembali di redaksi Metro TV.

Terimakasih untuk perhatian dan solidaritasnya. Salam.

Jakarta, 26 Februari 2012

Luviana

Page 20: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Deklarasi Serikat Pekerja Koresponden TempoPosted by: Serikat Pekerja Media on: 24/02/2012

In: Uncategorized Comment!

Siaran PersDeklarasi Serikat Pekerja Koresponden Tempo (Sepak@t) Indonesia“Koresponden Pun Berhak Sejahtera”

 

Perusahaan media semakin marak memperkerjakan jurnalis berstatus koresponden atau kontributor atau stringer. Tak hanya di daerah, praktik ini juga berlangsung di Jakarta. Padahal dalam hukum ketenagakerjaan tidak dikenal istilah-istilah yang dipakai perusahaan media ini. Harusnya hanya dikenal pekerja waktu tertentu dan pekerja tidak tertentu.

Kondisi ketidakpastian ini terus dibiarkan. Dan perusahaan media kerapkali memanfaatkan ketidakjelasan status untuk mengingkari hak-hak pekerja yang diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan. Yaitu pemberian upah layak, jaminan kesehatan, tunjangan melahirkan bagi pekerja perempuan dan tunjangan-tunjangan lainnya.

Dalam relasi perusahaan media dengan koresponden, koresponden ditempatkan dalam posisi lemah. Perusahaan abai terhadap kesejahteraan koresponden, sekalipun kinerja, produktifitas dan kualitasnya bagus. Seperti halnya yang terjadi pada koresponden Tempo di Malang, Jawa Timur, Bintariadi, yang tergolek sakit sejak November 2011 lalu.

Penyakit Meningitis (radang selaput otak) menggerogoti kondisi fisik jurnalis yang akrab dipanggil Bibin ini. Biaya pengobatan dan operasinya pada Desember lalu mencapai Rp 50 juta lebih. Sedangkan manajemen Tempo saat itu hanya memberi bantuan kesehatan sebesar Rp 1 juta.

Kondisinya kian memburuk setelah terjadi infeksi pasca operasi. Sehingga, pada Januari lalu Bibin pun kembali menjalani perawatan menghabiskan biaya sekitar Rp 28 juta. Perusahaan kembali memberikan bantuan sebesar Rp 10 juta.

Untuk melunasi tagihan biaya rumah sakit yang tak murah, keluarga menjual harta benda serta mengandalkan bantuan dari teman dan kawan seprofesi. Hadiah atas karya tulisannya dari Pertamina sebanyak Rp 25 juta yang didapatnya pada Desember lalu pun ludes untuk membiayai operasi.

Masih dalam kondisi tak sadarkan diri (koma), kini bapak tiga anak ini harus menjalani perawatan di rumah karena keterbatasan biaya. Bahkan istri Bibin yang hanya guru honorer harus mati-matian menghidupi ketiga anaknya dengan pendapatan yang tak seberapa.

Page 21: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Seharusnya baik keluarga Bibin dan perusahaan tak terbebani membayar biaya pengobatan jika sebelumnya dia mendapat jaminan sosial tenaga kerja atau asuransi kesehatan. Meski telah bekerja selama 11 tahun di Tempo, tak ada jaminan kesehatan buat Bibin.

Ia aktif dalam berbagai organisasi diantaranya pendiri dan mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, pegiat di lembaga swadaya perlindungan satwa (Profauna), pengurus rumah informasi publik di Malang dan kordinator Society of Indonesian Enviromental Journalist (SIEJ) simpul Jawa Timur.

Segudang prestasi pun dikantonginya. Mendapat penghargaan dan fellowship atas kerja jurnalistiknya. Diantaranya fellowship SIEJ untuk isu globalisasi dan fellowship AJI Indonesia tentang pengendalian tembakau dan perburuhan. Meraih juara pertama penulisan jurnalistik Departemen Pertanian, juara ke dua lomba jurnalistik tentang sanitasi yang diselenggarakan AJI Malang dan juara pertama lomba jurnalistik Pertamina kategori energi terbarukan.

Mestinya, bulan ini Bibin mengikuti visit media ke BBC London, Inggris, hadiah dari Pertamina atas karya tulisannya. Namun, impian tersebut sirna karena sakit. Bahkan masa depan pengobatan pun tak jelas.

Berangkat dari kegelisahan tersebut, koresponden Tempo se-Indonesia menyatukan komitmen untuk membentuk serikat pekerja yang disebut Serikat Pekerja Koresponden Tempo (Sepak@t) Indonesia yang tercatat di instansi ketenagakerjaan. Sepak@t merupakan serikat pekerja kali pertama yang dibentuk di Indonesia yang menaungi koresponden yang tersebar mulai Aceh hingga Papua. Sepak@t dibentuk dari keprihatinan atas perlakuan diskriminatif yang dialami koresponden di Tanah Air. Dan menjembatani kepentingan perusahaan dengan koresponden.

Sepak@t dibentuk sebagai alat perjuangan untuk mendapatkan hak-hak pekerja media. Harapannya, koresponden mendapat kesejahteraan yang layak. Perusahaan pun mendapatkan keuntungan karena koresponden akan bekerja secara maksimal, loyal, dan semakin memberikan kontribusi yang besar. Sehingga koresponden akan lebih termotivasi menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas.

Salah satu poin dalam Resolusi Kongres Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, 2011, di Makassar adalah menentang perusahaan media mempekerjakan wartawan tanpa status tidak jelas, menentang status stringer dan mendesak pemilik media tidak tutup mata atas praktik ini. Poin lainnya juga meminta perusahaan memberikan upah paling tidak 50 persen di atas upah minimum provinsi. Sepak@t berpendapat, tak mudah merealisasi kesejahteraan tanpa perjuangan kolektif koresponden.

Untuk itu, melalui deklarasi yang diselenggarakan di sekretariat AJI Jakarta, Sepak@t Indonesia menyerukan :1. Meminta perusahaan media memberikan hak dan jaminan sosial terhadap koresponden seperti pekerja pada umumnya.2. Meminta perusahaan media agar tunduk dan patuh terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan 13/2003.3. Mendorong koresponden membentuk serikat pekerja di masing-masing perusahaan media untuk menjamin hak-hak pekerja.4. Mengkampanyekan pekerjaan koresponden adalah pekerjaan pokok dalam perusahaan media.5. Menolak bentuk outsourching dalam hubungan tenaga kerja di perusahaan media.6. Wartawan wajib meningkatkan kapasitas dan patuh terhadap kode etik.

Page 22: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

7. Mendesak perusahaan media tunduk pada UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 10 dan penjelasannya. Yang menyebutkan “perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya.”

Hidup Koresponden Sejahtera !

Jakarta, 23 Februari 2012.

Sepakat IndonesiaDini Mawuntyas (Ketua) Kontak 085230982662, [email protected] Widianto (Sekretaris) Kontak 081233633744Pito Agustin (Sekretaris Wilayah Yogja) Kontak 081328841619

Page 23: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Susunan PengurusSusunan Pengurus Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Periode 2009-2012

BADAN PERTIMBANGAN

Stanley Adhi Prasetyo (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia)Soleh Ali (Lembaga Bantuan Hukum Pers)Ignatius Haryanto (Lembaga Studi Pers dan Pembangunan)Winuranto Adhi (Aliansi Jurnalis Independen Indonesia)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Anyamirana (Serikat Karyawan Indosiar)Iwan Sugiarto (Dewan Karyawan Tempo)Yohana (Serikat Pekerja Suara Pembaruan)

 

PENGURUS HARIAN

Ketua Umum : Abdul Manan (Dewan Karyawan Tempo)Sekretaris Umum : Jay Waluyo (Perkumpulan Karyawan Smart FM)Wakil Sekretaris : Muhammad Irham (Serikat Pekerja 68H)Bendahara Umum : Henny Indra (Forum Karyawan SWA)

DEPARTEMEN PENGEMBANGAN ORGANISASI

Ketua : Dicky Irawan (Serikat Karyawan Indosiar)Anggota : Solahuddin (Ikatan Karyawan Solo Pos), Agung Sedayu (Dewan Karyawan Tempo)

DEPARTEMEN HUKUM DAN ADVOKASI

Ketua : Fuad Bakhtiar (Serikat Pekerja 68H)Anggota : Riky Ferdianto (Dewan Karyawan Tempo)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KAMPANYE

Ketua : Irfan Hasan (Ikatan Karyawan RCTI)Anggota : Muhamad Yudhi (Ikatan Karyawan RCTI), Rahmat Wibisono (Ikatan Karyawan Solo Pos)

DEPARTEMEN KERJASAMA MEDIA

Page 24: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Ketua : Budi Laksono (Serikat Pekerja Suara Pembaruan)Anggota : Levi Silalahi (Ikatan Karyawan RCTI), Sidik Purwoko (Perkumpulan Karyawan Smart FM)

DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL

Ketua : Wahyu Dhyatmika (Dewan Karyawan Tempo)Anggota : Masdian Dasto (Ikatan Karyawan RCTI), Kristiana Annisa (Forum Karyawan SWA)

Page 25: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Sekilas FSPM IndependenThe blog is about Preparing Committee for FSPM-Independen Formation (Komite Persiapan untuk Pembentukan FSPM-Independen). FSPM-Independen stands for Federasi Serikat Pekerja Media Independen.

The Committee is established in 2007. It consists of several media sector trade unions (labor unions). They are Tempo (Dewan Karyawan Tempo, Dekat), SWA Magazine (Forum Karyawan SWA, FKS), Smart FM Radio (Perkumpulan Karyawan Smart FM), 68H Radio (Serikat Pekerja 68H), and Hukumonline (Workerholic). In 2008, Indosiar (Serikat Karyawan Indonsiar -Sekar) joins the Committee.

FSPM-Independen is a federation of trade unions of media and publishing sector. The federation’s aims are to build strong unity among the labors, as well as to make equal bargaining level between the blue collar class and the media and publishing sector business associations.

For further discussion, agenda, and support, please contact us.

Email: [email protected]

Page 26: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Program Perjuangan FSPM-IndependenPosted by: Serikat Pekerja Media on: 02/07/2008

In: Agenda and Activism Comment!

Untuk menjawab tantangan pekerja media di tengah membelukarnya industri media, diperlukan rangkaian program perjuangan yang tepat dan objektif. Apalagi karakteristik industrialisasi media di Indonesia ini tergolong nyeleneh. Sebagai contoh, tidak pernah ada patokan regulasi tentang upah yang layak bagi jurnalis-malah di sejumlah media masih ada media yang menggaji jurnalisnya dengan upah di bawah UMK. Bahkan, lucunya, di tengah longgarnya pengawasan ketenagakerjaan di negeri ini, Dewan Pers justru mengeluarkan aturan yang menyebutkan bahwa modal awal pendirian sebuah media cukup Rp 50 juta belaka (suatu angka yang kiranya hanya cukup untuk mendirikan sebuah perusahaan telor asin).

PHK sepihak, sistem freelancer/kontributor yang tidak jelas aturannya, tiadanya jaminan asuransi, dll, juga menjadi problem serius lain yang harus segera dicarikan jalan penyelesaiannya. Berada dalam ruang yang karut-marut seperti ini, tidak bisa tidak, organisasi ini membutuhkan kesatuan arahan program dari tingkat pusat sampai ke basis-basis perusahaan. Karena itulah diperlukan pemetaan sejumlah program berdasarkan ideologi, politik dan organisasi (IPO)-selain program mendesak. Berikut adalah penjelasan dari program-program tersebut:

1. PROGRAM MENDESAKSeperti telah disebutkan di atas, program perjuangan organisasi harus dilandaskan pada kondisi objektif yang sanggup menjawab persoalan-persoalan mendesak yang dialami oleh pekerja media dan kaum buruh lain pada umumnya. Di tengah arus neoliberalisme seperti sekarang ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tumbuhnya industri media di Indonesia ternyata tidak diikuti dengan perlindungan terhadap hak dan kesejahteraan pekerjanya. Masih banyak pekerja media yang dipekerjakan tanpa status jelas, tidak mendapatkan perlindungan jaminan sosial, dan lain sebagainya. Karena itulah FSMP-Independen melandaskan program mendesak sebagai berikut:

Hentikan sistem kerja kontrak dan outsourcingSistem kontrak dan outsourcing telah mengakibatkan kaum pekerja takut melawan ketidakadilan dalam proses kerja, tidak berani melakukan perjuangan ekonomi apalagi politik (berserikat) karena khawatir mendapatkan PHK dari manajemen. Sistem buruh kontrak dan outsourching sangat menguntungkan pengusaha sebagai senjata untuk memecat pekerja, apalagi telah dilegitimasi lewat UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kebebasan berserikat di dalam perusahaan atau di luar perusahaanBerserikat merupakan kunci pokok dalam perjuangan kaum buruh baik secara ekonomi maupun politik. Tanpa kebebasan ini mustahil federasi yang kita cita-citakan akan menjadi kuat dan memiliki konstituen luas. Selama ini banyak pengusaha media yang hanya memberikan ruang semu bagi kebebasan berserikat. Tanpa adanya kebebasan serikat kecil peluang bagi FSPM-Independen untuk bisa bernegosiasi dengan pengusaha media.

Page 27: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Upah layak bagi jurnalis dan pekerja mediaSangat keliru jika kenaikan upah dianggap menghambat perluasan investasi. Sebaliknya dengan kenaikan upah justru akan terjadi perluasan daya beli masyarakat yang saat ini dibutuhkan oleh industri dalam negeri-yang saat ini kapasitas produksinya baru pada tingkat 50-60%. Karena itu tuntutan upah layak harus menjadi tuntutan prioritas. Tentu saja tuntutan upah layak ini berlaku bagi perusahaan-perusahaan yang mampu hingga pada batas-batas yang tidak membuat perusahaan bangkrut. Bagi perusahaan yang tidak mampu serikat pekerja harus dilibatkan dalam audit laporan keuangannya sehingga bisa dilihat tingkat kemampuan dan ketidakmampuannya dalam menaikkan upah. Program upah layak jurnalis seperti yang dikeluarkan AJI Jakarta sebesar Rp 4,1 juta bisa dilanjutkan oleh federasi.

Membangun kesadaran pekerja media tentang pentingnya berserikatBisa disimpulkan, kesadaran pekerja media untuk berserikat memang tergolong rendah. Berdasarkan data AJI, dari sekitar 889 media cetak, 2.000-an stasiun radio, dan 150-an stasiun teve di negeri ini, cuma 38 media saja yang memiliki serikat pekerja (itu pun banyak yang tidak aktif alias semaput). Untuk mempercepat pembangunan federasi serikat pekerja media, tidak bisa dibantah lagi, sangat dibutuhkan kesadaran secara massal terhadap pentingnya berorganisasi di kalangan pekerja media. Pengalaman keberhasilan perjuangan serikat pekerja media harus ditunjukkan kepada pekerja media lain yang masih enggan berserikat, sehingga kesan serikat sebagai media perjuangan yang membawa manfaat bagi anggotanya bisa dijadikan teladan.

2. PROGRAM IDEOLOGISecara umum program ideologi bertujuan meluaskan gagasan perjuangan FSPM-Independen, yang bisa dilakukan dalam beberapa tahap seperti:

Pendidikan- Pengadaan kurikulum pendidikan bagi seluruh anggota untuk mendukung pembangunan organisasi secara lebih luas. Kurikulum sekolah serikat pekerja AJI Jakarta, misalnya, dapat dikembangkan dengan tema-tema penting lain bagi pekerja media.- Menyelenggarakan pendidikan di setiap tingkatan struktur organisasi melalui jenjang-jenjang materi sesuai rekomendasi dari Departemen Pendidikan dan Kampanye. Pendidikan harus terjadwal dengan pasti. Misalnya pendidikan dasar satu bulan sekali, pendidikan lanjutan dua bulan sekali, atau pendidikan teori-teori progresif.

BacaanHarus ada terbitan reguler yang dikeluarkan FSPM-Independen. Prinsip terbitan adalah sebagai alat propaganda, alat pengorganisiran, dan sumber logistik organisasi. Jika terbitan reguler terbit maka akan bisa menjadi ukuran bagi kemajuan-kemajuan organisasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Website atau blogWebsite atau blog juga bisa menjadi media propaganda, selain terbitan. Di samping daya jelajahnya luas-sehingga mudah diakses siapa saja-website juga dapat menampilkan gambaran organisasi kita. Dibutuhkan tim materi yang menjalankan program ini agar kesan dinamis organisasi dapat digambarkan melalui media ini. 

Buku saku panduan pengorganisiranBuku saku ini berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan kepada seluruh anggota FSPM-Independen, sarana pengorganisiran para organiser dan pengurus untuk menjelaskan persoalan pokok yang sedang dihadapi pekeja media dan kaum buruh pada umumnya. Bahan-bahannya

Page 28: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

antara lain:A. Teori progresif yang melandasi metode analisa terhadap problem-problem kelas pekerja. Kita bisa mencontoh Aliansi Buruh Menggugat (ABM) yang menerbitkan buku saku tentang ekonomi politik (ekopol) bagi kaum buruh.B. Pengalaman perjuangan pekerja media di negeri-negeri lain, dll.

Diskusi reguler- Diskusi bacaan atau terbitan yang diselenggarakan di tingkat perusahaan, kota, sampai tingkat pusat. Regularitasnya tentunya akan sangat tergantung pada bacaan yang diterbitkan. Harus ditetapkan rubrik atau tema-tema yang wajib didiskusikan dalam setiap pertemuan. Hasil dari diskusi tersebut harus dikirimkan kepada redaksi, sehingga redaksi mendapatkan input baik mengenai isi, format, atau usulan dan kritik lainnya.- Diskusi terbuka dengan melibatkan organisasi-organisasi lain. Diskusi ini diselenggarakan di tingkat pusat, kota, dan serikat pekerja anggota yang disesuaikan dengan isu-isu aktual yang berkembang.

3. PROGRAM POLITIK Perjuangan level politik merupakan dasar perjuangan dalam program umum. Untuk menyukseskannya diperlukan kesatuan organisasi dan propagranda seluas-luasnya.

Aliansi atau persatuan Dibutuhkan adanya persatuan sektoral dan multisektoral dari tingkat nasional sampai ke tingkat kota, kawasan, hingga tingkat perusahaan (dengan SP lain di luar FSPM-Independen). Ada dua jenis persatuan yang bisa dibangun:A. Aliansi strategis yaitu aliansi yang diharapkan mampu menyatukan berbagai organisasi yang menerima program federasi sebagai program minimum.B. Aliansi demokratik yaitu aliansi yang diharapkan mampu menyatukan berbagai organisasi buruh atau organisasi perjuangan rakyat lainnya untuk memperjuangkan berbagai isu demokratik (menolak UU yang merugikan kaum buruh, melawan pembangkrutan media seperti yang dilakukan RAPP dan Asian Agri terhadap Tempo, dll).

AksiAda dua kriteria aksi:A. Aksi propagandaAksi ini bertujuan untuk meluaskan propaganda perjuangan federasi, misalnya melalui konferensi pers, aksi di tempat-tempat ramai dengan metode yang menarik, membuat chek-up kesehatan bagi pekerja media, dll.B. Aksi menuntutAksi ini bertujuan untuk melakukan tekanan, baik terhadap pengusaha maupun terhadap pemerintah. Target aksi semacam ini bisa difokuskan untuk mencapai target maksimal (tuntutan dipenuhi) atau target minimal (konsolidasi gerakan, kampanye, dll).

Aksi selain berfungsi sebagai propaganda juga sebagai alat perluasan dalam mencari dukungan ataupun penambahan basis pengorganisiran. Sebagai contoh yang berhasil dari metode aksi ini adalah kampanye upah layak jurnalis AJI Jakarta.

4. PROGRAM ORGANISASI Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam program organisasi:

Page 29: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

Pembangunan struktur dan plangisasi- Harus ada regularitas pelaporan organisasi. Dalam hal ini yang diperlukan adalah geopolitik perusahaan, kota, wilayah, pendataan jumlah anggota, aset organisasi, distribusi bacaan, hingga pelaporan keuangan. Pelaporan simpul organisasi yang dibuat oleh AJI Jakarta bisa dijadikan contoh.- Plangisasi di sekretariat FSPM-Independen mulai dari tingkat perusahaan hingga nasional. Plangisasi bertujuan untuk menunjukkan keberadaan sekretariat FSPM-Independen.

Iuran anggota- Harus ada iuran anggota untuk menghidupi organisasi. Dengan iuran anggota yang kuat federasi tidak akan terjebak menjadi LSM yang gesit bekerja ketika mendapatkan dana dari funding. Kendati memiliki peluang untuk mendapatkan masukan dana dari sumber lain (bikin unit usaha, misalnya), namun kita harus melatih diri untuk mampu menghidupi organisasi sendiri. Besarnya iuran ini adalah satu persen dari UMP/UMK di kota masing-masing, dengan besaran alokasi secara seragam. Sebagai contoh dari iuran yang diterima, 60 persen dikelola oleh setiap serikat pekerja anggota, 20 persen untuk Kota, 20 persen untuk Pusat.

- Mekanismenya ada dua alternatif :A. Melalui check of system yaitu langsung pemotongan melalui slip gaji. Metode ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan pihak perusahaan melalui serikat anggota di tingkat perusahaan atau bisa dimasukkan ke dalam PKB (Perjanjian Kerja Bersama), seperti yang dilakukan kawan-kawan di Majalah Swa.B. Dikoordinir langsung melalui struktur bagian di perusahaan. Karena itu diperlukan staf yang menangani khusus soal iuran anggota.

Pembangunan badan usahaSering kali program kerja organisasi terhambat karena terbentur persoalan dana sebagai penunjang kegiatan organisasi. Banyak organisasi yang terpaksa meminta-minta bantuan dana dari LSM atau funding untuk membiayai kebutuhan organisasi. Dengan demikian kebutuhan dana selalu tergantung kepada donatur yang tidak mengikat.

Dari gambaran tersebut maka sudah saatnya kita harus mandiri berusaha agar dana kegiatan organisasi tercukupi. Caranya adalah dengan membangun badan usaha. Prinsip badan usaha adalah sebagai penunjang kelangsungan organisasi namun tidak meninggalkan kerja organisasi, tidak mengganggu aktivitas organisasi. Prinsipnya, badan usaha hanya sebagai penunjang kelangsungan organisasi dan sebagai pemasukan keuangan selain melalui iuran anggota.

Ada beberapa alternatif yang bisa dicoba seperti:A. Mendirikan koperasiB. Membuat cetak sablon, kaus, stempel, atau kartu nama, dllC. Mendirikan usaha warnet, desain grafis, foto kopi, dllD. Pernyertaan modal

Yang menjalankan unit usaha ini adalah orang di luar organisasi, bukan organiser organisasi, namun pengontrolan arus modal dan keuntungan dikontrol oleh Depertemen Dana dan Usaha. Pengelolaannya harus profesional, mulai manajemen pengeluaran hingga pemasukan, termasuk memberikan gaji kepada yang mengerjakannya.

Manajemen (data base) data Untuk mengukur perkembangan anggota maupun manajemen organisasi maka dibutuhkan suatu

Page 30: Federasi Serikat Pekerja Media Independen

manajemen (data base) untuk memverifikasi jumlah anggota maupun perkembangan organisasi lainnya. Sistem ini akan terus di-update setiap enam bulan atau setahun sekali di setiap tingkatan organisasi, di bawah tanggung jawab Departemen Pengembangan Organisasi.