film animasi 3d tentang perkampungan adat sumba kabupaten...

17
Film Animasi 3D Tentang Perkampungan Adat Sumba Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur Naskah Publikasi diajukan oleh Yohanes Andryanto Peka Petun 09.22.1155 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011

Upload: ngolien

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Film Animasi 3D Tentang Perkampungan Adat Sumba

Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur

Naskah Publikasi

diajukan oleh

Yohanes Andryanto Peka Petun

09.22.1155

kepada

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM

YOGYAKARTA

2011

3D Animation Film of Sumba’s Covention Village West Sumba State

Nusa Tenggara Timur

Film Animasi 3D Tentang Perkampungan Adat Sumba Kabupten Sumba Barat

Nusa Tenggara Timur

Yohanes Andryanto Peka Petun

Jurusan Sistem Informasi

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ABRSTRACT Sumba is one area in Nus Tenggara province rich in culture. Besides, people

there still uphold the tradition and culture of indigenous people over there who was

known as Marapu. But because of the times the original culture slowly began to

shrink. This is what makes the beginning of an idea how to preserve indigenous

culture in a society sumba real story but in the form of an animated 3-dimensional

story.

The idea of an existing story is then developed again into a carita so in

penuangannya into a feature film can easily do. There are three stages in making an

animated film that is pre-production, production and post production. Where in these

three stages can produce an interesting story that is able to provide information in the

form of animated film interesting as well.

With this story sumba expected by society in particular and society in

Indonesia in general can learn and know about cultures and customs of society sumba

especially for the younger generation to be able to maintain and preserve this original

culture. Karen This is the area of inheritance and property not shared by other regions

in Indonesia, even in the world.

Keywords: Marapu, Pre-Production, Production, Post Production, Animation

1. Pendahuluan

Pada Era sekarang ini, pertumbuhan teknologi terutama dibidang

komputer berkembang semakin pesat, baik dilihat dari perangkat keras

(hardware) maupun perangkat lunak (software). Hal ini dilakukan oleh manusia

untuk membantu dan meringankan aktivitas dalam rutinitas kehidupan sehari -

hari manusia itu sendiri. Berkembngnya teknologi komputer serta menyadari

betapa pentingnya teknologi komputer untuk kegiatan sehari-hari yang

berdampak pada berbagai aspek kehidupan, dalam arti bukan hanya perusahaan

atau instansi saja yang menggunakan teknologi komputerisasi tetapi sudah

digunakan dan dibutuhkan hampir diseluruh kehidupan manusia.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi komputerisasi, banyak orang

mulai menyadari betapa pentingnya komputer, akhirnya merekapun mulai sadar

bahwa komputer bukan saja suatu trend atau gaya hidup tetapi merupakan

kebutuhan dalam hidup manusia saat ini. Komputer adalah teknologi di atas

teknologi yang lain. Oleh karena itu, para ahli dunia mengatakan bahwa

seseorang yang menguasai teknologi komputer maka dapat dikatakan dunia

berada dalam genggamannya.

Salah satunya adalah teknologi informasi berbasis komputer Yang

cenderung lebih bisa diterima oleh masyarakat. Multimedia merupakan salah

satu bentuk dari teknologi informasi tersebut yang menggabungkan gambar,

tulisan, suara, animasi, dan video menjadi sebuah sistem informasi yang berguna

bagi masyarakat. Sehingga, penerima informasi merasa puas karena mendapat

informasi yang akurat dan menarik. Dan bila itu semua terlaksana dengan baik,

maka sebuah instansi apapun akan memiliki “brand image” yang baik dimata

masyarakat umum.

Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Sumba Barat adalah sebagai salah

satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang ingin meningkatkan citra

baik yang telah mereka miliki. Jalan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan

menggunakan media informasi yang bisa diakses oleh masyarakat seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Namun, Pemerintah

Kabupaten Sumba Barat belum memiliki media yang bisa digunakan sebagai

media informasi dan promosi yang menarik.

Media yang mampu mewujudkan hal tersebut adalah media yang

dikemas dalam sebuah film animasi. Karena, media ini mempunyai kelebihan

dalam menggambarkan informasi yang komplek dalam mendukung presentasi

serta menjalin kerjasama dengan pihak lain.

2. Landasan Teori

2.1. Teori Film Animasi

Animasi merupakan suatu teknik bagaimana menghidupkan suatu

gambar diam sehingga dapat dilihat seolah-olah bergerak. Animasi juga

banyak dipakai di dalam dunia film dewasa ini, baik sebagai suatu

kesatuan yang utuh, bagian dari suatu film, maupun bersatu dengan film

live. Dunia film sebetulnya berakar dari forografi, sedangkan animasi

berakar dari dunia gambar, yaitu ilustrasi desain grafis ( desain komunikasi

visual ). Dapat dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang

lahir dari dua konvensi atau disiplin, yaitu film dan gambar.

Sejak zaman dahulu, manusi telah mencoba meng-„animasi‟ gerak

gambar binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakala

di Gua Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur 200 ribu tahun lebih,

mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti

celeng, bison, atau kuda yang digambarkannya dengan delapan kaki

dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk. Orang mesir kuno

menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar-gambar para

penggulat yang sedang bergumul sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar

tahun 2000 sebelum masehi. Lukisan Jepang kuno memperlihatkan suatu

alur cerita yang hidup, dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat

pada masa Heian ( 794-1192 ) lalu muncul mainan yang disebut

Thaumatrope sekitar abad ke XIX di Eropa, berupa lembaran cakram

karton tebal, bergambar burung dalam sangkar yang kedua sisi kiri

kanannya diikat seutas tali dan bila dipilin dengan tangan akan

memberikan santir gambar burung itu bergerak. Hingga tahun 18180-an,

Jean Marey menggunakan alat potret berurutan merekam secara terus

menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia dan binatang

lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film hidup yang

berkembang sampai dengan saat ini. Ditahun 1892, Emile Reynaud

mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut Praxinoscope,

berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan di proyeksikan

pada sebuah cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal

proyektor pada bioskop.

2.2. Defenisi Film Animasi

Film Animasi berasal dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada

dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata “Film”

berasal dari bahasa inggris yang telah di Indonesiakan yang berarti

1.Barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid tempat gambar

potret negative ( yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam biaoskop ).

2. Lakon ( cerita ) gambar hidup

Secara mendasar pengertian film yang menyeluruh sulit dijelaskan.

Baru dapat diartikan kalau dilihat dari konteksnya ; misalnya dipakai untuk

potret negatif atau plat cetak, film mengandung pengertian suatu lembaran

pita seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat hasilnya ;

atau berhubungan dengan cerita atau lakon, film mengandung pengertian

sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang bergerak

menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang. Bentuk film mengandung

unsur dasar cahaya, suara dan waktu.

Adapun pengertian animasi Menurut Ibiz Fernandes dalam bukunya

Macromedia Flash Animation & Cartooning : A creative Guide, animasi

definisikan sebagai berikut : “Animasi adalah sebuah proses merekam dan

memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan

sebuah ilusi pergerakan”. Berdasarkan arti harfiah, Animasi adalah

menghidupkan. Yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa

bergerak sendiri.

2.3. Jenis Dan Teknik Film Animasi

2.3.1. Berdasarkan Materi Film Animasi

Berdasarkan materi atau bahan dasar obyek animasi yang

dipakai secara umum, jenis animasi digolongkan dua bagian

besar; film animasi dwi-matra ( flat animation ) atau yang dikenal

dengan animasi dua dimensi dan film animasi tri-matra ( object

animation ) atau animasi tiga dimensi.

1. Film Animasi Dwi-matra ( Flat Animation )

Jenis film ini seluruhnya menggunakan bahan datar

atau kertas yang digambar di atas permukaannya.

Disebut juga jenis film animasi gambar sebab hampir

semua obyek animasinya dilakukan dengan proses

gambar. Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah :

1. Film Animasi Sel ( Cel Technique )

2. Film Animasi Potongan (Cut-out Animation)

3. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation)

4. Film Animasi Kolase (Collage Animation)

5. Penggambaran Langsung Pada Film

2. Film Animasi Tri-matra (Object Animation)

Secara keseluruhan, jenis film animasi tri-matra

menggunakan teknik pengerjan yang sama dengan jenis

film animasi dwi-matra, perbedaannya terletak pada

obyek animasi yang dipakai dalam wujud tri-matra yaitu

dengan memperhitungkan karakter obyek animasi, sifat

bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan ruang. , yang

termasuk dalam animasi ini adalah :

1. Film Animasi Boneka (Puppet Animation)

2. Film Animasi Model

3. Pixilasi ( Pixilation )

2.3.2. Berdasarkan Proses Produksi Film Animasi

Berdasarkan proses produksi, teknik film animasi di bagi

dalam 3 kategori, Yaitu :

1. Film Animasi Klasik ( Classic Animation )

Film Animasi Klasik merupakan jenis film animasi

yang menggunakan teknik film animasi gambar sel ( cell

animation ). Teknik tertua yang digunakan dalam industry

film animasi. Jenis film animasi ini mulai berkembang

sekitar tahun 1930-an ketika Walt Disney merintis film

animasinya.

2. Film Animasi Stop-Motion (Stop-Motion Animation)

Inti dari proses animasi ini adalah menganalisis

langsung gerak animasi yang dihentikan pada saat

merekam gambar suatu obyek. Namun dalam proses

procuksinya masih dibutuhkan tingkat imajinasi animator

dalam menganalisis gerak fame by frame gerak suatu

obyek dengant tepat dan alamiah ( natural ), sehingga

kemungkinan kegagalan dalam menciptakan gerak atau

perbedaan hasil kerja dari apa yang direncanakan dan

diharapkan masih cukup besar.

3. Film Animasi Komputer/Digital ( Digital Animation )

Sesuai dengan perkembangan zaman dan

memasuki dunia komputer atau digital, film animasi pun

banyak mengalami perkembangan pesat di dunia

komputer. Banyak industry film animasi memanfaatkan

teknologi computer untuk memproduksi filmnya Karena

memiliki banyak kemudahan dalam mengembangkan

imajinasi.

Umumnya film animasi yang memanfaatkan

teknilogi komputer ini dapat dikategorikan sebagai jenis

film animasi komputer atau digital animation. Dengan

demikian, yang termasuk dalam kategori ini adalah film

animasi 2 dimensi / dwimatra dan film animasi digital 3

dimensi/trimatra ( 3D animation )

3. Analisis ( Proses Penelitian )

Analisis adalah sebuah istilah yang secara kolektif mendeskripsikan

fase-fase awal pengembangan. Analisis adalah teknik pemecahan masalah yang

menguraikan bagian-bagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus

bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai

tujuan mereka. Analisis sistem merupakan tahap paling awal dari pengembangan

sistem yang menjadi pondasi untuk menentukan keberhasilan informasi yang

akan dibangun.

3.1. Analisis Sistem

Agar masalah dapat diidentifikasi maka perlu dilakukan analisis

terhadap factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pembuatan film

animasi ini yaitu factor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau

sering disebut dengan analisis SWOT ( Strength, Weakness, Opportunity

dan Threat.

Dengan metode ini kita dapat dengan mudah menemukan masalah

utama dan hal ini sangat penting karena biasanya yang muncul pada awal

bukanlah masalah utamanya, melainkan hanya gejala-gejala dari masalah

atau bukan masalah utama. Berikut tabel analisis SWOT

Tabel 3.1. Analisis SWOT

Faktor Internal

Faktor External

Strength Weaknes

Menggunakan Software

3D yang populer saat ini

- Membutuhkan peralatan

komputer dengan

spesifikasi yang baik

dan harganya lumayan.

- Durasi tayang singkat

Opportunity SO Strategi WO Strategi

- Animasi 3D yg nyata

dan real.

- Belum ada film seperti

ini.

Mengoptimalkan fasilitas

yang di sediakan software

- Menonjolkan tema dan

pesan cerita

- Meminimalisasi efek-

efek animasi agar tidak

membebani sistem

Theat ST Strategi WT Strategi

- Lahirnya film 3D yang

lbih bagus

- Munculnya animator

lain dengan konsep

cerita yang lebih

menarik

Meningkatkan potensi

dan kualitas animator

Mendalami teknik

pembuatan animasi 3D

dalam jangka panjang

3.1.1. Analisis Kekuatan ( Strength )

Pembuatan Film Animasi 3D Tentang Perkampungan Adat

Sumba Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur dibuat

menggunakan software 3D yang sangat populer saat ini dan banyak

digunakan di dalam industri perfileman dunia misalnya hollywood.

Tampilan 3D yang menarik dan nyata menjadikan film animasi ini

dapat diterima dan diminati.

3.1.2. Analisis Kelemahan ( Weakness )

Membutuhkan perangkat keras komputer multimedia dengan

spesifikasi yang baik dengan harga yang lumayan mahal juga durasi

tayang yang pendek sehingga pesam-pesan dari film tidak dapat

tersalurkan dengan baik.

3.1.3. Analisis Peluang ( Opportunity )

Menghasilkan sebuah film animasi dengan grafik 3D yang nyata

dan film animasi ini belum pernah dibuat sebelumnya, sehingga film

ini menjadi film yang menarik.

3.1.4. Analisis Ancaman ( Threat )

Seperti diketahui bahwa ancaman-ancaman yang sering terjadi

dikarenakan adanya animator lain yang membuat film seperti ini

dengan kemasan dan konsep yang lebih baik dan menarik.

3.2. Analisis Kebutuhan Sistem

Ada 2 jenis analisis kebutuhan sistem yaitu :

3.2.1. Kebutuhan Fungsional

Pendefinisian layanan yang harus disediakan, bagaimana reaksi

sistem terhadap input dan apa yang harus dilakukan sistem pada

situasi khusus (Kebutuhan sistem dilihat dari kacamata pengguna).

Kebutuhan Fungsional dalam perancangan film animasi ini adalah :

3.2.1.1. Perkampungan masyarakat sumba dimana perkampungan

adalah rumah adat, kuburan batu dan kehiupan

masyarakatnya berlangsung

3.2.1.2. Pakaian adat masyarakat sumba dan perhiasannya yang

dikenal dengan nama mamoli untuk anting emas, maraga

yang di kenakan di kepala terbuat dari emas dan dipakai

oleh wanita, kapouta atau kain ikat kepala untuk kaum pria.

3.2.1.3. Upacara adat dimana terdapat banyak sekali upacara adat

diantaranya adalah perkawinan, poddu, saiso, urata.

3.2.1.4. Tari-tarian antara lain adalah tarian woleka, kataga, dokale.

3.2.2. Kebutuhan Non Fungsional

Kendala pada pelayanan atau fungsi sistem seperti kendala

waktu, kendala proses pengembangan, standard, dll. Contoh:

kehandalan, waktu respon dan kebutuhan storage. Contoh kendala

seperti: Keterbatasan kemampuan peralatan I/O, representasi system.

Kebutuhan sistem Non Fungsional dalam perancangan film animasi

ini meliputi kebutuhan Hardware, Software dan Brainware.

3.2.2.1. Kebutuhan Perangkat Keras ( Hardware )

Perangkat keras adalah alat untuk mengolah data dan

menyajikan laporan. Perangkat keras yang dibutuhkan

dalam film animasi 3D ini adalah :

1. Asus P5KPLAM int. VGA+SC+Lan

2. Pentium dual core E5700 box

(1th)2,93GHz/1066MHz/3MB

3. DDR 2, 2GB Visipro

4. 500 GB Seagate SATA

5. PCI Ex Geforce 9500GT 1GB Forsa

6. DVDRW ASUS SATA

7. Keyboard PS-2

8. Canon IP 2770

9. Cassing Standart

3.2.2.2. Kebutuhan Perangkat Lunak ( Software )

Perangkat lunak sistem operasi adalah program yang

ditulis untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan

kegiatan dari sistem komputer. Perangkat lunak yang

digunakan dalam sistem ini adalah perangkat yang

digunakan untuk mengolah data khususnya film animasi 3D

yaitu

1. Windows XP Prof Edition SP 2

2. Adobe Photoshop CS3

3. 3D Studio Max 2009

4. Cool Edit Pro

5. Ulead video Studio

3.2.2.3. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Brainware)

Untuk memenuhi produksi film animasi 3 Dimensi

dibutuhkan minimal beberapa Sumber Daya Manusia antara

lain :

1. Produser

Seorang produser berlaku sebagai manager yang

mengontrol keseluruhan proyek film dan mengelola

buget.

2. Sutradara

Sutradara bertanggung jawab terhadap keseluruhan

aspek kreatif pada film, mengontrol keseluruhan ini dan

plot film.

3. Scripterites/Screenwriter

Scripterites bertugas sebagai penulis naskah cerita film

(screen play) yang digunakan oleh sutradara sebagai

visualisasi cerita.

4. Storyboard Artist

Storyboard Artist bertugas membuat storyboard dari

hasil screen play yang digunakan sebagai panduan

visual dari cerita antara script dan storyboard yang

saling mendukung. Script sebagai kata-kata dan

storyboard sebagai visualnya.

5. Drawing Artist

Drawing artist bertanggung jawab sebagai pembuat

gambar-gambar dan pemodelan karakter 3D.

6. Coloring Artist

Coloring Artist bertugas mewarnai pemodelan karakter

3D.

7. Background Artist

Background Artist bertugas sebagai pembuat

background.

8. Checker dan scennerman

Checker dan scennerman bertugas sebagai pengecek

sebuah animasi 3D. Biasanya checker juga bertugas

sebagai scannerman atau orang yang bertugas

menscan gambar.

9. Editor

Editor bertugas mengedit animasi menjadi tayangan

film yang dikombinasikan dan disinkronkan antara

audio dan vidio.

10. Sound editor

Sound editor bertugas sebelum atau pada saat

produksi. Sebelum produksi saound editor bertugas

mengambil suara dan sebagai panduan lipsyng dalam

dope sheet bagi animator dan menyempurnakan suara

dubber dan sound effect dalam adegan film.

11. Talent

Talent adalah para pengisi suara yang berperan pada

masing-masing karakter tokoh dalam cerita film.

3.3. Analisis Kelayakan Sistem

Analisis kelayakan sistem ini untuk menentukan apakah film animasi

3D Tentang Perkampungan Adat Sumba, Kabupaten Sumba Barat Nusa

Tenggara Timur layak atau tidak.

3.4. Pra Produksi

Pada tahap ini film belum di buat, tetapi persiapan apa saja yang

dibutuhkan sudah direncanakan mulai dari ide cerita, cerita, tema cerita, lalu

dikembangkan menjadi synopsis, synopsis dikembangkan lagi menjadi

storyline, storyline diperlebar menjadi script/scenario, hingga ke tahap

storyboard. Dalam tahap ini akan diuraikan satu persatu tahapan dari

produksi.

3.4.1. Ide dan Konsep Cerita

Dimabil dari kehidupan yang ada di sekitar penulis kemudian

dikembangkan menjadi sebuah cerita.

3.4.2. Tema Cerita

Film animasi 3D Tentang Perkampungan Adat Sumba Kabupaten

Sumba Barat Nusa Tenggara Timur mengambil tema tentang “

Kebudayaan”

3.4.3. Sinopsis

Ide cerita yang penulis dapatkan dikembangkan lagi menjadi sebuah

synopsis ( inti cerita ). Synopsis merupakan gambaran keseluruhan

cerita kasar dari cerita film.

3.4.4. Storyline

Pengembangan dari synopsis kemudian menjadi storyline. Pada

storyline semua keadaan cerita sudah lebih jelas, dalam artian bahwa

peran yang ada, suasana sekitar, keadaan tempat sang karakter

sudah mulai terbaca, karena storyline tidak jauh beda dengan orang

yang membaca sebuah cerpen, novel atau sejenisnya.

3.4.5. Skenario/Script

Dari stroryline kemudian diperlebar lagi menjadi scenario/script. Pada

scenario/script, sudah lebih detail dari mulai suasana lingkungan,

durasi, dialog, pergerakan kamera hingga FX (suasana riuh, angin,

petir dan lain-lain).

3.4.6. Storyboard

Pada saat scenario/script sudah rampung sekarang penulis tinggal

menuangkan ide cerita tersebut kedalam bentuk visual atau bias

disebut storyboard sehingga pembaca bias memahami apa yang

penulis maksud.

3.4.7. Concept Art

Pada tahap ini penulis sudah mulai mendesain karakter dan

merancang sketsa lingkungan sekitar (exterior dan interior) dan

property. Semua sketsa yang penulis buat nantinya dibentuk dalam

model 3D tahap produksi

3.4.8. Casting dan Recording

Tahap ini pengisi suara membaca dialog berdasarkan scenario yang

telah dibuat. Para pengisi suara penulis tentukan dari orang-orang

yang ada disekitar penulis. Setelah terpilih selanjutnya melakukan

rekaman untuk mengisi dialog sang karakter yang diperankan oleh

masing-masing pengisi suara tersebut.

3.4.9. Sound effect dan music

Sebuah film akan terasa hidup dan menarik apabila didalamnya

terdapat musik. Unsur musik disini sangat berpengaruh terhadap

setiap cerita dalam sebuah film. Penempatan soundtrack dan back

sound atau theme song yang tepat, baik itu musik cepat atau lambat

akan membentuk suasana di dalam cerita film menjadi nyata dan

dapat mempengaruhi hati penonton.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Produksi

Tahap ini adalah tahap dimana proses pembuatan animasi akan

berlangsung.

4.1.1. Modeling dan Texturing

Dalam tahap ini selain karakter juga dikerjakan pemodelan property

dan environment

4.1.2. Rigging

Rigging adalah proses pemberian tulang pada karakter dimana tulang

inilah yang nantinya akan menjadi penggerak bagi karakter yang telah

dibuat tadi.

4.1.3. Skinning

Skinning adalah proses mengaitkan karakter dengan tulang yang

telah kita buat tadi yang mana apabila tulang digerakan maka objek

karakter akan mengikuti pergerakan tulang tersebut.

4.1.4. Envelope

Envelop adalah suatu area geometri untuk mendefenisikan wilayah

yang dipengaruhi oleh suatu bone atau komponen kerangka. Jadi

setiap bagian skin yang berada dalam area ini akan dipengaruhi oleh

bone yang bersangkutan.

4.1.5. Animation

Setelah karakter siap, langkah selanjutnya adalah proses animasi.

Tahap ini penulis akan membuat animasi pada karakter yang sudah

dibuat.

4.2. Pasca Produksi

Pada tahap ini akan dilakukan editing dan kompositing dalam

pembuatan film animasi 3D. Editing dan compositing adalah hal yang

sangat penting dan utama karena pada tahap inilah adegan-adegan dari

hasil render dan audio disatukan dan dirangkai untuk dijadikan sebuah

file movie.

4.2.1. Loading file render to Ulead Video 10.

Pada tahap ini dibahas mengenai bagaimana merangkai adegan-

adegan file yang telah di render dari 3D studio max dengan

menggunakan ulead videostudio 10 sehingga menjadi sebuah movie.

4.2.2. Menyiapkan backsound dan sound track dengan Cool Edit Pro

Tahap ini adalah tahap dimana kita akan mempersiapkan segala

sound yang kelak akan dijadikan sebagai back sound, music sound

seperti suara angin, suara binatang, burung dan suara music yang

akan mengiringi jalannya cerita dalam film yang telah dibuat.

5. Kesimpulan

Setelah penulis menyelesaikan “Film Animasi 3D Tentang

Perkampungan Adat Sumba Kabupten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur “

dapat dapat diambil kesimpulan yaitu :

Pada proses pembuatan “Film Animasi 3D Tentang Perkampungan Adat

Sumba Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur” ini menggunakan

software aplikasi 3D Studio Max yang efektif dengan beberapa tahap :

5.1. Pembuatan sebuah film animasi membutuhkan waktu yang agak

panjang, tenaga ekstra dari tim dan biaya yang sedikit mahal.

5.2. Untuk menghasilkan film animasi 3D yang baik dan berkualitas harus

mengikuti tahapan-tahapan yaitu pra produksi, produksi dan pasca

produksi.

5.3. Desain karakter yang menarik, environment, dan konsep cerita yang

bagus akan menghasilkan film animasi yang menarik pula.

5.4. Kesabaran dan ketelitian seorang animator sangat menentukan kualitas

film animasi tersebut.

Daftar Pustaka

Djalle G. Zaharuddin, Edi Purwanto, Demi Dasmana, Juli 2007, The Making Of

3D Animation Movie, Bandung : Informatika.

Hendarman Hendi, 2007, The Magic Of 3D Studio Max, Bandung : Informatika.

Leo Agung M. Agustus 2006, 3D Studio Max 8. Andi

Madcoms, 2008, Panduan Belajar 3Ds Max 2009. Andi.

Sakti Heru, 2007, Animasi Karakter Dengan 3D Studio Max 8. Andi

Suyanto M, Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. 2003.

Andi

Suyanto M, 2004, Analisis dan Desain Aplikasi Multimedia Untuk Pemasaran.

Andi

(http://cbsbogor.net/ebooklain/animasimultimedia/animaSi&Multimedia. pdf)

(http://ditoxmania.indonesian.web.id/ )