fikih lingkungan dalam perpektif islam ponkky

28
FIKIH LINGKUNGAN DALAM PERPEKTIF ISLAM[1] (Sebuah Pengantar) .: Home > Artikel > PWM 25 September 2012 09:11 WIB Dibaca: 1564 Penulis : H. Fahmi Hamdi, Lc., MA.[2] PENDAHULUAN Persoalan-persoalan krisis lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan, mengingat manusia dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan makhluk hidup. Bencana alam seringkali menjadi berita di berbagai media massa. Secara nasional, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan merupakan fenomena yang akrab dengan penduduk bangsa Indonesia. Sementara itu, secara global telah terjadi perubahan drastis wilayah lingkungan hidup, mulai dari kerusakan lapisan ozon, pemanasan global, efek rumah kaca, perubahan ekologi, dan sebagainya. Belakangan ditemukan pula banyaknya kasus daratan pulau yang lenyap dari peta dunia karena naiknya permukaan laut serta kasus kepunahan spesies binatang tertentu. Secara eksplisit, Al-Qur’an menyatakan bahwa segala jenis kerusakan yang terjadi di permukaan bumi ini merupakan akibat dari ulah tangan yang dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum [30]: 41). Ayat ini, sejatinya menjadi bahan introspeksi manusia sebagai makhluk yang diberikan oleh Allah mandat mengelola lingkungan bagaimana tata kelola

Upload: erick-sbastian

Post on 05-Aug-2015

76 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

FIKIH LINGKUNGAN DALAM PERPEKTIF ISLAM[1] (Sebuah Pengantar)

.: Home > Artikel > PWM 25 September 2012 09:11 WIB

Dibaca: 1564Penulis :

H. Fahmi Hamdi, Lc., MA.[2]

 

PENDAHULUAN

Persoalan-persoalan krisis lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan, mengingat manusia dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan makhluk hidup. Bencana alam seringkali menjadi berita di berbagai media massa. Secara nasional, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan merupakan fenomena yang akrab dengan penduduk bangsa Indonesia. Sementara itu, secara global telah terjadi perubahan drastis wilayah lingkungan hidup, mulai dari kerusakan lapisan ozon, pemanasan global, efek rumah kaca, perubahan ekologi, dan sebagainya. Belakangan ditemukan pula banyaknya kasus daratan pulau yang lenyap dari peta dunia karena naiknya permukaan laut serta kasus kepunahan spesies binatang tertentu.

Secara eksplisit, Al-Qur’an menyatakan bahwa segala jenis kerusakan yang terjadi di permukaan bumi ini merupakan akibat dari ulah tangan yang dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum [30]: 41). Ayat ini, sejatinya menjadi bahan introspeksi manusia sebagai makhluk yang diberikan oleh Allah mandat mengelola lingkungan bagaimana tata kelola lingkungan hidup yang seharusnya dilakukan agar tidak terjadi kerusakan alam semesta ini.

Mengamini ayat di atas, Al-Qur’an sudah dengan tegas melarang manusia untuk melakukan kerusakan dalam bentuk apapun di muka bumi ini, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-A’raf [7]: 56). Mengenai ayat ini, Thahir bin ‘Asyur dalam tafsir beliau yang monumental, At-Tahrir wa At-Tanwir menyatakan bahwa melakukan kerusakan pada satu bagian dari lingkungan hidup semakna dengan merusak lingkungan hidup secara keseluruhan[3]. Dalam ayat lain, dijelaskan bahwa melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup merupakan sifat orang-orang munafik dan pelaku kejahatan, Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk

Page 2: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”.(QS. Al-Baqarah [2]: 205)

Dalam konteks ini, maka perumusan fikih lingkungan hidup menjadi penting dalam rangka memberikan pencerahan dan paradigma baru bahwa fikih tidak hanya berpusat pada masalah-masalah ibadah dan ritual saja, tetapi bahasan fikih sebenarnya juga meliputi tata aturan yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama terhadap berbagai realita sosial kehidupan yang tengah berkembang[4].

Realitas sosial saat ini telah membuktikan adanya kerusakan lingkungan. Penanganannya secara teknik-intelektual sudah banyak diupayakan, namun secara moral-spiritual belum cukup diperhatikan dan dikembangkan. Oleh sebab itu, pemahaman masalah lingkungan hidup dan penanganannya perlu diletakkan di atas suatu fondasi moral dengan cara menghimpun dan merangkai sejumlah prinsip, nilai dan norma serta ketentuan hukum yang bersumber dari ajaran agama.

Singkatnya, upaya untuk mengatasi krisis lingkungan hidup yang kini sedang melanda dunia bukanlah melulu persoalan teknis, ekonomis, politik, hukum, dan sosial-budaya semata. Melainkan diperlukan upaya penyelesaian dari berbagai perspektif, termasuk salah satunya adalah perspektif fiqh. Mengingat, fiqh pada dasarnya merupakan "jembatan penghubung" antara etika (prilaku manusia) dan norma-norma hukum untuk keselamatan alam semesta (kosmos) ini[5].

Makalah ini mencoba mengantarkan pemahaman dan penggalian rumusan fikih tentang tata kelola lingkungan hidup. Bagaimana sebenarnya perspektif fikih terhadap lingkungan hidup, apa saja prilaku yang mesti dilakukan dan dihindari menurut konsep fikih demi terciptanya pemanfaatan dan kelestarian lingkungan sesuai dengan ajaran agama Islam.

 

 

 

 

PENGERTIAN FIKIH LINGKUNGAN HIDUP

Dalam bahasa arab fikih lingkungan hidup dipopulerkan dengan istilah fiqhul bi`ah, yang terdiri dari dua kata (kalimat majemuk; mudhaf dan mudhaf ilaih), yaitu kata fiqh dan al-bi`ah.

Secara bahasa “Fiqh” berasal dari kata Faqiha-Yafqahu-Fiqhan yang berarti al-‘ilmu bis-syai`i (pengetahuan terhadap sesuatu) al-fahmu (pemahaman)[6]. Sedangkan secara istilah, fikih adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil tafshili (terperinci)[7].

Page 3: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

Adapun kata “Al-Bi`ah” dapat diartikan dengan lingkungan hidup, yaitu: Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.[8].

Dari sini, dapat kita berikan pengertian bahwa fikih lingkungan adalah ketentuan-ketentuan Islam yang bersumber dari dalil-dalil yang terperinci tentang prilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya dalam rangka mewujudkan kemashlahatan dan menjauhkan kerusakan.

 

URGENSI LINGKUNGAN HIDUP DALAM ISLAM

Islam sebagai agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dengan sesama makhluk (termasuk lingkungan hidupnya) sebenarnya telah memiliki landasan normatif baik secara implisit maupun ekplisit tentang pengelolaan lingkungan ini.

A.    Pelestarian Lingkungan Dalam Al-Qur’an

1.      Melestarikan Lingkungan Hidup Merupakan Manifestasi Keimanan

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".(QS. Al-A’raf [7]: 85)

2.      Merusak Lingkungan Adalah Sifat Orang Munafik dan Pelaku Kejahatan

“ Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”.(QS. Al-Baqarah [2]: 205)

3.      Alam semesta merupakan anugerah Allah untuk manusia

Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.  (QS. Luqman [31]: 20)

Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.(QS. Ibrahim [14]: 32-33)

4.      Manusia adalah khalifah untuk menjaga kemakmuran lingkungan hidup

Page 4: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al-An’am [6]: 165)

5.      Kerusakan yang terjadi di muka bumi oleh karena ulah tangan manusia

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. As-Syuura [42]: 30)

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-A’raf [7]: 56)

 

B. Pelestarian Lingkungan Dalam Hadis-Hadis Nabawi

Selaras dengan ayat-ayat di atas, Rasulullah saw melalui hadis-hadis beliau juga telah menanamkan nilai-nilai implementatif pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup ini, antara lain:

1.      Penetapan Daerah Konservasi

. �ذ�ة� ب و�الر� ف� ر� الس� ح�م�ى ع�م�ر� ن�� و�أ ، �ق�يع� الن ح�م�ى وسلم عليه الله صلى �ي� �ب الن ن�

� ] 9 [أ

“Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan Naqi’ sebagai daerah konservasi, begitu pula Umar menetapkan Saraf dan Rabazah sebagai daerah konservasi”.

2.      Anjuran Menanam Pohon dan Tanaman

: و � أ ، ط�ي ر! م�ن ه� �ل� ك

�أ ف�ي ع(ا ر ز� ع� ر� �ز ي و � أ ا، س( غ�ر �غ ر�س� ي 2 �م ل م�س م�ن م�ا وسلم عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال�

. ص�د�ق�ة! �ه� ب �ه� ل �ان� ك � �ال إ �ه�يم�ة! ب و � أ ، ان! �ن س� ] 10 [إ

Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam sebuah pohon atau sebuat tanaman, kemudian dimakan oleh burung, manusia, atau binatang, melainkan ia akan mendapat pahala sedekah”.

3.      Larangan Melakukan Pencemaran

: الط�ر�يق� و�ق�ار�ع�ة� ال م�و�ار�د� ف�ى از� �ر� ال ب �ث� �ال الث �ع�ن� ال م�ال �ق�وا ات وسلم عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال�DلD11 [و�الظ [

Page 5: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

Rasulullah saw bersabda: “Takutilah tigaperkara yang menimbulkan laknat; buang air besar di saluran air (sumber air), di tengah jalan dan di tempat teduh

4.      Berlaku Ihsan Terhadap Binatang

: �ي ه� ع�ل �د� ت اش �ط�ر�يق2 ب �م ش�ى ي ج�ل! ر� �م�ا �ي ن ب ق�ال� وسلم عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� ن�� أ ة� ي ر� ه�ر� �ى ب

� أ ع�ن ج�ل� الر� ف�ق�ال� ال ع�ط�ش� م�ن� ى �ر� الث �ل� ك

�أ ي �ل ه�ث� ي �ل ب! ك �ذ�ا ف�إ ج� خ�ر� �م� ث ر�ب� ف�ش� ف�يه�ا ل� �ز� ف�ن ا �ئ ر( ب د� ف�و�ج� ال ع�ط�ش� . �ف�يه� ب �ه� ك م س�

� أ �م� ث م�اء( خ�ف�ه� � ف�م�أل �ئ ر� ال ب ل� �ز� ف�ن Dى م�ن �غ� �ل ب �ان� ك �ذ�ى ال م�ث ل� ال ع�ط�ش� م�ن� �ل ب� ال ك ه�ذ�ا �غ� �ل ب �ق�د لا ج ر(

� أل � �م �ه�ائ ال ب ه�ذ�ه� ف�ى �ا �ن ل �ن� و�إ �ه� الل س�ول� ر� �ا ي �وا ق�ال �ه�، ل ف�غ�ف�ر� �ه� ل �ه� الل �ر� ك ف�ش� �ل ب� ال ك ق�ى ف�س� ق�ى� ر� �ى ح�ت�ج ر: أ �ة2 ط ب ر� �د2 �ب ك Dل� ك ف�ى !. ] 12 [ف�ق�ال�

Abu Huruairah ra. meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda: “Ketika seorang laki-laki sedang dalam perjalanan, ia kehausan. Ia masuk ke dalam sebuah sumur itu, lalu minum di sana. Kemudian ia keluar. Tiba-tiba ia mendapati seekor anjingdi luar sumur yang sedang menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat tanah lembab karena kehausan. Orang itu berkata, ‘Anjing ini telah merasakan apa yang baru saja saya rasakan.’ Kemudian ia kembali turun ke sumur dan memenuhi sepatunya dengan air lalu membawanya naik dengan menggigit sepatu itu. Sesampainya di atas ia minumi anjing tersebut. Karena perbuatannya tadi Allah berterimakasih kepadanya dan mengampuni dosanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kalau kami mengasihi binatang kami mendapatkan pahala?” Beliau bersabda, “Berbuat baik kepada setiap makhluk pasti mendapatkan pahala.”

Tentunya, masih banyak ayat dan hadis seumpama di atas yang kesemuanya memuat pesan akan pentingnya kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

 

C. Pelestarian Lingkungan Dalam Perspektif Fikih

Sebagai disiplin ilmu yang mengatur hubungan manusia terhadap Tuhannya, hubungan manusia terhadap dirinya sendiri, hubungan manusia terhadap sesama manusia, hubungan manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, maka tidak diragukan bila fikih memiliki peran yang krusial dalam merumuskan tata kelola lingkungan hidup yang sesuai dengan hukum-hukum syara’.

Dalam bukunya yang berjudul Ri’ayatul Bi’ah fi Syari’atil Islam, Dr. Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan bahwa fikih sangat concern terhadap isu-isu lingkungan hidup ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembahasan-pembahasan yang terdapat dalam literatur fikih klasik, seperti: pembahasan thaharah (kebersihan), ihya al-mawat (membuka lahan tidur), al-musaqat dan al-muzara’ah (pemanfaatan lahan milik untuk orang lain), hukum-hukum terkait dengan jual beli dan kepemilikan air, api dan garam, hak-hak binatang peliharaan dan pembahasan-pembahasan lainnya yang terkait dengan lingkungan hidup yang ada di sekitar manusia[13].

Beliau juga menegaskan, bahwa pemeliharaan lingkungan merupakan upaya untuk menciptakan kemaslahatan dan mencegah kemudharatan. Hal ini sejalan dengan maqāsid al-syarī’ah (tujuan syariat agama) yang terumuskan dalam kulliyāt al-khams, yaitu: hifzu al-nafs (melindungi jiwa),

Page 6: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

hifzu al-aql (melindungi akal), hifzu al-māl (melindungi kekayaan/property), hifzu al-nasb (melindungi keturunan), hifzu al-dīn (melindungi agama). Menjaga kelestarian lingkungan hidup menurut beliau, merupakan tuntutan untuk melindungi kelima tujuan syari’at tersebut. Dengan demikian, segala prilaku yang mengarah kepada pengrusakan lingkungan hidup semakna dengan perbuatan mengancam jiwa, akal, harta, nasab, dan agama[14].

Prilaku pengrusakan terhadap lingkungan hidup dan membuat kemudharatan bagi orang lain bertentangan dengan kaedah-kaedah yang telah dirumuskan oleh para fuqaha (al-Qawaid al-Fiqhiyyah), antara lain:

-          Kaedah: ضرار وال ضرار Tidak boleh melakukan kemudharatan terhadap diri sendiri) الdan orang lain)

-          Kaedah: اإلمكان بقدر يزال (Kemudharatan harus dihilangkan semampunya) الضرر

-          Kaedah: مثله بضرر يزال ال Kemudharatan tidak bisa dihilangkan dengan) الضررsesuatu yang mendatangkan mudharat yang sama)

-          Kaedah: األعلى الضرر لدفع األدنى الضرر Boleh melakukan mudharat yang) يتحملlebih ringan untuk mengatasi mudharat yang lebih besar)

-          Kaedah: العام الضرر لدفع الخاص الضرر Melakukan mudharat yang khusus) يتحملdemi mencegah mudharat umum)

-          Kaedah: أخفهما بارتكاب ضررا أعظمهما روعي تعارضمفسدتان Apabila terjadi) إذاpertentangan dua hal yang membahayakan, maka boleh melakukan yang lebih ringan bahayanya)

-          Kaedah: المصالح جلب على مقدم المفاسد Menolak kerusakan lebih diutamakan) درءdari mengharapkan kemaslahatan)

Dalam konteks pelestarian lingkungan ini, Yusuf Qardhawi bahkan menegaskan penerapan hukuman sanksi berupa kurungan (At-Ta’zir) bagi pelaku pengrusakan lingkungan hidup yang ditentukan oleh pemerintah (Waliyyul amr), seiring dengan hukum yang terkandung dalam hadis Rasulullah saw:

�ه�ا �ع ال أ �ع ض�ه�م ب ص�اب�� ف�أ �ة2 ف�ين س� ع�ل�ى �ه�م�وا ت اس 2 ق�و م �ل� �م�ث ك ف�يه�ا و�ال و�اق�ع� الله� ح�د�ود� ع�ل�ى � �م ال ق�ائ �ل� م�ث

�ا �ن أ �و ل �وا ف�ق�ال ف�و ق�ه�م م�ن ع�ل�ى وا iم�ر ال م�اء� م�ن� �ق�و ا ت اس �ذ�ا إ �ه�ا ف�ل س � أ ف�ي �ذ�ين� ال �ان� ف�ك �ه�ا ف�ل س

� أ �ع ض�ه�م و�بع�ل�ى �خ�ذ�وا أ �ن و�إ ج�م�يع(ا �وا �ك ه�ل اد�وا ر�

� أ و�م�ا �وه�م ك �ت ر� ي �ن ف�إ �ا ف�و ق�ن م�ن �ؤ ذ� ن �م و�ل ق(ا خ�ر �ا �ن �ص�يب ن ف�ي �ا ق ن خ�ر�ج�م�يع(ا �ج�و ا و�ن �ج�و ا ن ي د�يه�م

� . ] 15 [أ

Perumpamaan orang-orang yang mengakkan hukum Allah dan orang yang melakukan pelanggaran, adalah laksana suatu kaum yang sedang menumpang sebuah kapal.  Sebagian dari mereka menempati tempat yang di atas dan sebagian yang lain berada di bawah. Maka orang-orang yang bertempat di bawah, jika hendak mengambil air mereka harus melewati orang yang ada di atas mereka. Maka berinisiatif untuk membuat lobang pada bagian mereka, agar tidak

Page 7: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

akan mengganggu orang yang ada di atas. Jika kehendak mereka itu dibiarkan saja, pastilah akan binasa seluruh penumpang kapal, dan jika mereka dicegah maka merekapun selamat dan selamatlah pula orang-orang lain seluruhnya[16].

 

TATA KELOLA LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF FIKIH

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengemukan beberapa contoh konsep fikih lingkungan dalam bentuk tabel berikut ini[17]

TINDAKAN KONSEP FIKIHLANDASAN HUKUM

Melakukan pencemaran lingkungan

-       Pencemaran lingkungan disebabkan oleh perusahaan dan prilaku yang menyebabkan pencemaran secara nyata membahayakan lingkungan hidup, hukumnya haram.

-       Adapun apabila pencemaran tersebut memiliki tingkat yang rendah dibanding maslahat yang diperoleh, maka hukumnya dibolehkan dengan catatan:

1.      Pembangunannya harus di tempat yang jauh dari pemukiman penduduk.

2.      Berusaha melakukan inovasi teknologi untuk mengurangi dampak pencemaran yang ditimbulkan

-     Ayat yang menyatakan larangan berbuat kerusakan (QS. Al-A’raf [7]: 56)

-     Hadis-hadis tentang larangan buang hajat di tempat yang umum dan mengakibatkan pencemaran, antara lain:

الماء   - في أحدكم يبولن الثم يجري ال الذي الدائم

. فيه يغتسل

-  : الثالثة المالعن اتقواوقارعة الموارد في البراز

. والظل الطريق

 

-     Kaedah fiqhiyyah:

ضرار   - وال ضرار ال

يزال   - الضرر

منوط   - اإلمام تصرفبالمصلحة

-       Dalam kitab fatwa Imam Ramli

Page 8: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

3.      Fungsi kontrol harus dilakukan oleh pemerintah secara ketat agar tidak menimbulkan dampak yang berbahaya.

-     Air merupakan fasilitas umum yang harus dijaga kemaslahatan dan kemanfaatannya

 

disebutkan:

�ه�( ) ب ت ج�ر� ع�م�ا �ل� ئ س�اد�ر� �ش� الن ع�م�ل� م�ن ال ع�اد�ة�

�وق�د� ي ه� �ار� ن ن�� أل� �د� �ل ال ب خ�ار�ج�

�ذ�ا ف�إ و�ال ك�ل س� و ث� �الر� ب�ه� ان د�خ� �ط ف�ال� األ م�ت ش�

ع�ظ�يم! ر! ض�ر� م�ن ه� �ه�م ل ح�ص�ل�م�ات� �م�ا ب و�ر� ال غ�ال�ب� ف�ي

خ ص! ش� ف�ع�م�ل� م�ن ه� �ع ض�ه�م بو�س�ط� ف�ي اد�ر2 �ش� ن م�ع م�ل�

�ر� ذ�ك �م�ا ب �ي ه� ع�ل و ق�د�� و�أ �د� �ل ال ب

ض�يع! ر� ط�ف ل! �ه� ان د�خ� م� ف�ش�ف�ه�ل د�يد(ا ش� ض(ا م�ر� ف�م�ر�ض�ر� �ع�ز� و�ي �ه� ب �م� ث

�أ ف�ي ام! ح�ر� �يق�اد� اإل �ي ه� ع�ل �ار� �ن ك اإل �ج�ب� و�ي �ي ه� ع�ل

�ل�ف� ت م�ا �ض م�ن� و�ي م�ن ه� �ع� �م ن و�ي ( ج�اب� (

� ف�أ �ه�؟ م� ب �ح ر� ي �ه� ن� �أ ب

�ور� ال م�ذ ك �يق�اد� اإل �ي ه� ع�لر� iض�ر� ت Dه� ظ�ن ع�ل�ى إذ�اغ�ل�ب�

�ه� ب � ال غ�ي ر� �م اك �ل ح� و�ل �ه� ب �م� ث�أ ف�ي

�ار� �ن ك اإل �ج�ب� و�ي �ي ه� ع�ل ه� �ع ز�ير� تم�ن ه� و�م�ن ع�ه� �ه� �ب ب �س� ب �ي ه� ع�ل

�ه� �ب ب �س� ب �ل�ف� ت م�ا �ض م�ن� و�ي�ق(ا م�ط ل

Fenomena sampah -       Memelihara kebersihan adalah perintah agama yang harus dilaksanakan

-       Dilarang untuk membuang sampah sembarangan yang dapat mengakibatkan mudharat bagi lingkungan sekitar baik karena penyakit maupun menimbulkan bau yang tidak nyaman.

-       Pemerintah berhak memberikan sangsi terhadap pembuang tidak pada

-     Lihat dalil-dalil di atas

-     Ayat-ayat dan hadis-hadis tentang thaharah

-     Hadis lain:

الطيب، يحب طيب الله إنكريم النظافة، يحب نظيف

يحب جواد الكرم، يحبالجود

-     Kaedah fikih:

ضرار          - وال ضرر ال

منوط          - اإلمام تصرف

Page 9: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

tempatnyaبالمصلحة

-      

Melakukan penghijauan dan penanaman pohon

-       Diperintahkan dan dianjurkan

-       Melakukannya mendapatkan pahala

-       Pemerintah berhak untuk menentukan tempat tertentu untuk dijadikan sebagai wilayah konservasi

-       Islam memerintahkan pemilik tanah yang tidak mampu menggarap tanahnya sendiri agar digarap oleh orang lain.

�غ ر�س�     - ي 2 �م ل م�س م�ن م�ا�ل� �أ ك ف�ي ع(ا ر ز� ع� ر� �ز ي و

� أ ا، س( غ�ر و � أ ، ان! �ن س� إ و

� أ ، ط�ي ر! م�ن ه�ص�د�ق�ة! �ه� ب �ه� ل �ان� ك � �ال إ �ه�يم�ة! ب

صلى     - الله� س�ول� ر� ق�ال� : �ت �ان ك م�ن وسلم عليه اللهو � أ ، ع ه�ا ر� �ز ف�ل ي ر ض!

� أ �ه� ل�ب�ى أ �ن ف�إ خ�اه�

� أ �ح ه�ا �م ن �ي ل. ض�ه ر

� أ �م س�ك ف�ل ي

الله     - صلى �ي� �ب الن ن�� أ

، �ق�يع� الن ح�م�ى وسلم عليهف� ر� الس� ح�م�ى ع�م�ر� ن�

� و�أ�ذ�ة� ب و�الر�

�د�     - �ي و�ب اع�ة� الس� ق�ام�ت� �ن إ�ن ف�إ ، �ة! يل ف�س� �م ح�د�ك

� أح�ت�ى �ق�وم� ي � ال �ن أ �ط�اع� ت اس

�ف ع�ل ف�ل ي ه�ا �غ ر�س� يPelestarian sumber daya alam hewani

-       Pemanfaatan binatang: Hukum Islam melarang untuk melakukan pembunuhan hewan kecuali untuk kepentingan konsumsi.

-       Syariat juga menggariskan bahwa hewan yang berhak untuk dibunuh adalah hewan-hewan yang berbahaya saja.

-       Manusia dituntut untuk berbuat baik tidak hanya kepada sesama, melainkan lebih luas meliputi makhluk hidup di sekitarnya, baik

-   QS. An-Nahl: 5, 66, 80

-   Hadis larangan membunuh burung dan binatang lainnya bukan untuk dikonsumsi atau dimanfaatkan:

-، ر�يد� الش� ب ن� ع�م ر�و ع�ن �ق�ول� : ي ر�يد� الش� م�ع ت� س� ق�ال�ص�ل�ى: الله� س�ول� ر� م�ع ت� س�

م�ن : �ق�ول� ي �م� ل و�س� �ي ه� ع�ل �ه� الل�ل�ى إ ع�ج� (ا �ث ع�ب ا ع�ص ف�ور( �ل� ق�ت

�ا : ي �ق�ول� ي �ام�ة� ال ق�ي �و م� ي الله��م و�ل (ا �ث ع�ب �ي �ن �ل ق�ت (ا �ن ف�ال �ن� إ Dب ر�

. �م�ن ف�ع�ة2 ل �ي �ل ن �ق ت ي

�ي ه�- ع�ل �ه� الل ص�ل�ى Dي� �ب الن ع�ن�ان2 : �ن س� إ م�ن م�ا ق�ال� �م� ل و�س�ف�و ق�ه�ا ف�م�ا ا ع�ص ف�ور( �ل� �ق ت ي

ع�ز� �ه� الل �ه� ل� أ س� � �ال إ قDه�ا ح� �غ�ي ر� ب

Page 10: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

binatang maupun tumbuhan.

-       Melakukan penyiksaan terhadap binatang merupakan perbuatan dosa

-       Syariat juga memerintahkan untuk menjaga kelestarian satwa

�ام�ة� ال ق�ي �و م� ي ع�ن ه�ا و�ج�ل�و�م�ا : ، الله� س�ول� ر� �ا ي ق�يل�

�ن : أ ح�قiه�ا ق�ال� ؟ ح�قiه�ا�ق ط�ع� ي � و�ال �ه�ا �ل ك

�أ ف�ي �ح�ه�ا �ذ ب ي�ه� ب م�ي� �ر ف�ي ه�ا س�

أ ر�

-   Hadis jenis binatang yang boleh dibunuh:

عليه - الله صلى Dى� �ب الن ع�ن�خ�م س!- » ق�ال� �ه� ن

� أ وسلم Dال ح�ل ف�ى �ل ن� �ق ت ي ف�و�اس�ق�

اب� و�ال غ�ر� �ة� ي ال ح� � م و�ال ح�ر��ل ب� و�ال ك ة� و�ال ف�ار� ب ق�ع�

� األ�ا « و�ال ح�د�ي ال ع�ق�ور�

-   Hadis tentang seseorang yang dimasukkan ke dalam surga karena memberi minum anjing.

-   Hadis seorang wanita yang masuk neraka karena mengikat kucing hingga mati karena lapar.

ة2 ه�ر� ف�ي ة!� أ ام ر� �ت� ع�ذDب

ج�وع(ا �ت م�ات �ى ت ح� ت ه�ا �س� ح�ب - ق�ال� �ار� الن ف�يه�ا ف�د�خ�ل�ت

�ن ت� - أ � ال �م� ع ل� أ �ه� و�الل ف�ق�ال�

ح�ين� �ه�ا ق�ي ت س� � و�ال �ه�ا، ط ع�م ت� أ

�يه�ا ل ت س� ر � أ �ن ت� أ � و�ال �يه�ا، ت �س ح�ب

ض� ر � األ اش� خ�ش� م�ن �ل�ت ك

� ف�أ

-   Hadis-hadis tentang cara menyembelih yang benar dan baik

-   Hadis laknat bagi orang yang mengukir tato pada wajah keledai

عليه - الله صلى �ى� �ب الن ن�� أ

Page 11: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

ق�د - ح�م�ار! �ي ه� ع�ل م�ر� وسلم : �ع�ن� ل ف�ق�ال� و�ج ه�ه� ف�ى و�س�م�

م�ه� و�س� �ذ�ى ال �ه� الل

- Hadis melestarikan satwa:

الله - صلى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال� « - �ن� أ � �و ال ل وسلم عليه

� م�م� األ م�ن� م�ة!

� أ �ب� ال ك�الم�ن ه�ا �وا �ل ف�اق ت �ه�ا �ق�ت ل ب ت� م�ر

� أل�ه�يم� « ال ب و�د� س

� األ

Fenomena penggundulan hutan dan sumber daya alam nabati

-       Fikih islam melarang praktek ini karena berakibat pada kerusakan dan bencana yang mengancam makhluk hidup

-   QS. Saba: 15-17

-   Hadis larangan menebang pohon yang mengganggu kepentingan orang lain:

الله - صلى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال� « - ق�ط�ع� م�ن وسلم عليه

ف�ى ه� س�أ ر� �ه� الل ص�و�ب� ة( د ر� س�

ع�ن «. د�او�د� �و ب� أ �ل� ئ س� �ار� الن

ف�ق�ال� ال ح�د�يث� ه�ذ�ا �ى م�ع ن�ع ن�ى ي �ص�ر! ت م�خ ال ح�د�يث� ه�ذ�ا�ة2 ف�ال ف�ى ة( د ر� س� ق�ط�ع� م�ن

�يل� ب الس� اب ن� �ه�ا ب iظ�ل� ت �س ي�غ�ي ر� ب و�ظ�ل م(ا (ا �ث ع�ب �م� �ه�ائ و�ال ب

ص�و�ب� ف�يه�ا �ه� ل �ون� �ك ي yح�ق �ار� الن ف�ى ه� س�

أ ر� �ه� الل

-   Kaedah-kaedah fiqhiyyah tentang larangan berbuat kemudharatan.

 

Pemanfaatan dan Pelestarian sumber daya kelautan.

-       Islam memberikan izin pemanfaatan sumber daya kelautan dengan tetap menjaga kelestariannya

-   QS. Iberahim: 32

-   QS. An-Nazi’at: 30-33

 

Page 12: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

 

PENUTUP

Dari paparan di atas, dapat penulis simpulkan beberapa hal: Pertama, Konsep Fikih lingkungan pada hakikatnya adalah konsep aturan-aturan yang dirumuskan oleh Islam dalam rangka mengatur pemanfaatan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis.

Kedua,Hubungan manusia sebagai khalifah di muka bumi terhadap lingkungan hidupnya harus berdasarkan atas asas pemanfaatan yang benar dan menghindarkan kerusakan.

Ketiga,Kesadaran akan tata kelola lingkungan hidup sebagaimana yang sudah digariskan oleh fikih Islam perlu ditanamkan kepada setiap pribadi muslim, dan menjadi tanggung jawab bersama, lebih-lebih pemerintah sebagai pemegang regulasi dalam rangka menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan mengantisipasi dampak kerusakan lingkungan.

 

Banjarmasin, 23 September 2012

 

[1]Makalah disampaikan pada Orientasi Guru Mata Pelajaran Fikih Pada MA. Tahun 2012 di Banjarmasin tanggal 25 September 2012.

[2]Dosen Fikih dan Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah pada fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, Alumni S1 Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar dan S2 Universitas Emir Abdel Kader Constantine Al-Jazair konsentrasi Fikih Ushul Fikih.

[3]Muhammad Thahir bin Asyur, At-Tahrir wa At-Tanwir, (Tunisia: As-Sadad At-Tunisiah Lin-Nasyr, 1984) Juz 8 hlm. 174.

[4]Sukarni, Fikih Lingkungan Hidup (Banjarmasin: Antasari Press, 2011) hlm. 45

[5]Ahmad Syafi’i SJ.”Fiqih Lingkungan; Revitalisasi Ushul Al-Fiqh Untuk Konservasi Dan Restorasi Kosmos”, Paper disampaikan pada 9th Annual Conference of Islamic Studies, Surakarta 2 – 5 November 2009.

[6]Muhammad bin Ya’qub al-Fayrus Abadi, Al-Qamus Al-Muhith, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2005) cet. VIII hlm. 1250

Page 13: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

[7]Jamaluddin Abdurrahim bin Hasan Al-Asnawi, Nihayatu As-Sul Fi Syarhi Minhaji Al-Wushul `ila ‘Ilmi Al-Ushul, (Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1999) cet. 1 juz 1 hlm. 16

[8]Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

[9]Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Mughirah Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Hadits 2370, (Kairo: Dar Al-Sya’ab, 1987)Juz 5, hlm. 63

[10]Ibid, Hadis 2320 (Kairo: Dar Al-Sya’ab, 1987) Juz 3, hlm. 135

[11]Abu Daud Sulaimanbin Al-Asy'ats As-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, t.t.) Juz 1, hlm. 11.

[12] Ibid, Hadis 2363 (Kairo: Dar Al-Sya’ab, 1987) Juz 3, hlm 146

[13]Yusuf Al-Qardhawi, Ri’ayatu Al-Bi`ah fi As-Syari’ah Al-Islamiyah, (Kairo: Dar Al-Syuruq, 2001) hlm. 39

[14]Ibid, hlm 44

[15]Lihat shahih bukhari, hadis no. 2493

[16]Yusuf Al-Qardhawi, op.cit, hlm 40-42

[17]Tabel ini dibuat, hanya untuk memberikan gambaran konsep kepedulian fikih terhadap lingkungan hidup.

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

A.    Pendahuluan

Alam semesta merupakan karunia yang paling besar terhadap manusia, untuk itu Allah S.w.t. menuruh manusia untuk memanfaatkannya dengan baik dan terus harusber-syukur kepadanya. Akan tetapi pada kenyataannya lain, malahan terjadi kerusakan disana-sini akibat perbuatan orang-orang munafiq.

Rosulullah S.a.w. menyuruh untuk menanam kembali apa yang rusak dari hutan yang telah ditebang dan dirusak. Rosulullah sendiri memuji perbuatan ini dengan salah satu perbuatan yang terpuji.

Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa alam dunia ini akan rusak disebabkan oleh tangan orang-orang yang munafiq. Mereka sangat seraka dalam mengeksploitasi kekayaan alam, mereka tidak mempedulikan tentang akibatnya. Sekarang sudah banyak kerusakan didarat, dilaut, dan diudara. Akibatnya banyak bencana yang terjadi sana-sini, seperti banjir, gempa,

Page 14: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

gunung meletus, angina putting beliung, dan ada lagi yang sangat mengkhawatirkan yaitu issu akan terjadinya pemanasan global.

Sekarang hutan banyak yang rusak karena banyaknya penebang liar dan tidak adanya lagi penghijauan kembali. Dalam hal ini Rosulullah S.a.w. sangat tidak menyukai, malahan Rosulullah S.a.w. melarang dengan haditsnya yang diriwayatkan oleh beberapa sahabatnya. Untuk itu didalam pembahasan yang sedikit ini saya akan mencoba menjelaskan apa yang telah disampaikan oleh hadits Rosulullah S.a.w.

B.  Pembahasan Hadits Rosulullah S.a.w. tentang LingkunganAdapun mengenai hadits Rosulullah S.a.w tentang peduli lingkungan ini banyak

sekali, salah satu diantaranya sebagai berikut :

1. Larangan Menelantarkan Lahan

, : , ه�ا �ؤ�اج�ر� ن �و ا ف�ق�ال ض�ي ن� �ر� ا ف�ض�و ل� �ا م�ن �ر�ج�ال2 ل �ت �ان ك ق�ال� عنهما الله رضى الله� ع�ب د� اب ن� �ر� اب ج� ح�د�ي ث� : . . , �ب�ى أ �ن ف�إ �خ�اه� ا �ح ه�ا �م ن �ي �و ل ا ع ه�ا ر� �ز ف�ل ي �ر ض! ا �ه� ل �ت �ان ك م�ن صم iى� �ب الن ف�ق�ال� Dص ف� و�الن �ع� ب iو�الر iل�ث� �الث ب

. ض�ه� ر � أ �م س�ك ف�ل ي

“ Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-Hibbah)

Selain dari hadits diatas, ada juga bersumber dari Abu Hurairah r.a. dengan lafazd sebagai berikut :

: : ع ه�ا ر� �ز ف�ل ي �ر ض! ا �ه� ل �ت �ان ك م�ن وسلم عليه الله رسول قال قال عنه الله رضى ة� ي ر� ه�ر� �ى ب� أ ح�د�ي ث�

( ). المزاعة كتاب فى البخارى اخرجه ض�ه� ر � أ �م س�ك ف�ل ي �ى ب

� أ �ن ف�إ �خ�اه� ا �ح ه�ا �م ن �ي �و ل اAntara kedua tersebut terdapat persamaan, yaitu masing-masing ditakhrijkan oleh

Imam Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadits tersebut dari Jabir yang diletakkan dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber dari Abu Hurairah dan diletakkan dalam kitab Al-Muzara’ah.

Dari ungkapan Nabi S.a.w. dalam hadits diatas yang menganjurkan bagi pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Allah S.w.t. telah mengisyaratkan dalam Al-Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Isyarat tersebut seperti diungkapkan dalam firman-Nya:

“ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu semua.” (Qs. Al-Baqoroh : 29)

Page 15: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

Dalam hadits dari Jabir di atas menjelaskan bahwa sebagian para sahabat Nabi S.a.w. memanfaatkan lahan yang mereka miliki dengan menyewakan lahannya kepada petani. Mereka menatapkan sewanya sepertiga atau seperempat atau malahan seperdua dari hasil yang didapat oleh petani. Dengan adanya praktek demikian yang dilakukan oleh para sahabat, maka Nabi meresponnya dengan mengeluarkan hadits diatas, yang intinya mengajak sahabat menanami sendiri lahannya atau menyuruh orang lain mengolahnya apabila tidak sanggup mengolahnya. Menanggapi permasalahan sewa lahan ini, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya.

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid menjelaskan bahwa segolongan fuqoha tidak membolehkan menyewakan tanah. Mereka beralasan dengan hadits Rafi’ bin Khuday yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Al-Muzara’ah :

( ) . . . البخارى رواه ع� ار� ال م�ز� اء� �ر� ك ع�ن �ه�ى ن م ص �ب�ى الن �ن� ا“ Bahwasanya Nabi S.a.w. melarang menyewakan lahan “ (HR. Bukhori)

Sedangkan jumhur ulama membolehkan, tetapi imbalan sewanya haruslah dengan uang (dirham atau dinar) selain itu tidak boleh. Ada lagi yang berpendapat boleh dengan semua barang, kecuali makanan termasuk yang ada dalam lahan itu. Berbagai pendapat yang lain seperti yang dikemukakan Ibnu Rusyd bahwa dilarang menyewakan tanah itu lantaran ada kesamaran didalamnya. Sebab kemungkinan tanaman yang diusahakan di atas tanah sewaan itu akan tertimpa bencana, baik karena kebakaran atau banjir. Dan akibatnya si penyewa harus membayar sewa tanpa memperoleh manfaat apapun daripadanya.

Terkait dengan hadits diatas, disini Rosulullah S.a.w. juga bersabda dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan tentang menyerahkan tanah kepada orang untuk dikerjakan kemudian memberikan sebagian hasilnya :

, . . , �ان� ف�ك ع2 ر �و ز� ا �م�ر2 ث م�ن م�ن ه�ا ج� �خ ر� م�اي ط2 ر �ش� ب �ر� ي ب خ� ع�ام�ل� صم �ى� �ب الن �ن� ا عنه الله رضى ع�م�ر� اب ن� ح�د�ي ث� : , : و�اج� �ز ا �ر� ي ف�خ� �ر� ي ب خ� ع�م�ر� م� ف�ق�س� ع�ي ر2 ش� و�س ق� و ن� ر� و�ع�ش �م ر2 ت و�س ق� �و ن� �م�ان ث و�س ق2 �ة� م�ائ و�اج�ه� �ز ا �ع ط�ى ي

. . �ار� ت اخ م�ن� و�م�ن ه�ن� �ر ض� اال �ار� ت اخ م�ن� ف�م�ن ه�ن� �ه�ن� ل �م ض�ى� ي �و ا �ر ض� و�اال ال م�اء� م�ن� �ه�ن� ل �ق ط�ع� ي �ن ا م ص Dى� �ب الن( ) . البخارى, اخرجه �ر ض� اال ت� �ار� ت اخ ة� �ش� ع�ائ �ت �ان و�ك الو�س ق�

“ Ibnu Umar r.a. berkata : Nabi S.a.w. menyerahkan sawah ladang dan tegal di khaibar kepada penduduk Khaibar dengan menyerahkan separuh dari penghasilannya berupa kurma atau buah dan tanaman, maka Nabi S.a.w. memberi istri-istrinya seratus wasaq (1 wasaq=60 sha’. 1 sha’ =4 mud atau 2 ½ Kg), delapan puluh wasaq kurma tamar, dan dua puluh wasaq sya’er (jawawut). Kemudian dimasa Umar r.a. membebaskan kepada istri-istri Nabi S.a.w. untuk memilih apakah minta tanahnya atau tetap minta bagian wasaq itu, maka diantara mereka ada yang memilih tanah dan ada yang minta bagian hasilnya berupa wasaq.” (HR. Bukhori)

2.      Penanaman Pohon (reboisasi) Langkah Terpuji : �ه�ي م�ة! �و ب ا ان! �ن س� �و ا ا ط�ي ر! م�ن ه� �ل� ك

�أ ف�ي ع(ا ر ز� ع� ر� �ز �و ي ا �غ ر�س� ي 2 �م ل م�س م�ام�ن ق�ال� عنه الله رضى �ن�س2 ا ح�د�ي ث�( ) . المزاعة كتاب فى البخارى اخرجه ص�د�ق�ة! �ه� ب �ه� ل �ان� �ك �ال ا

“ Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori)

Pada dasarnya Allah S.w.t. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqoroh ayat 11 :

… ض� �ر اال ف�ى د�و ا �ف س� �ت ال �ه�م ل ق�ي ل� �ذ�ا و�ا“ Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi “

Dan ada lagi dalam surat Al-Baqoroh ayat 204-205:

Page 16: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

“ Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”

Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafiq dan tindakannya di muka bumi ini. Informasi yang disampaikan Al-Qur’an bahwa sebagian dari manusia, kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik sekali, sehingga banyak yang terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun kata-kata dengan gaya yang menawan. Orang munafiq seperti inilah yang selalu merusak bumi. Tanam-tanaman dan hutan-hutan menjadi rusak, lingkungan dicemari, buah-buahan dan binatang ternak dibinasakan. Apalagi kalau mereka sedang berkuasa, dimana-mana mereka berbuat sesuka hatinya.

Gambaran ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41-42 :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”

Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan yang terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah akibat ulah perbuatan manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan, hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya daerah-daerah peresap air hujan dan sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai, menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak negatifnya akan dirasakan manusia itu sendiri.

Tidak sepantasnyalah alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu karunia Tuhan, untuk itu seharusnyalah manusia harus memperbaiki dan memanfaatkannya, hal ini sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat Al-An’am ayat 141-142 yang artinya:

“ Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Dekade terakhir ini, pemerintah Indonesia terus melancarkan program penghijauan. Oleh karena itu, dimana-mana kita akan melihat reklame dan promosi penghijauan, baik melalui media visual, maupun audio-visual. Promosi ini banyak terpajang di sudut-sudut jalan, dan tertempel di mobil-mobil dan lainnya yang mengajak kita menyukseskan program tersebut. Khusus Provinsi Sulawesi Selatan, pemerintahnya telah mencanangkan program penghijauan

Page 17: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

dengan tema "South Sulawesi Go Green" (Sulawesi Selatan Menuju Penghijauan). Sebagian orang menyangka bahwa program penghijauan bukanlah suatu amalan yang mendapatkan pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam mendukung program tersebut. Kita mungkin masih mengingat sebuah hadits yang masyhur dari Nabi Saw. beliau bersabda:

"Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya". [HR. Muslim dalam Kitab Al-Washiyyah (4199)]

Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi seorang manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah SEDEKAH JARIYAH, sedekah yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan bahwa sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan lingkungan dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita –walau telah meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan.

Al-Imam Ibnu Baththol -rahimahullah- berkata: "Ini menunjukkan bahwa sedekah untuk semua jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat pahala". [Lihat Syarh Ibnu Baththol (11/473)]

Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah -Azza wa Jalla-, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.

Penghijauan merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit ini. Jika demikian banyak manfaat dari REBOISASI, maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan tanah dan menanaminya.

3.      Harmonitas Manusia, Hewan dan Tumbuhan

            Manusia, harus mampu menjaga harmonitas segi tiga keseimbangan ekologi: dirinya (manusia), hewan dan tumbuhan. Manusia, seperti disinggung sebelumnya, adalah wakil Allah (khalīfah) di permukaan bumi (Qs. 2: 30). Karena sebagai khalīfah, maka dia harus bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnnya, sebagai pengganti Allah dalam memelihara keseimbangan ekologi. Dia harus memahami fitrahnya yang mengerti maslahat dan

Page 18: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

kebutuhannya (Qs. 67: 14). Dengan akal yang diciptakan oleh Allah untuknya, dia bisa membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan serta teknologi, supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugasnya tersebut (Qs. 7: 74).

             Dengan bekal itu semua, manusia harus tampil sebagai sosok yang ‘ramah lingkungan’. Dalam Islam, khalīfah adalah ‘manusia hijau’. Yaitu sosok yang benar-benar melindungi dan memelihara lingkungan hidupnya. Dalam hal ini, konsep ihsān dapat dijadikan sebagai landasan normatif-teologis dalam menciptakan harmonitas manusia dan lingkungan hidup.

              Dalam hadits Jibril yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa ihsān adalah “engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa dia –dalam ibadahmu—sedang melihatmu.” Ihsān disini dapat diartikan sebagai sikap ramah (baik), yang berarti melindungi dan memelihara dengan baik. Di sini, konteks ihsān dalam ibadah. Pemeliharaan lingkungan dapat menjadi ibadah, karena memelihara lingkungan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Ketika lingkungan dipelihara dan dijaga dengan baik, maka dia menjadi ibadah di hadapan Allah. Orang yang tidak mengerti konsep ini, akan merusak lingkungannya. Maka banyak terjadi penggundulan hutan besar-besaran, buang sampah sembarangan, dll. Akhirnya, erosi terjadi dimana-mana. Sungai-sungai banyak yang meluap dan merusak pemukiman masyarakat. Pada gilirannya, lingkungan tak lagi bersahabat dengan manusia. Ini akibat dari menjauhkan Allah dari ranah dan lini kehidupan.

                  Konsep ihsān yang kedua adalah dalam Qs. 4: 36. Dimana ihsān di sini dimaknai dengan memperhatikan, menyayangi, merawat, dan menghormati. Dalam konteks ini, Islam menuntut manusia agar memperhatikan, menyayangi, merawat dan menghormati lingkungan. Dua konsep ihsān tersebut pada realitanya memang diperlukan oleh manusia dalam konteks interaksi dengan lingkungan. Karena, memang, kita wajib memperlakukan lingkungan dengan cara melindungi dan menjaganya. Bukan malah kita remehkan, lalaikan, serta musnahkan. Jika ini yang berlaku, yang terjadi adalah kerusakan lingkungan hidup yang terjadi dimana-mana. Itu semua, kata Allah, karena ulah tangan-tangan jahil manusia. Padahal, itu semua bukan azab mutlak, melainkan peringatan agar manusia merasakan hasil perbuatan jahilnya. Karena Allah berharap manusia-manusia jahil terhadap lingkungannya dapat kembali lagi (Qs. 30: 41). Di samping itu, ihsān sejatinya adalah perbuatan baik yang tanpa batas. Artinya, perhatian terhadap segala sesuatu, baik hidup maupun mati, adalah tanpa perhitungan alias tak terhingga. Karena prinsip untuk bersikap lemah lembut berlaku bagi setiap elemen lingkungan, baik makhluk hidup maupun makhluk mati, serta yang berakal maupun yang tidak berakal. Dengan kata lain: prinsip untuk bersikap ihsān ini mencakup manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk mati.

C.  KesimpulanUntuk memudahkan dalam makalah yang sederhana ini, berikut kami tampilkan

sebuah kesimpulan sebagai berikut :

Page 19: Fikih Lingkungan Dalam Perpektif Islam Ponkky

1. Hadist Jabir bin Abdullah r.a. ini merupakan larangan menelantarkan lahan, karena hal ini termasuk perbuatan yang tidak bermanfaat.

2. Dalam menelantarkan lahan, Rosulullah S.a.w. menyarankan untuk memanfaatkan dan mengupah orang lain untuk mengelolahnya.

3. Reboisasi adalah merupakan salah satu perbuatan yang terpuji. 4. Allah S.w.t. menggambarkan kerusakan alam merupakan akibat dari ulah manusia itu

sendiri. 5. Alam di dunia ini rusak diakibatkan ulah dari perbuatan manusia yang munafiq.

DAFTAR PUSTAKA

Fuad Abdul Baqi, Muhammad. 1996. Al-Lu’lu’ wal Marjan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.Kelompok Ilmuan MKDK Hadits IAIN Raden Fatah Palembang. 2002. MKDK Hadits. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.Matsna. Mohammad. 2002. Qur’an Hadits Madrasah Aliyah Kelas Satu. Semarang: Karya Toha Putra.Kelompok Ilmuan MKDK Hadits IAIN Raden Fatah Palembang. MKDK Hadits. (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2002), cet. I, hlm. 110-111.Moh. Matsna, Qur’an Hadits Madrasah Aliyah Kelas Satu, (Semarang: Karya Toha Putra, 2002), hlm. 102-115.